Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN

HASIL STUDI KAMPUS POLITEKNIK ATK

DAN STUDI

WISATA DI GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Disusun untuk memenuhi tugas akhir kelas XI tahun pelajaran 2021/2022

OLEH :

1. FIRMANSYAH A (10) XI IPS 3


2. INTAN YESIKA P S(14) XI IPS 3
3. IVANA REVALIANI P (17) XI IPS 3
4. RAHUL SEFTIAN M (25) XI IPS 3
5. SAHWA PUTRI H (27) XI IPS 3

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) NEGERI 1 PAKEL

TAHUN 2022
LAPORAN

HASIL STUDI KAMPUS POLITEKNIK ATK

DAN STUDI

WISATA DI YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

OLEH :

1. FIRMANSYAH A (10) XI IPS 3


2. INTAN YESIKA P S(14) XI IPS 3
3. IVANA REVALIANI P (17) XI IPS 3
4. RAHUL SEFTIAN M (25) XI IPS 3
5. SAHWA PUTRI H (27) XI IPS 3

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) NEGERI 1 PAKEL

TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan hasil Studi Kampus Politeknik ATK dan Studi Wisata di Yogyakarta

Tahun Pelajaran 2021/2022 , telah disetujui dan disahkan pada :

Hari/ tanggal :

Di :

Pembimbing II Pembimbing I

…SRI HARTINI,S. Pd, Gr ………………

NIP 19780725 202221 2 012

NIP

Mengetahui,

KEPALA SEKOLAH SUPRIYADI M.Pd


…………………....

NIP

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T, atas limpahan taufik serta hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan judul “Laporan Hasil Studi Kampus Politeknik

ATK dan Studi Wisata di Yogyakarta”.

Penulis menyadari, bahwa selesainya karya tulis ini bukan hanya atas kemampuan penulis

saja, melainkan juga berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Supriadi, M.Pd selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Pakel

2. Bapak Mujiono,S.Pd selaku ketua penyelenggara

3. Bapak Nasir,S.Pd selaku ketua panitia

4. Ibu Sri Hartini,S.Pd, Gr selaku wali kelas

5. Pihak lain yang telah memberikan bantuan serta dukungan yang sangat berarti

bagi penulis.
Karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala saran serta kritik yang

bersifat membangun dari berbagai pihak, sangat penulis harapkan demi sempurnanya karya tulis

ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Pakel, Maret 2022

Penulis,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................ii

KATA PENGANTAR ..................................................................iii

DAFTAR ISI .................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................

A. latar Belakang .............................................................1


...........................................................................................

B. Perumusan Masalah ....................................................

D. Tujuan .........................................................................

D.1 Studi Kampus .....................................................

D.2 Studi Wisata .......................................................

E. Pelaksanaan .................................................................

E.1 Studi Kampus .....................................................

E.2 Studi wisata ........................................................

BAB II HASIL STUDI KAMPUS DAN STUDI WISATA ......

A. Studi Kampus ........................................................

B. Studi Wisata ..........................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................

B. Saran ......................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................vii

LAMPIRAN ..................................................................................viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Yogyakarta adalah salah satu kota yang dianggap istimewa karena kota ini memiliki

banyak tempat wisata yang luar biasa. Selain itu, kota ini memiliki objek-objek study lapangan

yang menarik seperti karakteristik lingkungannya. Proses belajar bagi siswa tidak hanya

dilakukan di dalam kelas tapi dapat juga di luar kelas. Sebagai pelaksanaan proses belajar,

menuangkan salah satu program study lapangan ke Yogyakarta di SMA Negeri 1 PAKEL

menjadi program sekolah yang dapat menambah wawasan dan pengalaman siswa.

Gunung Merapi yang berada di perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa

Yogyakarta sudah lama menjadi ikon Jogja. Gunung Merapi merupakan salah satu gunung

berapi teraktif yang ada di Indonesia, bahkan dunia. Letusannya bahkan sempat memendam

Candi Borobudur di masa silam. Terakhir, Gunung Merapi erupsi pada 3 Maret 2020 dan sempat

mengeluarkan kolom abu setinggi 6 km. Hujan abu pun turun di Kawasan sekitar seperti Klaten,

Boyolali, hingga Solo.Di saat tidak erupsi, Gunung Merapi memiliki kecantikan yang

mempesona. Gunung Merapi menjadi salah satu alasan kenapa banyak orang yang berwisata ke

Jogja.

Geografi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari atau mengkaji bumi dan

segala sesuatu yang ada di atasnya, seperti penduduk, fauna, flora, iklim, udara, dan segala

interaksinya. Dari dasar itulah penulis menyusun salah satu laporan study kampus ke Yogyakarta

dengan dasar ilmu yang telah kita dapat dari sana yang harus kita kembangkan dan sampaikan

kepada yang belum mengetahui lebih dalam serta berbagi ilmu yang berguna.
B. Rumusan Masalah

Dari latarbelakang tersebut maka t rumusan masalah yang kami ambil adalah

sebagai berikut :

1. Studi kampus:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Politeknik ATK?

2. Bagaimana jalur penerimaan mahasiswa baru Politeknik ATK?

3. Bagaimana prospek mahasiswa setelah keluar dari Politeknik ATK?

2. Studi Wisata :

1. Bagaimana sejarah Gunung Merapi ?

2. Bagaimana terbentuknya Gunung merapi ?

3. Bagaimana ciri khas terutama meletusnya Gunung Merapi?

4. Material apa yang di keluarkan saat meletus ?

5. Bagaimana Karakteristik tanah akibat letusan Gunung Merapi ?

C. Tujuan

Berisi rincian tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan studi kampus dan wisata.
Tujuan disusun berorientasi pada latar belakang. Agar lebih spesifik, antara studi

kampus dan wisata dikelompokkan sendiri sendiri.

Tujuan :

A. Studi Kampus :

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Politeknik ATK.

2. Untuk mengetahui jalur penerimaan mahasiswa baru di Politeknik ATK.

3. Untuk mengetahui prospek mahasiswa setelah keluar dari Politeknik ATK.

B. Studi Wisata :

1. Untuk mengetahui sejarah Gunung Merapi.

2. Untuk mengetahui terbentuknya Gunung merapi.

3. Untuk mengetahui ciri khas utama meletusnya Gunung Merapi.

4. Untuk mengetahui material yang dikeluarkan saat meletusnya Gunung

Merapi.

5. Untuk mengetahui karakteristik tanah akibat letusan Gunung Merapi.

D. Pelaksanaan

Studi Kampus :

Hari : Kamis

Tanggal : 24 Maret 2022

Pukul : 08.00 – selesai

Tempat : Politeknik ATK Yogyakarta


Studi Wisata :

Hari : Jum’at

Tanggal : 25 Maret 2022

Pukul : 07.30 – selesai

Tempat : MERAPI DAN SEKITAR

BAB II

HASIL STUDI KAMPUS DAN WISATA

A. Studi Kampus

Politeknik ATK Yogyakarta merupakan sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta yang berada

di bawah naungan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Didirikan pada 1 September

1958. Alamat Politeknik ATK Yogyakarta yaituTarudan, Bangunharjo, Kec. Sewon, Bantul,

Daerah Istimewa Yogyakarta 55188.

Pada tahun 1954 Departemen Perindustrian menyelenggarakan Kursus Perkulitan yang di

sebut Kursus C, merupakan Kursus Lanjut setingkat Akademi. Tujuan Pendidikan/Kursus ini

semula hanya untuk memenuhi tenaga teknis dalam menunjang kegiatan Balai Penelitian Kulit,

disamping untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknis Industri Perkulitan di bawah pengelolaan

Pemerintah dan Swasta yang dikoordinasi oleh Pemerintah sebagai sarana penyuluhan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Rakyat Nomor. 489/TU tanggal 15 Januari

1959, Kursus C kemudian ditingkatkan statusnya menjadi Sekolah Kulit Tinggi (SKT), yang

berkedudukan di Jl. Sukonandi No. 3 Yogyakarta, menjadi satu dengan Balai Penelitian Kulit.
Ijasah Sekolah Kulit Tinggi setingkat dengan Ijasah Akademik, berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Perindustrian Rakyat No. 193 /PMR/64 tanggal 22 April 1964. Selanjutnya berdasarkan

Surat Keputusan Direktur Utama PNPR Nupiksa Yasa Nomor: 579/1.2/N.Y, tanggal 27 Maret

1962, maka sejak 1 September 1958 Sekolah Tinggi Kulit di ubah statusnya menjadi Akademi,

dengan nama: Akademi Kulit. Perubahan ini berdasarkan pada tuntutan adanya Pendidikan

setingkat Akademi yang mampu mencetak kader bidang perkulitan/teknologi kulit, untuk

meningkatkan kualitas industri Perkulitan untuk keperluan ekspor. Berdasarkan Surat Keputusan

Direktur Utama PNPR Nupiksa Yasa Nomor: 36/4.3.1/NY/1967 tanggal 15 Februari 1967, nama

Akademi Kulit diubah menjadi Akademi Teknologi Kulit, dan selanjutnya dikukuhkan dengan

Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 311/M/SK/8/1976 tanggal 6 Agustus 1976, kepada

mahasiswa ATK yang telah lulus diberikan ijasah Sarjana Muda bidang Teknologi Kulit dan

berhak memakai gelar B.Sc.

Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 15 Tahun 1974, maka

pembinaan dan pengembangan aspek Akademi dari semua pendidikan formal di Indonesia

merupakan tugas, tanggung jawab, dan wewenang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Atas dasar Kepres 15 Tahun 1974 tersebut di atas, kemudian ditindak lanjuti dengan

Keputusan Bersama antara Menteri Perindustrian dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

No: 276/M/SK/VI/1981 0187/0/1981 tanggal 6 Juni 1981, tentang Penetapan Akademi

Teknologi Kulit yang berada di bawah pengelolaan Departemen Perindustrian, merupakan

Lembaga Perguruan Tinggi Kedinasan yang menyelenggarakan Program Diploma Tiga (D.III)

bidang Teknologi Kulit. Pembinaan lebih lanjut terhadap Akademi Teknologi Kulit dilimpahkan

pada Perguruan Tinggi Pembina setempat yaitu Univeritas Gajah Mada Yogyakarta.
Sampai dengan tahun Akademik 1998/1999 Akademi Teknologi Kulit mempunyai 3 (tiga)

Jurusan/Program Studi, yaitu:

a. Teknologi Bahan Kulit, Karet dan Plastik

b. Teknologi Pengolahan Kulit

c. Teknologi Barang Jadi

Namun sesuai dengan Kebijakan Departemen Perindustrian dan Perdagangan, melalui

pengarahan dari Kepala Pusbinlat Departemen Perindustrian dan Perdagangan, maka pada tahun

Kuliah 1999/2000 ATK kembali ke "Core Education" semula yaitu peninjauan kembali jurusan,

penyempurnaan kurikulum serta menetapkan bahwa mulai tahun akademik 1999/2000, Akademi

Teknologi Kulit memiliki 2(dua) Jurusan/Program Studi, yaitu:

a. Teknologi Proses Pengolahan Kulit

b. Desain dan Teknologi Sepatu/Produk Kulit

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999 tentang

Pendidikan Tinggi, maka mahasiswa yang telah lulus pendidikan di ATK berhak mendapat

sebutan Ahli Madya Teknologi Kulit (A.Md TK).

Kemudian menjawab kebutuhan spesifikasi unggulan yang akan menentukan kualitas lulusan,

mulai tahun 2004 diterapkan Kurikulum Baru Berbasis Kopetensi yang mengacu pada

Keputusan Mendiknas Nomor: 232/U/2000 dan 045/U/2002, serta untuk memenuhi kebutuhan

industri dilakukan perubahan dan pengembangan program studi menjadi empat (4), yaitu:

a. (TBKKP) Teknologi Bahan Kulit, Karet dan Plastik

b. (TPK) Teknologi Pengolahan Kulit

c. (DTS) Desain dan Teknologi Sepatu

d. (DTPK) Desain dan Teknologi Produk Kulit


Sesuai dengan Peraturan Sekjen [[Kementerian Perindustrian]] Nomor:

09/SJ-IND/PER/10/2012 tentang Reposisi Pengembangan Unit Pendidikan dan Balai Diklat

Industri di Lingkungan Kementerian Perindustrian, maka Unit Pendidikan Tinggi Vokasi di

lingkungan Kementerian Perindustrian direposisi berbasis pada spesialisasi dan kompetensi.

Untuk ATK spesialisasi dan kompetensi di fokuskan pada bidang Teknologi Kulit dan Produk

Kulit / Alas kaki, sehingga pada tahun ajaran 2013/2014 Program Studi di ATK menjadi 2

Program Studi, yaitu:

a. Teknologi Pengolahan Kulit

b. Desain & Teknologi Produk Kulit

Sesuai dengan Program Studi tersebut, maka ATK melakukan penyempurnaan kurikulum

dengan menyelenggarakan konsentrasi pada Program Studi sebagai berikut:

a. Teknologi Pengolahan Kulit

b. Konsentrasi: Teknologi Penyamakan Kulit

c. Konsentrasi: Teknologi Bahan Kulit

d. Konsentrasi: Desain & Teknologi Sepatu

e. Konsentrasi: Desain & Teknologi Barang Kulit

f. Konsentrasi: Penyuluh Lapangan Industri Kecil dan Menengah (TPL-IKM)

A. BIAYA PENDAFTARAN

Biaya pendaftaran sebesar Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah). Pembayaran dilakukan melalui

nomor rekening BNI 30442681 atas nama BPN 030 Politeknik ATK Yogyakarta. Pembayaran

yang dilakukan selain via teller (ATM, M-Banking, SMS Banking dll) diwajibkan menuliskan

nama dan nomor pendaftaran secara manual pada bukti pembayaran.


 

B. PERSYARATAN PENDAFTARAN 

JARVIS Prestasi (Tanpa tes seleksi)

Persyaratan pendaftaran calon mahasiswa baru jalur JARVIS Prestasi meliputi:

a. Calon mahasiswa baru merupakan siswa kelas XII SMA/SMK/MA/sederajat (akan lulus

tahun 2022).

b. Fotokopi raport semester I – IV dengan nilai rata-rata semester minimal 75.00 (tujuh

puluh lima) dan/atau sertifikat prestasi ekstrakurikuler minimal juara 3 tingkat kabupaten.

c. Sertifikat prestasi ekstrakurikuler tersebut diatas meliputi bidang pendidikan, olahraga,

kesenian, teknologi, dan keagamaan.

d. Bukti pembayaran biaya pendaftaran (tercantum nama pendaftar).

e. Scan pasfoto terbaru ukuran 4x6 dengan background merah (maksimal 500 Kb).

f. Scan kartu tanda pelajar.

g. Surat keterangan tidak buta warna.

JARVIS Mandiri

Persyaratan pendaftaran calon mahasiswa baru jalur JARVIS Mandiri meliputi:

a. Calon Mahasiswa Baru merupakan lulusan SMA/SMK/MA/sederajat lulusan 5 tahun

terakhir (2017-2022).

b. Bukti pembayaran biaya pendaftaran (tercantum nama pendaftar).

c. Scan pasfoto terbaru ukuran 4x6 dengan background merah (maksimal 500 Kb).

d. Scan kartu tanda pelajar (lulusan tahun 2022) atau scan ijazah (lulusan tahun

2021/sebelumnya).
e. Surat keterangan tidak buta warna.

C. WAKTU PELAKSANAAN JARVIS MANDIRI IV

Gelombang Jalur Waktu Waktu Tes Seleksi

Pendaftaran

Gelombang I JARVIS Prestasi 3 Januari – 28 -

Februari 2022

JARVIS Mandiri 3 Januari – 28 Setiap hari Selasa pukul 10.00

Februari 2022 WIB

Gelombang II JARVIS Prestasi 1 Maret – 29 April -

2022

JARVIS Mandiri 1 Maret – 29 April Setiap hari Selasa pukul 10.00

2022 WIB

Gelombang III JARVIS Mandiri 1 Mei – 5 Agustus Setiap hari Selasa pukul 10.00

2022 WIB

 
D. PELAKSANAAN PENDAFTARAN DAN TES SELEKSI

Pendaftaran dan tes seleksi (peserta jalur JARVIS Mandiri) calon mahasiswa baru Politeknik

ATK Yogyakarta dilaksanakan secara online melalui http://simba.atk.ac.id. Materi tes seleksi

berupa:

a. Tes Potensi Akademik (TPA) dan bahasa inggris – semua prodi,

b. Sketsa produk kulit – prodi TPPK.

E. BIAYA PENDIDIKAN

Biaya pendidikan mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 54 Tahun 2021 tentang Jenis

dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Yang Berlaku Pada Kementerian

Perindustrian, yaitu:

a. Biaya pendidikan per semester adalah Rp 2.500.000,- (Dua juta lima ratus ribu rupiah),

sehingga total biaya sampai dengan lulus (6 semester) adalah Rp 15.000.000,- (Lima belas

juta rupiah).

b. Biaya sidang tugas akhir sebesar Rp 580.000,- (Lima ratus delapan puluh ribu rupiah)

c. Biaya wisuda sebesar Rp 975.000,- (Sembilan ratus tujuh puluh lima ribu rupiah).

F. BEASISWA

a. Tersedia beasiswa institusi dengan skema pembayaran biaya pendidikan per semester

sebesar 75%, 50%, dan 0% (Gratis biaya pendidikan per semester) bagi mahasiswa

yang tidak mampu dan berprestasi.

b. Tersedia beasiswa dari stakeholder


Sebanyak 64% wisudawan sudah bekerja baik pada industri terkait maupun membuka usaha

sendiri (berwirausaha). Sedangkan sisanya masih dalam tahap seleksi kerja dan ada juga yang

melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi.

Dalam sambutannya, Direktur Politeknik ATK menyampaikan bahwa lulusan tersebut

merupakan salah satu bentuk tanggung jawab Politeknik ATK kepada bangsa dan Negara

Indonesia, dan sekaligus merupakan karya utama Politeknik ATK. Sehingga sampai saat ini, para

alumni Politeknik ATK banyak dibutuhkan di berbagai sektor, baik itu sektor industri, instansi

pemerintah, maupun berwirausaha dengan menciptakan peluang usaha industri kreatif bidang

kulit dan produk kulit.

Daya dukung sebuah perguruan tinggi vokasional seperti halnya Politeknik ATK sangat

penting dalam melakukan pengembangan industri menuju negara industri maju tahun 2025.

Daya dukung tersebut salah satunya adalah dalam hal transfer teknologi, baik melalui pembinaan

dan pendampingan untuk meningkatkan nilai tambah industri, serta peningkatan daya saing

industri kulit berupa peningkatan kualitas, penurunan biaya produksi, dan perbaikan sistem

layanan industri Indonesia. Proses transfer teknologi terutama dilakukan oleh para alumni

Politeknik ATK yang telah berkarya di masyarakat, selain juga dapat berupa penerapan hasil-

hasil penelitian Politeknik ATK secara langsung.

Peranan lulusan Politeknik ATK yang sangat penting adalah meningkatkan porsi teknologi

dalam nilai tambah industri yaitu pada proses transformasi bahan baku menjadi produk.

Teknologi merupakan komponen pokok dalam kompetensi inti industri, sehingga alumni

Politeknik ATK akan berperan dalam mengarahkan daya saing industri lebih kepada core

competence competitiveness dari pada resources based competitiveness.

B. Studi Wisata
1. Sejarah Gunung Merapi

Gunung Merapi adalah sebuah gunung yang memiliki ketinggian puncak kurang lebih 2.930

meter dari permukaan laut. Gunung berapi yang berada di bagian tengah Pulau Jawa ini tercatat

sebagai salah satu gunung teraktif yang ada di Indonesia. Selain menyandang status sebagai

salah satu gunung berapi teraktif, ternyata Gunung Merapi juga merupakan salah satu gunung di

dunia yang berdiri kokoh di antara 4 wilayah kota di Indonesia. Lereng sisi selatan gunung

berada di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, di sisi sebalah barat gunung berada

di Provinsi Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Magelang, sedangkan sisi utara dan timur

gunung terletak di Kabputen Boyolali, terakhir sisi tenggara gunung berada di Kabupaten Klaten.

Sejak tahun 1548 Gunung Merapi tercatat pernah meletus sebanyak 68 kali, sehingga

menjadikan gunung ini sebagai salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk

dalam proyek Decade Volcanoe (Turner, Peter, 1997:215-216).

Gunung Merapi adalah gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke

selatan dari Gunung Ungaran . Salah satu gunung paling aktif di dunia tersebut terbentuk karena

aktivitas di zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia

menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa. Puncak

yang sekarang terbentuk tidak ditumbuhi vegetasi karena aktivitas vulkanik tinggi. Puncak

tersebut tumbuh di sisi barat daya puncak Gunung Batulawang yang lebih tua.

"Merapi tak pernah ingkar janji", begitulah kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

Bencana Geologi Surono. Katanya, setelah peningkatan aktivitas, pasti diakhiri dengan letusan

yang berbentuk guguran kubah dan awan panas.


Benar saja, pasca statusnya dinaikkan dari Siaga menjadi Awas, gunung yang berada di

Sleman, Boyolali itu akhirnya melunaskan janjinya. Merapi tak henti-hentinya memuntahkan

awan panas (wedhus gembel) sejak 17.02 WIB, Selasa 26 Oktober 2010.

Sejak saat itu, gunung dengan tinggi 2.930 meter tersebut mengalami serangkaian erupsi

diiringi awan panas dan banjir lahar dingin yang terjadi sampai beberapa bulan. Awan panas itu

seketika melumat habis apapun yang dilewatinya.

Tak terkecuali, kediaman Mbah Maridjan di Dusun Kinahrejo, Cangkringan Sleman yang

berjarak sekitar empat kilometer dari puncak Merapi. Pria bernama asli Mas Penewu

Suraksohargo sendiri merupakan kuncen atau juru kunci Merapi sejak 1982. Setiap Gunung

Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando dari beliau untuk mengungsi.

Sejak status Merapi ditingkatkan, sudah ada 40.000 warga yang tinggal di radius 10 kilometer

dievakuasi. Namun, Mbah Maridjan kekeuh terhadap pendiriannya. Ia tetap berdiam diri di

rumahnya dan menolak turun dari Merapi, bagaimana pun kondisinya.

"Asih kamu mau ke mana? Saya jawab, saya tidak mau kemana-mana. Kalau kamu mau turun

Merapi. Turun sekarang. Kalau saya tidak akan turun. Kalau turun, saya nanti ditertawakan oleh

ayam," kisah Putra Mbah Mardijan, Asih mengenang obrolannya dengan ayahnya yang tercinta,

dikutip dari merdeka.com.

Keganasan Merapi akhirnya merenggut nyawa Mbah Maridjan. Dia tewas dihantam awan

panas 600 derajat celcius dan ditemukan tak bernyawa dalam posisi bersujud di rumahnya.

Jasadnya ditemukan beberapa jam kemudian oleh tim SAR bersama dengan 16 orang lainnya

yang juga telah meninggal dunia. Kondisi para korban saat ditemukan mengalami luka bakar

serius.
Desa yang menjadi tempat tinggal Mbah Marijan itu luluh lantak, tidak ada lagi tanda-tanda

kehidupan. Seluruh bangunan rumah penduduk hancur, hewan-hewan mati, tanaman-tanaman

hangus. Udara terasa panas. Debu di jalanan setebal 10 cm yang terinjak kakipun masih terasa

hangat.

Dikutip dari Majalah Tempo (2010), pada 26 dan 27 Oktober 2010, aktivitas di perut Merapi

melonjak berlipat. Laju deformasi atau penggelembungan volume puncak Merapi yang sebelum

21 Oktober masih 10,5 sentimeter per hari, sejak 24 Oktober menjadi 42,3 sentimeter. Ini

menunjukkan ada desakan energi dari magma di perut Merapi ke permukaan.

Klimaksnya, semburan wedhus gembel pada Selasa, 26 Oktober. Setelah menyemburkan

awan panasnya, Merapi seperti tertidur kembali. Frekuensi gempa dan guguran material menurun

drastis.

Namun, Kepala Pusat Vulkanologi Surono memperingatkan agar warga jangan terlalu tenang

dahulu. "Jangan main-main. Aktivitas Merapi turun, bukan berarti behenti," kata Surono

sebagaimana dikutip dari Tempo (2010).

Tak butuh lama untuk membuktikannya, pada 28 dan 29 Oktober 2010, kepundan Merapi

kembali menyemburkan awan panas. Menurut Tempo, diamnya Merapi bisa diartikan dua

kemungkinan yakni, sedang mengumpulkan energi atau di dalam dapur magmanya sudah

berkurang.

2. Terbentuknya Gunung Merapi

Kata Volcano (gunung api) berasal dari nama Vulcano, sebuah pulau vulkanik di Kepulauan

Aeolian Italia yang namanya berasal dari Vulcan, nama dewa api dalam mitologi Romawi

(Douglas, 2001). Studi tentang gunung api disebut Volcanology, namun lebih sering di eja
dengan Vulcanology. Gunung api adalah gunung yang terbentuk jika magma dari perut bumi

naik ke permukaan.

Gunung api dapat dikelompokkan menurut tingkat kedahsyatan letusan apakah itu dahsyat

ataupun tenang, dan tipe bahan yang dimuntahkan sewaktu meletus. Di kala meletus, gunung api

mengeluarkan lava, bom gunung api, kerak, abu, gas panas dan uap. Bahan yang disemburkan

oleh letusan gunung api mempunyai sifat-sifat yang tidak dimiliki batuan lain.

Gunung api terbentuk hasil daripada batu-batan cair yang terkumpul di bawah kerak bumi.

Keadaan suhu yang sangat panas di bawah kerak bumi menyebabkan batu-batan menjadi cair.

Batu-batuan cair ini dikenali sebagai magma. Kebanyakan magma terbentuk kira-kira 80 km

hingga 160 km di bawah permukaan bumi.

Magma yang panas akan naik ke permukaan bumi karena tekanan dan kurang padat daripada

batu disekitarnya. Magma mengalir keluar ke permukaan bumi melalui rekahan gunung api dan

dikenali sebagai lava. Kebanyakan gunung api terbentuk di kawasan sempadan plat. Ahli sains

telah mengemukakan teori lempeng tektonik untuk menjelaskan proses pembentukan gunung

api.

Gunung api terbentuk apabila bertemunya dua lempeng. Pertemuan ini menyebabkan salah

satu lempeng terhujam ke bawah lempeng yang lain. Zona yang terbenam ini akan menjadi cair

karena suhu yang sangat panas di bawah kerak bumi. Bagian cair ini menambah magma di

mantel dan seterusnya mengalir keluar ke permukaan bumi menjadi gunung api. Gunung api

juga terdapat di zona tengah lautan. Perebakan dasar laut terjadi apabila magma naik menolak

litosfer ke arah yang berlawanan. Lava ini akan membentuk dasar laut sebagai permatang tengah

laut. Gunung api di Iceland merupakan jenis pembentukan ini. Sebagian gunung api terbentuk di

tengah lempeng, jauh dari perbatasan lempeng seperti Kepulauan Hawaii. Ahli sains
menjelaskan bahwa tonggak batuan mantel yang dipanaskan dan naik secara perlahan ke

permukaan bumi. Kenaikan magma ke permukaan bumi diperkirakan 13 cm hingga 15 cm

setahun. Apabila semburan magma naik sampai ke permukaan bumi, gunung api akan terbentuk.

Proses pembentukan gunung apiini disebut titik panas (hotspots)

3. Ciri khas meletusnya merapi

Erupsi 2006

Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus kembali,

ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi. Pemerintah daerah Jawa Tengah dan DI

Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Instruksi juga sudah dikeluarkan oleh

kedua pemda tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi segera mengungsi ke tempat-

tempat yang telah disediakan.

Pada tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa

aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah Istimewa

Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah Merapi

sudah mencapai 4 juta meter kubik - artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi

sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi.

Tanggal 1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, tiga

hari belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan

sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini.[17]

Tanggal 8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09.03 WIB meletus dengan semburan awan panas

yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri

ke tempat aman. Tercatat terjadi dua letusan, letusan kedua terjadi sekitar pukul 09.40 WIB.
Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dan

menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman.[18]

Letusan Merapi pada tahun 2006 ini menelan setidaknya 151 orang korban jiwa.

Erupsi 2010

Peningkatan status dari "normal aktif" menjadi "waspada" pada tanggal 20 September 2010

direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK)

Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal 21 Oktober status berubah menjadi "siaga"

sejak pukul 18.00 WIB. Pada tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus dipersiapkan. Karena

aktivitas yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya frekuensi gempa multifase dan

gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal 25 Oktober BPPTK Yogyakarta

merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi "awas" dan semua penghuni

wilayah dalam radius 10 km dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke wilayah aman.

Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober. Sedikitnya terjadi hingga

tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan

disertai keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan

Cangkringan, Sleman.[20] dan menelan korban 43 orang, ditambah seorang bayi dari Magelang

yang tewas karena gangguan pernapasan.

Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tidak teratur. Mulai 28 Oktober,

Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya

awan panas pada pukul 19.54 WIB.[21] Selanjutnya mulai teramati titik api diam di puncak pada

tanggal 1 November, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah.
Namun, berbeda dari karakter Merapi biasanya, bukannya terjadi pembentukan kubah lava

baru, malah yang terjadi adalah peningkatan aktivitas semburan lava dan awan panas sejak 3

November. Erupsi eksplosif berupa letusan besar diawali pada pagi hari Kamis, 4 November

2010, menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di

kaki Merapi. Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan yang tidak henti-

hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada dini hari Jumat 5 November 2010.

Menjelang tengah malam, radius bahaya untuk semua tempat diperbesar menjadi 20 km dari

puncak. Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota Yogyakarta (jarak

sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan pusat Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km).

Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik

pekat melanda hingga Purwokerto dan Cilacap. Pada siang harinya, debu vulkanik diketahui

telah mencapai Tasikmalaya, Bandung,[22] dan Bogor.[23]

Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah setelah

pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi. Pada tanggal 5

November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus "awas" (red alert).[24]

[butuh rujukan]

Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar seminggu, sebelum

kemudian terjadi sedikit penurunan aktivitas, namun status keamanan tetap "Awas". Pada

tanggal 15 November 2010 batas radius bahaya untuk Kabupaten Magelang dikurangi menjadi

15 km dan untuk dua kabupaten Jawa Tengah lainnya menjadi 10 km. Hanya bagi Kab. Sleman

yang masih tetap diberlakukan radius bahaya 20 km.

Aktivitas 2018-2021
Peningkatan aktivitas vulkanik kembali ditunjukan gunung ini sejak Jumat, 11 Mei 2018,

pukul 07.30 WIB. Meski berstatus normal, Gunung Merapi mengeluarkan suara gemuruh

disertai asap membumbung tinggi.[26] Letusan tipe freatik (hembusan) ini memunculkan asap

setinggi hingga 5.500 meter vertikal. Erupsi ini disaksikan dalam jarak dekat oleh pendaki yang

masih berada di areal Pasarbubrah dan terdokumentasi dalam video di media sosial. Tak ada

laporan pendaki yang meninggal dunia. Kawasan Pasarbubrah adalah tempat para pendaki

Merapi biasa menginap dan memasang tenda sebelum mendaki ke puncak. Hujan abu tipis jatuh

di wilayah lereng barat.

Sejak peristiwa itu, PPGM mulai memantau aktivitas Merapi yang terus meningkat, sehingga

pada tanggal 21 Mei 2018, pukul 23.00 WIB status Merapi dinaikkan dari normal aktif menjadi

waspada.[27] Status ini tidak pernah diturunkan setelahnya, yang berakibat ditutupnya akses

pendakian ke Gunung Merapi.

Kamis, 24 Mei 2018, gunung Merapi kembali erupsi dengan menyemburkan asap setinggi

6.000 meter. Hujan abu mengguyur wilayah barat gunung yaitu Kabupaten Magelang bahkan

sampi ke Kabupaten Kebumen yang berjarak lebih dari 40 kilometer.[28] Gunung Merapi

kembali erupsi pada Jumat, 1 Juni 2018 pada pukul 08.20 WIB dengan durasi 2 menit. Menurut

BPPTKG, kolom letusan gunung Merapi sekitar 6.000 meter dari puncak, atau sekitar 8.968

meter di atas permukaan laut arah barat laut dan teramati dari Pos Pengamatan Jrakah. Letusan

tersebut menyebabkan hujan abu di Pos Pengamatan Gunung Merapi Jrakah dan Selo. Bahkan

laporan hujan abu hingga ke Salatiga dan Kabupaten Semarang.[29] Masyarakat diimbau tetap

tenang dan waspada atas hujan abu dan selalu mengenakan alat pelindung diri (APD), seperti

kacamata, jaket, dan masker saat berada di luar rumah.[30]


Setelah relatif stabil pada tahun 2019, pada hari Sabtu, 28 Maret 2020, pukul 19.25 WIB,

gunung Merapi meletus.Pada erupsi ini, karakter letusan mulai bercampur dengan letusan

eksplosif (disertai ledakan dan lontaran material besar). Pada hari Minggu, 29 Maret 2020, pukul

00.15 WIB, gunung Merapi meletus dengan tinggi kolom erupsi terukur 1500 meter di atas

puncak atau 4.468 meter di atas permukaan laut. Erupsi terekam di seismogram dengan

amplitudo maksimum 40 mm berdurasi kurang lebih 2 menit 30 detik.[31]

Pada 10 April 2020, pukul 09.10 WIB, gunung Merapi meletus dengan tinggi kolom erupsi

terukur 3000 meter dari atas kawah puncak gunung. Erupsi tercatat di seismogram dengan

amplitudo 75 mm dan durasi 103 detik. Arah angin saat erupsi ke Barat Laut.[9]

Pada 21 Juni 2020, pukul 09.13 WIB, gunung Merapi kembali meletus dengan tinggi kolom

erupsi 6000 meter dari atas kawah puncak gunung. Erupsi tercatat di seismogram dengan

amplitudo 75 mm dan durasi 328 detik. Saat erupsi pertama terjadi, BPPTKG memonitor arah

angin menuju barat. Pada erupsi kedua, amplitudo termonitor 75 mm dan durasi 100 detik.

Tinggi kolom saat erupsi kedua ini tidak teramati. Pusat Pengendali Operasi BNPB mendapatkan

laporan dari BPBD setempat mengenai sebaran abu. Sebaran hujan abu vulkanik erupsi Gunung

Merapi yang terpantau pada 09.56 terjadi di wilayah beberapa desa pada dua Kecamatan

Srumbung (Desa Kaliurang, Kemiren, Srumbung, Banyuadem, Kalibening dan Ngargosoko) dan

Kecamatan Dukun (Desa Ngargomulyo dan Keningar).[32]

Pada hari Kamis, 5 November 2020, pukul 12.00 WIB, BPPTKG meningkatkan status

gunung Merapi dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III)[33] karena aktivitas vulkanik

di Gunung Merapi diduga dapat berlanjut ke erupsi yang membahayakan masyarakat. Ini

didasarkan pada kronologi data hasil pemantauan aktivitas vulkanik, yaitu pertama setelah

letusan eksplosif 21 Juni 2020, kegempaan internal yaitu VA, vulkanik dangkal (VB) dan fase
banyak (MP) mulai meningkat. Sejak bulan Oktober 2020 kegempaan meningkat semakin

intensif.

Pada 4 November 2020 rata-rata gempa VB 29 kali/hari, MP 272 kali/hari, guguran (RF) 57

kali/hari, hembusan (DG) 64 kali/hari.[34] Meskipun demikian, tidak terlihat indikasi

pembentukan kubah lava yang baru. Gempa dan deformasi masih meningkat dan BPPTKG

memperingatkan bahaya luncuran awan panas sejauh 5 kilometer dari puncak gunung.

Pada Laporan Aktivitas Gunung Merapi Periode Bulan November 2020 yang diterbitkan oleh

BPPTKG pada 30 November 2020, mendapat kesimpulan bahwa terdapat peningkatan aktivitas

vulkanik G. Merapi berupa aktivitas kegempaan internal yang mencapai 400 kali/hari, laju

deformasi mencapai 11 cm/hari, konsentrasi gas CO2 pada 21 November-30 November

meningkat dengan nilai maksimal 675 ppm setelah sebelumnya pada awal bulan november

hingga tanggal 20 November cukup konstan berada pada 525 ppm, serta perubahan morfologi

puncak akibat intensifnya aktivitas guguran. Data pemantauan ini menunjukkan proses desakan

magma menuju permukaan.

Memasuki tahun 2021, aktivitas vulkanik semakin meningkat. Setelah semakin sering

teramati runtuhan batuan lava sisa letusan terdahulu semakin tebalnya asap/uap putih dari

puncak, pada hari Senin malam tanggal 4 Januari 2021 mulai teramati adanya titik api dan

guguran material vulkanik (batu dan lava) yang berlanjut pada hari berikutnya. Pihak BPPTKG

menyatakan bahwa fase erupsi telah dimulai.[35][36] Sejak itu leleran material awan panas dan

runtuhan batuan semakin sering teramati dengan jarak yang semakin jauh. Pada tanggal 7 Januari

2021, Gunung Merapi mengeluarkan guguran awan panas (aliran piroklastik) dan memunculkan

kolom asap setinggi 200 meter dari puncak.[37][38][39] Guguran awan panas tersebut terjadi

pada pukul 8:02 WIB menimbulkan gempa vulkanik dengan amplitudo maksimum 28 mm dan
berdurasi 154 detik,[37] dan pada pukul 12:50 WIB dengan amplitudo maksimum 21 mm dan

berdurasi 139 detik.[39] Arah pergerakan material ke barat daya (hulu Kali Kuning sampai hulu

Kali Krasak)

4. Material yang dikeluarkan merapi

Letusan gunung berapi membawa material-material baik dalam bentuk padat, cair, ataupun

gas.Erupsi gunung berapi akan mengeluarkan material yang beragam, mulai dari material yang

berwujud padat/eflata, cair, dan gas. Erupsi tersebut dapat berasal dari dalam dapur magma atau

pun material di sekitar kawah.

Dirangkum dalam konten edukasi Kemdikbud RI dengan judul Material Letusan Gunung Api,

material-material tersebut digolongkan ke dalam tiga pembagian jenis material berdasarkan

wujud fisiknya, yaitu:

1. Material padat/eflata

Material padat atau eflata adalah material letusan gunung api berwujud padat. Ada dua

macam material padat, yakni eflata autogen dan eflata alogen.

Gunung berapi adalah peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang

didorong keluar oleh gas bertekanan tinggi. Gunung berapi berpotensi mengalami erupsi atau

letusan yang dapat mengeluarkan material-material khusus.

Mengutip dalam modul Pengenalan Gunung Api yang diterbitkan oleh Kementerian Energi

dan Sumber Daya Mineral, gunung berapi diklasifikasikan ke dalam empat sumber erupsi, di

antaranya adalah:

a. Erupsi pusat, yaitu erupsi yang keluar melalui kawah utama.


b. Erupsi samping, merupakan erupsi yang keluar dari lereng tubuhnya.

c. Erupsi celah, yaitu erupsi yang muncul pada retakan atau sesar, yang dapat memanjang

sampai beberapa kilometer

d. Erupsi eksentrik, yang sejenis dengan erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan

dari kepundan pusat yang menyimpang ke samping, melainkan langsung dari dapur

magma melalui kepundan tersendiri.

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah gunung berapi sekitar 13 sampai 17

persen dari total jumlah gunung api aktif di seluruh dunia. Bahkan, beberapa gunung berapi di

Indonesia masih perlu diawasi karena sewaktu-waktu dapat meletus.

Letusan gunung berapi membawa material-material baik dalam bentuk padat, cair, ataupun

gas. Lantas, apa saja material-material yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung berapi?

Material-Material yang Dikeluarkan Saat Terjadi Letusan Gunung Berapi (1)Material erupsi

gunung berapi, salah satunya dalam wujud padat adalah abu vulkanik. Material-Material yang

Dikeluarkan Saat Terjadi Letusan Gunung Berapi

Erupsi gunung berapi akan mengeluarkan material yang beragam, mulai dari material yang

berwujud padat/eflata, cair, dan gas. Erupsi tersebut dapat berasal dari dalam dapur magma atau

pun material di sekitar kawah.

Eflata autogen merupakan material padat yang berasal dari dapur magma yang terbawa

bersama lava yang keluar saat letusan terjadi. Sementara itu, eflata alogen adalah material padat

yang berasal dari material di sekitar kawah yang ikut terlontar saat letusan.

Bom, merupakan material padat yang berbentuk bongkahan batu-batu besar. Material seperti

ini sering dimanfaatkan manusia untuk kepentingan konstruksi bangunan.


Lapili, merupakan material padat berupa batu-batu kerikil yang lebih kecil. Sama seperti bom,

material ini juga banyak dimanfaatkan untuk kepentingan bahan bangunan.

Tuff adalah butiran halus hasil letusan gunung berapi yang banyak mengandung silika. Tuff

lebih sering disebut dengan istilah ash atau abu vulkanik, serta memiliki sifat berbahaya yang

dapat menyebabkan infeksi pernapasan.

2. Material cair/efusifa

Material cair atau efusifa adalah material hasil letusan gunung api, yang berbentuk material

cair meliputi lava dan lahar, baik lahar dingin maupun lahar panas. Berikut adalah

penjelasannya.

Lava, adalah magma yang meleleh. Lava yang mengalami pendinginan karena telah terlalu

lama berada di udara luar, akan mengeras dan berubah menjadi bantuan beku/basaltis.

Lahar, merupakan lava yang sudah bercampur dengan material lain yang ada disekitar

kawah gunung api. Lahar panas terbentuk saat gunung sedang erupsi, sedangkan lahar dingin

(lahar hujan) terjadi saat gunung sedang tidak erupsi.

3. Material gas/ekshalasi

Seperti namanya, material gas atau ekshalasi adalah salah satu dari material-material yang

dikeluarkan saat terjdi letusan gunung merapi. Berikut adalah jenis-jenis hasil letusannya.

Mofet (CO2), adalah gas hasil letusan gunung berapi yang berbahaya karena bersifat racun.

Gas ini sangat dianjurkan untuk dihindari karena bisa membahayakan nyawa siapa pun yang

menghirupnya. Fumarol (H2O), berupa uap air yang panas. Solfatar (H2S), merupakan gas

belerang yang berbahaya jika terlalu pekat karena dapat menimbulkan keracunan.

Awan panas, merupakan asap yang keluar saat gunung berapi meletus dengan temperatur

yang tinggi, dan mengalami daya luncur menuruni lereng hingga mencapai 200 km/jam.
4. Karakteristik tanah merapi

Lahan pertanian yang terkena abu merapi terdiri dari lahan sayuran, lahan pekarangan dan

tegalan. Dari hasil pengamatan lapang komoditas sayuran yang cepat beradaptasi adalah

bawang daun. Sedangkan pada lahan pekarangan, jenis tanaman yang dapat menembus

lapisan abu merapi adalah jenis umbi-umbian dan yang memiliki akar tinggal, seperti tanaman

pisang dan talas. Pada lahan tegalan, tanaman yang cepat cepat menyesuaikan diri adalah

rumput pakan ternak. Tanaman-tanaman ini dapat tumbuh baik akibat abu merapi yang

banyak mengandung air.

Dengan kondisi sifat fisik tanah pasca erupsi merapi, menyebabkan lahan pertanian perlu

pengolahan lahan yang teratur. Pengolahan tanah diperlukan untuk memecahkan lapisan atas

yang banyak mengandung kadar air. Cara ini sangat efektif apabila dilakukan sampai

kedalaman > 30 cm (Gambar 2). Hal ini untuk memperbaiki permeabilitas dan pori aerasi

tanah. Kaidah konservasi tanah dengan sistim pengolahan tanah inilah yang harus dilakukan

untuk mempercepat perbaikan lahan.

Lahan yang terkena abu dan lahar merapi merupakan lahan berlereng, sehingga dilapangan

terlihat adanya alur-alur bekas aliran permukaan dan bahkan banyak terjadi erosi parit sampai

tebing. Abu merapi yang bertekstur pasir dan dengan lapisan tanah yang memiliki indek

kemantapan agregat rendah (27-37), menyebabkan mudah terjadi erosi dan aliran permukaan.

Penanggulangan erosi dan aliran permukaan dapat dilakukan dengan cara menanam

rumput pakan ternak dan tanaman pisang. Hal ini karena sudah beradaptasi pada lahan

tersebut dan mudah ditemukan. Jenis tanaman introduksi yang mudah ditanam dan dapat

beradaptasi pada tekstur berpasir dan liat adalah rumput akar wangi (Vetiveria zizanioides).

Rumput ditanam searah kontur dan rapat agar dapat digunakan sebagai penahan erosi dan
aliran permukaan. Sedangkan untuk tanaman pisang ditanam pada bidang olah dengan cara

zigzag, hal ini bermanfaat untuk mengurangi kehilangan tanah dan hara yang terangkut akibat

aliran permukaan dan erosi. Untuk penanggulangan bahaya erosi dan aliran permukaan pada

erosi parit/tebing diperlukan penanaman tanaman bambu. Bambu ditanam pada pinggiran

parit/tebing dengan jarak 50 cm secara zigzag (Gambar 6). Perlakuan ini sangat efektif,

karena bambu mudah tumbuh, memiliki perakaran serabut yang dapat menembus lapisan

tanah dan mudah dicari dilokasi dampak.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Politeknik ATK Yogyakarta merupakan sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta yang

berada di bawah naungan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Didirikan pada 1

September 1958. Alamat Politeknik ATK Yogyakarta yaitu Tarudan, Bangunharjo, Kec.

Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55188.

B. Saran

Penyampaian atau penjelasan pihak kampus ATK Yogyakarta terlalu panjang dan

menjadikan siswa-siswi kelas XI SMAN 1 PAKEL merasa bosan dan jenuh. Sebaiknya pihak

kampus ATK Yogyakarta bisa menyampaikan penjelasan dengan lebih singkat dan mudah di

pahami oleh siswa-siwi kelas XI SMAN 1 PAKEL sehingga tidak membuat bosan dan jenuh,

agar penyampaian pihak kampus ATK Yogyakarta terlihat lebih berkesan dan menarik

perhatian siswa-siswi kelas XI SMAN 1 PAKEL.


Seharusnya ada penataan ulang untuk schedule perjalanan ketika ke Yogyakarta kemarin,

Karena banyak tempat yang tidak sesuai dengan waktu. Contohnya di Candi Prambanan saat

tengah hari, sebaiknya saat sore agar tidak terlalu panas.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.atk.ac.id/about-atk-polytechnic/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gunung_Merapi

http://bencanapedia.id/Gunung_Merapi - :~:text=Salah%20satu%20gunung%20paling

%20aktif,sepanjang%20bagian%20tengah%20Pulau%20Jawa

https://kumparan.com/kabar-harian/material-material-yang-dikeluarkan-saat-terjadi-

letusan-gunung-berapi-1wd0xQnO3w3

https://tekno.tempo.co/read/1539407/studi-tanah-hasil-letusan-gunung-api-lebih-subur-di-

indonesia-timur

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai