Anda di halaman 1dari 30

RENCANA KERJA DAN SYARAT

(RKS)

A. KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

I. LINGKUP PEKERJAAN
Yang dimaksud dengan pekerjaan pada proyek ini adalah Peningkatan Kualitas Kawasan
Permukiman Kelurahan Penggilingan di Jakarta Timur TA 2019 sebagai bentuk implementasi
CAP tersebut maka dilanjutkan dengan Kegiatan Perbaikan Sarana dan Prasarana Lingkungan
Kawasan Permukiman Kumuh di Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung dimana kegiatan
ini merupakan suatu bentuk penataan kawasan permukiman terpadu yang dilaksanakan secara
berkelanjutan sehingga diharapkan adanya perubahan yang positif pada kawasan kumuh di
Kelurahan Penggilingan ditinjau dari aspek tribina (ekonomi, sosial budaya dan fisik
lingkungan).
Pekerjaan tersebut diatas harus selesai tepat waktu sesuai jadwal yang ditentukan, dengan
kualitas yang memenuhi ketentuan sebagaimana disyaratkan dalam Surat Perjanjian
Pemborongan dan pelaksanaannya harus dilaksanakan berdasarkan :
a. Rencana Kerja dan Syarat-syarat Pekerjaan / RKS dan Spesifikasi Teknis
b. Gambar-gambar perencanaan dan detail.
c. Berita acara penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan penjelasan tambahan lainnya.
d. Petunjuk Direksi

II. Peraturan-peraturan umum lainnya yang berlaku.


a. Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan Normalisasi Indonesia (NI), Standar
Industri Indonesia (SII), Peraturan Nasional maupun Peraturan Pemda setempat lainnya
yang berlaku atas jenis pekerjaan maupun bahan tersebut, peraturan tersebut antara lain :
1). Standar Industri Indonesia untuk bahan yang digunakan.
2). Peraturan Beton Bertulang Indonesia, NI-5 1971.
3). Peraturan Standar Beton, SKSNI-T15-1991-03.
4). Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, NI-5 1961.
5). Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SNI 03 – 2847 –
2002.
6). Peraturan Pelaksanaan Bangunan Jalan Raya (No. 1)/ST/B.M/72.
7). Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung Tahun 1989.
8). Untuk bahan dan pekerjaan yang belum termasuk dalam standar tersebut
diatas, maupun standar lainnya, maka diberlakukan Standar Internasional atau
persyaratan teknis dari pabrik / produsen yang bersangkutan.
9). Dan lain-lain yang secara nyata termasuk didalam Dokumen / Gambar, RKS,
Spesifikasi Teknis, Berita Acara Penjelasan Pekerjaan / Aanwijzing dan
ketentuan-ketentuan lainnya.

Hal-
b. Untuk melaksanakan pekerjaan tersebut diatas, Pemborong harus menyediakan :
1). Tenaga-tenaga kerja, tenaga-tenaga terampil yang memadai baik kualitas maupun
kuantitasnya (jumlahnya) untuk semua jenis pekerjaan.
2). Alat-alat yang cukup untuk setiap jenis pekerjaannya.
c. Bahan-bahan yang memenuhi syarat dalam jumlah yang cukup dan didatangkan tepat
waktunya, sehingga tidak terjadi stagnasi yang mengakibatkan keterlambatan pada waktu
penyerahan pertama.

III. GAMBAR PELAKSANAAN (SHOP DRAWING)


a. Penyedia Jasa harus membuat Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing) untuk pekerjaan
tertentu.
b. Shop Drawing yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi dan Konsultan Perencana.
c. Shop Drawing tidak boleh merubah disain, mengurangi kuantitas, dan mengurangi kualitas
pekerjaan.

IV. GAMBAR HASIL PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING)


a. Penyedia Jasa harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan (As Built Drawing) yang sesuai
dengan pelaksanaan dilapangan sebelum serah terima tahap pertama.
b. As Built Drawing yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi dan Konsultan Perencana. Penyedia Jasa Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5
set As Built Drawing yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana,
Owner, dan Pemilik/Pengguna Bangunan.
c. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat yang baik pada
bangunan oleh Owner atau pengguna bangunan.

V. BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN BANGUNAN (OPERATION HAND-BOOK)


a. Penyedia Jasa harus membuat Buku Petunjuk Penggunaan atau system operasi (Operation
Hand-Book) sebelum masa serah terima untuk semua peralatan yang ada dalam bangunan
seperti :
Instalasi Air Bersih
b. Operation Hand-Book harus diserahkan kepada Owner dan pengguna bangunan dengan
memberikan penjelasan yang diperlukan. Operation Hand-Book harus disimpan dengan
baik dalam bangunan pada tempat yang ditentukan oleh Owner atau pengguna bangunan.

VI. KESALAHAN PEKERJAAN DAN PEKERJAAN CACAT


a. Penyedia Jasa Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua kesalahan dan
cacat pekerjaan. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa Pelaksana dikarenakan kurang memahami Gambar dan kurangnya kontrol terhadap
pekerja sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Pelaksana untuk memperbaiki
dengan biaya sendiri
b. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Pelaksana menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa Pelaksana untuk memperbaikinya. Kerusakan dan cacat
pada pekerjaan akibat pemakaian atau sebab-sebab lain tanpa ada unsur-unsur
kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa pemeliharaan pekerjaan tetap menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa.

Hal-
c. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Penyedia Jasa Pelaksana untuk
memperbaiki kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat. Hasil perbaikan terhadap
kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

VII. RENCANA WAKTU PELAKSANAAN


a. Penyedia Jasa Pelaksana harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan (time
schedule) keseluruhan kepada Owner sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
b. Penyedia Jasa Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan rencana waktu
penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh Owner kecuali ditentukan
lain dalam Kontrak Kerja.
c. Penyedia Jasa Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu penyelesaian pekerjaan
keseluruhan yang telah disetujui oleh Owner kepada Konsultan Supervisi. Penyedia Jasa
Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan mingguan pada
tahap pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan Supervisi.
d. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penyelesaian pekerjaan
mingguan yang diajukan oleh Penyedia Jasa Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan
yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis. Keterlambatan Penyedia Jasa Pelaksana
dalam menyelesaikan pekerjaan karena kesalahan dalam menyusun waktu pemnyelesaian
pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Pelaksana.

VIII. REQUEST MATERIAL DAN REQUEST PEKERJAAN


a. Penyedia Jasa Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan material pekerjaan
(request material) sebelum material bangunan tersebut dipakai. Request Material yang
diajukan Penyedia Jasa Pelaksana harus disertai dengan contoh material dan disetujui oleh
Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, dan Owner.
b. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Penyedia Jasa Pelaksana dianggap sah
dan diakui apabila disetujui minimal oleh Konsultan Supervisi atau Konsultan Perencana.
Penyedia Jasa Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh material
yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi.
c. Material pekerjaan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana,
dan Owner tidak boleh dipakai sebagai material bangunan dan harus dikeluarkan dari
lokasi pekerjaan.
d. Penyedia Jasa Pelaksana juga harus mengajukan permohonan (request pekerjaan) untuk
pekerjaan yang akan dikerjakan. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Penyedia Jasa
Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
e. Penyedia Jasa pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika request pekerjaan
yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi. Item-item pekerjaan yang
memerlukan Request Pekerjaan ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

IX. METODE PELAKSANAAN


a. Penyedia Jasa Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan terhadap pekerjaan yang
akan dikerjakan. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Penyedia Jasa Pelaksana harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
b. Penyedia Jasa Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika Metode Pelaksanaan
yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi. Item-item pekerjaan yang
memerlukan Metode Pelaksanaan ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

Hal-
X. RENCANA MATERIAL DAN PERALATAN
a. Penyedia Jasa Pelaksana harus mengajukan rencana material dan peralatan mingguan
yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan
Supervisi.
b. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan peralatan mingguan
yang diajukan oleh Penyedia Jasa Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.
c. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Penyedia Jasa Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan
yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

XI. RENCANA TENAGA KERJA


a. Penyedia Jasa Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan tenaga kerja mingguan
yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan
Supervisi.
b. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh
Penyedia Jasa Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan. Konsultan Supervisi berhak
untuk tidak menyetujui rencana penggunaan tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh
Penyedia Jasa Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggung
jawabkan secara teknis.

XII. PEKERJAAN DILUAR JAM KERJA


a. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Pelaksana
dengan alasan mempercepat proses penyelesaian pekerjaan harus atas persetujuan
Konsultan Supervisi.
b. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Supervisi untuk pengawasan
pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Pelaksana
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Pelaksana.
c. Penyedia Jasa Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas pekerjaan yang
dilakukan diluar jam kerja normal atau pada malam hari.

XIII. LAPORAN PELAKSANAAN


a. Penyedia Jasa Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan mingguan, dan laporan
bulanan kepada Konsultan Supervisi tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
b. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Penyedia
Jasa pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi. Laporan harian, laporan
mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pelaksana harus diperiksa
dan disetujui oleh Konsultan Supervisi serta diketahui oleh Owner.
c. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan langsung kelapangan akan
kebenaran data yang ada dalam laporan harian, laporan minnguan, dan laporan bulanan
yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pelaksana.
d. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam rangkap 4 (empat).
Salah satu tembusan laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan harus berada
pada lokasi pekerjaan.

Hal-
XIV. SURAT MENYURAT DAN KOMUNIKASI
Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Pelaksana yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan harus melalui dan diketahui oleh Konsultan Supervisi kecuali
ditentukan lain oleh Owner.

XV. RAPAT KOORDINASI DAN RAPAT LAPANGAN (SITE MEETING)


a. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap bulan, dipimpin
oleh Owner atau Konsultan supervisi.
b. Penyedia Jasa Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili minimal oleh
Supervisor lapangan.
c. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap
minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.
d. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Penyedia Jasa Pelaksana kecuali
ditentukan lain oleh Owner.

XVI. PENANGGUNG JAWAB PENGAWASAN


a. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa Konsultasi, maka
Konsultan Supervisi untuk proyek seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah
Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Konsultan Supervisi.
b. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang disebutkan dalam Keputusan
Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor: 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21
Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Pengawas Konstruksi atau menurut perubahannya
jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja konsultan Supervisi.
c. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi pengawasan lapangan proyek
kepada Owner dimana didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli Konsultan Supervisi
dengan posisi minimal seperti berikut :
Site Engineer
Inspector
Tenaga Administrasi Dan Operator Computer
d. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi pengawasan
lapangan proyek yang diajukan oleh Konsultan Supervisi harus berada dilokasi pekerjaan
minimal selama jam kerja.
e. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi pengawasan lapangan proyek
yang telah disetujui oleh Owner kepada Penyedia Jasa Pelaksana.
f. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses pelaksanaan pekerjaan
harus diketahui dan disetujui oleh Owner. Penyedia Jasa Pelaksana berhak mengajukan
kepada Owner untuk pengantian tenaga ahli Konsultan Supervisi yang berada dilokasi
pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu
menjalankan tugasnya dengan baik.
g. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan Supervisi harus mampu
memberikan keputusan yang bersifat teknis di lokasi pekerjaan.

XVII. INSTRUKSI KONSULTAN SUPERVISI


a. Penyedia Jasa Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua instruksi atau perintah
yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan.

Hal-
b. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus dalam bentuk tulisan.
Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus diikuti oleh
Penyedia Jasa Pelaksana selama disertai oleh alasan-alasan yang jelas dan sesuai dengan
Spesifikasi Teknis.
c. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal-hal seperti disebutkan dibawah ini:
Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga membahayakan bagi
konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang baik atau hal-hal lain yang
menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan Gambar Bestek.
Perintah untuk menyingkirkan material/bahan pada pekerjaan yang tidak sesuai
dengan Spesifikasi Teknis.
Perintah untuk mengantikan Pelaksana lapangan dari Penyedia Jasa Pelaksana yang
dianggap kurang mampu.
Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan alasan untuk
mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.
Perintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada metode pelaksanaan Penyedia
Jasa Pelaksana yang dianggap tidak tepat sehingga dapat mengurangi kualitas dan
memperlambat proses penyelesaian pekerjaan.

XVIII. PERUBAHAN-PERUBAHAN DISAIN


a. Atas instruksi dan persetujuan Owner dan Konsultan Supervisi berhak mengadakan
perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis. Perubahan-perubahan
akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis harus disampaikan secara tertulis kepada
Penyedia Jasa Pelaksana untuk dilaksanakan.
b. Perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang dilakukan oleh
Konsultan Supervisi dan Owner secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Pelaksana. Resiko karena melaksanakan Instruksi tidak
tertulis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa Pelaksana.
c. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis tidak boleh menambah
biaya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari biaya pelaksanaan yang ada dalam
Kontrak Kerja. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan
Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis dilakukan oleh Konsultan Perencana dan disetujui
oleh Owner.
d. Penyedia Jasa berhak memeriksa hasil perhitungan akan kuantitas/volume pekerjaan dan
biaya yang dilakukan oleh Konsultan Perencana. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan
ditemukan ketidak sesuaian antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity
Konsultan Supervisi tidak dibenarkan mengambil keputusan secara sepihak tetapi harus
mendiskusikannya dengan Konsultan Perencana kecuali ditentukan lain dalam Kontrak
Kerja. Konsultan Perencana dengan persetujuan Owner berhak menentukan acuan mana
yang harus dipegang bila terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan
bill of Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

XIX. PERSYARATAN UMUM YANG BERLAKU


Semua bahan, peralatan dan penyelenggaraan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh
Penyedia Jasa harus sepenuhnya mengikuti RKS ini dan kecuali bilamana disebutkan lain, harus
mentaati semua Standard dan Peraturan yang dilkeluarkan oleh Dewan Normalisasi Indonesia,
Standard Industri Indonesia dan Peraturan serta Standard lain yang dikeluarkan oleh Badan
Nasional atau setempat yang berwenang, seperti :

Hal-
1. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berisi tentang peraturan standarisasi bahan
bangunan yang berlaku dalam wilayah Indonesia.
2. Standar Industri Indonesia ( SII )
3. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI), 1982.
4. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI), 1961, NI-5.
5. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972/NI-8
6. Mutu dan cara uji semen Pórtland ( SII 0013-81 )
7. Mutu dan cara uji agregat beton ( SII 0052-80 )
8. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia ( PUBI – 1982 )/NI-3
9. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/ Instasi Pemerintah setempat
yang bersangkutan dengan permasalahan pekerjaan.

XX. PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN DAN BARANG


a. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu bahan dan barang,
maka hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat mutu bahan dan barang yang
digunakan.
b. Setiap penggantian nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang harus disetujui
oleh Perencana/Pemberi Tugas dan bila tidak ditentukan dalam RKS serta Gambar Kerja,
maka bahan dan barang tersebut diusahakan dan disediakan oleh Penyedia Jasa yang
terlebih dahulu telah mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan atau Pemberi Tugas.
c. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera disediakan
atas biaya Penyedia Jasa, setelah disetujui oleh Pengawas Lapangan atau Pemberi Tugas
harus dianggap bahwa bahan dan barang tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan nanti.
d. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh Pengawas Lapangan atau Pemberi
Tugas untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak
sesuai kualitas maupun sifatnya.

XXI. MEREK-MEREK DAGANG


a. Kecuali ditentukan lain, maka nama-nama atau merek-merek dagang dari bahan yang
disebutkan dalam Persyaratan Teknis ini dtujukan untuk maksud-maksud perbandingan
terutama dalam hal mutu, bentuk jenis dan sebagainya setelah mendapat persetujuan
Pengawas Lapangan.
b. Dalam hal di mana disebutkan tiga merek dagang atau lebih untuk jenis bahan/pekerjaan
yang sama maka Penyedia Jasa diharuskan untuk dapat menyediakan salah satu dari
padanya sesuai dengan persetujuan Pengawas Lapangan.

XXII. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


Penyedia Jasa harus memenuhi syarat-syarat dan undang-undang yang berlaku didalam negara
Republik Indonesia selama masa berlakunya Kontrak, yang menyangkut syarat-syarat
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) serta kesejahteraan dari karyawan Penyedia Jasa,
Direksi/Pengawas atau Pemberi Tugas.
Penyedia Jasa harus mematuhi peraturan keselamatan kerja yang berlaku.
Peraturan-peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diberikan kepada karyawan
Penyedia Jasa sebelum pekerjaan dimulai sehingga akan mengurangi resiko yang akan terjadi.
Syarat-syarat ini perlu diperhatikan:

Hal-
a. Semua pekerjaan galian harus diperhatikan terhadap bahaya longsor dan amblas serta
benar-benar aman terhadap bahaya – bahaya lain yang mungkin timbul. Pekerjaan yang
sangat berbahaya harus diamankan dan diberi pagar pengaman dan tanda – tanda
peringatan yang sesuai sehingga mudah dibaca dan dikenali.
b. Semua pekerja baik Penyedia Jasa, Direksi/Pengawas, Pemberi Tugas wajib menggunakan
perlengkapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pengaman yang sesuai. Yang terdiri
antara lain: Helm pengaman, sepatu Safety dan alat pelindung lain yang dinyatakan perlu
oleh Direksi/Pengawas.
c. Semua petunjuk-petunjuk dan rekomendasi-rekomendasi pabrik untuk penggunaan,
aplikasi atau pemanfaatan atau mesin-mesin agar dilaksanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan kwalitas pekerjaan.
d. Perlu perhatian khusus untuk melindungi semua karyawan bila menggunakan peralatan
elektris atau material yang menimbulkan debu halus, khususnya produk-produk yang
bahan dasarnya dari asbes. Operator hendaknya berada di tempat-tempat yang aman dan
memakai alat pelindung pernapasan/Masker yang baik dan kaca mata serta pakaian kerja
yang memadai.
e. Daftar peralatan dan pemeriksaan harus selalu diteliti oleh Penyedia Jasa dan siap untuk
diperiksa oleh Direksi/Pengawas dan dibuat jadwalnya.

XXIII. KEBERSIHAN
1. Umum
Selama jangka waktu kegiatan pekerjaan Penyedia Jasa harus menjaga kebersihan agar
lokasi pekerjaan bebas dari penimbunan bahan-bahan yang tidak terpakai, puing dan
sampah, yang disebabkan oleh operasi pekerjaan. Pada waktu penyelesaian pekerjaan
semua bahan-bahan yang tidak terpakai dan yang berlebihan, sampah, alat-alat,
perlengkapan dan mesin-mesin harus dikeluarkan, semua permukaan yang terlihat kurang
rapih dan bersih harus dibersihkan dan proyek ditinggalkan dalam suatu kondisi yang siap
untuk ditempati, sesuai keputusan Direksi/Pengawas.
2. Kebersihan Dalam Masa Pembangunan
Selama Periode Pembangunan Penyedia Jasa harus:
a) Melaksanakan operasi pembersihan yang teratur untuk menjamin bahwa tempat
kerja, struktur, kantor dan tempat tinggal sementara, dipelihara agar bebas dari
penimbunan bahan – bahan yang tak terpakai, sampah dan puing lainnya yang
dihasilkan dari operasi pekerjaan di tempat kerja, Penyedia Jasa harus memelihara
tempat kerja dalam suatu kondisi yang rapi dan teratur setiap saat.
b) Membasahi bahan-bahan kering dan sampah untuk mencegah debu atau pasir
berterbangan dan menimbulkan polusi.
c) Menyediakan wadah-wadah drum yang telah diberi label/cat untuk sampah organik
dan non organik serta sampah kategori berbahaya/beracun di tempat kerja untuk
mengumpulkan bahan-bahan yang tak terpakai, puing dan sampah yang menunggu
pembuangan dari tempat kerja.
d) Membuang bahan-bahan yang tak terpakai, puing dan sampah pada daerah-daerah
pembuangan yang ditunjuk, dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah, Peraturan
Mentri, Pemerintah Daerah serta Undang-undang anti-pencemaran yang berlaku.
e) Tidak mengubur sampah dan bahan-bahan yang tidak terpakai di tempat kerja proyek
tanpa persetujuan Direksi/Pengawas.

Hal-
f) Tidak membuang bahan-bahan yang tak terpakai yang mudah menguap seperti minyak
atau pengecer cat ke dalam sungai, canal, saluran air hujan atau sanitasi.
g) Tidak membuang bahan-bahan yang tak terpakai ke dalam aliran atau saluran.

XXIV. DOKUMENTASI PROYEK


1. Laporan
a. Penyedia Jasa wajib membuat laporan berkala kemajuan pekerjaan untuk setiap satu
minggu kebelakang dan membuat rencana satu minggu ke depan dengan mengisi
formulir evaluasi kemajuan pekerjaan sesuai petunjuk Direksi/Pengawas.
b. Ringkasan laporan tersebut harus mencantumkan keadaan cuaca, jumlah tenaga kerja,
tenaga pengawas dan pelaksana, alat-alat yang dipergunakan, jumlah pengiriman
bahan-bahan ke lokasi pekerjaan, kemajuan fisik dari pekerjaan yang telah selesai,
masalah – masalah yang timbul di lapangan serta pemecahan, dan rencana kerja
minggu berikutnya.
c. Laporan lain seperti Laporan Harian dan lain-lain sesuai dengan uraian dalam syarat-
syarat umum kontrak.
2. Dokumentasi
a. Penyedia Jasa diharuskan membuat dokumentasi kemajuan pekerjaan fisik secara
berkala dalam bentuk potret-potret dan diserahkan kepada Direksi/Pengawas sesuai
urutan pekerjaan serta uraian dalam syarat-syarat umum kontrak.
b. Judul protret, nomor urut tanggal pengambilan harus dicantumkan dalam album pada
bagian bawah masing-masing potret.
c. Foto-foto harus memperlihatkan kemajuan pekerjaan, ciri-ciri tertentu dari pekerjaan,
peralatan atau hal-hal lain yang menarik perhatian sehubungan dengan Pekerjaan,
peralatan atau hal-hal lain yang menarik perhatian sehubungan dengan pekerjaan atau
lingkungan harus dibuat paling sedikit rangkap tiga, yakni :
Sebelum memulai pekerjaan pelaksanaan pekerjaan;
Selama berlangsung pekerjaan;
Setelah selesai pekerjaan;
Selama masa pemeliharaan;
Kejadian dan keadaan yang khusus atau yang diminta oleh Direksi/Pengawas.
Foto-foto ini harus dilakukan minimum dari empat posisi (depan, belakang,
samping dan atas), serta pada posisi yang sama untuk masing-masing kejadian.
d. Ukuran dari foto-foto tersebut tidak boleh kurang dari 140 x 90 mm dan empat lembar
hasil cetak masing-masing foto (di albumkan), dengan membubuhkan nomor, tanggal
pengambilan dan keterangan ringkas harus disampaikan kepada Direksi/Pengawas.
e. Copy foto dari potret-potret yang dibuat menjadi milik Pemberi Tugas dan setiap orang
yang ingin mendapatkan copy harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
Direksi/Pengawas.
f. Semua copy/negatif film harus diberi nomor, ditempatkannya dalam arsip dan
disimpan di lokasi dan menjadi milik Pemberi Tugas.
g. Biaya foto-foto tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan termasuk dalam
Lump Sum proyek.

Hal-
XXV. LAIN-LAIN
Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini ditentukan kemudian oleh
Konsultan Perencana dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu ketentuan yang
mengikat dan wajib diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek.

XXVI. PAPAN NAMA PROYEK


a. Penyedia Jasa harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang memuat tentang
identitas proyek. Papan nama proyek mengunakan ukuran minimal 80 cm x 120 cm kecuali
ditentukan lain oleh Owner.
b. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas terbaik sehingga
sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan proyek. Latar papan nama dapat
berupa papan kayu tebal minimal 2 cm atau multiplek dengan tebal minimal 12 mm.
Penggunaan bahan dan material lain harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
c. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam, kecuali untuk logo
atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi. Papan nama proyek harus
mencantumkan Instansi Penyandang Dana, Instansi Pemilik Pekerjaan, Penyedia Jasa
Pelaksana, Konsultan Supervisi.
d. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek, waktu mulai
proyek, dan waktu penyelesaian proyek.

XXVII. KANTOR LAPANGAN KONSULTAN SUPERVISI (DIREKSI KEET)


a. Penyedia Jasa Pelaksana harus membuat kantor Konsultan Supervisi (Direksi Keet) untuk
keperluan operasional pengawasan. Direksi Keet mempunyai ukuran 12 m2. Direksi Keet
tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
b. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela nako dan 1 unit pintu dengan
penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik. Lantai Direksi Keet minimal dari
perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan
diperhalus dengan acian beton.
c. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai Direksi Keet
harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm
minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II. Dinding Direksi Keet minimal papan ukuran 2/20
cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga
dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm. Atap Direksi Keet dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
d. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas harus
dengan persetujuan Konsultan supervisi. Direksi harus dilengkapi minimal dengan satu
papan tulis, dua buah meja kerja, dan empat unit kursi duduk. Posisi dan letak Direksi Keet
ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Direksi
Keet tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang
dikerjakan.

XXVIII. GUDANG PENYIMPANAN MATERIAL


a. Penyedia Jasa Pelaksana harus membuat Gudang penyimpanan material untuk melindungi
material yang tidak segera dipakai.
b. Gudang Penyimpanan Material mempunyai ukuran minimal 12 m2. Gudang Penyimpanan
Material tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama. Lantai Gudang
Penyimpanan Material minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr
dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton. Untuk tempat
penyimpanan material semen lantainya harus dibuat benar-benar terlindung dari
rembesan air.

Hal-
c. Jika Gudang Penyimpanan Material harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka
lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak
balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II. Dinding
Gudang Penyimpanan Material minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding
kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek
tebal 6 mm. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas harus
dengan persetujuan Konsultan supervisi.
d. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Gudang Penyimpanan Material tidak boleh
berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan. Gudang
Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam lokasi pekerjaan kecuali dalam
keadaan memaksa dan sulit mencari lokasi lain.

XXIX. INSTALASI AIR BERSIH DAN INSTALASI LISTRIK SEMENTARA


Penyedia Jasa Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan Instalasi air bersih dan Instalasi
listrik sementara selama berlangsungnya masa pelaksanaan pekerjaan untuk keperluan
operasional dan keperluan pekerjaan-pekerjaan konstruksi.

Hal-
B. SPESIFIKASI TEKNIS

I. PEKERJAAN PENDAHULUAN

1. Pengukuran
a) Penyedia diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi
pekerjaan dengan dilengkapi keterangan - keterangan mengenai peil, letak batas-
batas tanah dengan menggunakan alat optik dan sudah diterapkan kebenarannya oleh
pihak yang berwajib.
b) Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan kepada direksi lapangan untuk dimintakan
keputusannya.
c) Penentukan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat
waterpass/theodolit type T2.
d) Penyedia harus menyediakan theodolit type T2 /waterpass beserta petugasnya yang
melayani untuk kepentingan pemeriksaan direksi lapangan.
e) Gambar pengukuran harus mendapat persetujuan / pengesahan direksi lapangan,
yang meliputi antara lain :
- Sistem koordinat, sesuai ketentuan gambar.
- Peil setiap titik simpul koordinat dan transis dengan interval 0.25 M (tinggi).
- Rencana lokasi kantor direksi, kantor pemborong tempat simpan bahan terbuka,
tempat simpan bahan tertutup, los kerja, sumber air dan reservoir.

2. Pekerjaan Pembersihan Lapangan Dan Perataan


a) Pembersihan lahan adalah pekerjaan yang terdiri dari pembersihan lahan dari semua
pohon, halangan - halangan, semak – semak, sampah, dan bahan lainnya yang tidak
dikehendaki atau menggangu keberadaannya sesuai dengan yang diperintahkan oleh
direksi Pekerjaan.
b) Adapun Tahapan pekerjaan pembersihan lahan tersebut adalah sebagai berikut: Tahap
Pertama yaitu melakukan Pekerjaan Survey pengukuran, Pekerjaan Survey pengukuran
dilakukan untuk menentukan batas-batas daerah yang akan dibersihkan menggunakan
peralatan survey seperti pita ukur atau GPS. Batas daerah yang akan dibersihkan dapat
diberi tanda dengan menggunakan patok dari kayu atau dengan menggunakan tali
pembatas, atau dengan cara lain yang disetujui direksi pekerjaan . Jika pekerjaan
pembersihan lahan tersebut dalam skala yang lebih besar atau diperlukan pengupasan
lapisan permukaan tanah dasar maka ketersediaan data elevasi (ketinggian)
merupakan salah satu hal yang harus terpenuhi. Untuk dapat memperoleh data
ketinggian diperlukan survey pemetaan yang lebih detail menggunakan peralatan
survey seperti Total Station atau theodolite.

3. Pekerjaan Pembuatan Bedeng Pekerja


a) Pembangunan ini berukuran 3x4=12 m2, yang terdiri dari base camp, kantor direksi
dan MCK, Pembuatan gudang dipergunakan sebagai logistik bahan maupun matrial
yang diperuntukan untuk kebutuhan pembangunan. Sedangkan bescam untuk
peristirahatan pekerja yang dilengkapi dengan fasilitas bangunan semi permanent
seperti areal makan minum, mandi cuci kakus.
b) Kantor dipergunakan sebagai tempat aktifitas koordinasi pengawasan pembangunan
demikian juga Inventarisasi pekerjaan dengan konsultan dan pihak pengawas, untuk

Hal-
mencari langkah-langkah penyelesaian bila ditemukan pekerjaan yang meragukan dan
dapat dituangkan dalam shop drawing. Kontraktor membuat bangunan darat untuk
keperluan Kontraktor / kontraktor sendiri sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan,
berupa Kantor Administrasi Lapangan, Loos Kerja dan Gudang.
c) Untuk pekerjaan ini di butuhkan bahan-bahan yaitu : Semen, pasir, batu kerikil, seng
gelombang, paku, kayu rimba campuran basah, kayu lapis, dan kayu.

4. Pekerjaan Pembuatan Gudang Semen Dan Peralatan


a) Pembangunan ini berukuran 12 m2, yang terdiri dari gudang dipergunakan sebagai
logistik bahan maupun matrial yang diperuntukan untuk kebutuhan pembangunan.
b) Untuk pekerjaan ini di butuhkan bahan-bahan yaitu : Semen, pasir, batu kerikil, seng
gelombang, paku, kayu rimba campuran basah, kayu lapis, dan kayu.

5. Pekerjaan Pembuatan Gudang Semen Dan Peralatan


a) Pengambilan Photo Visuil 0% dilaksanakan pada minggu pertama pekerjaan dimulai,
photo 50% diambil pada saat pekerjaan sudah mencapai 50 % dan diambil pada titik
yang sama dengan 0%, dan photo 100% dilaksanakan setelah pekerjaan selesai,waktu
pelaksanaan dan diambil pada titik yang sama dengan 0%. dan di cetak 3 rangkap serta
di tempel pada album untuk dokumentasi dan diserahkan kepada Direksi dan
Konsultan Pengawas.
b) Untuk pekerjaan ini di butuhkan bahan-bahan yaitu : Cdr dan Foto dokumentasi.

II. PEKERJAAN SALURAN AIR


1. Pengukuran Dan Pemasangan Bowplank (Untuk Saluran)
Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank (untuk saluran) meliputi pekerjaan
pengukuran adalah pekerjaan pemetaan/survey terhadap lokasi proyek yang akan
dikerjakan, meliputi : Pengukuran batas luas lahan (site), Pengukuran batas saluran,
Pengukuran as saluran, Penemuan peil saluran berdasarkan titik ukur tetap yang telah
ditentukan (Bench Mark). Pekerjaan pengukuran dengan menggunakan pesawat
theodolith. Pengukuran ini sangat penting karena merupakan dasar dari pembangunan
proyek, posisi saluran baik arah horizontal maupun vertical. Peil saluran umumnya diambil
dari as jalan atau peil banjir yang telah ada, dan menjadi acuan selanjutnya dalam
melaksanakan pekerjaan.
Setelah pekerjaan pengukuran dilanjutkan dengan pekerjaan pasang bouwplank.
Bouwplank adalah alat bantu untuk membuat sudut (90°) dan ketinggian/elevasi lantai.
Bouwplank dibuat dari papan atau kaso. Pemasangan bouwplank dilakukan pada jarak 1
m di luar denah yang akan dibuat, tujuannya agar bouwplank tidak terbongkar saat
penggalian pondasi.
Pekerjaan bowplank meliputi bahan sebagai berikut : Paku, kayu rimba campuran basah,
terentang.
2. Pekerjaan Pembongkaran Beton Bertulang
Pekerjaan Pembongkaran Beton Bertulang adalah pekerjaan pembongkaran pada saluran
lama. Pekerjaan ini dilaksanakan setelah pekerjaan pemasangan titik bouwplank selesai.
3. Pekerjaan Galian Tanah Biasa Sedalam 1 Meter
Segala pekerjaan galian dilaksanakan sesuai dengan panjang, dalam, kemiringan, dan
lengkungan, berdasarkan kebutuhan konstruksi pekerjaan, atau sebagaimana ditunjukkan

Hal-
dalam gambar, atau jika perlu memindahkan tanah-tanah atau bahan yang tidak dipakai,
atau juga kelebihan tanah yang digunakan untuk urugan, dan, sebagaimana yang
diinstruksikan oleh Konsultan Pengawas.
4. Pekerjaan Pengurugan Pasir Urug
Urugan pasir padat ini biasanya dilakukan pada pekerjaan pondasi, lantai keramik atau
pekerjaan-pekerjaan bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah. Tetapi dalam
hal pekerjaan ini pasir urug padat di laksanakan pada dasar saluran, Untuk mendapatkan
kualitas urugan pasir yang baik, maka perlu diikuti langkah-lanngkah sebagai berikut : Pada
dasar galian pondasi diberi urugan pasir padat setebal 5 cm padat.
Pasir diratakan dengan menggunakan tarikan kayu dan selalu dikontrol ketebalan dari
pasir tersebut, Pasir dibasahi dengan air agar pasir benar-benar padat dan rata,
Pengurugan pasir ini pekerjakan berbarengan dengan lantai kerja pondasi.
5. Pekerjaan Lantai Kerja Setara K-100
Setelah urugan pasir, selanjutnya dibuat lantai kerja dengan campuran beton K-100.
Sebelum campuran beton diletakkan, dasar tanah diratakan terlebih dahulu. Tebal dari
lantai kerja ini sekitar 5 cm, setelah lantai kerja mengeras barulah diatasnya diletakkan
pondasi Plat Setempat.
6. Pemasangan Saluran U-Ditch Uk. 30-40 Cm Pabrikasi
U-ditch adalah sejenis saluran air yang terbuat dari beton dan memiliki bentuk serupa
dengan huruf u. Sistem atau cara membuat u ditch ini dikerjakan pada sebuah pabrik
beton precast. sejenis saluran air yang terbuat dari beton dan memiliki bentuk serupa
dengan huruf u. Sistem atau cara membuat u ditch ini dikerjakan pada sebuah pabrik
beton precast. Pada pelaksanaan pemasangan saluran u ditch harus dilakukan oleh tenaga
profesional yang ahli dalam bidang tersebut, karena pemasangan saluran u ditch yang
tidak tepat dapat berpotensi terjadinya penyumbatan saluran air, maka tak heran
sekalipun Anda mengaplikasikan saluran u ditch tetap saja terjadi banjir atau genangan air
di atas permukaan tanah. Maka dari itu kami akan membagikan informasi seputar cara
pemasangan saluran u ditch yang benar sesuai standar nasional Indonesia.
Ada 4 metode pelaksanaan yang harus dilakukan dalam pekerjaan konstruksi saluran air u
ditch. Beberapa tahapan tersebut meliputi persiapan, penggalian, pemasangan,
pengurukan, dan pemadatan yang akan kami jelaskan secara rinci berikut ini: Metode
Persiapan Pemasangan U Ditch : Langkah pertama yang harus dilakukan adalah survey
lokasi yang hendak dipasang saluran air u ditch tersebut, dengan begini anda bisa
mempersiapkan gambar perencanaan dan melakukan pengukuran awal. Ada 2 pengukuran
yang harus anda lakukan, yaitu pengukuran longitudinal untuk mencari proses saluran dan
batas pembebasan, sementara pengukuran cross section untuk mencari elevasi saluran air.
Survey lokasi bertujuan untuk mengetahui kondisi tanah sekitar dan apakah terdapat
saluran lain dengan fungsi sejenis, sehingga nanti dapat diterapkan saluran air bersusun.
Anda harus mengetahui bagaimana kondisi lokasi yang hendak dipasang saluran air, selain
mempersiapkan lahan kalian perhatikan juga tata letak material, peralatan, ruang istirahat
para pekerja, karena dalam proses pemasangan hal tersebut dapat menghabiskan ruang
jalan. Sebelum melakukan pemasangan, Anda harus melakukan pengaturan jalur lalu lintas
agar tidak mengganggu pekerjaan pemasangan saluran. Area pekerjaan dapat dibatasi
dengan cone dengan perhitungan panjang area mempertimbangkan transisi area
stabilisasi pekerja. Tahap Penggalian Area Saluran Air Proses penggalian dapat anda
lakukan setelah mengukur dan membuat gambar shop drawing perancangan. Dalam
proses penggalian, Anda membutuhkan alat berat dengan sistem trimming slope bantuan
ekskavator untuk membuat urukan galian tanah. Anda harus memastikan bahwa

Hal-
kemiringan lahan telah disesuaikan dengan elevasi cross section yang telah dibuat.
Kesalahan dalam proses penggalian dapat menimbulkan genangan air pada saluran
karenaia tidak bisa mengalir dengan baik, lama kelamaan sampah yang jatuh pada saluran
tersebut akan menumpuk dan menyumbat saluran air.
Penggalian awal harus mempertimbangkan pengurukan pasir urug dan Readymix K-100 di
bawah saluran karena ia bertujuan sebagai penstabil tanah. Jika sedang melakukan proses
penggalian, langkah selanjutnya adalah membuat lining agar tanah dibawa tidak longsor
dan menutup kembali area galian sehingga elevasi sesuai perancanaan yang telah dibuat.
Banyak orang yang telah melakukan galian langsung memasang saluran u ditch sehingga
tanah bekas galian di pinggir jalan jatuh kembali ke dalam galian. Ukuran galian yang
dibuat harus menyesuaikan dengan ketebalan dari u ditch beton. Misalnya saja Anda akan
menggunakan u ditch dengan ukuran 30-40-120 dengan ketebalannya 5 cm maka anda
bisa membuat galian: Selain itu Anda harus menambahkan ukuran lebar galian sesuai
dengan ujung alat berat untuk mempermudah proses pemasangan. Jika galian telah dibuat
Anda bisa melakukan tahap berikutnya yaitu pemadatan. Proses Pemasangan U ditch bisa
dilakukan dengan cara manual, menggunakan ekskavator, atau menggunakan crane, hal ini
dapat anda selesaikan berdasarkan berat dari u ditch tersebut. Pemasangan saluran u
ditch perlu diperhatikan dengan benar.
Pertemuan antar beton harus disambung dengan pengelasan plat, kemudian nat nya
dilakukan sambungan dengan semen. Jika saluran trase terlalu panjang Anda bisa
membaginya menjadi beberapa titik pekerjaan sebagai acuan dasar elevasi. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan elevasi sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Tahap
Pengurukan & Pemadatan Area Kerja Saluran. Jika saluran u ditch telah terpasang, langkah
terakhir yang harus dilakukan adalah melakukan pengurukan kembali bagian samping
kanan maupun kiri saluran agar ia tidak dapat bergeser. Anda harus memperhatikan
kondisi dari saluran u ditch agar ia tidak bergeser ketika terdorong oleh gaya dari benda
urukan dan pemadatan. Jika sudah, anda dapat memasang caping beam dari beton agar
saluran tidak bisa bergerak ke kiri dan kanan. Jangan lupa untuk membersihkan area
pemasangan saluran dari bekas tanah galian maupun material peralatan.
Di atas adalah beberapa langkah yang harus dilakukan dalam pemasangan saluran u ditch
yang benar. Untuk menghindari naik turunnya elevasi saluran perlu dipertimbangkan area
yang sering menghasilkan sampah, untuk saluran terbuka Anda bisa menggunakan cover U
ditch agar ia menjadi saluran tertutup. Mengaplikasikan cover U ditch dapat resiko
masuknya sampah ke dalam saluran.
7. Pemasangan Saluran Tutup U-Ditch
Pemasangan Saluran Tutup U-Ditch Ld Uk. 30-60 Cm Pabrikasi, dilaksanakan setelah
pemasangan U-ditch telah selesai, dan dipasang secara rapih. Penutupan u-ditch ini
dimaksud untuk menghidari masuk nya sampah ke dalam saluran.
Untuk Bahan Tutup U-ditch memakai dari pabrikasi Dusaspu/Duracon/MAS.
8. Pekerjaan Pengangkutan Material/ Hasil Galian
Dalam definisi Bahasa pengangkutan merupakan kegiatan memuatkan sesuatu ke dalam
wadah. Dalam pengangkutan ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memasukan
material atau endapan bahan hasil galian hasil pembongkaran dan dimuat kedalam alat
angkut. Pada kegiatan ini biasanya digunakan alat seperti dragline, power scaper, back
hoe, shovel dower, clam shell,bucket whell excavator, dan lain-lain. Proses pemuatan di
lakukan dengan menggunakan alat gali ataupun shovel untuk menggali hasil endapan atau
material yang telah dibongkar. Dalam segi Bahasa pengangkutan merujuk pada
pembawaan sesuatu dari dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dalam pertambangan

Hal-
Pengangkutan merupakan kegiatan penambangan yang dilakukan untuk mengangkut
bahan atau endapan bijih dari suatu tempat ke tempat yang lain ataupun tempat
penimbunan pengolahan. Pada kegiatan ini biasanya dilakukan dengan alat seperti truck,
lori, locomotif, belt convenyor, tongkang, dan lain-lain.
Dalam kegiatan pengangkutan harus memperhatikan beberapa factor yang mempengaruhi
alat , karena apabila dalam suatu penambangan dengan medan buruk akan
mengakibatkan alat mekanis sulit untuk dapat dioperasikan secara optimal. Kondisi suatu
medan kerja tercipta oleh keadaan alam dan jenis material yang terkandung didalamnya
seperti ketinggian tempat kerja maupun fisik dari material itu sendiri. sifat fisik material
berpengaruh besar terhadap pengoperasian alat-alat yang digunakan dan taksiran
kapasitas produksi serta perhitungan volume pekerjaan. Bentuk material ini didasarkan
pada ukuran butir material, yang akan mempengaruhi susunan butir-butir material dalam
suatu satu kesatuanvolume dan tempat. (aterial yang kondisi butirnya halus dan seragam
kemungkinan isinya sama dengan ruang yang ditempati,sedangkan material yang berbutir
kasar dan berbongkah bongkah akan lebih kecil dari nilai ruangan yang ditempati, hal
tersebut terjadi karena material ini akan membentuk rongga-rongga udara yang akan
memakan sebagian dari ruangan tersebut. Ukuran butir disini akan berpengaruh dalam
pengisian bucket.
Untuk Bahan U-ditch memakai dari pabrikasi Dusaspu/Duracon/MAS.
Pekerjaan Pengangkutan Material/ Hasil Galian Sejauh 500 M dilaksanakan setelah galian,
bongkaran dan bahan telah dilaksanakan dan diangkut dalam waktu 1x24 jam.

III. PEKERJAAN JALAN


1. Pekerjaan Pasang Bekisting Untuk Dinding 2x Pakai
Bekisting adalah merupakan suatu konstruksi pendukung pada pekerjaan konstruksi beton
dan biasanya terbuat dari bahan kayu,allmunium dan sebagainya. Berbagai material dapat
digunakan namun pemilihan jenisnya harus mempertimbangkan dari segi teknis dan nilai
ekonomisnya
Berdasarkan cara pengerjaannya bekisting dapat dibentuk secara konvensional yang
langsung dikerjakan dilapangan maupun dengan sistem pabrikasi atau merupakan
pengembangan dari sebuah sistem bekisting yang mudah dipasang, kuat, awet dan mudah
dibongkar. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa konstruksi bekisting adalah
sebuah konstruksi non permanent yang mampu memikul beban sendiri berat beton basah,
beban hidup dan sebagai sarana pendukung dalam mencetak konstruksi beton sesuai
dengan ukuran, bentuk, rupa serta bentuk permukaan yang diinginkan, dengan demikian
bekisting berperan dalam proses produksi konstruksi beton.
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan pada pemakaian bekisting dalam suatu
pekerjaan konstruksi beton. Aspek tersebut adalah : Aspek pertama adalah kualitas
bekisting yang akan digunakan harus tepat dan layak serta sesuai dengan bentuk
pekerjaan struktur yang akan dikerjakan. Permukaan bekisting yang akan digunakan harus
rata sehingga hasil permukaan beton baik. Aspek kedua adalah keamanan bagi pekerja
konstruksi tersebut, maka bekisting harus cukup kuat menahan beton agar beton tidak
runtuh dan mendaangkan bahaya bagi pekerja sekitarnya Aspek yang ketiga adalah biaya
pemakaian bekisting yang harus direncanakan seekonomis mungkin. Pada dasarnya
konstruksi bekisting memiliki tiga hal fungsi: Menentukan bentuk dari konstruksi beton
yang dibuat, Memikul dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton serta beban
luar lainya yang menyebabkan perubahan bentuk pada beton. Namun perubahan ini tidak
melampui batas toleransi yang ditetapkan, Bekisting harus dapat dengan mudah dipasang,

Hal-
dilepas dan dipindahkan. Mempermudah proses produksi beton masal dalam ukuran yang
sama.
2. Beton Mutu Sedang Dengan F'c= 25 Mpa (K-300)
Beton adalah bagian dari konstruksi yang dibuat dari campuran beberapa material
sehingga mutunya akan banyak tergantung kondisi material pembentuk ataupun pada
proses pembuatannya. Untuk itu kualitas bahan dan proses pelaksanaannya harus
dikendalikan agar dicapai hasil yang optimal. Beton dengan mufu fc' 25 menyatakan
kekuatan tekan minimum adalah 25 MPa. Beton dengan mutu K-300 menyatakan
kekuatan tekan karakteristik minimum adalah 300 kg/cm2 Merujuk pada Pengertian
Ready Mix dan Mutu Beton merupakan klasifikasi kegunaan beton itu sendiri yang terdiri
dari beberapa karakteristik juga menyatakan kekuatan tekan luas bidang permukaan.
Pengertian ready mix concrete dan mutu beton ini salah satu rangkuman mengenai definisi
tentang material, komposisi, mutu serta spesifikasi lainnya. Kami juga ulas mengenai
pengertian beton minimix Selanjutnya dari berbagai sumber penjelasan mengenai
pengertian ready mix dan mutu beton ini kami coba rangkum menjadi satu sebagai bahan
pendukung dalam pemasaran maupun pengetahuan dalam dunia beton readymix.
Pengertian ready mix dan mutu beton yang kami buat ini merupakan rangakaian definisi
atau deskripsi tentang ready mix sebagai rujukan. Hal itu untuk memudahkan pembaca
dalam memahami apa itu ready mix dan bagaimana proses ready mix dalam produksi
maupun teknis lainnya.
3. Lapis Resap Pengikat (Tack Coat) - Aspal Emulsi
Lapis Perekat (Tack Coat) adalah hamparan bahan aspal emulsi jenis reaksi cepat (Rapid
Setting) yang diencerkan dengan air dengan perbandingan tertentu atau aspal semen Pen.
60/70 atau Pen. 80/100 yang diencerkan dengan minyak tanah (kerosen) dengan proporsi
tertentu yang dihampar diatas permukaan berbahan pengikat semen atau aspal (misalnya
semen tanah, CTB, perkerasan beton, lapis penetrasi Macadam, Laston, Lataston, dan lain-
lain. Distributor Aspal adalah kendaraan beroda ban angin yang bermesin penggerak
sendiri dengan sistem tangki aspal, pemanasan, pemompaan, penyemprotan dengan
tekanan yang ditentukan dalam rentang 0,15 sampai 2,4 liter/m2 melalui nosel (minimum
24 nosel) dan dipasang pada jarak yang sama (10 ± 1 cm). Lapisan Resap Pengikat harus
disemprot hanya pada permukaan yang kering atau mendekati kering, dan Lapis Perekat
harus disemprot hanya pada permukaan yang benar-benar kering. Penyemprotan Lapis
Resap Pengikat atau Lapis Perekat tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan
atau akan turun hujan.
Pengawasan pelaksanaan pekerjaan Lapis Perekat (Tack Coat) hanya dilakukan pada lokasi
pekerjaan yang requestnya telah mendapatkan persetujuan dari semua pihak yang
berkompeten. b. Pengawasan Pekerjaan Lapis Perekat (Tack Coat) ini dilakukan sepanjang
waktu penghamparan dilapangan, hingga selesai dan sedikitnya dilakukan 1 (satu) kali
pencatatan pada setiap rentang produksi 150 m2, dan sedkit-sedikitnya 3 (tiga) hasil
pencatatan dalam setiap kali produksi. c. Waktu pencatatan ditentukan oleh petugas
lapangan (Inspektor), pada saat mana dianggap bahwa uji petik pencatatan saat itu perlu
dilakukan. d. Catatan penyimpangan atau kondisi seketika yang dapat mempengaruhi
mutu, harus dicatat pada kolom catatan yang telah disediakan.
4. Pekerjaan hotmix jalan lingkungan tebal 3 cm padat
Sebelum mulai pekerjaan terlebih dahulu dilakukan pembersihan badan jalan dari sampah,
kotoran yang mengganggu pekerjaan termasuk material lainyang tidak terpakai selama
pekerjaan,dibersihkanatau dipindahkan dari lokasi, jika ada lubang-lubang di permukaan
bila perlu dilakukan pengurugandan penimbunan. Tahapan pekerjaan ini dilakukan agar
badan jalan sesuai dengan ukuran yang di inginkan. Sebelum badan Jalan di bentuk lahan

Hal-
perlu dibersihkan dahulu dari sampah dan pepohonan agar tidak tidak jadi masalah di
kemudian hari. Pekerjaan ini juga dinamakan pekerjaan galian dan timbunan.Pekerjaan
galian adalah pekerjaan pemotongan tanah dengan tujuan untuk memperoleh bentuk
elevasi permukaan sesuai gambar yang di rencanakan,untuk mengetahui elevasi jalan
perlu menggunakan alat ukur Theodolit, lengkapnya pekerjaan stripping dilakukan agar
bentuk badan jalan ,tinggi dan belokannya sesuai apa yang direncanakan. Setelah di cor
dengan Tack Coat kemudian dilakukan Pelapisan Ac-Wc/Laston dengan gelaran manual
dan dipadatkan dengan Baby roller.
5. Pekerjaan Pengangkutan Material/ Hasil Galian Sejauh 500 M
Dalam definisi Bahasa pengangkutan merupakan kegiatan memuatkan sesuatu ke dalam
wadah. Dalam pengangkutan ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memasukan
material atau endapan bahan hasil galian hasil pembongkaran dan dimuat kedalam alat
angkut. Pada kegiatan ini biasanya digunakan alat seperti dragline, power scaper, back
hoe, shovel dower, clam shell,bucket whell excavator, dan lain-lain. Proses pemuatan di
lakukan dengan menggunakan alat gali ataupun shovel untuk menggali hasil endapan atau
material yang telah dibongkar. Dalam segi Bahasa pengangkutan merujuk pada
pembawaan sesuatu dari dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dalam pertambangan
Pengangkutan merupakan kegiatan penambangan yang dilakukan untuk mengangkut
bahan atau endapan bijih dari suatu tempat ke tempat yang lain ataupun tempat
penimbunan pengolahan. Pada kegiatan ini biasanya dilakukan dengan alat seperti truck,
lori, locomotif, belt convenyor, tongkang, dan lain-lain.
Dalam kegiatan pengangkutan harus memperhatikan beberapa factor yang mempengaruhi
alat , karena apabila dalam suatu penambangan dengan medan buruk akan
mengakibatkan alat mekanis sulit untuk dapat dioperasikan secara optimal. Kondisi suatu
medan kerja tercipta oleh keadaan alam dan jenis material yang terkandung didalamnya
seperti ketinggian tempat kerja maupun fisik dari material itu sendiri. sifat fisik material
berpengaruh besar terhadap pengoperasian alat-alat yang digunakan dan taksiran
kapasitas produksi serta perhitungan volume pekerjaan. Bentuk material ini didasarkan
pada ukuran butir material, yang akan mempengaruhi susunan butir-butir material dalam
suatu satu kesatuanvolume dan tempat. (aterial yang kondisi butirnya halus dan seragam
kemungkinan isinya sama dengan ruang yang ditempati,sedangkan material yang berbutir
kasar dan berbongkah bongkah akan lebih kecil dari nilai ruangan yang ditempati, hal
tersebut terjadi karena material ini akan membentuk rongga-rongga udara yang akan
memakan sebagian dari ruangan tersebut. Ukuran butir disini akan berpengaruh dalam
pengisian bucket.
Pekerjaan Pengangkutan Material/ Hasil Galian Sejauh 500 M dilaksanakan setelah galian,
bongkaran dan bahan telah dilaksanakan dan diangkut dalam waktu 1x24 jam.

IV. PEKERJAAN STRUKTUR BETON

a. PERSYARATAN BAHAN.

1. Mutu Semen.

Semen portland harus memenuhi persyaratan standard Internasional atau NI-8 untuk
butir pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan susunan kimia.
Semen yang cepat mengeras hanya boleh dipergunakan dimana jika hal tersebut
dikuasakan tertulis secara tegas oleh pihak Konsultan Pengawas/Direk:si Pekerjaan.

2. Penyimpanan Semen.

Hal-
Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dar. dijaga agar
semen tidak lembab, dengar. iantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk sesuai
dencan syarat penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman. Semen yang telah
rusak karena terlalu lama disimpan sehingga mengeras ataupun tercampur bahan lain,
tidak

boleh dipergunakan dan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam
zak-zak yang utuh dan terlindung baik terhadap pengaruh cuaca, dengan ventilasi
secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan urutan pengiriman.

3. Pasir agregat halus dan koral/batu pecah agregat kasar.

Jenis. dan syarat campuran agregat harus memenuhi PEI-71 Bab 3.


a) Mutu pasir
Butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan
organis.
b) Mutu Koral
butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah jumlah butir-butir pipih
maksimum 200 bersih, tidak mengandung zat-zat aktif alkali.
c) Ukuran
Sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus Oo berat; sisa diatas ayakan 4 mm, harus
berkisar antara 90% dan 98% berat, selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua
ayakan yang berurutan, adalah maksimum 600 dan minimum l0o berat.
d) Penyimpanan
Pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa sehingga
terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.

4. Mutu Air.

Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam
alkali, garamgaram, bahan organis atau bahan-bahan lair_ yang dapat merusak beton
serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan kepastian kelayakar.
air yang akan dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium yang disetujui
oleh Konsultan PengawasjDireksi Pekerjaan.

5. Kecuali ditentukanlain pada gambar kerja, kekuatan dan penggunaan beton adalah
sebagai berikut :
a) Beton Struktur K.300
b) Beton Non Struktural Beton K. 100 Meliputi : KP, Beton lantai kerja

b. ADUKAN.

Adukan beton harus didasarkari pada trial mix dan mix design rnasing-masing untuk umur
3, 7, 14, 21 dan 28 hari yang didasarkan pada minimum 20 hasil pengujian atau lebih
sedemikian rupa sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Direksi Pekerjaan. Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus disertakan
selambat-lambatnya 6 minggu sebelum pekerjaan dimulai, dan disamping itu mutu
betonpun harus sesuai dengan mutu standard P.B.I. 1971.

Hal-
Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan
tentang kekuatan/kebersihannya. Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design
mix serta pembiayaannya adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. Trial
mix dan design mix harus diadakan lagi bila agregat yang dipakai diambil dari -sumber yang
berlainan, merk semen yang berbeda at-au supplier beton yang lain.

c. PENGUJIAN/PEMERIKSAAN MUTU BETON.

1. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji kubus beton
15 x 15 x 15 cm sesuai PBI 1971.
2. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai slump harus
dalam batas-batas yang disyaratkandalam PBI 1971, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Pengawas.
3. Benda uji dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume rata-rata tidak
lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck drum (diambil yang volumenya terkecil).
Disamping itu jumlah maksimum dari beton yang dapat terkena penolakan akibat
setiap satu keputusan adalah 30 m3, kecuali bila ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.

4. Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14 dan 28 hari.

5. Khusus untuk pelepasan perancah dan penarikan beton prategang, benda uji yang
dipergunakan adalah benda uji yang diletakkan didaerah yang akan diuji tanpa melalui
perawatan di laboratorium. Perawatan yang dilakukan tersebut adalah perawatan yang
diberlakukan sama seperti pada struktur yang sebenarnya. Pengujian terhadap benda uji
harus dilakukan satu hari atau sesaat sebelum tahapan pekerjaan yang bersangkutan
akan dilaksanakan. Diluar ketentuan kegunaan tersebut diatas, seluruh benda uji dirawat
sebagaimana yang dicantumkan dalam PBI'71, atau bila ditentukan lain oleh Konsultan
pengawas.

6. Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan pelaksanaan akan
dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pelepasan perancah
dan penarikan baja prategang sesuai yang dijelaskan pada butir 29.4 (5). Sedangkan untuk
pengujian diluar ketentuan pekerjaan tersebut, harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas dalam jangka waktu tidak lebih dari 3 hari setelah pengujian dilakukan.

7. Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI'71, dilakukan dilokasi pengecoran dan
harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan. Untuk pengecoran dilokasi
yang tinggi atau sulit dijangkau digunakan metoda pembetonan dengan menggunakan
pompa (concrete pump), maka pengambilan contoh segala macam jenis pengujian
lapangan harus dilakukan dari hasil adukan yang diperoleh dari ujung pipa "concrete-pump"
pada lokasi yang akan dilaksanakan.

d. TEBAL PENUTUP BETON MINIMUM.

1. Bila tidak disebutkan lain tebal penutup beton harus sesuai dengan persyaratan PBI
1971.
2. Perhatikan khusus perlu dicurahkan terhadap keteratar. tebal penutup beton, untuk
itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan
mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.

Hal-
Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok
persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 8 buah setiap
meter cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebut harus tersebar
merata.

e. PENGECORAN.

1. Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam PEI 1971.


2. Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 2 m bila tidak disebutkan lain atau
disetujui Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan.
3. Bila pelaksanaan pengecoran akan dilakukan dengan cara atau metoda diluar ketentuan yang
tercantum didalam PBI'71 termasuk pekerjaan yang tertunda ataupun penyambungan
pengecoran, maka Penyedia Jasa harus membuat usulan termasuk pengujiannya untuk
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan paling lambat 3 minggu
sebelum pelaksanaan dimulai.

f. PERAWATAN BETON.
1. Secara umum harus memenuhi persyaratan didalam PEI 1971 NI-2 Bab 6.6.
2. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum saatnya
dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal
dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk proses hydrasi
semen serta pengerasan beton.
3. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan
dan harus berlangsung terus-menerus selama paling sedikit dua minggu jika tidak
ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan tidak melebihi
32°C.
4. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun harus tetap dalam keadaan
basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum selesai masa perawatan maka
selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan
membasahi permukaan beton terus menerus dengan menutupinya dengan karung-
karung basah atau dengan cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas/Direksi
Pekerjaan.

g. BETON KEDAP AIR.


1. Beton untuk tangki air, lift pit, dinding penahan tanah dan pekerjaan beton lainnya
yang berhubungan dengan air harus dibuat kedap air, antara lain dengan
menambahkan bahan aditive yang sesuai dan atas persetujuan Konsultan Pengawas.
Penggunaan bahan aditive tersebut harus sesuai petunjuk dari pabrik pembuat serta
adanya jaminan bahwa bahan aditive tersebut tidak akan mempengaruhi kekuatan
maupun ketahanan beton.
2. Penyedia Jasa harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dalam hal cara
pengadukan, campuran beton, pengangkutan, pengecoran dan perawat beton serta
pengawasannya untuk mendapatkan sifat-sifat kedap air pada bagian pekerjaan itu.
3. Nilai Slump beton yang diperlukan adalah minimum untuk mer.jamin pengecoran dan
pemadatan beton yang sesuai untuk dilaksanakan.
4. Penyedia Jasa bertanggung jawab atas pekerjaan beton tersebut terhadap sifat kedap
airnya. Apabila terjadi kebocoran atau rembesan air maka semua biaya perbaikannya
untuk mengembalikan sifat kedap air tersebut adalah menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.

Hal-
5. Penyedia Jasa harus memberikan jaminan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
terhadap sifat kedap air hasil pekerjaannya terhitung sejak selesainya masa
pelaksanaan pekerjaan.
6. Apabila terjadi kebocoran atau kerusakankerusakan lain selama jangka waktu tersebut
dalam 2.8.5 Penyedia Jasa atas biaya sendiri harus segera memperbaiki bagian yang
mengalami kerusakan tersebut sampai permukaan akhir termasuk juga memperbaiki
peralatan-peralatan seperti peralatan listrik, pengatur udara (A.C) dan instalasi lainnya
yang mengalami kerusakan akibat pengaruh tersebut diatas.

h. BETON MASA.
1. Sebelum pekerjaan diiaksanakan Penyedia Jasa harus menentukan metoda dari
perbandingan adukan, cara pengadukan, pengangkutan, pengecoran serta
pengontrolan tem_peratur dan cara perawatan, yang harus disArahkar_ kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
2. Setelah beton dicor, permukaan harus dibasahi serta dilindungi terhadap pengaruh
langsung dari sinar matahari, pengeringan yang mendadak dan lain-lain.
3. Untuk mengetahui kenaikan temperatur beton serta pemeriksaan dalam proses
perawatan beton maka temperatur permukaan dan temperatur didalam beton harus
diukur bilamana perlu setelah pengecoran beton dilaksanakan.
4. Apabila temperatur dibagian dalam beton mulai meningkat, maka perawatan beton
harus sedemikian sehingga tidak mempercepat kenaikan temperatur tersebut.
Perhatian harus dicurahkan agar temperatur pada permukaan beton menjadi tidak
terlalu rendah dibandingkan dengan temperatur didalam beton.
5. Setelah temperatur didalam beton mencapai maksimum, maka permukaan beton
harus ditutupi dengan kanvas atau bahan penyekat lainnya untuk mempertahankan
panas sedemikian rupa sehingga tidak timbul perbedaan panas menyolok antara
bagian dalam dan luar beton atau penurunan temperatur yang mendadak dibagian
dalam beton. Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut diatas dibuka permukaan
beton tetap harus dilindungi terhadap pengeringan yang mendadak.
6. Campuran beton yang direncanakan untuk adukan beton yang dibuat harus didasarkan
pada kekuatan beton umur 28 hari.
7. Bila campuran beton yang direncanakan tersebut sudah dibuat maka perkiraan
kekuatan tekan beton dalam struktur harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan
khusus untuk itu atau sesuai instruksi Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan.
8. Cara perawatan dari benda uji untuk pengujian kekuatan tekan beton guna dapat
menentukan waktu yang sesuai untuk pembongkaran cetakan beton harus sesuai
dengan persyaratan khusus untuk itu atau sesuai persetujuan Konsultan Pengawas/
Direksi Pekerjaan.

i. CACAT PADA BETON

Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Konsultan Pengawas/Direksi


Pekerjaan mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti
berikut :

Hal-
1. Konstruksi beton yang keropos
2. Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak
sesuai dengan gambar.
3. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.
4. Konstruksi beton yang tidak berisikan kayu atau benda lain.
5. Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus dibongkar dan
diganti dengan yang baru, kecuali Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan atau
konsultan menyetujui untuk diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang
ditimbulkan tersebut. Untuk itu Penyedia Jasa harus mengajukan usulan-usulan
perbaikan yang kemudian akan di teliti/diperiksa dan disetujui bila perbaikan tersebut
dianggap memungkinkan.

J. Bahan-bahan

a) Agregat
o Agregat kasar
Agregat kasar terdiri dari batu atau kerikil pecah atau campuran yang sesuai
dari batu pecah dengan kerikil alami yang bersih. Gradasi agregat kasar harus
sesuai dengan tabel berikut :
Ukuran Saringan (mm) Persentasi Lolos Atas berat
19,0 100
12,5 30 – 100
9,5 0 – 55
4,75 0 – 10
0,075 0–1

o Agregat halus
Agregat halus terdiri dari pasir alam atau batu tersaring dalam kombinasi yang
cocok, dan harus bersih dari gumpalan lempung dan benda-benda lain yang
harus dibuang. Gradasi agregat halus harus sesuai dengan tabel berikut :

Ukuran Saringan (mm) Persentasi Lolos Atas berat


9,5 100
4,75 90 – 100
2,36 80 – 100
0,6 25 – 100
0,075 3 – 11

o Filler
Bahan filler terdiri dari debu batau sabak atau semen, serta harus bebas dari
suatu benda yang harus dibuang. Filler berisi ukuran partikel yang 100 % lolos
saringan 0,60 mm dan tidak kurang dari 75 % atas berat partikel yang lolos
saringan 0,075 mm.
o Syarat-syarat kualitas agregat kasar
Agregat kasar yang digunakan unyuk aspal hotmix harus memenuhi syarat
kulaitas seperti pada tabel berikut :

Hal-
Uraian Batas test
Kehilangan berat karena abrasi (500 Maksimum 40 %
putaran)
Penahan aspal sesudah pelapisan dan Minimum 95 % 80 – 100
pengelupasan

b) Bahan Aspal
1) Bahan aspal harus AC-10 aspal hotmix gradasi kekentalan (kurang lebih
ekivalen kepada Pen 60/70 memenuhi persyaratan AASHTO M 226.
2) Suatu bahan penyatu (adhesive) dan anti pengelupasan harus ditambahkan
kepada bahan aspal, jika diminta demikian oleh pengawas lapangan, Bahan
tambahan tersebut harus satu jenis yang disetujui oleh pengawas lapangan
dan harus ditambahkan dan dicampur sesuai dengan petunjuk Pabrik
Pembuat.

1. Persyaratan Campuran
a)Komposisi Campuran
Campuran aspal tersebut terdiri dari agregat, filler, mineral dan bahan aspal.
Komposisi rencana berada dalam batas-batas rencana yang diberikan pada tabel
berikut :
Fraksi Rencana Campuran Presentase Atas Berat Total
Campuran Aspal
Fraksi agregat kasar 30 – 50
(> 2,36 mm)
Fraksi agregat halus 39 – 59
(2,36 mm – 0,075 mm) 4,5 – 7,5
Fraksi filler

Kandungan Aspal ( % total campuran atas volume)


Kandungan aspal efektif - Minimum 6,2
Kandungan aspal diserap - Maksimum 1,7
Total kandunganaspal sebenarnya - Minimum 6,7
Tebal film aspal - Minimum 8 micron

Pebandingan campuran dan formula campuran pelaksanaan ditentukan dalam


CMP.

b) Sifat-sifat Campuran
Sifat-sifat campuran yang dari CMP (Instalasi Campur Pusat) diberikan pada tabel
berikut:

Sifat-sifat Campuran Pengukuran Batas


Kandungan rongga udara % atas volume total 4%-6%
campuran
campuran padat

Hal-
Tebal film aspal Micron Minimum 8
Kuosien Marshal Kn/nm 1,8 – 5,0
Stabilitas Marshal Kg 550 - 1250

2. Pelaksanaan Pekerjaan
a) Peralatan Pelaksanaan
1) Jenis peralatan dan methoda operasi harus sesuai dengan daftar peralatan dan
instalasi produksi yang telah disetujui dan menurut petunjuk lebih lanjut
Pengawas Lapangan. Pada umumnya peralatan yang harus dipilih untuk
penyebaran dan penyelesaian harus paver (perata) bertenaga mesin yang
mampu bekerja sampai garis dan ketinggian yang diperlukan dengan
penyediaan untuk pemanasan, screeding dan sambungan perata campuran
aspal hotmix. Akan tetapi dimana satu paver (perata) tidak dapat diperoleh dan
tergantung kepada instruksi Pengawas Lapangan, pemasangan dan penyebaran
dapat dilakukan dengan tenaga kerja, menggunakan garukan, sekop dan
gerobak dorong.

2) Jenis peralatan berikut ini akan dipilih untuk penyebaran, pemadatan dan
penyelesaian.

Alat Pengangkutan
Sejumlah truk angkutan yang cukup harus disediakan untuk mengangkut
campuran aspal yang sesuai dengan program pekerjaan yang telah
disetujui.Truk-truk tersebut harus dilengkapi dengan dasar logam rata ketat,
dibersihkan dan yang sebelumnya dilapisi minyak bakar

Alat untuk penyebaran dan penyelesaian


Bilamana diminta demikian didalam daftar penawaran dan daftar unit
produksi, peralatan untuk penyebaran dan penyelesaian harus satu paver
betenaga mesin sendiri yang mampu bekerja sampai ke garis, tingkat dari
penampang melintang yang diperlukan dan dapat memenuhi persyaratan-
persyaratan terhadap volume dan penampilan kualitas

Peralatan Pemadatan
- Mesin gilas roda baja(mesin gilas roda 1-2 ton atau tandem 6 – 10 ton)
- Sebuah mesin gilas dan bertekanan dengan ban dipompa mencapai
tekanan 8,5 kg/cm2 dan dengan penyediaan untuk ballast dari 1500 kg –
2500 kg muatan per roda.
Peralatan untuk menyemprot lapis aspal resap pelekat atau lapis aspal
pelekat
Sebuah distributor/penyemprot aspal bertekanan harus disediakan dengan
penyediaan untuk pemanasan aspal.

b) Penyiapan Lapangan

Hal-
1) Penyiapan lokasi

Sebelum dilakukan pembongkaran aspal terebih dahulu dilakukan


pengukuran lokasi yang akan dikerjakan sesuai dengan gambar kerja
Lokasi diberi tanda berupa cat sesuai dengan batas ukuran yang ditentukan
dan harus mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan. Lokasi yang
rusak yang akan diperbaiki harus dibongkar dengan hati-hati sesuai dengan
batas tanda yang diberikan, pembongkaran dilakukan harus berbentuk
persegi empat, sisi daerah yang dibongkar harus tegak lurus dan rata.
Aspal bekas bongkaran harus diangkut keluar lokasi kerja dan dibuang pada
tempat yang ditentukan dan lobang yang dibongkar harus dibersihkan dari
material lepas.
Sebelum dilapisi dengan tack/prime coat bagian yang diperbaiki harus
terlebih dahulu dibersihkan dengan kompresor sehingga bebas dari debu
dan kotoran yang lepas
2) Pemasangan di atas lapisan pondasi atas
Bilamana memasang di atas pondasi, maka pondasi tersebut bentuk dan
profilnya harus sama benar dengan yang diperlukan untuk penampang
melintang dan dipadatkan sepenuhnya sampai mendapat persetujuan
Pengawas Lapangan
Sebelum memasang aspal hotmix, pondasi lapangan tersebut harus dilapisi
dengan aspal resap pelekat pada tingkat pemakaian 0,6 l/m2 atau tingkat
lainnya menurut perintah Pengawas Lapangan
3) Pemasangan di atas satu permukaan aspal yang ada
Bilamana pemasangan tersebut sebagai satu lapis ulang terhadap satu
permukaan aspal yang ada, setiap kerusakan pada permukaan perkerasan
yang ada, termasuk lubang-lubang, bagaian amblas, pinggiran hancur dan
cacat permukaan lainnya harus dibetulkan dan diperbaiki sampai disetujui
Pengawas Lapangan
Sebelum pemasangan aspal hotmix, permukaan yang ada harus kering dan
dibersihkan dari semua batu lepas dan bahan lain yang harus dibuang dan
akan dilabur dengan aspal perekat yang disemprotkan pada tingkat
pemakaian tidak melebihi 0,5 l/m2 kecuali diperintahkan lain oleh Pengawas
Lapangan.

c) Penyebaran

1) Penyebaran dengan mesin


Sebelum operasi pengerasan dimulai, screed paver harus dipanaskan dan
campuran aspal harus dimasukkan/dituang ke dalam paver pada satu
temperatur di dalam batas-batas antara 140º - 110º C.
Selama pengoperasian paver, campuran aspal tersebut harus disebarkan dan
diturunkan sampai ketingkat, ketinggian dan bentuk penampang melintang
yang diperlukan di atas seluruh lebar perkerasan yang sepantasnya.
Paver tersebut harus beroperasi pada satu kecepatan yang tidak menimbulkan
retak-retak pada permukaan, cabik-cabik atau ketidakteraturan lainnya
dalam permukaan. Tingkat penyebaran harus sebagaimana yang disetujui
oleh Pengawas Lapangan memenuhi tebal rencana.

Hal-
Jika suatu segresi, penyobekan atau pencungkilan permukaan akan terjadi,
paver tersebut harus dihentikan dan tidak boleh berlapangan kembali
sampai penyebabnya ditemukan dan diperbaiki. Penambahan yang kasar
atau bahan yang telah segresi harus dibuat betul dengan menyebarkan
bahan halus (fines) serta digaruk dengan baik. Akan tetapi penggarukan
harus dihindarkan sejauh mungkin dan partikel kasar tidak boleh disebarkan
di atas permukaan yang disecreed.
2) Penyebaran dengan tenaga manusia
Harus disediakan tenaga kerja yang cukup untuk memungkinkan truk angkutan
dibongkar muatannya, serta campuran aspal panas tesebut disebarkan
dengan penundaan minimum. Bilamana truk-truk atap datar digunakan
untuk pengiriman, campuran tersebut harus dibongkar muatannya dengan
sekop dan dituangkan secara tegak di atas lintasan lapangan sedemikian
sehingga menimbulkan sgresi sedikit mungkin. Tidak boleh ada coba-coba
dilakukan untuk menyebar campuran tersebut di atas permukaan yang
disecreed.
Campuran aspal tersebut harus disebarkan dengan sekop dan garuk yang
digunakan berpasangan untuk merapihkan permukaan secara final. Papan
penggun lapangan atau batang lurus akan digunakan untuk mengatur
permukaan diantara papan screed.
Dimana diperlukan untuk penyebaran tangan, kedua papan pinggir dan papan
punggung lapangan harus dipasang dan campuran aspal harus disebarkan,
bekerja dari pinggir menuju ke papan tengah dan kedepan dari sambungan
melintang. Penyebaran harus dilaksanakan untuk menghasilkan suatu
permukaan yang seragam tanpa segresi.

d) Pemadatan Lapisan Aspal

1) Pengendalian suhu
Secepatnya setelah campuran tersebut telah disebarkan dan menurun,
permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap kualitas tidak baik harus
diperbaiki
Suhu campuran lepas terpasang harus dipantau dan penggilasan akan dimulai
ketika suhu campuran tersebut turun dibawah 110º C dan harus diselesaikan
sebelum suhu turun di bawah 65º C.
Penggilasan campuran tersebut akan terdiri dari operasi terpisah, bekerja
sedekat mungkin kepada urutan penggilasan berikut ini:

Waktu sesudah Suhu Penggilasan


Penghamparan ºC
1. Tahapawal penggilasan 0 – 10 menit 110 – 100
2. Penggilasankedua/antara 10 – 20 menit 100 – 80
3. Penggilsan akhir 20 – 45 menit 80 – 65

2) Prosedur pemadatan

Hal-
Tahap awal penggilasan dan penggilasan final akan dikerjakan semuanya
dengan mesin gilas roda baja. Penggilasan kedua atau penggilasan antara
akan dilakukan dengan sebuah mesin gilas ban pneumatic. Mesin gilas
pemadatan akan beroperasi dengan roda kemudi sedekat mungkin ke paver.
Kecepatan mesin gilas tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk mesin gilas roda
baja, dan 6 km/jam untuk mesin gilas ban pneumatic serta akan selalu cukup
lambat untuk menghindari penggeseran campuran panas. Garis penggilasan
tidak boleh terlalu berubah-ubah atau arah penggilasan berbalik secara tiba-
tiba yang akan menimbulkan pergeseran campuran.
Penggilasan kedua atau penggilasan antara mengikuti sedekat sepraktis
mungkin di belakang penggilasan pemadatan awal dan harus dilaksanakan
sementara campuran tersebut masih pada satu temperatur bahwa akan
menghasilkan pemadatan maksimum. Penggilasan akhir akan dikerjakan
bilamana bahan tersebut masih dalam kondisi cukup padat dikerjakan untuk
membuang semua tanda-tanda bekas mesin gilas.
Penggilasan akan dimulai secara memanjang pada sambungan dan dari
pinggiran sebelah luar yang akan berlangsung sejajar dengan sumbu
lapangan, penggilasan dimulai dari sisi rendah maju menuju sisi tinggi.
Lintasan berikutnya dari mesin gilas akan bertumpang tindih pada paling
sedikit separuh lebar mesin gilas dan lintasan tidak boleh berhenti pada titik-
titik ditempat satu meter dari titik ujung lintasan-lintasan tersebut.
Bila menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemadat pertama-tama
harus bergerak di atas lintasan yang sudah dilewati sebelumnya sedemikian
sehingga tidak lebih dari 15 cm dari roda kemudi jalan/lewat di atas pinggir
perkerasan yang tidak terpadatkan. Mesin gilas haru terus menerus
sepanjang jalur ini menggeser posisinya sedikit demi sedikit menyilang
sambungan tersebut dengan lintasan berikutnya, sampai diperoleh satu
sambungan yang dipadatkan rapih secara menyeluruh.
Penggilasan akan bergerak maju secara terus-menerus sebagaimana
diperlukan untuk mendapatkan pemadatan yang seragam selama waktu
bahwasanya campuran tersebut dalam kondisi dapat dikerjakan dan sampai
semua tanda-tanda bekas mesin gilas, roda-roda tersebut harus dijaga selalu
basah tetapi air yang berlebihan tidak diizinkan.

e) Penyelesaian
1) Alat berat atau meisn gilas tidak diizinkan berdiri di atas permukaan yang baru
selesai sampai permukaan tersebut mendingin secara menyeluruh dan matang.
2) Permukaan aspal hotmix sesudah pemadatan harus halus dan rata kepada
punggung lapangan dan tingkat yang ditetapkan di dalam toleransi yang
ditentukan. Setiap campuran yang menjadi lepas-lepas dan hancur, bercampur
dengan kotoran atau yang telah menjadi tidak sempurna dalam setiap arah,
harus dipadatkan segera untuk menyesuaikan dengan luas disekitarnya dan
setiap luas yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal atas
instruksi Pengawas Lapangan akan disingkirkan dan diganti. Semua tempat
tinggi, sambungan tinggi, bagian yang amblas dan rongga-rongga udara harus
diselesaikan sebagaimana diminta oleh Pengawas Lapangan.

Hal-
3) Sementara permukaan tersebut sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia
Jasa harus memperbaiki pinggiran-pinggiran dalam garis secara rapih. Setiap
bahan-bahan yang berlebih harus dipotong lurus setelah penggilasan final, dan
dibuangoleh Penyedia Jasa sehingga disetujui oleh Pengawas Lapangan.
f) Penyelsaian sambungan
Tidak boleh ada campuran yang dipasang pada bahan ujung yang sudah digilas
sebelumnya kecuali ujung tersebut tegak atau telah dipotong kembali dsampai satu
permukaan tegak. Satu penyiraman aspal yang digunakan untuk permukaan-
permukaan kontak harus dipaki tepat sebelum tambahan campuran dipasang
terhadap bahan yang digilas sebelumnya.

K. Persyaratan Bahan U-ditch


1. Bahan saluran adalah saluran beton Precast dengan ukuran sesuai dengan Bill of QuantItyi
atau gambar kerja.
2. Bahan Saluran U-ditch dipergunakan pabrikasi.

a. Syarat pelaksanaan
1. Pekerjaan galian saluran
Pekerjaan galian dilakukan dengan menggunakan excavator atau manual disesuaikan
dengan kondisi lapangan. Dalam galian ini perlu dibuatkan space/ruang kerja untuk
pekerja, sehingga pekerja dapat bekerja dengan leluasa.
Bentuk galian disesuaikan dengan bentuk saluran yang akan dipasang atau pondasi
pasangan yang akan dibuat. Jika diperlukan dewatering maka dapat dibuat kisdam atau
pompa. Tanah hasil galian diangkut keluar dengan dump truck dan sebagia dibuang ke sisi
kiri/kanan saluran sesuai kondisi lapangan untuk urugan kembali setelah pasang saluran.

2. Pekerjaan saluran U-Ditch


Untuk konstruksi U-Ditch dibuat precast dengan spesifikasi sesuai rencana pengadaan dari
subkon. Metode pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
Mengukur dan memasang tanda elevasi saluran;
Menggali saluran untuk konstruksi U-Ditch atau menimbun sesuai ukuran;
Merapikan dan memadatkan dasar saluran;
Menghampar pasir beton untuk lantai kerja dan memadatkan;
Memasang konstruksi U-Ditch dengan dibantu tenaga orang/mobile crane yang
dibantu tenaga orang untuk mengarahkan penempatannya;
Mengurug tanah untuk samping saluran U-Ditch dan memadatkannya.

Hal-
L. PENUTUP
a. Perubahan - Perubahan
Apabila ada perubahan dari ketentuan-ketentuan tersebut diatas, karena sesuatu hal
harus seijin Konsultan MK dan Pemberi Tugas.
b. Penutup
1) Semua peraturan dan persyaratan mengenai pekerjaan konstruksi, mekanikal/
elektrikal, dan mengenai bahan-bahan yang berlaku namun belum tercantum, tetap
mewajibkan Kontraktor Pelaksana untuk mematuhinya.
2) Apabila terdapat perbedaan penafsiran pengertian mengenai pasal-pasal pada
Persyaratan teknis ini akan dilakukan penetapan di lapangan oleh Konsultan MK.

Demikian Persyaratan teknis ini dibuat untuk menjadi pedoman bagi pelaksana pekerjaan
seperti tersebut di atas.

Hal-

Anda mungkin juga menyukai