Anda di halaman 1dari 15

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini mengambil 2 lokasi yaitu :

1. Asrama Mahasiswa Universitas Islam Indonesia, Jl. Kaliurang Km


14.5 tepatnya berada di selatan lingkungan kampus Universitas Islam Indonesia.
Terdapat total 2 blok bangunan yang masing masing menghadap barat laut (BBL)
dan tenggara (TT). Bangunan ini terdiri dari 4 lantai bangunan yang memiliki
jumlah tipe unit kamar yaitu 1 tipikal termasuk dari lantai 2 hingga ke lantai 4
dengan layout denah bangunan yang tipikal.

Gb.4.1. Letak lokasi penilitian (sumber : google-earth)

Gb.4.2. Lingkungan asrama mahasiswa UII (sumber : penulis)

28
2. Bulaksumur Residence, Jalan Fauna 4 Kampus Universitas Gadjah
Mada. Asrama mahasiswi ini berada di tengah – tengah lokasi kampus Universitas
Gajah Mada. Asrama ini memiliki 2 buah blok hunian di mana tiap blok berbentuk
letter H seperti halnya pada Asrama Mahasiswa UII. Masing – masing blok
memiliki karakter bangunan masa memanjang dan berorientasi memanjang
menghadap Barat Daya (BD) dan Timur Laut (TL). Bangunan ini memiliki 4 level
lantai, 2 sampai 4 lantainya tipikal beserta jenis kamar unitnya.

Gb.4.3. Letak lokasi penilitian (sumber : google-earth)

Gb.4.4. Lingkungan asrama mahasiswi Bulaksumur UGM (sumber : penulis)

29
4.2 Analisis Eksisting

Obyek hunian yang akan dipilih menggunakan metode


purposive dengan ancangan diambil satu unit pada tiap sisi blok pada tiap lantai,
seperti pada gambar berikut masing – masing blok akan diambil 1 unit.

Gb.4.5. Blok pembagian unit (sumber : google-earth)

DAFTAR PUSTAKA

Gb.4.6. Konfigurasi unit hunian tipikal asrama UII (sumber : penulis)

30
Gb.4.7. Konfigurasi unit hunian tipikal asrama UGM (sumber : pengurus asrama)

BARAT
TENGGARA
LAUT

Gb.4.8. Konfigurasi unit hunian berdasarkan orientasi unit ruang (UII) (sumber : penulis)

TIMUR
BARAT
LAUT
DAYA

Gb.4.9. Konfigurasi unit hunian berdasarkan orientasi unit ruang (UGM) (sumber : penulis)

31
Blok pada kedua asrama tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan
dalam hal komposisi ruang dalam. Persamaannya mempunyai ukuran 19.5 m2,
dan terdiri dari ruang tidur dan meja belajar tanpa partisi di mana terdapat 2 kasur
tingkat 2 yang masing masing kamar dapat dihuni oleh 4 mahasiswa (UII), dan 2
kasur bersebelahan untuk 2 mahasiswi (UGM). Perbedaanya hanya terdapat pada
orientasi unit hunian yang saling berhadapan dan berlawanan arah.

Pada kedua unit ini juga terdapat bukaan pintu dan jendela tersambung,
sedangkan sisi yang menghadap ke inner court memiliki jendela dan pintu yang
terpisah diantara keduanya.

Gb.4.10. Fasad luar unit hunian memiliki WWR 8.4% (sumber : penulis)

Gb.4.11. Fasad inner unit hunian memiliki WWR 4.5% (sumber : penulis)

32
Pada blok Asrama Mahasiswa UII bukaan jendela menerangi langsung
ke arah tempat tidur yang berasal dari fasad luar bangunan dengan jumlah WWR
nya 8.4% sedangkan pada bagian fasad inner nya memiliki WWR 4.5%.

Representasi sampel diambil pada tiap arah fasad. Pada kedua blok diambil
dua arah fasad serta arah sebaliknya. Oleh karena itu ada 2 unit dan disimulasikan
pada spot yang berbeda berdasarkan lokasi unit. Sebanyak 4 unit masing masing
asrama teridiri dari 2 unit akan disimulasikan pada momen pencahayaan ekstrim,
yaitu pada tanggal 21 Mei pukul 8.00 pagi dan 14.30 sore; serta pada tanggal 21
Desember pukul 8.00 pagi dan 14.30 sore juga.

Adapun konfigurasi spasial pada kedua hunian asrama ini :

Gb.4.12. 1 - Konfigurasi Spasial unit Gb.4.13. 2 - Konfigurasi Spasial


Tenggara (UII) unit Barat Laut (UII)

Gb.4.14. 1 - Konfigurasi Spasial unit Gb.4.15. 2 - Konfigurasi Spasial unit


Timur Laut (UGM) Barat Daya (UGM)

33
4.3 Data Survey

Teknik pengambilan data dengan survey langsung dan mengukur


intensitas cahaya menggunakan lightmeter software handphone dan lightmeter.

4.3.1 Asrama Mahasiswa Universitas Islam Indonesia

Berikut adalah hasil simulasi dari Dialux Evo 6.1 untuk mengetahui titik
lokasi pengambilan data menggunakan light/lux meter berdasarkan hasil
pembayangannya.

Blok Timur Tenggara : Lantai 2 Blok Barat Laut : Lantai 2


Orientasi Fasad Luar : Timur Tenggara Orientasi Fasad Luar : Barat Laut
Tanggal/Waktu : 21 Mei/ Pagi Tanggal/Waktu : 21 Mei/16 Sore

Gb.4.16. Area Pembayangan pada Unit Hunian Blok Barat


Laut dan Timur Tenggara (sumber : penulis)

Tabel 6. Intensitas Cahaya Alami Unit TT (UII) (sumber : penulis)

BAGIAN INTENSITAS WAKTU INTENSITAS WAKTU KEADAAN


RUANGAN CAHAYA CAHAYA CUACA
(LUX) (LUX)

Cahaya dekat 987 08.00 wib 870 14.30 wib cerah


jendela

Sudut ruang 106 08.00 wib 235 14.30 wib cerah

34
Sudut ruang 207 08.00 wib 160 14.30 wib cerah

Sudut ruang 6,06 08.00 wib 12 14.30 wib cerah

Tabel 7. Intensitas Cahaya Alami Unit BL (UII) (sumber : penulis)

BAGIAN INTENSITAS WAKTU INTENSITAS WAKTU KEADAAN


RUANGAN CAHAYA CAHAYA CUACA
(LUX) (LUX)

Cahaya dekat 568 08.00 wib 1283 14.30 wib cerah


jendela

Sudut ruang 208 08.00 wib 368 14.30 wib cerah

Sudut ruang 241 08.00 wib 230 14.30 wib cerah

Sudut ruang 4,9 08.00 wib 9,6 14.30 wib cerah

Gb.4.17. Titik Pengukuran Simulasi Cahaya (UII) (sumber : penulis)

4.3.2 Asrama Mahasiswi Universitas Gadjah Mada

Tabel 8. Intensitas Cahaya Alami Unit TL (UGM) (sumber : penulis)

BAGIAN INTENSITAS WAKTU INTENSITAS WAKTU KEADAAN


RUANGAN CAHAYA CAHAYA CUACA
(LUX) (LUX)

35
Cahaya dekat 1060 08.00 wib 780 14.30 wib cerah
jendela

Sudut ruang 08.00 wib 14.30 wib cerah

Sudut ruang 08.00 wib 14.30 wib cerah

Sudut ruang 2,38 08.00 wib 6,6 14.30 wib cerah

Tabel 9. Intensitas Cahaya Alami Unit BD (UGM) (sumber : penulis)

BAGIAN INTENSITAS WAKTU INTENSITAS WAKTU KEADAAN


RUANGAN CAHAYA CAHAYA CUACA
(LUX) (LUX)

Cahaya dekat 647 08.00 wib 1130 14.30 wib cerah


jendela

Sudut ruang 08.00 wib 14.30 wib cerah

Sudut ruang 08.00 wib 14.30 wib cerah

Sudut ruang 3,4 08.00 wib 4,49 14.30 wib cerah

Gb.4.18. Titik Pengukuran Simulasi Cahaya (UGM) (sumber : penulis)

36
Pengukuran intensitas cahaya dalam dua waktu yang berbeda yaitu dalam
keadaan pagi hari dan dalam keadaan sore hari untuk mengetahui dan guna
memaksimalkan cahaya alami yang dapat dimasukan kedalam unit hunian
asrama. Berikut hasil dari data survey yang diperoleh :

Tabel 10. Hasil Observasi Survey Tabel 11. Hasil Observasi Survey
Asrama UII Asrama UGM

21-Mei 21-Des
Variabel Unit Variabel Unit
08.00 14.30 08.00 14.30
E Min 1 6,06 12 TT E Min 1 2,38 6,6 TL
(lux) 2 4,97 9,66 BL (lux) 2 3,4 4,49 BD
E Max 1 987 870 TT E Max 1 1060 780 TL
(lux) 2 568 1283 BL (lux) 2 647 1130 BD
E Avg 1 248,26 229,5 TT E Avg 1 265,5 196,6 TT
(lux) 2 143,24 330,41 BL (lux) 2 162,6 283,6 BD

4.4 Pembahasan

Analisis standar yang akan dijadikan tolak ukur untuk perbandingan


dengan keadaan pencahayaan eksisting asrama sesuai dengan kebutuhan
pencahayaan visual untuk setiap aktivitas di dalam unit hunian. Menurut analisis
aktifitas yang penulis lakukan, jenis aktifitas yang ada didalam ruang hunian
asrama tergolong dalam kategori umum perilaku di mana maksimal aktivitas
berupa pekerjaan kasar tidak terus menerus dengan jumlah minimum lux 100 –
200. Hal ini juga akan dikaitkan dengan standar ketersediaan jumlah intesitas pada
suatu ruang hunian.

Tabel 12. Hasil observasi berdasarkan standar fungsi ruang (UII dan
UGM) (sumber : penulis)

Fungsi Ruang Syarat Lux Hasil Keterangan


simulasi
Ruang Kerja 250 - 500 140 - 330 ***

37
Kamar Tidur 120 - 250 100 - 280 Pada
beberapa
bagian
melebihi
persyaratan

Perbandingan antara standart aktivitas visual pencahayaan yang telah


dianalisis dengan pencahayaan pada keadaan eksisting hunian unit asrama

Tabel 13. Hasil observasi berdasarkan standar aktivitas pengguna


dengan standar (UII) (sumber : penulis)

Kegiatan Patokan Eksisting intensitas cahaya


intensitas cahaya

Intensitas cahaya Intensitas Intensitas Sore


Pagi
(lux) (lux)
(lux)

Baca 250 143 - 248 229 - 330 √

Makan 70 143 - 248 229 - 330 √

Tidur Maksimal 50 143 - 248 229 - 330 ***

Tabel 14. Hasil observasi berdasarkan standar aktivitas pengguna


dengan standar (UGM) (sumber : penulis)

Kegiatan Patokan Eksisting intensitas cahaya


intensitas cahaya

Intensitas cahaya Intensitas Intensitas Sore


Pagi
(lux) (lux)
(lux)

Baca 250 162 - 265 196 - 283 √

Makan 70 162 - 265 196 - 283 √

Tidur Maksimal 50 162 - 265 196 - 283 ***

38
4.5 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi ruang unit hunian memiliki


pengaruh terhadap potensi pencahayaan alami. Tipe unit hunian; konfigurasi ruang
dalam; dan window to wall ratio bersama-sama berpengaruh terhadap
pencahayaan dan distribusi cahayanya.

Dengan unit hunian di tipe yang sama, orientasi fasad luar yang
memberikan kualitas pencahayaan tertinggi pada arah Barat Laut pada waktu
sore hari untuk asrama mahasiswa Universitas Islam Indonesia sedangkan untuk
asrama mahasiswi Universitas Gadjah Mada berunjuk pada orientasi Barat Daya
pada waktu sore hari. Seperti di dalam tabel berikut :

Tabel 15. Hasil simulasi rata – rata iluminan asrama mahasiswa UII

Variabel Unit 08.00 14.30 Orientasi


1 248,26 229,5 Tenggara
E Avg (lux)
2 143,24 330,41 Barat Laut

Tabel 16. Hasil simulasi rata – rata iluminan asrama mahasiswi UGM

Variabel Unit 08.00 14.30 Orientasi


1 265,5 196,6 Timur Laut
E Avg (lux)
2 162,6 283,6 Barat Daya

Dari hasil survey yang telah dilakukan dan dibadingkan dengan hasil
kajian intensitas cahaya sebagai acuan penelitian, disimpulkan bahwa intensitas
cahaya yang ada pada kedua masing masing bangunan asrama sudah memenuhi
standar tapi ada catatan yang perlu diperhatikan.

Tabel 17. Hasil analisis berdasarkan standar fungsi ruang (UII dan UGM)
(sumber : penulis)

Fungsi Ruang Syarat Lux Hasil simulasi Keterangan


Ruang Kerja 250 - 500 140 - 330 Sudah memenuhi
persyaratan berdasarkan
standar visual dan fungsi
ruang.

39
Kamar Tidur 120 - 250 100 - 280 Pada beberapa bagian
melebihi persyaratan.

Kemudian untuk perbandingan data kualitas pencahayaan alami di


lapangan dengan standar kenyamanan pencahayaan berdasarkan aktivitas
penghuni asrama beberapa juga sudah memenuhi standar. Namun pada bagian
aktivitas tidur juga perlu diberikan beberapa catatan karena hasil observasi yang
sudah dilakukan melebihi standar yang ada pada tolak ukur kenyamanan aktivitas
ini.

Tabel 18. Hasil analisis berdasarkan standar aktivitas fungsi ruang (UII
dan UGM) (sumber : penulis)

Kegiatan Patokan Eksisting Eksisting intensitas Ket


intensitas intensitas cahaya UGM
cahaya cahaya UII

Intensitas Intensitas Intensitas Intensitas Intensitas


cahaya Pagi Sore Pagi Sore
(standar)
(lux) (lux) (lux) (lux)
(lux)

Baca 250 143 - 248 229 - 330 162 - 265 196 - 283 √

Makan Minimal 143 - 248 229 - 330 162 - 265 196 - 283 √
70

Tidur Maksimal 143 - 248 229 - 330 162 - 265 196 - 283 ***
50

Catatan berikut adalah pada bagian perbandingan intensitas pencahayaan


dengan standard yang ada, aktivitas tidur tertera maksimum 50 lux namun hasil
simulasi menunjukan berlebihnya nilai luminasi yang ada. Pada hal ini digaris
bawahi bahwa penggunaan atribut atau aksesoris untuk meredam intensitas

40
pencahayaan seperti gorden atau atribut pada fasad luar (shading) sangat
diperlukan terkait dengan tercapainya faktor kenyamanan pengguna.

Gb.4.19. Penggunaan gorden transparan sebagai sarana pembiasan cahaya


berlebih yang masuk ke dalam ruangan (sumber : www.google.com)

Gb.4.20. Sun Shading yang bersifat pasif maupun aktif bisa dijadikan
rekomendasi untuk memecah pasokan cahaya matahari yang masuk ke
dalam ruangan (sumber : www.archiexpo.com/prod/terreal-facade/product-
60746-146521)

41
DAFTAR PUSTAKA

Suriansyah, Yasmin (2011). Kualitas Pencahayaan Alami pada Enam Rumah


Susun di Bandung, Cimahi, Soreang, dan Baleendah.Prosiding, Seminar Nasional dan
Pameran Kebijakan dan Strategi Pengadaan Perumahan Berkelanjutan di Indonesia.
Bandung. 2011.

Nikpour,Mansour.et al (2011), Study of the Effectiveness of Solar Heat Gain


and Day light Factors on Minimizing Electricity Use in High-rise Buildings, World
Academy of Science, Engineering and Technology.

Lam,J.C. and Li, D.H.W (1996), Study of Solar Radiation Data Significant
Energy and Environmental Implications for Hong Kong, Energy Conversion and
Management, Vol 37.

Pribadi, Septana Bagus (2001). Optimasi Konfigurasi Bangunan dalam


Perencanaan Rumah Susun untuk Menunjang Kinerja Modul Photovoltaics Studi Kasus:
Perencanaan Rumah Susun di Kota Bandung. Thesis Master Arsitektur, Institut
Teknologi Bandung. 2009.

Kerjasama Dengan BAPPEDA D.I. Yogyakarta. (2014). Daerah Istimewa


Yogyakarta Dalam Angka/In Figures 2014. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik Daerah
Istimewa Yogyakarta.

Manurung, Parmonangan, (2012), Pencahayaan Alami Dalam Arsitektur,


ANDI Offset, Yogyakarta

42

Anda mungkin juga menyukai