Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN INOVASI PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan

Dosen Pengampu:

Dr. Agus Purwowidodo, M.Pd.

Oleh Kelompok 4:

1. Anis Nurlita (126204201003)


2. Fahimatus Solikhah (126204201007)
3. Choirun Nisa’ (126204202084)

SEMESTER 4

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

MARET 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
Hakikat Manajemen Inovasi Pendidikan ........................................................................................ 3
Konsep Manajemen dalam Inovasi Pendidikan .............................................................................. 4
Bidang Kegiatan Manajemen Inovasi Pendidikan .......................................................................... 7
Prosedur Inovasi Pendidikan........................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12

2
A. Hakikat Manajemen Inovasi Pendidikan

Manajemen Inovasi merupakan suatu proses dalam mengelola inovasi agar berdaya guna
untuk bersaing dalam keunggulan. Manajemen Inovasi diperlukan untuk mengakui bahwa
banyak ide-ide yang harus mengalir dan berkembang sebagai antisipasi perkembangan dunia
yang semakin cepat, beragam dan dinamis.
Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai
proses kerja sama yang sistematik, sistemis, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidikan Nasional.1
Manajemen Inovasi Pendidikan merupakan proses pengelolaan sumberdaya (ide, praktek,
objek, metode) baru dalam bidang pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan atau
memecahan persoalan dalam pendidikan.
a. Ruang Lingkup Inovasi dalam Manajemen Pendidikan
Ruang lingkup inovasi manajemen pendidikan meliputi perencanaan,
pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga kependidikan, serta sumber daya
pendidikan seperti Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Belajar (SB), serta Sumber
Fasilitas dan Dana (SFD).
b. Faktor Pendorong Inovasi Manajemen Pendidikan
Drucker berpendapat bahwa factor pendorong inovasi dalam manajemen pndidikan
adalah : (1) kondisi yang diharapkan, (2) munculnya ketidakwajaran, (3) inovasi yang
muncul berbasis pada kebutuhan dalam proses, (4) perubaan pada struktur industri atau
struktur pasar, (5) faktor demografis, (6) perubahan persepsi, suasana, dan makna, (7)
pengetahuan baru.2
c. Analisis Akar Masalah
Tahapan awal dalam inovasi pendidikan adala menganalisis masalah-masalah yang
ada pada pendidikan. Analisis terhadap perencanaan program inovasi dilakukan pada akar
atau sumber masalah, sehingga diharapkan masalahtersebut bisa diatasi dan tidak
menghambat suatu inovasi dalam bidang pendidikan.
d. Analisis SWOT

1
Prajudi Atmosudirdjo, Administrasi dan Manajemen Umum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), hal. 124.
2
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), hal. 39.

3
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunuities, and Threats) dipahami
sebagai suatu pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan sebuah organisasi, termasuk
lembaga pendidikan serta kesempatan dan ancaman lingkungan eksternalnya.
e. Perencanaan Strategi Mutu
Setelah memperoleh hasil dari analisis SWOT, selanjutnya dilakukan pengujian
terhadap visi, misi dan nilai-nilai asumsi. Kemudian, diperoleh strategi yang merupakan
faktor keberhasilan, antara lain :
1. Bersama dengan mitra kerja meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan
2. Meningkatkan kemitraan dengan PTN dan PTS serta mengembangkan program studi
baru
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan
5. Melakukan evaluasi dan pembenahan ke dalam kinerja

B. Konsep Manajemen dalam Inovasi Pendidikan

Setiap kegiatan pendidikan harus memiliki perencanaan yang jelas dan realistis,
pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh tenaga
kependidikan untuk meningkatkan kulaitas kinerjanya.
Siagian (1983) mengemukakan lima fungsi manajemen, yaitu : perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan (motivating), pengawasan (contrling), dan
penilaian (evaluation).
Menurut Morris (1976), kelima rangkaian yang telah dikemukakan Siagian tersebut
memiliki hubungan ketergantungan antara satu dengan yang lain.
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan proses mempersiapkan keputusan untuk kegiatan di masa
yang akan dating agar bisa tercapai tujuan-tujuan. Perencanaan bukan kegiatan
individual, namun proses dari pengambilan keputusan.3 Secara umum, perencanaan
dibagi menjadi 3 jenis :
1. Perencanaan Alokatif (allocative Planning)

3
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo, 2000) hal. 61.

4
Ditandai oleh upaya penyebaran atau pembagian sumber-sumber yang jumlahnya
terbatas. Ciri-cirinya yaitu : (1) perencanaan dilakukan secara komprehensif, (2)
keseimbangan antar komponen kegiatan. Adapun tipe dari perencanaan ini adalah :
(1) perencanaan berdasarkan perintah, (2) perencanaan berdasarkan kebijakan, (3)
perencanaan berdasarkan persekutuan, (4) perencanaan berdasar kepentingan
peserta.4
2. Perencanaan Inovatif (innovatif Planning)
Perencanaan ini menitikberatkan perubahan fungsi dan wawasan kelembagaan
untuk memecahkan masalah. Ciri-cirinyayaitu : (1) pembentukan lembaga baru, (2)
orientasi pada tindakan atau kegiatan,(3) penggerakan sumber-sumber yang
diperlukan.
3. Perencanaan Strategi (strategic Planning)
Berfungsi untuk mendayagunakan peluang baru yang mungkin terjadi pada masa
yang akan datang.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Hersey (1982) brpendapat bahwa pengorganisasian adalah kegiatan memadukan
sumber-sumber, yaitu manusia, modal, dan fasilitas serta menggunakan sumber-sumber
itu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Carzo (1974) mengemukakan prinsip pengorganisasian terdiri atas : (1) kebermaknaan
dan (2) keluwesan, (3) kedinamisan.
Pengorganisasian dilakukan dalam beberapa tahap :
1. Memahami tujuan, kebijaksanaan , rencana, dan program yang telah ditetapkan
2. Penentuan tugas-tugas dengan mempertimbangkan kebijakan dan aturan yang
berlaku
3. Memilah penggalan tugas secara sederhana, logis, menyeluruh dan mudah
dimengerti, diikuti pengelompokan tugas
4. Menentukan batas-batas yang jelas tentang tugas setiap tenaga kependidikan
5. Menentukan kualitas dan kuantitas berdasarkan pekerjaan dan kedudukan
6. Menetapkan prosedur, metode, dan teknik kegiatan untuk mencapai tujuan

4
Ibid, hal. 61.

5
c. Penggerakan (motivating)
Hersey dan Blanchard (1982) mengemukakan penggerakan sebagai kegiatan untuk
mengarahkan dorongan-dorongan pada diri seseorang untuk mencapai tujuan. Motivating
dalam dunia pendidikan yaitu pemberian motivasi kepada setiap pelaku pendidikan untuk
melaksanakan program belajar mengajar agar tercapai tujuan pendidikan.
Motivasi yang mendorong perlunya inovasi pendidikan adalah kemauan sekolah
menjawab tantangan zaman dan kebutuhan masyarakat menggunakan lembaga
pendidikan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Penilaian (Evaluation)
Menurut Anderson (1978), penilaian mempunyai tujuan :
1. Memberi masukan untuk perencanaan program
2. Memberi masukan untuk keputusan tentang kelanjutan, perluasan dan penghentian
program
3. Memberi masukan untuk keputusan tentang modifikasi program
4. Memperoleh informasi tentang pendukungdan penghambat pelaksanaan program
5. Memberi masukan untuk memahami landasan keilmuan bagi penilaian
Aspek yang dinilai dalam penilaian :
A. Komponen program meliputi masukan, proses, dan hasil program
B. Penyelenggaraan program mencakup kelembagaan, perencanaan, pelaksanaan dan
pembinaan, efisiensi ekknomis, dampak dan keseluruhan p[rogram.
e. Pengawasan (controlling)
Pengawasan dilakukan untuk mengetahui kecocokan dan ketepatan kegiatan yang
dilaksanakan sesuai rencana yang tersusun.pengawasan juga dimaksudkan untuk
memperbaiki kegiatan yang menyimpang dari rencana, mengoreksi aturan-aturan, serta
mengupayakan agar tujuan dapat dicapai seefektif dan seefisien mungkin.
Tahapan dalam proses pengawasan :
1. Penetapan standar pelaksanaan
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan
4. Perbandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar penyimpangan
5. Pengambilan tindakan koreksi apabila diperlukan.

6
C. Bidang Kegiatan Manajemen Inovasi Pendidikan

Dalam buku Panduan Manajemen Sekolah Merujuk pada kebijakan Direktorat Pendidikan
Menengah Umum Depdiknas, berikut ini akan diuraikan secara ringkas tentang bidang-bidang
kegiatan pendidikan di sekolah. 5
1. Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan substansi manajemen yang utama di sekolah.
Terdapat Prinsip dasar manajemen kurikulum yaitu berusaha meningkatkan agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh
siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan
strategi pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan
melalui empat tahap, yaitu:
a) Perencanaan;
b) Pengorganisasian dan koordinasi;
c) Pelaksanaan;
d) Pengendalian.
2. Manajemen Kesiswaan
Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu:
a) Siswa harus diperlakukan sebagai subjek, bukan objek, sehingga harus didorong
untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan kegiatan mereka;
b) Kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual,
sosial ekonomi, minat, dan seterusnya. Oleh karena itu, diperlukan wahana kegiatan
yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara
optimal;
c) Siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan;
d) Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga
ranah afektif dan psikomotor.
3. Manajemen Persponalia
Ada empat prinsip dasar manajemen personalia, yaitu:

5
A. Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), hal. 126.

7
a) Dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen
paling berharga;
b) Sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik,
sehingga mendukung tujuan institusional;
c) Kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah
sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah;
d) Manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap
warga sekolah dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai
tujuan sekolah.
Di samping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal penting dalam
manajamen personalia berkenaan penguasaan kompetensi dari para personel di
sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personel
sekolah mutlak diperlukan.
4. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan di sekolah berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali
dan mengelola dana. Pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan
sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan,
pengendalian serta pemeriksaan. Inti manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi
dan efektivitas. Oleh karena itu, di samping mengupayakan ketersediaan dana yang
memadai untuk kebutuhan pembangunan ataupun kegiatan rutin operasional di
sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap
penggunaan keuangan, baik yang bersumber pemerintah, masyarakat, maupun sumber
lainnya.
5. Manajemen Perawatan Preventif Sarana dan Prasarana
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan
yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti
gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan meningkatkan kinerja,
memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan, dan menetapkan biaya
efektif perawatan sarana dan prasarana sekolah. Dalam manajemen ini perlu dibuat
program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana,
membuat daftar sarana dan prasarana, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan,

8
menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masingmasing
bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja
peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat sarana dan
prasarana sekolah. Adapun pelaksanaannya dilakukan pengarahan kepada tim
pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana,
menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga
sekolah, dan membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah
untuk memotivasi warga sekolah.

D. Prosedur Inovasi Pendidikan

Sebelum kita melakukan inovasi pendidikan,maka terlebih dahulu harus menguasai prinsip
dasar dalam inovasi pendidikan, karena prinsip dasar tersebut mempunyai tujuan agar
pendidikan yang didesain atau dihasilkan diharapkan memang betul-betul sesuai dengan
permintaan (the need) semua pihak, yakni anak didik, orang tua, masyarakat dan bangsa serta
negara.6
Terdapat beberapa prinsip inovasi, yaitu:7
1. Dimulai dari hal-hal yang terkecil, tersistematis dan efektif.
Inovasi yang terarah dan sistematis akan menjadikan inovasi lebih tertata dengan
baik dan tidak rancu. Dengan mempertimbangkan ide-ide inovasi yang sistematis dan
terarah telah menjadikan kurikulum Indonesia berubah-ubah dari waktu ke waktu sesuai
dengan kondisi dan perubahan yang ada.
2. Inovasi haruslah efektif, sederhana dan terfokus.
Dimana inovasi ini harus diterapkan dengan betul-betul. Di dalam proses
membangun suatu hal dibutuhkan rancangan awal dan sasaran yang tepat sehingga muncul
keefektifan dalam berinovasi. Setelah itu, menentukan alat yang akan digunakan dan
mendukung proses inovasi. Konten dalam inovasi pendidikan pun harus spesifik sehingga
inovasi sederhana dan terfokus. Sedangkan, dengan adanya prinsip inovasi yang bermula
dari hal-hal yang terkecil inilah maka pendidik akan lebih bisa dan dapat terus

6
Siti Julaeha, dkk., “Manajemen Inovasi Kurikulum: Karakteristik dan Prosedur Pengembangan Beberapa Inovasi
Kurikulum”, Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, Vol. 01, No. 2 (2021), 14.
7
J. Nabiel Aha Putra, dkk., “Inovasi Pendidikan: Konsep Dasar, Tujuan, Prinsip-Prinsip dan Implikasinya terhadap
PAI”, TAMADDUN: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Keagamaan, Vol. 22, No. 1 (Januari, 2021), 27.

9
mengembangkan inovasi bagi peserta didik sehingga bermula dari hal kecil itulah maka
akan menjadi sebuah ide atau gagasan dan implementasi yang baik pula.
Inovasi pendidikan di sekolah adalah program perubahan yang dilakukan di
lingkungan sekolah, antara lain meliputi perubahan dan pembaharuan dalam tenaga
kependidikan, inovasi kurikulum dan inovasi pembelajaran. Semua tindak inovasi itu
dilaksanakan melalui serangkaian program yang dilaksanakan secara prosedural. Tahapan
preosedural program inovasi, antara lain tahap permulaan (initation stage) dan tahap
implementasi (Udin, 2005).
1. Tahap Permulaan (Initation Stage)8
Tahap permulaan (initation stage) terdiri dari dua hal.
a. Pengetahuan dan kesadaran
Hal ini merupakan langkah pengenalan program inovasi kepada personel
sekolah, bahwa di lingkungan sekolah terdapat inovasi. Pengenalan ini penting
dilakukan untuk memberikan kesadaran bahwa di dalam lingkungan sekolah
terdapat perubahan dan pembaharuan. Dengan kata lain, inovasi harus disadari
keberadaannya oleh semua pihak, sehingga satu dengan lainnya dapat saling
memberikan dukungan positif terhadap program inovasi.
b. Pembentukan sikap terhadap inovasi
Langkah ini penting untuk mengetahui bahwa inovasi bisa diterima atau
tidak. Indikasi diterimanya sebuah inovasi terlihat pada hal berikut.
Pertama, adanya sikap terbuka terhadap inovasi yang ditandai dengan
kemauan anggota organisasi untuk mempertimbangkan inovasi, mempertanyakan
inovasi, merasa bahwa inovasi akan dapat meningkatkan kemampuan organisasi
dalam menjalankan fungsinya.
Kedua, memiliki persepsi tentang potensi yang ditandai dengan adanya
pengamatan yang menunjukkan ada kemampuan bagi lembaga pendidikan untuk
menggunakan inovasi, adanya komitmen atau kemauan untuk bekerja dengan
menggunakan inovasi serta siap untuk menghadapi kemungkinan timbulnya
masalah dalam penerapan inovasi.

8
A. Rusdiana, loc. cit.

10
Hasil dari pembentukan sikap ini terindikasi dalam perilaku anggota
lembaga pendidikan untuk mengubah sikapnya dalam menyesuaikan dengan
kemauan organisasi. Jika inovasi yang ditawarkan ditolak, harus ada upaya
perbaikan program.
c. Langkah pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan setelah dilakukan evaluasi. Kekurangan
yang ada diperbaiki, kemudian diterbitkan keputusan inovasi. Keputusan ini
ditindaklanjuti dengan implementasi.
2. Tahap Implementasi (Implementation Stage)9
Tahap ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu:
a. Organisasi mencoba menerapkan sebagian inovasi. Misalnya, guru ditugaskan
membuat program inovasi pembelajaran berbasis ICT, inovasi diterapkan pada
salah satu mata pelajaran dulu, kemudian pada seluruh bagian mata pelajaran.
b. Langkah kelanjutan pembinaan penerapan inovasi, yakni merupakan langkah
selanjutnya dari inovasi, setelah semua anggota lembaga pendidikan mencapai
komitmen untuk menerima inovasi.

9
Ibid., hal. 127.

11
DAFTAR PUSTAKA

Atmosudirjo, P. (1982). Administrasi dan Manajemen Umum. Jakarta: Ghalia Indonesia.


Danim, S. (2006). Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik.
Jakarta: Bumi Aksara.
J Nabiel Aha Putra, S. S. (2021). Inovasi Pendidikan: Konsep Dasar, Tujuan, Prinsip-Prinsip dan
Implikasinya terhadap PAI. TAMADDUN: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran
Keagamaan, 27.
Rusdiana, A. (2014). Konsep Inovasi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Siti Julaeha, E. H. (2021). Manajemen Inovasi Kurikulum: Karakteristik dan Prosedur
Pengembangan Beberapa Inovasi Kurikulum. Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan
Islam, 14.
Sudjana, N. (2000). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar Baru
Algesindo.

12

Anda mungkin juga menyukai