Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


“ Konsep Teori Keperawatan Caring ”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep Dasar
Keperawatan
Dosen Pengampu
Ibu. Komang Yogi Triana

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Velly Amelia wijayanti C1122076
Crizanta Eugenia ikol C1122042
Ni putu dea fatricia C1122070
Komang ayu trisna sanggrayanti C1122054
Ni luh wayan ayu dewi C1122060
Ayu fitria C1122040
Harni wati jufrin C1122044
kadek sindy C1122053
I ketut adi pramana C1122048
Hina ranja taka C1122045
Ni kadek parwati C1122058
Riska yunita fitri C1122075

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIKES BINA USADA BALI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas
segala limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul “ Konsep Teori Keperawatan Caring “. Ini kami


susun untuk memenuhi tugas Konsep Dasar Keperawatan.

Tentunya tak lupa kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya tugas ini, maka dalam kesempatan ini kami
ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu. Komang Yogi Triana selaku dosen pengampu mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan yang telah memberikan arahan, bimbingan serta dukungan kepada
kami dalam menulis dan menyelesaikan tugas makalah ini.

2. Teman- teman kelas B , kususnya kelompok 2 mata kuliah Konsep Dasar


Keperawatan yang selalu memberikan masukan kepada kami dalam penulisan dan
menyelesaikan tugas makalah ini.

Tak lupa kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya tugas makalah ini, khususnya kepada teman-teman
yang telah meluangkan waktunya demi terselesaikannya tugas makalah ini.

Tak ada gading yang tak retak, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini masih memiliki banyak kekurangan. Meskipun kami telah mengerahkan segala
kemampuan untuk lebih teliti, tetapi kami masih merasakan adanya kekurangan -
kekurangan dalam penyusunan tugas makalah ini. Untuk itu, kami selalu
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi selangkah lebih maju.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Bali, 10 September 2022

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang


diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin termasuk tim keperawatan.
Perawat merupakan tenaga kesehatan dengan proporsi terbanyak di rumah sakit
dan memegang peranan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Kualitas pelayanan kesehatan dapat terwujud dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan yang profesional. Profesionalisme perawat diikuti oleh
pengetahuan dan keterampilan khusus yang meliputi keterampilan intelektual,
teknikal, dan interpersonal yang pelaksanaannya harus mencerminan
perilaku caring (Dwidiyanti, 2007).

Perawat harus mengembangkan kemampuan berpikir kritis agar


meningkatkan perilaku caring kepada pasien. Hal ini sesuai dengan salah
satu caratif caring Watson dalam Alligood dan Tomay (2006) yaitu
menggunakan metode sistematis dalam pemecahan masalah dengan
menumbuhkan kemampuan pengambilan keputusan pada klien dan keluarga.
Berpikir kritis adalah suatu proses pengujian yang menitikberatkan pendapat
tentang kejadian atau fakta yang mutakhir dan menginterpretasikannya serta
mengevaluasi pendapat-pendapat tersebut untuk mendapat kesimpulan tentang
adanya perspektif/ pandangan baru (Strader dalam Maryam, Setiawati &
Ekasari, 2008). Berpikir kritis merupakan komponen penting dari perawatan
karena perawat selalu dihadapkan dengan situasi yang kompleks, yang
menuntut penilaian akurat, pengambilan keputusan yang tepat dan merupakan
proses pembelajaran terus menerus. Zori dan Morrison (2009) menyatakan
bahwa berpikir kritis dapat memberikan pengaruh yang kuat dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang dihadapi oleh manajer
perawat setiap hari.
Perawat merupakan pemikir kritis yang efektif, sehingga perawat
diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan dan mampu memecahkan
masalah klinis, baik yang bermanfaat bagi pasien, perawat, dan lembaga.
Berpikir kritis dalam keperawatan sangat dipengaruhi oleh sifatsifat psikologis,
fisiologis dan lingkungan seperti usia, tingkat kepercayaan, bias, keterampilan,
stress, kelelahan, dan rekan kerja (American Society of Registered Nurses,
2007). Namun kemampuan berpikir kritis perawat dalam proses keperawatan
tidak dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, pendidikan,  pengalaman kerja dan
status perkawinan (Sumartini, 2010).

2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan konsep caring?
b. Apa teori keperawatan yang dikemukakan oleh Jean Watson?
c. Apa hubungan teori yang dikemukakan oleh Jean Watson dengan konsep
keperawatan ?

3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
a. Dapat mengetahui konsep caring
b. Mengetahui bagaimanakah teori keperawatan Jean Watson.
c. Mengetahui bagaimanakah hubungan antara teori Jean Watson dengan
Paradigma Keperawatan.

 
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Caring

1. Pengertian Caring

Caring merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik


keperawatan yang bersifat etik dan filosifikal. Caring bukan semata-mata
perilaku. caring adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan
memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa
aman dan keselamatan klien. Caring adalah manifestasi dari perhatian kepada
oraang lain, berpusat pada orang, menghormati harga diri dan kemanusiaan,
komitmen untuk mencegah terjadinya suatu yang memburuk, memberi
perhatian dan konsen, menghormati kepada orang lain dan kehidupan manusia,
cinta dan ikatan, otoritas dan keberadaan, selalu bersama, empati, pengetahuan,
penghargaan dan menyenangkan (Meidiana, 2007). Tujuh asumsi yang
mendasari konsep Caring menurut (Meidiana, 2007), yaitu :

a. Caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktikkan secara


interpersonal.
b. Caring terdiri dari faktor karatif tang berasal dari kepuasan dalam
membantu memenuhi kebutuhan manusiaatau klien.
c. Caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga.
d. Caring merupakan respon yang diterima seseorang tidak hanya saat itu
saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang tersebut
nantinya.
e. Lingkungan yang penuh caring sangat potensial untuk mendukung
perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih
tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri.
f. Caring lebih kompleks daripada curing, praktik caring memadukan antara
pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia
yang berguna meningkatkan derajat kesehatan dan membantu klien yang
sakit.
g. Caring merupakan inti dari keperawatan.

Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat


baik. caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik,
psikologis, spiritual, dan sosial. Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama
dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan. Meidiana
(2007), menguraikan bahwa profesional caring adalah seseorang yang
mempraktekkan, merancang dan menyediakan atau memberikan bantuan kepada
orang lain. Dia juga menjelaskan bahwa penekanan keperawatan adalah asuhan
keperawatan yang bersifat humanistik yang ditunjukan pada pandangan
hubungan profesional kepada manusia dari perawat kepada pasien dan pengakuan
pasien atas aspek penting dalam keperawatan humanistik.
Pendekatan humanistik ini adalah aspek keperawatan tradisional dari caring, yang
diwujudnyatakan dalam pengertian dan tindakan. Pengertian membutuhkan
kemampuan mendengarkan orang lain secara aktif dan arif serta menerima
perasaan-perasaan orang lain. Prasyarat bertindak adalah mampu bereaksi
terhadap kebutuhan orang lain dengan keikhlasan, kehangatan untuk
meningkatkan kesejahteraan yang optimal.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
perilaku caring perawat adalah sifat dasar perawat sebagai manusia untuk
membantu, memperhatikan, mengurus dan menyediakan bantuan serta memberi
dukungan untuk kemandirian klien melalui hubungan perawat-klien
yang terapeutik dan melalui intervensi keperawatan dalam rangka mencapai
derajat kesejahteraan yang lebih tinggi dengan penuh perasaan berdasarkan
kemanusiaan dan aspek moral. Dengan caring ini memungkinkan terjalinnya
hubungan dan interaksi terapeutik antara perawat-klien. Caring merupakan dasar
dalam melaksanakan praktek keperawatan pofesional untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan dan memberikan kepuasan kepada klien.

2. Karakteristik caring
Menurut Meidiana (2007), karakteristik caring adalah :
a. Be ourself, sebagai manusia harus jujur, dapat dipercaya, tergantung pada
orang lain,
b. Clarity, keinginan untuk terbuka dengan orang lain,
c. Respect, selalu menghargai orang lain,
d. Separateness, dalam caring perawat tidak terbawa dalam depresi atau
ketakutan dengan orang lain,
e. Freedom, memberi kebebasan kepada orang lain untuk mengekspresikan
perasaannya,
f. Empathy, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain,
mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan.
g. Communicative, komunikasi verbal dan non verbal harus menunjukan
kesesuaian dan evaluasi dilakukan secara bersama-sama.

3. Mengembangkan dan meningkatkan sikap caring


Proses pembentukan caring sebenarnya sudah dimulai sejak awal
kehidupan bersosialisasi dan perawat dapat mengembangkan melalui budaya
profesi. Caring tidak dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui genetika. Caring menentukan aspek waktu, energi dan
keterampilan dapat ditingkatkan melalui budaya profesi, mengembangakan
pengetahuan dan meningkatkan kualitas hubungan interpersonal serta
meningkatkan kemampuan dalam keterbukaan (Sundeen & Stuart, 1995).
Meidiana (2007), menjelaskan bahwa caring ditunjukan dengan sikap
jujur, berprilaku penuh kebenaran, dan kesediaan membantu, memiliki
sensitivitas terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Sedangkan Wolf
Bannum (1994) yang telah mengembangkan daftar inventarisasi
perilaku caring menuliskan sepuluh peringkat tertinggi perilaku caring tersebut
adalah : mendengarkan dengan penuh perhatian, memberi rasa nyaman, berkata
jujur, mempunyai kesabaran, tanggap, menyediakan informasi, sehingga klien
dapat menentukan keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh,
memberikan sentuhan, memperlihatkan sensitivitas, memperlihatkan rasa
hormat, memanggil klien atau pasien dengan namanya.
 

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Caring


Caring merupakan aplikasi dari proses keperawatan sebagai bentuk kinerja
yang ditampilkan oleh seorang perawat. Gibson, James, & John (2000)
mengemukakan 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja individu meliputi:
faktor individu, faktor psikologis dan faktor organisasi.

B. Konsep Teori Jean Watsoon


1. Teori Keperawatan Jean Watsoon
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori
pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson
ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini
memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang
saling berhubungan di antaranya :

a. Kebutuhan biopysical ( keb. makan, cairan, eliminasi,ventilasi )


b. kebutuhan psikofikal ( keb. aktifitas, istirahat dan sexsual )
c. kebutuhan psikososial ( keb. berpretasi dan berorganisasi )
d. kebutuhan intrapersonal dan interpersonal ( keb. aktualisasi diri )

Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa


manusia adalah mahluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam
ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia
seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena
sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga
untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam
meninggalkan status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati
berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Selain itu ada 7 (tujuh)
asumsi dalam ilmu keperawatan, antara lain :

a. Asuhan keperawatan dapat secara efektif didemonstrasikan dan


dipraktekkan  hanya  secara interpersonal.
b. Asuhan keperawatan berisi faktor care/perhatian pada perawatan yang
hasilnya dapat memuaskan kebutuhan manusia yang memerlukan bantuan.
c. Asuhan keperawatan yang efektif meningkatkan kesehatan dan
berkembang ke arah perbaikan bagi individu, serta keluarga.
d. Respon asuhan keperawatan menerima seseorang tidak hanya pada saat di
rawat saja, tetapi juga kemungkinan yang akan terjadi setelah pasien
pulang.
e. Asuhan keperawatan juga melibatkan lingkungan pasien, sehingga  bisa 
menawarkan kepada pasien untuk  mengembangkan  potensinya  untuk 
memilih apa  yang terbaik untuk dirinya saat  itu.
f. Asuhan  keperawatan  lebih “ healthogenic” dari pada  pengobatan.
Praktek  asuhan keperawatan terintegrasi antara pengetahuan biofisikal
dengan  pengetahuan  tentang  perilaku  manusia untuk meningkatkan
kesehatan dan untuk memberikan bantuan / pertolongan kepada mereka
yang sakit.
g. Praktek asuhan merupakan sentral keperawatan.

2. Hubungan Teori Jean Watson Dengan Konsep Keperawatan Jean Watson


membagi konsep utama keperawatan dalam 4 (empat) bagian, yaitu:

a. Kemanusiaan (Human Beeing)

Pandangan Watson orang yang bernilai bagi dirinya atau orang lain dalam
memberikan pelayanan keperawatan harus dapat memelihara, menghargai,
mengasuh, mau mengerti dan membantu orang yang sedang sakit. Dalam
pandangan filosofi umum, manusia itu mempunyai fungsi yang kompleks yang
terintegrasi dalam dirinya. Selain itu manusia juga dinilai sempurna, karena
bagian-bagian tubuhnya mempunyai fungsi yang sempurna; tetapi dalam fungsi
perkembangannya dia  harus selalu  beradaptasi dengan  lingkungan  sosialnya.
Jika  adaptasi  tersebut tidak berhasil, maka akan terjadi ko nflik (terutama
kngi.onflik psikososial), yang berdampak pada terjadinya krisis disepanjang
kehidupannya. Hal tersebut perlu mendapatkan asuhan, agar dapat ditanggulangi.

b. Kesehatan
WHO meliputi bagian positif dari fisik, mental , dan sosial yang baik. Akan
tetapi Watson juga mempercayai bahwa  ada beberapa faktor lain yang dibutuhkan
untuk dimasukkan dalam definisi sehat ini, yaitu: Fungsi manusia secara
keseluruhan baik fungsi fisik, mental, dan sosial seimbang/serasi, adaptasi secara
umum terhadap pertahanan dirinya sehari-hari dengan lingkungannya, tidak
adanya penyakit, asuhan kesehatan yang benar fokusnya pada (gaya hidup,
kondisi sosial, dan lingkungan) dan kesehatan adalah hubungan yang harmonis
antara pikiran, tubuh, dan jiwa serta kesehatan  juga  dihubungkan  dengan 
tingkat  kesesuaian  antara apa  yang dirasakan dengan  apa yang dialami.

c. Lingkungan sosial

salah satu variabel yang mempengaruhi masyarakat saat ini adalah lingkungan
sosial. Masyarakat memberikan nilai yang menentukan terhadap bagaimana
seharusnya berkelakuan, dan tujuan apa yang harus dicapai. Nilai -nilai tersebut 
dipengaruhi oleh  lingkungan  sosial, kultural, dan spiritual.

Asuhan keperawatan telah ada dalam masyarakat, karena  setiap masyarakat


biasanya mempunyai seseorang yang care terhadap orang lain. Watson
menyatakan bahwa merawat, dan keperawatan itu ternyata sangat dibutuhkan oleh
setiap lingkungan sosial yang mempunyai beberapa orang yang saling peduli
dengan yang lainnya. Sikap merawat tidak diturunkan dari generasi ke generasi,
melalui gen, tetapi diturunkan dari kebudayaan profesi sebagai suatu koping yang
unik terhadap lingkungan.

d. Keperawatan

Menurut Watson keperawatan  fokusnya lebih pada promosi kesehatan,


pencegahan penyakit, merawat yang sakit, dan pemulihan keadaan fisik.
Keperawatan pada promosi kesehatan awalnya sama dengan mengobati penyakit.
Dia melihat keperawatan dapat bergerak dari  dua area, yaitu: masalah
penanganan  stres dan penanganan konflik. Hal ini dapat menunjang tersedianya
perawatan kesehatan yang holistik, yang dia percayai dapat menjadi pusat dari
praktik keperawatan. Salah satu asumsi Watson mengatakan bahwa kondisi sosial,
moral, dan ilmu pengetahuan sangat berkontribusi terhadap kondisi kesehatan
manusia dan masyarakat, sehingga perawat perlu berkomitmen terhadap
pemberian asuhan kesehatan yang ideal melalui kajian teori, praktek, dan riset
keperawatan.

Ada 10 faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan, antara lain:

1. Membentuk sistem nilai humanistic altruistic.


2. Membangkitkan rasa percaya dan harapan.
3. Mengembangkan kepekaan kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain.
4. Mengembangkan hubungan yang sesuai harapan pasien / “helping trust”.
5. Meningkatkan intuisi, peka terhadap ekspresi perasaan baik positif/
negative.
6. Menggunakan metoda ilmiah “problem solving” yang sistematik untuk
mengambil keputusan.
7. Meningkatkan hubungan interpersonal “teaching-learning”.
8. Memberi dukungan/support, melindungi, dan membantu memperbaiki
kondisi mental, fisik, sosial-kultural, serta spiritual.
9. Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia.
10. Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.

3. Hubungan Teori Jean Watson Dengan Proses Keperawatan

Watson merekomendasikan suatu pendekatan penelitian keperawatan yang


lebih dalam, agar menghasilkan suatu hubungan keperawatan yang baik dengan
kebutuhan manusia. Agar hasilnya sempurna, maka perawat perlu melakukan
metoda pemecahan masalah secara ilmiah. Watson juga menyatakan proses
keperawatan  terdiri atas langkah-langkah yang sama dengan proses ilmiah.

a. Pengkajian
Pengkajian  meliputi: tindakan   pengamatan, melakukan identifikasi, dan
menelaah masalah yang muncul melalui pengaplikasian dari hasil studi
literature. Untuk  dapat  menelaah dan  memprediksi suatu  masalah dengan 
baik sesuai  kerangka kerja yang telah dibuat, maka  perlu menggali  lebih
dalam  pengetahuan yang terkait secara konseptual. Dalam  pengkajian  juga 
mencakup  formulasi  hipotesis  mengenai  hubungan dan factor-faktor yang
mempengaruhi masalah. Selain itu juga dalam menilai situasi perlu
mencantumkan definisi dari   variable-variable yang akan diperiksa dalam
pemecahan masalah ini.

b. Perencanaan

Dengan perencanaan yang baik, maka akan membantu dalam menentukan


bagaimana variabel-variabel dapat diuji atau diukur. Dalam merancang suatu
pemecahan masalah yang mengacu pada  rencana  asuhan keperawatan tetap
melalui pendekatan konseptual. Selain itu juga dalam perencanaan tercantum
data-data yang telah dikumpulkan & sesuai.

c. Intervensi

Merencanakan tindakan sesuai dengan masalah yang ditemukan

d. Evaluasi

Evaluasi  merupakan  sebuah  metoda dan  proses untuk menganalisa hasil


pelaksanaan inter-vensi dari setiap masalah yang ada. Disamping itu menurut
Watson, evaluasi juga harus mampu memberikan generalisasi terhadap
hipotesa-hipotesa tambahan atau kejadian yang  mungkin akan terjadi untuk
mendorong teori keperawatan secara umum didasarkan pada studi pemecahan
masalah.

4. Hubungan Dengan Ciri Teori

Menurut Watson, bahwa sebuah teori itu merupakan sebuah


pengelompokkan dari ide-ide, dan pengalaman yang memberikan penjelasan
mengenai fenomena-fenomena. Dia menolak konsep tradisional, dan
moetodologi kuantitatif harus dikorbankan saat mendapatkan pengetahuan
baru dari tingkah laku manusia. Dia melihat bahwa keperawatan dapat
dikembangkan dengan melibatkan prosedur-prosedur, dan manipulasi
variabel sementara yang terbaik adalah dengan melakukan penelitian untuk
melihat berbagai alternatif dalam merawat manusia, baik sehat, maupun sakit,
serta mendorong peningkatan kesehatan. Karya Watson telah dikembangkan
dalam konteks tradisional:

Teori-teori tersebut berhubungan dengan konsep seperti dalam membangun solusi


berbeda dalam  melihat fenomena tertentu.

a. Teori harus logis secara alami.


b. Teori seharusnya sederhana sebelum digeneralisasikan.
c. Teori dapat didasarkan pada hipotesis yang dapat diuji
d. Teori berkontribusi dan membantu dalam  pengembangan  pengetahuan
secara umum sesuai disiplin ilmunya melalui penelitian untuk mencapai
sesuatu yag valid.
e. Teori dapat digunakan oleh para praktisi untuk menjadi pedoman dan 
meningkatkan mutu dari tindakan pelayanan ataupun asuhan keperawatan
yang diberikan.

5. Carrative Factor

Carative Factor menurut Watson adalah mencoba menghargai dimensi


manusia dalam perawatan dan pengalaman-pengalaman subjektif dari orang
yang kita rawat.
Elemen-elemen yang terdapat dalam carative faktor adalah :

a. Nilai-nilai kemanusiaan dan altruistic (Humanistic-Altruistic System


Values). Watson mengemukakan bahwa asuhan keperawatan didasarkan
pada nilai-nilai kemanusiaan (humastik) dan perilaku mementingkan
kepentingan oranglain diatas kepentingan pribadi (altruistik)
b. Keyakinan dan harapan (Faith and Hope). Menekankan pentingnya obat-
obatan untuk carative, perawat juga perlu memberi tahu individu alternatif
pengobatan lain yang tersedia (mis: meditasi, relaksasi atau kekuatan
penyembuhan oleh diri sendiri atau secara spiritual)
c. Peka pada diri sendiri dan kepada orang lain (Sensitivity to self and
others). Perawat dituntut untuk mampu meningkatkan sensitivitas terhadap
diri pribadi dan oranglain serta bersikap lebih otentik.
d. Membantu menumbuhkan kepercayaan,membuat hubungan dalam
perawatan secara manusiawi. Ciri hubungan helping-trust adalah harmonis
(hubungan yang harus dilakukan secara jujur dan terbuka), empati
(perawat harus menunjukkan sikap dengan berusaha merasakan apa yang
dirasakan oleh klien) dan hangat (menerima oranglain secara positif).
e. Pengekspresian perasaan positif dan negative. Perawat harus menerima
persaan oranglain serta memahami perilaku mereka.
f. Proses pemecahan masalah perawatan secara kreativ (creative problem-
solving caring process). Metode ini merupakan metode yang memnberikan
control dan prediksi serta memungkinkan koreksi diri sendiri.
g. Pembelajaran secara transpersonal (transpersonal teaching learning).
Perawat harus mampu memahami ppersepsi klien dan meredakan situasi
yang menegangkan agar proses belajar-mengajar ini berjalan lebih efektif.
h. Dukungan,perlindungan,perbaikan fisik,mental,social dan spiritual.
Perawat dapat memberi dukungan situsional, membantu individu
mengembangkan persepsi yang lebih akurat serta memberi informasi
sehingga klien dapat menanggulangi masalahnya. Perawat juga harus
menyalurkan perasaan nyaman, aman, dan keleluasaan pribadi kepada
klien.
i. Bantuan kepada kebutuhan manusia (Human needs assistance. Menurut
hirarki kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan fungsional,
kebutuhan integrative, kebutuhan untuk tumbuh dan kebutuhan untuk
mencari bantuan (seeking) ketika individu kesulitan memenuhi kebutuhan
dasarnya.
j. Eksistensi fenomena kekuatan spiritual. Kedua faktor ini membantu
seseorang untuk mengerti kehidupan dan kematian serta membantu
seseorang untuk menemukan kekuatan atau keberanian untuk menghadapi
kehidupan dan kematian.

Dari kesepuluh carrative faktors diatas, caring dalam keperawatan menyangkut


upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang
berbeda dari manusia lainnya (Watson,1985). Ini berkenaan dengan proses yang
humanitis dalam menentukan kondisi terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar manusia
dan melakukan upaya pemenuhannya melalui berbagai bentuk intervensi yang
bukan hanya berupa kemampuan teknis tetapi disertai “warmth, kindness,
compassion”.

6. Clinical Caritas Process

Watson kemudian memperkenalkan “Clinical Caritas Process” (CCP),


untuk menempatkan carative faktor-nya,yang berasal dari bahasa yunani
“cherish”,yang berarti memberi cinta dan perhatian khusus. Jadi Clinical Caritas
Process adalah suatu praktek perawatan pasien dengan sepenuh hati kesadaran,
dan cinta. Merawat pasien dengan penuh kesadaran,sepenuh hati dan cinta. hadir
secara jiwa dan raga,supportif dan mampu mengekspresikan perasaan negative
dan positif dari dasar-dasar nilai spiritual diri dalam hubunganya dengan pasien
sebagai one-being-cared-for. Budidaya nilai spiritual dan
transpersonal,melampaui diri sendiri dan supaya lebih terbuka peka dan iba.
kreatif menggunakan diri dan segala cara dalam proses perawatan,secara
artistk,sebagai bagian dari caring-healing-practice. menciptakan lingkungan
penyembuhan di semua level,f isik dan non fisik, dengan penuh kesadaran dan
keseluruhan, yang memperhatikan keindahan, kenyamanan, kehormatan dan
kedamaian. Terlibat dalam proses pengalaman belajar mengajar, yang dihadirkan
sebagai kesatuan “menjadi dan berarti ”(being and meaning)”, dan mencoba
melihat dan mengacu pada kerangka berfikir orang lain.

7. Transpersonal Caring Relationship


Menurut Watson (1999), Transpersonal Caring Relationship itu
berkarakteriskkan hubungan khusus manusia yang tergantung pada: Moral
perawat yang berkomitmen melindungi dan meningkatkan martabat manusia
seperti dirinya atau lebih tinggi dari dirinya. Perawat merawat dengan kesadaran
yang dikomunikasikan untuk melestarikan dan menghargai spiritual ,oleh karena
itu tidak memperlakukan seseorang sebagai sebuah objek. Perawatan
berkesadaran bahwa mempunyai hubungan dan potensi untuk menyembuhkan
sejak, hubungan, pengalaman dan persepsi sedang berlangsung.

Hubungan ini menjelaskan bagaimana perawat telah melampaui penilain secara


objektif, menunjukkan perhatian kepada subjektifitas seseorang, dan lebih
mendalami situasi kesehatan diri mereka sendiri. Kesadaran perawat menjadi
perhatian penting untuk keberlanjutan dan pemahaman terhadap persepsi orang
lain. Pendekatan ini menyoroti keunikan dari kedua belah pihak, yaitu perawat
dan pasien, dan juga hubungan saling mneguntungkan antara dua individu, yang
menjadi dasar dari suatu hubungan. Oleh karena itu, yang merawat dan yang di
rawat keduanya terhubung dalam mencari makna dan kesatuan, dan mungkin
mampu merasakan penderitaan pasien. Istilah transpersonal berarti pergi keluar
diri sendiri dan memungkinkan untuk menggapai kedalaman spiritual dalam
meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan pasien.

8. Caring Occation Moment

Caring Occation Moment (tempat dan waktu) pada saat perawat dan orang lain
datang pada saat human caring dilaksanakan , dan dari keduanya dengan
fenomena tempat yang unik mempunyai kesempatan secara bersama datang dalam
moment interaksi human to human.

Bagi Watson (1988-1999) bidang yang luar biasa yang sesuai dengan kerangka
refensi seseorang atau perasaan-perasaan yang dialami seseorang , sensasi tubuh,
pikiran atau kepercayaan spiritual, tujuan-tujuan, harapan-harapan pertimbangan
dari lingkungan, arti persepsi seseorang kesemuanya berdasar pada pengalaman
hidup yang dialami seseorang, sekarang atau masa yang akan datang. Watson
(1999) menekankan bahwa perawat dalam hal ini sebagai care giver juga perlu
memahami kesadaran dan kehadiranya dalam moment merawat dengan pasienya ,
lebih lanjut dari kedua belah pihak perawat maupun yang dirawat dapat
dipengaruhi oleh perawatan dan tindakan yang dilakukan keduanya , dengan
demikian akan menjadi bagian dari pengalaman hidupnya sendiri. Caring
occation bisa menjadi transpersonal bilamana memungkinkan adanya semangat
dari keduanya (perawat dan pasien) kemudian adanya kesempatan yang
memungkinkan keterbukaan dan kemampuan –kemampuan untuk berkembang”.
(A.Aziz Alimul Hidayat 2002 hal. 116-117)

9. Penerapan  Watson Dalam Kasus Di Rumah Sakit Teori

Berikut ini kami berikan sebuah contoh kasus. Pada kasus ini akan
diterapkan proses keperawatan berdasarkan teori Watson. Proses keperawatan
pada kasus ini didasarkan pada aplikasi teori Watson dalam George (1995). Empat
derajat kebutuhan digunakan dalam tahap  pengkajian dan sepuluh faktor karatif
digunakan dalam tahap perencanaan dan implementasi. Diagosa keperawatan
yang diangkat dan dibahas pada aplikasi dalam kasus ini hanya satu saja dengan
maksud sebagai prioritas penyelesaian. Diagnosa keperawatan lain dapat saja
dirumuskan dan diselesaikan dengan menggunakan metode yang sama dengan
diagnosa keperawatan yang dibahas dibawah ini.

Adapun kasus tersebut adalah :  Ny. S, 70 tahun dilarikan ke sebuah rumah


sakit pemerintah oleh para tetangganya karena sesak nafas dan batuk-batuk
berdahak saat sedang mencuci pakaian di depan rumahnya. Ny. S tampak kurus,
kulit kering, badan lemah dan muka pucat. Para pengantar mengatakan selama ini
Ny. S tinggal sendiri di rumah dan tidak punya keluarga lagi. Ny. S termasuk
kurang mampu. Ny. S sehari-hari bekerja sebagai pengumpul botol-botol yang
akan dijual kepada pabrik pengolah  plastik. Ny. S tinggal di rumah sempit dan
kurang ventilasi. Dari hasil pemeriksaan saat masuk rumah sakit didapatkan data
tekanan darah 80/60 mmmHg, nadi 100 kali/menit, suhu 37 derajat Celcius,
pernafasan 25 kali/menit, dan sklera tampak pucat. Hasil pemeriksaan
laboratorium darah didapatkan Hb 10 gr/dl, Ht 33%, leukosit 10000 ul dan
trombosit 140.000 ul, dan albumin diperiksa dengan hasil 3 gr/dl. Dari hasil
rontgen dada menunjukkan adanya TB paru. Proses keperawatan menurut teori
Watson untuk kasus Ny. S adalah : Proses Keperawatan Aplikasi Teori
Pengkajian Kebutuhan derajat lebih rendah (Biofisik) Bagaimana Ny. S melihat
dirinya?Apakah tinggi badan, berat badan, hasil  pemeriksaan fisik Ny. S normal?
Apakah Ny. S cukup makan dan minum untuk mempertahankan kondisi tubuh
yang normal?Apakah pola eliminasi dan pernafasan Ny. S normal? Kebutuhan
derajat lebih rendah (Psikofisik) Apakah citra tubuh Ny. S positif?Apakah dia
berpartisipasi dalam aktifitas yang  biasa pada seusianya?apakah evaluasi hasil
nilai lab dalam batas normal?Bagaimana kehidupan seksualitasnya? Kebutuhan
derajat lebih tinggi (Psikososial) Apakah hubungan Ny. S dengan sesama
memuaskan?Apakah kondisi kurang mampu membuatnya terhambat?Apakah
lingkungannya memfasilitasi pertumbuhan dirinya?Apakah dia merasa dicintai
dan mencintai? Kebutuhan derajat lebih tinggi (Intrapersonal) Bagaimana
perasaan Ny. S tentang dirinya?Apakah Ny. S menyukai dunianya? Apakah Ny. S
merasa mencapai tujuannya? Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan sekret yang tebal dan kental, usaha  batuk efektif
lemah. Perencanaan dan Implementasi Penggunaaan faktor karatif Membangun
lingkungan caring melalui Pemahaman empatik. Membangun hubungan saling
melalui mendorong ekspresi.
 

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Konsep utama  teori  Jean  Watson  adalah “ Human  Science and  Human


Care ”, yang fokus utamanya dalam keperawatan adalah careative factor,
dimana  dia  berasal dari humanistic perspective yang dikombinasikan dengan
dasar ilmu pengetahuan ilmiah.
2. Hubungan teori Jean Watson ini dengan konsep utama  keperawatan, yaitu
adanya unsur teori kemanusiaan dalam pandangannya yang
mengatakan  bahwa  manusia  adalah makhluk yang sempurna yang memiliki
berbagai ragam perbedaan.
3. Hubungan dengan proses perawatan, Jean Watson menganjurkan supaya
penelitian- penelitian di bidang keperawatan dapat  dihubungkan dengan
proses keperawatan, sebab di dalam proses keperawatan langkah-langkahnya
sama dengan proses ilmiah.
4. Penerapan teori Jean Watson, terdiri dari: pengkajian, penentuan diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

B. Saran

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlunya mempelajari teori dan Model
konsep keperawatan yang telah ada sebagai salah satu kunci dalam
mengembangkan ilmu dan praktek, serta profesi  keperawatan di Indonesia.
Daftar Pustaka

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Hidayat Aziz Alimul A. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konse, Proses


dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Potter, Patricia A. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 1. Jakarta:


Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai