Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Faktor Resiko

dan

Pendekatan Intervensi Untuk Penanggulangan Penyakit Tidak Menular

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan izin-Nya ,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat sebagai tugas
pelengkap mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat. Adapun judul dari tugas yang diberikan
adalah ”Faktor resiko dan Pendekatan intervensi untuk penanggulangan penyakit tidak menular”.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar tercipta perbaikan
makalah-makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
seluruh pembaca pada umumnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................... 4
I. pengertian penyakit tidak menular................................................................................................4
II. Ruang Lingkup Penyakit Tidak Menular.....................................................................................4
a. Mengenali faktor resiko….………………………………………………………..………………………………….…..4

b. Pencegahan Penyakit Tidak Menular....................................................................................5


III. Perbedaan Penyakit Menular dan Tidak Menular……………………………………………………6
IV. Riwayat Alamiah Penyakit Tidak Menular..................................................................................7
V. Level Of Prevention Penyakit Tidak Menular.............................................................................9
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................................................15
B. Saran...............................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pada tingkat global, 63 persen penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak
menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun, 80 persen kematian ini terjadi di
negara berpenghasilan menengah dan rendah. Penyakit tidak menular adalah penyakit
kronis dengan durasi yang panjang dengan proses penyembuhan atau pengendalian
kondisi klinisnya yang umumnya lambat. Pengaruh industrialisasi mengakibatkan makin
derasnya arus urbanisasi penduduk ke kota besar, yang berdampak pada tumbuhnya gaya
hidup yang tidak sehat seperti diet yang tidak sehat, kurangnya aktifitas fisik, dan
merokok. Hal ini berakibat pada meningkatnya prevalensi tekanan darah tinggi, glukosa
darah tinggi, lemak darah tinggi, kelebihan berat badan dan obesitas yang pada gilirannya
meningkatkan prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit paru obstruktif
kronik, berbagai jenis kanker yang menjadi penyebab terbesar kematian (WHO, 2013).

Keprihatinan terhadap peningkatan prevalensi penyakit tidak menular telah mendorong


lahirnya berbagai inisiatif di tingkat global dan regional. Pertemuan tahunan World
Health Organization (WHO) - World Health Assembly (WHA) pada tahun 2000 telah
melahirkan kesepakatan tentang Strategi Global dalam penanggulangan penyakit tidak
menular, khususnya di negara berkembang. Sejak itu telah diadopsi berbagai pendekatan
untuk mencegah dan mengurangi faktor risiko bersama (common risk faktors) dari
penyakit tidak menular utama penyebab kematian terbesar.

II. Rumusan Masalah


1. Apa itu penyakit tidak menular?
2. Apa saja ruang lingkup penyakit tidak menular ?

1 | penyakit tidak menular


3. Apa Perbedaan Penyakit Menular dan Tidak Menular?
4. Apa saja riwayat alamiah penyakit tidak menular?
5. Apa saja Level of prevention untuk penyakit tidak menular?

III. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian penyakit tidak menular
2. Mengetahui Ruang lingkup penyakit tidak menular
3. Mengetahui Perbedaan penyakit tidak menular dengan penyakit menular
4. Mengetahui Riwayat alamiah penyakit tidak menular
5. Mengetahui Level of prevention penyakit tidak menular

2 | penyakit tidak menular


BAB II

ISI

I. Pengertian Penyakit Tidak Menular


Penyakit tidak menular (non-communicable disease/NCD) adalah kondisi medis
atau penyakit yang non-infeksi dan non-menular antara orang-orang. (Kim HC dan Oh SM.,
2013). Penyakit tidak menular (NCD), juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak ditularkan dari
orang ke orang.Penyakit tidak menular memiliki durasi panjang dan perkembangan umumnya
lambat. (WHO, 2015). Penyakit Tidak Menular sering disebut sebagaipenyakit yang bersifat
kronis,non infeksi, new communicable diseases,degenaratif : (M.N. Bustan, 2007)

II. Ruang Lingkup Penyakit Tidak Menular


a. Mengenali Faktor Resiko
Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
Menurut Maryani dan Rizki tahun 2010 dalam sebuah artikel
menyebutkan bahwa Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang
bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius) dan tidak dapat berpindah
dari satu orang ke orang lain. Faktor risiko penyakit tidak menular dipengaruhi
oleh kemajuan era globalisasi yang telah mengubah cara pandang penduduk dunia
dan melahirkan kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak sesuai dengan gaya hidup
sehat (Nura Wijoreni, 2014)
Faktor penyebab dalam PTM dipakai istilah Faktor Risiko (risk faktor)
untuk membedakan dengan istilah etiologi pada penyakit menular atau diagnosis
klinis. Macam-macam Faktor Risiko:
1. Menurut dapat tidaknya Risiko itu diubah:
a. Unchangeable Risk Faktors yaitu Faktor risiko yang tidak dapat diubah.
Misalnya: Umur, genetic
b. Changeable Risk Faktors yaitu Faktor Risiko yang dapat berubah.
Misalnya: kebiasaan merokok, olahraga
2. Menurut Kestabilan Peranan Faktor Risiko:

3 | penyakit tidak menular


a. Suspected Risk Faktors
Faktor risiko yang dicurigai yaitu faktor risiko yang belum mendapat
dukungan ilmiah/ penelitian dalam peranannya sebagai faktor yang
berperan dalam kejadian suatu penyakit. Misalnya: merokok menyebabkan
terjadinya kanker leher Rahim.
b. Established Risk Faktor
Faktor risiko yang ditegakkan yaitu faktor riusiko yang telah mendapat
dukungan ilmiah/ penelitian dalam peranannya sebagai faktor yang
berperan dalam kejadian suatu penyakit. Misalnya: Rokok sebagai faktor
risiko terjadinya kanker paru.

Perlunya dikembangkan konsep Faktor Resiko ini dalam Epidemiologi PTM


berkaitan dengan beberapa alasan, antara lain :

1. Tidak Jelasnya Kausa PTM terutama dalam hal ada tidaknya mikro-
organisme dalam PTM.
2. Menonjolnya penerapan konsep Multikausal pada PTM.
3. Kemungkinan adanya Penambahan atau Interaksi antar resiko.
4. Perkembangan Metodologik telah memberi kemampuan untuk mengukur
besarnya faktor resiko.

Kegunaan Identifikasi Faktor Risiko:

1. Prediksi
Untuk meramalkan kejadian penyakit.
Misalnya: Perokok berat mempunyai risiko 10 kali lebih besar untuk
terserang Ca Paru daripada bukan perokok.
2. Penyebab
Kejelasan dan beratnya suatu faktor risiko dapat ditetapkan sebagai
penyebab suatu penyakit dengan syarat telah menghapuskan faktor-faktor
pengganggu (confounding factors)
3. Diagnosis

4 | penyakit tidak menular


Dapat membantu dalam menegakkan diagnosa.
4. Prevensi
Jika suatu faktor risiko merupakan penyebab suatu penyakit tertentu, maka
dapat diambil tindakan untuk pencegahan terjadinya penyakit tersebut.

Kriteria Faktor Risiko


Untuk memastikan bahwa suatu sebab layak disebut sebagai faktor risiko,
maka harus memenuhi 8 kriteria (menurut Austin Bradford Hill), yaitu:
1. Kekuatan Hubungan
Yaitu: adanya risiko relative yang tinggi
2. Temporal
Kausa mendahului akibat
3. Respon terhadap Dosis
Makin besar paparan, makin tinggi kejadian penyakit.
4. Reversibilitas
Penurunan paparan akan diikuti penurunan kejadian penyakit.
5. Konsistensi
Kejadian yang sama akan berulang pada waktu, tempat dan penelitian
yang lain.
6. Kelayakan
Biologis Sesuai dengan konsep biologi
7. Specifitas
Satu penyebab menimbulkan satu akibat.
8. Analogi
Ada kesamaan untuk penyebab dan akibat yang serupa.
b. Pencegahan dan Pengendalian

5 | penyakit tidak menular


III. Perbedaan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Berikut adalah tabel tentang perbedaan penyakit menular dan tidak menular

No. Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular


1 Berlangsung akut (dalam Berlangsung kronis (dalam waktu
waktu yang pendek atau yang panjang atau lama)
tidak lama)
2 Dapat ditularkan Tidak dapat ditularkan
3 Rantai penularan penyakit Tidak ada rantai penularan
jelas
4 Mudah mencari penyebab Sulit mencari penyebab
5 Disebabkan oleh living Disebabkan oleh non living agent
agent seperti virus, bakteri, seperti faktor kimiawi, fisik,
protozoa, jamur dll mekanik, psikis, dll
6 Single kausa Multiple kausa
7 Masa inkubasi tidak lama Masa inkubasi (latent) lama
8 Diagnosa mudah dilakukan Diagnosa sulit dilakukan
9 Perkembangan penyakit Perkembangan penyakit umumnya
umumnya cepat lambat
10 Biaya relative murah untuk Biaya relative mahal untuk
penanganannya penanganannya

6 | penyakit tidak menular


IV. Riwayat Alamiah Penyakit Tidak Menular
Natural history of disease atau riwayat alamiah penyakit adalah suatu
perjalanan penyakit pada manusia. Riwayat alamiah merupakan perkembangan
proses penyakit, pada individu sepanjang waktu tertentu tanpa intervensi
pengobatan apapun. Riwayat alamiah penyakit dapat dibagi menjadi lima kategori
/ lima tahap, yaitu:
1. Tahap Pra- pathogenesis
Manusia (host) masih dalam keadaan sehat, namun pada tahap ini pula
manusia telah terpajan dan beresiko terhadap penyakit yang ada
disekelilingnya, karena:
- Telah terjadi interaksi dengan bibit penyakit (agent)
- Bibit penyakit belum masuk ke manusia (host)
- Manusia masih dalam keadaan sehat belum ada tanda penyakit
- Belum terdeteksi dengan baik secara klinis maupun laboratorium
2. Tahap Inkubasi
Pada tahap ini bibit penyakit telah masuk ke manusia, namun gejala belum
tampak. Jika daya tahan pejamu tidak kuat akan terjadi gangguan pada bentuk
dan fungsi tubuh.
3. Tahap penyakit dini
Tahap ini mulai timbul gejala penyakit, sifatnya masih ringan dan umumnya
masih dapat beraktivitas. Pada tahap pre-clinical penyakit dapat lanjut ke
tahap clinical, atau kadang dapat sembuh sendiri tanpa adanya gejala yang
timbul.
4. Tahap penyakit lanjut
Pada tahap ini penyakit makin bertambah hebat, penderita tidak dapat
beraktivitas sehingga memerlukan perawatan.
5. Tahap akhir penyakit

7 | penyakit tidak menular


Pada tahap akhir perjalanan penyakit in manusia dalam lima keadaan yaitu
sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, carrier, kronis atau meninggal
dunia.

V. Level of Prevention Penyakit Tidak Menular


Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit adalah
untuk dipakai dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan. Artinya,
dengan mengetahui perjalanan penyakit dari waktu ke waktu serta perubahan
yang terjadi di setiap masa/fase tersebut, dapat dipikirkan upaya- upaya
pencegahan apa yang sesuai dan dapat dilakukan sehingga penyakit itu dapat
dihambat perkembangannya sehingga tidak menjadi lebih berat, bahkan dapat
disembuhkan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan
perkembangan patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya
pencegahan itu di bagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit.
Dalam epidemiologi dikenal ada empat tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu:
1. Pencegahan tingkat awal (Primordial Prevention)
2. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
3. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
4. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)

Pencegahan tingkat awal dan pertama berhubungan dengan keadaan


penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis, sedangkan pencegahan tingkat
kedua dan ketiga sudah berada dalam keadaan pathogenesis atau penyakit sudah
tampak. Bentuk-bentuk upaya pencegahan yang dilakukan pada setiap tingkat itu
meliputi 5 bentuk upaya pencegahan sebagai berikut :

2. Pencegahan tingkat awal (primodial prevention)


 Pemantapan status kesehatan (underlying condition)
3. Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
 Promosi kesehatan (health promotion)
 Pencegahan khusus

8 | penyakit tidak menular


4. Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
 Diagnosis awal dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt
treatment)
 Pembatasan kecacatan (disability limitation)
5. Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
 Rehabilitasi (rehabilitation)

1. Pencegahan tingkat Dasar (Primordial Prevention)


Pencegahan tingkat dasar merupakan usaha mencegah terjadinya
risiko atau mempertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat
terhadap penyakit secara umum.
Tujuan primordial prevention ini adalah untuk menghindari
terbentuknya pola hidup social-ekonomi dan cultural yang mendorong
peningkatan risiko penyakit . upaya ini terutama sesuai untuk ditujukan
kepada masalah penyakit tidak menular yang dewasa ini cenderung
menunjukan peningkatannya.
Pencegahan ini meliputi usaha memelihara dan mempertahankan
kebiasaan atau pola hidup yang sudah ada dalam masyarakat yang dapat
mencegah meningkatnya risiko terhadap penyakit dengan melestarikan
pola atau kebiasaan hidup sehat yang dapat mencegah atau mengurangi
tingkat risiko terhadap penyakit tertentu atau terhadap berbagai penyakit
secara umum. Contohnya seperti memelihara cara makan, kebiasaan
berolahraga, dan kebiasaan lainnya dalam usaha mempertahankan tingkat
risiko yang rendah terhadap berbagai penyakit tidak menular.
Selain itu pencegahan tingkat dasar ini dapat dilakukan dengan usaha
mencegah timbulnya kebiasaan baru dalam masyarakat atau mencegah
generasi yang sedang tumbuh untuk tidak melakukan kebiasaan hidup
yang dapat menimbulkan risiko terhadap berbagai penyakit seperti
kebiasaan merokok, minum alkhohol dan sebagainya. Sasaran pencegahan

9 | penyakit tidak menular


tingkat dasar ini terutama kelompok masyarakat usia muda dan remaja
dengan tidak mengabaikan orang dewasa dan kelompok manula. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa pencegahan awal ini diarahkan kepada
mempertahankan kondisi dasar atau status kesehatan masyarakat yang
bersifat positif yang dapat mengurangi kemungkinan suatu penyakit atau
faktor risiko dapat berkembang atau memberikan efek patologis. Faktor-
faktor itu tampaknya banyak bersifat social atau berhubungan dengan gaya
hidup atau pola makan. Upaya awal terhadap tingkat pencegahan
primordial ini merupakan upaya mempertahankan kondisi kesehatan yang
positif yang dapat melindungi masyarakat dari gangguan kondisi
kesehatan yang sudah baik.
Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa usaha pencegahan
primordial ini sering kali disadari pentingnya apabila sudah terlambat.
2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk
mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang
yang sehat menjadi sakit (Eko budiarto, 2001). Pencegahan tingkat pertama
(primary prevention) dilakukan dengan dua cara : (1) menjauhkan agen
agar tidak dapat kontak atau memapar penjamu, dan (2) menurunkan
kepekaan penjamu. Intervensi ini dilakukan sebelum perubahan patologis
terjadi (fase prepatogenesis). Jika suatu penyakit lolos dari pencegahan
primordial, maka giliran pencegahan tingkat pertama ini digalakan. Kalau
lolos dari upaya maka penyakit itu akan segera dapat timbul yang secara
epidemiologi tercipta sebagai suatu penyakit yang endemis atau yang lebih
berbahaya kalau tumbuldalam bentuk KLB.
Pencegahan tingkat pertama merupakan suatu usaha pencegahan
penyakit melalui usaha-usaha mengatasi atau mengontrol faktor-faktor
risiko dengan sasaran utamanya orang sehat melalui usaha peningkatan
derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha
pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu. Tujuan pencegahan tingkat

10 | penyakit tidak menular


pertama adalah mencegah agar penyakit tidak terjadi dengan
mengendalikan agent dan faktor determinan. Pencegahan tingkat pertama
ini didasarkan pada hubungan interaksi antara pejamu (host), penyebab
(agent atau pemapar), lingkungan (environtment) dan proses kejadian
penyakit.
Usaha pencegahan penyakit tingkat pertama secara garis besarnya
dapat dibagi dalam usaha peningkatan derajat kesehatan dan usaha
pencegahan khusus. Usaha peningkatan derajat kesehatan (health
promotion) atau pencegahan umum yakni meningkatkan derajat kesehatan
perorangan dan masyarakat secara optimal, mengurangi peranan penyebab
dan derajat risiko serta meningkatkan lingkungan yang sehat secara
optimal. contohnya makan makanan bergizi seimbang, berperilaku sehat,
meningkatkan kualitas lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit
misalnya, menghilangkan tempat berkembang biaknya kuman penyakit,
mengurangi dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat
berkembang biaknya vektor penyakit misalnya genangan air yang menjadi
tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes atau terhadap agent penyakit
seperti misalnya dengan memberikan antibiotic untuk membunuh kuman.
Adapun usaha pencegahan khusus (specific protection) merupakan
usaha yang ter-utama ditujukan kepada pejamu dan atau pada penyebab
untuk meningkatkan daya tahan maupun untuk mengurangi risiko terhadap
penyakit tertentu. Contohnya yaitu imunisasi atau proteksi bahan industry
berbahaya dan bising, melakukan kegiatan kumur-kumur dengan larutan
Flour untuk mencegah terjadinya karies pada gigi. Sedangkan terhadap
kuman penyakit misalnya mencuci tangan dengan larutan antiseptic
sebelum operasi untuk mencegah infeksi, mencuci tangan dengan sabun
sebelum makan untuk mencegah penyakit diare.
Terdapat dua macam strategi pokok dalam usaha pencegahan primer,
yakni : (1) strategi dengan sasaran populasi secara keseluruhan dan (2)
strategi dengan sasaran hanya terbatas pada kelompok risiko tinggi.

11 | penyakit tidak menular


Strategi pertama memiliki sasaran lebih luas sehingga lebih bersifat radikal,
memiliki potensi yang besar pada populasi dan sangat sesuai untuk sasaran
perilaku. Sedangkan pada strategi kedua, sangat mudah diterapkan secara
individual, motivasi subjek dan pelaksana cukup tinggi serta rasio antara
manfaat dan tingkat risiko cukup baik. Pencegahan pertama dilakukan pada
masa sebelum sakit yang dapat berupa :
b. Penyuluhan kesehatan yang intensif.
c. Perbaikan gizi dan penyusunan pola menu gizi yang adekuat.
d. Pembinaan dan pengawasan terhadap pertumbuhan balita
khususnya anak-anak, dan remaja pada umumnya.
e. Perbaikan perumahan sehat.
f. Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk memungkinkan
pengembangan kesehatan mental maupu sosial.
g. Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
h. Pengendalian terhadap faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi timbulnya suatu penyakit
i. Perlindungan terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.

Pencegahan primer merupakan upaya terbaik karena dilakukan


sebelum kita jatuh sakit dan ini adalah sesuai dengan “konsep sehat”
yang kini dianut dalam kesehatan masyarakat modern.

3. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)


Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang
terancam akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini untuk
menemukan status patogeniknya serta pemberian pengobatan yang cepat
dan tepat. Tujuan utama pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk
mencegah meluasnya penyakit menular dan untuk menghentikan proses
penyakit lebih lanjut, mencegah komplikasi hingga pembatasan cacat.
Usaha pencegahan penyakit tingkat kedua secara garis besarnya dapat

12 | penyakit tidak menular


dibagi dalam diagnose dini dan pengobatan segera (early diagnosis and
promt treatment) serta pembatasan cacat.
Tujuan utama dari diagnosa dini ialah mencegah penyebaran
penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular, dan tujuan utama
dari pengobatan segera adalah untuk mengobati dan menghentikan proses
penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi
dan cacat. Cacat yang terjadi diatasi terutama untuk mencegah penyakit
menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya kecacatan yang
lebih baik lagi.
Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai
menderita atau pemberian kemoprofilaksis bagi mereka yang sedang
dalam proses patogenesis termasuk mereka dari kelompok risiko tinggi
penyakit menular tertentu.
4. Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention)
Pencegahan pada tingkat ketiga ini merupakan pencegahan dengan
sasaran utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha
mencegah bertambah beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat
serta program rehabilitasi. Tujuan utamanya adalah mencegah proses
penyakit lebih lanjut, seperti pengobatan dan perawatan khusus penderita
kencing manis, tekanan darah tinggi, gangguan saraf dan lain-lain serta
mencegah terjadinya cacat maupun kematian karena penyebab tertentu,
serta usaha rehabilitasi.
Rehabilitasi merupakan usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis
dan sosial seoptimal mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/medis
(seperti pemasangan protese), rehabilitasi mental (psychorehabilitation)
dan rehabilitasi sosial, sehingga setiap individu dapat menjadi anggota
masyarakat yang produktif dan berdaya guna.

13 | penyakit tidak menular


BAB III
Kesimpulan
I. Kesimpulan

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyakit yang dianggap tidak


dapat ditularkan atau disebarkan dari seseorang kepada orang lain, sehingga
bukan merupakan sebuah ancaman bagi orang lain. Riwayat alamiah PTM terjadi
akibat interaksi agent (non living agent) dengan host dalam hal ini adalah
manusia. Karakteristk penyakit tidak menular beberapa diantaranya adalah
Diagnosa sulit dilakukan dan Perkembangan penyakit umumnya lambat maka
epidemiologi berusaha untuk mempelajari distribusi dan factor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya PTM dalam masyarakat. Faktor penyebab dalam PTM
dikenal dengan istilah Faktor Resiko. Adapun upaya-upaya pencegahan terhadap
PTM terdiri dari 4 tahapan yaitu Pencegahan tingkat awal (Primordial
Prevention), Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention), Pencegahan
tingkat kedua (Secondary Prevention),Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary
Prevention).

II. Saran

Saran yang dapat dikemukakan adalah diharapkan agar pemerintah


meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat khususnya untuk
penyakit tidak menular dan melakukan penelitian lebih lanjut terkait PTM
tersebut. Selain itu juga, khususnya kita sebagai tenaga kesehatan masyarakat
harus senantiasa untuk merangkul masyarakat untuk melakukan pencegahan
terhadap PTM sebelum terjadi lebih lanjut. Sehingga dapat menurunkan angka
mortalitas.

14 | penyakit tidak menular


DAFTAR PUSTAKA

http://www.p2ptm.kemkes.go.id/profil-p2ptm/latar-belakang/strategi-pencegahan-dan-pengendalian-
ptm-di-indonesia
budiarti, Eko. 2003. Pengantar epidemiologi. Jakarta:penerbit buku kedokteran egc.
Bustan, Mn. 2002. Pengantar epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta

15 | penyakit tidak menular

Anda mungkin juga menyukai