Anda di halaman 1dari 49

PERSAYARATAN NIKAH

( BAGI CALON MEMPELAI LAKI LAKI /PEREMPUAN )

- FOTOCOFI KTP.
- FOTOCOFI KK
- FOTOCOFI AKTA KELAHIRAN ( JIKA ADA )
- FOTOCOFI IJAZAH ( JIKA ADA )
- PAS PHOTO WARNA : 2X3 = 3 LEMBAR , 3X4 ; 3 LEMBAR, 4X6 = 1 LEMBAR.
- N 1 (DARI DESA/KELURAHAN ) : Surat Keterangan Untuk Nikah.
- N 2 (DARI DESA/KELURAHAN ) : Surat Keterangan Asal Usul
- N3 : Surat Persejujuan Mempelai
- N 4 (DARI DESA/KELURAHAN ) : Surat Keterangan Tentang Orang Tua
- N5 : Surat Izin Orang Tua. Bagi yg belum berusia 21
- N 6 (DARI DESA/KELURAHAN ) : Surat Keterangan Kematian Suami / Isteri.
- N7 : Surat Pemberitahuan Kehendak Nikah
- Akta Kematian Suamim/ Isteri : Dari Catatan Sipil
- Surat Rekomendasi dari Camat ( Jika Pelaksanaan Nikah dibawah 10 hari ).
- Surat Rekomendasi dari KUA ( Jika Pelaksanaan Nikah dilain Kecamatan ).
- SLIP Setoran BANK ( Jika Pelaksanaan Nikah diluar kantor KUA ).

PERSAYARATAN NIKAH
( BAGI CALON MEMPELAI LAKI LAKI /PEREMPUAN )

- FOTOCOFI KTP.
- FOTOCOFI KK
- FOTOCOFI AKTA KELAHIRAN ( JIKA ADA )
- FOTOCOFI IJAZAH ( JIKA ADA )
- PAS PHOTO WARNA : 2X3 = 3 LEMBAR , 3X4 ; 3 LEMBAR, 4X6 = 1 LEMBAR.
- N 1 (DARI DESA/KELURAHAN ) : Surat Keterangan Untuk Nikah.
- N 2 (DARI DESA/KELURAHAN ) : Surat Keterangan Asal Usul
- N3 : Surat Persejujuan Mempelai
- N 4 (DARI DESA/KELURAHAN ) : Surat Keterangan Tentang Orang Tua
- N5 : Surat Izin Orang Tua. Bagi yg belum berusia 21
- N 6 (DARI DESA/KELURAHAN ) : Surat Keterangan Kematian Suami / Isteri.
- N7 : Surat Pemberitahuan Kehendak Nikah
- Akta Kematian Suamim/ Isteri : Dari Catatan Sipil
- Surat Rekomendasi dari Camat ( Jika Pelaksanaan Nikah dibawah 10 hari ).
- Surat Rekomendasi dari KUA ( Jika Pelaksanaan Nikah dilain Kecamatan ).
- SLIP Setoran BANK ( Jika Pelaksanaan Nikah diluar kantor KUA ).
Bingin Teluk,,.................................

Kepada
Yth. Ketua Pengadilan Agama Lubuklinggau.
di.-
Lubuklinggau

Assalamu’alaikum, Wr,Wb.

Yang beranda tangan dibawah ini :

Nama : ..................................................
Umur/Agama :............................../...................
Pendidikan/ Pekerjaan :........................./.........................
Tempat Tinggal :...................................................

Dengan ini mengajukan perkara gugat cerai terhadap suami/Isteri saya :

Nama : ..................................................
Umur/Agama :............................../...................
Pendidikan/ Pekerjaan :........................./.........................
Tempat Tinggal :...................................................

Adapun alasan alasan saya mengajukan gugatan cerai ini adalah sebagai berikut :

1. Bahwa penggugat dan tergugat adalah suami isteri sah, yang menikah di
Desa ...........................Tanggal :..............................., yang tercatat pada Kantor urusan
Agama Kecamatan Rawas Ilir Kabupaten Musi Rawas Utara, dengan Kutipan Akta
Nikah nomor :............................... Tanggal:.................................., dan setelah akad
Nikah penggugat/ tergugat mengucapkan sighat ta’lik, waktu menikah Penggugat
berstatus perawan/jejaka.
2. Bahwa, setelah pernikahan tersebut penggugat dan tergugat bertempat tinggal di
desa.....................Kecamatan ............................dan dikaruniai ........anak
laki/perempuan yang bernama :.................................
3. Bahwa, semasa hidup berumah tangga antara penggugat dan tergugat sering terjadi
pertengkaran dan tidak harmonis dan akhirnya berpisah pada
bulan.............tahun................... hingga sekarang belum pernah rujuk.
4. Bahwa, penyebab terjadinya perpisahan tersebut adalah :
a. ...................................................................................
b. .......................................................................................
c. .....................................................................................
d. ..........................................................................................
5. Bahwa, Penggugat dan Tergugat telah berpisah dan tidak serumah sejak
bulan...................... hingga sa’at ini ( sekitar..........Tahun ................ Bulan ).
6. Bahwa, selama ini Penggugat telah beberapa kali mencoba untuk rujuk dan
memperbaiki rumah tangga dengan cara bermusyawah kekeluargaan, namun tergugat
tidak mau. Sehingga penggugat memutuskan penceraianlah jalan yang terbaik yang
harus ditempuh.
7. Bahwa, berdasarkan alasan alasan tersebut diatas maka penggugat memohon kepada
Bapak Ketua Pengadilan Agama Lubuklinggau melalui Majelis Hakim yang
menangani perkara ini mohon kiranya untuk berkenan menerima, memeriksa,
mengadili serta memutuskan sebagai berikut :

Primer :

1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat.


2. Menyatakan jatuh talak 1 (satu) ba’in sugro tergugat(...................................)
3. Membebankan perkara ini menurut ketentuan berlaku.

Subsider :
Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil adilnya.

Demikian dibuat Surat Gugatan ini dengan sebenarnya, atas terkabulnya diucapkan
terima kasih.

Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.
Penggugat,

................................................
PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS URATA
KECAMATAN RAWAS ILIR
KELURAHAN BINGIN TELUK

SURAT KETERANGAN
Nomor :

Yang bertanda tangan dibawah ini, Lurah Kelurahan Bingin Teluk Kecamatan Rawas
Ilir Kabupaten Musi Rawas Utara, menerangkan bahwa :

1. Nama : FAHRIZAL
NIK : 1605042306780001
Jenis Kelamin : Laki Laki
Tempat & Tanggal lahir : Bingin Teluk, 23 Juni 1978
Agama : Islam
Status : Jejaka
Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
Alamat : Rt 05, Kelurahan Bingin Teluk

2. Nama : SURIHA
NIK : 1605046712840001
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat & Tanggal lahir : Bingin Teluk, 27 Desember 1984
Agama : Islam
Status : Perawas.
Pekerjaan :-
Alamat : Rt 01. Kelurahan Bingin Teluk

Bahwa yang bersangkutan akan melaksanakan Pernikahan di Kantor Urusan Agama


( KUA ) Kecamatan Rawas Ilir, pada Hari Jum,at Tanggal 18 Desember 2020, Pukul ; 13,00,
WIB

Demikianlah Surat Keterangan ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Bingin Teluk, 03 Desember 2020,


Lurah Bingin Teluk,

SUDIRMAN
NIP. 19631005198841002
PERSAYARATAN NIKAH
( BAGI CALON MEMPELAI LAKI LAKI /PEREMPUAN )

- FOTOCOFI KTP.
- FOTOCOFI KK
- FOTOCOFI AKTA KELAHIRAN
- FOTOCOFI IJAZAH
- PAS PHOTO WARNA : 2X3 = 3 LEMBAR , 3X4 ; 3 LEMBAR, 4X6 = 1 LEMBAR.
- N 1 (DARI DESA/KELURAHAN ) : Surat Keterangan Untuk Nikah.
- N 2 (DARI DESA/KELURAHAN ) : Surat Keterangan Asal Usul
- N3 : Surat Persejujuan Mempelai
- N 4 (DARI DESA/KELURAHAN ) : Surat Keterangan Tentang Orang Tua
- N5 : Surat Izin Orang Tua. Bagi yg belum berusia 21
- N 6 (DARI DESA/KELURAHAN ) : Surat Keterangan Kematian Suami / Isteri.
- N7 : Surat Pemberitahuan Kehendak Nikah
- Akta Kematian Suami/ Isteri : Dari Catatan Sipil
- Surat Rekomendasi dari Camat ( Jika Pelaksanaan Nikah dibawah 10 hari ).
- Surat Rekomendasi dari KUA ( Jika Pelaksanaan Nikah dilain Kecamatan ).
- SLIP Setoran BANK ( Jika Pelaksanaan Nikah diluar kantor KUA ).
‫‪Khutbah Jumat: Larangan Tasyabbuh & Cara Agar Terhindar dari‬‬
‫‪Tasyabuh‬‬
‫‪Khutbah Pertama‬‬
‫شرُوْ ِر َأ ْنف ُِسنَا وَ ِمنْ‬ ‫هلل ِمنْ ُ‬ ‫ِإنَّ ا ْل َحمْ َد ِللَّ ِه نَ ْح َم ُد ُه وَ نَسْ تَ ِع ْينُ ُه وَ نَسْ تَ ْغفِرُ ُه‪ ،‬وَ نَعُو ُذ ِبا ِ‬
‫ش َه ُد َأنَّ الَ‬
‫ي لَهُ‪َ .‬أ ْ‬ ‫ُض َّل لَ ُه وَ مَنْ يُضْ ِللْ َفالَ َها ِد َ‬ ‫هللا َفالَ م ِ‬ ‫ات َأعْ مَا ِلنَا‪ ،‬مَنْ َي ْه ِد ُ‬ ‫سيَِّئ ِ‬‫َ‬
‫ش َه ُد َأنَّ م َ‬
‫ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه وَ رَ سُوْ لُ ُه‬ ‫ش ِريْكَ لَ ُه وَ َأ ْ‬ ‫هللا وَ ْح َد ُه الَ َ‬ ‫ِإلَ َه ِإالَّ ُ‬

‫سلَّ َم وَ عَ لَى آ ِل ِه‬


‫هلل عَ لَ ْي ِه وَ َ‬ ‫سلِّ ْم عَ لَى نَ ِبيِّنَا وَ رَ سُوْ ِلنَا م َ‬
‫ُح َّم ٍد صَ لَّى ا ُ‬ ‫َاللَّ ُه َّم صَ ِّل وَ َ‬
‫َأ‬
‫َان ِإلَى يَوْ ِم ال ِّدي ِ‬
‫ْن‬ ‫وَ صْ َح ِاب ِه وَ مَنْ تَ ِب َع ُه ْم بِِإ ْحس ٍ‬

‫س وَ ا ِح َد ٍة وَ خَ لَ َق ِم ْن َها زَ وْ َج َها وَ ب َّ‬ ‫َأ‬


‫َث‬ ‫يَا يُّ َها النَّاسُ اتَّقُوا رَ بَّ ُك ْم الَّ ِذي خَ لَ َق ُك ْم ِمنْ نَ ْف ٍ‬
‫ِم ْن ُهمَا ِر َجاالً َك ِثير ًا وَ ِنسَا ًء وَ اتَّقُوا اللَّ َه الَّ ِذي تَتَسَا َءلُونَ ِب ِه وَ اَألرْ َحا َم ِإنَّ اللَّ َه َكانَ‬
‫عَ لَ ْي ُك ْم رَ ِقيب ًا‬

‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه َح َّق تُ َقا ِت ِه وَ اَل َتمُوتُنَّ ِإاَّل وَ َأ ْنتُ ْم مُسْ ِلمُونَ‬

‫س ِديدًا ‪ ،‬يُصْ ِلحْ لَ ُك ْم َأعْ مَالَ ُك ْم وَ يَ ْغ ِفرْ لَ ُك ْم‬‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه وَ ُقولُوا َقوْ اًل َ‬
‫ُذنُوبَ ُك ْم وَ مَنْ ي ُِط ِع اللَّ َه وَ رَ سُولَ ُه َف َق ْد َفازَ َفوْ زً ا عَ ِظيمًا‬

‫َأمَّا بَعْ ُد‬

‫‪Jamaah Jumat rahimakumullah,‬‬


‫‪Islam merupakan agama yang sempurna, komprehensif dan menyeluruh. Di‬‬
‫‪antara bentuk kesempurnaannya adalah lslam mencakup seluruh kebaikan‬‬
‫‪yang diserukan oleh seluruh syariat terdahulu, menyempurnakannya dan‬‬
‫‪menghapuskan selainnya.‬‬

‫‪Allah Ta’ala berfirman,‬‬

‫ۖ وَ َأ ْنزَ ْلنَا ِإ َليْكَ ا ْل ِكتَابَ ِبا ْل َح ِّق مُصَ ِّد ًقا ِلمَا بَيْنَ يَ َد ْي ِه ِمنَ ا ْل ِكتَا ِ‬
‫ب وَ ُم َه ْي ِمنًا عَ لَ ْي ِه‬

‫‪Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,‬‬


‫‪membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan‬‬
‫‪sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu… [Al-Maidah:‬‬
‫]‪48‬‬
Ketika syariat Islam itu berbeda dari syariat yang lain, dan kaum Muslimin
berbeda dengan bangsa-bangsa lain maka itu adalah sesuatu yang
memang telah disengaja oleh Dzat yang telah menetapkan syariat ini.

Tujuannya adalah agar setiap Muslim tampil dengan kondisi yang paling
sempurna sesuai dengan jati dirinya. Hukum-hukum syariat juga telah
muncul dengan larangan untuk latah mengikuti bangsa-bangsa kafir
terdahulu dan terkini.

AllahTa’ala berfirman,

‫شا َء اللَّ ُه لَ َج َعلَ ُك ْم ُأ َّم ًة وَ ا ِح َد ًة وَ ٰلَ ِكنْ ِليَ ْبلُوَ ُك ْم‬


َ ْ‫اجا ۚ وَ لَو‬
ً ‫ِل ُك ٍّل َج َع ْلنَا ِم ْن ُك ْم ِشرْ عَ ًة وَ ِم ْن َه‬
‫ات ۚ ِإلَى اللَّ ِه مَرْ ِج ُع ُك ْم َج ِميعًا َفيُنَبُِّئ ُك ْم ِبمَا ُك ْنتُ ْم ِفي ِه‬ ِ َ‫ِفي مَا آتَا ُك ْم ۖ َفاسْ تَ ِبقُوا ا ْلخَ يْر‬
َ‫تَخْ تَ ِل ُفون‬

Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa
yang telah kamu perselisihkan itu. [Al-Maidah: 48]
Syariat dan jalan ini telah menghasung umat Islam untuk tidak mengikuti
orang-orang yang kurang agamanya, seperti, kaum ahli bid’ah yang sesat,
orang-orang fasik dan ahli maksiat,

Syariat lslam juga menjamin perlindungan untuk setiap Muslim dari hal-hal
yang bertentangan dengan fitrah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk
semua manusia. Maka, syariat lslam tampil dengan melarang kaum pria
menyerupai kaum wanita dan kaum wanita menyerupai kaum pria.

Ini karena masing-masing dari keduanya memiliki peranan dalam


kehidupan selain kewajiban-kewajiban dan tabiat yang berbeda satu dari
yang lain. Sebagaimana syariat lslam juga telah berhasil mengangkat harkat
setiap Muslim dengan melarangnya untuk bertindak menyerupai binatang.

Begitu kuatnya Islam menghendaki agar umatnya memiliki identitas yang


khas dan mulia dengan berpegang teguh dengan ajarannya.
Untuk itu, Islam memberikan larangan yang jelas dan tegas pula agar tidak
melakukan penyerupaan terhadap pihak lain yang terlarang. Inilah yang
dikenal dengan larangan tasyabbuh dalam Islam.

Apa itu Tasyabbuh?


Ma’syirol Muslimin rahimakumullah,
Bila demikian halnya, lantas apakah sebenarnya yang dimaksud dengan
tasyabbuh itu? Menurut Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-‘Aql, At-Tasyabbuh
secara bahasa diambil dari kata al-musyabahah yang berarti meniru atau
mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti.
At-Tasybih berarti peniruan.
Dan mutasyabihah berarti mutamatsilat (serupa). Dikatakan artinya serupa
dengannya, meniru dan mengikutinya.
Tasyabbuh yang dilarang dalam Al-Quran dan As-Sunnah secara syar’i
adalah menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan sifatnya,
baik dalam aqidah, peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah laku
yang menunjukkan ciri khas mereka.

Termasuk dalam tasyabbuh yaitu meniru terhadap orang-orang yang tidak


shalih, walaupun mereka itu dari kalangan kaum muslimin, seperti orang-
orang fasik, orang-orang awam dan jahil, atau orang-orang Arab (badui)
yang tidak sempurna diennya (keislamannya).

Oleh karena itu, secara global kita katakan bahwa segala sesuatu yang tidak
termasuk ciri khusus orang-orang kafir, baik aqidahnya, adat-istiadatnya,
peribadatannya, dan hal itu tidak bertentangan dengan nash-nash serta
prinsip-prinsip syari’at, atau tidak dikhawatirkan akan membawa kepada
kerusakan, maka tidak termasuk tasyabbuh. Inilah pengertian secara global.

Hadits Tentang Larangan Tasyabbuh (Bil Kuffar)


Jamaah Jumat rahimakumullah,
Rasulullah ‫ ﷺ‬telah menegaskan bahaya bertasyabuh dengan suatu kaum
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiyallahu
‘anhuma bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

ُ ‫ حتى يُعبَ َد‬، ‫َّيف‬


‫ و‬، ‫هللا تعالى وحده ال شريكَ له‬ ِ ‫بُ ِعثتُ بين يدي الساع ِة بالس‬
‫ و‬، ‫صغا ُر على من خالفَ أمري‬َّ ‫ و ُج ِع َل ال ُّذ ُّل و ال‬، ‫ُج ِع َل ِرزْ قي تحت ِظ ِّل رُ مْ حي‬
‫بقوم فهو منهم‬
ٍ ‫من تشبَّه‬
”Aku diutus di sebelum Kiamat dengan pedang hingga hanya Allah sajalah
yang diibadahi, tiada sekutu bagi-Nya, dan rezekiku di bawah bayangan
tombakku dan kehinaan dan kerendahan ditimpakan kepada siapa saja yang
menyelisihi perintahku. Dan siapa menyerupai suatu kaum, maka ia adalah
bagian dari mereka.”
[ Hadits riwayat Al-Bukhari no 2914 dan Ahmad (5667). Lafazh hadits ini dari
riwayat Ahmad. Hadits shahih menurut Syaikh Al-Albani sebagaimana
disebutkan dalam Shahih Al-Jaami’ no.2831]

Hadits itu menunjukkan bahwa siapa pun yang berusaha meniru seseorang,
maka ia akan menjadi seperti orang tersebut dalam hal keadaan dan tempat
kembalinya.

Jadi, siapa saja yang menyerupai orang-orang shalih, maka ia akan menjadi
orang shalih dan dikumpulkan dengan mereka. Dan siapa saja yang
menyerupai orang-orang kafir atau fasik, maka ia akan menJadi seperti itu
pula keadaan dan tempat kembalinya.

Berbagai Kelompok Yang Dilarang Untuk Bertasyabbuh Dengannya


Jamaah Jumat rahimakumullah,

Dalam hadits tadi disebutkan bahwa siapa saja yang bertasyabbuh atau
menyerupai suatu kaum maka dia bagian dari kaum tersebut. Lantas, siapa
sajakah kelompok manusia yang kita dilarang untuk menyerupai mereka?

1. Orang-orang kafir
Hal ini sebagaimana dalam hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu
‘anhu, dia berkata,’Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

“Sungguh kalian pasti akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian


sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta. Sehingga apabila
mereka memasuki lubang biawak pun kalian akan mengikuti
mereka.” Ditanyakan,”Wahai Rasulullah ! Yahudi dan Nasranikah? Beliau ‫ﷺ‬
menjawab,”Siapa lagi (kalau bukan mereka).”
[Hadits riwayat Al-Bukhari no. 3269 dan Muslim no. 2669]

Hadits ini meskipun bersifat khabar (informatif) namun diungkapkan dalam


bentuk celaan. Ungkapan kalimat semacam ini mengandung pelajaran
bahwa hadits ini berarti merupakan larangan dan pembatasan bukan
sekedar pemberitahuan.

2. Orang-orang Jahilyah
Yang dimaksud dengan jahiliyah secara bahasa menurut Ar-Raghib al
Asfahani ada 3 macam pengertian:
 Kosongnya jiwa dari ilmu
 Mempercayai sesuatu yang bertentangan semestinya
 Melakukan sesuatu yang bertentangan dengan yang
semestinya dilakukan.
Sedangkan secara istilah yang dimaksud jahiliyah menurut Imam As-Suyuthi
adalah suatu kondisi masyarakat Arab sebelum datangnya Islam yaitu
bodoh kepada Allah, Rasulullah, dan syariat agama, berbangga dengan
nasab, kebesaran, kekuasaan dan lain sebagainya.

Sedangkan dasar pelarangan untuk bertasyabbuh dengan orang-orang


jahiliyah di antaranya adalah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma
bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,”Manusia yang paling dibenci oleh Allah ada tiga
macam: Mulhid (atheis) di tanah Haram, pemeluk Islam yang mencari-cari
tradisi jahiliyah dan penuntut darah seseorang dengan tidak ada hak untuk
menumpahkan darahnya.” [Hadits riwayat Al-Bukhari no. 6488]
3. Setan
Sangat banyak dalil syar’i baik dalam Kitab atau sunnah yang menjelaskan
tentang berita berkenaan dengan setan dan bahayanya, sekaligus
mengandung peringatan keras dari aksinya yang menyesatkan dan tipu
dayanya. Di antaranya:

ِ ‫ش ْيطَانَ لَ ُك ْم عَ دُوٌّ َفاتَّ ِخ ُذو ُه عَ دُوًّ ا ۚ ِإنَّمَا يَدْعُ و ِحزْ بَ ُه ِليَ ُكونُوا ِمنْ َأصْ َحا‬
‫ب‬ َّ ‫إِنَّ ال‬
‫ير‬
ِ ‫س ِع‬َّ ‫ال‬

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia


musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-
nyala. [Fathir: 6]
ْ‫يه ْم وَ ِمن‬ ‫ا ْلمُسْ َت ِقي َم ثُ َّم آَل ِتيَنَّ ُه ْم ِمنْ بَي َأ‬ َ‫صرَ اطَك‬ ِ ‫َقا َل َف ِبمَا َأ ْغوَ ْيتَ ِني َأَل ْق ُعدَنَّ َل ُه ْم‬
ِ ‫ْن ْي ِد‬
ِ
َ‫شا ِك ِرين‬ َ ‫تَ ِج ُد َأ ْكثَرَ ُه ْم‬ َ ْ‫خَ ْل ِف ِه ْم وَ عَ نْ َأ ْيمَا ِن ِه ْم وَ عَ ن‬
‫شمَاِئ ِل ِه ْم ۖ وَ اَل‬

Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya


benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang
lurus,
kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang
mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati
kebanyakan mereka bersyukur (taat).  [Al-A’raf: 16-17]
Sedangkan dalil yang menunjukkan larangan menyerupai setan di antaranya
adalah hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda,”Jika salah seorang dari kalian makan, hendaknya dengan tangan
kanannya dan jika minum hendaknya dengan tangan kanannya karena
setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan
kirinya.” [Hadits riwayat Muslim no. 2020]
4. Ahli Bid’ah
Yang dimaksud dengan ahli bid’ah adalah orang-orang yang mengada-
adakan suatu tata cara batu dalam beragama dan menyerupai syariat
dengan tujuan untuk diikuti dengan anggapan hal itu merupakan tata cara
beragama yang syar’i.

Semua jenis perbuatan yang berkaitan dengan bid’ah dalam agama adalah
haram. Dalil-dalil yang menunjukkan semua itu sangatlah banyak. Di
antaranya adalah

 Firman Allah dalam surat Al-An’am: 153


‫سبُ َل َفتَ َف َّر َق ِب ُك ْم عَ نْ س َِبي ِل ِه ۚ ٰ َذ ِل ُك ْم‬
ُّ ‫اطي مُسْ تَ ِقيمًا َفاتَّ ِبعُو ُه ۖ وَ اَل تَتَّ ِبعُوا ال‬ ِ َ‫صر‬ ِ ‫وَ َأنَّ ٰ َه َذا‬
َ‫وَ صَّ ا ُك ْم ِب ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّ ُقون‬

dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
Jalan yang lurus yang diperintahkan oleh Allah untuk mengikutinya adalah
jalan Allah. Sedangkan jalan yang lain yang kita dilarang mengikutinya
adalah jalan-jalan ahli bid’ah.

 Firman Allah dalam surat An-Nisa’: 115


‫شا ِق ِق الرَّ سُو َل ِمنْ بَعْ ِد مَا تَبَيَّنَ َل ُه ا ْل ُهد َٰى وَ يَتَّ ِبعْ َغيْرَ س َِبي ِل ا ْل ُمْؤ ِم ِنينَ نُوَ لِّ ِه مَا‬ َ ُ‫وَ مَنْ ي‬
‫َصيرً ا‬ ِ ‫َت م‬ ْ ‫تَوَ لَّىٰ وَ نُصْ ِل ِه َج َهنَّ َم ۖ وَ سَاء‬

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya,


dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia
leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan
ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.
 Hadits shahih riwayat Al-Bukhari no. 6849 dan Muslim no. 867.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,” Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitab
Allah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Seburuk-buruk
perkara adalah perkara-perkara baru; dan setiap bid’ah adalah kesesatan.”
5. Orang-orang fasik
Yang disebut dengan orang fasik adalah orang yang biasa melakukan dosa-
dosa besar atau orang yang terus menerus melakukan salah satu jenis dari
dosa – dosa kecil. Di antara dalil yang menujukkan larangan bertasyabbuh
dengan orang-orang fasik adalah:

 Firman Allah dalam surat Al-Hasyr: 19


َ ‫وَ اَل تَ ُكونُوا َكالَّ ِذينَ نَسُوا اللَّ َه َفَأ ْنسَا ُه ْ›م َأ ْن ُف‬
ِ ‫س ُه ْم ۚ ُأو ٰلَِئكَ ُه ُم ا ْل َف‬
َ‫اس ُقون‬

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang
yang fasik.
Ayat di atas melarang untuk bertasyabbuh kepada orang-orang fasik, yaitu
mereka yang melupakan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 Hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,


‫بقوم فهو منهم‬
ٍ ‫و من تشبَّه‬

“Siapa yang bertasyabbuh dengan suatu kaum maka dia bagian dari
mereka.” [Hadits riwayat Ibnu Majah]
Imam Ash-Shan’ani mengatakan bahwa hadits ini bersifat umum. Termasuk
di dalam kandungan hadits ini adalah bertasyabbuh kepada orang-orang
kafir; para ahli bid’ah, orang-orang fasik, sebagaimana termasuk juga di
dalamnya kepada orang-orang baik dan orang-orang yang beriman.

6. Wanita kepada pria dan pria kepada wanita


Islam membedakan antara kaum pria dari kaum wanita. lslam juga
mensyariatkan bagi pria dan wanita itu berbagai hukum yang sesuai dengan
keadaan mereka masing-masing. Hukum-hukum itu berbeda satu sama
lainnya.

Yang demikian itu karena pria dan wanita itu memiliki keistimewaan-
keistimewaan yang khusus untuk masing-masing. Keistimewaan yang khas
tersebut membedakannya dari yang lain baik dalam bentuk ciptaan (kondisi
fisik), tabiat, sifat-sifat kejiwaan, dan sifat-sifat kecerdasan masing-masing.

Berdasarkan hal tersebut Islam melarang tindakan menyerupai satu jenis


kepada jenis yang lainnya. Dalil-dalil syar’i yang berkaitan dengan hal ini
sangatlah banyak di antaranya,
1. Hadits dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia
berkat,’Nabi ‫ ﷺ‬melaknat kaum pria yang menyerupai wanita
dan kaum wanita yang menyerupai pria. Beliau
bersabda,”Usirlah mereka dari rumah-rumah kalian.” [ Hadits
riwayat Al-Bukhari no. 5547]
2. Hadits dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, dia
berkata,”Saya mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,”Wanita
mana saja yang menyerupai pria bukanlah dari golongan kami.
Demikian pula dengan para pria yang menyerupai
wanita.” [Hadits riwayat Ahmad no. 6875 dan ath-Thabrani.]
3. Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia
berkata,’Rasulullah ‫ ﷺ‬melaknat pria yang mengenakan pakaian
wanita dan wanita yang mengenakan pakaian pria.” [Hadits
riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Al-Hakim. Al-Hakim
berkata,”Shahih menurut syarat Muslim.”
7. Orang-orang Badui dan yang semisal dengan mereka
Yang dimaksud dengan Badui menurut Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani adalah
penghuni daerah pedalaman sekalipun bukan dari bangsa Arab.
‘Arabi adalah istilah yang dinisbatkan kepada orang Arab sekalipun tidak
tinggal di pedalaman. [Fathul Bari: 2/44]
Terdapat nash-nash yang bersifat umum dan khusus yang menerangkan
kelemahan dan kekurangan orang-orang Badui pada umumnya. Hal itu
dikarenakan keharusan mereka sebagai badui dan juga karena mereka tidak
bisa lepas dari daerah pedalaman sehingga mereka sangat kurang ilmu, dan
demikian pula dalam hal agama. Juga karena mereka mewarisi tabiat yang
keras dan kasar.

Di antara dalil yang melarang tasyabbuh dengan mereka adalah:

 Firman Allah Ta’ala dalam surat At-Taubah : 97


ۗ ‫ش ُّد ُك ْفرً ا وَ ِن َفا ًقا وَ َأ ْجدَرُ َأاَّل يَ ْعلَمُوا ُحدُو َد مَا َأ ْنزَ َل اللَّ ُه عَ لَىٰ رَ سُو ِل ِه‬َ ‫اَأْلعْ رَ ابُ َأ‬
‫وَ اللَّ ُه عَ ِلي ٌم َح ِكي ٌم‬

Orang-orang Arab Badui itu, lebih keterlaluan kekafiran dan


kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang
diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
lbnu Katsir berkata, ‘Allah Ta’ala memberikan kabar bahwa di kalangan
orang-orang badui terdapat orang-orang kafir; orang-orang munafik, dan
orang-orang mukmin. Akan tetapi, kekafiran dan kemunafikan mereka itu
sangat keterlaluan melebihi orang-orang selain mereka.
Dan memang yang demikian itu lebih layak bagi mereka. Yakni, lebih layak
jika mereka itu tidak mengetahui aturan-aturan yang diturunkan oleh Allah
Ta’ala kepada rasul-Nya…[Tafsir Ibnu Katsir 2/397]

Hadits dari ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,”Aku



mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,” Jangan sekali-kali kalian
didominasi onng-orang badui tentang nama shalat kalian,
ketahuilah bahwa (nama) shalat itu adalah isya’, dan mereka
dalam keadaan memerah susu unta,” [Hadits riwayat Muslim no.
644]
Imam Ibnu Hajar berkata , “Artinya, janganlah kalian terpengaruh dengan
apa yang telah menjadi adat-adat mereka yang menamakan shalat maghrib
dengan nama isya; dan menamakan shalat isya dengan ‘atamah. Sehingga
orang-orang Badui itu merampas nama isya’ yang mana Allah menamakan
shalat dengan nama itu.” [Fathul Bari 2/43]
8. Aneka binatang
Banyak dalil yang melarang bertasyabbuh kepada macam-macam binatang
dengan kekhususannya. Sekalipun dalil-dalil tersebut menunjukkan
larangan tersebut kadang-kadang dengan bentuk isyarat. Di antaranya:

Sifat manusia yang menyerupai binatang dicela di dalam berbagai dalil


syar’i. Contohnya dalam firman Allah dalam surat Al-A’raf: 179

ِ ‫س ۖ لَ ُه ْم ُقلُوبٌ اَل يَ ْف َق ُهونَ ِب َها وَ لَ ُه ْم َأعْ يُنٌ اَل يُب‬


‫ْصرُ ونَ ِب َها وَ لَ ُه ْم آ َذانٌ اَل‬ ‫ْأ‬
ِ ‫وَ لَ َق ْد َذرَ نَا ِل َج َهنَّ َم َكثِيرً ا ِمنَ ا ْل ِج ِّن وَ اِإْل ْن‬
َ‫َام بَ ْل ُه ْم َأضَ ُّل ۚ ُأو ٰلَِئكَ ُه ُم ا ْل َغا ِفلُون‬ ِ ‫س َمعُونَ ِب َها ۚ ُأو ٰلَِئكَ َكاَأْل ْنع‬ ْ َ‫ي‬

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan


dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
Juga dalam surat Al-A’raf: 175-177.

َّ ‫سلَ َخ ِم ْن َها َفَأ ْتبَ َع ُه ال‬


ِ ‫ش ْيطَانُ َف َكانَ ِمنَ ا ْل َغ‬
َ‫اوين‬ َ ‫وَ ا ْت ُل عَ لَي ِْه ْم نَبََأ الَّ ِذي آتَ ْينَا ُه آيَا ِتنَا َفا ْن‬

‫ث َأوْ تَ ْترُ ْك ُه‬


ْ ‫ب ِإنْ تَ ْح ِم ْل عَ لَ ْي ِه يَ ْل َه‬ ِ ْ‫وَ لَوْ ِشْئ نَا لَرَ َف ْعنَا ُه ِب َها وَ ٰلَ ِكنَّ ُه َأخْ لَ َد ِإلَى اَأْلر‬
ِ ‫ض وَ اتَّبَعَ َهوَ ا ُه ۚ َف َمثَلُ ُه َك َمثَ ِل ا ْل َك ْل‬
َ‫ص ا ْلقَصَ صَ لَ َعلَّ ُه ْم َيتَ َف َّكرُ ون‬ ِ ُ‫ث ۚ ٰ َذ ِلكَ َمثَ ُل ا ْل َقوْ ِم الَّ ِذينَ َك َّذبُوا ِبآيَا ِتنَا ۚ َفا ْقص‬ ْ ‫َي ْل َه‬

َ ‫سَا َء َمثَاًل ا ْل َقوْ ُم الَّ ِذينَ َك َّذبُوا ِبآيَا ِتنَا وَ َأ ْن ُف‬


َ‫س ُه ْم َكانُوا يَظْ ِلمُون‬
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan
kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia
melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai
dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya
dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan
hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika
kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya
dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-
orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada
mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.
Sebagaimana dalam hadits Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
”Tegakkanlah (tangan) kalian dalam bersujud dan janganlah seseorang dari
kalian mendatarkan kedua lengannya sebagaimana anjing
mendatarkannya.” [Hadits riwayat Al-Bukhari no. 788 dan Muslim no. 493]
Al-Munawi mengomentari hadits ini dengan mengatakan, ”Di dalamnya ada
isyarat yang menunjukkan kepada larangan untuk bertasyabbuh kepada
semua binatang yang sangat rendah dalam hal akhlak, sifat, cara duduk,
dan lain sebagainya.”

Hukum Tasyabuh
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Berkaitan dengan hukum tasyabbuh, Dr. Nashir bin Abdul Karim al-Aql
menegaskan bahwa masing-masing jenis tasyabbuh memiliki hukum
tersendiri berdasarkan nash-nash yang ada. namun ada beberapa hukum
umum yang meliputi semua jenis tasyabbuh yang bersifat menyeluruh
bukan parsial. Hukum umum ini adalah sebagai berikut:

1. Syirik atau kufur.


Seperti tasyabbuh dalam masalah keyakinan, beberapa perkara masalah
ibadah, misalnya tasyabbuh terhadap orang-orang Yahudi, Nasrani, atau
Majusi dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan masalah tauhid
dan aqidah.

Contohnya:

 Meyakini bersatunya antara hamba dengan Allah,


 Taqdis (mensucikan) seorang nabi atau orang-orang shalih
kemudian berdoa serta beribadah kepada mereka,
Berhukum dengan syari’at dan perundang-undangan buatan

manusia.
Semua itu kalau tidak syirik pasti kufur hukumnya.

2. Kemaksiatan dan kefasikan.


Seperti taklid kepada adat-istiadat atau budaya kafir. Contohnya adalah
makan dan minum dengan tangan kiri, laki-laki menyerupai wanita atau
wanita yang menyerupai laki-laki.

Contoh yang lain adalah merayakan tahun baru. Di dalam Islam, tidak ada
perayaan tahun baru hijriyah atau pun perayaan tahun baru masehi. Itu
merupakan bentuk tabdzir dan taklid kepada budaya kafir.
3. Makruh
Hal ini bila timbul keraguan antara mubah atau haram karena tidak ada
kejelasan hukum. Maksudnya, kadang-kadang dalam beberapa masalah
tingkah laku, adat atau kebudayaan, serta beberapa masalah keduniaan
masih diragukan kedudukan hukumnya.

Apakah masalah tersebut termasuk suatu perkara yang dibenci ataukah


sesuatu yang mubah (dibolehkan). Namun, demi menjaga agar seorang
muslim tidak terperosok, maka dihukumi sebagai sesuatu yang makruh.

4. Mubah
Yaitu dalam masalah-masalah ilmu dan perkara-perkara keduniaan murni,
seperti penemuan atau pembuatan barang-barang yang bersifat umum,
pembuatan senjata, dan lain-lain maka hukumnya termasuk mubah, jika
memenuhi syarat-syarat berikut:

 Perbuatan tersebut menyangkut masalah keduniaan dan bukan


merupakan ciri khusus orang-orang kafir.
 Masalah tersebut tidak membedakannya dari orang-orang
muslim yang shalih.
 Tidak membawa kepada kerusakan yang besar terhadap kaum
muslimin, atau menguntungkan orang-orang kafir sehingga
menyebabkan diremehkannya kaum muslimin.
‫َات وَ ال ِّذ ْك ِر‬
ِ ‫ وَ نَ َف َع ِنيْ وَ ِإيَّا ُك ْم ِبمَا ِف ْي ِه ِمنَ اآلي‬,‫َظي ِْم‬ ِ ‫آن ا ْلع‬ ِ ْ‫هللا ِليْ وَ لَ ُك ْم ِفي ا ْل ُقر‬ ُ َ‫بَارَ ك‬
‫ستَ ْغ ِف ُر‬ْ ‫ َأ ُقوْ ُل َقوْ ِليْ َه َذا وَ ا‬.‫س ِميْعُ ا ْل َع ِل ْي ُم‬
َّ ‫ وَ تَ َقبَّ َل ِمنِّيْ وَ ِم ْن ُك ْم ِتالَوَ تَ ُه ِإنَّ ُه ُهوَ ال‬,‫ا ْل َح ِكي ِْم‬
‫ ِإنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغ ُفوْ رُ الرَّ ِح ْي ُم‬،‫ستَ ْغ ِفرُوْ ُه‬ ْ ‫َظ ْي َم ِليْ وَ لَ ُك ْم َفا‬ ِ ‫هللا ا ْلع‬
َ
Khutbah Kedua
‫سمَا ِء بُرُوْ ًجا‬
َّ ‫ي َج َع َل ِفي ال‬ ْ ‫ تَبَارَ كَ الَّ ِذ‬،‫َصيْرً ا‬
ِ ‫ي َكانَ ِب ِعبَا ِد ِه خَ ِبيْرً ا ب‬ ْ ‫َا ْل َحمْ ُد ِللَّ ِه الَّ ِذ‬
‫ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه‬ ْ ‫هللا وَأ‬
َ ‫ش َه ُد َانَّ م‬ ُ َّ‫ش َه ُد َانْ الَ ِإلَ َه ِإال‬ ْ ‫ َأ‬.‫اجا وَ َقمَرً ا ُم ِنيْرً ا‬ ً َ‫وَ َج َع َل ِف ْي َها ِسر‬
ً َ‫َاعيَا ِإلَى ا ْل َح ِّق بِِإ ْذ ِن ِه وَ ِسر‬
‫اجا ُم ِنيْرً ا‬ ِ ‫ وَ د‬،‫ي بَ َعثَ ُه ِبا ْل َح ِّق ب َِشيْرً ا وَ نَ ِذيْرً ا‬ْ ‫وُرَ سُولُ ُه الَّ ِذ‬

‫اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم‬
‫ أما بعد‬.‫بإحسان إلى يوم الدين‬

Agar Terhindar dari Tasyabbuh


Ma’asyirol muslimin rahimakumullah,
Sekarang bagaimana caranya agar kita tidak terjerumus ke dalam tasyabbuh
yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya?

Menurut Ust. Dr. Khalid bin Utsman As Sabt, cara mengobati penyakit
tasyabuh kepada suatu kaum adalah :

1. Kita harus mengetahui bahwa kita butuh kepada penjelasan


tentang kesempurnaan syariat Islam dan bahwa Islam itu tidak
memerlukan penyempurnaan dan bahwa Allah Ta’ala itu jika
melarang dari sesuatu pasti Allah memerintahkan kita dengan
sesuatu yang bermanfaat buat kita dan membuat kita merasa
cukup dari yang lain.
2. Tasyabbuh itu hanyalah muncul dari kekalahan mental, maka
seorang Muslim harus percaya kepada dirinya sendiri. Dia harus
bangga kepada agamanya dan tidak merasa malu bahwa dia
adalah seorang Muslim.
3. Kita harus menghidupkan akidah al-Wala’ wal Bara’ atau akidah
yang berkaitan dengan persoalan kesetiaan dan permusuhan.
Selain itu juga tentang peringatan dari tasyabbuh terhadap
orang-orang kafir.
4. Mengajari anak-anak kita di sekolah-sekolah dan pondok
pesantren dan sebelum itu di rumah-rumah kita tentang
kewajiban mereka terhadap agamanya dan syiar-syiar
agamanya. Selain itu juga tentang bahaya mengikuti orang-
orang kafir, konspirasi melawan Islam dan kaum muslimin
melalui media baik berkaitan dengan pakaian, syiar-syiar, akhlak
dan perilaku.
Demikian tadi beberapa terapi untuk mengobati penyakit
tasayabbuh dengan orang-orang kafir. Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan
‫‪kepada kita taufik untuk mengamalkannya dan menjadikannya bermanfaat‬‬
‫‪buat diri kita dan menjadi sebab bagi kaum muslimin untuk berpegang‬‬
‫‪teguh dengan agamanya dan akhlaknya yang terpuji.‬‬

‫‪Doa Penutup Khutbah‬‬


‫‪Mari kita akhiri khutbah Jumat ini dengan berdoa kepada Allah Subahanahu‬‬
‫‪wa Ta’ala.‬‬

‫ي‪ ،‬يَاَأيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُوْ ا صَ لُّوا عَ لَ ْي ِه وَ َ‬


‫سلِّمُوْ ا‬ ‫هللا وَ َمالَِئ َكتَ ُه يُصَ لُّوْ نَ عَ لَى النَّ ِب ِّ‬
‫ِإنَّ َ‬
‫ْت عَ لَى ِإبْرَ ا ِه ْي َم وَ عَ لَى آ ِل ِإبْرَ ا ِه ْي َم‪ .‬وَ ب ِ‬
‫َاركْ‬ ‫ُح َّم ٍد َكمَا صَ لَّي َ‬ ‫تَسْ ِل ْيمًا‪َ .‬اللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى م َ‬
‫ت عَ لَى ِإبْرَ ا ِه ْي َم وَ عَ لَى آ ِل ِإبْرَ ا ِه ْي َم ِفي ا ْلعَالَ ِميْنَ ‪ِ ،‬إنَّكَ َح ِم ْي ٌد‬ ‫ُح َّم ٍّد َكمَا بَارَ ْك َ‬‫عَ لَى م َ‬
‫َم ِج ْي ٌد‬

‫ات ْاَأل ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم وَ ْاَألمْ وَ ِ‬


‫ات‪،‬‬ ‫َات وَ ا ْل ُمْؤ ِم ِنيْنَ وَ ا ْل ُمْؤ ِمنَ ِ‬
‫اغ ِفرْ ِل ْلمُسْ ِل ِميْنَ وَ ا ْلمُسْ ِلم ِ‬
‫َاللَّ ُه َّم ْ‬
‫س ِميْعٌ َق ِريْبٌ ُم ِجيْبُ الدَّعْ وَ ِ‬
‫ات‬ ‫ِإنَّكَ َ‬

‫َات ِفي ْاُألمُوْ ِر‪،‬‬ ‫سَألُكَ الثَّب َ‬ ‫سَألُكَ ا ْل ُهدَى وَ التُّ َقى وَ ا ْل َع َفافَ وَ ا ْل ِغنَى‪َ .‬اللَّ ُه َّم ِإنَّا نَ ْ‬ ‫َاللَّ ُه َّم ِإنَّا نَ ْ‬
‫ش ْكرَ ِنعْ َم ِتكَ يَا َأرْ َح َم الرَّ ا ِح ِميْنَ ‪َ .‬اللَّ ُه َّم َأ ْح ِسنْ‬ ‫ش ِد‪ ،‬وَ نَسْ َألُكَ ُ‬ ‫وَ نَسْ َألُكَ عَ ِز ْي َم َة الرُّ ْ‬
‫ب ْاآل ِخرَ ِة‬ ‫ي ال ُّد ْنيَا وَ عَ َذا ِ‬ ‫عَ ا ِقبَتَنَا ِفي ْاُألمُوْ ِر ُكلَّ َها وَ َأ ِجرْ نَا ِمنْ ِخزْ ِ‬

‫سنَ ًة وَ ِقنَا عَ َذابَ النَّ ِ‬


‫ار‪ .‬رَ بَّنَا تَ َقبَّ ْل ِمنَّا ِإنَّكَ‬ ‫سنَ ًة وَ ِفي اآل ِخرَ ِة َح َ‬ ‫رَ بَّنَا آ ِتنَا ِفي ال ُّد ْنيَا َح َ‬
‫ت التَّوَّ ابُ ال َّر ِح ْي ُم‬‫س ِميْعُ ا ْل َع ِل ْي ُم‪ .‬وَ تُبْ عَ لَ ْينَا ِإنَّكَ َأ ْن َ‬ ‫َأ ْن َ‬
‫ت ال َّ‬

‫َان وَ ِإ ْيتَا ِء ِذي ا ْل ُقرْ بَى وَ يَ ْن َهى عَ ِن ا ْل َف ْح َ‬ ‫هللا‪ ،‬نَّ َ ْأ‬


‫شا ِء‬ ‫هللا يَ ُم ُر ِبا ْل َع ْد ِل وَ ْاِإل ْحس ِ‬ ‫ِعبَا َد ِ ِإ‬
‫سَألُوْ ُه ِمنْ‬ ‫هللا ا ْلع ِ‬
‫َظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم‪ ،‬وَ ا ْ‬ ‫ي‪ ،‬يَ ِعظ ُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ ‪َ .‬فا ْذ ُكرُ وا َ‬
‫وَ ا ْل ُم ْن َك ِر وَ ا ْلبَ ْغ ِ‬
‫هللا َأ ْكبَ‬ ‫ْط ُك ْم‪ ،‬وَ لَ ِذ ْكرُ ِ‬ ‫َفضْ ِل ِه يُع ِ‬

‫)‪Khutbah Jumat Tentang Penyakit Wahn (Bahaya, Penyebab, dan Obatnya‬‬

‫س وَ ا ِح َد ٍة وَ خَ لَ َق ِم ْن َها زَ وْ َج َها وَ ب َّ‬ ‫َأ‬


‫َث ِم ْن ُهمَا ِر َجاالً َك ِثير ًا وَ ِنسَا ًء‬ ‫يَا يُّ َها النَّاسُ اتَّقُوا رَ بَّ ُك ْم الَّ ِذي خَ لَ َق ُك ْم ِمنْ نَ ْف ٍ‬
‫وَ اتَّقُوا اللَّ َه الَّ ِذي تَتَسَا َءلُونَ ِب ِه وَ اَألرْ َحا َم ِإنَّ اللَّ َه َكانَ عَ لَ ْي ُك ْم رَ ِقيب ًا‬
ْ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه َحقَّ تُ َقا ِت ِه وَ اَل تَمُوتُنَّ ِإاَّل وَ َأ ْنتُ ْم ُم‬
َ‫س ِلمُون‬

‫ يُصْ ِلحْ لَ ُك ْم َأعْ مَالَ ُك ْم وَ يَ ْغ ِفرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم وَ مَنْ ي ُِط ِع اللَّ َه‬، ‫س ِديدًا‬
َ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه وَ ُقولُوا َقوْ اًل‬
‫وَ رَ سُولَ ُه َف َق ْد َفازَ َفوْ زً ا عَ ِظيمًا‬

‫َأمَّا بَ ْع ُد‬

Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,

Segala puji marilah kita haturkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
telah menganugerahkan kepada kita nikmat iman dan Islam serta kesehatan
dan keamanan. Demikian juga dengan berbagai nikmat Allah lainnya yang
tak terhitung jumlahnya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi kita


Muhammad ‫ﷺ‬, keluarganya, para sahabatnya, dan siapa saja yang
mengikuti jejak beliau dengan penuh keikhlasan dan kesabaran hingga hari
kiamat.

Kami wasiatkan kepada diri kami sendiri dan kepada Jamaah shalat Jumat
semuanya agar kita senantiasa berusaha bertakwa kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala semaksimal kemampuan yang kita miliki.

Kita berusaha melaksanakan perintah-perintah Allah sesuai kemampuan kita


dan menjauhi segala larangan-Nya di mana pun kita berada. Begitulah para
ulama mengajarkan cara bertakwa kepada Allah Ta’ala.

Apa itu Wahn


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Nabi kita Muhammad ‫ ﷺ‬telah menjelaskan segala hal yang akan membawa
kepada kebahagiaan umat manusia, kebaikan kehidupan mereka dan
kesejahteraan akhirat mereka dengan penjelasan yang sangat sempurna
dan gamblang.

Demikian pula, tidak ada satu pun keburukan atau kemadharatan kecuali
Rasulullah ‫ ﷺ‬telah memperingatkan umatnya dari hal tersebut dan
menjelaskannnya dengan sejelas-jelasnya.
Rasulullah ‫ ﷺ‬kembali kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam keadaan telah
menuntaskan tugasnya dalam menyampaikan risalah, menunaikan amanah,
menasehati umat dan berjihad di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-
benarnya.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan balasan yang terbaik,


teragung dan paling mulia di akhirat nanti atas segala jasanya terhadap
kaum Muslimin.

Di antara persoalan yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬kepada kita


adalah adanya berbagai peristiwa di masa datang sepeninggalnya, yang
akan terjadi, terutama perkara yang berkaitan dengan berbagai peristiwa
buruk yang menimpa umat Islam.

Di antaranya adalah sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Daud
dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,”Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

‫ بَ ْل أ ْنتُ ْم‬:َ‫ وَ ِمنْ ِقلّ ٍة َن ْحنُ يَوْ َمِئ ٍذ؟ قال‬:ٌ‫ فقا َل َقاِئل‬،‫ي األ َكلَ ُة إلَى َقصْ َع ِت َها‬ ِ ‫ي عَ ل ْي ُكم َكمَا تُد‬
َ ‫َاع‬ ِ ‫ُوشكُ اُأل َم ُم أنْ تُد‬
َ ‫َاع‬ ِ ‫ي‬
‫ وَ لَيَ ْق ِذ َفنّ هللا في‬،‫ُور عَ دُو ُك ْم ال َم َهابَ َة ِم ْن ُك ْم‬
ِ ‫ وَ لَيَ ْن ِز عَ نّ هللا ِمنْ صُ د‬،‫س ْي ِل‬
ّ ‫ وَ لَ ِكنّ ُكم ُغنَا ُء َك ُغنَا ِء ال‬، ٌ‫يَوْ َمِئ ٍذ َكثُير‬
‫ت‬ِ ْ‫ ُحبّ ال ّد ْنيَا وَ َكرَ ا ِهيَ ُة المَو‬:َ‫ يَا رَ سُو َل هللا وَ مَا ا ْلوَ ْهنُ ؟ قال‬:ٌ‫ فقا َل َقاِئل‬، َ‫وب ُكم الَوَ ْهن‬ ِ ُ‫” ُقل‬

“Hampir tiba masanya bangsa-bangsa non Muslim saling memanggil


(bersatu) untuk menguasai kalian sebagaimana sekelompok orang yang
hendak makan saling memanggil menuju tempat hidangan (untuk
menyantap makanan).
Ada seseorang yang bertanya, “Apakah karena pada saat itu kita sedikit
jumlahnya?”

Rasulullah ‫ ﷺ‬ menjawab, “Bahkan kalian jumlahnya banyak. Akan tetapi


kalian menjadi buih sebagaimana buih yang mengapung di atas air yang
deras. Allah benar-benar telah mencabut rasa takut terhadap kalian dari
dada  musuh-musuh kalian  dan Allah benar-benar mencampakkan al-wahn
(kelemahan) ke dalam hati kalian.”
Ada seseorang yang bertanya, “Apakah Al-Wahn itu wahai Rasulullah?”
Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab, “Cinta dunia dan membenci kematian.”
[Hadits riwayat Abu Daud di dalam sunannya 2/210. Syaikh Al-Albani
menyatakannya sebagai hadits shahih di dalam Shahih Abi Daud no. 4297]

Syaikh Alawi bin Abdul Qadir as-Saqqaf saat menerangkan hadits ini
mengatakan, “Maksudnya, telah dekat waktunya bangsa-bangsa kafir dan
sesat akan saling menyeru satu sama lain untuk memerangi kalian,
menghancurkan kekuatan kalian dan merampas negeri dan kekayaan yang
kalian miliki.

Hal ini sebagaimana sekelompok orang yang hendak makan saling


memanggil satu sama lain menuju tempat hidangan mereka, yang bisa
mereka dapatkan tanpa ada penghalang sama sekali. Dengan demikian
mereka bisa memakan hidangan tersebut secara nyaman tanpa ada
kesulitan.”[i]
Bahaya Penyakit Wahn
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela al-wahn atau kelemahan di dalam al-


Quran. Di antaranya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala daam surat
Ali Imran 146,

‫ستَ َكانُوْ ا ۗ وَ ال ٰلّ ُه‬


ْ ‫ي َقاتَ ۙ َل َمع َٗه ِربِّيُّوْ نَ َك ِثي ْۚرٌ َفمَا وَ َهنُوْ ا ِلمَآ َاصَ ابَ ُه ْم ِفيْ س َِب ْي ِل ال ٰلّ ِه وَ مَا ضَ ُعفُوْ ا وَ مَا ا‬
ٍّ ‫وَ َك َايِّنْ ِّمنْ ن َِّب‬
١٤٦ – َ‫الصّ ِب ِريْن‬ ٰ ُّ‫يُحِب‬

Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari
pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana
yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula)
menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.
Allah juga berfirman di dalam surat Ali Imran ayat 139:

١٣٩ – َ‫وَ اَل تَ ِهنُوْ ا وَ اَل تَ ْحزَ نُوْ ا وَ َا ْنتُ ُم ااْل َعْ لَوْ نَ ِانْ ُك ْنتُ ْم ُّمْؤ ِم ِنيْن‬

Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab
kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.
lalu di dalam surat Muhammad ayat 35 Allah berfirman,

٣٥ – ‫س ْل ۖ ِم وَ َا ْنتُ ُم ااْل َعْ لَوْ ۗنَ وَ ال ٰلّ ُه َم َع ُك ْم وَ لَنْ يَّ ِترَ ُك ْم َاعْ مَالَ ُك ْم‬
َّ ‫فَاَل تَ ِهنُوْ ا وَ تَدْعُ ْ ٓوا ِالَى ال‬

Maka janganlah kamu lemah dan mengajak damai karena kamulah yang
lebih unggul dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia tidak akan mengurangi
segala amalmu.
Bila Allah mencela wahn berarti pasti ada madharat di dalamnya. Lantas apa
madharat atau dampak buruk dari al-wahn yang menimpa umat Islam? Di
antara pengaruh buruk dari al-Wahn adalah:

1. Merupakan salah satu sebab mendapatkan kemurkaan Allah


Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya ‫ﷺ‬.
2. Menjadi sebab musuh menguasai umat Islam, menyatakan
permusuhan secara terbuka kepada Umat Islam,
menghinakannya, merampas kekayaannya dan menodai
kesuciannya.
3. Al-Wahn itu membunuh ghirah (kecemburuan) dan
menjadikannya urusan yang remeh, mempermudah dirusaknya
kehormatan dan dirampasnya hak, serta tindak kejahatan
terhadap kehormatan dan harta.
4. Sebab kepunahan umat Islam dan menjadi kelompok-kelompok
kecil serta hilang wibawanya, terpecahnya kesatuan umat Islam
dan berselisihnya para pemimpinnya.
5. Al-Wahn merupakan sebab kehancuran bumi ini,
keruntuhannya, serta kebinasaan tanaman dan keturunan. Hal
itu karena dikuasai oleh para penguasa yang bersikap
sewenang-wenang dan melampaui batas.[ii]

Tanda Penyakit Wahn


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Kita bisa mengenali adanya al-Wahn pada diri seseorang atau diri kita
sendiri bila kita mengenali tanda-tandanya.

Di antara tanda yang paling jelas dari al-Wahn adalah ketika seseorang
menutup akal sehatnya dan berjalan mengikuti masyarakat manusia
meskipun mereka jelas-jelas dalam keadaan salah.

Inilah yang dinamakan oleh Nabi ‫ ﷺ‬dengan Imma’ah. Kalau dalam istilah


kita lebih dekat dengan makna latah. Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,
ْ‫ ِإنْ َأ ْحسَنَ النّاسُ َأن‬،‫س ُك ْم‬
َ ‫ وَ لَ ِكنْ وَ طّنُوا َأ ْن ُف‬،‫ وِإنْ ظَلَمُوا ظَلَمْ نَا‬،‫سنّا‬
َ ‫ال تَ ُكونُوا ِإمّع ًة تَقُولُونَ ِإن َأ ْحسَنَ النّاسُ َأ ْح‬
‫ وِإنْ اسَاءُوا َفالَ تَظْلمُو‬،‫ت ُْح ِسنُوا‬

“Kalian jangan menjadi orang yang latah (imma’ah). Kalian mengatakan,”


Jika orang-orang berbuat baik kami juga berbuat baik. Dan bila orang-orang
berbuat zhalim kami juga berbuat zhalim.”
Namun teguhkanlah jiwa kalian. Bila orang-orang berbuat baik kalian juga
berbuat baik dan bila mereka berbuat buruk maka kalian jangan berbuat
zhalim.” [Hadits riwayat At-Tirmidzi dan dia berkata,”Hasan gharib.”][iii]
Baca juga:  Khutbah Jum’at Zuhud Terhadap Dunia
Sebab-Sebab Wahn
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Al-Wahn pasti memiliki sebab-sebab tertentu. Kita perlu mengetahui sebab-
sebab seseorang bisa terkena penyakit Wahn. Di antara sebab penyakit
wahn adalah sebagai berikut:

1. Lemahnya iman.
2. Cinta dunia, tergantung dengan dunia, sangat berambisi
terhadapnya serta tenggelam dalam kelezatan dan syahwatnya.
Semua itu akan melahirkan Wahn dalam hati. Oleh karenanya, saat Nabi ‫ﷺ‬
ditanya tentang wahn beliau menjawab, “cinta dunia dan benci kematian.”

3. Benci kematian dan tamak terhadap kehidupan, seperti apa pun


kondisi kehidupan tersebut, walaupun tenggelam dalam
kehinaan, diselimuti dengan hal-hal yang sangat memalukan.
Ini menyerupai sifat orang-orang Yahudi. Allah Ta’ala berfirman mengenai
orang-orang Yahudi,

َ‫سنَ ۚ ٍة وَ مَا ُهوَ ِبمُزَ ْح ِز ِح ٖه ِمن‬ ْ ‫َّاس عَ ٰلى َحيٰ و ٍة ۛوَ ِمنَ الَّ ِذيْنَ َا‬
َ َ‫شرَ ُكوْ ا ۛيَوَ ُّد َا َح ُد ُه ْم لَوْ يُ َعمَّرُ َا ْلف‬ ِ ‫وَ لَتَ ِج َدنَّ ُه ْم َا ْحرَ صَ الن‬
ِ ‫ب َانْ يُّ َعم َّۗرَ وَ ال ٰلّ ُه ب‬
٩٦ – ࣖ َ‫َصي ْۢرٌ ِبمَا يَ ْع َملُوْ ن‬ ِ ‫ا ْل َع َذا‬

Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang


Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih
tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka, ingin diberi
umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan
mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. [al-
Baqarah: 96]
4. Pertikaian dan perselisihan merupakan salah satu sebab yang
kuat dalam menyebarnya wahn atau kelemahan di dalam hati
umat Islam.
5. Pendidikan yang buruk dan pengasuhan yang salah yang
meridhai kehinaan dan kelemahan.
6. Rasa putus asa terhadap kondisi pahit yang dihadapi umat
Islam serta patah arang terhadap kenyataan merupakan sebab-
sebab yang mengantarkan kepada kelemahan tekad dan
runtuhnya cita-cita.
7. Bergaul dengan orang-orang yang suka melemahkan semangat
dan mendengarkan orang-orang yang suka mengendurkan
tekad. [iv]
Inilah tujuh sebab dari penyakit wahn sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh
Alawi bin Abdul Qadir As-Saqqaf.
‫ وَ تَ َقبَّ َل ِمنِّيْ وَ ِم ْن ُك ْم‬,‫َات وَ ال ِّذ ْك ِر ا ْل َح ِكي ِْم‬ ِ ‫آن ا ْلع‬
ِ ‫ وَ نَ َف َع ِنيْ وَ ِإيَّا ُك ْم ِبمَا ِف ْي ِه ِمنَ اآلي‬,‫َظي ِْم‬ ِ ْ‫هللا ِليْ وَ لَ ُك ْم ِفي ا ْلقُر‬
ُ َ‫بَارَ ك‬
ُ‫ ِإنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغفُوْ ر‬،ُ‫ستَ ْغفِرُ وْ ه‬ْ ‫َظ ْي َم ِليْ وَ لَ ُك ْم َفا‬
ِ ‫هللا ا ْلع‬
َ ُ‫ستَ ْغفِر‬ ‫َأ‬
ْ ‫ ُقوْ ُل َقوْ ِليْ َه َذا وَ ا‬.‫س ِميْعُ ا ْل َع ِل ْي ُم‬
َّ ‫ِتالَوَ تَ ُه ِإنَّ ُه ُهوَ ال‬
‫الرَّ ِح ْي ُم‬

Khutbah Kedua
‫اجا وَ َقمَرً ا‬
ً َ‫سمَا ِء بُرُ وْ ًجا وَ َج َع َل ِف ْي َها ِسر‬ َّ ‫ي َج َع َل ِفي ال‬ ْ ‫ َتبَارَ كَ الَّ ِذ‬،‫َصيْرً ا‬ ِ ‫ي َكانَ ِب ِعبَا ِد ِه خَ ِبيْرً ا ب‬ْ ‫َا ْل َحمْ ُد ِللَّ ِه الَّ ِذ‬
‫َاعيَا ِإلَى‬
ِ ‫ وَ د‬،‫ي بَ َعثَ ُه ِبا ْل َحقِّ ب َِشيْرً ا وَ نَ ِذيْرً ا‬ ْ ‫هللا وَأ‬
َ ‫ش َه ُد َانَّ م‬
ْ ‫ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه وُ رَ سُولُ ُه الَّ ِذ‬ ُ َّ‫ش َه ُد َانْ الَ ِإلَ َه ِإال‬ ْ ‫ َأ‬.‫ُم ِنيْرً ا‬
ً َ‫ا ْل َحقِّ بِِإ ْذ ِن ِه وَ ِسر‬
‫اجا ُم ِنيْرً ا‬

‫ َأمَّا بَ ْع ُد‬.‫ْن‬
ِ ‫َان ِإلَى يَوْ ِم ال ِّدي‬
‫َأ‬
ٍ ‫ي ْال َك ِري ِْم وَ عَ لَى آ ِل ِه وَ صْ َح ِاب ِه وَ مَنْ تَ ِب َع ُه ْم بِِإ ْحس‬
ِّ ‫سلِّ ْم عَ لَى َه َذا الن َِّب‬
َ َ‫اللَّ ُه َّم صَ ِّل و‬

Agar Terhindar Dari Penyakit Wahn


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Setelah kita mengetahui bahaya wahn dan sebab-sebabnya, serta tanda-


tandanya, lantas bagaimana caranya agar kita bisa terbebas dari penyakit
wahn?

Agar terbebas dari penyakit wahn yang melumpuhkan ini Syaikh Dr. Nashir
bin Sulaiman al-‘Umari memberikan jalan keluarnya yaitu:

1. Kelurusan aqidah.
Akidah yang lurus merupakan tugas yang paling utama dan kewajiban yang
paling wajib. Akidah yang lurus adalah sebab kemenangan, kebangkitan,
kekuasaan di muka bumi dan persatuan.

Akidah yang lurus akan melindungi pemeluknya dari kebingungan,


kekacauan dan kehilangan, memberi mereka ketenangan jiwa dan
intelektual, mendorong mereka untuk bersikap tegas dan serius dalam
segala urusan, dan menjamin mereka kehidupan yang bermartabat dan
mulia.

2. Iman yang kuat


Iman adalah sumber kekuatan terbesar dalam jiwa orang mukmin, karena
hati yang penuh dengan iman akan benar-benar sanggup untuk tabah
dalam badai dan goncangan, dan memotivasi pemiliknya untuk lebih sabar
dan istiqamah dalam menghadapi krisis.
3. Memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dan merasakan kebersamaan-Nya.
Siapa saja yang meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala dan bertawakal
kepada-Nya dalam dakwahnya, merasakan kebersamaan-Nya dan
dukungan-Nya, niscaya ia benar-benar akan bersikap teguh seperti
keteguhan gunung-gunung yang tinggi menjulang.
Dia tidak goyah di hadapan kebatilan yang nampak indah dan kekuatan
palsu dari para pembela kebatilan, dan itu adalah salah satu buah dari iman
yang benar kepada Allah Ta’ala.

4. Yakin dengan balasan yang baik.


5. Yakin dengan adanya jalan keluar
Salah satu perkara yang membantu seorang muslim dalam beramal adalah:

 yakin bahwa pertolongan Allah sudah dekat,


 bahwa jalan keluar dari-Nya akan datang, tidak ada keraguan
tentang itu,
 bahwa setelah kesempitan ada kelapangan,
 bahwa setelah kesulitan ada kemudahan,
 bahwa apa yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang
beriman dan apa yang telah Allah janjikan kepada orang yang
sedang diuji itu pasti akan terwujud. Janji Allah berupa
pergantian situasi itu pasti terjadi.
Keyakinan ini sudah cukup untuk mengusir pekatnya kelemahan dan
kecemasan dari jiwa, mengeluarkan hantu putus asa dari hati. Dada menyala
dengan harapan dalam kemenangan, dan keyakinan akan hari esok.

6. Membebaskan diri dari peribadahan kepada selain Allah.


7. Menjauhi syahawat.
8. Meneladani orang-orang yang sabar dan bertekad baja.
9. Bersahabat dengan orang-orang pilihan dan orang-orang
yang memiliki cita-cita tinggi.
Ini adalah salah satu hal terbesar yang membangkitkan semangat dan
membangkitkan moral yang tinggi dalam jiwa, karena orang itu suka meniru
orang-orang di sekitarnya dan sangat dipengaruhi oleh orang-orang yang
menemaninya.

Persahabatan yang mulia adalah seperti semua kebajikan lainnya yang


berakar dalam jiwa dan menghasilkan buah yang baik setiap saat.

10.Berani dalam mengatakan kebenaran.


Keberanian dalam kebenaran adalah kekuatan jiwa yang luar biasa yang
berasal dari keimanan kepada Allah Yang Maha Esa yang dia percayai, dari
kebenaran yang dia peluk, dari keabadian abadi yang dia yakini, dari takdir
yang dia pasrah kepadanya, dari tanggung jawab yang dia rasakan, dan dari
pendidikan Islam tempat dia dibesarkan.

Kadar keberanian seorang mukmin dalam menyuarakan kebenaran dengan


tanpa ada rasa takut karena Allah kepada celaan orang yang mencela
adalah sesuai dengan kadar imannya kepada Allah yang tak terkalahkan,
kepada takdir yang tidak akan berubah, dan sesuai dengan kadar rasa
tanggung jawabnya dan pendidikan yang membentuk dirinya.[v]
Inilah sepuluh langkah yang ditawarkan oleh Syaikh Dr.Nashir bin Sulaiman
al-‘Umari kepada kaum Muslimin untuk mengusir penyakit wahn dari hati
mereka. Semoga penjelasan khutbah wahn ini bermanfaat.

Doa Penutup
Marilah kita tutup khutbah ini berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,

َ َ‫ي يَآَأيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُوْ ا صَ لُّوْ ا عَ لَ ْي ِه و‬


ْ َ‫سلِّمُوْ ا ت‬
‫س ِل ْيمًا‬ ِّ ‫هللا وَ مَآلِئ َكتَ ُه يُصَ لُّوْ نَ عَ لَى الن َِّب‬
َ َّ‫ِإن‬

  ْ‫اش ِديْنَ ا ْل َم ْه ِديِّيْنَ وَ َأصْ َح ِاب ِه َأ ْج َم ِعيْنَ وَ مَن‬


ِ َّ‫ُح َّم ٍد وَ عَ لَى آ ِل ِه وَ عَ لَى خُ لَ َفاِئ ِه الر‬
َ ‫َاركْ عَ لَى نَ ِبيِّنَا م‬ ِ ‫سلِّ ْم وَ ب‬َ َ‫الَّل ُه َّم صَ ِّل و‬
َ‫ْن وَ ارْ ضَ عَ نَّا َم َع ُه ْم ِبرَ ْح َم ِتكَ يَاَأرْ َح َم الرَّ ا ِح ِميْن‬ ِ ‫سَارَ عَ لَى نَ ْه ِج ِه ْم وَ ط َ ِر ْي َق ِت ِه ْم ِإلَى يَوْ ِم ال ِّدي‬

ُ‫س ِميْعٌ َق ِريْبٌ َم ِجيْب‬ ِ َ‫َات اَأل ْحيَآ ِء ِم ْن ُه ْم وَ اَألمْ و‬


َ َ‫ ِإنَّك‬،‫ات‬ ْ ‫س ِل ِميْنَ وَ ا ْل ُم‬
ِ ‫س ِلم‬ ْ ‫ات وَ ا ْل ُم‬
ِ َ‫اغ ِفرْ ِل ْل ُمْؤ ِم ِنيْنَ وَ ا ْل ُمْؤ ِمن‬
ْ ‫اللَّ ُه َّم‬
‫ات‬
ِ َ‫الدَّعَ و‬

، َ‫شوْ َك َة الظَّا ِل ِمين‬ َ ‫ وَ َأ ْج ِمعْ َك ِل َمتَ ُه ْم عَ لَى‬،‫ وَ وَ ِّح ِد اللَّ ُه َّم صُ فُوْ َف ُه ْم‬، َ‫س ِل ِميْن‬
َ ْ‫ وَ ا ْك ِسر‬، ِّ‫الحق‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم َأ ِعزَّ اِإل‬
ْ ‫سالَ َم وَ ا ْل ُم‬
َ‫سالَ َم وَ اَألمْ نَ ِل ِعبا ِدكَ َأ ْج َم ِعين‬ َّ ‫ب ال‬ِ ُ‫وَ ا ْكت‬

ِ ‫ش ِر ِكيْنَ وَ ا ْنصُ رْ ِعبَادَكَ ا ْلمُوَ ِّح ِديْنَ ا ْلمُخْ ِل‬


ْ‫صيْنَ وَ اخْ ُذ ْل مَن‬ ِّ ‫س ِل ِميْنَ وَ َأ ِذ َّل ال‬
ْ ‫شرْ كَ وَ ا ْل ُم‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم َأ ِعزَّ اِإل‬
ْ ‫سالَ َم وَ ا ْل ُم‬
‫س ِل ِميْنَ و َد ِّمرْ َأعْ دَآَئنَا وَ َأعْ دَآ َء ال ِّدي َأ‬
ِ ‫ْن و عْ ِل َك ِلمَا ِتكَ ِإلَى يَوْ ِم ال ِّدي‬
‫ْن‬ ِ ْ ‫خَ َذ َل ا ْل ُم‬

َ ‫رَ بَّنَا ظَلَمْ نَا َأ ْن ُف‬


ِ َ‫سنَا وَ ِإنْ لَ ْم تَ ْغ ِفرْ لَنَا وَ تَرْ َحمْ نَا لَنَ ُكوْ نَنَّ ِمنَ الخ‬
َ‫اس ِريْن‬

َ ‫ ِإنَّكَ َأ ْن‬،‫ وَ َهبْ لَنَا ِمنْ لَ ُد ْنكَ رَ ْح َم ًة‬،‫رَ بَّنَا ال ت ُِز ْغ ُقلُوْ بَنَا بَ ْع َد ِإ ْذ َه َد ْيتَنَا‬
ُ‫ت الوَ َّهاب‬

ِ ‫سنَ ًة وَ ِقنَا عَ َذابَ الن‬


‫َّار‬ َ ‫سنَ ًة وَ في اآل ِخرَ ِة َح‬
َ ‫رَ بَّنَا آ ِتنَا في ال ُّد ْنيَا َح‬

‫َان ِإلَى يَوْ ِم ال ّديْن‬


ٍ ‫ُح َّم ٍد وَ عَ لَى آ ِل ِه وَ صَ ْح ِب ِه و َمَنْ تَ ِب َع ُه ْم بِِإ ْحس‬
َ ‫هللا عَ لَى نَ ِبيِّنَا م‬
ُ ‫وَ صَ لَّى‬
‫وَ آخِرُ دَعْ وَ انَا َأ ِن ا ْل َحمْ ُد هلل رَ ِّ‬
‫ب ا ْلعَالَ ِميْنَ‬

‫هللا‪  ‬‬
‫ِعبَا َد ِ‬

‫ي يَ ِعظ ُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُ وْ نَ‬ ‫نَّ َ ْأ‬


‫شا ِء وَ ا ْل ُم ْن َك ِر وَ ا ْلبَ ْغ ِ‬
‫َان وَ ِإ ْيتَا ِء ِذي القُرْ بَى وَ يَ ْن َهى عَ ِن ا ْل َف ْح َ‬
‫هللا يَ مُرُ ِبا ْل َع ْد ِل وَ اِإل ْحس ِ‬ ‫ِإ‬

‫‪Khutbah Jumat Tentang Takwa, Ciri Orang Bertakwa & Buah‬‬


‫‪Ketakwaan‬‬
‫اض ِح ْال ُع َماَل ِء وَ ْال ُمنَا ِف ِقيْنَ ‪،‬‬
‫اص ِر ْال ُمْؤ ِم ِنيْنَ ‪ ،‬خَ ا ِذ ِل ا ْل َكا ِف ِريْنَ ‪ُ ،‬م ِعزِّ ْالمُوَ ِّح ِديْنَ ‪ ،‬وَ َف ِ‬ ‫الحمْ ُد ِللَّ ِه نَ ِ‬
‫َ‬
‫ُح ِّج ِليْنَ ‪،‬‬ ‫ُجا ِه ِديْنَ ‪ ،‬وَ َقاِئ ِد ْال ِغرِّ ْالم َ‬
‫َام ْالم َ‬
‫هللا ِإم ِ‬
‫ْن عَ ْب ِد ِ‬ ‫ُح َّم ٍد ب ِ‬ ‫ساَل ُم عَ لَى َ‬
‫سيِّ ِدنَا م َ‬ ‫وَ الصَّ اَل ُة وَ ال َّ‬
‫ث رَ ْح َم ًة ِل ْلعَالَ ِميْنَ‬ ‫‪ْ .‬ال َم ْبعُوْ ِ‬

‫شيْ َء‬ ‫هللا وَ ْح َد ًه‪ ،‬نَصَ رَ عَ ْب َد ُه‪ ،‬وَ َأعَ زَّ ُج ْن َد ُه‪ ،‬وَ َهزَ َم ْاَأل ْحزَ ابَ وَ ْح َد ُه‪ ،‬اَل َ‬ ‫َ‬ ‫ش َه ُد َأنْ اَل ِإلَ َه ِإاَّل‬
‫وَ َأ ْ‬
‫سيِّ َدنَا‬‫ش َه ُد َأنَّ ِإمَا َمنَا وَ َقاِئ َدنَا وَ َ‬‫صيْنَ َل ُه ال ِّديْنَ وَ لَوْ َك ِر َه ْال َكافِرُ وْ نَ ‪ ،‬وَ َأ ْ‬
‫شيْ َء بَعْ َد ُه‪ ،‬مُخْ ِل ِ‬ ‫َق ْبلَ ُه وَ اَل َ‬
‫شفَ ْال َغ َّم َة وَ َجا َه َد ِفيْ س َِب ْي ِل‬ ‫هللا‪َ ،‬أدَّى ْاَألمَانَ َة وَ بَلَ َغ الرِّ سَالَ َة‪ ،‬وَ نَصَ حَ ْاُأل َّم َة وَ َك َ‬ ‫ُحمَّد ًا رَ سُوْ ُل ِ‬ ‫م َ‬
‫هللا َحتَّى َأتَا ُه ْاليَ ِقيْنُ‬‫ِ‬
‫س ِديدًا * يُصْ ِلحْ لَ ُك ْم َأعْ مَالَ ُك ْم وَ ي َْغ ِفرْ َل ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم وَ مَن‬
َ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه وَ ُقولُوا َقوْ اًل‬
‫ي ُِطعْ اللَّه وَ رَ سُولَ ُه َف َق ْد َفازَ َفوْ زً ا عَ ِظيمًا‬

ِ َ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُو ْا اتَّقُو ْا اللّ َه َحقَّ تُ َقا ِت ِه وَ الَ تَمُوتُنَّ ِإالَّ وَ َأنتُم مُّسْ ِلمُونَ * وَ اعْ ت‬
‫صمُو ْا ِب َح ْب ِل اللّ ِه‬
‫َج ِميعًا وَ الَ تَ َفرَّ ُقو ْا‬

‫أما بعد‬

Apa itu Takwa?


Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,
Pengertian takwa secara bahasa
Kata takwa sudah terlalu sering kita dengar di berbagai kesempatan. Tapi
apakah sesungguhnya definisi dari takwa itu secara syar’i dari sudut
pandang agama Islam?

Sebab, sebagian kalangan terlalu menyederhanakan makna takwa sehingga


kadang kata ini disematkan kepada orang non muslim sekalipun.

Misal dengan mengatakan, dia seorang kristen yang bertakwa. Padahal ini
adalah istilah Syar’i dalam Islam dan sebuah atau kedudukan yang tinggi di
sisi Allah.

Tidak mungkin orang non Muslim bisa meraih gelar takwa. Tapi kita bisa
mengatakan dia seorang non muslim yang relijius, atau taat dalam
agamanya.

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid menerangkan asal kata taqwa secara


bahasa berarti qillatul kalaam, atau sedikit bicara.
Sedangkan kata taqwa yang kita maksudkan di sini diambil dari al-
itqaa’ yang berarti menjadikan anda sebagai penghalang antara anda
dengan apa yang anda tidak sukai. Kata taqwa merupakan bentuk kata
benda (isim) dari kata kerja ittaqa dan mashdarnya adalah al-itqaa’.
Pengertian takwa secara syar’i
Adapun pengertian taqwa secara syar’i, para ulama memberikan definisi
dengan berbagai ungkapan yang berbeda-beda.
1. Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan bahwa takwa adalah
melakukan apa saja yang Allah perintahkan dan meninggalkan
apa saja yang Allah larang. [Majmu’ Fatawa: 3/120]
2. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa takwa
hakikatnya adalah beramal dengan ketaatan kepada Allah
sebagai bentuk iman dan mengharapkan pahala baik dengan
melaksanakan perintah atau meninggalkan larangan.
Seseorang melaksanakan apa yang Allah perintahkan karena beriman
dengan perintah tersebut dan membenarkan janji-Nya, serta meninggalkan
apa yang Allah larang karena beriman dengan larangan tersebut dan takut
dengan ancaman-Nya.

Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Thalaq bin Hubaib,”Apabila terjadi


fitnah, maka padamkanlah fitnah tersebut dengan takwa. Orang-orang
bertanya,”Apakah takwa itu?” Dia menjawab,”Anda beramal dengan mentati
Allah, berdasarkan cahaya dari Allah, dengan mengharapkan pahala Allah.

Dan Anda meninggalkan maksiat kepada Allah, berdasarkan cahaya dari


Allah karena anda takut terhadap hukuman dari Allah.” Ini adalah pendapat
terbaik tentang batasan dari takwa.” [Zaadul Muhajir, hal. 10].

3. Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa takwa adalah


ungkapan yang mencakup makna melakukan berbagai ketaatan
dan meninggalkan berbagai kemungkaran.” [Tafsir Ibnu Katsir:
1/284]
4. Suatu kali Umar bin Khathab bertanya kepada Ubay bin Ka’ab
radhiyallahu ‘anhuma tentang takwa, maka Ubay
menjawab,”Apakah anda pernah melalui jalan yang berduri?”
Umar menjawab,”Ya.” Ubay bertanya,”Apa yang anda lakukan di
jalan tersebut?” Umar menjawan,”Aku terus berjalan dengan
sikap waspada atau hati-hati.” Ubay berkata,”Itulah Takwa.”
[Tafsir Al-Qurthubi: 1/203]
Dalil Takwa Kepada Allah
Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah,
Di dalam al-quran banyak sekali ayat yang memerintahkan agar kita
bertakwa kepada ALlah Subhanahu wa Ta’ala. Namun tidak memungkinkan
untuk dikemukakan seluruhnya dalam kesempatan ini. Untuk diketahui,
Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid mengatakan bahwa kata takwa dalam
Al-Quran digunakan dengan makna-makna berikut ini:
1. Takwa bermakna rasa takut dan hormat
Hal ini sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:

ِ ‫ي َفاتَّق‬
‫ُون‬ َ ‫وَ ِإيَّا‬

dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa.  [Al-Baqarah: 41].


maksudnya adalah takutlah dan hormatlah kepada-Ku.
demikian pula dalam firman Allah:

‫وَ اتَّقُوا يَوْ مًا تُرْ َجعُونَ ِفي ِه ِإلَى اللَّ ِه‬

Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu
itu  [Al-Baqarah: 281], yaitu takutlah terhadap hari tersebut dan apa saja
yang terjadi pada hari tersebut.
2. Takwa bermakna Taat dan ibadah
Ini sebagaimana firman Allah Ta’ala

‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه َحقَّ تُ َقا ِت ِه‬

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar


takwa kepada-Nya;  [Ali Imran: 102]
yaitu taatilah Allah dengan seenar-benar taat dan beribadahlah kepada-Nya
dengan sebenar-benar ibadah. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan,”Agar mentaati Allah dan
jangan dimaksiati, agar Allah diingat dan jangan dilupakan, serta agar Allah
disyukuri dan tidak dingkari nikmat-Nya.” [Tafsir Ath-Thabari: 3/375]

3. Takwa dengan makna membersihkan diri dari dosa-dosa


Inilah makna takwa secara istilah. Allah Ta’ala berfirman,

َ‫وَ مَنْ ي ُِط ِع اللَّ َه وَ رَ سُولَ ُه وَ يَخْ شَ اللَّ َه وَ يَتَّ ْق ِه َفُأو ٰلَِئكَ ُه ُم ا ْل َفاِئزُ ون‬

Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada
Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang
mendapat kemenangan. [An-Nur: 52]
Ciri Orang Bertakwa
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Orang-orang yang bertakwa itu memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat yang mudah
dikenali di kalangan manusia dan jelas disebutkan dalam Al-Quran Al-
Karim.
Ciri-ciri mereka dalah sebagai berikut:

1. Beriman kepada yang ghaib dengan keimanan yang kokoh.


Allah Ta’ala berfirman,

ِ ‫ٰ َذ ِلكَ ا ْل ِكتَابُ اَل رَ يْبَ ۛ ِفي ِه ۛ ُهدًى ِل ْل ُمتَّ ِقينَ الَّ ِذينَ يُْؤ ِمنُونَ ِبا ْل َغ ْي‬
َ‫ب وَ يُ ِقيمُونَ الصَّ اَل َة وَ ِممَّا رَ زَ ْقنَا ُه ْم يُ ْن ِفقُون‬

2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa,
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat,
dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada
mereka.  [Al-Baqarah: 2-3]
2. Mereka suka memaafkan dan berlapang dada.
Allah Ta’ala berfirman,

‫وَ َأنْ تَ ْعفُوا َأ ْقرَ بُ ِللتَّ ْقوَ ٰى‬

dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa.  [Al-Baqarah: 237]
3. Tidak melakukan dosa besar dan tidak terus menerus
tenggelam dalam dosa-dosa kecil. Bila terjerumus ke dalam
dosa mereka segera bertaubat dari dosa tersebut.
Allah Ta’ala berfirman,

ِ ‫ان تَ َذ َّكرُ وا َفِإ َذا ُه ْم ُمب‬


َ‫ْصرُ ون‬ ِ َ ‫ش ْيط‬
َّ ‫س ُه ْم طَاِئفٌ ِمنَ ال‬
َّ ‫ِإنَّ الَّ ِذينَ اتَّ َقوْ ا ِإ َذا َم‬

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was


dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka
melihat kesalahan-kesalahannya. [Al-A’raf: 201]
4. Jujur dalam perkataan dan perbuatan
Allah Ta’ala berfirman,

َ‫ْق وَ صَ د ََّق ِب ِه ۙ ُأو ٰلَِئكَ ُه ُم ا ْل ُمتَّقُون‬


ِ ‫وَ الَّ ِذي َجا َء ِبالصِّ د‬

Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya,


mereka itulah orang-orang yang bertakwa. [Az-Zumar: 33]
5. Mengagungkan syiar-syiar Alla dan manasik-Nya.
Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫ٰ َذ ِلكَ وَ مَنْ يُ َعظِّ ْم‬


ِ ‫شعَاِئرَ اللَّ ِه َفِإنَّ َها ِمنْ تَ ْقوَ ى ا ْل ُقلُو‬
‫ب‬
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar
Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. [Al-Hajj: 32]
Yang dimaksud dengan mengagungkan syiar -syiar Allah adalah seorang
Muslim itu menghormati larangan-larangan Allah dengan tidak
melanggarnya dan menghormati perintah-perintah Allah dengan
melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

6. Berbuat adil dan menghukum dengan adil.


Allah Ta’ala berfirman,

َ‫اعْ ِدلُوا ُهوَ َأ ْقرَ بُ ِللتَّ ْقوَ ٰى ۖ وَ اتَّقُوا اللَّ َه ۚ ِإنَّ اللَّ َه خَ ِبيرٌ ِبمَا تَ ْع َملُون‬

Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. [Al-Maidah: 8]
7. Mengikuti jalan para Nabi, orang-orang yang jujur serta
para pembaharu kepada kebaikan (mushlihun) yang
bersama mereka.
Allah Ta’ala berfirman,

َ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه وَ ُكونُوا مَعَ الصَّا ِد ِقين‬

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah


kamu bersama orang-orang yang benar. [At-Taubah: 119]

Buah Ketakwaan Kepada Allah


Jamaah Jumat rahimakumullah,

Sesungguhnya takwa kepada Allah Ta’ala itu bermanfaat di dunia dan


akhirat. Meninggikan derajat di dunia dan akhirat, mengantarkan kepada
kebaikan di dunia dan akhirat serta menghindarkan dari keburukan dunia
dan akhirat.

Berikut ini buah-buah dari sikap takwa dan faedah-faedah yang didapatkan
oleh orang yang bertakwa sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad
Shalih Al-Munajjid:
1. Takwa merupakan sebab mendapatkan rahmat Allah
Subhanahu wa Ta’ala
Hal ini sebagaimana dalam hadits dari Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu
bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,”Sesungguhnya, pada hari Allah menciptakan
langit dan bumi Allah menciptakan seratus rahmat.Setiap rahmat memenuhi
antara langit dan bumi.

Dari sana Allah membagi satu rahmat di antara para makhluk. Dengan
rahmat tersebut seorang ibu menyayangi anaknya, dengan rahmat tersebut
binatang buas dan burung-burung meminum air, dengan rahmat tersebut
mahluk saling mengasihi satu sama lain.

Apabila kiamat telah tiba Allah membatasi rahmat tersebut hanya untuk
orang-orang bertakwa dan menambahkan kepada mereka 99 rahmat yang
tersisa.”

[diriwayatkan oleh Al-Hakim (7628) dan dia berkata,”hadits shahih


berdasarkan syarat Muslim dan juga diriwayatkan oleh Muslim dari Salman
tanpa ada lafazh ‘Qashsharoha ‘alal muttaqiin” “Allah membatasinya pada
orang-orang bertakwa.”]

Suatu hari ada seorang pengemis meminta kepada Abdullah bin Umar
radhiyallahu ‘anhuma. lantas dia berkata kepada anaknya,”Berilah satu
dinar.” ( yang setara sekira 1 juta rupiah)

Lantas anaknya memberinya. Setelah pengemis tersebut pergi, anaknya


yang bernama ‘Uqail berkata,”Semoga Allah menerima sedekahmu wahai
ayah.”

Abdullah bin Umar berkata,”Andaikan aku mengetahui bahwa Allah telah


menerima satu sujud saja dariku atau satu dirham sedekahku, tidak ada
perkara ghaib yang lebih aku sukai melebihi kematian. Tahukah kamu, Allah
menerima amal dari siapa? Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang
yang bertakwa.” [Tarikh Dimasyqi : 31/146]

2. Takwa sebab selamat dari siksa dunia


Allah Ta’ala berfirman,

َ‫وَ نَ َّج ْينَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا وَ َكانُوا يَتَّ ُقون‬


Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka adalah
orang-orang yang bertakwa. [Fushilat: 18] maksudnya adalah dari siksa
dunia
3. Takwa mengantarkan kepada ridha Allah dan menghapus
keburukan, menyelamatkan dari neraka dan mendapatkan
surga.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ِ ‫سيَِّئا ِت ِه ْم وَ َأَلدْخَ ْلنَا ُه ْم َجن‬


‫َّات النَّ ِع ِيم‬ ِ ‫وَ لَوْ َأنَّ َأ ْه َل ا ْل ِكتَا‬
َ ‫ب آ َمنُوا وَ اتَّ َقوْ ا لَ َك َّفرْ نَا عَ ْن ُه ْم‬

Dan sekiranya ahli kitab itu beriman dan bertakwa, niscaya Kami hapus
kesalahan-kesalahan mereka dan mereka tentu Kami Masukkan ke dalam
surga-surga yang penuh kenikmatan. [Al-Maidah: 65]
4. Takwa adalah sebab kemuliaan di sisi Allah Ta’ala
Allah Ta’ala berfirman,

ٌ‫ِإنَّ َأ ْكرَ َم ُك ْم ِع ْن َد اللَّ ِه َأ ْت َقا ُك ْم ۚ ِإنَّ اللَّ َه عَ ِلي ٌم خَ ِبير‬

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. [Al-Hujurat: 13]
5. Kecintaan Allah, para malaikat dan manusia kepada orang
bertakwa
Allah berfirman,

َ‫بَلَىٰ مَنْ َأوْ َفىٰ ِب َع ْه ِد ِه وَ اتَّ َقىٰ َفِإنَّ اللَّ َه يُ ِحبُّ ا ْل ُمتَّ ِقين‬

(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya


dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertakwa. [Ali Imran: 76]
Apabila Allah Ta’ala mencintai seseorang, maka Allah memanggil Jibril agar
mencintainya kemudian para penduduk langit akan mencintainya dan
setelah itu para penduduk bumi akan mencintainya.

6. Allah akan memberikan pertolongan dan dukungan-Nya


kepada orang bertakwa.
Allah Ta’ala berfirman,

َ‫وَ اتَّقُوا اللَّ َه وَ اعْ لَمُوا َأنَّ اللَّ َه مَعَ ا ْل ُمتَّ ِقين‬
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang
yang bertakwa.
[Al-Baqarah: 194]

Kebersamaan (ma’iyyah) di ayat ini adalah kebersamaan dengan


pertolongan, dukungan dan penyelesaian. Allah Ta’ala memberikannya
kepadanya para nabi yang bertakwa.

7. Mendapatkan kabar gembira.


Kabar gembira di sini bisa berupa pujian dari manusia, atau kabar gembira
dari malaikat saat akan meninggal dunia. Allah Ta’ala berfirman,

َ‫الَّ ِذينَ آ َمنُوا وَ َكانُوا يَتَّ ُقون‬. َ‫َأاَل ِإنَّ َأوْ ِليَا َء اللَّ ِه اَل خَ وْ فٌ عَ لَي ِْه ْم وَ اَل ُه ْم ي َْحزَ نُون‬

ِ ‫َات اللَّ ِه ۚ ٰ َذ ِلكَ ُهوَ ا ْل َفوْ ُز ا ْلع‬


‫َظي ُم‬ ِ ‫َل ُه ُم ا ْلب ُْشرَ ٰى ِفي ا ْل َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا وَ ِفي اآْل ِخرَ ِة ۚ اَل تَ ْب ِدي َل ِل َك ِلم‬

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap


mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam
kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji)
Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.  [Yunus: 62-64]
8. Takwa adalah sebab mendapatkan hidayah al-Quran
Allah Ta’ala berfirman,’

َ‫ٰ َذ ِلكَ ا ْل ِكتَابُ اَل رَ يْبَ ۛ ِفي ِه ۛ ُهدًى ِل ْل ُمتَّ ِقين‬

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa,
[Al-Baqarah: 2]

9. Diberi ilmu yang bermanfaat


Allah Ta’ala berfirman,

‫وَ اتَّقُوا اللَّ َه ۖ وَ يُ َعلِّ ُم ُك ُم اللَّ ُه‬

Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; [Al-Baqarah: 282]


10. Mendapatkan rezeki bashirah
Orang yang bertakwa itu memiliki bashirah, dan furqan yang dengannya
bisa membedakan antara haq dan bathil. Dia memiliki cahaya dari Rabbnya
yang menerangi jalannya.

Allah Ta’ala berfirman,

‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإنْ تَتَّقُوا اللَّ َه ي َْج َع ْل لَ ُك ْم ُفرْ َقانًا‬

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan
memberikan kepadamu Furqaan. [Al-Anfal: 29]
11. Takwa merupakan jalan keluar dari segala kesempitan dan
sumber rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka oleh
orang yang bertakwa tersebut.
Allah Ta’ala berfirman,

ُ‫ْث اَل ي َْحتَ ِسب‬


ُ ‫وَ مَنْ يَت َِّق اللَّ َه ي َْج َع ْل لَ ُه مَخْ رَ ًجا وَ يَرْ زُ ْق ُه ِمنْ َحي‬

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya


jalan keluar.
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.[Ath-
Thalaq: 2-3]
12. Dimudahkan segala urusannya
Allah Ta’ala berfirman,

‫وَ مَنْ يَت َِّق اللَّ َه ي َْج َع ْل َل ُه ِمنْ َأمْ ِر ِه يُسْ رً ا‬

Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya. [Ath-Thalaq: 4]
13. Orang yang bertakwa diberi rezeki berupa barokah dari
langit dan bumi.
Yang dimaksud dengan barokah adalah bertambah banyaknya sesuatu yang
sedikit.

Allah Ta’ala berfirman,

ِ ْ‫سمَا ِء وَ اَأْلر‬
ْ‫ض وَ ٰلَ ِكن‬ ٍ ‫وَ لَوْ َأنَّ َأ ْه َل ا ْل ُقرَ ٰى آ َمنُوا وَ اتَّ َقوْ ا لَ َفتَ ْحنَا عَ لَي ِْه ْم بَرَ َك‬
َّ ‫ات ِمنَ ال‬
َ‫َك َّذبُوا َفَأخَ ْذنَا ُه ْم ِبمَا َكانُوا يَ ْك ِسبُون‬
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.  [Al-A’raf: 96]
14. Mendapatkan pemeliharaan dan penjagaan
Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫وَ ِإنْ تَصْ ِبرُ وا وَ تَتَّقُوا اَل يَضُرُّ ُك ْم َك ْي ُد ُه ْم‬


‫ش ْيًئا‬

Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak
mendatangkan kemudharatan kepadamu. [Ali Imran: 120]
Dengan takwa Allah menghindarkan orang yang bertakwa dari kejahatan
para penjahat dan tipu daya orang-orang yang zhalim.

15. Terpeliharanya keluarga, harta dan berbagai maslahat


setelah kematiannya.
Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫ضعَا ًفا خَ ا ُفوا عَ لَي ِْه ْم َف ْليَتَّقُوا اللَّ َه وَ ْليَقُولُوا َقوْ اًل‬
‫س ِديدًا‬ ِ ‫وَ ْليَخْ شَ الَّ ِذينَ لَوْ تَرَ ُكوا ِمنْ خَ ْل ِف ِه ْم ُذرِّ يَّ ًة‬

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar.  [An-Nisa’: 9]
Allah Ta’ala memberikan bimbingan kepada para orang tua yang khawatir
meninggalkan keturunan yang lemah dengan bertakwa dalam seluruh
keadaan mereka agar anak-anak mereka terpelihara.

16. Allah Ta’ala memberinya ganti yang lebih baik dari apa
yang telah dia tinggalkan.
Dari Abu Qatadah dan Abu Duhama’, mereka berkata,”Kami mendatangi
seorang pria Arab pedalaman,lantas pria Badui tersebut berkata,”Rasulullah
‫ ﷺ‬memegang tanganku lalu mengajariku ilmu yang Allah Tabaroka wa
Ta’ala ajarkan kepadanya.

Beliau bersabda,”Sesungguhnya tidaklah kamu meninggalkan sesuatu


karena bertakwa kepada Allah ‘Azza wa jalla kecuali Allah akan memberikan
kepadamu yang lebih baik darinya.” [Hadits riwayat Ahmad (20215)]
17. Takwa merupakan sebab dari ketenangan hati.
Imam As-Suyuthi berkata,”Takwa menambah rezeki dan menenangkan
hati.” [Syarh Sunan Ibnu Majah (311)]

,‫َات وَ ال ِّذ ْك ِر ا ْل َح ِكي ِْم‬


›ِ ‫ وَ نَ َف َع ِنيْ وَ ِإيَّا ُك ْ›م ِبمَا ِف ْي ِه ِمنَ اآلي‬,‫َظي ِْم‬ ِ ْ‫هللا ِليْ وَ لَ ُك ْم ِفي ا ْل ُقر‬
ِ ‫آن ا ْلع‬ ُ َ‫بَارَ ك‬
ْ‫َظ ْي َم ِلي‬ِ ‫هللا ا ْلع‬َ ُ‫ستَ ْغفِر‬ْ ‫ َأ ُقوْ ُل َقوْ ِليْ َه َذا وَ ا‬.‫س ِم ْي ُع ا ْل َع ِل ْي ُم‬ َّ ‫وَ تَ َقبَّ َل ِمنِّيْ وَ ِم ْن ُك ْم ِتالَوَ تَ ُه ِإنَّ ُه ُهوَ ال‬
‫ ِإنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغ ُفوْ رُ ال َّر ِح ْي ُم‬،‫وَ لَ ُك ْم َفاسْ تَ ْغفِرُ وْ ُه‬

Khutbah Kedua
‫هللا وَ ْح َد ُه اَل‬
َ ‫ش َه ُد َأنْ اَل ِإلَ َه ِإاَّل‬
ْ ‫ َأ‬،‫ش ْكرُ َل ُه عَ لَى تَوْ ِف ْي ِق ِه وَ امْ ِتنَا ِن ِه‬
ُ ‫الحمْ ُد ِللَّ ِه عَ لَى ِإ ْحسَا ِن ِه وَ ْال‬ َ
‫ اللَّ ُه َّم صَ ِّل‬.‫َّاعيْ ِإلَى ِرضْ وَ ا ِن ِه‬ ِ ‫ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه وَ رَ سُوْ لُ ُه الد‬ َ ‫ش َه ُد َأنَّ م‬ ْ ‫شْأ ِن ِه وَ َأ‬َ ‫ش ِريْكَ لَ ُه تَ ْع ِظ ْيمًا ِل‬َ
‫ َأمَّا‬.‫ْن‬ ِ ‫َان ِإلَى يَوْ ِم ال ِّدي‬
‫َأ‬
ٍ ‫ي ْال َك ِري ِْم وَ عَ لَى آ ِل ِه وَ صْ َح ِاب ِه وَ مَنْ تَ ِب َع ُه ْم بِِإ ْحس‬ ِّ ‫سلِّ ْم عَ لَى َه َذا الن َِّب‬
َ َ‫و‬
‫بَعْ ُد‬

Contoh Takwa Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Jamaah Jumat rahimakumullah,
Pada kesempatan khutbah yang kedua ini kami akan berikan contoh takwa
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi seorang ayah yang memiliki banyak anak, maka salah satu
kewajibannya adalah bersikap adil kepada semua anaknya. Tidak boleh ada
diskriminasi.

Nabi ‫ ﷺ‬pernah mengingatkan seorang sahabat saat dia berkata kepada


beliau bahwa dia hendak memberi anaknya sesuatu. Lantas nabi ‫ﷺ‬
mengingatkannya agar anaknya yang lain juga harus diberi. Ini aplikasi
takwa dalam masalah pemberian kepada anak.

Orang tua yang bertakwa salah satu cirinya pasti mampu berbuat adil
kepada anak-anaknya. Kalau biasa tidak adil kepada anak-anaknya bisa
dipastikan takwanya sangatlah lemah atau bahkan tidak ada sama sekali.

Bila seorang Muslim memiliki istri lebih dari satu, salah satu kewajibannya
adalah bersikap adil dalam pemberian jatah gilirannya. Tidak boleh ada
kezhaliman dalam hal ini.
Sikap adil kepada anak dan istri ini hanya akan muncul dari sikap ayah dan
suami yang bertakwa. Tanpa takwa hampir bisa dipastikan akan terjadi
kezhaliman kepada anak-anak dan istri-istrinya.

Demikian pula dengan seorang pemimpin dengan skala yang lebih luas,
apakah pemimpin sekolah, sebuah departemen, atau bahkan pemimpin
wilayah kecil hingga negara.

Bila pemimpin itu benar-benar memiliki kesempurnaan sifat orang bertakwa


maka salah satu cirinya bisa dipastikan dia akan sanggup bersikap adil
sesuai tuntunan Islam.

Namun bila takwanya sangat lemah, sangat jauh dari ciri-ciri orang
bertakwa dan bahkan tidak bertakwa sama sekali, maka hampir bisa
dipastikan yang terjadi adalah berbagai macam ketidak adilan, kezhaliman,
perampasan hak dan berbagai macam kerusakan lainnya. Ini sekedar contoh
kecil dari salah satu ciri orang yang bertakwa yaitu berbuat adil.

Contoh lainnya adalah bila seseorang itu bertakwa maka dia tidak akan
pernah mau memakan makanan yang haram atau mendapatkan
penghasilan dengan cara yang haram.

Orang-orang yang benar-benar bertakwa sanggup untuk meninggalkan


tawaran atau godaan yang sangat menggiurkan dalam hal duniawi bila itu
memang tidak halal.

Kisah-kisah kehidupan orang shaleh yang bertakwa di masa kejayaan Islam


begitu banyak jumlahnya sampai pada level seolah itu hanya sebuah utopia
yang tidak mungkin ada dalam kehidupan di masa sekarang. Namun semua
itu nyata dan benar adanya.

Hari ini tentu saja masih ada orang-orang seperti itu, namun tentu saja
jumlahnya sangatlah sedikit. Terkadang orang yang memegang idealisme
untuk tidak mengambil harta secara haram justru disingkirkan dari suatu
komunitas, atau diasingkan dalam pergaulan.
Bahkan dicopot dari jabatannya bia dia seorang pejabat yang jujur dan
bertakwa karena dianggap menjadi duri dalam daging dalam sebuah
lingkungan yang sudah sangat rusak.

Sebagaimana yang menimpa Khalifah Umar bin Abdul Azis rahimahullah


yang terkenal adil dan jujur dan sangat hari-hati dalam hal menggunakan
‫‪harta milik negara. Akhirnya beliau dibunuh oleh para pejabat di lingkungan‬‬
‫‪istana yang tidak suka kepada kiprahnya‬‬

‫‪Doa Penutup‬‬
‫‪Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan para pendengki dan para‬‬
‫‪pengikut hawa nafsu. Demikian khutbah tentang takwa yang bisa kami‬‬
‫‪sampaikan. Semoga bermanfaat.‬‬
‫‪Marilah kita akhiri dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.‬‬

‫ي يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا صَ لُّوا عَ لَ ْي ِه وَ َ‬


‫سلِّمُوا تَ ْ‬
‫س ِليمًا‬ ‫إِنَّ اللَّ َه وَ َماَل ِئ َكتَ ُه يُصَ لُّونَ عَ لَى الن َِّب ِّ‬

‫ُح َّم ٍد وَ عَ لَى‬ ‫س ِليْنَ ‪َ ،‬اللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى م َ‬ ‫َام ْالمُرْ َ‬‫سيِّ ِد ْاَألوَّ ِليْنَ وَ ْاآل ِخ ِريْنَ وَ ِإم ِ‬
‫سلِّمُوْ ا عَ َلى َ‬
‫َفصَ لُّوْ ا وَ َ‬
‫َاركْ عَ لَى م َ‬
‫ُح َّم ٍد‬ ‫ْت عَ لَى ِإبْرَ ا ِه ْي َم وَ عَ لَى آ ِل ِإبْرَ ا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْيدٌ‪ .‬وَ ب ِ‬ ‫ُح َّم ٍد َكمَا صَ لَّي َ‬
‫آ ِل م َ‬
‫س ِل ْيمًا‬‫سلِّ ْم تَ ْ‬‫ت عَ لَى ِإبْرَ ا ِه ْي َم وَ عَ لَى آ ِل ِإبْرَ ا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد وَ َ‬ ‫وَ عَ لَى آ ِل م َ‬
‫ُح َّم ٍد َكمَا بَارَ ْك َ‬
‫‪َ .‬ك ِبيْرً ا‬

‫ار‪ ،‬وَ مُنَّ عَ لَ ْي َنا ِبالتَّوْ بَ ِة وَ ْاِإلنَابَ ِ›ة‬ ‫َأ‬


‫اللَّ ُه َّم ا ْه ِدنَا› الصِّ رَ اط َ ْالمُسْ تَ ِق ْي َم‪ ،‬وَ ْكرَ َمنَا ِب ِذ ْك ِركَ ِفيْ اللَّ ْي ِل وَ النَّ َه ِ‬
‫اغ ِفرْ لَنَا وَ ِلوَ ا ِل َد ْينَا وَ سَاِئ ِر َأ ْه ِل ْينَا‪ ،‬وَ بَارَ كَ َلنَا‬
‫سيَِّئا ِتنَا‪ ،‬وَ ْ‬
‫صي ِْرنَا وَ َ‬ ‫شيَ ِة‪ ،‬اللَّ ُه َّم تَ َجاوَ زْ عَ نْ تَ ْق ِ‬ ‫وَ ا ْلخَ ْ‬
‫َارنَا وَ َأعْ مَا ِلنَا وَ َأ ْقوَ اتَ َنا› وَ َأوْ َقا َت َنا‬ ‫َأ‬
‫ِفيْ عْ م ِ‬

‫شرُّ ٍد‪ ،‬وَ َق ْت ٍل وَ ا ْق ِتتَا ٍل‪ ،‬وَ وَ ِّ‬


‫سعْ‬ ‫ضرٍّ وَ بَاَل ٍء‪ ،‬وَ َف ْق ٍر وَ تَ َ‬
‫اللَّ ُه َّم ا ْك ِشفْ عَ ِن ْالمُسْ ِل ِميْنَ مَا نَزَ َل ِب ِه ْم ِمنْ ُ‬
‫س ِميْعُ الدُّعَ ا ِء‬ ‫عَ لَي ِْه ْم ِفيْ ْاَألمْ ِن وَ الرِّ زْ ِق‪ ،‬وَ َجنِّ ْبنَا وَ إيَّا ُه ُم ْال ِفتَنَ مَا ظ َ َهرَ ِم ْن َها وَ مَا بَطَنَ ‪ِ ،‬إنَّكَ َ‬

‫سنَ ًة وَ ِقنَا عَ َذابَ الن ِ‬


‫َّار‬ ‫رَ بَّنَا َآ ِتنَا ِفي ال ُّد ْنيَا َح َ‬
‫سنَ ًة وَ ِفي اَآْل ِخرَ ِة َح َ‬

‫شا ِء وَ ا ْل ُم ْن َك ِر‬
‫َان وَ ِإيتَا ِء ِذي ا ْل ُقرْ بَى وَ يَ ْن َهى عَ ِن ا ْل َف ْح َ‬ ‫ْأ‬
‫عباد هللا‪ِ :‬إنَّ اللَّ َه يَ مُرُ ِبا ْل َع ْد ِل وَ اِإْل ْحس ِ‬
‫ضوا اَأْل ْيمَانَ بَ ْع َد‬ ‫ي يَ ِعظ ُ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُ ونَ * وَ َأوْ ُفوا ِب َع ْه ِد اللَّ ِه ِإ َذا عَ ا َه ْدتُ ْم وَ اَل تَ ْن ُق ُ‬
‫وَ ا ْلبَ ْغ ِ‬
‫‪.‬تَوْ ِكي ِد َها وَ َق ْد َج َع ْلتُ ُم اللَّ َه عَ لَ ْي ُك ْم َك ِفياًل ِإنَّ اللَّ َه يَعْ لَ ُم مَا تَ ْف َعلُون‬

‫هللا َأ ْكبَرُ وَ ُ‬
‫هللا يَعْ لَ ُم‬ ‫اش ُكرُ وْ ُه عَ لَى ِن َع ِم ِه ي َِز ْد ُك ْم‪ ،‬وَ لَ ِذ ْك ُر ِ‬ ‫َظ ْي َم ْا َ‬
‫لج ِل ْي َل يَ ْذ ُكرْ ُك ْم‪ ،‬وَ ْ‬ ‫هللا ْالع ِ‬
‫اُ ْذ ُكرُ وْ ا َ‬
‫مَا تَصْ نَعُوْ نَ‬
‫‪Khutbah Jumat Tentang Muflis Orang Bangkrut di Akhirat‬‬
‫‪Sesuai Hadits‬‬
‫ات‬ ‫ش ُروْ ِر َأ ْنف ُِسنَا وَ ِمنْ َ‬
‫سيَِّئ ِ‬ ‫هلل ِمنْ ُ‬ ‫ستَ ْغفِرُ ُه‪ ،‬وَ نَعُو ُذ ِبا ِ‬ ‫ِإنَّ ا ْل َحمْ َد ِللَّ ِه نَ ْح َم ُد ُه وَ نَسْ تَ ِع ْينُ ُه وَ نَ ْ‬
‫ش َه ُد َأنَّ الَ ِإلَ َه ِإالَّ ُ‬
‫هللا وَ ْح َد ُه الَ‬ ‫ي لَهُ‪َ .‬أ ْ‬
‫ُض َّل َل ُه وَ مَنْ يُضْ ِللْ َفالَ َها ِد َ‬ ‫هللا َفالَ م ِ‬ ‫َأعْ مَا ِلنَا‪ ،‬مَنْ يَ ْه ِد ُ‬
‫ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه وَ رَ سُوْ لُ ُه‬ ‫ش َه ُد َأنَّ م َ‬ ‫ش ِريْكَ لَ ُه وَ َأ ْ‬ ‫َ‬

‫سلَّ َم وَ عَ لَى آ ِل ِه وَ َأصْ َح ِاب ِه وَ مَنْ ‪ ‬‬


‫هلل عَ لَ ْي ِه وَ َ‬ ‫سلِّ ْم عَ لَى نَ ِبيِّنَا وَ رَ سُوْ ِلنَا م َ‬
‫ُح َّم ٍد صَ لَّى ا ُ‬ ‫َاللَّ ُه َّم صَ ِّل وَ َ‬
‫َان ِإلَى يَوْ ِم ال ِّدي ِ‬
‫ْن‬ ‫تَ ِب َع ُه ْم بِِإ ْحس ٍ‬
َّ ‫س وَ ا ِح َد ٍة وَ خَ لَ َق ِم ْن َها زَ وْ َج َها وَ ب‬ ‫َأ‬
ً‫َث ِم ْن ُهمَا ِر َجاال‬ ٍ ‫يَا يُّ َها النَّاسُ اتَّقُوا رَ بَّ ُك ْم الَّ ِذي خَ لَ َق ُك ْم ِمنْ نَ ْف‬
‫َك ِثير ًا وَ ِنسَا ًء وَ اتَّقُوا اللَّ َه الَّ ِذي تَتَسَا َءلُونَ ِب ِه وَ اَألرْ َحا َم ِإنَّ اللَّ َه َكانَ عَ لَ ْي ُك ْم رَ ِقيب ًا‬

َ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه َحقَّ تُ َقا ِت ِه وَ اَل تَمُوتُنَّ ِإاَّل وَ َأ ْنتُ ْم مُسْ ِلمُون‬

ْ‫ يُصْ ِلحْ َل ُك ْم َأعْ مَالَ ُك ْم وَ يَ ْغ ِفرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم وَ مَن‬، ‫س ِديدًا‬


َ ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه وَ ُقولُوا َقوْ اًل‬
‫ي ُِط ِع اللَّ َه وَ رَ سُولَ ُه َف َق ْد َفازَ َفوْ زً ا عَ ِظيمًا‬

‫َأمَّا بَعْ ُد‬

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala


yang telah menganugerahkan nikmat iman dan Islam kepada kita,
memberikan taufik untuk teguh dan istiqamah di atasnya dan
menggolongkan kita ke dalam umat Muhammad ‫ ﷺ‬.

Umat Muhammad ‫ ﷺ‬adalah umat yang dirahmati oleh Allah Ta’ala, umat
terakhir namun diberi kehormatan untuk masuk ke dalam surga lebih awal
daripada umat – umat sebelumnya besok pada hari kiamat.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi kita yang mulia ,
Muhammad ‫ ﷺ‬, para keluarganya dan seluruh sahabatnya serta kaum
Muslimin yang berpegang teguh dengan sunnah Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
secara lahir dan batin dengan penuh ikhlas dan sabar, hingga hari kiamat.

Kami berwasiat kepada diri kami sendiri dan kepada saudara-saudara kami
seiman, agar senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dengan berusaha keras untuk memelihara hak-hak kaum Muslimin, tidak
melakukan kezhaliman kepada mereka baik dengan perkataan maupun
perbuatan.

Sebab segala bentuk pelanggaran hak sesama Muslim dan kezhaliman


terhadap harta, darah serta kehormatannya akan menjadi sumber kerugian
seorang Muslim pada kiamat. Semua itu bisa menyebabkan seorang Muslim
bisa menjadi orang yang bangkrut atau yang dikenal dengan
sebutan muflis.
Hadits Tentang Muflis Bangkrut di Hari Kiamat
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu disebutkan
bahwa suatu kali Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya kepada para sahabat,

‫َأتَدْرُ ونَ ما ال ُم ْفلِسُ ؟‬

“Apakah kalian tahu siapakah muflis (orang yang bangkrut) itu?”


Para sahabat menjawab, “Muflis di kalangan kami adalah orang yang tidak
lagi memiliki dirham (uang) dan harta benda.” Lalu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

َ‫ و َق َذف‬،‫شتَ َم هذا‬ َ ‫ ق ْد‬،ٍ‫ وزَ كاة‬،‫يام‬ ِ ،ٍ‫إنَّ ال ُم ْف ِلسَ ِمن ُأمَّتي يَْأ تي يَو َم ال ِقيا َم ِة بصَ الة‬
ٍ ‫وص‬
،‫ فيُ ْعطَى هذا ِمن َحسَنا ِت ِه‬،‫ ويَْأ تي وضَ رَ بَ هذا‬،‫س َفكَ َد َم هذا‬ َ ‫ و‬،‫ وَأ َك َل ما َل هذا‬،‫هذا‬
‫َت َحسَناتُ ُه َق ْب َل أنْ يُ ْقضَ ى ما عليه ُأ ِخ َذ ِمن خَ طايا ُه ْم‬ ْ ‫ فإنْ َف ِني‬،‫وهذا ِمن َحسَنا ِت ِه‬
ِ َّ‫ ثُ َّم ط ُ ِر َح في الن‬،‫ت عليه‬
‫ار‬ ْ ‫َفط ُ ِر َح‬

“Sesungguhnya muflis (orang yang bangkrut) itu termasuk umatku yang


akan datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa, zakat, namun
dia datang (dengan dosa) mencaci orang ini, menuduh yang ini tanpa bukti
(memfitnah), memakan harta orang ini, mengalirkan darah yang ini,
memukul orang itu.
Kemudian orang (yang dizhalimi) ini diberi kebaikan dari dia (pelaku
kezhaliman), orang yang itu (yang juga dizhalimi ) diberi kebaikan dari dia.
Apabila kebaikan-kebaikannya telah habis sebelum dia menebus semua
kesalahannya, dosa-dosa orang-orang (yang dizhalimi) itu dibebankan
kepadanya dan kemudian dia dilempar ke dalam neraka.” [Hadits riwayat
Muslim di dalam Shahih Muslim no. 2581]
Siapa Muflis Menurut Nabi ‫ﷺ‬
Jamaah Jumat rahimakumullah,

Dalam hadits ini, Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya kepada para sahabatnya tentang


kriteria orang yang bangkrut dalam pandangan mereka.

Para sahabat akhirnya menjawab sesuai dengan parameter yang lazim ada
dalam kehidupan mereka saat itu, yaitu orang yang pailit, yang tidak lagi
memiliki uang maupun harta benda sama sekali.

Tidak pernah terbayang dalam benak para sahabat adanya kriteria lain
tentang orang yang bangkrut. Tidak pernah terlintas dalam pikiran para
sahabat kala itu adanya kebangkrutan di akhirat kelak.
Maka Nabi ‫ ﷺ‬yang senantiasa menginginkan keselamatan dan
kebahagiaan umatnya di dunia dan akhirat menjelaskan adanya
kebangkrutan yang bersifat hakiki. Yaitu kebangkrutan dalam kehidupan
yang hakiki, kehidupan akhirat. Sebab kehidupan dunia ini bukan hidup
yang sejati, kehidupan yang semu dan akan ada batas akhirnya.

Para sahabat berbicara kepada Nabi ‫ ﷺ‬tentang muflis dari kalangan


penduduk dunia sedangkan Nabi ‫ ﷺ‬berbicara kepada mereka tentang
muflis pada hari kiamat.

Para sahabat berbicara kepada beliau ‫ ﷺ‬tentang kebangkrutan yang


bersifat sementara, sedangan Nabi ‫ ﷺ‬berbicara kepada mereka tentang
kebangkrutan yang terus menerus.

Para sahabat berbicara kepada beliau ‫ ﷺ‬tentang kebangkrutan yang


terkadang setelah itu berhasil pulih kembali kekayaannya sedangkan Nabi
‫ ﷺ‬berbicara kepada mereka tentang kebangkrutan yang tidak akan bisa
lagi untuk dipulihkan kekayaannya.

Para sahabat berbicara kepada Nabi ‫ ﷺ‬tentang kebangkrutan yang boleh


jadi tidak membahayakan agama seseorang, sedangkan Nabi ‫ ﷺ‬berbicara
kepada mereka tentang kebangkrutan yang menjerumuskan orangnya ke
dalam neraka.

Menurut Nabi ‫ ﷺ‬, yang namanya orang bangkrut atau muflis itu adalah
orang yang melakukan shalat, puasa, zakat dan pada hari kiamat diterima
amalannya, sehingga dia mendapat pahala. Namun ada masalah yang
membelit dirinya, yaitu dia juga melakukan berbagai tindak kezhaliman
yang tidak ringan.

Dia melakukan berbagai pelanggaran terhadap hak orang lain, di antaranya:

1. Ia mencaci maki, menghina, mengutuk saudara sesama Muslim.


Kata ‫شتَ َم‬
َ artinya adalah perkataan yang sangat buruk.
2. Menuduh tanpa bukti atau di kalangan kita disebut dengan
memfitnah. Biasanya kata kerja qadzafa merupakan ucapan
terkait masalah kehormatan dan melemparkan tuduhan tanpa
bukti kepada seseorang bahwa dia telah melakukan zina atau
perbuatan yang semakna dengan hal itu.
3. Memakan harta orang lain dengan cara yang tidak benar secara
syar’i.
4. Menumpahkan darah orang lain tanpa alasan yang benar secara
syar’i.
5. Memukul orang lain tanpa alasan yang benar secara syar’i.
Akibat dari kezhaliman tersebut, orang tadi harus menebus kesalahannya
dengan cara membayarnya dengan kebaikan-kebaikan yang dia miliki,
karena tidak ada lagi uang tebusan untuk membayar denda di akhirat.

Dan bila deposit kebaikannya sudah habis dan belum impas tebusan dosa-
dosa tersebut, maka mau tidak mau dia harus menampung transferan dosa
dari orang yang dia zhalimi sampai impas.

Akibatnya jelas, dia tidak lagi punya kebaikan dan bahkan daftar dosanya
malah bertambah banyak. Timbangan amalnya jelas berat sebelah di daun
timbangan keburukan, karena di daun timbangan kebaikannya sudah
kosong melompong.

Akhirnya dia harus menebus semua dosanya dengan menjalani siksaan di


Neraka. Saat dia menyaksikan proses transfer keburukan orang yang dia
zhalimi, sudah terbayang dibenaknya, dia pasti celaka karena jelas akan
dilemparkan ke dalam neraka yang bahan bakarnya manusia dan bebatuan.
Wal-‘iyadzu billah.

Semoga Allah melindungi kita semua dari termasuk ke dalam kelompok


muflis ini.[i]
Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,
Lantas, bagaimana cara kita melindungi diri atau menyelamatkan diri kita
dari ancaman kebangkrutan pada hari kiamat? Secara sederhana
jawabannya adalah dengan menjauhi sebab-sebabnya.

Kalau kita cermati sebab-sebab kebangkrutan pada hari kiamat


sebagaimana disebutkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬, pada intinya kembali pada satu
sebab utama, meskipun bentuknya berbeda-beda. Sebab utamanya adalah
melanggar atau merampas hak-hak orang lain.

Agar kita tidak mudah terjerumus ke dalam perilaku yang merugikan atau
bisa menzhalimi hak-hak orang lain dan selamat dari kebangkrutan di
akhirat, ada sejumlah hal yang harus dilakukan, yaitu:

1. Senantiasa sadar dan sensitif terhadap hak-hak orang lain.


Seorang ulama Salaf bernama Muhammad bin Wasi’ mengirim surat kepada
salah seorang saudaranya seiman yang isinya sebagai berikut,”Apabila kamu
mampu untuk bermalam dalam keadaan telapak tanganmu bersih dari
darah yang haram, perutmu kosong dari makanan haram, punggungmu
tidak dibebani dengan harta haram, maka lakukanlah. Apabila kamu sudah
melakukannya maka tidak ada kesalahan atas dirimu.

ٰۤ ُ‫ض ِب َغي ِْر ا ْل َح ۗقِّ ا‬


‫ول ِٕىكَ َل ُه ْم عَ َذابٌ َا ِل ْي ٌم‬ ِ ْ‫ِانَّمَا الس َِّب ْي ُل عَ لَى الَّ ِذيْنَ يَظْ ِلمُوْ نَ النَّاسَ وَ يَ ْب ُغوْ نَ ِفى ااْل َر‬
٤٢ –

Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang berbuat zalim


kepada manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan)
kebenaran. Mereka itu mendapat siksa yang pedih. [Asy-Syura: 42].
Wassalaam.”
2. Terus menerus menghadirkan kesadaran akan hisab hari
kiamat.
Hal ini akan melindungi seseorang dari melakukan kezhaliman terhadap
orang lain dan juga dari kebangkrutan atas izin Allah.

Sebagai misal, suatu hari ada seorang pria berbicara kepada Khalifah yang
lurus, Umar bin Abdul Azis rahimahullah sampai membuat beliau marah
kepadanya. Umar hendak memukulnya namun kemudian dia menahan
dirinya.

Dia berkata kepada pria tersebut,”Kamu ingin setan memancingku dengan


kewibawaan sultan lalu aku menimpakan suatu musibah kepadamu apa
yang kamu akan timpakan kepadaku besok? Berdirilah. Semoga Allah
memaafkanmu. Kami tidak butuh kesepakatan kerja denganmu.”

3. Terus menerus melakukan muhasabah atau instropeksi diri.


Siapa saja yang senantiasa melakukan muhasabah terhadap dirinya sendiri,
niscaya dia akan mengetahui kejahatan-kejahatan jiwanya dan akan
berjuang untuk membebaskan jiwanya dari kejahatan tersebut sebelum
datang hari penyesalan, yatu Hari Kiamat.
4. Meminta pembebasan dari tuntutan hukuman (dimaafkan)
dari suatu kezhaliman di dunia ini lebih baik dari
pembalasan kezhaliman tersebut di akhirat nanti.
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

ٍ ْ‫مَن كانت َأِل ِخيه عنده َمظْ ِل َم ٌة من ِعر‬


‫ قبل أن يُْؤ خَ َذ منه‬،‫ َف ْليَ َت َحلَّ ْله اليو َم‬،‫ض أو ما ٍل‬
‫ وإن لم‬،‫ ُأ ِخ َذ منه ب َقد ِْر َمظْ ِل َم ِته‬، ٌ‫ فإن كان له عم ٌل صالح‬،‫يو َم ال دينارَ وال ِدرْ َه َم‬
ْ َ‫صاحبه ف ُج ِعل‬
،‫ت عليه] (وهو في صحيح الجامع‬ ِ ‫سيئات‬
ِ ‫ ُأ ِخ َذ من‬،ٌ‫يكن له عمل‬
‫وأصله في البخاري‬

“Siapa saja yang pernah melakukan kezhaliman terhadap saudaranya dalam


masalah kehormatan atau harta, maka hendaklah dia meminta saudaranya
tersebut untuk memaafkannya pada hari ini, sebelum diambil dari dirinya
pada hari tidak ada dinar dan dirham.
Bila dia memiliki amal shalih, maka diambil amal tersebut darinya sesuai
dengan kadar kezhalimannya  (untuk diberikan kepada saudaranya yang dia
zhalimi). Apabila dia tidak lagi memiliki kebaikan, maka keburukan
saudaranya tersebut diambil dan diberikan kepadanya.” [Hadits riwayat Al-
Bukhari]
5. Berinteraksi dengan orang lain dengan memaafkan dan
berlapang dada. Mudah-mudahan Allah Ta’ala memaafkan kita.
Sesungguhnya balasan itu sesuai dengan jenis amalan. Allah Ta’ala
berfirman,

‫– وَ ْليَ ْعفُوْ ا وَ ْليَصْ َف ُحوْ ۗا َااَل تُ ِحبُّوْ نَ َانْ يَّ ْغ ِفرَ ال ٰلّ ُه لَ ُك ْم ۗوَ ال ٰلّ ُه َغفُوْ رٌ رَّ ِح ْي ٌم‬

dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak
suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang. [An-Nuur: 22][ii]
‫ وَ تَ َقبَّ َل ِمنِّيْ وَ ِم ْن ُك ْم‬,‫َات وَ ال ِّذ ْك ِر ا ْل َح ِكي ِْم‬ ِ ‫آن ا ْلع‬
ِ ‫ وَ نَ َف َع ِنيْ وَ ِإيَّا ُك ْم ِبمَا ِف ْي ِه ِمنَ اآلي‬,‫َظي ِْم‬ ِ ْ‫هللا ِليْ وَ لَ ُك ْم ِفي ا ْلقُر‬
ُ َ‫بَارَ ك‬
ُ‫ ِإنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغفُوْ ر‬،ُ‫ستَ ْغفِرُ وْ ه‬ْ ‫َظ ْي َم ِليْ وَ لَ ُك ْم َفا‬
ِ ‫هللا ا ْلع‬
َ ُ‫ستَ ْغفِر‬ ‫َأ‬
ْ ‫ ُقوْ ُل َقوْ ِليْ َه َذا وَ ا‬.‫س ِميْعُ ا ْل َع ِل ْي ُم‬
َّ ‫ِتالَوَ تَ ُه ِإنَّ ُه ُهوَ ال‬
‫الرَّ ِح ْي ُم‬

‫سمَا ِء بُرُوْ ًجا‬


َّ ‫ي َج َع َل ِفي ال‬ ْ ‫ َتبَارَ كَ الَّ ِذ‬،‫َصيْرً ا‬
ِ ‫ي َكانَ ِب ِعبَا ِد ِه خَ ِبيْرً ا ب‬ ْ ‫َا ْل َحمْ ُد ِللَّ ِه الَّ ِذ‬
‫ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه‬ ْ ‫هللا وَأ‬
َ ‫ش َه ُد َانَّ م‬ ُ َّ‫ش َه ُد َانْ الَ ِإلَ َه ِإال‬ ْ ‫ َأ‬.‫اجا وَ َقمَرً ا ُم ِنيْرً ا‬ ً َ‫وَ َج َع َل ِف ْي َها ِسر‬
ً َ‫َاعيَا ِإلَى ا ْل َح ِّق بِِإ ْذ ِن ِه وَ ِسر‬
‫اجا ُم ِنيْرً ا‬ ِ ‫ وَ د‬،‫ي بَ َعثَ ُه ِبا ْل َح ِّق ب َِشيْرً ا وَ نَ ِذيْرً ا‬ْ ‫وُرَ سُولُ ُه الَّ ِذ‬

‫اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم‬
‫ أما بعد‬.‫بإحسان إلى يوم الدين‬

Jamaah shalat jumat rahmakumullah,

Ada sejumlah pelajaran yang bisa kita ambil dari hadits yang menerangkan
tentang Muflis, orang yang bangkrut di akhirat kelak, di antaranya:
1. Rasulullah ‫ ﷺ‬memiliki keinginan yang sangat kuat untuk
mengarahkan umatnya terhadap apa saja yang bisa
memberikan maslahat kepada mereka di dunia dan akhirat.
2. Mengajukan pertanyaan kepada pendengar dengan harapan
mendapatkan jawaban merupakan salah satu metode
pengajaran yang bagus.
3. Nabi ‫ ﷺ‬mengoreksi pemahaman yang keliru dan memberikan
bimbingan kepada apa saja yang bermanfaat bagi orang
mukmin dalam hidupnya.
4. Harus bersikap waspada terhadap segala bentuk kezhaliman
dan menyadari akibat-akibatnya dan menjelaskan
kesudahannya.
5. Bersegera untuk menebus kesalahan yang dilakukan sebelum
hilangnya kesempatan dan meminta maaf atas kesalahan-
kesalahan tersebut sebelum tiba hari Qishash (Pembalasan di
akhirat).
6. Pada hakikatnya orang yang tidak memiliki uang dan harta
benda bukanlah orang yang bangkrut.
7. Orang yang bangkrut secara hakiki adalah orang yang
penghujungnya adalah kebinasaan yang sempurna di akhirat
karena dilemparkan ke dalam neraka.
8. Kebangkrutan hakiki tersebut hanya menimpa orang yang
melanggar hak-hak manusia.
9. Shalat, puasa dan berzakat saja itu belum mencukupi bagi
seseorang. Dia harus menghargai hak-hak orang lain dan tidak
melanggar hak-hak tersebut.
Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik kepada kita semua agar
mengamalkan apa yang Allah cintai dan ridhai dan menggolongkan kita ke
dalam kelompok hamba-hamba-Nya yang selamat dari siksa api neraka di
akhirat nanti.[iii]

Marilah kita akhiri khutbah jumat ini dengan berdoa kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala,

َ َ‫ي يَآَأيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُوْ ا صَ لُّوْ ا عَ لَ ْي ِه و‬


ْ َ‫سلِّمُوْ ا ت‬
‫س ِل ْيمًا‬ ِّ ‫هللا وَ مَآلِئ َكتَ ُه يُصَ لُّوْ نَ عَ لَى الن َِّب‬
َ َّ‫ِإن‬

ِ ‫ُح َّم ٍد وَ عَ لَى آ ِل ِه وَ عَ لَى خُ لَ َفاِئ ِه الر‬


  َ‫َّاش ِديْنَ ا ْل َم ْه ِديِّيْن‬ َ ‫َاركْ عَ لَى نَ ِبيِّنَا م‬ ِ ‫سلِّ ْم وَ ب‬
َ َ‫الَّل ُه َّم صَ ِّل و‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ْن وَ ارْ ضَ عَ نَّا َم َع ُه ْم‬ ِ ‫وَ صْ َح ِاب ِه ْج َم ِعيْنَ وَ مَنْ سَارَ عَ لَى نَ ْه ِج ِه ْم وَ ط َ ِر ْي َق ِت ِه ْم ِإلَى يَوْ ِم ال ِّدي‬
َ‫ِبرَ ْح َم ِتكَ يَاَأرْ َح َم الرَّا ِح ِميْن‬
‫اللهم اح َفظ المُسلمين في كل مكان‪ ،‬اللهم اح َفظ المُسلمين في بالد الشام‪ ،‬وان ُ‬
‫صرهم على‬
‫عدوِّ هم وعدوِّ ك يا رب العالمين‬

‫اللهم إنا نسألُك الجن َة وما قرَّبَ إليها من قو ٍل وعم ٍل‪ ،‬ونعو ُذ بك من النار وما قرَّب إليها من‬
‫قو ٍل وعم ٍل‬

‫اللهم أص ِلح لنا دينَنا الذي هو عصم ُة أمرنا‪ ،‬وأص ِلح لنا دُنيانا التي فيها معاشُنا‪ ،‬وأص ِلح لنا‬
‫والموت راح ًة لنا من كل شرٍّ‬
‫َ‬ ‫آخرتَنا التي إليها معادُنا‪ ،‬واجعل الحيا َة زياد ًة لنا في كل ٍ‬
‫خير‪،‬‬
‫يا رب العالمين‬

‫صرنا وال‬ ‫اللهم إنا نسألُك ال ُهدى والتُّ َقى والعفافَ وال ِغنى‪ ،‬اللهم ِ‬
‫أعنَّا وال تُ ِعن علينا‪ ،‬وان ُ‬
‫صرنا على من ب َغى‬ ‫سر ال ُهدى لنا‪ ،‬وان ُ‬ ‫تنصُ ر علينا‪ ،‬وام ُكر لنا وال تم ُكر علينا‪ ،‬واه ِدنا وي ِّ‬
‫علينا‬

‫اللهم اجعَلنا لك ذا ِكرين‪ ،‬لك شا ِكرين‪ ،‬لك مُخبتين‪ ،‬لك أ َّواهين مُنيبين‬

‫ألسنتَنا‪ ،‬واسلُل سخيم َة قلوبنا‬


‫واغسل حوبتَنا‪ ،‬وثبِّت ُح َّجتنا‪ ،‬وس ِّدد ِ‬
‫ِ‬ ‫اللهم تقبَّل توبتَنا‪،‬‬

‫اللهم اغ ِفر للمُسلمين والمُسلمات‪ ،‬والمؤمنين والمؤمنات‪ ،‬األحياء منهم واألموات‪ ،‬اللهم‬
‫ب المُسلمين وو ِّحد صُ فو َفهم‪ ،‬واجمع كلمتَهم على الحقِّ يا رب العالمين‬
‫ألِّف بين قلو ِ‬

‫ْأ‬
‫شا ِء وَ ا ْل ُم ْن َك ِر وَ ا ْلبَ ْغ ِ‬
‫ي‬ ‫َان وَ ِإيتَا ِء ِذي ا ْل ُقرْ بَى وَ يَ ْن َهى عَ ِن ا ْل َف ْح َ‬
‫ِإنَّ اللَّ َه يَ ُم ُر ِبا ْل َع ْد ِل وَ اِإْل ْحس ِ‬
‫يَ ِعظ ُ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُ ونَ ﴾ [النحل‪]90 :‬‬

‫هللا يعل ُم ما تصنَعون‬ ‫هللا يذ ُكركم‪ ،‬واش ُكروه على نع ِمه ِ‬


‫يزدكم‪ ،‬ول ِذك ُر هللا أكبر‪ ،‬و ُ‬ ‫فاذكروا َ‬

‫‪.‬‬

Anda mungkin juga menyukai