Anda di halaman 1dari 8

:

PEMERINTAH KOTA BOGOR


DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR
UPT PUSKESMAS SEMPLAK
Jl. K.H. Abdullah Bin Nuh No. 4 Yasmin Sektor 6
Curug Mekar Bogor Barat-16113. Telp 0251-7534528
email. puskesmas.semplak6@gmail.com

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO KLINIS

I. PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang wajib disediakan


oleh Pemerintah untuk masyarakatnya, karena kesehatan adalah hak
dasar semua warga negara Indonesia khususnya dan seluruh warga
dunia pada umumnya. Pelayanan kesehatan di Indonesia menganut
sistem berjenjang, yaitu dari Pelayanan Tingkat Pertama sampai
Tingkat Lanjutan. Puskesmas merupakan pemberi pelayanan
kesehatan tingkat pertama, selain klinik pratama atau RS Tipe D
sebagaimana diatur di dalam Undang-undang tentang Kesehatan.
Puskesmas bertanggung jawab dalam upaya kesehatan yang
ada di wilayah kerjanya, mulai dari kegiatan upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Meskipun porsi upaya promotif dan
preventif harus lebih besar di dalam jalannya kegiatan di Puskesmas,
kegiatan kuratif adalah kegiatan mutlak yang harus dilakukan oleh
Puskesmas. Bahkan kegiatan kuratif ini menjadi salah satu tolak
ukur kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas di
dalam forum-forum pertemuan lintas sektor.
Pelayanan kuratif di Puskesmas bersifat dinamis, sehingga akan
selalu ada perubahan-perubahan yang harus dilakukan untuk
mengantisipasi tuntutan atau kejadian risiko atau risiko yang
berpotensi terjadi (meskipun belum terjadi). Untuk itu, Puskesmas
harus memiliki pedoman yang dijadikan panduan manejemen risiko
klinis di Puskesmas. Panduan ini menjadi sandaran Puskesmas dalam
melakukan upaya mulai dari identifikasi risiko, pengendalian risiko,
upaya meminimalisir kejadian risiko dan evaluasi risiko klinis yang
terjadi di Puskesmas.

II. RUANG LINGKUP

Panduan Manajemen Risiko Klinis Puskesmas Semplak memiliki


ruang lingkup sebagai berikut :
a) memberikan panduan proses identifikasi Risiko Klinis dan
analisis risiko;
b) memberikan panduan proses pengendalian Risiko Klinis
yang sudah teridentifikasi;
c) memberikan panduan proses upaya meminimalisir Risiko
Klinis yang ada;dan
d) memberikan panduan proses evaluasi Risiko Klinis.

III. TATA LAKSANA

Manajemen Risiko Klinis Puskesmas Semplak terdiri dari 4


rangkaian utama yaitu sebagai berikut ;
a) Identifikasi Risiko Klinis dan Analisis Risiko
Identifikasi merupakan langkah awal dalam proses manajemen
risiko klinis. Ada berbagai metode yang dapat dilakukan di dalam
mengidentifikasi risiko, yaitu sebagai berikut ;
1. AUDIT Hasil audit yang dilakukan oleh Auditor
Internal ataupun Auditor Eksternal adalah
sumber dokumen identifikasi risiko klinis
yang objektif dan cenderung terstruktur.
Hasil audit ini harus dipaparkan kepada
seluruh Pegawai, agar terbentuk
kewaspadaan serta pembelajaran untuk
semua pegawai.
2. KOMPLAIN Keluhan dari pelanggan atau pasien di
Puskesmas adalah salah satu fakta risiko
klinis yang sudah terjadi atau mungkin
yang berpotensi terjadi. Tim Mutu
bertanggung jawab mencatat setiap
keluhan yang ada. Komplain ini nantinya
dibahas di dalam Lokmin bulanan atau
Lokmin triwulanan bila melibatkan lintas
sektor.
3. KLAIM Klaim adalah tuntutan,pengakuan atas
suatu fakta baik internal/eksternal. Klaim
bisa melibatkan pihak internal, dan
biasanya berhubungan dengan
konsekuensi hukum atas pelayanan yang
menimbulkan ketidak nyamanan atau
medical error.
4. INSIDEN Kejadian tidak terduga atau yang tidak
diharapkan (adverse event) yang terjadi di
dalam pelayanan klinis di Puskesmas,
dilakukan pencatatan dan menjadi sumber
identifikasi risiko klinis. Setiap insiden
yang terjadi segera ditindaklanjuti dengan
mencari masalah yang terjadi, dianalisis
sampai akhirnya disusun solusi untuk
penyelesaian masalah tersebut.

Setelah risiko klinis di Puskesmas diidentifikasi, maka


dibutuhkan analisis risiko-risiko tersebut. Proses analisis risiko
tersebut dilakukan oleh Tim Mutu dengan melibatkan
Koordinator UKP dan Pimpinan Puskesmas. Ada 2 Metode yang
digunakan Puskesmas Muara Basung di dalam proses analisis
risiko yaitu;
1. Root Cause Adalah proses analisis risiko untuk
Analysis kejadian yang sudah terjadi. Analisis
(RCA) dilakukan mendalam mulai dari penyebab
terjadinya, hal-hal yang menyebabkan
terjadi, pihak-pihak yang terlibat, sehingga
akhirnya didapatkan akar masalah kejadian
tersebut. Selanjutnya dilakukan
pembahasan guna memutuskan solusi dari
masalah tersebut.
Langkah-langkah RCA :
a. Bentuk tim RCA untuk suatu kejadian
b. Pelajari kejadian
c. Analisis sebab,
d. Menyusun rencana tindakan, dan
e. Melaporkan proses analisis dan
temuan
2. Failure Mode Menggali Potensi Masalah
& Effect (kegagalan/kesalahan) pada prosedur,
Analysis dinilai, dicari penyebabnya, sampai
(FMEA) akhirnya disusun perbaikannya. Metode ini
sebagai bentuk mawas diri dari Puskesmas,
dan sebagai bentuk upaya peningkatan
mutu yang berkelanjutan.
Langkah-langkah FMEA :
a. Lakukan penilaian untuk tiap model
kesalahan/kegagalan:
 Sering tidaknya terjadi
(occurrence): (Occ)1 : tidak
pernah, 10 sangat sering
 Kegawatannya (severity): (SV)1 :
tidak gawat, 10 sangat gawat
 Kemudahan untuk terdeteksi
(detectability): (DT)1 : mudah
dideteksi, 10 : sangat sulit
dideteksi
b. Hitung Risk Priority Number (RPN)
dengan mengkalikan: Occ x SV x DT
c. Tentukan batasan (cut-off point) RPN
yang termasuk prioritas
d. Tentukan kegiatan untuk mengatasi
(design action/solution)
e. Tentukan cara memvalidasi apakah
solusi tersebut berhasil
f. Gambarkan alur yang baru dengan
adanya solusi tersebut
g. Hitung kembali RPN sesudah
dilakukan solusi perbaikan

Kolom Model FMEA yang dipakai dibawah ini :


Risk
Prior
Indikato
Tingka ity
MODUS- Kemung Kemud r untuk
t Num
MODUS PENYEB kinan ahan menguk
AKIB kepata ber(
No KEGAGAL AB terjadin didete Sol ur
ATN han RPN)
. AN / TERJAD ya (O= ksi (D= usi keberha
YA (S= ,
KESALAH INYA Occurre Detect silan
Severit RPN
AN nce) ability) dari
y) =
solusi
OxS
xD

Setelah mengisi kolom FMEA, maka kita tentukan prioritas


prosedur (SOP atau Kebijakan) yang harus diubah. Proses
perubahan ini didokumentasikan serta disampaikan kepada
seluruh pihak terkait.
b) Pengendalian Risiko Klinis
Risiko Klinis yang sudah teridentifikasi, maka dilakukan upaya
tindak lanjut berupa penyusunan prosedur, kebijakan, atau
dokumen lainnya yang bermanfaat untuk mengendalikan risiko
klinis yang sudah teridentifikasi. Pengendalian risiko klinis ini
dibawah koordinasi dari Tim Mutu dan dipantau setiap 3 bulan
sekali oleh Tim Mutu dan Pimpinan Puskesmas. Bentuk nyata
pengendalian risiko adalah dengan membuat prosedur (SOP) atau
Kebijakan (SK dan Panduan), dimana SOP dan Kebijakan ini
bertujuan mengendalikan risiko klinis yang mungkin
terjadi.Contoh kegiatan pengendalian risiko klinis yaitu membuat
Prosedur (SOP) tentang pelayanan pasien dengan hambatan fisik
(lansia, kecacatan, dll), dimana di dalam SOP ini ditunjuk petugas
dengan fungsi tambahan melaksanakan pelayanan khusus bila
ada pasien dengan hambatan fisik yang ada di Puskesmas.

c) Upaya Minimalisir Risiko Klinis


Setelah dilakukan upaya pengendalian risiko klinis, maka upaya
selanjutnya adalah langkah-langkah nyata untuk meminimalisir
risiko klinis yang sudah teridentifikasi. Upaya minimalisir risiko
identik dengan proses untuk seminimal mungkin mengurangi
frekuensi, volume dan dampak dari risiko yang akan selalu
meungkin terjadi. Bisa saja upaya minimalisir ini adalah upaya
mengurangi dampak risiko klinis yang sudah terjadi, namun
belum bisa dilakukan upaya untuk mengendalikan risiko klinis
yang sudah terjadi tersebut. Contoh nyata di Puskesmas Semplak
adalah pelayanan pemeriksaan sputum pasien terduga TB di
Laboratorium. Dikarenakan Puskesmas tidak punya anggaran
untuk membangun ruang tambahan khusus untuk pengambilan
sputum pengambilan dilakukan esok hari dengan pasien diberikan
arahan cara pengambilan sputum Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS)
yang mana sewaktunya pagi hari saat pasien akan berangkat ke
Puskesmas yang pagi adalah sputum bangun tidur pagi pertama.
d) Evaluasi Risiko Klinis
Upaya terakhir dalam Manajemen Risiko Klinis adalah
melakukan evaluasi risiko klinis yang sudah teridentifikasi,
terkendali dan terminimalisir tersebut. Upaya Evaluasi Risiko
Klinis ini dilakukan rutin setiap 6 bulan oleh Tim Mutu
bekerjasama dengan Koordinator UKP dan Pimpinan Puskesmas.
Hasil Evaluasi harus dipresentasikan kepada seluruh pegawai
Puskesmas guna mendapatkan umpan balik dan kesepakatan
bersama solusi untuk mengatasi kejadian risiko klinis di
Puskesmas Semplak.

IV. PENUTUP

Risiko adalah kerugian yang mungkin terjadi pada suatu satuan


waktu atau kegiatan. Risiko klinis adalah kerugian yang mungkin
terjadi atas pelayanan klinis yang berjalan. Risiko klinis seringkali
tidak dapat terhindarkan, namun risiko klinis idealnya dapat
dikendalikan, diminimalisir, dan sekaligus dijadikan bahan evaluasi
bila telah terjadi.
Panduan Manajemen Risiko Klinis ini adalah pedoman bagi
Puskesmas Muara Basung untuk dapat melaksanakan seluruh
rangkaian manajemen risiko klinis di Semplak. Tentunya, Panduan ini
kelak perlu dievaluasi dan dilakukan perbaikan secara berkala. Agar
kualitas pelayanan klinis di Puskesmas Semplak menjadi lebih baik.
Demikian panduan manajemen risiko klinis ini disusun. Saran
dan masukan dari seluruh pihak dibutuhkan guna menyempurnakan
panduan ini. Atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

Semplak, .......
Puskesmas Semplak

drg. Rina Erliati M. Kes


NIP. 19620191992032001

Anda mungkin juga menyukai