Anda di halaman 1dari 4

6.

kegunaan PCT untuk mengatur terapi antibiotik

6.1 dasar-dasar dari individu, penyesuaian pasien terahadap pengobatan menggunakan PCT

- hasil akhir dari seseorang, pasien yang sesuai dengan terapi antibiotik (IPAT)

hasil dari sebuah terapi anti infeksi moderen adalah kesesuaian pengobatan terhadap persyaratan
seorang pasien sendiri. ini termasuk sebuah temuan indikasi yang baik, waktu penyesuaian
seseorang dari pengobatan, dan perubahan dari antibiotik bilamana tidak efektif. hanya sehari
pengamatan dari indikasi dapat mencegah pengobatan yang tidak dibutuhkan sehingga peningkatan
rata-rata dari perkembangan dari resistensi dan efek samping. persyaratan dasar dan hasil akhir dari
seseorang pasien yang sesuai dengan pengobatan ditampilkan dalam tabel 6.1 dan 2.2

penanda imunologi seperti PCT membuat langkah baru terhadap pengenalan pasien, resiko
penyesuaian pengobatan, sejak mereka menawarkan sebuah peningkatan riwayat yang dapat
dipercaya ( diagnosis infeksi, diagnosis sepsis, evaluasi dari riwayat resiko dari disfungsi organ dan
kematian). studi lain menunjukan bahwa PCT dalam kombinasi data klinis, dapat meningkatkan
indikasi pengobatan antibiotik dan mengoptimalkan durasi pengobatan. jadi, PCT sebagai ukuran
diagnosis yang dapat dipercaya untuk mendeteksi dan mengobati pasien-pasien dengan infeksi
bakteri yang berat atau kondisi sepsis yang membutuhkan pengobatan. selain itu, ketika
menggunakan alogaritma pengobatan PCT sebagai kontrol, lamanya waktu penggunaan antibiotik
dapat dikurangi sekitar dua hari- bahkan pada pasien sepsis atau sepsis berat. sebuah studi analisis
menunjukan bahwa waktu memulai pengobatan dari hari ke5-7, sebuah kemungkinan penghentian
antibiotik, tergantung dari suksesnya terapi harus dipertimbangkan. (gambar 6.6 dan 6.9)
(23,25,356,369)

data statistik menunjukan bahwa pemakaian antibiotik sangat berbeda-beda, tidak hanya diberbagai
negara- negara namun di dalam negri sendiri contohnya diantara berbagai ICU. Data ini menunjukan
bahwa aturan pelaksanaan dalam penggunaan antibiotik berbeda di setiap tempat. Sejak antibiotik
digunakan secara terang-terangan berkaitan dengan perkembangan resistensi bakteri dan frekuensi
terjadinya efek samping yang tidak diharapkan,maka dari itu sebuah tindakan perlu dalam
memeriksa kriteria pengguna dalam peresepan antibiotik , tidak hanya secara ilmiah tetapi juga
dalam penggunaan sehari-hari.
gambar 6.1: contoh sebuah korelasi antara angka rata-rata resep antibiotik

dan jumlah yang resisten. Hubungan antara angka resistensi Streptococcus pneumoniae terhadap
penicilin dan rata-rata penggunaan antibiotik di Eropa.

gambar 6.2 frekuensi peresepan antibiotik di berbagai negara ( dosis rata-rata per hari per 1000
dalam penduduk0 meskipun pengguna cukup rendah, pengurangan rata-rata peresepan lebih dari
70%. seharusnya mungkin dengan pengobatan dengan kontrol PCT suatu studi di swiss (47)

ketika penulisan resep antibiotik, kita harus yakin atas dasar indikasi apa dan infeksi apa sehingga
obat diresepkan.

keputusan tersebut harus ditulis dalam status pasien- jika mungkin pada halaman tersendiri
( halaman perkembangan Antibiotik)

banyak alasan dalam pemberian antibiotik ( section 215 dan tabel 2.2) banyak alsan yang jatuh pada
area “ untuk menyenangkan pasien” atau dugaan agar lebih aman bilamana diagnosis belum jelas
( tabel 2.2) alasan ini juga berlaku pada “pengobatan profilaksis”.dalam perawatan pasien diagnosis
sepsis sebenernya jarang disebabkan dari pengobatan. hanya sedikit pengobatan sebenernya
dibutuhkan untuk mencegah efek kerusakan lokal atau menghilangkan kerusakan organ.

pasien yang tidak memenuhi syarat dalam penyesuaian PCT sebagai kontrol perkembangan terapi
harus di kenali. hal tersebut termasuk, contohnya, infeksi dengan efek kerusakan lokal atau ketidak
mampuan tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri (endokarditis, infeksi otak lokal atau abses dan
osteomielitis)infeksi dengan agen penyebab (tuberkulosis), atau pasien dengan keadaan sistem imun
lemah ( kanker darah, kemoterapi, supres sistem imun, keadaan inflamasi yang berat ( section 2.1.5
table 2.2 dan 6.1)

studi lain menunjukan bahwa seorang yang telah terbiasa, kontrol antibiotik dengan PCT pada pasien
yang sama membolehkan mengurangi durasi dari pengobatan setidaknya dua hari dan hasil akhir
perawatan , sebuah pengurangan dalam frekuensi perawatan setidaknya 50% adalah mungkin.

pengobatan antibiotik pasien yang sudah terbiasa sendiri

+ berdasarkan dari ide pengobatan hanya periode spesifik dari infeksi berat yang membutuhkan
pengobatan.

- terbatas hanya pada kebutuhan klinis


- identifikasi fokus peradangan bakteri harus di usahakan dan di catat
- alasan administrasi antibiotik, termasuk riwayat penggunaan antibiotik, harus dicatat

+ syarat ukuran dari tanda-tanda inflamasi dan infeksi agar mencapai suatu diagnosis pasti
contohnya diagnosis sepsis

+ perlu pemantauan yang ketat pada pasien sepsis yang tidak mendapatkan antibiotik

+keberhasilan klinis dari pengobatan harus menjadi prioritas, sementara pengobatan atas temuan
microba juga harus dipertimbangkan namun bukan prioritas

+ strategi yang tidak meningkat umumnya tidak diperlukan, sejak durasi pengobatan selalu
diberlakukan seminimal mungkin dan dibatasi untuk kesuksesan pengobatan.

+ kemampuan organisme melawan infeksi (immune kompeten) harus selalu ada

- pengobatan terhadap pasien yang imunocompromised atau pasien dengan SIRS berat, MOD
atau peningkatan level PTC berkaitan dengan yang disebabkan bukan bakteri pada IPAT tidak
direkomendasikan, atau seharusnya dilakukan hanya dengan perawatan yang baik.
- level PCT yang tinggi- dengan tidak ada tanda infeksi merupakan masalah dari imun spesifik
pasien ( gangguan fungsi barier usus, perpindahan bakteri,gangguan mikroperfusi)dan harus
menjadi pertimbangan diberikannya antibiotik dengan tidak adanya bukti infeksi

+ terdapat indikasi bahwa IPAT dapat mengurangi biaya penggunaan antibiotik tanpa mengubah
tingkat kematian. hal tersebut dan pertanyaan apakah sedikit resistensi timbul dari IPAT, harus
diteliti lebih lanjut.

tujuan dari terapi modern anti infeksi adalah penyesuaian pengobatan kepada kebutuhan pasien
(indikasi, durasi pengobatan, penggantian jenis antibiotik jika diperlukan)

apa studi lain tentang PCT sebagai kontrol dari penggunaan antibiotik?

beberapa studi dahulu telah menambahkan pertanyaan-pertanyaan tentang PCT sebagai kontrol
terapi antibiotik.(tabel 6.2) studi ini mengenai pasien yang diobati dan pulang keruah dan pasien
yang dirawat di ruang perawatan intensif, contohnya pasien dengan infeksi jalan nafas(22,24) ,
COPD (24), community acquired pneumonia (23), atau pasien umum yang dirawat dengan sepsis
atau sepsis berat (25,356,369). dalam studi ini, berkurangnya durasi pengobatan atau jumlah
peresepan di awasi, biasanya resep setidaknya dua hari terapi. (25,23,34,108,151-154,356,359).
peninjauan dari indikasi dan alogaritma pengobatan dari korespondensi studi dapat ditemukan di
tabel 6.2. ukuran nilai PCT dan penggunaan alogaritma pengobatan yang sesuai untuk memonitor
kebutuhan antibiotik harus dibuktikan manfaatnya dalam praktek klinis sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai