Anda di halaman 1dari 8

11/11/2020

Korelasi antara Akal (al-’Aql) dan Syari’at


(al-Naql)

Syafa’atul Jamal

Khutbah Kitab

Terdapat 2 model
golongan yang
bersebrangan,
sebab memiliki There is no conflict
ekstrimisme between the
masing-masing; a) transmitted
tekstualis, b) revelation and the
berlebihan dalam intellectual truth
memposisikan
Di dalam ‘khutbah
potensi akal.
kitab’ Imam al-
Ghazali telah
Hasywiyyah; adalah
memberikan satu
golongan yang
penegasan bahwa
berpegang teguh
tidak ada
pada dhahir teks,
pertentangan
meskipun hal
antara al-naql
tersebut
(syara’) & al-naql
bertentangan
(akal).
dengan keterangan Mu’tazilah; golongan yang selalu berpegang teguh kepada akal, dan menjadikannya
akal. sebagai pijakan paling utama daripada teks manqul. Bagi golongan Mu’tazilah teks
manqul hanyalah sebagai pembawa kabar berita, tidak lebih.

1
11/11/2020

‫ا ألمر‬

‫ما ال يعمل ابلرضورة‬ ‫ما يعمل ابلرضورة‬


‫العقل والنقل معا‬
‫العقل دون النقل‬ ‫النقل دون العقل‬
a) Yang diketahui secara dharuri; manusia mengetahui
sesuatu tersebut secara langsung dan ‘pasti’, tanpa
membutuhkan pemikiran mendalam, atau tidak
memerlukan pembuktian. Contoh; 2 ˃ 1, seseorang
dalam satu waktu tidak mungkin berada dalam dua
tempat yang berbeda.
b) Yang tidak diketahui secara dharuri; manusia
membutuhkan penelaahan dan pemikiran (mendalam)
untuk mengetahuinya, terdiri dari;
1) Pengetahuan teoritis (yang diperlukan hanyalah
potensi akalnya saja, tanpa syara’/ naql)
2) Pengetahuan yang hanya diketahui melalui dalil-dalil
syara’ (al-naql)
3) Yang diketahui dengan akal (‘aql) dan syara’ (naql)
bersamaan

1#
Yang diketahui dengan kekuatan akal,
bukan dengan syara’;

Contoh: Pengetahuan tentang


kebaharuan alam semesta.

Pengetahuan mengenai hal ini, dapat


diketahui melalui oleh akal manusia,
bukan melalui nash manqul. Sebab tidak
disebutkan dalam nash manqul bahwa
alam itu baharu.

‫ا َّن َربَّ م مُك ٱ َّ مَّلل ٱ َّ ذّلي َخلَ َق ٱ َّلس َم َٰ َ َٰو ذت َوٱ أ َل أر َض ذِف‬
ِ
‫ذس تَّ ذة َٱ ََّّي ٖم م َُّث ٱ أس َت َو ٰى عَ ََل ٱلأ َع أر ذش يمغ ذأِش ٱل َّ أي َل‬
‫ٱلَّنَّ َ َار ي َ أطلم مبهمۥ َح ذثيثٗا َوٱلشَّ أم َس َوٱلأ َق َم َر َوٱلنُّ مجو َم‬ Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa akal dengan sendirinya mampu untuk
َ‫مم َسخ َ ََّٰر ِۢ ذت ذبأَ أم ذر ذهۦ َٱ َال َ مَل ٱلأ َخلأ مق َوٱ أ َل أم مر تَ َب َارك‬ mengetahui adanya Tuhan, dan seluruh hakikat segala sesuatu.
)54 :‫ٱ َّ مَّلل َر ُّب ٱلأ َع َٰ لَ ذم َني (ا ألعراف‬ Jawaban Imam al-Ghazali: sesungguhnya hal tersebut diputuskan
keabsahannya dengan syara’ (dalil naqli), dan landsan utama tentang
pengenalan Tuhan, tidak lain melalui jalan dalil naqli (Kalamullah).

2
11/11/2020

2#
Yang hanya diketahui melalui dalil naqli,
bukan dengan kekuatan (kreasi) akal;

Segala sesuatu yang hanya dapat diketahui


melalui dalil naqli; (wahyu & Ilham).
Contoh: al-sam’iyyah dan al-ghaybiyyat.

Al-Hasyr (dibangkitkan kembali seperti


penciptaan awal). Yakni dibangkitkan dari
kematian ke keadaan sediakala. Hal ini
sangatlah mungkin terjadi, sebab dahulu
diciptakan dari ketiadaan, lalu menjadi ada,
dan kemudian menjadi tidak ada (laqiya bil
maut), lalu dapat dibangkitkan kembali
(menjadi ada kembali).
Hal tersebut sebagaimana keterangan dari
surah Yasin: 78-79.

“Siapakah yang dapat menghidupkan


tulang belulang, yang telah hancur luluh?
Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan
:)‫تأأويالت ٱأهل الس نة (ٱأبو منصور املاتريدي‬
yang menciptakannya kali yang pertama. )541\8( ‫ اإذ ذكل ِف عقولُك ٱأهون وٱأيرس‬:‫فاإذا قدر عَل الابتداء فهو عَل االإعادة ٱأقدر وٱأمكل‬
Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala
makhluk” ۚ‫َوه َمو ٱ َّ ذّلي ي َ أبدَ مؤ ْا ٱلأ َخلأ َق م َُّث ي م ذعيدم مهۥ َوه َمو َٱه َأو من عَل َ أي ذه‬

Persoalan esensi dan aksiden


Maka jika ditanyakan; apakah yang
tiada itu jauhar (esensi) dan a’radh
(aksiden), kemudian kembali seperti
sediakala?
Atau; yang tiada itu hanya aksiden
saja, kemudian ia kembali ke
sediakala?
Jawaban Imam al-Ghazali;
Sesungguhnya setiap dari keduanya
sangatlah mungkin terjadi, baik esensi
ataupun aksiden. Sebab di dalam
keterangan syara’ tidak ditentukan
(dijelaskan secara mendetail) tentang
keduanya.
Dan yang mungkin terjadi:
a) Yang tiada itu hanyalah ardh
(aksiden) bukan (jauhar), lalu
aksiden tersebut dihidupkan
kembali setelah kematian. Ia
dikembalikan sebagaimana
dahulu diciptakan pada
permulaan.
b) Atau, keduanya; jauhar dan aradh
tiada, lalu dikembalikan seperti
sediakala.

3
11/11/2020

Persoalan Adzab Kubur

Sesungguhnya ‘adzab kubur’ benar


adanya, sebagaimana telah dijelaskan
(ditunjukkan) oleh nash manqul (dalil
syara’).

Bagi golongan Mu’tazilah; ‘adzab


kubur’ tidaklah mungkin ada, sebab;

a) Kami melihat dengan mata-kepala


sendiri, secara empiris mayit itu ada
dan tidaklah disiksa (diadzab).
b) Kemugkinan ke dua; bahwa mayit
itu dimakan atau menjadi makanan
bagi binatang-binatang buas,
burung, atau mungkin juga
‘binatang-binatang sejenis cacing’.

Sanggahan atas pendapat Mu’tazilah


1) Sesungguhnya yang dilihat dari mayit hanyalah
penglihatan secara empirik, yakni penglihatan
yang difokuskan hanya pada keadaan badan dari
mayit. Sedangkan ‘iqab (siksaan) dapat saja
berlaku pada; a) salah satu bagian dari tubuh
tersebut, ataupun b) pada bagian yang tidak
tampak (bathin) dari mayit tersebut, tanpa
perlu ditampakkan. Sebab hal tersebut tidaklah
menjadi ‘kewajiban/kepastian’ untuk dapat
ditampakkan ‘model siksaan’ pada lahiriyah
badan.
Contoh: dalam kasus tidur, kita tidak mengetahui
apa yang dilihat dan dialami oleh orang yang
bermimpi, apakah itu siksaan, adzab atau
lainnya.
2) Adapun bilamana badan mayit tersebut
dimakan oleh binatang dst.., maka sangat
dimungkinkan bilamana bagian tubuh tersebut
atau beberapa bagiannya dikembalikan lagi
seperti sediakala, untuk kemudian merasakan
pedihnya siksaan, dan hal ini bukanlah mustahil.

4
11/11/2020

Yang diketahui dengan akal (‘aql) dan


syara’ (naql) bersama 3#
Segala sesuatu yang dimungkinkan bagi akal
untuk mengetahuinya, dan juga ditetapkan
(dijelaskan) oleh syara’.
Contohnya; melihat Allah (ru’yatillah) di
Akhirat.
Di dalam surah al-Qiyamah: 22-23 disebutkan;
‫ اإىل رهبا انظرة‬# ‫وجوه يومئذ انرضة‬
“pada hari itu wajah mereka berseri-seri, kepada
Tuhannyalah mereka melihat”
Dalil akal:
Setiap yang wujud itu mungkin saja dapat
dilihat (Mayor)
Tuhan memiliki Wujud (Minor)
Maka, mungkin saja (jaizun) Tuhan dapat dilihat
(Konklusi).
Al-Raghib al-Isfahani:
Potensi indra mata manusia;
a) Melihat yang empirik, memiliki warna, b)
Melihat yang bersifat spiritual seperti Malaikat,
Jin, c) Melihat wujud Allah swt.

Ada sejumlah kemungkinan dalam


hubungan ini:
a) Jika apa yang dicanangkan oleh nash
(syara’) itu memanglah sangat tidak
mustahil bagi akal, maka ‘kepercayaan
padanya’ itu adalah konsekuensi yang musti
diambil.

Namun, jika dalil nash tersebut masih


memiliki potensi untuk diberikan
pemahaman lebih jauh (dhanniyyu al-
dilalah), maka posisi akal memiliki peran
untuk memperjelasnya (al-baht ‘an thariq al-
’aqliyyah).
Contohnya;
Para sahabat radhiyallahu ‘anhum
mengingkari pendapat golongan yang
menyatakan bahwa manusia sendirilah
yang menciptakan perbuatan mereka
sendiri atas segala sesuatu. Hal tersebut
berdasarkan surah al-An’am: 102 (khaliqu
khulli syai’in).
Menurut Imam al-Ghazali: dalil tersebut
masih dapat diperinci dengan dalil aqli,
sehingga menjadi dalil yang pasti (qath’iyyu
al-dilalah).

5
11/11/2020

b) Jika dhahir nash tersebut


bertentangan dengan hukum akal, atau
secara nalar sesuatu tersebut tidak
dimungkinkan, maka yang dibutuhkan
adalah menta’wil-nya. Dengan kata lain
bahwa ayat tersebut membutuhkan
ta’wil.
Definisi Ta’wil:
‫بيان معناه بعد إازاةل ظاهره (اإجلام العوام عن‬
)‫عمل الالكم‬
‫ذ‬
‫عبارة عن احامتل يم َعضدم مه دليل يصري به أٱغلب‬
.‫عَل الظن من املعىن اّلي يدل عليه الظاهر‬
)‫(املس تصفى من عمل ا ألصول‬
Suatu usaha untuk menjelaskan
pengertian pada kata tertentu dangan
mencoba lepas dari lafadz dhahir.
C) Jika akal tidak mampu untuk ‫ما الفرق بني التفسري والتأأويل؟‬
menangkap makna (pengertian) dari
apa yang dicanangkan oleh nash, maka
‫ والتأأويل ِف املعاين‬،،‫ و أٱكرث ما يس متل التفسري ِف ا أللفا‬،‫ التفسري أٱمع من التأأويل‬:‫وقال الراغب ا ألصفهاين‬
dicukupkan untuk mengimani ‫ والتأأويل هو بيان املعاين اليت تس تفاد بطريق االإشارة‬،‫التفسري هو بيان املعاين اليت تس تفاد من وضع العبارة‬
sebagaimana disebutkan dalam dhahir
nash.

6
11/11/2020

Lima Golongan

1 2 3 4 5
Golongan yang hanya Golongan yang Golongan yang Golongan yang Golongan yang
semata-mata semata-mata menjadikan akal sebagai menjadikan naql (nash) mutawassith dan selalu
berpegang teguh berpegang teguh pokok, dan sangat sebagai pokok, dan berusaha
pada nash dalam pada akal dan sama sedikit sekali perhatian memusatkan segalanya menggabungkan antara
menggali segala sekali tidak mereka pada naql. pada naql. naql dan akal dalam
informasi apapun. mempedulikan naql Mereka membuka lebar- setiap pembahasan.
Jika mendapati (nash). Jika nash lebar pintu ta’wil. Sehingga karena itu
pertentangan antara tersebut sesuai seakan mereka tidak
nash dan akal, dengan hukum akal mendapati terjadinya
mereka menolak maka akan diterima, pertentangan antara
untuk menta’wilnya. dan jika bertentangan akal dengan nash.
maka dianggap
sebagai sebuah taktik
Nabi.

7
‫‪11/11/2020‬‬

‫ل‬ ‫ل‬‫ع‬
‫وهللا أ م با صواب‬

‫‪8‬‬

Anda mungkin juga menyukai