Dosen pengampu:
Dra. Bevi Lidya, M.Si. Apt.
Disusun oleh:
- Batang pengaduk
- Pipet tetes
V. Pembahasan
● Struktur Molekul Favipiravir
3. Farmakokinetik
Para pasien dengan hasil CT scan dada dan infeksi COVID-19 yang
dikonfirmasi laboratorium, terdiri dari responden berusia 18 tahun atau lebih
tua secara acak yang menerima Favipiravir atau Arbidol. Dari 116 kasus
dalam kelompok Favipiravir, terdapat 98 diklasifikasikan sebagai pasien
COVID-19 biasa, 18 pasien COVID-19 kritis, dan 42 pasien COVID-19
menderita hipertensi dan/atau diabetes. Dari 120 kasus dalam kelompok
arbidol, pasien COVID-19 biasa dan kritis adalah 111 dan sembilan
masing-masing 35 dengan hipertensi dan/atau diabetes. Tingkat pemulihan
klinis adalah 51,67% (62/120) pada kelompok Arbidol dan 61,21% (71/116)
pada kelompok kelompok Favipiravir setelah pengobatan antivirus selama 7
hari (p = 0,1396).
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dalam hal
efek samping yaitu uji fungsi hati (LFT), reaksi gejala kejiwaan dan reaksi
saluran pencernaan. Namun, mereka yang dalam kelompok Favipiravir
memiliki asam urat serum yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok Arbidol (p = 0,0014). Para author menyimpulkan bahwa
pada pasien COVID-19 biasa yang tidak diobati dengan anti virus
sebelumnya, Favipiravir dapat dianggap sebagai pengobatan yang disukai
karena terapi klinis selama tujuh hari lebih tinggi tingkat pemulihan dan lebih
efektif mengurangi kejadian demam, batuk kecuali beberapa anti virus terkait
efek yang merugikan.
● Bahaya Favipiravir
Bahaya Favipiravir untuk Ibu Hamil
Berdasarkan penelitian pada hewan, favipiravir tergolong sebagai
teratogen, yaitu zat yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kerusakan dalam
pembentukan embrio atau perkembangan janin, misalnya cacat lahir dan
keguguran.
Selain itu, favipiravir juga diduga dapat menyebar melalui sperma
sehingga baik pria dan wanita yang sedang dalam program hamil harus
menggunakan alat kontrasepsi selama dan sesudah menggunakan obat ini.
wanita dan pria usia subur yang akan menggunakan favipiravir perlu memakai
alat kontrasepsi secara konsisten untuk mencegah kehamilan, mulai dari awal
pengobatan hingga 7 hari setelah penggunaan favipiravir.
Efek Samping Penggunaan Favipiravir
Konsumsi favipiravir secara umum juga diketahui berisiko
menimbulkan sejumlah efek samping. Namun, efek samping yang muncul
tergolong ringan dan tidak jauh berbeda dengan obat antivirus untuk
pengobatan COVID-19 lainnya. Beberapa efek samping tersebut meliputi :
● Anemia
● Diare
● Mual dan muntah
● Sakit perut
● Sakit kepala
● Nyeri otot dan sendi
VI. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
❖ Beberapa peneliti mengakui keefektifan obat Favipiravir dalam penyembuhan
COVID-19.
❖ Penggunaan obat Favipiravir menimbulkan sejumlah efek samping yang
tergolong ringan.
❖ Favipiravir mengakibatkan fluoresensi, namun belum diketahui senyawa apa
yang membuat obat tersebut berfluoresensi.
https://pharmacy.uii.ac.id/favipiravir-dan-klorokuin-efektif-untuk-pengobatan-covid-1
9/
https://www.kompas.com/global/read/2020/04/13/130000570/as-uji-coba-obat-avigan
-jepang-untuk-pengobatan-covid-19?page=all
https://farmasetika.com/2020/06/25/dua-uji-klinik-buktikan-favipiravir-avigan-efektif
-untuk-terapi-covid-19/
https://id.wikipedia.org/wiki/Favipiravir
https://www.alodokter.com/ketahui-bahaya-dan-efek-samping-favipiravir-untuk-ibu-h
amil
https://www.alodokter.com/favipiravir
https://bobo.grid.id/read/083159707/ternyata-ini-alasan-mengapa-kuku-pasien-covid-
19-bisa-menyala-di-bawah-sinar-uv-sudah-tahu?page=all
https://indonesiabaik.id/infografis/upaya-melawan-covid-19-dengan-obat-obatan
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5713175/
https://link.springer.com/article/10.1007/s11696-018-0654-9
LAMPIRAN