Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENGANTAR PENDIDDIKAN

PENDIDIKAN INFORMAL

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6

DESI KURNIATI ( 06031282227035 )


HARUN AL- KARIM ( 06031282227068 )
KURNIA WATI ( 06031282227045 )
MAYSA SAFIRA ( 06031282227019 )
MUTIAH FADLIAH ZAHRA ( 06031282227023 )
MUTIARA MAHARANI ( 06031282227026 )
NASYWA RATRI INDRIATI ( 06031282227058 )
PUTI AULIA ( 06031382227072 )
RISSA PERMATA ( 06031282227025 )
SYAHRON ARIAN THONY ( 06031382227098 )

DOSEN PENGAMPUH:
Drs.IKBAL BARLIAN, M.Pd
DEWI PRATITA, S.Pd., M.Pd

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “PENDIDIKAN
INFORMAL”guna memenuhi tugas mata kuliah PENGANTAR PENDIDIKAN.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Dengan segala keterbatasan yang ada, kami telah berusaha dengan segala daya dan
upaya menyelesaikan makalah ini sebagaimana pepatah yangmenyatakan tiada gading yang
tak retak , bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya.Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
memperbaiki makalah ini.

Indralaya, 28 oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 2
1.3 TUJUAN PENULISAN ................................................................................................. 2
1.4 MANFAAT PENULISAN ............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4


2.1 DEFINISI PENDIDIKAN INFORMAL ........................................................................ 4

2.2 CIRI-CIRI PENDIDIKAN NASIONAL ........................................................................ 6

2.3 FUNGSI PENDIDIKAN KELUARGA ......................................................................... 7

2.4 TANGGUNG JAWAB KELUARGA DALAM PENDIDIKAN INFORMAL............. 11

2.5 KEKURANGAN DAN KELEBIHAN PENDIDIKAN INFORMAL ........................... 13

2.6 PERANAN KELUARGA DALAM LINGKUNGAN INFORMAL ............................. 15

2.7 DASAR KEBIJAKAN ATAU DASAR HUKUM PENDIDIKAN INFORMAL .........16

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 18


3.1 KESIMPULAN .............................................................................................................. 18

3.2 SARAN ........................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Saat ini pendidikan formal telah memantapkan dirinya sebagai arah utama
pembangunan pendidikan, terlebih pendidikan formal memegang peranan penting dalam
pendidikan dewasa, namun bagaimana halnya dengan pendidikan informal?

Banyak sekali isu-isu yang berkembang pada pendidikan informal, tegasnya


pengakuan secara yuridis yang tidak serta merta memberi dampak pada kepercayaan
sosialakademik terhadap proses dan hasil pendidikan informal. Hal ini antara lain terkait
dengan pertanyaan/ isu yang dilontarkan: “apakah mungkin yang informal itu sebagai sebuah
proses pendidikan, mengingat pendidikan itu merupakan suatu usaha sengaja dan terencana?”
Daniel Schugurensky (2000) menegaskan bahwa untuk informal lebih tepat
belajar/pembelajaran bukan pendidikan, karena dalam proses belajar informal tidak ada
lembaga pendidikan, tidak ada instruktur/guru yang memiliki otoritas secara institusional, dan
tidak ada kurikulum yag diresepkan.

Pendidikan adalah aset dan modal bagi manusia untuk melalui proses
kehidupan(pengembangan kepribadian, pengetahuan, keterampilan hidup) sejak lahir sampai
akhir hayat. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai karakter yang
ada di masyarakat. Karakter kehidupan yang tumbuh bersama anak sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sekitarnya terutama lingkungan keluarga. Keluarga sebagai unit terkecil dalam
tatanan masyarakat merupakan unsur penentu pertama dan utama keberhasilan pembinaan
anak.

Keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam berlangsungnya proses


pendidikan dan pembentukan perilaku anak yang sesuai dengan nilai karakter yang ada di
dalam masyarakat. Pendidikan keluarga, khususnya pendidikan anak tentunya membutuhkan
peran orang tua yang sangat besar. Anak yang umumnya berusia antara 0 sampai 12 tahun
sangat membutuhkan arahan, bimbingan dan tuntunan dari orang tua dalam menumbuhkan
dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras nilai-nilai

1
kehidupan, sehingga anak tidak hanya mengetahui nilai karakter dalam masyarakat, tetapi
juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Keluarga merupakan kelompok yang terdiri dari dua atau lebih yang didalamnya
terdapat suami, istri, anak-anak (bila ada) yang berhubungan melalui darah, perkawinan dan
tinggal bersama. Ayuningtias (2014) mengemukakan bahwa keluarga merupakan lingkungan
pendidikan pertama dan utama bagi anak.

Menurut Salvacion G. Bailon dan Araceli S. Maglaya (1978), arti keluarga adalah dua
atau lebih individu yang tergabung karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi,
hidup di dalam satu rumah tangga dengan saling berinteraksi satu sama lain, memiliki peran
masing-masing, menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Sedangkan menurut E.M.
Duvall, sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, kelahiran, atau adopsi,
yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari setiap anggotanya.

Peranan pendidikan keluarga adalah agar anak-anak memiliki bekal


dalammempersiapkan perkembangannya kelak dalam kehidupan dengan masyarakat.
Sebab,pada dasarnya manusia mempunyai keinginan untuk meningkatkan dan
mengembangkan potensi sesuai dengan nilai karakter yang tumbuh bersama masyarakat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi dari pendidikan informal ?
2. Apa ciri-ciri dari pendidikan informal ?
3. Apa fungsi dari adanya pendidikan keluarga ?
4. Bagaimana tanggung jawab keluarga dalam pendidikan informal ?
5. Apa kekurangan dan kelebihan pendidikan informal ?
6. Apa saja peranan keluarga dalam lingkungan informal ?
7. Apa saja dasar kebijakan atau dasar hukum pendidikan informal ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui definisi dari pendidikan informal.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari pendidikan informal.

2
3. Untuk mengetahui fungsi dari adanya pendidikan keluarga.
4. Untuk mengetahui tanggung jawab keluarga dalam pendidikan informal.
5. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan pendidikan informal.
6. Untuk mengetahui peranan keluarga dalam lingkungan informal.
7. Untuk mengetahui dasar kebijakan atau dasar hukum pendidikan informal.

1.4 MANFAAT PENULISAN


1. Menambah pengetahuan tentang definisi dari pendidikan informal.
2. Menambah pengetahuan tentang ciri-ciri dari pendidikan informal.
3. Menambah pengetahuan tentang fungsi dari adanya pendidikan keluarga.
4. Menambah pengetahuan tentang tanggung jawab keluarga dalam pendidikan
informal.
5. Menambah pengetahuan tentang kekurangan dan kelebihan pendidikan informal.
6. Menambah pengetahuan tentang peranan keluarga dalam lingkungan informal.
7. Menambah pengetahuan tentang dasar kebijakan atau dasar hukum pendidikan
informal.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PENDIDIKAN INFORMAL


Pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku manusia, sedangkan karakter dapat
dikatakan sebagai ciri khas/identitas yang melekat pada manusia.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan


adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasan belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Suroso Prawiroharjo (Dwi siswoyo, dkk. 2008: 15), salah satu konsep
tentang pendidikan yang banyak diajarkan dilembaga pendidikan, guru adalah yang
menggambarkan pendidikan sebagai bantuan pendidik untuk membuat peserta didik dewasa,
artinya kegiatan pendidik berhenti tidak diperlukan lagi apabila kedewasaan yang dimaksud
yaitu kemampuan untuk menetapkan pilihan atau keputusan serta mempertanggungjawabkan
perbuatan dan perilaku secara mandiri telah tercapai.

Menurut Poerbakawatja dan Harapan (Sugihartono, dkk. 2007: 3), pendidikan


merupakan usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk meningkatkan kedewasaan yang
selalu diartikan sebagai kemampuan untuk bertangung jawab terhadap segala perbuatannya.
Pendidikan yang dilakukan secara sengaja akan memiliki manfaat yang dapat menjadikan
orang itu berubah menjadi lebih dewasa.

Menurut Philip H. Coombs (Hasbullah, 2006: 4), pendidikan dalam arti luas
disamakan dengan belajar, tanpa memperhatikan dimana atau pada usia berapa belajar terjadi.
Pendidikan sebagai proses sepanjang hayat, dan seseorang dilahirkan hingga akhir hidupnya.
Proses pendidikan adalah dimana seseorang mengalami proses belajar yang membuat mereka
mendapatkan ilmu pengetahuan.

Menurut Ki Hajar Dewantara (Hasbullah, 2006: 4) yang dinamakan pendidikan yaitu


tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia. Pendidikan
4
menuntut mereka sebagai anggota masyarakat sehingga dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan


merupakan suatu proses secara sadar dalam mengembangkan potensi, bakat dan kemampuan-
kemampuan untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan keperluan dirinya
sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan yang berdasarkan pada pengalaman masa
lalu dapat memberi banyak pengetahuan yang berkesan. Dalam menuntut pendidikan tidak
dibatasi oleh waktu, tempat, usia karena pendidikan itu dapat dilakukan sepanjang hayat.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan informal adalah jalur


pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Sementara menurut Axin (Suprijanto, 2009: 8), pendidikan informal adalah pendidikan
dimana warga belajar tidak sengaja belajar dan pembelajaran tidak sengaja untuk membantu
warga belajar.

Livingstone (1998) mendefinisikan pendidikan informal adalah setiap aktifitas yang


melibatkan pursuit pemahaman, pengetahuan, atau kecakapan yang terjadi diluar kurikulum
lembaga yang disediakan oleh program pendidikan, kursus atau lokakarya

Pendidikan informal biasa juga disebut pendidikan keluarga, dimana pendidikan


dimulai dari keluarga. Menurut Tarakiawan (2001), pendidikan yang mungkin terjadi dalam
keluarga, yaitu:

a. pendidikan iman,
b. pendidikan moral,
c. pendidikan fisik,
d. pendidikan intelektual,
e. pendidikan psikis,
f. pendidikan sosial, dan
g. pendidikan seksual.

Sejalan dengan itu, Abdul Halim mengemukakan bahwa mendidik anak pada
hakikatnya merupakan serangkaian usaha nyata orang tua dalam rangka:

a. menyelamatkan fitrah Islamiah anak,


b. mengembangkan potensi pikir anak,
5
c. mengembangkan potensi rasa anak,
d. mengembangkan potensi karsa anak
e. me-ngembangkan potensi kerja anak, dan
f. mengembangkan potensi sehat anak.

Pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga,


hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan
media massa. Pendidikan informal adalah pendidikan yang bisa terjadi dimana pun dan proses
berlangsung tidak sengaja.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat simpulkan bahwa pendidikan informal


adalah suatu jalur pendidikan keluarga atau lingkungan yang berupa kegiatan belajar yang
dilakukan secara mandiri dan dikerjakan secara sadar dan bertanggung jawab.

2.2 CIRI-CIRI PENDIDIKAN INFORMAL

Adapun ciri-ciri dari pendidikan informal ini adalah :

1. Pebedaan yang paling mencolok antara pendidikan formal dan pendidikan non-formal
adalah dalam hal proses pembelajaranya, yaitu pendidikan formal lebih menekankan
pada proses transfer pengertahuan sedangkan dalam pendidikan infoemal lebih
menekankan pada proses pendidikan (educating).
2. Pendidikan informal tidak terbatas pada tempat dan waktu.
3. Tidak terorganisisr dengan silabus dan kurikulum yang
4. Tidak ada rumus atau pedoman yang ditetapkan. Contoh pembelajaran informal
termasuk kegiatan seperti orang tua mengajari anak alfabet, atau cara menyikat gigi.
5. Pendidikan informal bersifat spontan atau tidak direncanakan sebelumnya dan tidak
memiliki jadwal sehingga pembelajaran terjadi di mana saja, kapan saja. Pelajar
terinspirasi untuk belajar karena keinginan langsung untuk mengetahui bagaimana
melakukan sesuatu atau memahami suatu topik. Atau guru informal melihat
kesempatan untuk berbagi pengetahuan atau kebijaksanaan mereka dengan orang lain.
6. Tidak ada biaya yang diperlukan karena kita mendapatkan pendidikan informal
melalui pengalaman sehari-hari dan dengan mempelajari hal-hal baru.
7. Pendidikan formal merupakan proses belajar seumur hidup secara alami.

6
8. Sertifikat/gelar tidak ditekankan untuk mempelajari hal-hal baru.
9. Pendidikan informal bisa dapatkan dari berbagai sumber seperti media, pengalaman
hidup, teman, keluarga dll.
10. Peserta didik dalam pendidikan informal sering kali sangat termotivasi untuk belajar.
11. Guru dalam pendidikan informal adalah seseorang yang peduli dan yang memiliki
lebih banyak pengalaman daripada peserta didik.
12. Dunia adalah ruang kelas. Hal tersebut adalah mitos bahwa pembelajaran terjadi di
sekolah atau di ruang kelas. Dengan pembelajaran informal, tidak ada ruang kelas.
Rumah, taman lingkungan, komunitas, dan dunia adalah ruang kelas.
13. Pembelajaran informal sulit diukur. Hal ini dikarenakan tidak adanya kegiatan ujian.
14. Sering dianggap tidak berharga oleh akademisi sehingga pembelajaran informal sering
diabaikan dan tidak dianggap sebagai pembelajaran yang valid.

2.3 FUNGSI PENDIDIKAN KELUARGA

Menurut S. Brojonegoro yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Nur Ubhiyati,
mendidik berarti memberi tuntutan kepada manusia yang belum dewasa dalam
pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan
jasmani. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena
dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapakan didikan dan bimbingan. Juga
dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di
dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah
pendidikan keluarga.

Keluarga berfungsi untuk membekali setiap anggota keluarganya agar dapat


hidup sesuai dengan tuntutan nilai – nilai religius, pribadi, dan lingkungan. M.I
Soelaeman (Sadulloh,2007:175) mengemukakan beberapa fungsi keluarga sebagai
berikut :

1. Fungsi Edukasi
Fungsi ini mengarahkan keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan
utama bagi anak-anaknya agar dapat menjadi manusia yang sehat, tangguh, mau
dan mandiri, sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan yang semakin

7
tinggi. Dalam arti mereka menjadi manusia yang matang dan dapat bertanggung
jawab juga dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakatnya.
2. Fungsi Sosialisasi Anak
Dalam fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga memiliki tugas untuk
mengantarkan dan membimbing anak agar anak dapat beradaptasi dengan
kehidupan sosial (masyarakat) yang lebih luas, sehingga kehadirannya akan
diterima bahkan mungkin bahkan dinantikan oleh masyarakat luas, karena banyak
memiliki manfaat bagi orang lain yang ada di lingkungan masyarakatnya.
Keluarga memiliki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan
sosial, meliputi penerangan, penyaringan nilai-nilai dan penafsirannya kedalam
bahasa yag dimengerti anak. Keluarga merupakan lembaga sosial dimana anak
mengadakan proses sosialisasi (belajar sosial atau mempelajari nilai-nilai sosial)
yang pertama dalam kehidupannya.
3. Fungsi Proteksi
Fungsi proteksi atau perlindungan. Keluarga berfungsi sebagai wahana atau
tempat memperoleh rasa nyaman, damai dan tentram seluruh anggota
keluarganya. Secara fisik keluarga harus melindungi anggota keluarga lainnya
supaya tidak kelaparan, kehausan, kedinginan, kepanasan, kesakitan, dll.
Perlindungan mental dimaksudkan supaya orang itu tidak kecewa (frustasi) karena
memiliki konflik yang mendalam dan berkelanjutan, yang disebabkan kurang
pandai mengatasi masalah hidupnya. Perlindungan moral perlu dilakukan supaya
anggota keluarga itu menghindarkan diri dari perbuatan jahat dan buruk
(Sadulloh, dkk, 2007:176).
4. Fungsi Afeksi
Fungsi afeksi atau perasaan. Fungsi ini diarahkan untuk mendorong
keluarga sebagai wahana untuk menumbuhkan dan membina rasa cinta dan kasih
sayang antara sesama anggota keluarga, masyarakat, serta lingkungannya. Selain
itu keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi lembaga interaksi dalam
ikatan batin yang kuat antar anggotanya, sesuai dengan status peranan sosial
masing-masing dalam kehidupan keluarga itu. Ikatan batin yang dalam dan kuat
ini harus dapat dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih
sayang. Kasih saying dan kehangatan yang diberikakn orangtua kalau terlalu

8
berlebihan dapat memanjakan anak, sedangkan kalau terlalu kurang akan gersang
atau kekeringan (Sadulloh, dkk, 2007:177).
5. Fungsi Religius
Fungsi ini diarahkan untuk mendorong keluarga sebagai wahana
pembangunan insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
bermoral, berakhlak dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya.
Disini orang tua berrperan sebagai penyampai, penyeleksi dan penafsir norma-
norma dalam kehidupan sehari-hari (Sadulloh, dkk 2007:177).
6. Fungsi Ekonomi
Fungsi ini diarahkan untuk mendorong keluarga sebagai wahana pemenuhan
kebutuhan ekonomi, fisik dan materiil yang sekaligus mendidik keluarga hidup
efisien, ekonomis dan rasional. fungsi ekonomi meliputi pencarian nafkah,
perencanaan, serta penggunaan atau pembelajarannya (Sadulloh, dkk, 2997:177).
Pelaksanan fungsi ekonomi oleh seluruh anggota keluarga mempunyai
kemungkinan menambah rasa pengertian, solidaritas, dan tanggung jawab
bersama dalam keluarga, serta dengan segala akibatnya.
7. Fungsi rekreasi
Sadulloh, dkk (2007:178) mengemukakan bahwa dalam menjalankan fungsi
ini, keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah,
ceria, hangat, dan penuh semangat. Terjaminnya keseimbangan kepribadiaan
anggota keluarga, dapat menghidari atau setidaknya akan dapat mengurangi
ketegangan yang mudah timbul dalam keadaan lelah. Melaksanakan fungsi
rekreasi oleh seluruh anggota keluarga sangat penting karena:

a. Terjaminnya keseimbangan kepribadiaan anggota keluarga, dapat menghidari


atau setidaknya akan dapat mengurangi ketegangan yang mudah timbul dalam
keadaan lelah.
b. Rasa aman dan santai yang ditimbulkan rekreasi mempermudah munculnya
kesenanga lahir batin, muncul saling mengerti, memperkokoh kerukunan,
solidaritas, serta saling memperhatikan kepentingan masing-masing.
c. Rasa nyaman dan betah dalam keluarga menimbulkan rasa sayang dan rasa
memiliki kepada keluarga, serta keinginan untuk memeliharanya secara
bersama-sama.kerjasama dan tanggung jawab.

9
d. Menghormati serta memperhatikan kepentingan masing-masing anggota
keluarga, disertai dengan identifikasi terhadap norma yang berlaku dalam
keluarga.

Keluarga adalah sebuah unit sosial yang terkecil dalam sebuah masyarakat yang terdiri
dari ayah,ibu,dan anak.Dalam keluarga diatur hubungan antar anggota keluarga, sehingga
setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing. Terbentuknya keluarga
berasal dari perkawinan yang syah menurut agama, adat, dan pemerintah. Kehidupan sosial
atau masyarakat mengharapkan adanya keteraturan, ketentraman dalam
berinteraksi,berkomonikasi untuk memenuhi minimal kebutuhan dasar manusia, karena fungsi
ekonomi dalam keluarga sangat penting bagi kehidupan, terutama pencarian
nafkah,perencanaan dan penggunaannya. Orang tua mempunyai tanggung jawab yang
terpenting yang harus dipikul dalam keluarga, dan merupakan salah satu lingkungan
Pendidikan pertama kali diserap dan diterima oleh anak. Ayah dan ibu lah yang mempunyai
peran aktif dalam memberikan Pendidikan dalam keluarga bagi anak-anaknya.

Fungsi Pendidikan keluarga di antaranya yaitu: sebagai pengalaman pertama masa


kanak-kanak, menjamin kehidupan emosional anak, menanamkan dasar Pendidikan moral,
memberikan dasar Pendidikan social, meletakkan dasar-dasar Pendidikan agama bagi anak-
anak.

Pendidikan anak yang pertama dan paling utama adalah pendidikan dalam keluarga,
kemudian dikembangkan dalam Lembaga Pendidikan dan masyarakat. Pendidikan sekolah
pada dasarnya adalah lanjutan dari pendidikan keluarga. Karena informasi dan ilmu
pengetahuan di ajarkan dalam keluarga,karena kurang mencukupi dan kurang luas. Salah satu
tambahan pendidikan adalah sekolah, karena di sekolah diperoleh secara teratur, sistematis,
bertingkat, dan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat Lembaga pendidikan ini
bertujuan untuk membentuk kecerdasan, minat, serta menembangkan prestasi anak yang
semaksimal mungkin Pendidikan yang tinggi bagi ibu tidak hanya untuk karir di dunia luar
saja, tetapi kaum wanita berpendidikan tinggi guna melahirkan generasi cemerlang di tengah-
tengah keluarga.

Menurut George F. Kneller mengatakan: bahwa pendidikan memiliki arti luas dan
sempit, pendidikan arti sempit maksudnya sebagai tindakan atau pengalaman yang
mempengaruhi perkembangan jiwa,watak ataupun kemampuan fisik individu, sedangkan
pendidikan arti luas maksutnya suatu proses mentransformasikan pengetahuan nilai-nilai, dan
10
ketrampilan dari generasi kegenerasi, yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-
lembaga pendidikan misal sekolah, pendidikan tinggi atau lembaga lainnya.

2.4 TANGGUNG JAWAB KELUARGA DALAM PENDIDIKAN


INFORMAL

Orang tua peserta didik memiliki peran penting dalam proses pendidikan, terlebih di
keluarga atau di rumah. Sebab, keluarga merupakan tempat pertama dan utama seorang anak
manusia di didik dan diajar oleh orangtuanya. Oleh karena itu, keluarga adalah sekolah mini,
dan orangtua disebut sebagai soko guru utama dan pertama dalam proses pendidikan seorang
anak yang sudah dimulai di keluarga. Keluarga bagaikan sebuah ladang subur tempat
persemaian bibit unggul (anak) dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam
proses pertumbuhan dan perkembangannya itu, dia belajar banyak hal untuk membentuk dan
membangun kepribadiannya. Karena itu pembentukan karakter kepribadian seorang anak
(peserta didik) dimulai di keluarga melalui pengamatan, pendengarannya juga rekaman
pengalamannya bersama orangtuanya.

Untuk itu, sangat diperlukan keteladanan hidup orang tua di rumah, baik perkataan
maupun perbuatannya. Ada orang bijak mengatakan seorang anak adalah seorang pengamat
yang hebat, tetapi penafsir yang keliru. Pengalaman bersama (hasil belajar) dengan
orangtuanya di keluarga akan direkam dan disimpan dalam alam bawah sadar serta memory
anak. Misalkan di keluarga orangtua mengajarkan tentang kebaikan seperti: disiplin, saling
mencintai, memberi dan menerima dengan tangan kanan, menerima sesuatu dari orang lain
selalu dengan ucapan terima kasih, sopan santun, menghormati orang lain, dll, maka buahnya
akan dipetik suatu saat.

Demikianpun sebaliknya kalau mengajarkan keburukan maka akan memetik


keburukan. Sekali lagi contoh hidup orang tua akan senantiasa membekas dalam ingatan anak.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa buah yang jatuh tidak pernah jauh dari pohonnya,
kecuali tanahnya miring. Atau juga pohon yang baik pasti menghasilkan buah yang baik. So,
pohon ibarat orangtua, buah adalah ibarat anak.

Seiring dengan perputaran waktu, ketika si anak memasuki lingkungan baru dalam hal
ini lingkungan sekolah, maka nilai kemanusiaan yang sudah terpatri yang sudah ditanam di
keluarga pasti akan selalu dijunjung tinggi. Orangtua sebagai guru utama si anak wajib
mengkawal dengan kasih sayang perjalanannya termasuk ketika di sekolah. Walau terjadi
11
pergeseran peran dari orangtua ke para guru di sekolah, tetap orangtua memegang
tanggungjawab penuh terhadap proses belajar anak. Sebab, dari pengalaman kebanyakan para
orangtua menganggap bahwa ketika anak di sekolah maka segala urusan sepenuhnya menjadi
tanggungjawab sekolah. Apalagi orangtua sudah bayar uang sekolah dan sibuk bekerja, maka
pendidikan anak menjadi tanggungjawab kepala sekolah dan para guru. Kalau seperti ini
mindset-nya, maka sekolah sama dengan Tempat Penitipan Anak (TPA), pada hal, sekolah
bukan TPA, melainkan tempat anak belajar tentang kehidupan, menimba ilmu pengetahuan
dan hal-hal lain yang mungkin belum diterima si anak di keluarga, misalnya cara
bersosialisasi, cara memimpin, cara belajar, dll. Atau bisa jadi pihak sekolah hanya
mempertegas kembali apa yang telah diajarkan dan dididik oleh para orangtua tentang cara
bersikap dan bertingkah laku yang baik.

Dengan demikian si anak akan diperkaya nilai-nilai kemanusiaannya serta lebih


mendalam, sehingga menjadi bagian dari hidupnya dan akhirnya menjadi kebiasaan yang
membudaya. Agar proses belajar si anak (peserta didik) berhasil dengan baik, maka perlu
kerjasama yang baik antara sekolah dan orangtua. Orangtua memiliki kewenangan untuk
bertanya kepada pihak sekolah tentang proses belajar si anak serta progressnya dalam belajar.
Jadi, komunikasi yang intensif dan efektif antara orangtua dan sekolah sangat penting dalam
proses pendidikan anak (peserta didik). Termasuk ketika ada masalah antara anak dan pihak
sekolah, maka orangtua harus punya waktu guna melakukan konfirmasi dan klarifikasi
dengan pihak sekolah dengan mengedepankan asas praduga tak bersalah. Itu juga
mengandung nilai edukasi bagi anak tentang cara menyelesaikan masalah, juga sebagai
bentuk tanggungjawab orangtua terhadap anak. So, Sangat tidak benar kalau orangtua lepas
tanggungjawab, walau perannya sebagian telah bergeser ke para pendidik dan tenaga
kependidikan di sekolah.

Bentuk kerjasama orangtua dan pihak pihak sekolah, tidak melulu berupa materi
(uang), tetapi juga berupa sumbangan pikiran, hadir disetiap ada undangan pertemuan dari
sekolah, komunikasi tang efektif yang semuanya demi kemajuan sekolah tempat anak belajar
olah pikir, olah hati, olah rasa dan olah raga. Yang perlu digaris bawahi pula bahwa waktu
belajar anak (peserta didik) disekolah rata ± 7 jam, waktu selebihnya menjadi tanggungjawab
orangtua. Untuk itu, pengawasan, pendampingan, sikap kontrol dari orangtua sangat
diharapkan, agar nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dan di sekolah tetap awet, lestari,
selalu eksist, tidak mudah luntur, kikis, terkontaminasi di masyarakat yang majemuk,

12
heterogen, juga perkembangan dunia IT (internet) yang bisa diakses dengan bebas.
Pendampingan, pengawasan, pendekatan haruslah secara humanis sesuai usia anak (peserta
didik). Karena itu, walau rumah bukan sekolah atau asrama, orangtua wajib membuat aturan
berupa komitmen untuk disiplin menggunakan waktu, khususnya BELAJAR dan juga
komitmen dalam bersikap dan bertingkahlalu di rumah dan masyarakat.

Dalam proses pendampingan, pengawasan, perlakukan anak sebagai sahabat, teman,


partner, mitra dalam berkomunikasi. Sebagai manusia mereka juga butuh didengarkan dan
diorangkan, dicintai. Mendidik dan mengajar anak dengan kekerasan tidak akan mengubah
mental, sikap dan perilaku anak, tetapi jika mereka dididik dan diajar dengan kasih sayang
pasti mereka akan berubah. Seperti sebuah batu karang bisa berlubang hanya dengan tetesan
air yang terus menerus. Jika demikian perlakuan orangtua, maka anak akan bertumbuh dan
berkembang dalam kasih sayang sebagai pribadi yang unggul, tangguh, serta berkepribadian
kuat dan berkarakter. Yang perlu diingat juga, bahwa orangtua jangan mengukur kecerdasan
anak atau kepintaran anak hanya dari kcerdasan matematika semata, sebab Tuhan
menciptakan manusia dengan kecerdasan yang berbeda.

Menurut Edwar Gardner ada 8 kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu:

1. kecerdasan linguitik
2. logika matematika
3. musikal
4. spasial (menggambar, desaigner)
5. kinestetik (olah raga, menari)
6. interpersonal (pandai bergaul/supel)
7. intrapersonal (mandiri)
8. naturalis (suka alam)

Selain ke delapan kecerdasan itu ada juga yang namanya kecerdasan eksistensial (rasa
ingin tahu). Dengan kecerdasan ini, diharapkan orangtua harus menghargai atau
mengapresiasi kecerdasan apapun yang dimiliki sang anak, walau kurikulum yang berlaku
menuntut anak memenuhi nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

13
2.5 KEKURANGAN DAN KELEBIHAN PENDIDIKAN INFORMAL

Sebagaimana halnya pendidikan formal dan non-formal, jenis pendidikan informal juga
memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri dibandingkan kedua jenis pendidikan lainnya.
Berikut ini keunggulan dan kelemahan tersebut:

 Kelebihan Pada Pendidikan Informal


1. Proses belajar lebih natural karena seseorang bisa belajar dimanapun dan
kapanpun dari pengalaman sehari-hari.
2. Bebas dari berbagai aturan regulasi dan batasan.
3. Melibatkan kegiatan seperti penelitian individu dan pribadi tentang topik yang
menarik bagi diri mereka sendiri dengan memanfaatkan buku, perpustakaan, media
sosial, internet atau mendapatkan bantuan dari pelatih informal.
4. Pendidikan informal memanfaatkan berbagai teknik.
5. Tidak ada rentang waktu tertentu.
6. Proses pembelajaran yang lebih murah dan hemat waktu.
7. Tidak perlu mempekerjakan ahli karena sebagian besar profesional mungkin
bersedia berbagi pengetahuan berharga mereka dengan peserta didikatau publik
misalnya melalui media sosial dan internet.
8. Peserta didik dapat mengambil informasi yang diperlukan dari buku, TV, radio
atau percakapan dengan teman/anggota keluarga mereka.

 Kekurangan Pada Pendidikan Informal


1. Informasi yang diperoleh dari internet, media sosial, TV, radio, atau percakapan
dengan teman / anggota keluarga dapat menyebabkan disinformasi atau
kesalahpahaman.
2. Teknik yang digunakan bisa jadi tidak sesuai.
3. Tidak ada jadwal/rentang waktu yang tepat.
4. Hasil tak terduga yang hanya membuang-buang waktu.
5. Rasa percaya diri dalam diri peserta didik kurang.
6. Tidak adanya disiplin, sikap dan kebiasaan baik.
7. Sumber terpercaya untuk mendapatkan pengetahuan tidak ada. Seseorang mungkin
bisatermakan oleh jenis informasi yang menyesatkan.

14
8. Tidak adanya pelatih profesional dapat menyebabkan praktik pembelajaran yang
tidak efisien.
9. Hal-hal tertentu yang dipelajari di sekolah seperti kedisiplinan, interaksi sosial dan
ketrampilan komunikasi tidak tersedia dalam suasana pengajaran informal.

2.6 PERANAN KELUARGA DALAM LINGKUNGAN INFORMAL

Di dalam lingkungan informal, seseorang secara sadar atau tidak, disengaja atau tidak,
direncanakan atau tidak, memperoleh sejumlah pengalaman yang berharga, sejak lahir hingga
akhir hayatnya. Lembaga keluarga merupakan lembaga terkecil yang pertama kali dialami
oleh seorang individu, yang dapat mengajarkan berbagai peran dan nilai-nilai sosial. Dalam
proses sosialisasi, keluarga memiliki peranan penting, terutama dalam memperkenalkan
tentang hal hal-berikut ini:

a. Penguasaan Diri
Masyarakat menuntut adanya penguasaan dan penyelarasan diri dengan segala norma
dan aturan yang ada terhadap anggotaanggotanya. Peranan orang tua dalam melatih
anak-anaknya untuk menguasai diri dapat dilakukan dengan pelatihan bagaimana cara
memelihara dan menjaga kebersihan dirinya. Penguasaan diri ini berkembang, dari
yang bersifat fisik sampai emosional. Anak harus belajar menahan kemarahannya
terhadap orang tua atau saudarasaudaranya. Penguasaan diri sangat penting artinya
bagi kestabilan kejiwaan anak dalam pergaulan sehari-hari. Tanpa memiliki
kemampuan untuk menguasai diri, maka kejiwaan anak tidak akan stabil, dan
mengganggu proses perkembangannya.
b. Nilai-Nilai
Penanaman nilai-nilai dapat dilakukan bersamaan dengan pelatihan penguasaan diri,
bagaimana anak dapat meminjamkan alat permainannya kepada temannya, dan juga
kepadanya diajarkan kerjasama. Sebagai contoh, sambil mengajarkan anak menguasai
diri agar tidak bermain-main sebelum mengerjakan pekerjaan rumahnya, kepadanya
diajarkan nilai sukses dalam pekerjaan. Nilai-nilai demikian sangat besar fungsinya
bagi proses internalisasi kebiasaan baik pada anak.
c. Peranan-Peranan Sosial

15
Pengenalan dan belajar tentang peran-peran sosial dapat terjadi melalui interaksi
dalam keluarga. Setelah dalam diri anak tertanam pengusaan diri, dan nilai-nilai sosial
yang dapat membedakan dirinya dengan orang lain, ia mulai mempelajari peran-peran
sosial yang sesuai dengan gambaran dirinya. Ia mempelajari peranannya sebagai anak,
sebagai saudara (kakak/adik), sebagai laki-laki atau perempuan.

Dengan mengenal perannya, baik dalam keluarga maupun lingkungan masyarakat,


maka anak akan dapat berperan dengan baik sesuai dengan fungsinya dalam peranan tersebut.

Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung dalam keluarga sejak


anak dilahirkan, dimana seseorang secara sadar atau tidak, disengaja atau tidak, direncanakan
atau tidak, memperoleh sejumlah pengalaman yang berharga, sejak lahir hingga akhir
hayatnya.

Pengalaman-pengalaman dalam keluarga inilah yang disebut dengan proses


pendidikan informal.

2.7 DASAR KEBIJAKAN ATAU DASAR HUKUM PENDIDIKAN


INFORMAL

Suatu kebijakan hukum (landasan Yuridis) itu mutlak diperlukan dalam sebuah sistem.
Pendidikan di Indonesia secara umum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, secara spesifik
diatur dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS Bab VI pasal 13 dan 14
tentang jalur, jenjang dan jenis pendidikan.

Berikut ini adalah paparan beberapa kebijakan hukum yang menjelaskan tentang
keberadaan pendidikan informal.

 Pendidikan Informal
a. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia tahun 1945 yang
telah mengamanatkan Pemerintah Negara Republik Indonesia untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi

16
dan keadilan sosial.UUD 1945 di atas secara jelas mengamanatkan kepada Negara
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu setiap Warga Negara
Indonesia berhak mendapat pendidikan.
b. UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Bab
I pasal 1 ayat 13, yaitu “Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan”. Pendidikan informal merupakan salah satu jalur pendidikan yang ada
di Negara Indonesia
c. UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Bab VI pasal 27, ayat :
1) “Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri”.
2) “Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diakui sama
dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian
sesuai dengan standar nasional pendidikan”.
3) “Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah”. Pendidikan informal diakui oleh Negara setelah memenuhi
ketentuan- ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah.
d. PP RI No. 55 Tahun 2007, tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.
Bab III, pasal 14 ayat :
1) Pendidikan keagamaan Islam berbentuk pendidikan diniyah dan pesantren.
2) Pendidikan diniyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan pada
jalur formal, nonformal, dan informal.
3) Pesantren dapat menyelenggarakan 1 (satu) atau berbagai satuan dan atau
program pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal.

Menurut pengertian pendidikan di atas pondok pesantren dapat menyelenggarakan


pendidikan formal, in formal dan non formal.

17
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
1. Pendidikan informal adalah suatu jalur pendidikan keluarga atau lingkungan yang
berupa kegiatan belajar yang dilakukan secara mandiri dan dikerjakan secara sadar
dan bertanggung jawab.

2. Adapun ciri-ciri dari pendidikan informal ini adalah :


1) Perbedaan yang paling mencolok antara pendidikan formal dan pendidikan non-
formal adalah dalam hal proses pembelajaranya, yaitu pendidikan formal lebih
menekankan pada proses transfer pengertahuan sedangkan dalam pendidikan
infoemal lebih menekankan pada proses pendidikan (educating).
2) Pendidikan informal tidak terbatas pada tempat dan waktu.
3) Tidak terorganisisr dengan silabus dan kurikulum yang
4) Tidak ada rumus atau pedoman yang ditetapkan.
5) Pendidikan informal bersifat spontan atau tidak direncanakan sebelumnya dan
tidak memiliki jadwal sehingga pembelajaran terjadi di mana saja, kapan saja.
6) Tidak ada biaya yang diperlukan karena kita mendapatkan pendidikan informal
melalui pengalaman sehari-hari dan dengan mempelajari hal-hal baru.
7) Pendidikan formal merupakan proses belajar seumur hidup secara alami.
8) Sertifikat/gelar tidak ditekankan untuk mempelajari hal-hal baru.
9) Pendidikan informal bisa dapatkan dari berbagai sumber seperti media,
pengalaman hidup, teman, keluarga dll.
10) Peserta didik dalam pendidikan informal sering kali sangat termotivasi untuk
belajar.
11) Guru dalam pendidikan informal adalah seseorang yang peduli dan yang
memiliki lebih banyak pengalaman daripada peserta didik.
12) Dunia adalah ruang kelas. Hal tersebut adalah mitos bahwa pembelajaran terjadi
di sekolah atau di ruang kelas. Dengan pembelajaran informal, tidak ada ruang
kelas. Rumah, taman lingkungan, komunitas, dan dunia adalah ruang kelas.
13) Pembelajaran informal sulit diukur. Hal ini dikarenakan tidak adanya kegiatan
ujian.
14) Sering dianggap tidak berharga oleh akademisi sehingga pembelajaran informal
sering diabaikan dan tidak dianggap sebagai pembelajaran yang valid.

3. Adapun fungsi- fungsi keluarga adalah sebagai berikut:

18
1) Fungsi Edukasi
2) Fungsi Sosialisasi Anak
3) Fungsi Proteksi
4) Fungsi Afeksi
5) Fungsi Religius
6) Fungsi Ekonomi
7) Fungsi Rekreasi

4. Kedudukan keluarga sangat penting dalam pendidikan informal karena keluarga


mempunyai tanggung jawab yang besar untuk membesarkan dan mendidik anaknya
hingga ujung hayat. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama seorang anak
manusia di didik dan diajar oleh orangtuanya. Oleh karena itu, keluarga adalah
sekolah mini, dan orangtua disebut sebagai soko guru utama dan pertama dalam
proses pendidikan seorang anak yang sudah dimulai di keluarga.

5. Kelebihan pada pendidikan informal adalah sebagai berikut:


1) Proses belajar lebih natural karena seseorang bisa belajar dimanapun dan
kapanpun dari pengalaman sehari-hari.
2) Bebas dari berbagai aturan regulasi dan batasan.
3) Melibatkan kegiatan seperti penelitian individu dan pribadi tentang topik
yang menarik bagi diri mereka sendiri dengan memanfaatkan buku,
perpustakaan, media sosial, internet atau mendapatkan bantuan dari pelatih
informal.
4) Pendidikan informal memanfaatkan berbagai teknik.
5) Tidak ada rentang waktu tertentu.
6) Proses pembelajaran yang lebih murah dan hemat waktu.
7) Tidak perlu mempekerjakan ahli karena sebagian besar profesional mungkin
bersedia berbagi pengetahuan berharga mereka dengan peserta didikatau
publik misalnya melalui media sosial dan internet.
8) Peserta didik dapat mengambil informasi yang diperlukan dari buku, TV,
radio atau percakapan dengan teman/anggota keluarga mereka.
Kekurangan pada pendidikan informal adalah sebagai berikut:
1) Informasi yang diperoleh dari internet, media sosial, TV, radio, atau
percakapan dengan teman / anggota keluarga dapat menyebabkan
disinformasi atau kesalahpahaman.
2) Teknik yang digunakan bisa jadi tidak sesuai.
3) Tidak ada jadwal/rentang waktu yang tepat.
4) Hasil tak terduga yang hanya membuang-buang waktu.
5) Rasa percaya diri dalam diri peserta didik kurang.
6) Tidak adanya disiplin, sikap dan kebiasaan baik.

19
7) Sumber terpercaya untuk mendapatkan pengetahuan tidak ada. Seseorang
mungkin bisatermakan oleh jenis informasi yang menyesatkan.
8) Tidak adanya pelatih profesional dapat menyebabkan praktik pembelajaran
yang tidak efisien.
9) Hal-hal tertentu yang dipelajari di sekolah seperti kedisiplinan, interaksi
sosial dan ketrampilan komunikasi tidak tersedia dalam suasana
pengajaran informal.
6. Dalam proses sosialisasi, keluarga memiliki peranan penting, terutama dalam
memperkenalkan tentang hal hal-berikut ini:
1) Penguasaan Diri
2) Nilai-Nilai
3) Peranan-Peranan Sosial

7. Dasar kebijakan atau dasar hukum pendidikan informal adalah sebagai berikut:

a. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia tahun 1945


yang telah mengamanatkan Pemerintah Negara Republik Indonesia untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.UUD 1945 di atas secara jelas
mengamanatkan kepada Negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh
karena itu setiap Warga Negara Indonesia berhak mendapat pendidikan.

b. UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.


Bab I pasal 1 ayat 13, yaitu “Pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan”. Pendidikan informal merupakan salah satu jalur
pendidikan yang ada di Negara Indonesia.
c. UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Bab VI pasal 27, ayat :

1) “Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan


lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri”.

2) “Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diakui sama


dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian
sesuai dengan standar nasional pendidikan”.
20
3) “Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah”.
Pendidikan informal diakui oleh Negara setelah memenuhi ketentuan-
ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah.
d. PP RI No. 55 Tahun 2007, tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan. Bab III, pasal 14 ayat :

1) Pendidikan keagamaan Islam berbentuk pendidikan diniyah dan pesantren.

2) Pendidikan diniyah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan


pada jalur formal, nonformal, dan informal.

3) Pesantren dapat menyelenggarakan 1 (satu) atau berbagai satuan dan atau


program pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal.

3.2 SARAN

Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari
banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah tersebut. Oleh sebab itu, penulis
harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

21
DAFTAR PUSTAKA

S, Sudjana, Pendidikan Nonformal Wawasan Sejarah Perkembangan Filsafat Teori.

Kadir, Sardjan, Perencanaan Pendidikan innformal, Surabaya : Usaha Nasional, Nizar, Samsul
(ed), Jakarta : Ciputat Press, 2002.

Sudiapermana, Elih. (2009). Jurnal Pendidikan Luar Sekolah: Pendidikan Informal. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.

Sesiardi, Dicky. (2017). Jurnal Tarbawi Vol. 14 No. 2: Keluarga Sumber Pendidikan Karakter
Bagi Anak. Jepara: Universitas Islam Nahdlatul Ulama.

Abu Ahmadi dan Nur Ubhiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h.70

https://www.dosenpendidikan.co.id/pendidikan-informal/

22

Anda mungkin juga menyukai