Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS ABORTUS DI POLI OBGYN RSI. SITI KHADIJAH

OLEH :
NAMA : AGUNG TRI YANTO
NPM : 19-14201-30-18

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
TAHUN 2021/2022
1. Dfinisi
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki
BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diamggap keajaiban
karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus
(Sofian dalam Nurarif dan Kusuma, 2015)(Susilowati, 2019)
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh akibat-akibat tertentu
pada atau sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram
atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.(Darmawati, 2011)
(Purwaningrum & Fibriana, 2017).
2. Etiologi
Menurut Prawirohardjo S (2009) penyebab abortus antara lain adalah :
a. Infeksi akut : virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis. Infeksi bakteri, misalnya
streptokokus. Parasit, misalnyamalaria.Infeksi kronis : Sifilis, biasanya
menyebabkan abortuspada trimester kedua. Tuberkulosis paru, aktif, pneumonia.
b. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah,air raksa, dan lain-lain.
c. Penyakitkronis,misalnya :hipertensi,nephritis,diabetes,anemia berat penyakit jantung :
toxemia gravidarum.
d. Gangguan fisiologis, misalnya syok, ketakutan, dan lain-lain
e. T r a u m a f i s i k . P e n y e b a b y a n g b e rs i f a t l o k a l : F i b r o i d , inkompetensia
serviks. Radang pelvis kronis, endometrtis.Retroversi kronis. Hubungan seksual
yangberlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus.
f. Kelainan alat kandungan.
g. Penyebab dari segi Janin / Plasenta Kematian janin akibat kelainan bawaan.
h. Kelainan kromosom.
i. Lingkungan diendometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna
sehinggapenberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu
j. Penyakit plasenta, misalnya inflamasi dan degenerasi.

3. Anatomi Fisiologi
4. Patofisiologi dan Patoflow
a. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga
menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam
sehingga hasil konsempsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu
villi khorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak pendarahdan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak
jika plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, adakalanya kantung
amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed aborted).
Apabila mudigah yang mati tidak dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh
lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa
apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak
seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal
ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin
mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak
gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
pigmenperkamen.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi,
kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin
berwarna kemerah-merahan.(Susilowati, 2019).
b. Patoflow

5. Manifestasi Klinis
Seorang wanita diduga mengalami abortus apabila dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan pervaginam setelah mengalami haid yang terlambat, juga sering terdapat rasa mulas
dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah (Mitayani,2013:23).
Setelah dilakukan pemeriksaan ginekologi di dapatkan tanda-tanda sebagai berikut
1. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau
busuk dari vulva.
2. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah teertutup, ada/tidak
jaringan yang keluar dari ostium, ada/tidak jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3. Colok vagina : posio masih terbuka/sudah tertutup, teraba/tidak jaringan pada uteri, besar
uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyangkan, tidak
nyeri pada perabaan adneksia, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu stelah kehamilan.
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion (Susilowati, 2019)

7. Penatalaksanaan
1. Istirahat baring
2. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanis.
3. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
4. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak panas dan empat jam bila pasien
panas.
5. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptikuntuk mencegah infeksi terutama
saat masih mengeluarkan cairan coklat. (Mulyaningasih, 2013)

8. Asuhan Keperawatan Teoritis


a. Pengkajian

1. Identitas pasien berupa nama, alamat, umur, status, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal lahir, nomor RM, diagnosa medis, jenis kelamin.
2. Identitas pengguang jawab berupa nama, alamat, tanggallahir, status, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien, jenis kelamin.
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
b Keluhan utama yang dirasakan pasien.
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Pengkajian kondisi kesehatan pasien saat ini.
6. Riwayat kesehatan dahulu
7. Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan kodisi kesehatan saat ini.
8. Riwayat kesehatan keluarga
9. Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya riwayat alergi, stroke,
penyakit jantung, diabetes melitus.

Pengkajian fungsional Gordon


Perubahan pola kebutuhan dasar manusia sebelum sakit dan sesudah sakit
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2. Pola nutrisi
3. Pola eliminasi
4. Pola istirahat dan tidur
5. Pola personal hygiene
6. Pola aktivitas
7. Pola kognitif dan persepsi

b. Analisa Data
No Data Etiolgi Masalah Keperawatan
1. DS : Perdarahan dalam desidia Nyeri akut b.d agen
basalis
→ Pasien menagatakan pendera fisiologis d.d

sakit dibagian perut Nekrosis jaringan sekitar frekuensi nadi

DO : meningkat
Hasil konsepsi
→ TD : 100/70 mmHg lepas(abbortus)

→ Suhu : 36,50C
Vili koliaris merembas
→ Nadi : 90 x/menit lebih dalam(8-9mg)

→ RR : 20 x/menit
Lepas sebagian
→ Skala nyeri : 5 ↓
Plasenta tertinggal dalam
rahim

Tindakan kuret

Uterus berkontraksi

Nyeri abdomen

Frekuensi nadi
meningkat

Nyeri Akut
2. DS : Perdarahan dalam desidia Ansietas b.d
basalis
→ Pasien mengeluh kebutuhan tidak

pusing Nekrosis jaringan sekitar terpenuhi d.d tampak

DO : gelisah
Hasil konsepsi
→ TD : 100/70 mmHg lepas(abbortus)

→ Suhu : 36,50C
Vili koliaris merembas
→ Nadi : 90 x/menit lebih dalam(8-9mg)

→ RR : 20 x/menit
Lepas sebagian
→ Pasien tampak pucat ↓
Plasenta tertinggal dalam
→ Pasien tampak
rahim
gelisah ↓
Tindakan kuret

Uterus berkontraksi

Nyeri abdomen

Frekuensi nadi
meningkat

Gelisah

Ansietas
3. DS : Perdarahan dalam desidia Risiko syok d.d
basalis
→ Pasien mengatakan kekurangan volume

merasa pusing Nekrosis jaringan sekitar cairan

DO : Hasil konsepsi
→ Pasien tampak lesu lepas(abbortus)

→ TD : 100/70 mmHg Vili koliaris merembas
→ Suhu : 36,50C lebih dalam(8-9mg)

→ Nadi : 90 x/menit Lepas sebagian

→ RR : 20 x/menit
Perdarahan pervagina
→ Pasien tampak pucat ↓
Lemas

↓ intake cairan

Risiko Syok
4. DS : Perdarahan dalam desidia Risiko
basalis
→ Pasien mengatakan ↓ ketidakseimabangan
merasa pusing Nekrosis jaringan sekitar cairan d.d perdarahan

DO : Hasil konsepsi
→ Pasien tampak lesu lepas(abbortus)

→ TD : 100/70 mmHg Vili koliaris merembas
→ Suhu : 36,50C lebih dalam(8-9mg)

→ Nadi : 90 x/menit Lepas sebagian

→ RR : 20 x/menit
Perdarahan pervagina
→ Pasien tampak pucat ↓
Lemas

↓ intake cairan

Risiko
Ketidakseimbangan
Cairan
5. DS : Perdarahan dalam desidia Resiko infeksi b.d
basalis
→ Pasien mengatakan tidak adekuatnya

dirinya lemas Nekrosis jaringan sekitar pertahanan sekunder

DO : Hasil konsepsi
→ Pasien tampak lesu lepas(abbortus)

→ TD : 90/80 mmHg Vili koliaris merembas
→ Suhu : 36,50C lebih dalam(8-9mg)

→ Nadi : 90 x/menit Lepas sebagian

→ RR : 20 x/menit
Plasenta tertinggal dalam
→ HB 9,5 g/dl (>11 rahim

g/dl) Tindakan kuret

Hb ↓

Risiko Infeksi

c. Masalah Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Resiko infeksi
3. Ansietas
4. Resiko syok

d. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, frekuensi nadi meningkat
2. Ansietas b.d kebutuhan tidak terpenuhi b.d tampak gelisah
3. Risiko syok b.d kekurangan volume cairan
4. Risiko ketidak- seimabangan cairan b.d perdarahan
5. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder

Anda mungkin juga menyukai