Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia matematika disebut dengan ilmu pasti, dengan

berbagai kekhususan bahasa seperti Geometri, Aljabar, kalkulus dsb.

Karena dalam belajar matematika utamanya adalah penggunaan cara

bernalar deduktif, tetapi juga tidak merupakan cara bernalar induktif

(Mulyono.Abdurrahman,2010:252). Jadi matematika tidak hanya berpacu

dari hal yang bersifat umum lalu dikhususkan, tetapi juga bisa berpacu

dari hal yang bersifat khusus yang diumumkan.

Salah satu kemampuan dalam matematika adalah kemampuan

pemahaman konsep. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pemahaman

berasal dari kata paham yang mendapatkan imbuhan pe- dan –an yang

mempunyai arti mengerti. Sedangkan konsep adalah ide atau pengertian

yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Jadi pemahaman konsep adalah

suatu kecakapan untuk mengonsep suatu peristiwa secara konkret.

Kemampuan tersebut sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika

terutama dalam sub bab bilangan.

Menurut Sutrisman, matematika adalah ilmu eksakta dan banyak

disiplin ilmu lain yang merupakan penerapan dari matematika, sebab

matematika adalah queen of science (ratunya ilmu). Bukan hanya sebagai

ratunya ilmu, tetapi matematika juga mampu mengembangkan

1
kemampuan manusia dalam berpikir logis, kreatif, sistematis, analisis,

dan kreatif. Sehingga dengan kemampuan tersebut mampu membantu

manusia dalam menyelesaikan persoalan hidup sehari-hari dengan

tindakan dan penyelesaian yang cepat dan tepat.

Matematika juga bisa mempengaruhi tingkat kecerdasan

seseorang. Cerdas itu berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk

menyelesaikan persoalan nyata. Cerdas juga bisa diartikan seseorang siap

untuk mengaplikasikan ilmunya untuk diri sendiri dan lingkungan yang

dia hadapi (Dewi asmarani,2011:1). Sebagai ratunya ilmu, tentu

matematika sedikit banyak mempunyai peran pada cabang ilmu yang

lain. Karena pada dasarnya matematika digunakan untuk membantu

manusia dalam memahami atau bahkan menyelesaikan suatu persoalan

baik itu dalam persoalan ekonomi, sosial, ataupun persoalan yang lainya.

Salah satu cabang ilmu yang membutuhkan peran matematika adalah

Ilmu Fiqih.

Di dalam Ilmu Fiqih, terdapat materi yang sangat berkaitan

dengan materi pecahan yang dibahas dalam matematika. Materi tersebut

adalah Ilmu Faro’idh atau juga biasa disebut dengan Ilmu Mawaris. Ilmu

Faro’idh adalah sebuah cabang ilmu yang membahas mengenai seberapa

besar bagian-bagian yang diterima ahli waris dari harta yang ditinggalkan

oleh orang terdekat yang meninggal dunia, berdasarkan tatacara yang

sudah ditetapkan dalam Al-Qur’an.

2
Ilmu Faro’idh sendiri sangat penting dalam kehidupan manusia

khususnya untuk umat islam karena dengan mempelajarinya umat islam

akan terhindar dari permasalahan harta dan menghindarkan diri dari

pertikaian pembagian harta pusaka maupun warisan (Khaerul Iqbal

Juhdi,2017:3). Selain itu juga, manfaat mempelajari ilmu waris adalah

mengetahui hak-hak dan kewajiban ahli waris mengenai harta

peninggalan Rasulullah SAW sangat menekankan untuk mempelajari

ilmu tersebut. Rasulullah bersabda:

َ ‫َيا َأ َبا ه َُري َْر َة َت َعلَّمُوا ْال َف َر‬


،‫ َفِإ َّن ُه نِصْ فُ ْالع ِْل ِم َوه َُو ُي ْن َسى‬،‫اِئض َو َعلِّمُو َها‬

‫َوه َُو َأوَّ ُل َشيْ ٍء ُي ْن َز ُع ِمنْ ُأ َّمتِي‬

Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah


SAW bersabda,"Wahai Abu Hurairah, pelajarilah ilmu faraidh dan
ajarkanlah. Karena dia setengah dari ilmu dan dilupakan orang. Dan dia
adalah yang pertama kali akan dicabut dari umatku". (HR. Ibnu Majah,
Ad-Daruquthuny).
Mempelajari ilmu mawaris atau ilmu faraidh hukumnya adalah

fardhu kifayah artinya jika di suatu tempat tertentu ada yang

mempelajarinya, maka bagi yang lainnya sudah gugur kewajibannya dan

apabila tidak sama sekali yang mempelajarinya, maka semua orang

berdosa.

Masalah faraidh adalah masalah yang berkenaan dengan

pengaturan dan pembagian harta mawaris bagi harta waris menurut

bagian yang ditentukan dalam Al-Qur’an (Ahmad Sarwat,2017:193).

Didalam Al-Quran yang berkenaan dengan harta yang berhak diterima

3
ahli waris telah dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Nisa’ ayat 12 dan

artinya yang berbunyi:

‫ان لَه َُّن‬ َ ‫ۚد فَِإن َك‬ٞ َ‫ك َأ ۡز ٰ َو ُج ُكمۡ ِإن لَّمۡ يَ ُكن لَّه َُّن َول‬ َ ‫ف َما تَ َر‬ ُ ‫ص‬ ۡ ِ‫۞ولَ ُكمۡ ن‬ َ
‫ين بِهَ[[ٓا َأ ۡو َد ۡي ۚ ٖن‬ َ [ ‫ُوص‬ِ ‫ص [ي َّٖة ي‬ ِ ‫[رك َن ِم ۢن بَ ۡع[ ِد َو‬ۚ ۡ َ [َ‫[د فَلَ ُك ُم ٱلرُّ بُ [ ُع ِم َّما ت‬ٞ [َ‫َول‬
‫[د فَلَه َُّن‬ٞ [َ‫[ان لَ ُكمۡ َول‬ َ [‫ۚد فَ [ِإن َك‬ٞ َ‫َولَه َُّن ٱلرُّ بُ ُع ِم َّما تَ َر ۡكتُمۡ ِإن لَّمۡ يَ ُكن لَّ ُكمۡ َول‬
َ [‫ون بِهَ[[ٓا َأ ۡو َد ۡي ٖۗن َوِإن َك‬
‫[ان‬ َ [ ‫وص‬ ُ ُ‫ص [ي َّٖة ت‬ ِ ‫[ر ۡكتُمۚ ِّم ۢن بَ ۡع[ ِد َو‬ َ [َ‫ٱلثُّ ُم ُن ِم َّما ت‬
‫ت فَلِ ُك [ ِّل ٰ َوحِ ٖد ِّم ۡنهُ َم[[ا‬ٞ ‫ة َولَ ٓۥهُ َأ ٌخ َأ ۡو ُأ ۡخ‬ٞ ‫ث َك ٰلَلَ [ةً َأ ِو ٱمۡ [ َرَأ‬ ُ ‫[ور‬َ [ُ‫[ل ي‬ ٞ [‫َر ُج‬
‫ث ِم ۢن بَ ۡع[ ِد‬ ِ ۚ ُ‫لِك فَهُمۡ ُش[ َر َكٓا ُء فِي ٱلثُّل‬ ٰ
َ ‫[ر ِمن َذ‬ َ [َ‫سُ فَ[ِإن َك[[انُ ٓو ْا َأ ۡكث‬ ۚ ‫ٱلس[ ُد‬
ُّ
‫ص[ي َّٗة ِّم َن ٱهَّلل ۗ ِ َوٱهَّلل ُ َعلِي ٌم‬ َ ‫ُوص ٰى بِهَ[[ٓا َأ ۡو َد ۡي ٍن َغ ۡي[ َر ُم‬
ِ ‫ض[ٓا ۚ ٖ ّر َو‬ َ ‫صي َّٖة ي‬ ِ ‫َو‬
١٢ ‫يم‬ٞ ِ‫َحل‬
12. Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang
ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika
isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat
dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka
buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh
seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai
anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh
seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat
yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika
seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak
meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai
seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan
(seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu
seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari
seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah
dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya
dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan
yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan
Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.

Ketentuan bagian yang berhak diterima oleh ahli waris pada ayat

diatas ada enam yaitu 1/2 (setengah), 1/4 (seperempat), 1/8

(seperdelapan), 1/3 (sepertiga), 1/6 (seperenam), dan 2/3 (dua pertiga).

Dalam masalah faraidh, ketika jumlah furudhul muqaddarah

(bagian masing-masing/pendapatan ahli waris yang telah ada

4
ketentuannya dalam ketentuan Al-Qur’an dan Hadits) ahli waris

menghasilkan pecahan yang pembilangnya lebih dari penyebut maka

munculah istilah ‘aul. ‘Aul adalah memperbesar penyebut sehingga sama

dengan pembilang, sebaliknya, ketika hasil jumlah furudhul muqaddarah

ahli waris menghasilkan bilangan pecahan yang pembilangnya kurang

dari penyebut maka muncullah istilah radd. Radd adalah memperkecil

penyebut sehingga sama dengan pembilangnya.

Masalah ‘aul dan radd menjadi permasalahan yang banyak

dibicarakan. Sebagai contoh Seseorang wafat dan meninggalkan ayah,

ibu, anak perempuan, dan cucu perempuan keturunan anak laki-laki.

Maka pembagiannya seperti berikut: pokok masalahnya dari enam (6).

Bagian ibu seperenam (1/6) berarti satu bagian, bagian ayah seperenam

(1/6) berarti satu bagian, bagian anak perempuan tiga per enam (3/6)

berarti tiga bagian, sedangkan bagian cucu perempuan dari keturunan

anak laki-laki seperenam (1/6), sebagai penyempurna dua per tiga berarti

satu bagian. Dalam contoh ini tidak ada 'aul, sebab masalahnya sesuai

dengan fardh yang ada.. Pemberlakuan ‘aul dan radd ini tidak

mengurangi bagian setiap ahli waris sedikitpun. Prinsip keadilan dengan

adanya ‘aul dan radd tetap terjaga dengan baik. Perhatikan bahwa bagian

3 4
suami adalah dan bagian dua saudara kandung perempuan .
6 6

Perbandingan bagian mereka adalah 3:4. Setelah dilakukan ‘aul , suami

3 4
mendapat dan dua saudara perempuan kandung mendapat bagian .
7 7

5
Perbandingan bagian mereka tetap 3 : 4. Dari sini jelaslah bahwa

memahami bilangan pecahan dan operasinya sangat diperlukan dalam

perhitungan ilmu mawaris.

Namun permasalahan yang ada dalam dunia pendidikan formal

bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu masalah yang sering dihadapi

siswa dalam pelajaran matematika yaitu kurang pahamnya siswa dalam

menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

kegiatan belajar mengajar di sekolah, pelajaran matematika pada

umumnya kurang disukai oleh siswa. Kadang terdengar keluhan bahwa

pelajaran matematika itu sangat membosankan dan tidak menarik. Hal ini

disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap pelajaran

matematika dan prestasi yang rendah untuk menjadi motivasi menekuni

pelajaran matematika, sehingga mereka beranggapan bahwa matematika

itu sukar. Seringkali dijumpai adanya kecenderungan siswa yang tidak

mau bertanya kepada guru meskipun mereka sebenarnya belum mengerti

tentang materi yang disampaikan guru. Mereka takut ataupun malu dan

bahkan khawatir akan membuat kekeliruan atau bahkan takut dianggap

tidak pintar oleh siswa lainnya.

Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran

matematika ini juga banyak ditemukan di sekolah salah satunya terdapat

di MTs Al-Amanah Liabuku. Di sekolah tersebut masih banyak siswa

yang kurang paham untuk menerapkan konsep matematika dalam

kehidupan sehari-hari khususnya dalam mata pelajaran lain. Dari hasil

6
pengamatan yang di lakukan melalui observasi kelas pada siswa MTs Al-

Amanah di pesantren Liabuku dan berdiskusi bersama guru mata

pelajaran matematika dan mata pelajaran faraidh menunjukkan bahwa

kompetensi mata pelajaran matematika siswa belum optimal jika di

terapkan pada mata pelajaran lain.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi maka

memahami bilangan pecahan dan operasinya sangat diperlukan dalam

perhitungan mawaris yaitu dengan menghubungkannya dengan cabang

ilmu yang lain yang dapat membantu untuk menyelesaikan persoalan

pembagian harta waris tersebut, baik itu dalam bentuk penjumlahan,

pengurangan, pembagian, maupun perkalian yang berkaitan dengan

materi pecahan. Oleh karena itu perlu diamati langsung di lapangan.

Untuk menyelidiki hal tersebut peneliti tertarik mengadakan penelitian

dengan judul “Pengaruh Kemampuan Siswa dalam Melakukan

Operasi Bilangan Pecahan terhadap Kemampuan menyelesaikan

persoalan Faraidh di Pesantren Al-Amanah”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dapat di

identifikasi sebagai berikut :

1. kesulitan siswa dalam menghitung persoalan pembagian harta waris,

meskipun sudah paham mengenai pengoperasian bilangan pecahan.

2. Kurang pahamnya siswa dalam menerapkan konsep matematika pada

mata pelajaran lain

7
3. Siswa kurang penguasaan materi pecahan

4. Motivasi belajar siswa masih rendah

C. Batasan Masalah

Agar tidak menimbulkan salah penafsiran dan disesuaikan dengan


keterbatasan yang ada, maka dalam penelitian ini peneliti memberikan
batasan-batasan sebagai berikut:
1. Penguasaan materi pecahan siswa di kelas VII Madrasah Tsanawiyah

Al-Amanah

2. Kemampuan siswa menyelesaikan perhitungan Faraidh di Kelas IX

Madrasah Tsanawiyah Al-Amanah

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan

pembatasan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya maka rumusan

masalah penelitian ini adalah, apakah terdapat pengaruh pemahaman

materi pecahan terhadap kemampuan dalam menyelesaikan persoalan

ilmu faro’idh pada siswa kelas VII MTs Al-Amanah?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang tertulis, maka tujuan penelitian

ini adalah, untuk mengetahui pengaruh pemahaman materi pecahan

terhadap kemampuan dalam menyelesaikan persoalan ilmu faro’idh pada

siswa kelas VII MTs Al-Amanah.

8
F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sekurang-kurangnya penelitian ini dapat berguna sebagai sumbangan

pemikiran bagi dunia pendidikan, khususnya terkait dengan

matematika terutama pemahaman konsep materi pecahan terhadap

kemampuan siswa dalam menyelesaikan perhitungan waris

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan untuk membantu siswa dalam

menguasai materi secara maksimal, sehingga dapat memberikan

pengajaran yang optimal kepada siswa.

b. Bagi Siswa

Sebagai bekal pengetahuan agar dapat meningkatkan kemampuan

berfikir siswa dalam menyelesaikan permasalahan terkait dengan

matematika.

c. Bagi Peneliti

Dapat memberi pelajaran bagi peneliti, bahwa materi pecahan

sangat berhubungan erat dengan bahasan pembagian harta waris.

9
BAB II

Landasan Teori, Kerangka Pikir dan Hipotesis

A. Landasan Teori
1. Kajian Teoritis
a. Hakikat Matematika dan pembelajaran matematika

Secara istilah dalam menguraikan tentang hakekat matematika

banyak dikemukakan beberapa pendapat tokoh dari sudut pandangnya

masing-masing. (Hudojo:2013) mengatakan bahwa matematika

seringkali dilukiskan sebagai suatu kumpulan sistem matematika yang

setiap hari sistem-sistem itu mempunyai struktur tersendiri yang sifatnya

tersistem deduktif. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hakekat

matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur struktur dan hubungannya

diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika terdiri dari observasi,

menebak dan merasa, mengetes hipotesa dan mencari analogi.

Pengelolaan pembelajaran matematika tanpa refleksi dan aksi,

hanya akan terjadi aktivisme dan verbalisme. Hanya melalui praksis,

yang merupakan perpaduan aksi dan refleksi, pengelolaan pembelajaran

matematika menjadi benar-benar bermutu. (S.sutama,2019 :10)

menyatakan bahwa proses pembelajaran matematika bermutu yaitu

ketika pelaksanaan pembelajaran yang memungkinkan terciptanya

komunikasi. Komunikasi ini berdasarkan pada kepekaan terhadap

kemampuan awal untuk menemukan kemampuan diri sendiri.

Komunikasi mengandaikan kerendahan hati, yaitu kemauan untuk belajar

10
dari orang lain, memperlakukan orang lain sederajat, kepercayaan

terhadap orang lain.

Dalam Al-Qur’an pun juga dijelaskan mengenai hal yang

berkaitan dengan matematika,salah satunya disebutkan dalam QS. Yunus

ayat 5 yang berbunyi:

ْ [‫[از َل لِتَ ۡعلَ ُم‬


‫[وا‬ ٗ ُ‫ضيَٓاءٗ َو ۡٱلقَ َم َر ن‬
ِ [َ‫ورا َوقَ [ َّد َرهۥُ َمن‬ ِ ‫س‬ َ ۡ‫هُ َو ٱلَّ ِذي َج َع َل ٱل َّشم‬
‫ت‬ِ َ‫ص[ ُل ٱأۡل ٓ ٰي‬
ِّ َ‫ق يُف‬ِّ ۚ ‫بِٱل َح‬
ۡ ‫ك ِإاَّل‬ َ ِ‫ق ٱهَّلل ُ ٰ َذل‬ َ ۚ ‫ين َو ۡٱل ِح َس‬
َ [ َ‫اب َم[[ا َخل‬ َ ِ‫َع َد َد ٱل ِّسن‬
٥ ‫ون‬ َ ‫لِقَ ۡو ٖم يَ ۡعلَ ُم‬
Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Yunus: 5)

Dari ayat di atas, dapat diketahui bahwa Allah menciptakan alam

semesta ini memiliki hitungan-hitungan tertentu. Misalnya dalam

menetukan awal waktu sholat, awal bulan, awal tahun, bahkan arah

kiblat kita juga membutuhkan perhitungan matematika. Dan Allah

menciptakan segala sesuatu itu pasti ada hikmahnya, salah satu adalah

keilmuan matematika.

1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir

secara sistematik

2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi

3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan

berhubungan dengan bilangan

11
4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan

masalah tentang ruang dan bentuk

5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis

6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Soedjadi

( M.Huda, 2018 : 11)

12
Dari beberapa definisi di atas, kita dapat mengambil sedikit gambaran dari

pengertian matematika. Semua difinisi yang dipaparkan di atas dapat diterima,

karena pengertian matematika dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda.

Bisa dari sudut pandang yang sederhana hingga definisi yang kompleks, dan itu

merupakan salah satu keunikan dari matematika.

Matematika memang tidak memiliki definisi yang tunggal yang telah

disepakati, meskipun begitu dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus dan

karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum.

Menurut (R. Soedjadi) , beberapa karakteristik itu meliputi :

1. Memiliki obyek abstrak

Dalam matematika obyek dasar yang dipelajari adalah abstrak. Obyek-

obyek itu merupakan obyek pikiran, obyek dasar itu meliputi: (1) Fakta, (2)

Konsep, (3) Operasi ataupun relasi, (4) Prinsip. Dari obyek dasar itu dapat

disusun pola dan struktur matematika

2. Bertumpu pada kesepakatan

Dalam matematika kesepakatan merupakan himpunan yang paling penting.

Kesepakatan yang paling mendasar adalah konsep aksioma dan konsep

primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam

pembuktian, sedangkan konsep primitif untuk menghindarkan berputar-putar

dalam mendefinisikan.

13
3. Berpola pikir deduktif

Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang

berpangkal dari hal yang bersifat umum yang diterapkan atau diarahkan kepada

hal yang bersifat khusus.

4. Memiliki simbol yang kosong dari arti

Dalam matematika terlihat banyak sekali simbol yang dipergunakan, baik

berupa huruf ataupun bukan berupa huruf. Rangkaian simbol-simbol dalam

matematika misalnya x + y = z belum tentu bermakna atau berati bilangan

dengan tanda (+) belum tentu berarti operasi penjumlahan untuk dua bilangan.

Jadi huruf dan tanda dalam model masih kosong dari arti, tergantung kepada

yang memanfaatkan model tersebut bagaimana memaknainya.

5. Memperhatikan semesta pembicaraan

Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol dan tanda-tanda

dalam matematika, menunjukan dengan jelas bahwa menggunakan matematika

diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai. Bila lingkup

pembicarannya bilangan, maka simbol-simbol tersebut berkaitan dengan

bilangan. Lingkup pembicaraan itulah yang disebut dengan semesta

pembicaraan. Benar dan salahnya ataupun ada dan tidaknya penyelesaian suatu

model matematika sangat ditemtukan oleh semesta pembicaraannya.

14
6. Konsistensi dalam semestanya

Dalam matematika terdapat banyak sistem, ada sistem yang mempunyai

kaitan satu sama lain, tetapi juga ada sistem yang terlepas satu sama lain.

Konsisten juga berati anti kontradiksi, misal sistem aljabar, sistem-sistem

geometri. Sistem aljabar dan geometri dipandang terlepas satu sama lain, tetapi

di dalam sistem aljabar sendiri terdapat beberapa sistem yang lebih “kecil”

yang terkait satu sama lain. Disinilah salah satu kekonsistennya dalam

sistemnya.

Dari beberapa penjelasan dari para ahli di atas, peneliti dapat

menyimpulkan sedikit mengenai hakikat matematika. Bahwa, matematika

merupakan obyek kajian yang abstrak yang berkaitan dengan simbol-simbol

dan simbol-simbol tersebut tidak dapat diartikan secara langsung, harus melihat

terlebih dahulu semesta pembicaraan yang digunakan. Dalam pengertian

matematika sendiri, tidak ada definisi yang benar-benar disepakati oleh para

ahli, karena mereka melihat matematika dari sudut pandang yang berbeda-beda

dan itulah salah satu keunikan dari matematika itu sendiri.

15
b. Bilangan Pecahan

a
Bilangan yang membentuk , dimana “A” adalah terbagi/pembilang
b

dan “B” adalah penyebut/pembagi (Keedy,2013). Cara membaca bilangan

pecahan ini adalah dengan menggunakan kata “per”, jadi bilangan pecahan

pada contoh di atas dibaca “A per B”. Khusus untuk nilai pembilangnya 1,

maka umumnya dibaca dengan kata depan “seper”. Jadi jika ada bilangan

pecahan “1/3” maka ia dapat dibaca “sepertiga” atau bisa juga dibaca “satu per

tiga”. Juga khusus untuk bilangan pecahan 1/2, selain dapat dibaca dengan kata

“seperdua” atau “satu per dua”, seringkali ia dibaca juga dengan kata “separo”,

“separuh”, atau “setengah”.

1. Pengertian Bilangan Pecahan

Kieren dalam Clarke,dkk.,2008 (Suwarto,2018 :1) mengutarakan

bahwa bilangan pecahan menunjukkan berbagai pengertian, misalnya :

a) Pecahan di gunakan sebagai metode untuk membandingkan ukuran,

atau dapat mewakili ukuran kuantitas terhadap suatu unit kuantitas

itu.pecahan dapat di gunakan untuk memberikan informasi seberapa

banyak bagian dari sutu kelompok tertentu

b) Dalam sifat kebalikan fari operasi bilangan pecahan memberi makna

bahwa seberapa banyak secara keseluruhan dan berapa banyak

bagian yang hilang.

Sering terjadi siswa mengalami ketidakpahaman terhadap

konsep operasi perkalian, yaitu mengartikan perkalian selalu

menunjukkan hasil semakin besar dan pembagian selalu

16
menunjukkan hasil semakin kecil. Namun, dengan menggunakan

pecahan sebagai operator dapat membantu siswa terhadap

ketidakpahaman tersebut.

2. Operasi bilangan pecahan

Penjumlahan dan pengurangan Pecahan

Dua pecahan atau lebih hanya dapat ditambahkan atau dikurangkan

apabila mereka memiliki suku-suku pembagi yang sama atau sejenis.

Untuk a, b, c bilangan bulat, Maka :

a b a+b a b a−b
+ = (penjumlahan) dan − = (pengurangan)
c c c c c c

Contoh :

18 9 27 28 9 19
+ = − =
12 12 12 12 12 12

Jika dua pecahan yang dijumlahkan atau dikurangi penyebutnya tidak

sama, maka kedua penyebutnya disamakan terlebih dahulu dengan cara

mencari KPK-nya.

Contoh :

18 9
+ =¿ …
12 6

(penyebutnya 12 dan 6) maka KPK dari 12 dan 6 adalah 12 selanjutnya ,

18 9 18 x 1 9 x 2 18 18 18+18 36
+ =¿ + =¿ + =¿ =
12 6 12 x 1 6 x 2 12 12 12 12

18 9 36
Maka, + =¿
12 6 12

1) Perkalian Pecahan

17
Pecahan antar pecahan dilakukan dengan cara mengalikan suku- suku

sejenis, suku terbagi dikalikan suku terbagidan suku pembagi dikalikan

suku pembagi. Sehingga didapatkan rumus-rumus :

a b ax b
x = : c dan d ≠ 0
c c cxd

Contoh :

7 5 7 x 5 35
x = =
9 6 9 x 6 54

2) Pembagian Pecahan

Salah satu cara membagi antara pecahan yaitu dengan mengalikan

pecahan terbagi (pecahan yang akan dibagi) dengan kebalikan pecahan

pembagi.

Sehingga, didapatkan rumus :

a b a d axd
: = x =
c d c b cxb

Contoh :

5 9 5 4 20
: = x =
7 4 7 9 63

c. Ilmu Faraidh

1. Pengertian

Menurut pendapat Ahmad yani (Bunyamin,2018:21) Hukum waris

mendapatkan kedudukan yang sangant penting dalam agama islam, bahkan

Al-Quran mengatur hukum waris secara terperinci. Hal ini dapat dimengerti

karena setiap orang pasti akan berhubungan dengan warisan, dan kalau tidak

18
di berikan ketentuan pasti akan menimbulkan sengketa diantara para ahli

waris.

Para Ulama menetapkan Hukum mempelajari ilmu faraidh adalah Fardlu

Kifayah, artinya kalua dalam suatu masyarakat atau perkampungan tidak ada

yang mempelajari ilmu faraidh maka berdosalah orang-orang dikampung itu.

Akan tetapi, jika ada yang mempelajari, walau hanya satu orang atau dua

orang saja maka terlepaslah semua dari dosa(Moh.Muhibbin,2010:22)

2. Rukun- rukun Waris

 Muwarits yaitu orang yang meninggalkan harta waris

 Mauruts yaitu harta peninggalan

 Waris orang yang akan Mewarisi.

3. Sebab – Sebab Waris

Ada tiga sebab yang menjadikan seseorang mendapatkan hak Waris,

diantaranya adalah :

 Kekeluargaan

 Perkawinan

 Memerdekakan dari perbudakan

4. Ahi Waris Laki-laki dan Perempuan menurut Ijma para Ulama

a) Ahli waris Laki- laki

Terdapat 15 Ahli waris laki-laki yang telah menjadi ijma’ para Ulama,

yaitu:

19
1. Anak Laki-laki

2. Cucu laki-laki dari keturunan anak Laki-laki. Mencakup pula cicit

lak-laki dari keturunan cucu laki-laki, dimana cucu laki-laki

tersebut berasal dari keturunan anak laki-laki. Begitu pula

keturunan laki-laki yang seterusnya kebawah, yang penting mereka

berasal dari pokok yang laki-laki yang tidadk tercampuri unsur

wanita

3. Bapak

4. Kakek dari pihak bapak dan laki-laki generasi di atasnya yang tidak

tercampuri unsur wanita

5. Saudara laki-laki sekandung

6. Saudara laki-laki sebapak

7. Saudara laki-laki seibu

8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung

9. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah

10. Paman sekandung (saudara laki-laki sekandung ayah, baik adik

maupun kakak ayah)

11. Paman seayah (saudara laki-laki seayah, baik adik maupun kakak

ayah)

12. Anak laki-laki dari paman sekandung

13. Anak laki-laki dari paman seayah

14. Suami

15. Laki-laki yang memerdekakan budak, baik budak laki-laki maupun

budak perempuan

20
Jika 15 Orang di atas semuanya ada maka yang dapat harta waris dari

mereka hanya 3 orang saja, yaitu : Bapak, Anak laki-laki dan suami.

b) Ahli Waris Perempuan

Terdapat 10 Ahli Waris perempuan yag telah menjadi ijma’ para

Ulama, yaitu :

1. Anak Perempuan

2. Cucu Perempuan dari keturunan anak Laki-laki. Mencakup pula

cicit perempuan dari keturunan cucu laki-laki, dimana cucu

laki-laki tersebut berasal dari keturunan anak laki-laki. Begitu

pula keturunan perempuan yang seterusnya kebawah, yang

penting mereka berasal dari pokok yang laki-laki yang tidak

tercampuri unsur wanita

3. Ibu

4. Nenek (ibu dari ayah)

5. Nenek (ibu dari ibu). Nenek, baik ibu dari ayah maupun ibu

dari ibu, semuanya bersekutu dalam satu bagian yang telah

ditetapkan untuk mereka (dibagi sama rata), itupun apabila

mereka mendapatkan hak waris, yakni tidak ada penghalang

bagi hak waris mereka.

6. Saudara perempuan sekandung

7. Saudara perempuan seayah

8. Saudara perempuan seibu

9. Istri

21
10. Perempuan yang memerdekakan budak, baik budak laki-laki

maupun budak perempuan.

Jika 10 orang di atas semuanya ada maka yang dapat harta waris dari

mereka hanya 5 orang saja, yaitu : Istri, anak perempuan, anak perempuan

dari anak laki-lalki, ibu dan saudara perempuan seibu sebapak.

5. Ashhabul furudh

Dalam membagikan harta warisan, ada dua langkah yang dapat

dilakukan. Langkah pertama adalah membagikan terlebih dahulu harta waris

tersebut kepada ahli waris yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an secara jelas,

yaitu disebut juga sebagai ashbabul furudh. Kemudian sisanya diberikan

kepada ahli waris lainnya, dimana mereka yang mendapatkan sisa harta waris

ini disebut juga sebagai ashabah. Namun jika tidak ada satupun ashbabul

furudh, maka ashabah ini akan mendapatkan seluruh harta waris yang ada.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa para ashhabul furudh akan

mendapatkan harta waris secara fardh, yakni mendapatkan bagian waris secara

tetap sebagaimana yang sudah Allah tetapkan di dalam Al-Qur’an secara jelas.

Jadi furudhul muqoddaroh adalah ahli waris yang bagian-bagiannya telah

ditentukan di dalam Al-Qur’an (Ahmad jamil,2008:23)

1 1 1 1 1 2
Bagian-bagian tersebut adalah , , , , , dan perinciannya ialah
2 4 3 6 8 3

sebagai berikut :

22
1
1) Furudh , ahli waris yang mendapat furudh ini adalah :
2

a) Anak Perempuan bila ia hanya seorang diri saja

b) Saudara perempuan bila (kandung atau seayah)seorang diri

c) Suami, bila pewaris tidak ada meninggalkan anak

1
2) Furudh , ahli waris yang menerima furudh ini adalah :
4

a) Suami, bila pewaris (istri) meninggalkan anak

b) Istri, bila pewaris (suami) tidak meninggalkan anak

1
3) Furudh , ahli waris yang menerima furudh ini adalah :
3

a) Istri, apabila pewaris meninggalkan anak

1
4) Furudh , ahli waris yang menerima furudh ini adalah :
6

a) Ayah, apabila pewaris meninggalkan anak

b) Kakek, bila pewaris tidak meninggalkan anak

c) Ibu, bila pewaris meninggalkan anak

d) Ibu, bila pewaris meninggalkan beberapa orang saudara

e) Nenek, bila pewaris tidak meninggalkan ibu

f) Seorang saudara seibu laki-laki atau perempuan.

1
5) Furudh , ahli waris yang menerima furudh ini adalah :
8

a) Ibu, bila ia mewaris bersama ayah dan pewaris tidak

meninggalkan anak atau saudara

b) Saudara seibu laki-laki atau perempuan, bila terdapat lebih

dari seorang

23
2
6) Furudh , ahli waris yang menerima furudh ini adalah :
3

a) Anak perempuan, bila ia dua orang atau lebih

b) Saudara perempuan kandung atau seayah, bila ia dua orang

atau lebih. (Amir Syarifuddin,2015:22)

6. Dzawil Furudh dan Ashobah

Dzawil Furudh artinya yang mempunyai bagian tertentu. Maksudnya

ahli waris yang bagiannya sudah tertentu, sebagaimana dijelaskan dalam fasal

furudhul muqoddaroh. Sedangkan ashobah adalah ahli waris yang tidak

ditentukan bagiannya dengan kadar tertentu, ia menerima bagian setelah ahli

waris dzawil furudh menerima bagiannya.

Pembagian dzawil furudh dan ashobah ini dapat diklasifikasikan kepada

empat kelompok:

1) Ahli waris yang menerima sebagai dzawil furudh saja dan tidak akan

menerima ashobah, yaitu: suami, istri, saudara laki-laki seibu, saudara

perempuan seibu, ibu, nenek dari pihak bapak, nenek dari pihak ibu

2) Ahli waris yang menerima bagian sebagai ashobah saja. Dengan

kemungkinan bisa menerima seluruh harta warisan, menerima sisa harta

atau mungkin sama sekali tidak menerimanya, yaitu: anak laki-laki, cucu

laki-laki dari anak laki-laki, saudara laki-laki kandung, saudara laki-laki

sebapak, keponakan laki-laki dari saudara laki-laki kandung, paman

kandung, paman sebapak, anak laki-laki paman sekandung, anak laki-laki

paman sebapak.

24
3) Ahli waris ada kalanya sebagai dzawil furudh dan adakalanya ashobah,

yaitu: anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, saudara

perempuan kandung, saudara perempuan sebapak.

4) Ahli waris yang ada kalanya menerima bagian sebagai dzawil furudh,

adakalanya sebagai ashobah dan adakalanya sebagai dzawil furudh dan

ashobah, yaitu: bapak, kakek.

Adapun ashobah terbagi kepada tiga bagian yaitu :

1) 'Ashabah bin-nafsi adalah kerabat laki-laki yang dihubungkan dengan

pewaris tanpa diselingi oleh orang perempuan. Yang termasuk ashobah

bin-nafsi adalah semua ahli waris laki-laki kecuali saudara laki-laki

seibu.

2) ‘Ashabah bil-ghair, mereka adalah setiap perempuan yang memerlukan

orang lain (yaitu laki-laki) untuk menjadikan mereka ashabah dan untuk

bersama – sama menerima ‘ushubah. Ashabah bil-ghair terdiri dari ahli

waris perempuan yang bersamanya ahli waris laki-laki.

3) ‘Ashabah ma'al-ghair adalah setiap perempuan yang memerlukan orang

lain (juga perempuan) untuk menjadikannya 'ashabah , tetapi orang lain

tersebut tidak berserikat dalam menerima 'ushubah (sisa). Mu'ashshib

(orang yang menjadikan 'ashabah ) tetap menerima bagian menurut

fardh-nya sendiri. 'Ashabah ma'al-ghair hanya terdiri dari dua orang

perempuan dari ahli waris ashhabul-furudh , yaitu saudara perempuan

kandung dan saudara perempuan sebapak. Kedua orang ini menjadi

'ashabah ma'al-ghair jika bersama-sama dengan anak perempuan atau

25
cucu perempuan, tidak ada anak laki-laki atau cucu laki-laki, dan tidak

ada saudara lakinya, sebab kalau ada saudara laki-lakinya, mereka

menjadi 'ashabah bil-ghair. (Amir Syarifuddin,2015:22)

7. Hijab

Hijab adalah penutup atau penghalang. Yang dimaksud disini adalah

peristiwa dimana seorang yang sebenarnya termasuk di dalam daftar ahli

waris, namun karena posisinya terhalang (terhijab) oleh keberadaan ahli waris

yang lain,maka dia menjadi tidak berhak lagi untuk menerima harta warisan

(Ahmad Sarwat,2017 :127), Ada dua macam hijab yaitu:

1) Hijab Nuqshon yaitu penghalang yang dapat mengurangi bagian yang

seharusnya diterima oleh ahli waris.

2) Hijab Hirman yaitu penghalang yang menyebabkan ahli waris tidak

mendapatkan warisan sama sekali karena ada ahli waris yang lebih

dekat pertalian kerabatnya.

8. Al-’aul dan Ar-radd

Al-’aul adalah bertambahnya pembagi (jumlah bagian fardh) sehingga

menyebabkan berkurangnya bagian para ahli waris. Hal ini disebabkan

banyaknya ashhabul furudh sedangkan jumlah seluruh bagiannya telah

melebihi nilai 1, sehingga di antara ashhabul furudh tersebut ada yang belum

menerima bagian yang semestinya. Maka dalam keadaan seperti ini kita harus

menaikkan atau menambah pembaginya sehingga seluruh harta waris dapat

mencukupi jumlah ashhabul furudh yang ada, meskipun akhirnya bagian

mereka menjadi berkurang (Ahmad Sarwat,2017:206)

26
Misalnya bagian seorang suami yang semestimmnya mendapat 1/2 dapat

berubah menjadi 1/3 dalam keadaan tertentu, seperti bila pembaginya

dinaikkan, dari 6 menjadi 9. Maka dalam hal ini seorang suami yang

semestinya mendapat bagian 3/6 (1/2) hanya memperoleh 3/9 (1/3). Begitu

pula halnya dengan ashhabul furudh yang lain, bagian mereka dapat

berkurang manakala pembaginya naik atau bertambah (Ahmad

Sarwat,2017:206)

Adapun cara-cara mengerjakan al ‘Aul ada tiga cara yaitu:

1) Membesarkan asal masalah sesuai dengan meningkatnya bagian masing-

masing dengan jalan:

a. Menetapkan Furudhul Muqaddarah (bagian tertentu masing-

masing) dan asal masalahnya

b. Mencari saham masing-masing dan memahjubkannya

2) Mengurangi penerimaan masing-masing bagian yang telah ditetapkan

sesuai dengan bagian ahli waris.

3) Membandingkan bagian masing-masing untuk mengetahui berapa harta

tiap-tiap bagian.

Ar-radd adalah berkurangnya pembagi (jumlah bagian fardh) dan

bertambahnya bagian para ahli waris. Hal ini disebabkan sedikitnya ashhabul

furudh sedangkan jumlah seluruh bagiannya belum mencapai nilai 1,

sehingga disana ada harta warisan yang masih tersisa, sementara tidak ada

seorangpun ashabah disana yang berhak menerima sisa harta waris. Maka

dalam keadaan seperti ini kita harus menurunkan atau mengurangi

27
pembaginya sehingga seluruh harta waris dapat mencukupi jumlah ashhabul

furudh yang ada, meskipun akhirnya bagian mereka menjadi bertambah.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ar-radd adalah kebalikan dari

al-’aul (Ahmad Sarwat,2017:213 )

Adapun Syarat-syarat terjadinya ar-Radd antara lain:

1) Adanya ashabul furudh

2) Tidak adanya ashabah

3) Adanya sisa harta waris.

Bila dalam pembagian harta waris tidak ada ketiga syarat tersebut maka

kasus ar radd tidak akan terjadi (Ahmad Sarwat,2017:214)

Cara-cara untuk menyelesaikan masalah Raad,Jika diantara para ahli

waris tidak didapatkan seorang yang diketahui mewarisi Raad, maka

penyelesaiannya adalah:

1) Dicari terlebih dahulu bagian-bagian para ahli waris Ashabul

Furudh

2) Bagian-bagian para Ashabul Furudh tersebut dijumlahkan

3) Jumlah dari bagian-bagian itu dijadikan asal masalah yang baru

Dan jika diantara para ahli waris terdapat seorang yang ditolak menjadi

Raad, maka penyelesaiannya adalah:

1) Seluruh Ashabul Furudh diambil bagiannya masing-masing

menurut besar kecilnya

2) Sisanya diberikan kepada mereka yang berhak saja, menurut

perbandingan masing-masing (Ahmad Sarwat,2017:367)

28
29
d. Penerapan Bilangan Pecahan dalam Menyelesaikan Masalah Harta

Waris

Penerapan bilangan pecahan dan pembagian harta waris dapat ditempuh

dari dua sistem perhitungan yaitu :

a. Sistem asal masalah

Sistem asal masalah ini ialah suatu cara penyelesaian pembagian harta

pusaka dengan mencari dan menetapkan asal masalah, yaitu Kelipatan

Persekutuan Terkecil (KPK) yang dapat dibagi oleh setiap penyebut fard pada

1 1
ahli waris yang ada. Misalnya jika fard-fard para ahli waris terdiri dari , ,
2 3

2
, maka asal masalahnya adalah angka 6, karena angka 6 ini adalah angka
3

kelipatan terkecil yang dapat dibagi oleh masing-masing penyebut 2,3,3. Dan

1 1 1
jika fard –fard ahli waris , , maka asal masalahnya adalah 24, karena
8 6 4

angka 24 bisa dibagi habis (tanpa bilangan pecahan) oleh penyebut-penyebut

tadi (8,6,4).

Dalam perhitungan harta benda, maka perlu diingat dan diperhitungkan

cara-cara dibawah ini, yaitu :

1) Memeriksa siapa-siapa yang mahjub (terhalang)

2) Menentukan siapa-siapa yang menerima furudhul muqaddarah dan

ashabah

3) Dicari asal masalahnya atau KPK dan mengalikannya dengan

furudhul muqaddarah

30
4) Dicari saham masing-masing (diperoleh dari hasil perkalian furudhul

muaddarah denga nasal masalah)

5) Mengalikan masing-masing saham dengan harta benda dibagi jumlah

saham

6) Meneliti apakah ada ahli waris yang bertakharuj (mengundurkan diri

atau tidak) (Ahmad Sarwat,2017:108)

Contoh Kasus :

Ahli waris terdiri dari suami, ibu, 1 saudara laki-laki kandung dan

harta benda Rp 12 milyar.

Dalam contoh ini jika dipraktekkan pada rumus Asal Masalah,


langkah pertama, diperiksa mahjubnya, ternyata tidak ada keluarga yang
kena mahjub, langkah kedua dicari yang bagian Ashabah dan Furudhul
Muqaddarah, maka saudara kandung adalah ahli waris yang dapat bagian
1
Ashabah, dan yang mendapat Furudhul Muqaddarah adalah suami (
2
1
karena tidak bersama far’u waris), Ibu ( , karena tidak ada far’u waris atau
3
saudara laki-laki atau saudara perempuan atau lebih), saudara kandung
(Ashobah Bin Nafsi). Langkah ketiga, yaitu mencari asal masalah, dari
bagian terkecil yang dapat dibagi habis oleh bilangan penyebut 2, 3, adalah
angka 6, maka asal masalahnya adalah 6. Kemudian langkah keempat
adalah mencari saham masing-masing yaitu hasil perkalian Furudhul
1 1
Muqaddarah dengan asal masalah ( x 6 = 3, x 6 = 2) dan sisanya
2 3
adalah 1= (6-5) untuk saudara kandung. Lalu masing-masing saham
dikalikan dengan harta benda (12 milyar) dan dibagi jumlah saham (6).

Jadi dapat disimpulkan :

31
Suami :
3 x 12 milyar
= 6 milyar
6
Ibu :
2 x 12milyar
= 4 milyar
6
1 sdr lk kandung

1 x 12milyar
: = 2 milyar
6
b. Sistem Perbandingan

Sistem perbandingan adalah suatu cara dalam memperhitungkan

harta waris dengan perbandingan. Cara-cara untuk menyelesaikan pembagian

harta waris menurut system perbandingan adalah sebagai berikut :

1) Memeriksa siapa yang mahjub

2) Mengetahui fard-fard para ahli waris baik yang furudhul muqaddarah

maupun ashabah.

3) Mencari angka yang utuh (hasil perkalian fard -fard dengan KPK)

4) Menjumlahkan angka-angka yang utuh menjadi satu

5) Mencari nilai 1 dari jumlah bilangan yang utuh (harta benda dibagi

oleh jumlah bilangan yang utuh = nilai 1)

6) Mengalikan setiap nilai satu dengan bilangan yang utuh masing-

masing ahli waris

Contoh :

32
Ahli Waris terdiri dari : suami, ibu dan 1 saudara laki-laki sekandung

dengan harta benda Rp.180.000.000 , maka :

Langkah-langkahnya :

1) Memeriksa yang mahjub ternyata tidak ada keluarga yang mahjub

1 1
2) Suami ( ), ibu ( ), saudara laki-laki kandung (Ashobah Bin
2 3

Nafsi)

1 1
3) KPK dari 2 dan 3 adalah 6, maka x 6=3 , x 6=2dan ABN
2 3

(Ashobah Bin Nafsi) = 1

4) 3 + 2 + 1 = 6

5) 180.000.000 : 6 = 30.000.000 (nilai 1)

Jadi bagian masing-masing dari ahli waris tersebut adalah :

30.000.000 x 3 = 90.000.000 (bagian suami)

30.000.000 x 2 = 60.000.000 (bagian ibu )

30.000.000 x 1 = 30.000.000 (bagian saudara laki” sekandung)

Penerapan ilmu pecahan sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan

persoalan ilmu mawaris seperti yang tergambar di atas. Oleh sebab itu,

sebelum siswa menghitung persoalan faraidh sebaiknya siswa paham dulu

mengenai kaidah operasi bilangan pecahan dan tak lupa juga untuk

memahami kaidah-kaidah pembagian harta waris. Karena kedua kaidah

tersebut sangat berkaitan erat satu sama lain.

33
3. Kajian Empiris

1. Penelitian oleh Netriwati (2016), yang berjudul Analisis Kesulitan

Mahasiswa tentang Pembelajaran Pecahan pada Soal Fara’id. Pada

penelitian ini diberikan 5 soal yang diberikan kepada keseluruhan

mahasiswa. Untuk soal nomor 1-3 tentang persoalan pecahan berturut-turut

memperoleh presentase 100%, 99%, 99%. Sedangkan pada soal 4 dan 5

yang berkaitan dengan kitab fara’id memperoleh presentase berturut-turut

11,53% dan 16,07%. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa

kurang dalam pemahaman untuk merinci bagian bagian ahli waris dalam

kitab faro’id.

2. Pengaruh Penguasaan Materi Pecahan Terhadap Kemampuan Siswa Dalam

Menyelesaikan Perhitungan Zakat di MTs Negeri bandung. Yang

membedakan dengan peneiltian yang dilakukan oleh Nurul Mu’alifatur R

(2012). dengan peneliti adalah pada bagian rumusan masalah yang diberikan

dan juga pada variabel terikatnya. Rumusan masalah yang diberikan oleh

Nurul adalah: (1) bagaimana tingkat penguasaan materi pecahan siswa, (2)

bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan perhitungan

zakat, (3) apakah ada pengaruh penguasaan materi pecahan terhadap

kemampuan siswa dalam menyelesaiakan perhitungan zakat. Sedangkan

variabel terikat yang diteliti oleh Nurul adalah kemampuan siswa dalam

menyelesaikan persoalan zakat.

3. Penelitian oleh Julaeha (2012) tentang Pengaruh Pemahaman Bilangan

Pecahan Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal-Soal Perhitungan

34
Mawaris(studi kasus pada siswa kelas XI MAN 1 Cirebon) Jurusan

matematika fakultas Tarbiyah. Penelitian ini memiliki kesimpulan, setelah

dilakukan pengolahan data menggunakan bantuan software SPSS 16, maka

dihasilkan prosentase rata-rata pencapaian indikator pada tes pemahaman

bilangan pecahan sebesar 76,5%, dengan skor rata-rata sebesar 76,48.

Prosentase rata-rata pencapaian indikator pada tes penyelesaian soal-soal

perhitungan mawaris adalah 64%, dengan skor rata-rata sebesar 63,636.

Persamaan regresi yang dihasilkan yaitu y = 23,800 + 0,520x. Dari nilai

koefisien determinasi di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh

pemahaman bilangan pecahan terhadap kemampuan menyelesaikan soal-

soal perhitungan mawaris sebesar 29,3%, dan kemampuan menyelesaikan

soal-soal perhitungan mawaris juga dipengaruhi oleh pemahaman materi

mawaris sebesar 20,4 % sedangkan sebesar 50,3% dipengaruhi oleh faktor

lain.

35
B. Kerangka Pikir

Faroidh merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang diminati siswa

MTs Al-Amanah. Banyak faktor yang menyebabkan mata pelajaran ini kurang

diminati oleh siswa, diantaranya karena kesulitan dalam menyelesaikan

masalah yang diberikan guru. Masalah tersebut disebabkan karena dalam

pembagian harta waris mengandung bilangan pecahan dan mengandung operasi

aljabar.

Sebagai tindak lanjut dari masalah yang terdapat dalam pembelajaran

faraidh siswa, peneliti ingin mencari tahu keterkaitan kemampuan pemahaman

konsep bilangan siswa terhadap penyelesaian harta waris. Maka dari itu peneliti

memberikan 2 tes berbentuk soal yang terkait dengan kemampuan pemahaman

konsep dan penyelesaian masalah harta waris.

Hasil dari tes tentang kedua kemampau tersebut diharapkan ada pengaruh

kemampuan pemahaman konsep bilangan terhadap penyelesaian masalah harta

waris sehingga dapat ditemukan solusi bahwa jika kemampuan pemahaman

konsep bilangan siswa baik maka siswa dapat menyelesaikan permasalahan

harta waris.

Secara garis besar kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

36
Bagan 1.

Kerangka Pikir

Kemampuan Pemahaman Operasi


Bilangan Pecahan

Tes Kemampuan Pemahaman Operasi


Bilangan Pecahan

Kemampuan Menyelesaikan Masalah


Harta Waris

Tes Kemampuan Menyelesaikan


Masalah
Harta Waris

Ada Pengaruh Kemampuan Pemahaman Operasi Bilangan


Pecahan Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Harta Waris

Keterangan :
- - - - - - - - = Ada pengaruh terhadap penyelesaian Harta Waris
= Tahapan Pengujian

37
C. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan,

maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh

kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan Faraidh di tinjau dari

Kemampuan Siswa dalam Melakukan Operasi Bilangan Pecahan di

Pesantren Al-Amanah. Penelitian ini menggunakan analisis data berupa

regresi linier sederhana dengan beberapa uji prasyarat.

Pengaruh kemampuan pemahamn konsep bilangan (X) terhadap

kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan harta waris (Y),

Hipotesis ini di nyatakan dengan :

Ý= a + bX
(Sugiyono, 2009:204)

Adapun besar nilai a dan b ditentukan menggunakan rumus :

38
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termaksud penelitian Kuantitatif Asosiatif. Asosiatif karena

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan

pemahaman konsep bilangan pecahan dalam penyelesaian permasalahan Harta

waris pada materi Faraidh (Sugiyono,2006)

B. Variabel Penelitian

Variable bebas (Independent Variable) dalam penelitian ini adalah

pemahaman bilangan pecahan dinamakan variable (X), Sedangkan Variabel

terikat (Dependent Variable) dalam penelitian ini adalah kemampuan

menyelesaikan masalah harta waris pada siswa kelas IX MTs Al-Amanah

Tahun 2019/2020 (Y).

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret 2020 sampai dengan Agustus
2020,semester genap tahun ajaran 2020/2021 di kelas IX MTs Al-Amanah
Pesantren Liabuku Baubau.

39
D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX MTs Al-

Amanah Liabuku. Teknik penarikan sampel yang penulis gunakan adalah

teknik sampling jenuh, karena seluruh populasi yang ada dijadikan sebagai

sampel. Penelitian ini mengambil kelas IX A dan IX B sebagai sampel.

Table 3.1
Jumlah Siswa kelas IX MTs Al-Amanah
tahun ajaran 2020/2021
No Kelas Jumlah Siswa
1 IX A 30 Siswa
2 IX B 30 Siswa
3 IX C 30 Siswa

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Sebelum menganalisis data langkah pertama yang dilakukan adalah

1. Analisis Instrument test

a. Analiis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk menyatakan kekuatan hubungan

antara dua variabel. Hubungan antara variabel tersebut bukanlah dalam arti

hubungan sebab akibat tetapi hanya merupakan hubungan searah. Koefisien

korelasi dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel X

dan Y, dan bukan menaksir atau meramalkan nilai Y dari pengetahuan

mengenai peubah bebas X.

40
dengan :

R = Korelasi Product Moment

n = Jumlah Sampel

X = Skor variabel X

Y = Skor variabel Y

Kekuatan hubungan antar variabel ditunjukkan melalui nilai korelasi R.

Berikut nilai korelasi beserta makna dari nilai tersebut

 0,00 ≤ R ≤ 0,19 maka hubungan antara kedua variabel sangat rendah

atau sangat lemah

 0,20 ≤ R ≤ 0,39 maka hubungan antara kedua variabel rendah atau lemah

 0,40 ≤ R ≤ 0,59 maka hubungan antara kedua variabel sedang

 0,60 ≤ R ≤ 0,79 maka hubungan antara kedua variabel tinggi atau kuat

 0,80 ≤ R ≤ 1,00 maka hubungan antara kedua variabel sangat tinggi atau

sangat kuat

Instrument tes dalam peneitian ini berupa tes uraian yang terdiri atas 5

soal bilangan pecahan dan 5 soal persoalan Faraidh. Pertama-tama soal tersebut

di uji cobakandi kelas IX A yang bukan merupakan kelas sampel.

41
42
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Butir Soal Tahap 2

Uji Validitas dan Reabilitas Variabel ‘Kemampuan Operasi Bilangan Pecahan`

Untuk ukuran data sebanyak n=60 responden, r_tabel-nya 0,254. Item

soal valid jika r_hitung > r_tabel. Dari perhitungan dengan SPSS diperoleh

seluruh item soal untuk pecahan valid.

43
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Butir Soal Tahap 2

Uji Validitas dan Reabilitas Variabel ‘Kemampuan Faraidh’

Untuk ukuran data sebanyak n=60 responden, dan r_tabel-nya 0,254. Item soal

valid jika r_hitung > r_tabel. Dari perhitungan dengan SPSS diperoleh seluruh item

soal untuk faraidh valid.

44
b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah

alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika

pengukuran tersebut diulang. Karena itu reliabilitas alat itu merupakan syarat

mutlak untuk menentukan pengaruh variable yang satu terhadap variable yang

lain. Selain itu reliability ini juga merupakan syarat bagi validitas suatu tes.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode alpha

Cronbach,yaitu menganalisis reabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran,

rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: (Sudjiono,2015).

Keterangan :

r11 = koefisien korelasi

n = banyaknya butir item yang di keluarkan dalam tes

reliabilitas minimal > 0,60.

Setelah didapat nilai reliabilitas (rhitung) maka nilai tersebut dibandingkan

dengan rtabel yang sesuai dengan jumlah responden dan taraf nyata dengan

ketentuan sebagai berikut :

Bila rhitung ≥ rtabel : Soal tersebut dikatakan reliabel

Bila rhitung ≤ rtabel : Soal tersebut dikatakan tidak reliabel

Untuk menginterprestasikan koefisien reliabilitas digunakan kategori

menurut Sugiyono (2015: 184) sebagai berikut :

45
0,00> r ≤ 0,199 tingkat reliabilitas sangat rendah

0,20> r ≤ 0,399 tingkat reliabilitas rendah

0,40> r ≤ 0,599 tingkat reliabilitas sedang

0,60> r ≤ 0,799 tingkat reliabilitas kuat

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan computer

program IBM SPSS versi 24.0 dengan uji keterandalan teknik Alpha

Cronbach. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu tes

tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam

kondisi yang sama.

Setelah uji validitas terpenuhi, maka dilanjutkan untuk uji tingkat

reliabilitas, agar instrumen yang digunakan benar-benar dapat mengukur data

yang sesuai dengan kenyataan yang ada pada sample.

Setelah dilakukan uji validitas instrumen, selanjutnya dilakukan uji

reliabilitas pada instrument tersebut pada butir soal yang valid. Uji reliabilitas

digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban instrument.

Instrument yang baik secara akurat memiliki jawaban yang konsisten untuk

kepanpun instrument itu disajikan. Hasil perhitungan koefisien reliabilitas

pada kemampuan pemahaman konsep bilangan 5 butir soal di peroleh r 11=

0,254 dan rtabel= 0,753, kemudian Kemampuan Menyelesaikan harta waris 5

butir soal di peroleh r11= 0,254 dan rtabel= 0,703. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada hasil Spss berikut :

46
1. Uji Reliabilitas Bilangan Pecahan

Nilai Cronbach Alpha = 0.753. Nilai ini masuk dalam kategori tingkat
reabilitas kuat.

2. Uji Reliabilitas Penyelesaian Harta Waris

Nilai Cronbach Alpha = 0.703. Nilai ini masuk dalam kategori tingkat

reabilitas kuat.

47
c. Analisis Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal tes Kemampuan Operasi bilangan pecahan

pada butir soal nomor 1 sampai 5 berada pada rentan nilai 0,61 ≤ TK ≤0,70

yang berarti sedang,. Sehingga dapat di simpulkan untuk tingkat kseukaran

soal kemampuan operasi bilangan pecahan adalah sedang. Untuk tingkat

kesukaran soal tes kemampuan penyelesaian harta waris pada butir soal nomor

1 sampai 5 berada pada rentang nilai 0,57 ≤ TK ≤0,70 yang berarti sedang,.

Sehingga dapat disimpulkan untuk tingkat kesukaran soal Tes kemampuan

pemahaman persoalan Faraidh adalah sedang

2. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian (soal) yang telah dinyatakan valid dan reliabel yang

dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data. Instrumen (soal) tersebut

dibagikan kepada responden yang merupakan sampel penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode tes untuk memperoleh data yang

sesuai dengan tujuan penelitian. Tes yang diujikan ada 2 yaitu tes tentang

pemahaman bilangan pecahan dan tes kemampuan menyelesaikan masalah

Faraidh/harta waris.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono sebelum dilakukan analisis regresi maka diperlukan uji

normalitas dan uji linearitas data, karena bila asumsi-asmsi ini terpenuhi atau

paling tidak penyimpangan terhadap data sedikit, maka uji regresi bisa

dilakukan.

48
Kegiatan dalam analisis data menurut Sugiyono (2011: 206) meliputi:

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi

data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel

yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan

melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Sebelum

menjawab semua analisis data tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat.

Uji prasyarat analisis diperlukan guna mengetahui apakah analisis data

pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak.

1. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisi dilakukan sebelum menganalisis data dalam rangka

menguji hipotesis.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi data

terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini akan

dianalisis menggunakan tes Kolmogrov-Sminov degan bantuan SPSS versi 24.0

dengan tingkat signifikan 0,05Populasi data dikatakan terdistribusi secara

normal apabila hasil tes Komolgrof-Sminorv>0,05.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas

dan variabel terikat terbentuk linier atau tidak, yaitu jika harga p > 0,05 maka

variabel bebas dan variabel terikat memiliki linearitas, namun jika p < 0,05

maka kedua variabel tidak memiliki linearitas.

49
50
2. Uji Hipotesis

Tujuan dari uji hipotesis adalah untuk membuktikan kebenaran dari

hipotesis yang dirumuskan.Pengujian hipotesis menggunakan regresi linear.

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi antara

variable teikat (Y), dan nilai terikat berdasarkan nilai variabel bebas (X) yang

diketahui. Analisis regresi akan digunakan untuk mengetahui perubahan

pengaruh yang akan terjadi.Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

kemampuan siswa dalam melakukan operasi bilangan pecahan dengan

kemampuan menyelesaikan persoalan faraidh dilakukan dengan rumusregresi

linear sederhana, yaitu sebagai berikut:

Y = a + bX
(Sugiyono, 2009:204)

Keterangan :

Y = Subjek variable terikat yang diprediksi (kemampuan siswa dalam

melakukan operasi bilangan pecahan)

X = Subjek variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu (kemampuan

menyelesaikan persoalan faraidh)

a = Bilangan konstanta regresi untuk X = 0 (nilai y pada saat x nol)

b = Koefisien arah regresi yang menunjukan angka peningkatan atau

penurunan varibel Y bila bertambah atau berkurang

51
Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada Y berdasarkan nilai X.

Kemudian dilakukan uji t. Uji t digunakan untuk menguji signifikan pengaruh

antara variabel independent X terhadap variabel Y. Dengan cara pengujian

sebagai berikut :

a. Membuat hipotesis untuk kasus penguji t-tes

b. Menentukan nilai, dengan rumus :

r √ n−2
t:
√ 1−r 2
c. Membuat criteria uji dan mengambil keputusan

Dengan menggunakan IBM SPSS statistic 24 melalui Independent Sample

T-test yang digunakan untuk menguji dua sampel, apakah mempunyai rata-rata

yang berbeda secara nyata atau tidak dengan hipotesis sebagai berikut:

1) Hipotesis pengaruh Kemampuan siswa dalam melakukan operasi

bilangan pecahan terhadap kemampuan menyelesaikan persoalan faraidh

H0 = tidak ada pengaruh Kemampuan siswa dalam melakukan operasi

bilangan pecahan terhadap kemampuan menyelesaikan

persoalan faraidh.

H1 = ada pengaruh Kemampuan siswa dalam melakukan operasi

bilangan pecahan terhadap kemampuan menyelesaikan

persoalan faraidh

52
BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pesantren Al-Amanah pada hari selasa

tanggal 30 Juni 2020 dengan mengambil kelas IX sebagai populasi dan juga

sample, Adapun daftar nama dari kelas IX sebagaimana terlampir.

Pada saat penelitian, peneliti masuk ke dalam kelas IX dan

mengarahkan siswa untuk menjaga jarak sebagaimana protokol kesehatan

semestinya, yang menganjurkan penggunaan masker dan handsanitizer sebelum

dan setelah melakukan tes. Peneliti pun mengutarakan tujuan utama masuk ke

dalam kelas tersebut dan mereka pun memahami tujuan peneliti. Para siswa

antusias dalam mengerjakan instrumen tes yang diberikan peneliti. Dan setelah

selesai penelitian, tak lupa peneliti berterima kasih kepada para siswa karena

mau membantu peneliti untuk mengerjakan instrumen yang diberikan, karena

dengan itu peneliti mampu untuk mencari data yang diperlukan.

Rumusan masalah yang telah di sebutkan pada bab I dapat dijawab

dengan data-data yang terkait dengan penelitian ini. Adapun data-data tersebut

diambil dari tes yang telah diberikan pada responden sebagai sampel penelitian.

Peserta didik yang mengikuti tes uji coba instrument sebanyak 60 siswa, tes uji

coba kemampuan mengoperasikan bilangan pecahan dan kemampuan

menyelesaikan harta waris yang merupakan kelas IX C. Selanjutnya hasil

pekerjaan peserta didik dianalisis validitas, uji korelasi dengan hasil nilai raport

53
semester terakhir. Sehingga instrument dapat diketahui valid dan tidaknya,

kemudian ketika instrument dinyatakan sudah valid,baru dilakukan

pengambilan data terkait hasil penelitian. Instrument yang sudah valid

kemudian di ujikan pada kelas yang dijadikan sebagai kelas sampel yaitu kelas

IX A dan IX B. Data yang didapat dari kelas inilah yang menjadi data pokok

untuk diuji regresi yang merupakan uji untuk memperoleh jawaban dari

rumusan masalah pada penelitian ini. Instrument penelitian dapat dilihat di

lampiran.

Pertama, data hasil penelitian akan di deskripsikan dahulu, sebelum di

uji dengan analisis tahap akhir berupa normalitas dan uji hipotesis dengan

regresi. Adapun data-data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan operasi bilangan pecahan {variable bebas (X)}

Data kemampuan operasi bilangan pecahan ini juga diambil dari

instrument penelitian berupa tes pemahaman operasi bilangan pecahan.

Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

54
Tabel 4.1
Daftar Hasil Tes Kemampuan Operasi Bilangan Pecahan
Peserta Didik Kelas IX A MTs Al-Amanah Liabuku

No Nilai Hasil tes No Nilai Hasil tes


1 53 31 24
2 77 32 82
3 46 33 17
4 19 34 79
5 77 35 25
6 38 36 48
7 30 37 41
8 58 38 38
9 91 39 32
10 28 40 81
11 47 41 16
12 23 42 87
13 32 43 67
14 65 44 65
15 34 45 18
16 76 46 80
17 77 47 75
18 14 48 55
19 43 49 64
20 47 50 39
21 54 51 78
22 44 52 71
23 18 53 49
24 65 54 54
25 69 55 75
26 23 56 21
27 47 57 82
28 13 58 82
29 64 59 61
30 29 60 36

Berdasarkan table 4.1 diperoleh data tentang kemampuan peserta didik

dalam menyelesasikan operasi bilangan pecahan nilai tertinggi 91 dan nilai

terendahnya 13. Jumlah nilai dari 60 orang peserta didik adalah 3043

55
2. Kemampuan menyelesaikan harta waris{variable terikat (Y)}

Data kemampuan menyelesaikan harta waris ini juga diambil dari

instrument penelitian berupa tes. Adapun hasil yang diperoleh adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.2

Daftar Hasil Tes Kemampuan Menyelesaikan Harta Waris

Peserta Didik Kelas IX A MTs Al-Amanah Liabuku

Nilai Hasil Nilai Hasil Nilai Hasil


No No No
tes tes tes
1 46 21 60 41 26
2 59 22 63 42 98
3 54 23 27 43 60
4 12 24 72 44 62
5 76 25 62 45 27
6 41 26 37 46 71
7 35 27 58 47 66
8 41 28 27 48 78
9 91 29 58 49 53
10 17 30 18 50 43
11 47 31 18 51 83
12 18 32 86 52 62
13 47 33 12 53 65
14 62 34 79 54 73
15 24 35 32 55 75
16 81 36 70 56 25
17 81
Berdasarkan 37 30 57 70 table
18 24 38 43 58 68
19 41 39 34 59 62
20 59 40 70 60 46
menyelesasikan Harta Waris nilai tertinggi 90 dan nilai terendahnya 50. Jumlah nilai

dari 30 orang peserta didik yaitu 2235 .

56
Berdasarkan table 4.2 diperoleh data tentang kemampuan peserta didik

dalam menyelesasikan harta waris nilai tertinggi 98dan nilai terendahnya 12.

Jumlah nilai dari 60 orang peserta didik adalah 3125

57
2. Analisis Data
1. Analisis Uji Tahap Akhir
Analisis tahap akhir ini didasarkan pada hasil dari tes Kemampuan

Operasi bilangan Pecahan, dan Kemampuan Menyelesaikan Persoalan

Faraidh yang di berikan pada peserta didik dari kelas sampel. Untuk daftar

hasilnya dapat dilihat pada lampiran. Analisis akhir ini meliputi Uji

normalitas dan uji linearitas.

a) Uji Normalitas
Pada tahap ini, data dari kedua variable yang telah diperoleh, diuji

kenormalannya. Apakah populasi data berdistribus secara normal atau

tidak, dengan tingkat signifikan 0,05 populasi data dikatakan normal

apabila hasil tes Komolgrof-Sminorv > 0,05. Berdasarkan perhitungan

diperoleh hasil analisis uji normalitas sebagai berikut :

Tabel 4.3
Tabel 4.7
Tabel Komolgrof-Sminorv

Uji kenormalan dengan Komolgrof-Sminorv menunjukan Niai Sig.

> 0.05 sehingga disimpulkan data memenuhi asumsi normalitas. Untuk

masalah regresi linear, lebih sering diperhatikan kenormalan dari

residualnya.

58
Untuk melihat apakah model regresi yang digunakan linear atau

tidak, maka dapat dilihat pada tabel ANOVA berikut:

Tabel 4.4
Tabel Anava

Berdasarkan uji linearitas dengan SPSS, diperoleh nilai sig. > 0.05.

Jadi, disimpulkan data memenuhi asumsi linearitas, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel diatas.

b) Uji Linearitas

Pada uji ini, kita juga dapat mengetahui seberapa besar hubungan

pemahaman siswa mengenai operasi bilangan pecahan (X) terhadap

penyelesaian persoalan ilmu faro’id (Y), yaitu dengan melihat tabel Model

Summary berikut:

59
Tabel 4.5
Model Summary

60
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai R Square sebesar

0,810. Diperoleh kesimpulan “Pengaruh Kemampuan Pecahan (X)

terhadap kemampuan faraidh (Y) sebesar 81% sedangkan 19%

kemampuan faraidh (Y) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.”

c) Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi

linear sederhana dengan hipotesisnya adalah:

H0 = Tidak ada hubungan pemahaman materi pecahan terhadap

kemampuan dalam menyelesaikan persoalan ilmu faro’idh

pada siswa kelas IX MTs Al-Amanah

H1 = Ada hubungan pemahaman materi pecahan terhadap

kemampuan dalam menyelesaikan persoalan ilmu faro’idh

pada siswa kelas IX MTs Al-Amanah.

Dari perhitungan tersebut diperoleh persamaan regresi sederhana

Ý= 0,872X + 7,861. Jika X= 0 (Kemampuan Pemahaman Konsep tidak

ada), maka diperoleh persamaan Ý= 7,861, artinya masih tetap diperoleh

nilai Kemampuan Menyelesaiakn harta waris sebesar 7,861. Hal ini

menunjukkan Ý tidak hanya dipengaruhi oelah X saja, tetapi ada faktor

lain yang juga mempengaruhinya.

61
B. Pembahasan

Hasil Kemampuan pemahaman konsep siswa rata-rata nilai sebesar

72,97. Kemampuan pemahaman operasi bilangan Pecahan siswa

berpengaruh terhadap kemampuan menyelesaikan persoalan faraidh. Hal

ini didapat dari hasil uji linear sederhana variable X dan Y di peroleh

persamaan regresi sederhana Y= 0,872X + 7,861. Jika X= 0 (kemampuan

Pemahaman Operasi bilangan Pecahan tidak ada), maka didapat persamaan

Y= 0,872X. Artinya masih tetap diperoleh nilai kemampuan

Menyelesaikan harta waris sebesar 0,872X. hal ini menunjukkan bahwa

nilai Y tidak hanya dipengaruhi oleh X saja, tetapi ada faktor lain yang

juga memengaruhinya. Selanjutnya table ANAVA di atas Berdasarkan uji

linearitas dengan SPSS, diperoleh nilai sig. > 0.05. Jadi, disimpulkan data

memenuhi asumsi linearitas.

Secara umum persamaan dari uji regresi linear sederhana adalah Y

= a + bX. Dari table 4.5 coefficients diatas, dapat kita lihat bahwa nilai a

yang berlaku untuk data tersebut adalah 7,861 dan nilai b yang berlaku

adalah 0,872. Sehingga persamaan dapat dituliskan Y= 0,872X + 7,861,

karena nilai koefisien regresi bernilai plus (+) dengan demikian dapat

dikatakan bahwa pemahaman operasi bilangan pecahan berpengaruh

positif terhadap penyelesaian persoalan ilmu faraidh.

Dari tabel 4.4 juga dapat kita lihat bahwa nilai signifikansi sebesar
0,192, Lebih dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai konstanta

tersebut signifikan atau H1 diterima dan H0 ditolak, yang berarti bahwa

62
ada hubungan pemahaman materi pecahan terhadap kemampuan dalam
menyelesaikan persoalan ilmu faro’idh pada siswa kelas IX MTs Al-
Amanah.
Besarnya koefisien Korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan

adalah r = 0,810. Nilai ini menunjukkan tingkat hubungan yang baik antara

variable Kemampuan Pemahaman Operasi bilangan pecahan (X) terhadap

variable Kemampuan Menyelesaikan Harta waris (Y). Hasil ini

menunjukkan adanya hubungan yang liniear antara Kemampuan

Pemahaman Operasi bilangan pecahan (X) terhadap variable Kemampuan

Menyelesaikan Harta waris (Y).

Kemampuan pemahaman operasi bilangan pecahan siswa kelas IX

MTs Al-Amanah cukup baik. Hal ini didapat dari hasil tes instrument

pemahamn operasi bilangan pecahan dengan nilai rata-rata 50,72.

Kemampuan pengoperasian pecahan siswa masih kurang dalam tahap

mengubah bentuk presentasi kedalam bentuk lain. Dalam tahapan ini siswa

masih kesulitan untuk merubah bilangan pecahan kedalam

desimal ataupun sebaliknya.

Sedangkan kemampuan menyelesaikan masalah harta waris siswa

kelas IX MTs Al-Amanah adalah baik. Hal ini didapat dari hasil tes

instrument pemahamn operasi bilangan pecahan dengan nilai rata-rata

52,09. Akan tetapi, dalam menyelesaikan permasalahan harta waris masih

kurang dalam tahapan menyamakan penyebut pecahan sebelum dioperasi

dengan jumlah harta waris dan juga dalam tahapan melihat kembali hasil

jawaban yang sudah dikerjakan. Kebanyakan dari siswa mengerjakan

tanpa menyimpulkan apa yang diinginkan dari soal.

63
Beberapa tahapan dalam menyelesaikan masalah diantaranya (1)

working for better understanding, (2) hunting for the helpful idea (3)

carriying out the plan, dan (4) looking back, Polya (1973). Siswa dalam

mengerjakan soal menyelesaikan harta waris sudah mencapai tahap yang

ketiga dari tahapan polya yaitu, carriying out the plan, namun dari semua

siswa yang mengerjakan soal kemampuan menyelesaikan harta waris, rata-

rata siswa belum mencapai tahapan looking back.

64
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teoritis dan penelitian yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa, ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan

menyelesaikan operasi bilangan pecahan terhadap kemampuan menyelesaikan

persoalan harta waris yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi r = 0,810. Hal ini

menunjukkan bahwa pengaruh pemahaman siswa mengenai operasi bilangan

pecahan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan ilmu

faro’id adalah sebesar sebesar 81% sedangkan 19% kemampuan faraidh (Y)

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Dengan persamaan Y= 0,872X +

7,861 artinya masih tetap diperoleh skor kemampuan menyelesaikan harta waris

sebesar 7,861 tanpa dipengaruhi oleh variable X

B. Saran

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka

saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

1. bagi peneliti, perlu penelitian lebih lanjaut lagi tentang factor-faktor apa

yang lebih dominan yang mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam

menyelesaikan pembagian harta waris atau biasa disebut faraidh.

Meskipun ada hubungan yang kuat antara kemampuan pemahaman

operasi bilangan pecahan terhadap penyelesaian persoalan faraidh, namun

kebih baik jika mencari factor yang lebih dominan dalam

65
kemampuan menyelesaikan harta waris sehingga manfaat yang diberikan 

akan lebih maksimal.

2. Bagi guru dilihat dari penelitian ini yang mana terdapat hubungan yang

cukup dan terdapat pengaruh antara kemampuan operasi bilangan

pecahan dalam kemampuan menyelesaikan harta waris, maka guru perlu

memperhatikan faktor kemampuan pemahaman matematika khusus nya

pada persoalan bilangan. Hal ini untuk membantu meningkatkan hasil

belajar peserta didik. Selain itu guru juga perlu mempertimbangkan

faktor-faktor lain yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan

peserta didik dalam menyelesaikan persoalan harta waris sehingga hasil

belajar tercapai secara maksimal.

3. Bagi peserta didik, dilihat dari hasil penelitian ini, yang mana terdapat

hubungan yang cukup dan terdapat pengaruh kemampuan pemahaman

bilangan terhadap kemampuan menyelesaikan harta waris maka peserta

didik perlu meningkatkan motivasi lagi untuk memaksimalkan

kemampuan yang dimilikinya. Salah satunya dengan sungguh- sungguh

mengerjakan soal yang diberikan guru, tidak sekedar mengerjakan asal-

asalan, namun benar-benar dijadikan sebagai salah satu wadah untuk

mengukur kemampuan diri.

4. Bagi pembaca secara umum, semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan

digunakan sebagaimana mestinya.

66
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman,Mulyono.(2010).Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar.


Jakarta:Rineka Cipta

Asmarani,Dewi.(2012).Pembelajaran Think-Talk-Write untuk meningkatkan


pemahaman konsep pemetaan dan bilangan bulat pada mahasiswa pendidikan
matematika Universitas kanjuruhan Malang.Jurnal Inspirasi Pendidikan 1(1)

Huda,Miftaqul(2018).pengaruh pembelajaran berbasis masalah tetrhadap hasil belajar


siswa kelas VII Materi bangun datar di MTsN 1 Tulung Agung Tahun Ajaran
2017/2018.Skripsi.TulungAgung:FKIP Matematika IAIN Tulung Agung.

Khaerul.(2017).Hubungan pemahaman konsep pecahan dan aturan Radd dalam ilmu


Faraidh terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah pembagian harta
warisan.Journal For Islamic Social Sciences,vol.2, nomor 1,hal. 28-44.

Muhammad,Shahrur,2010.Metodologi Fiqih Islam Kontemporer.Elsaq.


Press:Yogyakarta

Netriwati.(Juni 2016).Analisis kesulitan mahasiswa tentang pembelajaran pecahan pada


soal faraidh.Vol.XVI.NO.1.220. IAIN Raden Intan Lampung

R.Nurul,Mu;alifatur.(2012).Pengaruh penguasaan materi pecahan terhadap kemampuan


siswa dalam menyelesaikan perhitungan zakat di kelas VIII MTsN
Bandung.Skripsi.FKIP Matematika IAIN Tulung Agung.

Syarifuddin,Amir.(2015).Hukum kewarisan islam(edisi kedua).Jakarta : Penerbit


Kencana

Sarwat,Lc.,MA,Dr.Ahmad.(2017).Seri fiqih kehidupan(edisiv15).Jakarta:Rumah fiqih


publishing.

S.Sutama.(2019).Pengembangan Kurikulum Matematika:penilaian Pembelajaran


matematika berorientasi program for international student assessment di sekolah
menengah.prosiding Seminar nasional pendidikan sultan Agung I. ISBN:xxx-xxx-
xxxx-xx-x

Suwarto.(2018).Konsep Operasi bilangan pecahan melalui garis bilangan.


Mosharata:Jurnall Pendidikan Matematika Vol.7,Nomor 3,September
2018:Tangerang

Sugiyono.2005.Statistik Untuk penelitian cetakan ke VIII.Bandung:CV. Alfabeta


Sujarwadi,s.(2011).Validitas dan Reabilitas Instrument Penelitian.Universitas Negeri
Jakarta:Tidakdipublikasikan

67
Yani,ST.,M.Kom,Achmad(2017)Faraidh dan mawaris(bunga rampai hukum waris
islam).Medan:Gramedia Digital Nusantara

68

Anda mungkin juga menyukai