Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

PENELITIAN PENDIDIKAN
PENGEMBANGAN e-MODUL INTERAKTIF BERBASIS WEB
MENGGUNAKAN GOOGLE SITES UNTUK MENUMBUHKAN
LITERASI SAINS PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN KIMIA

OLEH:

Nadia Chairunnisa
1805113427

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2021
A. Judul
Pengembangan e-Modul Interaktif Berbasis Web Meggunakan Google
Sites untuk Menumbuhkan Literasi Sains Peserta Didik pada Pembelajaran Kimia

B. Latar Belakang
Pembentukan karakter pada kurikulum 2013 mengamanatkan peserta didik
sebagai pribadi pembelajar yang mampu mengeksplorasi sendiri berbagai sumber
belajar untuk menjawab rasa keingintahuannya. Guru yang berperan sebagai
fasilitator pada proses pembelajaran diharapkan mampu memberikan berbagai
alternatif media dan sumber belajar kepada peserta didik. Masa pendemi Corona
Virus atau sering dikenal dengan Covid-19 mempengaruhi dunia pendidikan di
Indonesia, Kemendikbud mengeluarkan SuratEdaran (SE) Nomor 4 Tahun 2020
tentang pelaksanaan kebijakan pendidikakn dalam masa darurat penyebaran
coronavirus disease (Covid-19). Pada Surat Edaran tersebut segala proses belajar
mengajar yang awalnya di sekolah berubah menjdi Belajardari Rumah (BDR)
melalui pembelajaran daring/jarak jauh. Surat edaran tersebut dikemudian hari
diperkuat dengan Surat Edaran (SE) Nomor 15 Tahun 2020 tentang pedoman
penyelenggaraan Belajar dari Rumah (BDR) dalam Masa Darurat Penyebaran
Covid-19. Chatarina Muliana Girsna (Staf Ahli Mendikbud bidang
regulasi), mengungkapkan kebijakan-kebijakan tersebut dibuat untuk
mengupayakan memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Akibatnya dunia
pendidikan harus bertrans formasi untuk beradaptasi melakukan pembelajaran
dari rumah melalui online (media daring).
Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, penggunaan
modul elektronik (e-modul) berbasis website adalah salah satu pilihan yang dapat
dipilih oleh guru agar peserta didik dapat dengan mudah belajar dan memahami
materi pembelajaran dimana pun dan kapan pun mereka berada. Karena pada saat
ini, peserta didik sebagai remaja yang sedang tumbuh dan berkembang tidak lepas
dengan adanya gadget dan media sosial yang mereka miliki. Jadi, dengan adanya
e-modul berbasis website yang interaktif dan menarik diharapkan dapat
menumbuhkan literasi sains peserta didik.
Secara makro ada keterkaitan antara gaya belajar peserta didik dengan
sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru. Setiap peserta didik memiliki cara
tersendiri dalam belajar. Gaya belajar peserta didik secara garis besar terbagi
menjadi empat jenis, yaitu visual, auditori, membaca dan menulis, serta kinestetik.
Bagi peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik
akan cepat bosan dan tidak tertarik dengan modul pembelajaran yang konvesional.
Dengan adanya e-modul berbasis website, peserta didik dengan berbagai gaya
belajar akan meningkatkan literasi sains peserta didik karena di website tersebut
selain berupa tulisan-tulisan tetapi juga disediakan gambar, ilustrasi, video, serta
audio sehingga sumber belajar tersebut menjadi interaktif bagi peserta didik dan
peserta didik tidak akan malas lagi untuk membaca.
Permasalahan rendahnya literasi sains peserta didik dalam menggunakan
pengetahuan sains untuk mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan
baru, menjelaskan fenomena ilmiah dan menyimpulkan berdasarkan bukti-bukti
ilmiah menjadi perhatian serius bagi guru dalam proses pembelajaran. Pengukuran
literasi sains penting untuk mengetahui sejauh mana kemelekan peserta didik
terhadap konsep – konsep sains yang telah dipelajarinya. Faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya literasi sains peserta didik diantaranya adalah pemilihan
buku ajar, miskonsepsi, pembelajaran yang tidak kontekstual, dan kemampuan
membaca peserta didik. Kondisi ini mengharuskan pakar dan praktisi pendidikan
Indonesia untuk lebih berbenah lagi dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan sains, agar mampu bersaing dengan negara-negara lain dalam
berkompetisi diberbagai bidang kehidupan di era revolusi industri 4.0 pada abad 21
ini.
Selama ini beberapa guru masih menggunakan modul konvensional dan
hanya beberapa saja yang sudah mengembangkan modul elektronik dengan
memanfaatkan teknologi dan informasi yang sudah berkembang. Namun e-modul
tersebut masih kurang interaktif dan walaupun sudah elektronik tetapi isinya masih
berupa tulisan-tulisan saja. Untuk itu perlu adanya pengembangan e-modul menjadi
lebih interaktif dan menarik lagi. E-modul interaktif berbasis web menggunakan
google sites sangat diharapkan dapat meningkatkan literasi sains peserta didik.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Pengembangan e-Modul Interaktif Berbasis Web
Meggunakan Google Sites untuk Menumbuhkan Literasi Sains Peserta Didik pada
Pembelajaran Kimia”

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengembangkan e-modul interaktif berbasis web
menggunakan google sites pada pembelajaran kimia sebagai bahan ajar
yang valid?
2. Apakah e-modul interaktif yang dikembangkan berbasis web menggunakan
google sites pada pembelajaran kimia telah memenuhi syarat valid?
3. Bagaimana respon peserta didik terhadap produk e-modul berbasis web
menggunakan google sites pada pembelajaran kimia?

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengembangkan e-modul interaktif berbasis web menggunakan
google sites pada pembelajaran kimia sebagai bahan ajar yang valid.
2. Untuk menghasilkan e-modul interaktif berbasis web menggunakan google
sites pada pembelajaran kimia yang telah memenuhi syarat valid.
3. Untuk mengetahui respon peserta didik terhadap produk e-modul berbasis
web menggunakan google sites pada pembelajaran kimia.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu
1. Bagi peserta didik, diharapkan dapat meningkatkan motivasi peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Bagi guru, diharapkan dapat menjadi alternatif media pembelajaran yang
inovatif, rujukan, dan motivasi dalam mengembangkan media pembelajaran.
3. Bagi sekolah, diharapkan dapat dijadikan salah satu perbaikan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran kimia sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar dan literasi sains peserta didik.
F. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015, h.38)
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki
variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Definisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan
untuk menghindari kesesatan dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini,
definisi operasional variabelnya adalah sebagai berikut :
1. e-Modul Interaktif
e-modul interaktif merupakan bahan pembelajaran yang berisi materi,
metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis
dan menarik untuk mencapai kompetensi/subkompetensi mata kuliah yang
diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya, Imansari dan Suryatiningsih
(2017:12)
2. Web
Web adalah sebuah kumpulan halaman pada suatu domain di internet yang
dibuat dengan tujuan tertentu dan saling berhubungan serta dapat diakses secara
luas melalui halaman depan (home page) menggunakan sebuah browser
menggunakan URL website.
3. Google Sites
Google Sites adalah aplikasi wiki terstruktur untuk membuat situs web
pribadi maupun kelompok, untuk keperluan personal maupun korporat. Google
Sites disiapkan sebagai pengganti dari Google Page Creator. Situs yang dibuat akan
memiliki alamat http://sites.google.com/site/username
4. Literasi Sains
Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah
untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru,
menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta,
memahami karakteristik sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi
membentuk lingkungan alam, intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat
dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains (OECD, 2016). National Research
Council (2012) menyatakan bahwa rangkaian kompetensi ilmiah yang dibutuhkan
pada literasi sains mencerminkan pandangan bahwa sains adalah ansambel dari
praktik sosial dan epistemik yang umum pada semua ilmu pengetahuan, yang
membingkai semua kompetensi sebagai tindakan.
5. Pembelajaran Kimia
Pembelajaran kimia merupakan salah satu cabang ilmu alam yang
mempelajari komposisi dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul,
sehingga sifat fisik dari sebagian besar bentuk zat dan materi kimia tidak bisa di
indra secara langsung oleh mata, sehingga dalam proses mempelajari ilmu Kimia
sangat dibutuhkan media perantara seperti gambar, video, animasi untuk
memvisualisasi materi agar lebih dapat dipahami oleh siswa.

G. Tinjauan Pustaka
1. e-Modul Interaktif Berbasis Web Menggunakan Google Sites
Media pembelajaran e-modul interaktif berbasis website ini merupakan
bahan ajar yang dapat diakses oleh peserta didik kapan saja dan dimana saja.
Menurut (Pramana et al., 2018; Suarsana, 2013), modul elektronik ialah bahan ajar
berupa modul yang berbasis elektronik yang dikemas secara digital. Dalam
penggunaannya e-modul adalah bahan ajar secara mandiri yang didesain secara
utuh dan sistematis dalam unit pembelajaran tertentu yang disajikan dalam format
elektronik dimana dalam setiap proses pembelajaran nya terhubung dengan tautan
(link) yang mampu membuat pembelajaran lebih interaktif yang dilengkapi audio,
video dan animasi untuk memperkaya pengalaman belajar peserta didik. E-modul
dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dan memfasilitasi
peserta didik dalam belajar secara mandiri (Asrial, Syahrial, Maison, Kurniawan,
& Piyana, 2020; Citrawathi, Adnyana, & Santiasa, 2016).
Kemajuan teknologi telah memungkinkan e-modul ditampilkan melalui
smartphone. Kelebihan e-modul yaitu dapat mengurangi penggunaan kertas dalam
proses pembelajarannya. Sebuah e-modul disusun secara sistematis dengan bahasa
yang dapat menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Sehingga tidak
membingungkan peserta didik dalam memahami (Laili, 2019). Arsyad (2014)
mengungkapkan bahwa e-module interaktif memungkinkan peserta didik bukan
hanya melibatkan indra pendengaran, namun juga penglihatan. Semakin banyak
indra yang digunakan untuk menerima informasi, maka semakin besar
kemungkinan informasi tersebut diingat dan dimengerti. Keberhasilan e-modul
interaktif dalam pembelajaran dibuktikan Imansari dan Sunaryantiningsih (2017)
dimana dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan e-modul interaktif
sebagai media pembelajaran dikategorikan sangat dan hasil respon peserta didik
juga menunjukkan bahwa seluruh aspek pada angket dikategorikan sangat baik,
maka e-module interaktif layak digunakan sebagai media pembelajaran dalam
proses pembelajaran.
Media pembelajaran yang dibuat dapat memanfaatkan teknologi informasi
yang semakin berkembang saat ini. Menurut Tuafik, dkk (2018) beberapa manfaat
penggunaan teknologi informasi dalam dunia pendidikan antara lain : kemudahan
mendapatkan resource yang lengkap, arus informasi tetap mengalir setiap waktu
tanpa ada batasan waktu dan tempat, aktivitas pembelajaran pelajar meningkat,
daya tampung meningkat, adanya standarisasi pembelajaran, meningkatkan
learning outcomes baik kualitas maupun kuantitas. Akibatnya, segala informasi
dapat diakses melalui teknologi informasi yang semakin pesat saat ini. Untuk
menghindari terbuangnya waktu peserta didik saat akses internet dalam
mendapatkan informasi (browing) terkait pembelajaran karena terkadang materi
yang diperoleh tidak relevan bagi pembelajaran, para pendidik perlu menyiapkan
sumber belajar berbasis web yang sudah dikemas sehingga peserta didik tidak perlu
membuang waktu untuk browsing. Oleh sebab itu, kemampuan pendidik dalam
mengembangkan sumber belajar berbasis web perlu ditingkatan.
Cara yang sederhana dan mudah untuk membangun media
pembelajaran berbasis web bagi pendidik adalah memanfaatkan Google Sites.
Google Sites merupakan aplikasi online yang diluncurkan google untuk
pembuatan website kelas, sekolah, atau lainnya. Adanya Google Sites pengguna
dapat menggabungkan berbagai informasi dalam satu tempat (termasuk video,
presentasi, lampiran, teks, dan lainnya) yang dapat dibagikan sesuai kebutuhan
pengguna. Penggunaan Google Sites bebas biaya dan dapat dimanfaatkan oleh
semua pengguna yang memiliki akun google (Taufik, dkk., 2018).

H. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan dalam penelitian ini diantaranya adalah
1. Hasil penelitian oleh Widya Mutiara Mukti, Yudhia Bella Puspita N, Zanetti
Dyah Anggraeni, (2020) yang berjudul “Media Pembelajaran Fisika Berbasis
Web Menggunakan Google Sites pada Materi Listrik Statis” menunjukkan
bahwa media pembelajaran Fisika berbasis web menggunakan Google Sites
pada materi Listrik Statis dapat dimanfaatkan sebagai penunjang
pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19 untuk membantu peserta
didik belajar mandiri melalui Belajar dari Rumah (BDR).
2. Hasil penelitian oleh Nova Rilantya dan Tita Juwitaningsiha, (2012) yang
berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Website untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Kesetimbangan Kimia”
menunjukkan bahwa berdasarkan penelitian yang telah dilakukan teradap dua
kelas eksperimen dengan perlakuan yang berbeda maka media pembelajaran
berbasis website pada materi kesetimbangan kimia yang telah dibuat telah
teruji dan memenuhi standar kelayakan sebuah website.
3. Hasil penelitian oleh Yulia Nalarita dan Tomi Listiawan, (2018) yang berjudul
“Pengembangan E-Modul Kontekstual Interaktif Berbasis Web pada Mata
Pelajaran Kimia Senyawa Hidrokarbon” menunjukkan bahwa media
pembelajaran e-modul kontekstual interaktif berbasis web mata pada pelajaran
kimia materi senyawa hidrokarbon yang dikembangkan menggunakan model
pengembangan ADDIE digunakan peserta didik dan guru untuk membantu
proses belajar agar terciptanya motivasi belajar yang lebih dari peserta didik.
Aspek uji materi dilakukan oleh guru mata pelajaran kimia SMA Negeri 1
Rejotangan dengan hasil 90,79% yang menunjukkan sangat layak.
I. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran mandiri dapat didukung oleh aspek penggunaan
bahan ajar yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk mengeksplor sendiri
pengetahuan yang dimilikinya. Berdasarkan beberapa studi pendahuluan yang telah
dilakukan, modul pembelajaran yang banyak digunakan pada saat ini masih belum
memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada secara optimal, belum disajikan
dengan menggunakan media audio visual, dan belum ditunjang oleh pendekatan
yang dapat membuat pembelajaran kimia dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan analisis yang diperoleh, maka perlu dikembangkan sumber
belajar yang dapat menuntun peserta didik agar dapat belajar secara mandiri, modul
yang dapat menambah ketertarikan peserta didik terhadap materi pembelajaran,
juga modul yang dekat dengan kehidupan peserta didik dan mudah diakses oleh
peserta didik yaitu e-modul berbasis web dengan menggunakan google sites.
Penggunaan google sites dapat dimodifikasi dengan materi, video, gambar,
link serta berbagai animasi agar peserta didik dapat mempelajarinya dengan mudah
sehingga dapat memberikan stimulus yang baik terhadap peserta didik untuk
meningkatkan motivasi peserta didik dalam memahami pembelajaran kimia.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:

Kurang optimalnya
penggunaan media Optimalnya
pembelajaran yang digunakan penggunaan
oleh guru di era pandemi media
Covid-19

Pengembangan e-modul
berbasis web menggunakan
google sites

Gambar 1. Kerangka Berpikir


J. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Program Studi Pendidikan Kimia dan
SMAN 3 Pekanbaru, serta SMAS Budi Luhur. Lama penelitian dilakukan
selama 6 bulan yakni bulan Juli sampai Desember 2021.
2. Model Pengembangan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan
(Research and Development). Research and Development adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
keefektifan produk tersebut. Model pengembangan diadaptasi dari Plomp yang
terdiri dari lima fase yaitu fase investigasi awal (preliminary investigation),
fase desain (design), fase realisasi/ konstruksi (realization/ construction), fase
validasi, uji coba, dan revisi (test, evaluation and revision dan fase terakhir
adalah fase implementasi (implementation) (Rochmad, 2012). Tujuan utama
metode penelitian pengembangan ini digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu dan mengetahui kelayakan produk yang dikembangkan.
3. Prosedur Pengembangan
Penelitian ini menggunakan model pengembangan Plomp terdiri dari
lima fase. Alasan pemilihan model pengembangan Plomp yaitu karena model
Plomp di pandang lebih luwes dan fleksibel dibanding model lainnya serta
prosedurnya yang jelas dan sistematis serta sesuai dengan proses
pengembangan yang dilakukan oleh peneliti. Oleh karena itu, model
pengembangan Plomp dijadikan pedoman dalam mengembangkan e-modul
berbasis web menggunakan google sites pada penelitian ini.
1) Fase investigasi awal (prelimenary investigation)
Pada fase ini, peneliti mengumpulkan data-data atau informasi yang
terdapat di lapangan serta mengidentifikasi permasalahan yang terkait.
Pengumpulan data ini berfungsi untuk memperkuat latar belakang masalah,
tujuan penelitian, serta manfaat penelitian. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Sebelum melakukan
pengembangan terhadap media pembelajaran atau bahan ajar ini dilakukan
analisis kebutuhan untuk melihat gambaran kondisi di lapangan yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar kimia, kemudian menganalisis permasalahan.
Analisa kebutuhan ini dilakukan dengan observasi yang mana
dilakukan di SMAN 3 Pekanbaru dan SMAS Budi Luhur Pekanbaru. Proses
yang dilakukan penelitian ini adalah menganalisis literature yang terkait
dengan pengembangan bahan ajar khususnya tentang e-modul dan wawancara
dengan guru mata pelajaran kimia dan peserta didik yang bertujuan untuk
mengetahui masalah atau hambatan yang dihadapi di lapangan sehubungan
dengan pembelajaran kimia.
2) Fase desain (design)
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk mendesain pemecahan masalah
yang dikemukakan pada fase investigasi awal. Dalam fase ini, pemecahan
(solution) di desain mulai dari definisi masalah. Peneliti mendesain produk
berupa e-modul berbasis web menggunakan google sites. Tujuan dari fase ini
adalah untuk menyiapkan e-modul yang akan dikembangkan. Hal ini dimulai
dari langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menetapkan materi e-modul yang akan disusun dalam bentuk website
b. Melakukan identifikasi terhadap rancangan bentuk kegiatan pembelajaran
yang sesuai.
c. Menyiapkan buku-buku sumber dan buku referensi lainnya.
d. Mengidentifikasi indikator pencapaian kompetensi dan merancang bentuk
dan jenis penilaian yang akan disajikan.
e. Merancang format penulisan e-Modul
Pemilihan format disesuaikan dengan faktor-faktor pada tujuan pembelajaran
lalu selanjutnya mendesain e-Modul dan pemilihan model-model
pembelajaran. E-modul yang dibuat bertujuan untuk membantu siswa
mengasah kemampuan pemecahan masalahnya.
3) Fase realisasi
Pada fase ini dihasilkan bentuk dasar produk sebagai hasil realiasasi
dari fase desain. Pada tahapan ini, e-modul mulai dikembangkan sesuai
dengan desain yang sudah dirancang pada tahap desain.
4) Fase tes, evaluasi, revisi dan uji coba (test, evaluation and revision)
Suatu pemecahan yang dikembangkan harus diuji dan dievaluasi dalam
praktik. Evaluasi adalah proses pengumpulan, memproses dan menganalisis
informasi secara sistematik, untuk memperoleh nilai realisasi dari pemecahan.
Pada tahapan ini dilakukan kegiatan validasi kepada ahli media dan ahli materi.
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan
produk berupa materi dan kisi-kisi sudah layak dan sesuai atau belum. Kegiatan
validasi desain dilakukan dengan meminta beberapa dosen yang ahli di bidang
kimia untuk menilai atau memberikan komentar untuk instrumen yang berupa
kisi-kisi dan materi e-Modul yang dibuat oleh peneliti. Validasi ini dikatakan
sebagai validasi rasional, karena validasi ini masih bersifat penilaian
berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi desain terdiri:
a. Uji ahli materi
Uji ahli materi bertujuan untuk menguji kelayakan dari segi materi,
sistematika materi dan berbagai hal yang berkaitan dengan materi dan
kesesuaian materi dengan kurikulum (standar isi). Uji ahli materi
menggunakan tiga orang ahli materi yang profesional pada mata pelajaran
kimia.
b. Uji ahli media
Uji ahli media bertujuan untuk mengetahui ketepatan standar minimal
yang diterapkan dalam penyusunan bahan ajar e-modul berbasis web dengan
menggunakan google sites untuk mengetahui kemenarikan serta keefektifan
bahan ajar e-modul berbasis web dengan menggunakan google sites dalam
proses pembelajaran kimia. Ahli media mengkaji pada aspek kegrafikan,
penyajian, kebahasaan dan kesesuaian bahan ajar e-modul berbasis web dengan
menggunakan google sites.
c. Uji ahli bahasa
Uji ahli bahasa bertujuan untuk mengetahui ketepatan standar minimal
yang diterapkan dalam penyusunan bahan ajar berupa e-modul untuk
mengetahui kemenarikan serta keefektifan bahan ajar berupa e-modul dalam
proses pembelajaran. Ahli bahasa mengkaji pada aspek kebahasaan dan
kesesuaian bahan ajar (e-modul).
Setelah desain produk divalidasi oleh ahli materi dan ahli media, maka
dapat diketahui kelemahan dari bahan ajar e-modul berbasis web dengan
menggunakan google sites tersebut. Kelemahan tersebut kemudian diperbaiki
untuk menghasilkan produk yang lebih baik lagi. Apabila perubahan-
perubahan yang dilakukan untuk menghasilkan produk baru tersebut sangat
besar dan mendasar, evaluasi formatif yang kedua perlu dilakukan. Akan tetapi,
apabila perubahan itu tidak terlalu besar dan tidak mendasar, produk baru itu
siap dipakai di lapangan sebenarnya
5) Fase implementasi (implementation)
Setelah dilakukan evaluasi dan diperoleh produk yang valid, praktis,
dan efektif; maka produk dapat diimplementasikan untuk wilayah yang lebih
luas. Namun dalam penelitian ini, peneliti membatasi hanya 4 langkah sampai
fase validasi, uji coba, dan revisi karena peneliti hanya melihat kelayakan
produk berdasarkan penilaian validator, guru kimia dan penelitian peserta didik
berdasarkan kemenarikannya. Untuk sampai pada fase implementasi dapat
dilakukan pada penelitian selanjutnya.

4. Subjek Uji Coba


a. Uji Coba Awal
Dalam uji coba awal ini subjek uji coba terdiri dari ahli materi, ahli
desain, ahli bahasa, guru dan peserta didik.
1) Ahli materi
Ahli materi merupakan dosen yang ahli dalam menguasai materi kimia.
Adapun kualifikasi ahli yang dimiliki yaitu menguasai karakteristik materi
kimia, memiliki wawasan dan pengalaman terhadap produk yang
dikembangkan, bersedia menjadi penguji produk pengembangan web
menggunakan google sites.
2) Ahli media
Ahli media pembelajaran ditetapkan sebagai penguji web menggunakan
google sites. Pemilihan media didasarkan pada pertimbangan yang
bersangkutan memiliki keahlian dibidang desain media pembelajaran. Ahli
media memberikan komentar dan saran terhadap media berbasis web
menggunakan google sites.
3) Ahli pembelajaran atau bidang studi
Ahli pembelajaran atau bidang studi memberikan penilaian terdahap
pengembangan e-modul berbasis web menggunakan google sites dalam mata
pelajaran kimia.

5. Jenis dan Sumber Data


Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan (R&D), peneliti
menggunakan dua jenis data yang dikumpulkan, yaitu:
1) Data kuantitatif, yaitu data yang diolah dengan perumusan angka. Data
kuantitatif diperoleh dari skor angket yang diberikan kepada peserta didik.
2) Data kualitatif, yaitu data yang berupa deskripsi dalam bentuk kalimat.
Data kualitatif ini berupa kritik dan saran validator terhadap produk yang
dikembangkan dan deskripsi keterlaksanaan uji coba produk.

6. Instrumen Pengumpul Data


Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan
sesuatu. Selain menyusun e-modul berbasis web dengan menggunakan google
sites, disusun juga instrumen penelitian yang digunakan untuk menilai e-modul
yang dikembangkan. Berdasarkan pada tujuan penelitian, dirancang dan
disusun instrumen sebagai berikut:
1) Instrumen Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan pada saat pra-penelitian. Instrumen yang
diberikan dalam bentuk non tes berupa wawancara kepada guru dan peserta
didik yang disusun untuk mengetahui bahan ajar seperti apa yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik dan berfungsi untuk memberi masukan dalam
pengembangan e-modul berbasis web dengan menggunakan google sites.
2) Instrumen Validasi Ahli
a. Instrumen Validasi Ahli Materi
Instrumen ini berbentuk angket validasi terkait kelayakan isi, dan
kebahasaan, serta berfungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan e-
modul berbasis web dengan menggunakan google sites. Angket validasi ahli
materi yang diberikan diadaptasi dari BSNP (Badan Standar Nasional
Pendidikan).
b. Instrumen Validasi Ahli Media
Instrumen ini berbentuk angket validasi terkait kegrafikan, dan
kebahasaan e-modul berbasis web dengan menggunakan google sites. Angket
validasi ahli media yang diberikan diadaptasi dari BSNP (Badan Standar
Nasional Pendidikan).
c. Instrumen Validasi Ahli Bahasa
Instrumen ini berbentuk angket validasi terkait kebahasaan, serta
berfungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan e-modul berbasis
web dengan menggunakan google sites. Angket validasi ahli bahasa yang
diberikan diadaptasi dari BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).
3) Instrumen Uji Coba Produk
Instrumen ini berbentuk lembar observasi dan angket uji aspek
kemenarikan yang diberikan kepada peserta didik. Angket uji aspek
kemenarikan e-modul berbasis web dengan menggunakan google sites yang
dikembangkan untuk mengetahui tingkat daya tarik peserta didik dan
penguasaan terhadap materi. Dalam penelitian ini untuk uji coba satu satu
untuk melihat mengerti gak dengan e-modul tu, uji coba skala kecil dilakukan
pada 10-20 peserta didik.
7. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif yang memaparkan hasil pengembangan produk yang
berupa e-modul berbasis web dengan menggunakan google sites. Data yang
diperoleh melalui instrumen uji coba dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif kualitatif. Analisis ini dimaksud untuk menggambarkan karakteristik
data pada masing-masing variabel.
1) Analisis Data Validasi Ahli
Angket validasi ahli terkait kegrafikan, penyajian, kesesuaian isi,
kebahasaan kelengkapan materi dan kesesuaian e-modul berbasis web dengan
menggunakan google sites memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten
pertanyaan. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang
mengartikan tingkat e-modul berbasis web dengan menggunakan google sites.
Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban dapat dilihat dalam Tabel 1.1
Tabel 1.1 Skor Penilaian Validasi Ahli
Skor Pilihan Jawaban Kelayakan
4 Sangat baik
3 Baik
2 Kurang baik
1 Sangat kurang baik
Hasil dari skor penilaian dari masing-masing validator ahli materi,
ahli media dan bahasa tersebut kemudian dicari rata-ratanya dan dikonversikan
ke pertanyaan untuk menentukan kevalidan dan kelayakan e-modul berbasis
web dengan menggunakan google sites. Penkonversian skor menjadi
pertanyaan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 1.2
Tabel 3.2 Kriteria Validasi
Skor Kualitas Kriteria Pilihan Jawaban Kelayakan
Kelayakan
3,26 < x < 4,00 Valid Tidak revisi

2,51 < x < 3,26 Cukup valid Revisi sebagian

1,76 < x < 2,51 Kurang valid Revisi sebagian & pengkajian ulang

1,00 < x < 1,76 Tidak valid Revisi total


2) Analisis Data Uji Coba Produk
Angket respon peserta didik terhadap penggunaan produk memiliki 4
pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan. Masing-masing pilihan jawaban
memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi
pengguna. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban dapat dilihat dalam Tabel
1.3
Tabel 1.3 Skor Penilaian Validasi Ahli
Skor Pilihan Jawaban Kelayakan
4 Sangat menarik
3 Menarik
2 Kurang menarik
1 Sangat kurang menarik
Hasil dari skor penilaian dari masing-masing peserta didik tersebut
kemudian dicari rata-rata dan dikonversikan ke pertanyaan untuk menentukan
kemenarikan. Penkonversian skor menjadi pertanyaan penilaian ini dapat
dilihat dalam Tabel 1.4
Tabel 1.4 Kriteria untuk Uji Kemenarikan
Skor Pertanyaan Kualitas Aspek Kemenarikan
3,26 < x < 4,00 Sangat menarik
2,51 < x < 3,26 Menarik
1,76 < x < 2,51 Kurang menarik
1,00 < x < 1,76 Sangat kurang menarik
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, A. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Asrial, Syahrial, Maison, Kurniawan, & Piyana. (2020). Ethnoconstructivism E-
Module to Improve Perception, Interest, And Motivation of Students in
Class V Elementary School. Jurnal Pendidikan Indonesia, 9(1), 30–41.
https://doi.org/10.23887/jpiundiksha.v9i1.19222
Imansari, N. & Sunaryantiningsih, I. (2017). Pengaruh Penggunaan E-Modul
Interaktif terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada Materi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, Vol 2 No 1
pp 11-16.
Laili, I. (2019). Efektivitas Pengembangan E-Modul Project Based Learning Pada
Mata Pelajaran Instalasi. Jurnal Imiah Pendidikan Dan Pembelajaran, 3(3),
306–315.
Pramana, Jampel, & Pudjawan. (2018). Meningkatkan Hasil Belajar Biologi
Melalui E-Modul Berbasis Problem Based Learning. Jurnal Edutech
Undiksha, 8(2), 18–32.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23887/jeu.v8i2.28921
Taufik, Muhammad, dkk. (2018). Pelatihan Media Pembelajaran Berbasis Web
kepada Guru IPA SMP Kota Mataram. Jurnal Pendidikan dan
Pengabdian Masyarakat. Volume 1, Nomor 1, hal 77-81.

Anda mungkin juga menyukai