Anda di halaman 1dari 15

MODUL III PRAKTIKUM SURVEI HIDRO-OSEANOGRAFI:

PENGUKURAN BATIMETRI

MODUL PRAKTIKUM
Disusun untuk membimbing peserta praktikum mata kuliah Survei Hidro-Oseanografi
(OS3203)

Dosen Pengampu:
Dr. Ayi Tarya, S. Si., M. Si.

Asisten:
Joni Syofian 12918003

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2022
DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ii

DAFTAR TABEL .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2. Tujuan Praktikum ........................................................................................................ 1

BAB II TEORI DASAR........................................................................................................... 2

2.1 Batimetri ……………………………………………………………………………. 2

2.2 Metode Survei Batimetri ............................................................................................. 3

2.2.1 Metode Mekanik .................................................................................................. 3

2.2.2 Metode Optik ....................................................................................................... 4

2.2.3 Metode Akustik.................................................................................................... 4

BAB III METODOLOGI ........................................................................................................ 7

3.1 Alat dan Bahan ............................................................................................................ 7

3.2 Langkah Pengerjaan .................................................................................................... 7

3.2.1 Pra Survei ............................................................................................................. 7

3.2.2 Survei ................................................................................................................... 7

3.2.3 Pasca Survei ......................................................................................................... 8

BAB IV POIN ANALISIS TUGAS PRAKTIKUM ............................................................ 10

4.1 Poin Analisis ............................................................................................................. 10

4.2 Tugas Praktikum ....................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

i
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2. 1 Metode Pemeruman Optik .................................................................................... 4


Gambar 2. 2 Metode Pemeruman Akustik ................................................................................. 5

ii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2. 1 Standar Survei Batimetri IHO................................................................................... 2


Tabel 3. 1 Alat dan Bahan.......................................................................................................... 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Survei batimetri merupakan salah satu penerapan ilmu oseanografi maupun hidrografi.
Batimetri yang merupakan kedalaman relatif dari dasar lautan terhadap muka air laut, yang
memberikan gambaran topografi dasar laut (NOAA, 2018). Dalam pengukuran batimetri
(pemeruman) biasanya dilakukan dengan echosounder yang dibawa melewati lajur – lajur
pemeruman yang sudah dibuat. Prosedur pemeruman sangatlah penting untuk dipahami
mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan pemeruman. Informasi mengenai batimetri dan
morfologi dasar laut selanjutnya dapat digunakan dalam berbagai keperluan seperti
penunjang dalam penentuan peletakan pipa bawah laut.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari modul ini adalah sebagai berikut:

1. Peserta dapat memahami langkah – langkah dalam perencanaan dan pelaksanaan


pemeruman.
2. Peserta memahami prinsip kerja pemeruman menggunakan echosounder.
3. Peserta dapat melakukan pengolahan data hasil pemeruman.

1
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Batimetri
Batimetri (dari bahasa Yunani: βαθυς, berarti “kedalaman”, dan μετρον, berarti
“ukuran”) adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga
dimensi lantai samudra atau danau. Batimetri dapat didefinisikan sebagai kedalaman relatif
samudra terhadap muka air laut (NOAA, 2018). Batimetri merupakan dasar dari ilmu
hidrografi yang mengukur kondisi fisik dari kolom air. Untuk mendapatkan nilai kedalaman
tersebut dilakukan aktivitas pemeruman. Pemeruman adalah proses dan aktivitas yang
ditujukan untuk memperoleh gambaran (model) bentuk permukaan (topografi) dasar
perairan (Poerbandono, 2005). Proses penggambaran dasar perairan mulai dari pengukuran,
pengolahan hingga visualisasi disebut sebagai survei batimetri. Hasil akhir dari survei
batimetri adalah peta batimetri yang berupa kontur kedalaman dalam bentuk garis, warna,
dan lain-lain. Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau dataran
dengan garis-garis kontur (contour lines) yang disebut kontur kedalaman (depth contours
atau isobath) dan dapat memiliki informasi tambahan berupa informasi navigasi permukaan.
Garis-garis kontur kedalaman diperoleh dengan menginterpolasikan titik-titik pengukuran
kedalaman yang tersebar pada lokasi yang dikaji dengan kerapatan titik-titik pengukuran
tersebut sesuai dengan peruntukan survei tersebut.

Standarisasi survei batimetri, diatur oleh International Hydrographic Organization


(IHO). Menurut IHO, kategori survei batimetri dibagi menjadi orde spesial, orde 1a, orde
1b, dan orde 2 yang lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2. 1 Standar Survei Batimetri IHO

Orde Spesial 1a 1b 2
Deskripsi Daerah dengan Daerah dengan Daerah dengan Daerah dengan
daerah kajian under-keel kedalaman kedalaman kedalaman
clearance kritis <100m, dengan <100m, dengan >100m.
under-keel under-keel keperluan
clearance clearance tidak informasi
cukup dipertimbangkan batimetri hanya
dibutuhkan secara umum.

2
Total 2 meter 5 meter + 5% 5 meter + 5% 20 meter +10%
Horizontal kedalaman kedalaman kedalaman
Uncertainty
(THU)
maksimal
Total Vertical a = 0.25 m a = 0.5 m a = 0.5 m a = 1.0 m
Uncertainty b = 0.0075 b= 0.013 b = 0.013 b = 0.023
(TVU)
maksimal
Survei Full Sea Dibutuhkan Dibutuhkan Tidak Tidak
Floor dibutuhkan dibutuhkan
Deteksi Cubic features Cubic feature Tidak Tidak
Feature >1 meter >2 meter pada diperlukan diperlukan
kedalaman <40
meter; 10%
dari kedalaman
untuk
kedalaman >40
m
Jarak antar jalur Full sea floor Full sea floor 3 x rata-rata 4 x rata-rata
pemeruman kedalaman atau kedalaman.
25m
(Sumber: IHO, 2008)

2.2 Metode Survei Batimetri


Dalam pengukuran batimetri terdapat 3 metode yaitu:

2.2.1 Metode Mekanik


Metode mekanik merupakan metode yang paling awal digunakan untuk survei
batimetri. Metode ini digunakan dengan pengukuran secara langsung yaitu dengan cara
mencelupkan rambu ukur yang memiliki garis dan angka tanda skala bacaan ukuran. Nilai
kedalaman dapat dibaca dari skala tersebut. Metode ini dinilai masih cukup efektif untuk
perairan yang sangat dangkal yang tidak memungkinkan kapal dapat melakukan pelayaran
misal di dekat garis pantai dan rawa-rawa.

3
2.2.2 Metode Optik
Metode ini memanfaatkan transmisi sinar laser dari pesawat terbang dan prinsip-
prinsip optik untuk mengukur kedalaman perairan atau biasa disebut juga dengan Laser
Airborne Bathymetry (LAB). Teknologi ini memanfaatkan laser yang ditembakkan ke
permukaan air lalu dibiaskan hingga dipantulkan kembali oleh dasar laut. Kanada dikenal
dengan teknologi Light Detecting and Ranging (LIDAR) sementara di Amerika Serikat
dikenal dengan sistem Airborne Oceanographic LIDAR (AOL).

Gambar 2. 1 Metode Pemeruman Optik


(Sumber: blog.lidarnews.com)

2.2.3 Metode Akustik


Metode akustik merupakan metode pengukuran kedalaman yang menggunakan
prinsip perambatan suara. Metode ini juga yang akan digunakan pada SUROS 2022. Pada
metode ini digunakan alat echosounder yang memancarkan gelombang akustik ke dasar laut.
Gelombang akustik ini akan dipantulkan dan diterima kembali oleh echosounder untuk
dicatat jeda waktu penerimaan dan pengiriman gelombang. Jeda waktu inilah yang
digunakan untuk menentukan kedalaman (𝐷) dari permukaan ke dasar laut menggunakan
persamaan berikut.

4
𝑣𝑡
𝐷=
2

Dengan 𝑣 adalah kecepatan suara (m/s) dan 𝑡 adalah waktu tempuh gelombang (s).

Gambar 2. 2 Metode Pemeruman Akustik


(Sumber: th.bing.com)

Alat yang memancarkan sinyal dan menangkap sinyal adalah transducer. Saat
pengukuran, transducer diletakkan di bawah atau di samping kapal dan harus berada di
bawah permukaan air. Terdapat 3 parameter akustik yang memengaruhi hasil survei
batimetri, yaitu frekuensi, band width, dan panjang pulsa.

Frekuensi berbanding lurus dengan attenuation dari sinyal akustik kepada kolom air.
Semakin tinggi frekuensi maka akan semakin tinggi juga attenuation otomatis akan semakin
rendah range dan tingkat penetrasi ke dasar laut.

• Perairan dengan kedalaman <100 meter : frekuensi 200 kHz;


• Perairan dengan kedalaman 100-1500 meter : frekuensi 50-200 kHz;
• Perairan dengan kedalaman >1500 meter : frekuensi 12-50 kHz;

Band width akan mempengaruhi kekuatan transmisi sinyal. Untuk mendapatkan


kekuatan transmisi sinyal yang baik, maka transducer harus mentransmisi dengan frekuensi
yang mendekati frekuensi resonansi, oleh karena itu transducer harus memiliki band width
yang kecil. Panjang pulsa menentukan energi yang ditransmisikan ke air. Makin panjang
pulsa, makin tinggi energi yang ditransmisikan ke air, sehingga jangkauan dari echosounder
akan makin membesar.

5
Terdapat beberapa koreksi yang dilakukan agar nilai kedalaman yang diperoleh sesuai
dengan beberapa kemungkinan kesalahan, koreksi tersebut di antaranya adalah :

1. Koreksi barcheck
Dilakukan pada awal dan akhir survei untuk mengecek kinerja echosounder.
Dilakukan dengan menurunkan barcheck pada kedalaman tertentu dan mengecek
kedalaman pembacaan alat.
2. Koreksi draft transducer
Penempatan transducer harus tenggelam di dalam air. Kedalaman transduser ini
harus dicatat dan ditambahkan ke dalam hasil pengukuran.
3. Koreksi pasang surut
Ketinggian muka air laut akan selalu berubah – ubah seiring waktu. Perubahan ini
perlu dikoreksi menggunakan data pengukuran dari pasang surut.
4. Koreksi motion & attitude kapal
Kapal yang sedang berada di laut akan terombang-ambing akibat dari dorongan
gelombang terhadap kapal, hal tersebut akan mempengaruhi pengukuran dengan
menggunakan transducer yang tidak bisa secara kontinu mempertahankan posisi
pengukurannya. Dibutuhkan sebuah koreksi untuk hal tersebut.

Selain koreksi di atas, hasil perhitungan juga akan menghasilkan ketidakpastian yaitu
Total Horizontal Uncertainity (THU) dan Total Vertical Uncertainity (TVU). Untuk nilai
THU dan TVU sudah diatur oleh IHO pada Tabel 2.1, sedangkan untuk menghitung nilai
TVU digunakan persamaan berikut.

𝜎 = ±√𝑎2 + (𝑏𝑑 )2 (2.1)

Dengan 𝜎 adalah batas kesalahan, 𝑎 adalah kesalahan kedalaman tak bergantung kedalaman,
𝑏 adalah kesalahan bergantung kedalaman, dan 𝑑 adalah kedalaman hasil pengukuran.

6
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Tabel 3. 1 Alat dan Bahan

No Nama Alat Keterangan


1 Set fishfinder Alat untuk pemeruman
2 Accu Sumber listrik
3 Kabel tie Untuk pemasangan transducer
4 Tongkat Pemasangan transducer pada kapal
5 Barcheck Untuk melakukan koreksi
6 Kapal Untuk mobilisasi pemeruman
7 Logsheet Mencatat keberjalanan dan hasil pemeruman
8 Tali rafia Untuk mengikat

3.2 Langkah Pengerjaan


Survei batimetri SUROS 2022 terbagi menjadi tiga tahapan besar, yaitu tahap sebelum
survei (pra-survei), tahap saat survei, dan tahap setelah survei (pasca-survei). Tahap sebelum
survei terdiri dari persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan, pembuatan jalur pemeruman
dan melakukan setting echosounder. Tahap pelaksanaan terdiri dari kalibrasi alat, dan proses
pengukuran. Koreksi data hasil akuisisi dan plotting data menjadi peta batimetri adalah
kegiatan yang dilakukan di tahap setelah survei.

3.2.1 Pra Survei


Pada tahap ini ditentukan jenis survei batimetri berdasarkan IHO. Karena tujuan survei
batimetri ini adalah untuk pembelajaran, sehingga hal-hal terkait dengan perkapalan seperti
under-keel clearance tidak dipertimbangkan dan daerah kajian bukan merupakan daerah
pelayaran atau pelabuhan yang membutuhkan standar keamanan kapal tinggi. Setelah
dilakukan penentuan jenis orde survei batimetri, dilakukan pembuatan jalur pemeruman
sesuai ketentuan IHO.

3.2.2 Survei
Metode pemeruman yang digunakan pada SUROS 2022 adalah metode akustik dan
metode mekanik. Metode akustik digunakan untuk daerah perairan yang dapat dilalui oleh

7
kapal survei sementara metode mekanik digunakan untuk daerah perairan yang sangat
dangkal sehingga tidak memungkinkan kapal untuk berlayar di daerah tersebut.

A. Instalasi Echosunder
1. Pasang rangkaian alat pemeruman pada kapal dengan transduser di sisi kapal.
Usahakan posisi transducer dekat pusat gravitasi kapal.
2. Pastikan sensor transduser menghadap ke dasar laut.
3. Pasang antena GPS dan usahakan tegak lurus dengan transducer.
4. Pastikan panjang tongkat di bawah air minimal 0.3 m agar tidak menimbulkan
gelembung busa yang dapat mengganggu sensor.
5. Setelah semua terpasang hubungkan antena dan transducer pada monitor.
6. Pastikan alat terpasang kuat di badan kapal agar tidak goyang, lepas atau hilang.
B. Koreksi Barcheck
1. Ikatkan barcheck pada tali yang telah diberi tanda dengan kedalaman tertentu.
2. Turunkan barcheck pada kedalaman yang sudah ditandai.
3. Cek pembacaan alat dan baca hasilnya.
4. Pengecekan barcheck dilakukan minimal 2 kali di kedalaman yang berbeda (naik
dan turun).
5. Lakukan lagi koreksi barcheck setelah pemeruman selesai.
C. Pemeruman
1. lakukan survei batimetri sesuai lajur yang telah ditentukan.
2. Pastikan kapal bergerak tidak terlalu cepat.
3. Catat posisi pengukuran, waktu pengukuran, kedalaman, dan kondisi lingkungan
selama survei pada logsheet.
4. Setelah selesai, alat dilepas lagi dan dirapikan kembali

3.2.3 Pasca Survei


Data hasil pemeruman tersebut harus diolah terlebih dahulu untuk memperoleh suatu
peta batimetri. Data posisi titik fix perum yang diperoleh dari hasil penentuan posisi haruslah
diolah terlebih dahulu sesuai dengan metode pengukuran yang dilakukan, begitu pula dengan
data kedalaman. Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa pengukuran posisi,
kedalaman, dan pasang surut harus dilakukan pada waktu yang bersamaan. Begitu pula data
barcheck yang diolah adalah data barcheck untuk pengukuran kedalaman pada hari yang

8
sama. Keseluruhan data tersebut harus terhubung oleh suatu ID, baik berupa jam pengukuran
ataupun nomor titik fix perum.

Untuk menggambarkan suatu peta kontur kedalaman perairan diperlukan posisi dan
kedalaman perairan tersebut. Data posisi diperoleh dari hasil pengukuran posisi, sedangkan
data kedalaman diperoleh dari hasil pengukuran kedalaman. Akan tetapi karena data hasil
pengukuran kedalaman ini masih mengandung kesalahan berupa kesalahan akibat
perambatan kecepatan suara di air dan akibat perubahan tinggi muka laut, maka sebelum
digambarkan di peta kedalaman hasil ukuran ini harus dikoreksi terlebih dahulu oleh koreksi
kecepatan suara dari hasil pengukuran barcheck dan koreksi pasang surut dari hasil
pengamatan pasang surut.

9
BAB IV
POIN ANALISIS TUGAS PRAKTIKUM

4.1 Poin Analisis


Hal- hal yang yang perlu dianalisis pada modul pengukuran batimetri yaitu:
1. Plot kontur dan peta batimetri daerah kajian.
2. Kualitas data hasil survei batimetri apakah memenuhi standar atau tidak yang disertai
dengan penjelasan penyebab hasil survei batimetri memiliki kualitas data yang
demikian.

4.2 Tugas Praktikum


Tugas praktikum pada modul ini adalah sebagai berikut:
1. Silakan unduh data batimetri Laut Jawa pada laman berikut:
http://tanahair.indonesia.go.id/demnas/#/batnas.
2. Lakukan visualisasi data tersebut (tools yang digunakan dibebaskan) dan sertakan
analisisnya.
3. Tugas dikumpulkan paling lambat Senin, 11 April 2022, 23:59 WIB melalui Edunex
dengan penamaan file M3_NIM_Nama.pdf.

10
DAFTAR PUSTAKA

Erlangga, M. F. R. A., 2021, Modul Pengukuran Batimetri Survei Hidro-Oseanografi OS-


3203, Bandung, Program Studi Oseanografi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Institut Teknologi Bandung.

International Hydrographic Organization, 2008, IHO Standards for Hydrographics Surveys,


International Hydrographic Bureau MONACO.

Poerbandono dan Djunarsjah, E., 2005, Survei Hidrografi, Bandung, Refika Aditama.

11

Anda mungkin juga menyukai