Ketika ditemukan mufakat dari hasil musyawarah di sana komitmen diuji, tidak
egois dengan memaksakan pendapat sendiri pada orang lain, dan juga legowo
melaksanakan hasil yang sudah disepakati bersama agar dapat menghargai hasil
keputusan bersama demi menjalankan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Ini yang
melatih saya untuk terbuka dan bertenggang rasa. Seperti dalam Islam, sikap
tersebut disebut tasamuh yang merupakan akhlak terpuji dalam pergaulan, di mana
terdapat rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas yang
digariskan oleh ajaran Islam. Selain hormat akan mufakat dalam bermusyawarah,
bagi saya sebagai pelaksana kita harus memiliki sikap proaktif dan berusaha aktif
untuk membawa manfaat. Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Jika dirimu tidak
tersibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang
sia-sia (batil).”(Al Jawabul Kafi, 109). Sejalan dengan hal tersebut dalam
menjalankan tugas sebagai calon pemimpin masa depan Bank Indonesia, kita
diharapkan mampu mengimplementasikan nilai-nilai akhlak mulia dengan baik,
dimana kita menjadi pribadi dengan manajemen emosi yang baik serta tutur kata
tersampaikan dengan baik kepada rekan kerja khususnya kepada orang yang lebih
tua. Dalam melaksanakan tugas kita sering berhubungan dengan stakeholder
internal maupun eksternal, karena sikap dan perilaku kita merupakan representasi
institusi.
Mengubah visi ke dalam aksi, berani bertindak dalam meraih tujuan, target
dan sasaran, dengan penuh percaya diri, optimis dan selalu siap menghadapi risiko
apapun yang menghadang di depan. Bagi saya itu adalah penerapan akhlak mulia,
sehingga dapat menjawab pepatah Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati
meninggalkan belang, lalu manusia mati meninggalkan apa?
Lampiran 1
Lampiran 2
NIP : 17877