Indonesia (Tugas 2)
Kelompok 2:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
A. Agenda Setting
Kebijakan lahir karena ada suatu masalah yang hendak dipecahkan. Kebijakan
publik dalam sistem politik memiliki dua tujuan, pertama untuk menanggapi tuntutan
dan dukungan dari semua aktor yang terlibat dalam sistem yang meminta kebutuhan
dan kepentingannya dipenuhi. Kedua, mengelola atau merespon umpan balik yang
berasal dari atau di akibatkan keluarnya sistem politik itu sendiri.
Ketika di dalam masyarakat muncul isu-isu yang perlu penanganan dari
pemerintah maka kebijakan publik perlu dibuat. Konflik sering muncul dalam proses
perumusan kebijakan publik. Untuk menentukan isu-isu yang akan diangkat kedalam
agenda pemerintah maka harus melalui proses pengagendaan kebijakan (agenda
setting).
Agenda setting adalah peran media massa yang memiliki kemampuan dan
kekuatan untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku dari masyarakat dengan
menentukan agenda terhadapa maslah yang dipandang penting (Kholil, 2007:36).
Agenda setting merupakan proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan
publik. Dalam prosesnya, agenda setting akan mempersoalkan kelayakan suatu
masalah untuk menjadi masalah publik. Terjadi pemaknaan masalah publik dan
prioritas dalam agenda kebijakan dipertarungkan.
C. Upaya Publikasi
Proses dari agenda setting terdiri dari agenda media, agenda publik, dan
agenda kebijaksanaan. Pertama agenda media, yaitu proses menentukan prioritas isu –
isu yang ada. Salah satu isu yang harus lebih di perhatikan oleh negara kita adalah
krisis energi listrik di Indonesia. Pentingnya menghemat energi cukup sering
diremehkan. Akibatnya, pengurangan limbah menjadi sumber penghematan energi
yang sangat besar, yang membutuhkan tindakan baik pada tingkat individu maupun
kolektif. Penyebab lain dari krisis adalah peningkatan yang stabil dalam populasi
dunia dan permintaannya akan energi. Permintaan energi akan diperkuat oleh ledakan
demografis dan ekonomi di daerah-daerah yang sedang berkembang. Diperkirakan
bahwa populasi dunia akan mencapai hampir 10 miliar orang pada tahun 2050.
Menurut Badan Energi Internasional (IEA), permintaan energi global dapat meningkat
lebih dari 50% pada tahun 2030 tanpa adanya kebijakan publik di bidang ini. Listrik
merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, maka isu apapun yang berkaitan
dengan kebutuhan pokok akan menimbulkan polemik. Media menganggap berita isu
mengenai kirisis energi listrik menjadi agenda media yang potensial untuk
dipriotaskan.
Tahap kedua adalah agenda publik, yaitu ketika isu dapat mempengaruhi atau
berinteraksi dengan apa yang dipikirkan publik. Masalah pemborosan energi listrik ini
seharusnya sudah memenuhi kriteria untuk dijadikan agenda kebijakan publik, karena
masalah ini merupakan masalah publik. Kebutuhan energi listrik yang melunjak
ini diakibatkan oleh para konsumen yang tidak efektif dalam penggunaan atau
terjadi pemborosan. Konsumen disini terdiri dari beberapa sektor dengan didominasi
pada sektor rumah tangga dengan presentase lebih dari 41%. Selain itu sektor
industri dengan presentase 34% dan sektor komersil 24%. Maka bisa terlihat
kemungkinan besar terjadi pemborosan ini pada sektor rumah tangga. Pemborosan
dalam sektor rumah tangga terjadi ketika suatu alat yang mengkonsumsi energi
listrik dibiarkan terus bekerja dan tidak digunakan secara efektif. Pemadaman
listrik atau gangguan saluran dan gangguan pasokan adalah akibat dari sistem
distribusi yang buruk. Gangguan ini juga menyebabkan pasokan menjadi lebih mahal.
Baik penyebab maupun dampak dari pemborosan energi listrik ini berkaitan dengan
public dan nantinya publik akan merasakan dampak yang tidak mengenakan dari isu
ini. Dengan demikian public akan menuntut pemerintah untuk mengeluarkan suatu
tindakan konservasi energi yang dapat menunjang perilaku hemat energi, maka
dibutuhkan kebijakan publik sebagai solusi untuk mengatur penggunaan energi listrik.
Tahap ketiga adalah agenda kebijaksanaan (agenda policy), yaitu ketika
pembuat kebijakan menganggap penting agenda publik. Dalam upaya mewujudkan
kebijakan penghematan energi listrik, dibutuhkan pula dukungan sosial politik yang
jelas untuk membantu Indonesia yang sekaligus juga mengawal proses transisi energi.
Karena bagi negara ini, pengurangan bahka penghentian pengembangan energi yang
berasal dari bahan bakar foosil sangatlah penting. Jika tidak ada penghentian ini,
maka segalanya akan terlambat dan terlalu mahal untuk mengurangi emisi gas rumah
kaca dan polusi udara. Mungkin pemerintah bisa mendorong rakyat dengan
diadakannya kampanye mengenai penghematan energi ini, baik melalui saluran
televisi, radio, koran, hingga internet akan sedikit banyak mampu membuka
kesadaran masyarakat. Kemudian saat mayoritas masyarakat telah terbuka
pikirannya,akan lebih mudah untuk mengajak mereka mengikuti gerakan efisiensi
energi. Atau dengan cara intervensi perilaku penghuni seperti pemberian edukasi,
sosialisasi, penyebaran informasi terkait biaya energi. Sehingga hal tersebut akan
menciptakan motivasi dan kesadaran dari masyarakat dalam menghemat energi listrik
di rumah tinggal. Selain itu penghematan energi juga perlu diiringi dengan
perencanaan dan perancangan sistem pasif dan aktif pada bangunan serta
memanfaatkan energi terbarukan.