OLEH :
NAMA : AGUNG TRI YANTO
NPM : 19-14201-30-18
3. Anatomi Fisiologi
4. Patofisiologi dan Patoflow
a. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga
menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam
sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu
villi khorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak
jika plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, adakalanya kantung
amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed aborted).
Apabila mudigah yang mati tidak dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh
lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa
apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak
seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal
ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin
mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak
gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi,
kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin
berwarna kemerah-merahan.(Susilowati, 2019).
b. Patoflow
5. Manifestasi Klinis
Seorang wanita diduga mengalami abortus apabila dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan pervaginam setelah mengalami haid yang terlambat, juga sering terdapat rasa mulas
dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah (Mitayani,2013:23).
Setelah dilakukan pemeriksaan ginekologi di dapatkan tanda-tanda sebagai berikut
1. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau
busuk dari vulva.
2. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah teertutup, ada/tidak
jaringan yang keluar dari ostium, ada/tidak jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3. Colok vagina : posio masih terbuka/sudah tertutup, teraba/tidak jaringan pada uteri, besar
uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyangkan, tidak
nyeri pada perabaan adneksia, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu stelah kehamilan.
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion (Susilowati, 2019)
7. Penatalaksanaan
1. Istirahat baring
2. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanis.
3. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
4. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak panas dan empat jam bila pasien
panas.
5. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptikuntuk mencegah infeksi terutama
saat masih mengeluarkan cairan coklat. (Mulyaningasih, 2013)
1. Identitas pasien berupa nama, alamat, umur, status, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal lahir, nomor RM, diagnosa medis, jenis kelamin.
2. Identitas pengguang jawab berupa nama, alamat, tanggallahir, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien, jenis kelamin.
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
b Keluhan utama yang dirasakan pasien.
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Pengkajian kondisi kesehatan pasien saat ini.
6. Riwayat kesehatan dahulu
7. Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan kodisi kesehatan saat ini.
8. Riwayat kesehatan keluarga
9. Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya riwayat alergi, stroke,
penyakit jantung, diabetes melitus.
b. Analisa Data
No Data Etiolgi Masalah Keperawatan
1. DS : Perdarahan dalam desidia Nyeri akut b.d agen
basalis
→ Pasien menagatakan pendera fisiologis d.d
↓
sakit dibagian perut Nekrosis jaringan sekitar frekuensi nadi
↓
DO : meningkat
Hasil konsepsi
→ TD : 100/70 mmHg lepas(abbortus)
↓
→ Suhu : 36,50C
Vili koliaris merembas
→ Nadi : 90 x/menit lebih dalam(8-9mg)
↓
→ RR : 20 x/menit
Lepas sebagian
→ Skala nyeri : 5 ↓
Plasenta tertinggal dalam
rahim
↓
Tindakan kuret
↓
Uterus berkontraksi
↓
Nyeri abdomen
↓
Frekuensi nadi
meningkat
↓
Nyeri Akut
2. DS : Perdarahan dalam desidia Ansietas b.d
basalis
→ Pasien mengeluh kebutuhan tidak
↓
pusing Nekrosis jaringan sekitar terpenuhi d.d tampak
↓
DO : gelisah
Hasil konsepsi
→ TD : 100/70 mmHg lepas(abbortus)
↓
→ Suhu : 36,50C
Vili koliaris merembas
→ Nadi : 90 x/menit lebih dalam(8-9mg)
↓
→ RR : 20 x/menit
Lepas sebagian
→ Pasien tampak pucat ↓
Plasenta tertinggal dalam
→ Pasien tampak
rahim
gelisah ↓
Tindakan kuret
↓
Uterus berkontraksi
↓
Nyeri abdomen
↓
Frekuensi nadi
meningkat
↓
Gelisah
↓
Ansietas
3. DS : Perdarahan dalam desidia Risiko syok d.d
basalis
→ Pasien mengatakan kekurangan volume
↓
merasa pusing Nekrosis jaringan sekitar cairan
↓
DO : Hasil konsepsi
→ Pasien tampak lesu lepas(abbortus)
↓
→ TD : 100/70 mmHg Vili koliaris merembas
→ Suhu : 36,50C lebih dalam(8-9mg)
↓
→ Nadi : 90 x/menit Lepas sebagian
↓
→ RR : 20 x/menit
Perdarahan pervagina
→ Pasien tampak pucat ↓
Lemas
↓
↓ intake cairan
↓
Risiko Syok
4. DS : Perdarahan dalam desidia Risiko
basalis
→ Pasien mengatakan ↓ ketidakseimabangan
merasa pusing Nekrosis jaringan sekitar cairan d.d perdarahan
↓
DO : Hasil konsepsi
→ Pasien tampak lesu lepas(abbortus)
↓
→ TD : 100/70 mmHg Vili koliaris merembas
→ Suhu : 36,50C lebih dalam(8-9mg)
↓
→ Nadi : 90 x/menit Lepas sebagian
↓
→ RR : 20 x/menit
Perdarahan pervagina
→ Pasien tampak pucat ↓
Lemas
↓
↓ intake cairan
↓
Risiko
Ketidakseimbangan
Cairan
5. DS : Perdarahan dalam desidia Resiko infeksi b.d
basalis
→ Pasien mengatakan tidak adekuatnya
↓
dirinya lemas Nekrosis jaringan sekitar pertahanan sekunder
↓
DO : Hasil konsepsi
→ Pasien tampak lesu lepas(abbortus)
↓
→ TD : 90/80 mmHg Vili koliaris merembas
→ Suhu : 36,50C lebih dalam(8-9mg)
↓
→ Nadi : 90 x/menit Lepas sebagian
↓
→ RR : 20 x/menit
Plasenta tertinggal dalam
→ HB 9,5 g/dl (>11 rahim
↓
g/dl) Tindakan kuret
↓
Hb ↓
↓
Risiko Infeksi
c. Masalah Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Resiko infeksi
3. Ansietas
4. Resiko syok
d. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, frekuensi nadi meningkat
2. Ansietas b.d kebutuhan tidak terpenuhi b.d tampak gelisah
3. Risiko syok b.d kekurangan volume cairan
4. Risiko ketidak- seimabangan cairan b.d perdarahan
5. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder