Anda di halaman 1dari 3

REVIEW ARTIKEL JURNAL

“LAKTASI, PERAWATAN MASA PASCA PERSALINAN, DAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN PASCA PERSALINAN”

Nama : Made Diva Apriliasih Arya Putri

NIM : 2106091027

A. LAKTASI
Dalam jurnal yang disusun oleh Febriana Widyasari Dewi, FX. Ady Soesetijo,
dan Farida Wahyu Ningtyas disebutkan bahwa angka pemberian ASI di Indonesia masih
tergolong cukup rendah yaitu kurang mencapai presentase cakupan yang ditetapkan
pemerintah yaitu 80%. Nah di Indonesia sendiri angka promosi pemberian ASI ekslusif
hanya sekitar 37,3% (Riskesdas,2018). Pertumbuhan dan perkembangan bayi akan
ditentukan oleh asupan makanan bayi. Salah satu upaya untuk memperluas jangkauan
ASI eksklusif adalah agar ibu dapat mengelola ASI secara tepat dan akurat. Menanamkan
suasana positif pada ibu menyusui membutuhkan komitmen yang kuat dari ibu dan
dukungan suami, keluarga dan lingkungan. Sama seperti seorang ibu yang hanya bisa
menyusui bayinya. Dalam jurnal tersebut para penulis melakukan penelitian-penelitian
mengenai pengaruh-pengaru dalam pemberian ASI eksklusif yakni antara lain : Umur,
Pendidikan, Manajemen Laktasi, Pengetahuan, Dukungan Suami, Dukungan Keluarga,
dan Dukungan Tenaga Kesehatan. Lalu didapatkan hasil bahwa terdapat 39 responden
(67,2%) tidak memberikan ASI secara eksklusif, terdapat 3 faktor yang berpengaruh
terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu rumah tangga yaitu manajemen laktasi,
dukungan suami dan dukungan keluarga, dan diketahui bahwa manejemen laktasi
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.
B. PERAWATAN MASA PASCA PERSALINAN
Dalam jurnal yang disusun oleh Agustin Endriyani, Karena tradisi sosial yang
mengakar, banyak ibu menyusui yang masih memandang makanan tertentu sebagai hal
yang tabu. Akibatnya, kualitas ASI berkurang untuk memenuhi kebutuhan bayi, terutama
selama enam bulan pertama (Yuliani, 2011).
Kepercayaan dan keyakinan budaya tentang perawatan ibu nifas masih banyak terjadi di
masyarakat. Mereka percaya bahwa budaya perawatan bersalin dapat berdampak positif
dan bermanfaat setelah melahirkan. Hal ini menurut penelitian yang dilakukan oleh
Andhra Pradesh terhadap 100 ibu nifas di wilayah Tirupati. . Studi telah mengungkapkan
bahwa ada banyak keyakinan budaya dan perawatan ibu pascakelahiran, seperti
pembatasan cairan, pembatasan diet, diet hanya sayuran, tidak mandi, makanan diet, dan
perintah tinggal di rumah. Pakailah sepatu, gunakan kapalan, dan jangan tidur di siang
hari, bahkan mereka meyakini kolostrum buruk bagi anaknya (Rahayu, Mudatsir, &
Hasballah, 2017).
Sebagai hasil dari penelitian, menjadi jelas bahwa ada kepercayaan dan keyakinan
budaya dalam perawatan postpartum seperti pembatasan asupan air, pembatasan diet,
hanya makan sayur, larangan mandi, dan pembatasan diet. Rumah tangga yang memakai
sepatu dan menggunakan gurita tidak boleh tidur di siang hari, meskipun mereka percaya
kolostrum tidak baik untuk anak-anak mereka (Rahayu et al., 2017). Nah dari penelitian
yang penulis lakukan mendapatkan kesimpulan bahwa Partisipan paham terkait dengan
masa nifas. Kurangnya persiapan partisipan untuk meng- hadapi masa nifas. Dalam
perawatan masa nifas masih ada unsur budaya yang diterapkan dalam keluarga dan
partisipan tidak dapat menolak apa yang diintervensikan kepada dirinya. Keluarga dan
suami sangat berperan dalam perawatan masa nifas. Partisipan selalu dibantu oleh
keluarga dan suami selama masa nifas. Sehingga budaya dalam proses pasca persalinan
akan mempengaruhi perawatan dan penyembuhan ibu postpartum itu sendiri
C. PEMENUHAN KEBUTUHAN PASCA PERSALINAN
Dalam penugasan yang disusun oleh Anita Rizky Abdullah, disebutkan bahwa Sebuah
studi oleh Khayamim, Bahadoran, & Mehrabi (2016) menemukan bahwa kelelahan dan
perubahan pola tidur adalah salah satu peristiwa yang paling mencolok bagi wanita di
tahun pertama setelah melahirkan, dengan efek negatif pada pekerjaan, kehidupan
keluarga, dan hubungan sosial. Berbagai penyebab insomnia pascapersalinan antara lain
nyeri perineum, masalah kandung kemih, dan gangguan masa kanak-kanak yang dapat
mempengaruhi memori dan kinerja psikomotor.Menormalkan dalam ~3 minggu (Marmi,
2014). Kemampuan istirahat dan tidur sama pentingnya dengan makanan, aktivitas dan
kebutuhan dasar lainnya. Sama seperti wanita setelah melahirkan, mereka membutuhkan
istirahat dan tidur untuk memulihkan kesehatannya. Dengan istirahat dan tidur yang
cukup, tubuh baru Anda akan berfungsi secara optimal dan Anda akan dapat melakukan
aktivitas sehari-hari. Arti istirahat dan tidur sendiri berbeda-beda bagi setiap orang.
Secara umum istirahat adalah suatu keadaan dimana aktivitas fisik berkurang dan tubuh
menjadi lebih segar. Tidur, di sisi lain, adalah keadaan istirahat total yang relatif tidak
disadari tanpa aktivitas dan merupakan rangkaian siklus berulang, masing-masing
mewakili fase aktivitas otak dan tubuh yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2015).
Berdasarkan resume dan diskusi kasus, penulis telah sampai pada kesimpulan bahwa itu
adalah Ny. S dengan nifas normal atau spontan adalah gangguan pola tidur yang
berhubungan dengan tanggung jawab pengasuhan anak. Setelah melahirkan, S dan
kecemasan karena produksi ASI yang kurang sampai hari kedua nifas. Namun, penulis
punya masalah. Dengan kata lain, karena Ny.S ada di rumah saat pelayanan keperawatan
dilaksanakan, petugas hanya bisa mengamati dan mencatat apa yang dilakukan Ny.S.
Setelah tindakan keperawatan, masalah aritmia tidur teratasi. Pasien yang sebelumnya
tidak bisa tidur dan sering terbangun setelah dilakukan tindakan keperawatan kini
memiliki pola tidur yang normal. Jadi pola tidur merupakan salah satu dari berbagai
kebutuhan yang perlu ibu postpartum penuhi selama masa nifasnya.
Sumber:

https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/article/download/4297/pdf
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/multijournal/article/download/24040/9715/
http://eprints.ums.ac.id/52057/3/NASKAH%20PUBLIKASI%20FAK.pdf

Anda mungkin juga menyukai