Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN

MODEL UNTUK MEMAHAMI LITERASI MEDIA BARU: KEYAKINAN


EPISTEMOLOGIS DAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL

UNTUK MEMENUHI TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)


MATA KULIAH METODE PENELITIAN
Yang dibina oleh Bapak Bayu Indra Pratama, SI.Kom., MA

Disusun Oleh:
Fransiska Agatha 205030700111003
Ernanda Hajar Setyawati 205030700111029
Binta Syalsa Nazrifa 205030701111009
Nur Azizah 205030701111021
Pradhania Putri 205030701111022
Widya Wahyu Rizky 205030701111023
Sekar Alifia Rahmadiva 205030707111015
Bintari Gita Kirana 205030707111018

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
MARET
2022
MODEL UNTUK MEMAHAMI LITERASI MEDIA BARU: KEYAKINAN
EPISTEMOLOGIS DAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL
Fransiska Agatha1, Ernanda Hajar Setyawati2, Binta Syalsa Nazrifa3, Nur Azizah4, Pradhania Putri5,
Widya Wahyu Rizky6, Sekar Alifia Rahmadiva7, Bintari Gita Kirana8
Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Peradaban manusia dan teknologi semakin berkembang dengan pesat yang membuat
media-media terus berevolusi. Media sosial menjadi salah satu media baru yang muncul pada
abad ke-21 dengan pengguna yang sangat beragam. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan
bahwa teknologi dapat membuka peluang yang baik bagi penggunanya, khususnya dalam hal
literasi. Namun, seiring dengan perkembangannya, telah muncul beberapa permasalahan,
seperti kasus hoax tentang bencana atau pesan “mama minta pulsa”, kasus penyalahgunaan
data, dan kasus bullying. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pendekatan yang rasional
dan kritis, misalnya pendekatan epistemologis yang dapat memberikan gambaran mengenai
literasi media baru. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan subjek penelitian
yaitu 30 orang mahasiswa FIA Universitas Brawijaya yang dipilih dengan menggunakan
metode random sampling secara sukarela. Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu
survei menggunakan teknik wawancara dengan jawaban berupa pernyataan yang sebenarnya.
Kata Kunci: Media sosial, teknologi, pendekatan epistemologis, literasi, metode kualitatif

ABSTRACT
Human civilization and technology are growing rapidly, which makes media
continue to evolve. Social media is one of the new media that has emerged in the 21st century
with a very diverse users. Based on this, it can be said that technology can open up good
opportunities for it’s users, especially in terms of literacy. However, along with it’s
development, several problems have emerged, such as cases of hoaxes about disasters or the
message “mama minta pulsa”, cases of data misuse, and cases of bullying. To overcome
these problems, a rational and critical approach is needed, for example an epistemological
approach that can provide an overview of new media literacy. This study uses a qualitative
method with 30 students of FIA Universitas Brawijaya as the research subjects who were
selected using a voluntary random sampling method. The data collection technique used is a
survey using interview techniques with answers in the form of actual statements.
Keywords: Social media, technology, epistemological approach, literacy, qualitative method
DAFTAR ISI

ABSTRAK...........................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................6
1.3 Fokus Penelitian..........................................................................................................................6
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................8
2.1 Literasi........................................................................................................................................8
2.2 Literasi Media Baru....................................................................................................................8
2.3 Keyakinan Epistemologis...........................................................................................................9
2.4 Media Sosial.............................................................................................................................10
2.5 Penggunaan Media Sosial.........................................................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................................12
3.1 Subjek Penelitian......................................................................................................................12
3.2 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................................12
3.3 Teknik Analisis Data................................................................................................................13
3.4 Kriteria Kualitas Penelitian.......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dari awal kemunculannya hingga kini, media-media terus berevolusi yang perkembangannya
didorong oleh kebutuhan manusia dan kemajuan teknologi digital. Pada abad ke-21, muncul sebuah
teknologi media baru yang dinamakan media sosial. Platform media sosial pertama kali diluncurkan
pada tahun 1997 dengan nama Six Degrees yang kemunculannya sebanding dengan pertumbuhan
internet di kala itu. Kemudian, hampir satu dekade berlalu, muncullah media sosial baru bernama
Facebook yang didirikan oleh Mark Zuckerberg pada tahun 2004, namun hanya terbatas pada ruang
lingkup komunitas mahasiswa Harvard saja pada saat itu. Tetapi seiring perkembangan teknologi
dan kebutuhan manusia yang semakin kompleks saat ini, media sosial lain terus bermunculan
karena telah terbukti membawa banyak sekali manfaat bagi kehidupan sehari-hari, terutama dalam
bidang komunikasi.
Media sosial memudahkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain dan membuat
seolah dunia tidak memiki batas ruang. Dengan media sosial pula, jarak yang begitu jauh bisa
menjadi begitu dekat. Tak hanya itu, media sosial juga memiliki manfaat pada bidang pendidikan
dan bisnis. Dalam bidang pendidikan, untuk saat ini baik siswa maupun pengajar dapat memperoleh
informasi dan membagikan ilmu dengan lebih efektif. Sedangkan dalam bidang ekonomi atau
bisnis, pihak penjual dapat memasarkan dan menjual produknya dengan kawasan yang lebih luas
sebab di era modern seperti saat ini, gawai dan juga media sosial telah menjadi kebutuhan pokok
yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Beberapa contoh media sosial yang terus
berkembang, yakni Twitter, Facebook, YouTube, Instagram, Whatsapp, dan masih banyak lainnya.
Dari beberapa media sosial tersebut, untuk saat ini Facebook telah menjadi raksasa media jejaring
sosial paling populer di dunia dan menaungi berbagai media sosial lainnya seperti Instagram,
Whatsapp Messenger, dan lain sebagainya.
Penggunaan media sosial ini sangat beragam. Ada yang menggunakan media sosial untuk
menikmati konten, membuat konten, mencari informasi di segala bidang, dan juga menambah
wawasan. Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi ini dapat membuka dan menghasilkan peluang
yang baik. Maka untuk dapat mencapai peluang tersebut, diperlukan keterampilan serta keahlian
khusus bagi penggunanya. Pembelajaran mengenai keterampilan serta keahlian ini dianggap sebagai
literasi media baru di mana hal tersebut menuntut penggunanya untuk dapat berpikir cepat, tepat,
dan kritis. Hubungan antara literasi media baru dengan penggunaan media sosial dapat membantu
memprediksi tingkat literasi media baru dari setiap individu. Hal tersebut sangat penting untuk
3
dimiliki dan dipelajari agar dapat meminimalisir dampak dari teknologi media baru sebab seperti
pada mulanya teknologi media baru khususnya media sosial yang diciptakan untuk membantu dan
memudahkan manusia dalam berkomunikasi.
Tantangan utama dalam kemunculan teknologi media baru adalah untuk melihat kepercayaan,
objektivitas, dan keakuratan informasi (Chiu, Tsai, & Liang, 2015; Reisoglu, Toksoy, & Erenler,
dalam Celik et al., (2021)). Sebab seiring dengan perkembangannya, telah muncul beberapa
permasalahan, seperti kasus hoax tentang bencana atau pesan “mama minta pulsa” yang telah
menyebar luas di media sosial, terutama Whatsapp. Ada pula pada Agustus 2021, Google
melakukan pemecatan terhadap karyawannya terkait dengan masalah penyalahgunaan data di mana
informasi rahasia pengguna dan karyawan diberikan kepada pihak luar. Selain itu, Google juga
pernah digugat karena dianggap telah melakukan pelacakan aktivitas pengguna dalam Inconigto
Mode Chrome. Penggugat juga mengungkapkan bahwa Google terlibat dalam bisnis pelacakan
data. Hal ini tentunya sangat meresahkan para pengguna, terlebih lagi mayoritas sosial media saat
ini pun sudah terkoneksi dengan akun Google, sehingga rentan akan kasus pembajakan akun,
pelacakan, dan kebocoran data.
Kasus selanjutnya adalah bullying yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai
“penindasan/risak”, merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan
sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain,
dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Kasus Bullying ini merupakan
suatu tindakan yang sangat menyakitkan bagi seseorang yang dibully. Sekarang ini kasus bullying
marak terjadi di media sosial seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, dan media sosial lainnya.
Contoh dari kasus bullying dalam media sosial, antara lain memberikan kata-kata tidak pantas di
media sosial, menyebarkan kebohongan atau hoax tentang seseorang atau mengunggah foto
memalukan tentang seseorang di media sosial, memberikan komentar tidak baik yang menyebabkan
saling menjelek-jelekkan dalam media sosial, dan lain sebagainya. Dampak yang ditimbulkan dari
kasus bullying ini adalah mengalami gangguan mental dan gangguan fisik karena seringnya diejek,
direndahkan, dikucilkan, bahkan di caci maki sehingga akan menimbulkan trauma dan membuat
keresahan dan menjadi beban dalam hidupnya yang membuat seseorang tersebut tidak akan pernah
merasakan kebahagiaan dalam menjalani hidupnya.
Kasus terakhir berkaitan dengan pandemi Covid-19 yang menyerang berbagai negara di
dunia, tidak terkecuali Indonesia, lebih dari dua tahun terakhir ini. Dengan ini, banyak informasi
mengenai kasus covid-19 yang telah tersebar luas di media sosial. Bahkan penyebarannya tersebut
telah berlalu dengan pesat. Tetapi kebanyakan dari informasi yang tersebar adalah informasi palsu
atau hoax dan tidak sedikit individu yang percaya dengan sebaran hoax Covid-19. Hal tersebut
4
memberikan dampak ketakutan kepada masyarakat yang menerimanya. Jika individu tersebut
memiliki kemampuan literasi yang rendah, maka informasi tersebut akan langsung mereka percayai
tanpa mengoreksi kebenaran informasinya terlebih dahulu. Begitupun sebaliknya, jika individu
tersebut memiliki kemampuan literasi yang baik, maka ia akan memastikan apakah informasi
tersebut sesuai dengan fakta. Seperti contoh, mengonsumsi bawang putih dapat mencegah
penularan virus, minum air yang dicampur dengan minyak kayu putih dapat menyembuhkan Covid-
19, vaksin Covid-19 mengandung sesuatu yang tidak baik, dan masih banyak lagi. Berdasarkan
beberapa kasus tersebut, dapat dilihat bahwa kehadiran teknologi memang dapat mempermudah
segala aktivitas yang dilakukan, tetapi sebagai pengguna teknologi individu juga harus dapat
menyaring hal yang tidak baik agar tidak menimbulkan masalah besar. Maka dari itu, pentingnya
untuk mengasah literasi media baru agar tidak terjerat dalam hoax yang beredar.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, para pengguna harus memiliki pendekatan rasional dan
kritis terhadap informasi (Chiu dkk., 2015;Warner-SHaiderholm et al., 2018 dalam Celik et al.,
(2021)). Pendekatan ini menyangkut keyakinan epistemologis, yang menilai keakuratan dan
kepastian informasi (Celik et al., 2021). Kata ‘epistemologi’ ini sendiri berasa dari Bahasa Inggris
yaitu epistemology. Kata ini adalah penggabungan dari dua kata dalam Bahasa Yunani yaitu
‘episteme’ dan ‘logos’ yang berarti pengetahuan serta ilmu, sains, maupun teori. Epistemologi
adalah satu diantara cabang dari filsafat yang menjelaskan mengenai suatu proses ilmu
pengetahuan. Tidak hanya penjelasan pada proses nya, epistemologi juga menjelaskan mengenai
asal-usul serta metode dari ilmu. Disiplin ilmu ini merupakan hal penting yang dapat digunakan jika
adanya pengetahuan atau ilmu yang baru diciptakan agar perumusan masalah yang ada pada ilmu
tersebut dapat diuji kebenarannya atau ketersesuaiannya dengan permasalahannya yang sedang
dikaji. Oleh karena itu, pada kesimpulannya, epistemologi merupakan sebuah ilmu cabang dari
filsafat yang membahas mengenai asal-usul serta proses dari ilmu maupun batasan dan kebasahan
dari pengetahuan yaitu bagaimana pengetahuan tersebut mengantarkan kepada kebenaran. Scommer
(1990) menyatakan bahwa, keyakinan epistemologis mengacu pada persepsi tentang pengetahuan
dan pembelajaran. Selain itu, keyakinan epistemologis juga mencangkup bagaimana mengetahui
dan mempelajari sesuatu yang terjadi. Hofer dalam Celik et al., (2021) juga menyatakan bahwa ada
empat dimensi dimana seseorang bisa membangun epistemologinya secara pribadi, Keempat hal
tersebut antara lain; kepastian, kesederhanaan, sumber dari pengetahuan, dan jusifikasi dari
pengetahuan. Hover dan Pintrich dalam Celik et al., (2021) juga menyatakan bahwa internet
sekarang ini menyediakan cara yang baru untuk mengenalkan pengetahuan. Oleh karena itu,
keyakinan epistemologis dapat bervariasi dari masing-masing individu. Celik et al., (2021)
menjabarkan bahwa ada tiga dimensi dari keyakinan epistemologis yang spesifik pada sosial media,
5
yaitu; kesederhanaan dan kepastian dari media sosial yang berbasis pengetahuan, sumber dari
pengetahuan, dan justifikasi dari pengetahuan.
Peran keyakinan epistemologis mungkin penting dalam evaluasi informasi berbasis media
sosial. Sumber informasi mempertanyakan adalah keterampilan yang diharapkan dari individu yang
melek media baru dan dengan demikian, keyakinan epistemologis individu dapat memberikan
gambaran tentang literasi media baru (Lin et al., dalam Celik et al., (2021)). Oleh karena itu,
penting untuk menganalisis hubungan antara literasi media baru dan keyakinan epistemologis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan masalah
penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara literasi media baru dengan penggunaan media
sosial dan keyakinan epistemologis ?.

1.3 Fokus Penelitian


Berangkat dari rumusan masalah diatas serta untuk memudahkan pembahasan dalam
penelitian ini maka peneliti memfokuskan penelitian sebagai berikut untuk diangkat.
1. Sejauh manakah keterampilan masyarakat dalam literasi media baru.
2. Bagaimanakah dampak dari penggunan media social terhadap keterampilan literasi media baru
masyarakat.
3. Bagaimanakan dampak dari keyakinan epistemologis terhadap keterampilan literasi media
baru masyarakat.

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitian ini memiki tiga tujuan antara lain:
1.4.1 Tujuan Operasional
- Untuk meneliti peran keyakinan epistemologis spesifik media sosial dalam menjelaskan literasi
media.
- Untuk mengetahui sejauh mana keyakinan individu tentang informasi berbasis media sosial
menjelaskan keterampilan literasi media baru.

1.4.2 Tujuan Fungsional


Penelitian ini bertujuan untuk membangun model yang kuat yang mengeksplorasi anteseden
literasi media baru. Model ini menggabungkan keyakinan epistemologis dan tujuan penggunaan
media sosial. Penelitian ini memiliki potensi untuk membuat beberapa kontribusi untuk literatur.
6
1.4.3 Tujuan Individual
Untuk memperluas wawasan, ilmu pengetahuan, pemahaman, mengenai literatur terutama
literasi media baru.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, berupa:
1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumbangan pemikiran bagi
dunia ilmu perpustakaan sehinga menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya, dan dapat menjadi
salah satu kajian penulisan ilmiah yang berkenaan mengenai literasi media baru.

1.5.2 Manfaat Empiris


Penelitian ini diharapkan memberikan hasil manfaat empiris untuk pemahaman yang lebih
baik tentang keterampilan literasi media baru.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Literasi
Menurut Kern (2000) dalam (Hairul & Negeri, n.d.) literasi didefinisikan sebagai kemampuan
untuk membaca dan menulis juga literasi memiliki kesamaan arti dengan belajar dan memahami
sebuah sumber bacaan. Dengan lebih komprehensif ia menjelaskan “Literasi adalah penggunaan
praktik-praktik situasi sosial, dan historis, dan situasi kebudayaan untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna melalui teks. Literasi memerlukan setidaknya sebuah kepekaan yang
tak terucap tentang hubungan-hubungan antar konvensi-konvensi tekstual dan konteks
penggunaannya serta idealnya kemampuan untuk berefleksi secara kritis tentang hubungan-
hubungan itu. Karena peka dengan maksud/tujuan, literasi itu bersifat dinamis-tidak statis- dan
dapat bervariasi di antara dan di dalam komunitas dan kebudayaan. Literasi memerlukan
serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan tentang genre,
dan pengetahuan kebudayaan.”
Lalu sekarang literasi tidak  hanya berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis
teks saja, karena sekarang  “teks” telah diperluas maknanya mencakup juga “teks” dalam bentuk
visual, audiovisual dan dimensi-dimensi komputerisasi, sehingga di dalam “teks” tersebut secara
bersama-sama muncul unsur-unsur kognitif, afektif, dan intuitif.
Dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa literasi adalah sebuah peristiwa sosial
yang dilengkapi keterampilan-keterampilan untuk menciptakan dan menginterpretasikan sebuah
makna melalui teks. Literasi juga memerlukan serangkaian kemampuan untuk menyampaikan dan
mendapatkan informasi dalam bentuk tulisan.

2.2 Literasi Media Baru


Pengertian literasi media yang dikemukakan oleh Rochimah (2011)  merupakan sebuah
Pendidikan yang mengajari mengenai khalayak media agar tumbuhnya kemampuan untuk
menganalisis pesan media, memahami bahwa media juga memiliki tujuan komersial maupun politik
yang akan mendorong mereka untuk mampu bertanggungjawab serta dapat memberika  respon yang
tepat ketika akan dihadapi dengan media. Dewasa ini, dengan berkembangnya teknologi informasi
secara pesat, penyebaran informasi semakin cepat menyebar kepada para pengguna teknologi
informasi dan hal ini membuat para pengguna harus mampu untuk mengontrol masuk nya informasi
yang mereka dapatkan atau dalam artian lain para pengguna harus terbuka terhadap media massa
dan segala yang ada di dalam nya. Dapat kita ketahui bahwa konten yang sering muncsul di media
8
massa untuk saat ini adalah konten yang berkaitan dengan kekerasan, pelanggaran terhada norma-
norma masyarakat bahwa tidak sedikit pula konten yang memuat unsur SARA di dalamnya. Oleh
karena itu, pengguna harus pandai dalam memilah media yang mereka baca, tonton, ataupun dengan
dan juga harus dapat memahami isi pesan yang tercantum di media massa. Maka dari itu, literasi
media dikemukakan untuk dapat menjadi pelindung bagi masyaraat sebagai pengguna teknologi
informasi khususnya media massa. 
Awal mula literasi media mulai diterapkan dan mulai dijadikan sebagai sebuah poros
pembelajaran adalah pada tahun 1964 yaitu pada saat UNESCO mulai mengembangkan program
Pendidikan media yang nantinya akan dijalankan di seluruh dunia, hal ini di tulis oleh Hobbs pada
tahun 1999 dalam Lutviah (2010). Sedangkan di Indonesia sendiri, literasi media mulai dikenal
pada tahun 2000-an yaitu setelah mulai meningkatnya fenomena-fenomena mengenai dampak dari
media massa. Dengan berkembangnya teknologi informasi, literasi media yang pada awalnya hanya
terdapat literasi media konvensional mulai berkembang pula dengan adanya literasi media baru.
Literasi media baru ini merupakan sebuah pengembangan dari model literasi media yang
konvensional. Pada literasi media baru ini, batasan serta pengertian akan menjadi berkembang luas
dibandingkan literasi media sebelumnya yang mana hal ini juga didorong dengan meningkatnya
serta munculnya kreatifitas dari individu untuk membuat sebuah konten pada media massa dan hal
ini akan membuat seorang individu tidak hanya menjadi seorang pengguna tetapi juga menjadi
produser konten pada media massa. Dengan pemahaman yang baik mengenai literasi media baru ini
akan membuat seorang pengguna lebih memiliki pemikiran yang kritis saat harus menerima suatu
informasi yang ada di media massa dan dapat mengantisipasi adanya unsur media yang tidak pantas
dan dapat menghindarinya dibandingkan dengan pengguna yang tidak memahami literasi media
baru.

2.3 Keyakinan Epistemologis


Keyakinan diartikan sebagai  suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia kala beliau merasa
cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Keyakinan (belief) sendiri
didefinisikan dari dua sudut pandang yang berbeda, afektif dan kognitif. Jika keyakinan diartikan
dari sudut pandang kognitif, maka yang menjadi penekanan dalam studi adalah hubungan
keyakinan dengan pengetahuan. Di sisi lain, dari sudut pandang afektif, keyakinan akan dikaji dari
reaksi atau sikap individu terhadap situasi tertentu. Lebih lanjut lagi, (Yalchin, 2015) berpendapat
bahwa proses pembentukan keyakinan individu memerlukan waktu dan ketika keyakinan tersebut
sudah terbentuk maka keyakinan tersebut akan memberikan pengaruh yang cukup besar untuk
mengarahkan seseorang dalam bertingkah laku atau bertindak.
9
Menurut bahasa, Epistomologis berasal dari Bahasa Yunani epistēmē, artinya "pengetahuan",
dan, logos, artinya "ilmu"). Epistomologis adalah cabang dari filsafat yang berkaitan dengan
hakikat atau teori pengetahuan.Dalam bidang filsafat, epistemologi meliputi pembahasan tentang
asal mula, sumber, ruang lingkup, nilai validitas, dan kebenaran dari pengetahuan. Epistemologi
mempelajari tentang hakikat dari pengetahuan, justifikasi, dan rasionalitas keyakinan.
Keyakinan epistemologis adalah keyakinan yang mengacu pada pengetahuan individu tentang
bagaimana suatu pengetahuan terjadi, apa yang dianggap sebagai pengetahuan, dimana pengetahuan
berada, dan bagaimana pengetahuan dibangun dan dievaluasi. Menurut Schommer seperti yang
dikutip dari (Sebayang F, 2018) keyakinan epistemologis (epistemologiscal belief) dapat diartikan
sebagai keyakinan seseorang terhadap pengetahuan dan mengetahui.

2.4 Media Sosial


Sudah tidak asing lagi jika membaca atau mendegar kalimat media sosial, salah satu dari
sistem informasi dalam teknologi yang dapat dijangkau secara luas oleh awam. Media sosial
didefinisikan sebagai sebuah medium di internet yang memungkinkan penggunanya untuk
merepresentasikan diri dan melakukan interaksi, bekerjasama, berbagi, komunikasi dengan
pengguna lain dan membentuk ikatan sosial secara virtual (Nasrullah, 2015:11 dalam Puspitarini &
Nuraeni (2019:73), sedangkan dalam jurnal Saragih (2019:232) mendefinisikan media sosial adalah
saluran atau sarana pergaulan sosial secara online di dunia maya (internet). Berdasarkan definisi
sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa media sosial merupakan sarana pergaulan sosial di
dunia maya yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan interaksi antar individu dan
kemudian membentuk ikatan sosial secara virtual. 
Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi
kontribusi dan feedback secara terbuka sehingga secara tidak langsung juga membagi informasi
dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. Dengan waktu yang cepat tersebut tidak sedikit individu
yang menangkap, mencermati serta mengolah informasi tersebut dengan baik, hingga muncullah
informasi yang tidak benar atau hoaks.  maka dari itu jika terjun dalam dunia maya sangat
diperlukannya kemampuan literasi, berpikir cepat, tepat, dan kritis untuk mengolah informasi
tersebut masuk ke dalam pemahaman individu agar tidak mudah goyah dengan hoaks atau
informasi bohong.

2.5 Penggunaan Media Sosial


Di era informasi seperti sekarang ini, banyak kemudahan yang bisa dirasakan saat akan
mencari serta untuk menemukan informasi. Salah satu contohnya yaitu adalah kemudahan dalam
1
0
hal berinteraksi, berkomunikasi, dan saling berbagi. Segala kemudahan tersebut bisa ditemukan
melalui media sosial. Media sosial yang digunakan saat ini pun juga beragam, contohnya adalah
instagram, twitter, facebook, dan lain-lain.
Hidayat dalam Supratman (2018) menyatakan bahwa Indonesia berada dalam peringkat ke-6
terbesar diantara sekitar 3,6 miliar pengguna interne yang ada didunia. Hasil survey dari We Are
Social menunjukkan bahwa pengguna media sosial dari penduduk Indonesia mencapai 106 juta dari
total populasi 262 juta (Triastuti, Prabowo, & Nurul, 2017). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
betapa banyaknya masyarakat sekarang ini yang menggunakan media sosial.
Penggunaan media sosial saat ini sudah seperti kebutuhan yang harus terpenuhi. Pasalnya,
penggunaan media sosial sekarang ini sudah seperti candu. Penggunaan media sosial saat ini bisa
dibilang hampir selama 24 jam tanpa henti. Selama kurun waktu tersebut, arus data dan informasi
selalu mengalir. Penggunaan media sosial yang berlebihan dan arus informasi yang terus mengalir
tersebut kemudian menyebabkan suatu dampak negatif dari penggunaan media sosial. (Cahyono,
2016) menyebutkan beberapa dampak negatif dari media sosial adalah:
A. Kecanduan terhadap internet
Dengan segala kemudahan yang ditawarkan oleh media sosial, maka pengguna dari media sosial
akan semakin tergantung pada media sosial  hingga akhirnya kecanduan.
B. Rentan terkena pengaruh buruk
Sama halnya saat kita melakukan interaksi sosial sehari-hari, jika kita tidak pandai untuk
menyeleksi orang-orang yang ada dalam lingkar sosial kita, maka kita akan cenderung rentan
terhadap pengaruh buruk. Begitupun dengan interaksi yang ada dalam media sosial.
C. Masalah privasi
Privasi seseorang juga sangat rentan saat ada dalam media sosial. Hal tersebut dikarenakan,
dalam menggunakan sosial, sangat  mudah untuk mengunggah sesuatu yang bersifat privasi.
D. Menimbulkan konflik
Dengan menggunakan media sosial, banyak orang bisa dengan bebas mengungkapkan opini,
pemikiran, dan pendapatnya. Akan tetapi, jika kebebasan tersebut berlebihan, maka akan timbul
konflik dan masalah.
Dengan pengaruh-pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh media sosial tersebut. Pengguna
sosial perlu untuk berpikir secara rasional dan kritis dalam halnya menggunakan media sosial. Salah
satu pendekatan yang mendekati konsep rasional dan kritis tersebut adalah pendekatan dengan
keyakinan epistemologis. Pasalnya, keyakinan ini menilai keakuratan dan kepastian dari suatu
informasi. Peran dari keyakinan epistemologis ini bisa digunakan untuk mengevaluasi kebenaran
akan informasi yang ada di media sosial.
1
1
1
2
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, kualitatif itu sendiri dikenal dengan istilah
subjek penelitian. Menurut (Moleong, 2013) dalam Gabriella (2017:28) subjek penelitian dalam
penelitian kualitatif disebut dengan istilah informan, yaitu orang yang memberikan informasi
mengenai data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
Informasi ini dapat berupa situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Dalam penelitian kualitatif
terdapat beberapa karakteristik. Menurut Creswell (2012:16) dalam Gabriella (2017:28) terdapat 6
karakteristik dalam penelitian kualitatif yaitu yang pertama adalah mengeksplorasi suatu masalah
dan mengembangkan sebuah pemahaman yurveiang detail tentang sebuah tema utama. Kedua
adalah memiliki tinjauan literatur yang memainkan peranan kecil (minor), tetapi menjustifikasi
masalah. Ketiga adalah menentukan tujuan dan pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam cara yang
umum dan luas mengenai pengalaman-pengalaman partisipan. Karakteristik yang keempat yaitu
mengumpulkan berdasarkan pada kata-kata dari sejumlah kecil individu sehingga pandangan
partisipan diperoleh, Untuk yang kelima adalah menganalisis data untuk deskripsi dan tema-tema
dengan menggunakan analisis teks dan menginterprestasi makna yang lebih besar tentang temuan-
temuan. Terakhir adalah menulis laporan dengan menggunakan struktur-sktuktur yang darurat,
fleksibel dan mengevaluasi kriteria, dan termasuk efektivitas subjektif dan bias. Adapun subjek dari
penelitian ini yaitu para mahasiswa FIA Universitas Brawijaya sebanyak 30 orang yang akan dipiih
dengan metode random sampling secara sukarela.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Sugiyono (2017:137) dalam (KHOMSYAH, 2021:36) pengumpulan data dapat dilakukan
dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat
dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen,
di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain.
Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah melakukan survei
dengan teknik wawancara dengan hasil jawaban berupa pernyataan dari responden untuk
memperoleh pemahaman makna serta sebagai bentuk data yang bersifat deskripsi. Survei ini akan
dilakukan secara online dan terdiri dari alat pengumpulan data skala literasi media baru (NMLS)
dan skala keyakinan epistemologis khusus media sosial.

1
3
3.3 Teknik Analisis Data
Dalam studi saat ini, pendekatan model persamaan struktural (SEM) digunakan untuk
mengungkapkan interaksi yang ada di antara variabel model penelitian. Analisis SEM adalah
pendekatan statistik untuk mengungkapkan hubungan kausal antara variabel (Schumacker, 2004).
Dalam penelitian ini, hubungan prediktor antara keyakinan epistemologis spesifik media sosial
(kesederhanaan dan kepastian pengetahuan berbasis media sosial, sumber pengetahuan, justifikasi
untuk mengetahui), tujuan penggunaan media sosial (interaksi/komunikasi sosial, mengetahui dan
mengenali, pendidikan), dan literasi media baru dianalisis berdasarkan SEM melalui estimasi
kemungkinan maksimum.
Dalam analisis SEM, variabel endogen (dependen) dan eksogen (independen) digunakan
untuk mengestimasi suatu persamaan. Bersama-sama efek langsung dan tidak langsung dari
variabel eksogen pada variabel endogen dihitung. Sebelum analisis SEM, asumsi dikendalikan.
Koefisien kemiringan dan kurtosis diamati sebagai dapat diterima untuk memenuhi asumsi
normalitas. Tidak ada outlier dan data yang hilang yang diamati. Untuk menguji model penelitian,
koefisien jalur, yaitu, nilai regresi standar (betas) dihitung.

3.4 Kriteria Kualitas Penelitian


Menurut Simon C Kitto et el. (2008: 243) dalam Sanjaya (2018) kualitas penelitian kualitatif
ditentukan setidaknya oleh tiga prinsip utama, yaitu rigour, credibility, dan reference. Untuk
memenuhi kualitas penelitian kualitatif yang baik, maka penulis akan menerapkan prinisip sebagai
berikut:
- Rigour
Penelitian kualitatif menekankan kedalaman pemahaman persoalan yang diteliti, maka
peneliti wajib berusaha keras mengumpulkan informasi yang kemudian menjadi data
sekomprehensif mungkin untuk selanjutnya dianalisis menjadi fakta. Prinsipnya tidak boleh ada
informasi sekecil apa pun yang terkait dengan tema atau masalah yang diteliti yang tertinggal,
sehingga penelitian kualitatif memiliki data yang kaya (thick description of data). Selain
terpenuhinya aspek keseluruhan atau comprehensiveness, kualitas penelitian kualitatif juga diukur
dengan ketepatan metode penelitian dan analisis data yang dipakai. Ini penting diungkapkan karena
pada kenyataannya di lapangan sering dijumpai terjadinya kesalahan metode yang dipakai, dan
akibatnya bisa fatal. Ketepatan metodologis tidak saja mencakup ketepatan paradigma dan
pendekatan yang dipilih, tetapi juga secara operasional dan prosedural meliputi transparansi atau
keterbukaan (expliciteness) bagaimana penelitian dilakukan. Ini mencakup informasi mengenai
subjek yang diteliti secara detail, tingkat kepercayaan subjek, bagaimana data dikumpulkan,
1
4
direkam, diberi kode dan selanjutnya dianalisis. dan kemungkinan-kemungkinan penolakan temuan
oleh subjek.

- Credibility
Kredibilitas merupakan salah satu metode pengujian keabsahan penelitian. Uji keabsahan
suatu penelitian harus melihat dari segi aspek valid, reliabel dan obyektif. Selain itu, menurut
Dawson (2009) dalam Sanjaya (2018) laporan penelitian setidaknya memuat beberapa bagian
sebagai berikut:
1. Halaman Judul,
2. Abstrak,
3. Pendahuluan,
4. Latar Belakang,
5. Metodologi Atau Metode Penelitian,
6. Hasil Dan Pembahasan,
7. Kesimpulan Dan Saran,
8. Rekomendasi
9. Penelitian Lanjutan,
10. Daftar Pustaka,
11. Lampiran.

- Relevance
Artinya adalah seberapa jauh temuan penelitian relevan dengan persoalan atau konteks dan
fenomena yang sedang diteliti. Kardorff menyebutkan tiga hal penting, yaitu
(1) relevansi penelitian dengan teori, konsep, dan pandangan yang selama ini telah diterima
oleh masyarakat luas dan digunakan dalam berbagai bidang.
(2) hasil penelitian yang bermanfaat melakukan perubahan dalam bidang tertentu, dan
(3) metode dan prosedur penelitian yang dipakai.
Khusus yang terakhir, sebuah karya penelitian memang bisa menyumbang btidak saja
temuan substantif dan formal (berupa teori atau konsep), tetapi juga temuan metodologis,
yakni berupa kreasi metodologis hasil imajinasi dan pemikiran peneliti sendiri, tentu dengan
mengembangkan metode yang sudah ada yang belum terumuskan secara operasional.

1
5
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, A. S. (2016). Pengaruh media sosial terhadap perubahan sosial masyarakat di Indonesia.
Publiciana, 9(1), 140–157.
Celik, I., Muukkonen, H., & Dogan, S. (2021). A model for understanding new media literacy:
Epistemological beliefs and social media use. Library & Information Science Research, 43(4),
101125. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.lisr.2021.101125
Gabriella, J. (2017). Retorika Rachel Goddard pada Video 18 Tips Kecantikan (Beauty Hacks) dan
Make Up untuk Pemula/Josephine Gabriella/65130045/Pembimbing: Deavvy MRY Johassan. 28.
http://eprints.kwikkiangie.ac.id/1775/
KHOMSYAH, A. N. (2021). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi kuasi Eksperimen pada mata
pelajaran ekonomi kelas XI IPS SMA Terpadu Riyadlul Ulum Tasikmalaya) [Thesis (Sarjana)].
Universitas Siliwangi.
Lutviah. (2010). Citizen Journalism Berbasis Blog Group dan Penerapannya untuk Literasi Media Studi
Kasus: Kompasiana.Com.
Puspitarini, D. S., & Nuraeni, R. (2019). Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Media Promosi. Jurnal
Common, 3(1), 71–80.
Rochimah, T. H. (2011). Gerakan Literasi Media: Melindungi Anak-Anak dari Gempuran Pengaruh
Media. D. Herlina, Gerakan Literasi Media Indonesia, 18–36.
Sanjaya, G. L. (2018, April 7). MENGUKUR KUALITAS PENELITIAN KUALITATIF.
https://docplayer.info/70213084-Mengukur-kualitas-penelitian-kualitatif.html
Saragih, I. Y. Insani. , B. G. Indra. (2019). Pencitraan Sosial Media Studi Kasus Ulasan Tripadvisor
Terhadap 5 Restaurant Terbaik Di Bali . Jurnal Destinasi Pariwisata, 7(2), 231–232.
Supratman, L. P. (2018). Penggunaan media sosial oleh digital native.
Haikal, M. (n.d.). LITERASI PRODUKTIF BERBASIS IT (Mencipta Aplikasi Berbahasa Indonesia
Pembawa Pengetahuan). PS PBSI FKIP Universitas Jember (pp. 187-197). Jember: Universitas
Jember.
Cephe, P. T., & Yalcin, C. G. (2015). Belief about Foreign Language Learning: The Effects of Teacher
Beliefs on Learner Beliefs. Anthropologist, 19(1), 167-173.
Schumacker, R. E., & Lomax, R. G. (2004). A Beginner’s Guide to Structural Equation Modeling (2nd
ed.). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.
Moleong, J. Lexy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
1
6

Anda mungkin juga menyukai