Anda di halaman 1dari 1

NAMA : ANNISA RAHMA SABRINA

NIM : 5111422083

Manusia adalah makhluk Allah yang sangat istimewa, kedudukan dan tingkatannya lebih tinggi bila
dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah yang lain, seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, bahkan
malaikat.

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah, mengabdi, dan bersujud kepada Allah Swt.
Pengertian menyembah, mengabdi, dan bersujud kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit,
dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercemin dalam pelaksanaan shalat, puasa, haji,
zakat saja; tetapi juga menyangkut aspek sosial, seperti menolong orang lain yang dalam sesusahan
dsb.

Menyembah dan mengabdi kepada Allah berarti kepatuhan dan ketundukan manusia pada hukum
Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yang menyangkut hubungan vertikal atau
hablun minallah (hubungan manusia dengan Allah) maupun horizontal atau hablun minannas
(hubungan manusia dengan manusia lain dan alam semesta).

Penyembahan dan pengabdian manusia pada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia
terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil.

Oleh karena itu penyembahan dan pengabdian harus dilakukan secara sukarela (ikhlash), karena
Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia termasuk ritualritual penyembahannya. Hal ini
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Zariyat ayat 56-58 :

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak
menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi
Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat
kokoh”. (QS 51: 56 – 58).

Maka peranan dan fungsi manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah. Jaka khalifah diartikan
sebagai makhluk penerus ajaran Allah, maka peran yang dilakukan manusia adalah sebagai pelaku
ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopordalam membumikan dan membudayakan ajaran Allah.

Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembumian dan pembudayaan ajaran
Allah, seseorang dituntut untuk memulai dari dirinya sendiri, sebagaimana sabda Nabi yang
berbunyi: ibda’ binafsika (mulailah dari dirimu sendiri); kemudian ditularkan kepada keluarganya.
Setelah dirinya dan keluarganya memahami dan mau melaksanakan dan membudayakan ajaran
Allah, kemudian ia menyampaikannya kepada orang lain yakni kepada masyarakat sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai