Anda di halaman 1dari 61

MAKALAH

Analisis Perubahan Tingkah Laku

Talk Therapy
Dosen Pengampu : Sri Adi N. S.Psi.MM

Disusun Oleh :
1. Hari Agus Castoro (1118500016)
2. Fitriari KH (1118500028) 3. Jihan Alfishiya Reishqitha
(1118500027)
4. Ifmayani Faurin L (1116500024)
5. Anindita Octa P (1116500010)

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena rahmat serta hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat beriring salam tak lupa
kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW karena perjuangan beliau,
kita dapat merasakan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Ucapan terimah kasih kami sampaikan kepada semua pihak terutama
dosen pembimbing Sri Adi N.S. Psi. MM dan rekan-rekan yang telah
berperan dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas kelompok dan
pemenuhan indikator mata kuliah APTL. Semoga isi dari makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, amin…

i
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER

KATA PENGANTAR....................................................................i.

DAFTAR ISI...................................................................................ii

BAB 1 Pendahuluan

.......................................................................1

1. Latar Belakang Masalah .....................................................1


2. Rumusan Masalah ..............................................................2
3. Tujuan ................................................................................2

BAB 2 Pembahasan .......................................................................3

1. Pengertian Talk Therapy.....................................................3 2.


Manfaat dan tujuan Talk Therapy.......................................8 3.
Faktor penyebab Talk Therapy...........................................14 4.
Teknik dalam Talk Therapy................................................25 5.
Peran konselor dalam Talk Therapy....................................37 6.
Contoh kasus Talk Therapy..................................................45

BAB 3 Penutup.................................................................................54

1. Kesimpulan...........................................................................54
2. Kritik dan Saran ...................................................................55

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................56


ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tingkah laku merupakan perbuatan yang dilakukan oleh individu


dalam kondisi tertentu yang diperoleh melalui hasil belajar. Lingkungan
mengarahkan terjadinya tingkah laku, baik secara verbal maupun non
verbal. Tingkah laku manusia adalah segala sesuatu yang orang lakukan,
mencakup bagaimana mereka bergerak dan apa yang mereka katakan,
pikirkan, dan rasakan. Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang
menjelaskan ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa
linglungan. Perubahan perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa
didalam lingkungan yang menyebabkan perilaku tersebut.
Perilaku mempunyai beberapa dimensi seperti fisik, dapat diamati,,
digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan intensitas ruangnya,
suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun sosial)
dimana perilaku tersebut dapat terjadi beberapa waktu, suatu perilaku
mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa yang akan datang.
Perilaku diatur oleh dasar prinsip yang menjelaskan bahwa ada
hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan
perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa didalam lingkungan
yang menyebabkan perilaku tersebut.
Dalam melaksanakan beberapa terapi perubahan tingkah harus
mengikuti beberapa prosedur atau step by step supaya bisa menghasilkan
perilaku yang diinginkan dari klien maupun dari terapis atau konselor. Ada
beberapa faktor yang menjadikan sebuah keberhasilan saat melakukan terapi
adalah adanya dukungan dari lingkungan inter maupun lingkungan ekster,
kemauan dari diri sendiri, bertekad, dll.
Dalam pengadaan pengubahan tingkah laku, harus sebisa mungkin
memahami dasar dari tingkah laku serta lingkungan yang mempengaruhinya
sehingga tidak menjadikan salah tafsir dalam memahami tingkah laku
individu.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Talk Therapy ?
2. Apa saja manfaat dan tujuan dari Talk Therapy ?
3. Apa saja Faktor-faktor penyebab timbulnya permasalahan Talk
Therapy ?
4. Bagaimana teknik dalam Talk Therapy ?
5. Bagaimana peran dan fungsi konselor dalam menangani
permasalahan Talk Therapy ?
6. Bagaimana contoh dari permasalahan Talk Therapy ?
C. Tujuan
Selain rumusan masalah, kita juga membuat tujuan dari pembuatan
makalah ini :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Talk Therapy
2. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan dari Talk Therapy 3. Untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab timbulnya permasalahan Talk
Therapy
4. Untuk mengetahui teknik dalam Talk Therapy
5. Untuk mengetahui apa saja peran dan fungsi konselor dalam
menangani permasalahan Talk Therapy
6. Untuk mengetahui contoh permasalahan Talk Therapy 7. Untuk
mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dalam Talk Therapy.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pengertian Talk Therapy (Terapi berbicara)


Talk therapy atau terapi berbicara adalah terapii yang dapat
membantu kita memahami dan menjadi posisitf perubahan pada pemikiran
,perilaku , perasaan , hubungan kita dan kesejahteraan emosioan , berbicara
tentang pikiran , perasaan dan masalah kita adalah penting cara
menghadapinya . Teman dan keluarga kita seringkali dapat membantu kami
,tetapi terkadang kami mungkin membutuhkan bantuan dari seseorang
terapis prof professional terapis dilatih untuk mendengarkan hati-hati dan
mereka akan membantu anda menemukan jawaban anda sendiri. Ada
banyak jenis terapi yang digunakan seorang terapis.
Jadi pada talk terapi atau terapi berbicara sangat dibutuhkan pada
orang-orang yang sedang mengalami permasalah permasalahan yang tidak
bias diungapkan dengan orang lain ,biasanya pada orang-orang dewasa
orang orang yang sedang mengalami permaslahan yang besar maka dia akan
cenderung diam dan itu akan menyababkan stress yang berkepanjangan jika
tidak segera ditangani dengan baik bahkan akan menimbulkan permasalahan
yang lebih besar lagi jika memang tidak segerad itangani .
Terapi ini sangat dibutuhkan orang dewasa yang sedang mengalami
stress tidak mampu mengungkapkan permasalahannya sediri. Sedangkan
bagian akan akterapi berbicara juga sangat dibutuhkan ,dibawah ini
pengertian mengenai terapi berbicara pada anak.
Terapi berbicara adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
gangguan bahasa, wicara dan suara yang bertujuan untuk digunakan sebagai
landasan membuat diagnosis dan penanganan. Dalam perkembangannya
terapi wicara memiliki cakupan pengertian yang lebih luas dengan
mempelajari hal-hal yang terkaitdengan proses berbicara, termasuk di
dalamnya adalah proses menelan, gangguan irama/kelancaran dan gangguan
neuromotor organ artikulasi (articulation) lainnya.

3
Hal yang pertama adalah mengoptimalkan koordinasi mulut agar
dapat menghasilkan suara untuk membentuk kata-kata. Olah mulutini
merupakan tahapan yang cukup penting. Tujuannya agar pasien bias
membuat kalimat lancar, artikulasi yang jelasdan volume suara yang cukup.
Hal yang kedua adalah mengembangkan pemahaman berbahasa dan upaya
mengekspresikan bahasa
Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara
(communicative competence) seorang anak dengan anak yang lain berbeda
beda. Ada anak yang perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga
yang mengalami keterlambatan (Spielvolge, 2008). Apabila seorang anak
mampu memproduksi bunyi atau suara yang sesuai dengan tingkat usianya,
maka ia dikatakan mempunyai kemampuan berbicara yang baik, sebaliknya
jika terdapat gangguan pada fase ini yang berhubungan dengan kesulitan
dalam produksi bunyi atau suara yang spesifik untuk berbicara atau adanya
gangguan dalam kualitas suara atau ganguan artikulasi (Fieldmen, 2005).
Gangguan artikulasi dapat berupa penguapan yang kurang jelas atau
pengucapan yang tidak mudah dipahami oleh orangtua atau orang dewasa
sebagai contoh kata “ Mobil “ anak itu bisa mengucapkan dengan kata “
Obin , Obil , Bil , Mbin “ , makaanakanak yang seperti itu juga bisa
dikatakan anak yang memiliki keterbatasan dalam berbicara .
Dalam hal ini terapi berbicara atau Talk Therapi sangat dibutuhkan
karena untuk bisa melatih anak berbicara dengan baik , agar anak bisa
melafalkan kalimat atau kata dengan baik dengan benar serta jelas , maka
talk therapy sangat dibutuhkan.
Terapi berbicara atau wicara ini biasanya sangat dibutuhkan pada
anakanak yang mengalami autis( Autisme ) dimana anak-anak tersebut
kurang lancar dalam pengucapan lafal atau kalimat atau kata dalam
berbicara , serta anak yang memiliki pendengaran yang kurang juga
terkadang memiliki ketergaguan dalam berbcara .
Namun meskipun banyak sekali orang dewasa yang mengalami
kesulitan belajar namun yang sering kali melakukan terapi berbicara itu
adalah anak – anak , Hal ini karena banyak anak-anak yang terlambat bicara.

4
Menurut Hurlock, SpeechDelay atau keterlambatan berbicara
merupakan sebuah keadaan perkembangan bicara yang memiliki kualitas di
bawah rata-rata (Wenny, 2011). Keterlambatan berbicara bukanlah suatu hal
yang dapat dibiarkan begitu saja karena keadaan ini dapat memiliki
pengaruh terhadap kemampuan belajar anak sehingga dengan keadaan sulit
untuk berkomunikasi tidak jarang anak yang mengalami keterlambatan
berbicara memiliki masalah kesulitan belajar (learningdisabilities).Keadaan
perkembangan seperti ini perlu untuk mendapatkan perhatian khusus dari
orang tua sehingga orang tua dapat menerapkan pola pengasuhan khusus
yang tepat sebagai suatu stimulus yang baik bagi perkembangan bicara anak
(Tiel, 2008).
Fase perkembangan bicara yang dilalui oleh anak merupakan sebuah
hal penting karena melalui fase-fase tersebut anak dapat berbicara dengan
menggunakan intonasi yang baik, tidak terputus-putus dan mampu
menyampaikan maksud tujuan dengan jelas. Fase-fase ini yang sering tidak
diketahui oleh orang tua sehingga orang tua tidak menyadari bahwa anak
telah kehilangan salah satu subfase dalam perkembangannya akibatnya hal
ini akan berlanjut dalam gangguan belajar (Tiel, 2008). Hurlock (Anggraini,
2011) mengatakan terdapat 6 hal penting yang harus diperhatikan dalam
fase belajar berbicara yaitu :
1. Persiapan fisik untuk berbicara, seluruh organ fisik anak memiliki
kondisi yang baik dan tidak mengalami kondisi kelainan.
2. Kesiapan mental, hal ini bergantung pada kondisi kematangan
otak anak khususnya pada bagian-bagian asosiasi otak.
3. Model yang ditiru, model yang dimaksud dapat berupa orang
orang di lingkungan sekitar, penyiar radio, aktor, dsb yang dapat
memberikan contoh pengucapan yang baik dan benar.
4. Kesempatan untuk berpraktek, jika anak jarang mendapat
kesempatan untuk mencoba dapat berdampak melemahkan motivasi
anak untuk berbicara.
5. Motivasi, anak harus diberikan motivasi untuk selalu berusaha
untuk berbicara untuk mengungkapkan keinginannya.

5
6. Bimbingan, orang-orang disekitar anak memberikan bimbingan
yang baik bagi anak jika anak mengucapkan kata-kata yang salah
maka orang-orang disekitarank berperan untuk memperbaiki secara
benar.
Kemampuan berbicara pada anak merupakan sebuah kemampuan
ekpresif yang dikeluarkan karena faktor intrinsik dan ekstrinsik, (Santrock,
2007).Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
sendiri, sedangkan faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari luar
diri anak misalnya lingkungan.Kemampuan berbicara pada anak sangat
dipengaruhi oleh stimulus yang didapatkan. Otto (2015) mengatakan
terdapat 5 aspek yang berpengaruh dalam perkembangan bahasa anak yaitu :
1. Fonetik, kemampuan anak dalam menyortir bunyi-bunyian yang
didengarkan
2. Semantik, kemampuan anak dalam memahami maksud dari bunyi
yang didengarkan.
3. Sintaksis, kemampuan anak dalam memahami satu per satu kata
terhadap benda yang dilihat.
4. Morfemik, anak memiliki kesadaran akan bahasa dan memahami
kata jamak.
5. Pragmatik, anak mulai mengekspresikan maksud komunikatif baik
melalui kata maupun ekspresi wajah.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan agar dapat memperoleh sebuah
kemampuan berbicara yang baik anak harus memperoleh kemampuan
bahasa linguistik yang diperoleh melalui kelima aspek perkembangan
bahasa (Wahyu & Hidayati, 2015). Anak memperoleh bahasa lisan, tulis dan
kemudian terus berkembangan semakin luas hingga mampu memadukan
bahasa lisan tulis sekaligus.
Meski begitu, sebenarnya terapi wicara tak hanya ditujukan untuk
anak-anak yang mengidap gangguan bicara atau kesulitan dalam memahami
bahasa. Sebab, terapi wicara kini juga bisa dilakukan untuk membantu
mengatasi kondisi-kondisi lain. Misalnya, gangguan menelan.Anak – anak

6
juga masih mudah di benahi atau masih mudah untuk dilatih agar bisa
berbicara dengan baik dan benar .
Terkadang anak-anak yang memiliki gangguan berbicara juga
diawali dengan ajaran orang tua yang kurang pas dimana orang tua itu
mengajarak anak akan adengan bahasa pengenalan kata bahasa yang tidak
baku seperti contohnya pada anak-anak yang masih belajar bicara terkadang
orang tua menganggap itu sebagai lelucon tetapi justru itu yang
mengakibatkan anak-anak jadi mengalami kesulitan dalam berbicara, contoh
pengucapakn kata “ Maem “ kadang kadang orang tua mengajarkan dengan
kata “ Aem “ itu juga sangat berpengaruh terhadap anak karena anak jadi
ikut-ikutan dengan bahsa seperti itu akhirnya lidahnya jadi sudah terbiasa
dengan kata itu.
“Poor speech production accuracy is sometimes attributed
tostructural impairments in Down syndrome but theseverity of the speech
problem is more directlyrelated to difficulties with speech motor
control,complicated by concomitant hypotonia” (Kent &Vorperian, 2013;
Rupela, Velleman, &Andrianopoulos, 2016).
Pidato yang buru kaku rasiproduksi terkadang dikaitkan dengan
gangguan structural pada sindrom Down tetapi keparahan masalah bicara
lebih langsung terkait dengan kesulitan dengan control motorik bicara,
Dipersulit oleh hipotonia bersamaan (Kent &Vorperian, 2013; Rupela,
Velleman, & Andrianopoulos, 2016).
Dalam beberapa hal memang sangat mempengaruhi keterbatasan
dalam berbicara itu ,pada sindrom tertentu juga sangat mempengaruhi
kesulitan berbicara sering kali membuat seseorang jadi merasa kesulitan.
Pola asuh orang tua adalah pola interaksi antara orang tua dan anak
melalui sikap dan perilaku terlihat dalam menanamkan disiplin pada anak
(Sugiyanto, 2015). Menurut Baumrind (Respati dkk, 2006) terdapat 4 aspek
pola asuh yang diterapkan oleh orang tua yaitu :
1. Kendali dari orang tua (Parental Control), tingkah laku orang tua
dalam merespon perilaku anak yang tidak sesuai seperti yang

7
diharapkan. Orang tua berusaha untuk mengubah perilaku yang
muncul pada anak.
2. Tuntutan terhadap tingkah laku matang (Parental Maturity
Demands), tuntutan orang tua agar anak dapat bertanggung jawab
atas segala perilakunya sendiri.
3. Komunikasi antara orang tua dan anak (Parent-Child
communication), usaha menciptakan komunikasi verbal antara anak
dan orang tua. Keseluruhan keadaan berpusat pada komunikasi yang
dilakukan oleh orang tua dan anak.
4. Cara pengasuhan atau pemeliharaan orang tua terhadap anak
(Parental Nurturance), ungkapan orang tua dalam memberikan kasih
sayang sebagai bentuk perhatian untuk anak.
Bagi setiap orang tua pola asuh merupakan sebuah strategi yang di
terapkan dalam keluarga untuk mencapai sebuah tujuan yang diharapkan
secara optimal. Baumbrind (Jayanti, 2012) membagi pola asuh menjadi 4
jenis klasifikasi yang berbeda yaitu :
1. Otoriter, orang tua menerapkan sebuah standar perilaku bagi anak
dan orang tua memegang kendali penuh atas anak.
2. Permisif, orang tua menerapkan disiplin yang minim terhadap
anak dan membiarkan anak untuk memiliki sesuai dengan
kesenangan anak.
3. Demokratik, orang tua menerapkan sebuah standar tertentu bagi
anak namun anak juga dilibatkan untuk memberikan sumbang ide
dan diskusi bersama untuk mencapai sebuah kesepakatan antar dua
belah pihak.
4. Penelantar, orang tua kurang memperhatikan anak dan cenderung
menghabiskan waktu untuk pribadi mereka sendiri.

2. Manfaat dan Tujuan Talk Therapy


Dalam melaksanakan suatu kegiatan terkadang terdapat sebuah
manfaat dan tujuannya, baik manfaat untuk diri klien maupun untuk
konselor, sebelum pelaksaan ataupun saat pelaksanaannya. Begitu pula

8
dalam melaksanakan tugas profesional, konselor juga mendapat manfaat
yang berbagai macam baik manfaat buat diri sendiri maupun untuk klien,
sehingga konselor merasa puas dalam menjalankan suatu profesinya.
Seorang konselor pun mempunyai keterbatasan untuk melakukan proses
konseli sehinnga terkadang proses konseling tidak efektif.
Pada awalnya peran terapis atau konselor itu sebagai pendengar dari
klien yang mengalami masalah dalam menangani gejala perilaku. Kemudian
konselor mendengarkan dan menawarkan nasihat yang kemudian ini
diterima oleh klien. Yang selanjutnya klien akan berusaha memahami
penawaran konselor.
Talk Therapy memiliki lingkup yang luas. Ahli terapi menangani
pasien atau klien dari berbagai usia dengan gangguan yang berbeda. Ada
pula sub-spesialisasi yang khusus menangani anak. Terapi ini biasanya
dipadukan dengan ilmu kedokteran lain.
Terapi bicara atau talk therapy dapat membantu orang yang tertekan
peristiwa sulit dari masa lalu atau sekarang, orang dengan masalah
kesehatan mental yang didiagnosis dan keluarga mereka, dan orang yang
ingin memahami diri mereka sendiri dengan lebih baik. Talk therapy dapat
membantu mengatasi depresi, kecemasan, obsesi, panik, fobia dan masalah
hubungan. Mereka dapat membantu mengatasi kesedihan dan emosi lain
seperti kemarahan atau malu. Talk therapy dapat membantu mengatasi fisik
kronis kondisi, alkohol, merokok, masalah narkoba dan perjudian, dan
dengan masalah kesehatan mental yang kompleks.
Talk therapy dapat membantu mengatasi masalah yang memengaruhi
anak-anak dan kaum muda, dan keluarga. Talk therapy sering kali
digunakan dengan pengobatan masalah, dan bagi sebagian orang ini bisa
lebih efektif daripada pengobatan mana pun akan dilakukan jika digunakan
sendiri.
Pasien atau klien dengan masalah perilaku, kebahasaan, komunikasi,
dan menelan karena gangguan kesehatan, harus menjalani terapi ini.
Gangguan komunikasi merujuk pada ketidakmampuan seseorang dalam
menerapkan dan memahami pembicaraan dan berbahasa sebagai cara

9
bersosialisasi. Gangguan ini mencakup keterlambatan bicara, perubahan
suara, tidak mampu memahami pembicaraan atau berbicara dengan baik.
Untuk itu terapi ini sangat bermanfaat bagi mereka yang memiliki gangguan
seperti yang telah disebutkan diatas, Untuk memahami tujuan dari talk
therapy sebelum ke tujuan, mari belajar terkait dengan manfaat talk therapy
bagi pasien atau klien itu sendiri, Manfaat talk terapi ada beberapa, Seperti
berikut ini :
1. Talk Therapy dapat membantu klien (tidak terbatas pada anak
berkebutuhan khusus) untuk belajar berbicara lebih jelas. Ini
membantu mereka merasa lebih percaya diri dan tidak terlalu
frustrasi berbicara kepada orang lain dan juga cepat beradaptasi
dengan lingkungan yang baru.
2. Klien yang memiliki gangguan bahasa dapat mengambil manfaat
secara sosial, emosional dan akademis dari Talk Therapy.
Artinya meraka bisa mendapatkan manfaat sosial seperti bisa
merasakan diterima oleh orang sekitar, mendapat perhatian, Dll,
secara emosional mereka bisa merasakan bagaimana mengatur
emosi dengan baik, dan secara akademis mereka belajar dengan
guru disertai dengan membaca buku, jadi manfaatnya banyak
terutama untuk klien itu sendiri.
3. Talk Therapy dapat membantu mereka mendengar dan
membedakan bunyi tertentu dalam kata-kata, kalimat serta
retorika dalam bahasa.
4. Talk Therapy Ini dapat meningkatkan kecerdasan emosional.
Maksudanya itu bisa mengontrol dan mengatur emosi diri. 5. Talk Therapy
sangat bermanfaat bagi kehidupan klien. menjalani Talk Therapy
menunjukkan peningkatan keterampilan bahasa. Itu beberapa
manfaat-manfaat didalam menjalani talk therapy yaitu mereka akan lebih
cerdas dalam bertingkah laku dan menentukan sikap mereka dalam
menjalani kehidupan. Talk therapy bukan sesuatu yang instan. Butuh kerja
keras selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun tahun, klien pun punya
karakter masing-masing

10
Keyakinan terapis dan klien tentang kemanjuran pengobatan mungkin
merupakan faktor penting untuk memprediksi hasil. Para terapis
memastikan bahwa klien akan ada perkembangan diri klien.
Dalam prakteknya klien suka berbicara dan sering mengutarakan
pandangannya tentang apa yang mereka inginkan tanpa gangguan.
Selanjutnya, setelah klien mengungkapkan semua pandangannya maka klien
mengetahui manfaat talk therapy yang selanjutnya, klien akan mengerti
tujuan dari talk therapy sendiri, tujuannya kurang lebih seperti ini :
1. Talk therapy bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien/klien maksudnya Terapi ini melatih cara berbicara dan
menelan dengan baik, serta memberi dukungan dan perhatian
pada pasien/klien, mereka juga bisa mendapatkan penerimaan
yang baik.
2. Deteksi dan pengobatan dini juga mampu meningkatkan prognosis
bagi kebanyakan pasien/klien dan mencegah gangguan
memburuk bagi kehidupan klien itu sendiri khususnya sikap dan
tingkah lakunya.
Dalam jurnal internasional A talking control for use in evaluating the
effectiveness of cognitive-behavioral therapy, ”Of the placebo control
conditions, relaxation does not control for ventilation of feeling which
may be common factor eliciting change in all talking therapies.” (Serfaty
etc, 2011. P434). Didalamnya memuat bagaimana faktor klien dan terapis
ada sebuah harapan, tindakan, dan kehangatan terapis untuk menyediakan
sebuah pengaturan yang memungkinkan ventilasi perasaan yang kemudian
diberikan intervensi.
Sesi terapi, didapat dari kontrol untuk menegaskan pemikiran klien
demi berjalannya terapi. Misalnya ketika klien berkomentar: “Saya yakin
anak-anak saya mengira saya adalah beban dan takut untuk mengunjungi
saya”, intervensi kognitif seperti: “Bagaimana Anda mengenal anak-anak
Anda tidak suka mengunjungi Anda? " tidak digunakan. Tanggapan "Sudah
anak-anak? Berapa banyak dan berapa umur mereka? ”diberikan. Ini fokus
pada informasi faktual dan sementara kehangatan dan minat diungkapkan

11
intervensi tidak fokus pada keyakinan yang mendasari atau emosional
masalah.
Selanjutnya, kegiatan alternatif dan strategi koping tidak dibahas.
Misalnya, ketika seorang klien berkata: “Saya sangat bosan duduk di flat
saya sepanjang hari "(yang mungkin akan diberi intervensi perilaku
kognitif:" Mari pertimbangkan hobi apa yang mungkin Anda lakukan serta
keuntungan dan kerugian apa dalam melakukan hal ini. Ini konsisten dengan
pendekatan empatik yang direkomendasikan oleh Burns (2000) untuk
mereka dengan keluhan tidak produktif yang konsisten, "pengeluh"; itu
menunjukkan empati tetapi mendorong perenungan. Pekerjaan rumah tidak
ditugaskan. Misalnya jika ditanya “Apa yang harus saya lakukan di antara
ini sesi ini ? " terapis menjawab, “Tidak perlu dilakukan ada pekerjaan di
antara sesi, tapi kami akan berbicara minggu depan ”. Meja 2 di bawah ini,
memberikan contoh dialog antara terapis dan klien dalam sesi TC.
Terapis harus bisa jadi teman klien, maksudnya itu seperti : 1.
Kemungkinan tidak ada batasan oleh tanggung jawab profesional
sebagai terapis.
2. Harus memberikan layanan yang sesuai karakter klien. 3. Antara
terapis dan klien Keduanya harus berteman yang dapat menimbulkan
perubahan kognitif dan perilaku diri klien.
4. Setelah klien memahami bagaimana cara mengubah diri dan
bagaimana berhubungan dengan orang, maka klien mempunyai
harapan-harapan buat dirinya sendiri untuk mendapatkan tujuan
yang di dapatkan dari melakukan terapis.
Berdasarkan pandangan di atas, wajar bila klien ingin merasa menjadi
teman didalam terapis ini, klien akan merasa nyaman. Konselor adalah
kawan pengiring petunjuk jalan, membangun kekuatan, dan membangun
tingkah laku positif yang dikehendaki. konselor pengayom bagi siapa pun
yang datang kepadanya. Dengan pandangan, sikap, ketrampilan, dan
penampilan konselor klien atau siapapun yang berhubungan dengan
konselor akan memperoleh suasana nyaman.

12
Faktor terapis atau konselor dan faktor klien yang kemudian terjadi
interaksi diantara mereka mungkin terdapat karakteristik yang berbeda,
dengan perbedaan ini maka akan ada kesepakatan untuk kemungkinan
dalam perbaikan tingkah laku konseli atau klien itu sendiri.
Dengan adanya keragaman, ras, budaya, dan bahasa maka konselor
juga menghadapi kendala dalam praktinya. Konselor pun dalam hal ini
terbatas. Hal ini menjadi masalah karena konselor belum sepenuhnya
memahami budaya, bahasa, atau agama klien. Pada kenyataannya setiap
klien memiliki bahasa, budaya dan agama yang berbeda-beda, dan
perbedaan inilah yang harus dipahami oleh konselor, klien sendiri punya
karakteristik.
Sedangkan dari jurnal Inviting end-of-life talk in initial CALM
therapy sessions: A conversation analytic study, yaitu sebagai contoh terapi
kanker, “Patients with advanced cancer are faced with multiple and
profound challenges related to their illness. These include the requirement
of dependency, fear of suffering and vulnerability, and the anticipated
foreshortening of their life “ (Shaw, etc. 2016. p:1). Pasien kanker pasti
punya rasa kecemasan yang akan merubah tingkah laku orang tersebut,
seperti :
1. Adanya ketergantungan dengan orang lain. Merasa dirinya lemah
dan sangat membutuhkan bantuan orang lain, terutama keluarga
sendiri
2. Ketakutan menderita seumur hidup, karena penyakit yang
dideritanya, sehingga timbul ketakutan yang akan menurunkan
kesehatan dirinya.
3. Kerentanan dalam menghadapi suatu penyakit ini, sehingga
merubah pola pikir dan merasa tidak kuat dalam menghadapi
ujian ini.
4. Dan yang diantisipasi prakiraan terjadinya setres atau depresi
karena membayangkan masa depan kehidupan mereka yang akan
menjadikan mereka semakin down.

13
Untuk mengurangi pikiran yang negatif terapis menerapkan terapi
yang sesuai dengan permasalahan kliennya, dengan memperhatikan khusus
untuk mengubah pikiran negatif menjadi pikiran positif, dengan seperti itu
klien akan merasa diperhtikan dan meresa ada kedekatan dalam segi
emosional yang kemudian secara tidak langsung akan merubah kondisi klien
menjadi lebih baik. Dari memahami penderitaan klien maka seorang terapis
akan lebih mudah dalam mencari jalan keluar untuk menyembuhkan
permasalahan kliennya.
Konselor juga harus melakukan upaya-upaya tindak lanjut serta
mensinkronisasikan upaya yang satu dengan yang lainnya sehingga
keseluruhan upaya itu menjadi suatu rangkaian yang terpadu dan
berkesinambungan dan memahami klien, sehinga pada saat proses konseling
tidak menjadi memberi nasihat.
Dari dua contoh jurnal tersebut maka bisa didapat macam-macam
berbagai contoh gejala dan manfaat-manfaat serta tujuan dari terapi ini yang
kemudian. Dalam pelaksanaan suatu kegiatan terkadang terdapat hambatan,
baik hambatan sebelum pelaksaan ataupun saat pelaksanaannya.
Kesimpulannya dari belajar manfaat-manfaat serta tujuan talk therapy
itu sendiri, disini bisa diambil kesimpulan baik manfaat serta tujuan pada
dasarnya sama-sama saling terkait antara satu dengan yang lain, jadi sama
sama menjadikan klien lebih baik lagi terutama dari segi tingkah laku dan
dalam memutuskan sikap dalam menjalani kehidupan klien itu sendiri,
disamping itu klien juga bisa belajar mengenai tata bahasa, gaya bahasa dan
retorika dalam bahasa serta bisa mengubah perilaku diri klien.

3. Faktor Penyebab Talk Therapy

Gangguan-gangguan dalam komunikasi menjadi penyebab


terjadinya hambatan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, untuk itu
diperlukan talk therapy dengan melatih bicara agar dapat berkomunikasi
dengan lingkungan sosialnya. Talk therapy digunakan untuk menangani
anak dengan gangguan komunikasi, hal ini sering terdeteksi terlamabat
bicara. Sunanik (dalam,desi dkk:46)

14
Menurut aulia pafhli (87: 2010) faktor usia yang mengakibatkan alat
bicara atau otot-otot yang digunakan untuk berbicara belum lengkap atau
belum berkembang dengan sempurna. Ada fungsi susunan syaraf mengalami
gangguan, sebab lain yang mungkin adalah gangguan pendengaran, bila
tidak bisa mendengan dengan jelas otomatis perkembangan bicaranya
terganggu. Faktor lingkungan jika tidak bisa dibiasakan dilatih dengan benar
maka juga akan berpengaruh pada bicaranya.
Talk therapy digunakan untuk menangani anak dengan gangguan
komunikasi hal ini sering dideteksi terlambat bicara. Untuk itu diperlukan
talk therapy dengan masyarakat.
Secara umum mengalami gangguan bahasa,kelainan dalam
bicara,serta gangguan pada fungsi saraf. Keterlambatan serta penyimpangan
dalam berbicara sisertai gangguan bahasa menyebabkan kesulitan
berkomunikasi serta tidak mampu memahami percakapan orang lain.
Penyebab talk therapy kurang memiliki kepercayaan diri, mereka
cenderung selalu memiliki anggapan negatif terhadap dirinya sendiri tentang
hal yang individu msmpu dilakukan atau tidak mampu dilakukan. Jadi dapat
disimpulkn bahwa kepercayaan diri yang rendah seseorang kebanyakan
disebabkan oleh persepsi negatf terhapad diri sendiri atau disebut juga
negatif talk.
Bisa bermula dengan salahnya pemikiran dalam menghadapi satu
situasi, pikiran irasional atau negatif yang dipikirkan ataupun ucapan dapat
menyebabkan kecemasan, kesedihan, kemarahan atau emosi lainnya yang
dapat menganggu.
Keterlambatan bicara juga menjadi salah satu penyebab gangguan dalam
ketidaknormalan berbicara pada anak atau pada seseorang umah.
Penanganan keterlambatan bicara atau talk therapy memerlukan waktu yang
agak lama serta kerja sama yang baik dari orang tua, beberapa anak tidak
meperoleh penanganan dengan baik sampai masalah perkembangan itu
menjadi sesuatu yang tidak baik dapat ditangani atau bertampak pada
hal-hal lain. Ketelambatan bicara sering disertai gangguan

15
lainnya sesuai dengan penyakitnya seperti hiperaktif, tingkah laku yang
aneh, sulit untuk diajak kerja sama, maka penangananya harus dimulai
dengan memperbaiki perilkunya, setelah itu baru diberikan terapi biacara,
terapi okupasi, terapi sensori intregasi Dll.
Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara
adalah gangguan pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental,
kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif, keterlambatan
fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan.
Salah satunya autis, penyebab autisme itu sendiri, menurut para ahli
dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa bibit autisme telah ada jauh
hari sebelum bayi yang dilahirkan bahwa sebelum vaksinasi dilakukan.
Patricia roidier, cacat lahir ambrio dari amerika mengatakan bahwa gejala
autisme dan cacat dari lahir itu disebabkan karena terjadinya kerusakan
jaringan otak yang terjadi sebelum 20 hari pada saat pembentukan janin.
Penelitian lain. Minshew menemukan bahwa yang terkena autisme bagian
otak yang mengendalikan pusat memori dan emosi menjadi lebih kecil dari
pada anak normal. Gangguan perkembangan otak telah terjadi pada semester
ketiga saat kelahiran bayi.
Menurut Handojo (dalam jaja suharja:2014). Mengatakan penyebab
autisme bisa terjadi pada saat kehamilan. Pada tr semester pertama. Faktor
pemicu biasanya terdiri dari (toksoplosmosis, rubella, candadida,dsb),
keracunan logamberat, zat adiktif (MSG, pengawet, pewarna), maupun
obat-obatan lainnya.
Diagnosa anak-anak autisme dapat dilakukan dengan cara mengamati
perilaku anak dalam berkomunikasi dan tingkat perkembannya. Karena
karakteristik dari penyandang autis banyak sekali ragamnya sehingga cara
diagnosis yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak.
Faktor penyebab gangguan bicara dapat dirinci sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Berbagai faktor internal atau faktor biologis tubuh seperti faktor
persepsi, kognisi dan prematuritas dianggap sebagai faktor
penyebab keterlambatan bicara pada anak.

16
a. Persepsi.
Kemampuan membedakan informasi yang masuk disebut
persepsi. Persepsi berkembang dalam 4 aspek: pertumbuhan,
termasuk perkembangan sel saraf dan keseluruhan sistem;
stimulasi, berupa masukan dari ling-kungan meliputi seluruh
aspek sensori, kebiasaan, yang merupakan hasil dari skema yang
sering terbentuk. Kebi-asaan, habituasi, menjadikan bayi
mendapat stimulasi baru yang kemudian akan tersimpan dan
selanjutnya dikeluarkan dalam proses belajar bahasa anak.
Secara bertahap anak akan mempelajari stimulasi-stimulasi baru
mulai dari raba, rasa, penciuman kemudian penglihatan dan
pendengaran. Pada usia balita, kemampuan persepsi auditori
mulai terbentuk pada usia 6 atau 12 bulan, dapat memprediksi
ukuran kosa kata dan kerumitan pemben-tukan pada usia 23
bulan.

Telinga sebagai organ sensori auditori berperan penting dalam


perkembangan bahasa. Beberapa studi menemukan gangguan
pendengaran karena otitis media pada anak akan mengganggu
perkembangan bahasa. Sel saraf bayi baru lahir relatif belum
terorganisir dan belum spesifik. Dalam perkembangannya, anak
mulai membangun peta auditori dari fonem, pemetaan terbentuk
saat fonem terdengar. Pengaruh bahasa ucapan berhubungan
langsung terhadap jumlah kata-kata yang didengar anak selama
masa awal perkembangan sampai akhir umur pra sekolah.

b. Kognisi.
Anak pada usia ini sangat aktif mengatur pengala-mannya ke
dalam kelompok umum maupun konsep yang lebih besar. Anak
belajar mewakilkan, melambangkan ide dan konsep.
Kemampuan ini merupakan kemampuan kognisi dasar untuk
pemerolehan bahasa anak. Beberapa teori yang menjelaskan
hubungan antara kognisi dan bahasa:

17
1) Bahasa berdasarkan dan ditentukan oleh pikiran (cog-nitive
determinism).
2) Kualitas pikiran ditentukan oleh bahasa (linguistic
determinism).
3) Pada awalnya pikiran memproses bahasa tapi selan-jutnya
pikiran dipengaruhi oleh bahasa.
4) Bahasa dan pikiran adalah faktor bebas tapi kemam-puan
yang berkaitan. Sesuai dengan teori-teori tersebut maka
kognisi bertanggung jawab pada pemerolehan bahasa dan
pengetahuan kognisi me-rupakan dasar pemahaman kata.
c. Genetik.
Berbagai penelitian menunjukkan, bahwa gang-guan bahasa
meupakan kecenderungan dalam suatu kelu-arga yang dapat
terjadi sekitar 40% hingga 70%. Separuh keluarga yang
memiliki anak dengan gangguan bahasa, minimal satu dari
anggota keluarganya memiliki masalah bahasa. Orang tua dapat
berpengaruh karena faktor ketu-runan sehingga bertanggung
jawab terhadap faktor genetik. Mungkin sulit mengetahui berapa
banyak transmisi intergenerasi gangguan bahasa tersebut, bisa
jadi disebabkan oleh kurangnya dukungan lingkungan terhadap
bahasa.
d. Prematuritas.
Penyebab khusus berkaitan antara perma-salahan periode pre
atau perinatal dengan gangguan bicara dan bahasa juga telah
dibuktikan. Infeksi selama keha-milan, imaturitas dan berat
badan lahir rendah dilaporkan
2. Faktor Eksternal (Faktor Lingkungan)
Faktor lingkungan termasuk yang paling menentukan. Faktor
lingkungan di mana seorang anak dibesarkan telah lama dikenal
sebagai faktor penting yang menentukan perkembangan anak.
Banyak anak yang berasal dari daerah yang sosial ekonominya buruk
disertai berbagai layanan kesehatan yang tidak memadai, asupan

18
nutrisi yang buruk merupakan keadaan tekanan dan gangguan
lingkungan yang mengganggu berbagai pertumbuhan dan
perkembangan anak, diantaranya gangguan bahasa.
a. Pola asuh.
Law dkk., juga mengemukakan bahwa anak yang menerima
contoh berbahasa yang tidak baik dari keluarga, tidak memiliki
pasangan komunikasi dan juga kurang memiliki kesempatan
untuk berinteraksi akan memiliki kemampuan bahasa yang
rendah.
b. Lingkungan verbal
Lingkungan verbal mempengaruhi proses belajar bahasa anak.
Anak di lingkungan keluarga profesional akan belajar kata-kata
tiga kali lebih banyak dalam seminggu dibandingkan anak yang
dibesarkan dalam keluarga dengan kemampuan verbal lebih
rendah.(dalam Nadwa:28)
Pada saat melakukan talk therapy, beberapa hal yang akan
didiskusikan antara lain:

1. karakteristik kasus dan karakteristik klien


a) Karakteristik Klien
talk therapy perilaku komunikasi normal/abnormal yang
dipergunakan untuk memberikan terapi pada penderita gangguan
perilaku komunikasi. Yaitu kelainan kemapuan
bahasa,bicara,suara, irama/kelancaraan, sehingga penderita
mampu berinteraksi dengan lingkungan secara wajar.
Kelinan kemampuan bahas, bicara, suara, irama/kelancaraan
terjadi karena adanya penyakit. Gangguan fisik psikis ataupun
sosiologis, kelainan ini dapat timbul pada masa prenatal. Jauh
dari tugas terapi dan memberikan perhatian pada perhatian klien
bisa menjadi elemen yang lebih penting di terapi dari pada
mencapai tujuan terkait tugas. Analisis wacana terapeutik juga
memungkinkan dokter untuk mengamati kemudahan klien yang
gagap dapat terlibat percakapan dan bagaimana keahlian klien

19
dalam beradaptasi perubahan percakapan mencerminkan
kompetensi. Ini adalah pada dasarnya kesempatan untuk menjauh
dari analis keasyikan tradisional dengan evaluasi dan pemantauan
masalah klien dengan komunikasi (misalnya, Simmons- Mackie
& Damico, 1999) dan untuk menghargai keahlian klien sesuatu
yang sering kali dibayangi di klinik yang mendukung pilihan
terapi lain, seperti pengembangan teknik. Dengan
mengembangkan kesadaran wacana yang berbeda strategi dan
gaya, dokter dapat belajar bagaimana menyediakan kesempatan
untuk meningkatkan interaksi terapi, dengan demikian
meningkatkan pengobatan.
Client satisfaction with treatment intervention is given if
significant
1. Helpful visits?
2. Is the therapist easy to talk to?
3. Enough time to explain
4. Understand your problem and feelings
5. Help you find out how to solve your problem
6. Relief from being able to speak about problem
Not 7. Help deal with feelings
8. Helps to change on the inside yourself
9. Helping you understand Behavior Research and Therapy 49
(2011)
b. Karakteristik Kasus
Ketidak lancaran, yang dianggap ringan derajat, terdiri dari
pengulangan kata dan keraguan ringan tampaknya terkait dengan
kesulitan pengambilan kata. Tarifnya gerakan artikulatoris
bolak-balik yang cepat telah dinilai dan dianggap berada tepat di
bawah level normal. Dia tampaknya tidak menyadari
kesulitannya, dan ucapannya bukan masalah baginya. Pada tahap
ini, karena terlihat masalah pengambilan kata, orang tuanya
diberitahu tentang pengembangan kosa kata

20
dan tentang mengurangi tekanan waktu untuk selama
percakapan. Beberapa latihan diberikan meningkatkan kecepatan
(bukan akurasi) keterampilan oromotor. Itu orang tua juga
disarankan untuk berbicara secara terbuka dengan tentang dia
pidato untuk mengurangi kemungkinan perkembangannya
kecemasan tentang itu ciri-ciri butuh terapi bicara atau talk
therapy penting untuk memperhatikan beberapa ciri apakah anda
membutuhkan talk therapy jangan sampai terlat dalam
melakukannya, dan seharusnya dilakukan sendini mungkin.
Berikut ini ciri-ciri yang harus diperhatikan:
1. Ketidak lancaran bicara
Gangguan kelancaran dalam berbicara biasa juga diebut
dengan gagap. Biasanya penderita mengalami pengulangan
atau berhenti pada suku kata atau ucapan tertentu saat
mengucapkan suatu kata atau kalimat.
2. Gangguan artikulasi
Kesulitan dalam mengucapkan suku kata tertentu secara
jelas. Ini membuatorang lain yang mendengar tidak dapat
memahami apa yang dikatakannya,
3. Resonasi suara tidak jelas
Gangguan ini ditandai dengan ketidakjelasan suara yang
keluar. Gangguan ini akibat adanya hambatan aliran udara di
dalam rongga hidung dan mulut, sehingga mengubah getaran
suara yadihasilkan, ini didalam oleh yang mengalami
gangguan bibir atau langit-langit sumbing, pembesaran
amandel,gangguan saraf di sekitar mulut dan kerongkongan.
4. Gangguan ekperesif
Gangguan ini mengakibatkan kesulitan membentuk dan
mengucapkan suatu kalimat. Biasanya kasus ini terlihat pada
anak dengan sindrom down.
5. Gangguan kognitif

21
Kesulitan berkomunikasi akibat adanya gangguan memori
dan persepsi. Kesulitan ini juga mempengaruhi dalam
membedakan dan memecahkan permsalahan yang dihadapi.
Gangguan ini selain terapi bicara atau talk therapy juga perlu
bantuan dari ahli tumbuh kembang anak.
6. Autisme
Anak yang mengalami autisme juga berpotensi mengalami
gangguan bicara dengan berkomunikasi nonverbal.
7. Multisme selekti
Ini dalah kondisi dimana anak tidak mau berbicara dan
berkomunikasi di area tertentu, misalnya di sekolah. Padahal
kalau di rumah bisa melakukanya. Penyebabnya bisa karena
masalah sosialisasi, komdisi ini selain bisa diatssi dengan
psikoterapi juga dengan talk therapy
8. Kesulitan memahami bahasa
Ini adalah kondisi dimana sulit memahami apa yang
dikatakan orang lain menanggapi pembicaraan orang lain.

Menurut Handojo (dalam jaja suteja:2014) beberapa karekteristik


dari perilaku autisme pada anak-anak antara lain :
1. Bahasa/ komunikasi
a. Ekspresi wajah yang datar
b. Tidak menggunakan bahasa /isyarat tubuh
c. Jarang memaulai dengan komunikasi
d. Tidak meniru aksi atau suara
e. Bicara sedikit, atau tidak ada
f. Intonasi atau ritme vokal yang aneh
g. Tampak Tidak mengerti arti kata
h. Mengerti dan menggunakan kata secara terbatas
2. Hubungan dengan orang
a. Tidak responsif
b. Tidak ada senyum sosial
c. Tidak berkomunikasi dengan mata

22
d. Kontak mata terbatas
e. Tampak asyik bila dibiarkan sendiri
f. Tidak melakukan permainan giliran
g. Menggunakan tangan orang dewasa sebagai alat
3. Hubungan dengan lingkungan
a. Bermain refetitif (diulang-ulang)
b. Marah atau tidak menghendaki perubahan-perubahan
c. Berkembangnya rutinitas yang kaku
d. Memperlihatkan ketertarikan yang sangat tak fleksibel
4. Respon terhadap indera/ sensoris
a. Kadang panik terhadap suara-suara tertentu
b. Sangat sensitif terhadap suara
c. Bermain-main dengan cahaya dan pantulan
d. Memainkan jari-jari di depan mata
e. Menarik diri ketika disentuh
f. Tertarik pada pola dan tekstur tertentu
g. Sangat in aktif atau hiperaktif
h. Seringkali memutar-mutar, membentur-bentur kepala,
menggingit pergelangan
i. Melompat-lompat atau mengepak-ngepakan
tangan j. Tahan atau berespon aneh terhadap nyeri
5. Kesenjangan perkembangan perilaku
a. Kemampuan mungkin sangat baik atau sangat terlambat b.
Mempelajari keterampilan diluar urutan normal, misalnya
membaca
tapi tak mengerti arti
c. Menggambar secara rinci tapi tidak dapat mengancing baju
d. Pintar mengerjakan puzzle, peg, tapi amat sukar mengikuti
perintah
e. Berjalan pada usia normal, tetapi tidak berkomunikasi f.
Lancar membeo suara, tetapi sulit berbicara dari diri sendiri

23
g. Suatu waktu dapat melakukan sesuatu, tapi tidak di lain
waktu.
Gangguan bicara biasanya disebabkan oleh kondisi autisme. Selain
menyebabkan gangguan komunikasi, kondisi ini juga bisa menghambat
interaksi sosial dan fungsi kognitif anak.Orang dewasa dengan cangguan
berbicara Orang dewasa bisa mengalami kelainan pada kemampuan bicara
akibat cedera atau penyakit tertentu, misalnya stroke atau cedera otak.
Apa saja persiapan untuk menjalani terapi wicara? Sebelum terapi
wicara, terapis akan melakukan penilaian terhadap kondisi pasien. Langkah
ini berfungsi mengidentifikasi jenis kelainan bicara sekaligus merencanakan
jenis terapi untuk menanganinya.
Bagaimana terapi wicara dilakukan? Prosedur terapi wicara berbeda
beda, tergantung pada usia pasien yang menjalaninya. Berikut
penjelasannya:
1. Untuk anak-anak
Pada anak, terapi wicara dapat dilakukan secara berkelompok atau
individual. Pilihan ini akan ditentukan oleh terapis berdasarkan kelainan
bicara yang dialami oleh pasien.
Jenis terapi talk therapy yang dilakukan pun akan diputuskan dengan
mempertimbangkan kondisi, usia, dan kebutuhan anak.Selama terapi wicara,
terapis akan melakukan hal-hal berikut:
Berinteraksi dengan anak. Mulai dari bermain dan mengobrol, serta
menggunakan buku, gambar, dan benda-benda untuk merangsang
perkembangan bahasanya.
Mencontohkan pelafalaan huruf, suara, dan suku kata yang benar dengan
cara bermain peran. Membuat rencana terapi wicara di rumah yang dapat
dilakukan bersama orang tua atau pengasuh.
2. Untuk orang dewasa
Terapi wicara pada pasien dewasa biasanya dilakukan dengan
langkah-langkah di bawah ini:
1. Latihan untuk memecahkan masalah, memori, organisasi, dan
aktivitas lain untuk memperbaiki komunikasi kognitif

24
2. Latihan bercakap-cakap guna memperbaiki komunikasi sosial
3. Latihan pernapasan untuk memperbaiki resonansi
4. Latihan yang berfungsi menguatkan otot mulut
5. Terapi wicara juga bisa melibatkan latihan menelan bagi pasien
yang mengalami gangguan menelan akibat cedera atau
penyakit tertentu. Misalnya, pada pengidap penyakit Parkinson
atau kanker mulut.
Mengingat terapi wicara termasuk prosedur yang bisa berlangsung
lama (bahkan hingga beberapa tahun), dibutuhkan kerja keras dan komitmen
yang besar untuk menjalaninya. Oleh karena itu, keterlibatan orang tua,
keluarga dan orang terdekat dalam terapi bisa mening".
Gangguan berbicara merupakan suatu hal normal dalam
perkembangan bicara anak,namun dapat pula menjadi suatu gejala dari
gangguan pskiatri, namun maupun gangguan perilaku anak, keterlambatan
dalam gangguan perkembangan berbicara dapat merupakan gejala dari
berbagai penyakit, seperti keterbelakangan mental, gangguan pendengaran,
gangguan bahasa ekpresif kurang psikososial, autisme, bisu elektif, afasia
reseptif gangguan berbiacara dapat disebabkan sekunder karena
keterlambatan dari perekembangan atau bilingualisme.
Berbagai diagnosis gangguan dalam berbicara dan berbahasa
menyebabkan seorang dokter harus mennetukan diagnosis yang tepat da
cepat, gangguan berbicara dan berbahasa pada umumnya akan menjadi
normal, namun dapat pula menetap dan akan menyebabkan gangguan
komunikasi di kemudian hari, keterlambatan bicara akan memiliki dampak
serius dalam perkembangan pribadi sosail san akademik, oleh karena itu
diperlukan diagnosis serta intervensi dini. Dengan penentuan diagnosis
penyebab, dapat diketahui prognosis klien dikemudian hari. (sari
pendiatri:2012)

4. Teknik dalam Talk Therapy


1. Pengertian Self Talk

25
Self talk merupakan salah satu teknik dari pendekatan Cognitive
Behavior Theraphy (CBT). Aaron T. Beck mendefinisikan terapi kognitif
behavior sebagai pendekatan konseling yang dirancang untuk menyelesaikan
permasalahan konseli pada saat ini dengan cara melakukan restrukturisasi
kognitif dan perilaku yang menyimpang. Pendekatan kognitif behavior di
dasarkan pada kognitif, keyakinan dan strategi perilaku yang mengganggu.
Proses konseling di dasarkan pada perilaku konseli. Harapan dari terapi
kognitif behavior yaitu munculnya restrukturisasi kognitif yang
menyimpang dan sistem kepercayaan untuk membawa perubahan emosi dan
perilaku kearah yang lebih baik.
Matson dan Ollendick mengungkapkan definisi cognitive behavir
theraphy yaitu pendekatan dengan sejumlah prosedur yang secara spesifik
menggunakan kognisi sebagai bagian utama konseling. Fokus konseling
yaitu persepsi, kepercayaan dan pikiran.
Pengertian lain menjelaskan bahwa terapi kognitif behavior
merupakan teknik modifikasi perilaku dan mengubah keyakinan maladaptif.
Ahli terapi membantu individu mengganti interpretasi yang irasional
terhadap suatu peristiwa dengan interpretasi yang lebih realistis. Atau
menmbantu pengendaliat reaksi emosional yang terganggu, seperti
kecemasan dan depresi dengan mengajarkan mereka cara yang lebih efektif
untuk menginerpretasikan pengalaman mereka. Cognitive Behavior Therapy
memiliki beberapa teknik yang dapat digunakan dalam proses konseling
dalam rangka memodifikasi pikiran dan tingkah laku.
Self talk secara bahasa berasal dari bahasa inggris, Self adalah diri,
sendiri, dirinya (sendiri), dapat mengatur sendiri. Sedangkan talk berarti
percakapan, pembicaraan, perbincangan, ceramah, omongan, kabar angin,
desas-desus, berbicara, hal yang dibicarakan dan teguran.
Self talk adalah istilah yang pertama kali diungkapkan oleh Joel
Chue, penulis buku Unlocking Your Real Potentials. Menurutnya, diawal
hari, sebelum kita memulai berbagai kegiatan kita bahkan dihari
sebelumnya, kita perlu berkata pada diri kita bahwa hari ini kita akan

26
berfikir positif, bertindak positif, berkata positif, dan meraih hal- hal yang
positif.
Self talk sebenarnya telah di lakukan oleh setiap orang, hanya saja
Self talk sering tidak di sadari oleh orang yang bersangkutan. Self talk terdiri
dari 2 macam, yaitu self talk positif atau rasional dan self talk negatif atau
irasional. Masing-masing self talk tersebut memiliki pengaruh yang kuat
terhadap pikiran dan perilaku. Rimm dan Litvak menemukan bahwa self talk
yang negatif dapat menyebabkan timbulnya rangsangan fisiologis
substansial. Akibat emosional dari self talk yang tidak rasional adalah
kecemasan, depresi, marah, rasa bersalah, dan merasa tidak berharga.
Self talk dilakukan orang dalam setiap hal, misalkan ketika seseorang
akan mengambil keputusan, ataupun dalam melakukan suatu pekerjaan
seseorang akan melakukan komunikasi dengan dirinya sendiri terlebih dulu
sebelum dia mengambil keputusan dan melakukan pekerjaannya dengan
benar. Bahkan Self talk juga dapat terjadi pada orang yang tengah berbicara
dengan orang lain.
Tanpa disadari Self talk memberikan pengaruh besar terhadap
kehidupan seseorang, antara lain dalam memahami diri sendiri, dalam
mengevaluasi (renungan), terhadap kebiasaan (habits), berfikir positif
(positive thinking), bertindak positif, dan mengambil keputusan. Dalam
masyarakat umum, orang yang berbicara sendiri dianggap orang gila. Hal ini
mungkin memang berlaku dalam beberapa kasus sakit jiwa, namun
sebenarnya tidak semua orang yang berbicara sendiri bisa dikatakan sebagai
orang gila. Karena sebenarnya kita pun berbicara kepada diri sendiri disetiap
waktu. Kita perlu mencerna segala hal yang sedang kita alami dan salah satu
cara untuk mencernanya adalah dengan berbicara.
Kesimpulan dari pengertian Self talk tersebut adalah berbicara
kepada diri sendiri secara sadar mengenai hal-hal positif dan bersifat
memberikan penguatan untuk beraktivitas yang dilakukan dengan suara
keras maupun pelan, berulang-ulang, dan dalam waktu tertentu. Hal tersebut
dilakukan untuk memberikan penguatan, motivasi dan fokus dalam
melakukan usaha mencapai suatu tujuan. ”Motivational self-talk (MST)
27
defines statements made to facilitate performance by boosting confidence
and energy expenditure, expanding effort, and evoking a positive mood. “
(Boroujeni, 2011 p:606). Motivasi berbicara sendiri mendefinisikan
pernyataan yang dibuat untuk memfasilitasi kinerja dengan meningkatkan
kepercayaan diri dan pengeluaran energi, memperluas upaya, dan
membangkitkan hal positif suasana hati.
Self talk itu berbeda dengan berbicara atau komunikasi yang
mengeluarkan kata-kata dari mulut seperti berbincang dengan orang lain,
akan tetapi self talk ialah berbicara dengan hati atau pikiran diri sendiri.

2. Macam-Macam Self Talk


Apabila seseorang melakukan self-talk secara akurat dan sesuai
dengan realitas maka orang tersebut sehat secara mental, namun bila tidak
rasional tidak sesuai dengan realitas maka orang tersebut dapat mengalami
stress dan gangguan emosional. Seseorang yang mempunyai positive self
talk tidak akan mudah putus asa, melainkan akan terus berusaha mencapai
tujuan dengan menjadikan kesalahan atau kegagalan sebagai pelajaran.
1) Self talk Positif
Suseno dalam Wulandari (2017: 20) menyebutkan bahwa
perkataan yang baik akan mempengaruhi keadaan hati dan
pikiran. Apapun yang kita katakan terhadap diri sendiri maka
akan segera diafirmasi oleh otak yang kemudian mempengaruhi
keadaan psikis. Self talk yang positif akan menumbuhkan
keyakinan (faith) pada diri seseorang. “Positive self-talk can
enhance positive emotion through satisfying the basic needs,
whereas negative self-talk, such as self-criticism, drives people
to a depressed or stressed state.” (Kyeong, etc. 2020. p:2) Oleh
karena itu harus jeli dalam pemilihan kata-kata untuk self talk,
apa yang diucapkannya hendaknya yang bersifat positif dan
mampu memberikan dorongan yang baik. Selain itu positif self
talk juga mampu memunculkan emosi yang positif dengan cara
memerintahkan dirinya sendiri untuk bersikap konstruktif.

28
Maksudnya yaitu membangun semangatnya sendiri untuk
mencapai perubahan yang diinginkan (Permatasari, dkk. 2016:
4).
2) Self talk Negatif
Seseorang yang berfikir irasional dapat menyebabkan
emosinya terganggu, hal ini memunculkan depresi, merasa
rendah diri, menyalahkan diri sendiri dan khawatir (Davis dalam
Wulandari, 2017: 21). Kedua jenis self talk tersebut dapat
dipengaruhi oleh keadaan diri seseorang dalam menyikapi
sesuatu. Hal ini dapat mempersepsi pikiran seseorang dalam
keadaan positif maupun negatif.
Jadi kesimpulan ada macam-macam self talk itu sendiri adalah Jenis
self talk sendiri ada 2 yaitu self talk positif dan self talk negatif. Self talk
positif yaitu dapat meningkatkan rasa percaya diri, kebahagiaan, konsentrasi
dan motivasi diri sendiri. Sedangkan self talk negatif yaitu dapat
menimbulkan rasa putus asa, ketakutan, kecemasan, menurunnya
konsentrasi, sedih dan tergesa-gesa.
Selanjutnya dari 2 jenis self talk tersebut dapat dipengaruhi oleh
keadaan diri seseorang dalam menyikapi sesuatu. Hal ini dapat mempersepsi
pikiran seseorang dalam keadaan positif maupun negatif.
Ada satu hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan dalam self
talk kita, yaitu selain self talk kita harus selalu positif supaya menghasilkan
sesuatu yang juga positif. Sahakan bentuk kalimat self talk kita juga dalam
bentuk kalimat yang positif. Karena pikiran bawah sadar kita cenderung
untuk tidak membaca kata tidak atau negatif, jika self talk kita terbiasa
dengan bentuk kalimat yang negatif, kecenderungan pikiran bawah sadar
kita justru membaca dan merekam sebaliknya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi self-talk
Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi self-talk :
1) Tempat pertama individu terbentuk
Menurut Ricard dalam Wulan dari (2017: 22), seorang anak
mulai dapat berkomunikasi dengan dirinya sendiri saat memasuki

29
usia enam atau tujuh tahun. Dimana masa-masa ini individu mulai
mengenali hal-hal baik maupun buruk. Pada usia ini anak masih
melatih diri mengenai bahasa. Oleh karena itu, pembelajaran dan
komunikasi yang positif dari lingkungan dapat mempengaruhi
pola pikir anak.
2) Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk
mengetahui atau mendapatkan pengalaman guna melakukan
perubahan. Mengingat alur self-talk yang tidak lepas dari proses
mental di dalam diri manusia. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Rogers, bahwa salah satu sifat self dapat
berubah dengan adanya proses belajar (Suryabrata dalam
Wulandari, 2017: 22).
3) Kematangan Psikologis
Kematangan psikologis adalah bagaimana individu mulai
bersikap, bukan ditandai dengan hal-hal yang tampak dari luar,
misal sudah mampu bekerja. Kematangan disini bersifat intrinsik
yaitu masalah pengendalian diri. Adanya kematangan psikologis
inilah yang akan mengaktifkan self-talk dalam meghadapi segala
kemungkina peristiwa yang akan terjadi (Papalia dan Fielmand
dalam Wulandari, 2017: 23). Kematangan psikologis yang
dimiliki olehseseorang ini dapat membantunya untuk
memposisikan diri sebagai hamba. Individu akan menyadari
bahwa segala yang terjadi tidak lepas dari kehendak sang Maha
Pencipta (Wulandari, 2017: 23)
4. Cara Kerja Self Talk
Secara lebih mendetail, dapat dijelaskan bagaimana Self talk itu bekerja
secara bertahap sehingga mempengaruhi bawah sadar kita. Pertama, self talk
mempengaruhi tindakan, lalu perlahan dari tindakan tersebut berubah
menjadi kebiasaan, lama-lama menyatu dengan karakter atau sifat, dan
setelah menyatu dengan sifat, self talk awal mulai menjadi realitas dalam
kehidupan, yang akhirnya membuat percaya bahwa

30
keyakinan diri memang benar. Dan setelah itu terjadi, self talk awal akan
diperkuat oleh self talk baru yang senada namun lebih kuat lagi. Kemudian,
self talk tersebut akan bekerja secara bertahap seperti siklus pertama, namun
sengan pengaruhnya yang semakin kuat. Begitulah seterusnya self talk
bekerja mempengaruhi diri tanpa berhenti.
Self talk => Sugesti => Alam Bawah Sadar => Realitas
Kesimpulan dari pernyataan tersebut adalah jika seseorang
menanamkan self talk positif pada diri seseorang maka seseorang akan jauh
lebih positif dari pada sebelumnya. Begitupun sebaliknya jika seseorang
menanamkan self talk negatif yang mempengaruhi diri seseorang dan tidak
ada penanggulangan nya maka diri seseorang akan menjadi sangat negatif.

5. Langkah-Langkah Self Talk


Seseorang yang berfikir negatif tanpa disadarinya akan menutup
pikiran secara otomatis terhadap hal-hal positif yang seharusnya masuk
kedirinya dari orang lain. Artinya, orang yang menggunakan negatif self talk
justru akan membuat dirinya tidak bisa berkembang.
Psikolog menyebutkan suara batin negatif yang muncul dikepala
seseorang sebagai pikiran negatif otomatis (automatice negative thoughts)
atau ANT yang justru merusak pikiran sehat sehat. Pikiran- pikiran ini tidak
bisa macam-macam, misalnya dengan seorang mengatakan “saya tidak
pantas mendapatkan ini”, atau “saya tidak berguna”. Tapi pikiran-pikiran
negatif tersebut bisa dihilangkan dengan menggunakan kemampuan pikiran
yang meneguhkan (capability- affirming thoughts) atau CAT. Mengatakan
terus menerus pada diri sendiri bahwa bisa melakukanya dan lingkungan
masih membutuhkan peran.
Pikiran bawah sadar seseorang akan cenderung membaca kata
“tidak” atau “negatif”. Jika self talk yang digunakan cenderung
menggunakan kalimat negatif maka pikiran bawah sadar justru akan
membaca dan merekam sebaliknya. Contoh, menggunakan self talk positif
namun menggunakan kalimat negatif “saya tidak takut” atau “saya tidak
kawatir”. Namun pikiran bawah sadar malah menerima dengan sebaliknya
“saya takut” dan “saya kawatir”. Maka yang terjadi self talk tidak akan

31
memotivasi, dia akan bekerja sesuai yang ditangkap dari pemahaman alam
bawah sadar.
Lalu, bagaimana jika klien sudah terlanjur mengucapkan self talk
positif namun dalam bentuk kalimat yang negatif, misalnya saja “Saya tidak
takut”? Mudah saja, ikuti dengan self talk positif dalam bentuk kalimat yang
positif. Misalnya, terlanjur mengatakan “Saya tidak takut”, segera ikuti
dengan “Saya berani!” Mungkin, memang tidak terlalu mudah pada mulanya
dan perlu sedikit “paksaan”. Namun percayalah, seiring dengan berjalannya
waktu, jika Anda berusaha secara sadar terus
menerus mengendalikan self talk Anda agar senantiasa positif dan dalam
bentuk kalimat yang positif, cepat atau lambat itu akan menjadi bagian dari
bawah sadar Anda. Dan, itu akan membuat hidup Anda jauh lebih baik,
lebih tenang, dan lebih bahagia. Anda juga akan merasakan diri Anda lebih
mudah dalam merealisasikan tujuan dan mimpi-mimpi Anda.
Dengan kata lain, jika klien tidak bisa menghilangkan kebiasaan
klien yang negatif hanya dengan menggantikannya dengan kebiasaan yang
positif. Maka klien bisa menghilangkan kebiasaan negatif klien dengan
menggantikan self talk klien yang negatif dengan self talk yang positif.
Karena, self talk klien secara langsung memengaruhi tindakannya, dan
selanjutnya tindakan tersebut memengaruhi kebiasaan serta tingkah laku
klien yang pada akhirnya menjadi realitas dalam kehidupan klien.
Menurut Yustinus Semiun, fokus terapi ini ialah membantu
seseorang menyadari self talk yang irasional dan negatif yang merupakan
sumber utama dari emosi-emosi yang tidak dikehendaki dan tingkah laku
tingkah laku yang tidak bertanggung jawab. Emosi-emosi yang tidak
dikehendaki didefinisikan sebagai emosi-emosi yang ingin diubahnya.
Sesudahnya menyadari self talk yang irasional atau negatif, maka
didorongnya untuk menantang atau mengubah self talk yang irasional itu
dengan suatu self talk yang rasional atau positif.
Menurut Felix Rifialdi, self talk merupakan bagian dari Terapi
Rasional Emotif (TRE), cara kerja self talk tidak berbeda dengan cara kerja
TRE. Langkah penerapan dalam metode self talk positif yaitu (a) siswa

32
dibantu untuk menemukan dan menyadari self talk negatif yang ada di
dirinya, dan (b) siswa didorong untuk mengubah self talk yang negatif
menjadi self talk yang positif atau rasional. Dengan demikian maka
diharapakan emosi yang dikeluarkan siswa dapat positif juga.
Menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
penerapan self talk adalah dengan cara (a) konselor membantu konseli
menemukan gambaran situasi yang menimbulkan pikiran negatif , (b)
konselor membantu konseli mengumpulkan pernyataan-pernyataan negatif,
(c) konselor membantu konseli mengubah pernyataan negatif tersebut
menjadi pernyataan positif, (d) pengulangan pernyataan positif pada diri
sendiri setiap hari.

6. Kelebihan dan Kelemahan Self Talk


Tanpa disadari setiap individu butuh bicara dengan dirinya sendiri
(self Talk). Karena mengajak bicara dengan diri sendiri (self Talk)
memberikan kesempatan untuk memperkaya diri. Tanpa disadari terkadang
berjumpa dengan orang lain yang sedang berbicara dengan diri sendiri.
Kadang kita merasa malu, minder, bahkan tak jarang berpikir bahwa orang
lain menganggap kita gila. Tapi jangan takut, hobi ini bukan hanya milik
Anda saja. Self talk atau monolog terjadi pada semua orang, dari anak kecil
hingga dewasa.
Jika terbiasa berbicara dengan diri sendiri (self talk) maka akan
memberikan banyak kelebihan, diantaranya:
1) Penularan emosi
Menggerutu karena lama menunggu kekasihnya yang sedang
berdandan adalah salah satu contoh dari berbicara dengan diri
untuk menyalurkan emosi. Hanya saja, pastikan agar jangan
sampai komunikasi dengan diri sendiri membuat sangat kesal
diri kita sendiri. Saat merasa kesal dengan kekasih, terkadang
sadar atau tidak di dalam diri terjadi percakapan. Apa mau
marah atau tidak. Jika mau marah akan seperti apa dan jika tidak
apa alasannya. Saat memutuskan tidak marah kadang masih

33
merasa kesal di dalam hati. Disini lah dibutuhkan self talk.
Jangan segan untuk menggerutu asal tidak berlebihan. Hanya
saja, berhati-hatilah jangan ampai justru komunikasi monolog
kita jadi membuat kita semakin jengkel. Untuk lebih baiknya,
bisa menggunakan kalimat, "Dia sangat menjengkelkan hari ini,
tapi bukan berarti hari ini akan jadi buruk gara gara masalah
ini."
2) Alat bantu mengambil keputusan
Ketika seseorang ada masalah dan dihadapkan dengan dua
kondisi untuk dipilih, disini peran self talk bekerja untuk
memilih salah satunya dengan lebih berhati-hati dan dengan adil.
Saat dihadapkan dengan dua pilihan, self talk jadi penolong yang
berperan penting. Contoh: Seorang pelajar yang ingin rajin
dalam belajar dihadapkan pada 2 pilihan self talk. Pilihan
pertama, “Apa iya ya saya bisa rajin? Apalagi banyak teman
yang mengajak saya jalan. Film-film juga lagi bagus”. Pilihan
kedua, “Saya mampu untuk menjadi orang rajin agar menunjang
saya menjadi orang yang sukses”. Terlihat perbedaannya bukan?
Pilihan pertama akan menjadi suatu realitas di mana sang pelajar
akan tetap menjadi seorang yang ragu apakah dia bisa rajin atau
tidak. Pada akhirnya dia tidak menjadi rajin dan memilih untuk
menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Sementara
pilihan kedua akan menjadikannya suatu pelajar yang mampu
untuk menjadi pelajar yang rajin. Semua bermula dari self talk,
entah itu self talk negatif maupun self talk positif.
3) Mengenal dan menerima diri sendiri
Seseorang tidak akan dicap sebagai orang gila dengan hanya
berbicara pada diri anda sendiri. Selama fokus pembicaraan
mengarah ke hal yang positif, seseorang justru bisa merasa lebih
akrab dengan diri sendiri. Saat diri sendiri menjadi egois,
berperan lah dan rasakan menjadi korban. Bawalah peran

34
tersebut ke hal yang positif dan rasakan self talk yang terjadi
pada diri sendiri.
4) Berinteraksi dengan orang lain
Berbicara dengan diri sendiri (self talk) akan menjadi media
menimbang kebutuhan sendiri, menimbang risikonya kalau ada
untuk kemudian dijadikan referensi mengambil tindakan.
5) Mempengaruhi orang lain dengan sehat
Sebelum meyakinkan orang lain, kita harus meyakinkan diri
sendiri terlebih dahulu dengan rencana yang kita buat. Kalau diri
kita sendiri belum yakin, bagaimana orang lain yakin dengan
sesuatu yang meyakinkan orang lain. Maka terlebih dahulu
memberi banyak pertanyaan kepada diri sendiri dahulu, baru
meyakinkan orang lain.
6) Mengembangkan diri
Self talk dapat menjdi media mengembangkan diri, jika kita
menggunakan nada positif untuk penyaluran emosi. Kata-kata
mutiara atau kata-kata motivasi untuk diri sendiri yang biasanya
banyak dijadikan acuan untuk self talk.
Dita Iswari & Nurul Harini menjelaskan mengenai kelebihan self
talk yaitu: “semakin positif kata-kata yang diucapkan pada diri maka
perasaan yang mengikuti kalimat tersebut juga semakin positif. Jadi
sebaiknya meminimalisir penggunaan kalimat yang negatif agar perasaan
juga tidak negatif”. Menurut Zastrow dalam Dita Iswari & Nurul Harini,
menyatakan bahwa self talk dapat memberikan suasana hati positif saat
tubuh dalam keadaan yang lelah, dengan cara mengucapkan kata-kata atau
kalimat yang memiliki konotasi positif.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
self talk positif bermanfaat untuk memberi perasaan hati yang tenang dalam
keadaan tubuh yang lelah sehingga dapat meningkatan kualitas penampilan,
kepercayaan diri dan motivasi diri.
Ada kelebihan pasti ada kelemahan, kelemahan dari self talk ini
adalah diperlukan terapis yang sudah secara mendalam mengenal dirinya

35
sendiri sehingga tidak memaksakan kehendak kepada konseli, serta terapis
harus tahu kapan dia harus dan kapan dia tidak boleh memberi dorongan
kepada konseli.

7. Prosedur Pelaksanaan Self Talk


Self talk dapat dilakukan dimanapun, dengan keadaan sendirian atau
bahkan dapat juga dilakukan ketika tengah berbincang dengan orang lain.
Namun untuk memulai pembiasaan self talk secara positif. Maka perlu
adanya waktu, tempat, kondisi, dan prosedur atau tahap-tahap pelaksanaan
yang terencana. Adapun prosedur pelaksanaan self talk, dapat dilakukan
ketika dalam kondisi antara lain:
1) Waktu
Membiasakan self talk positif, tidak mudah. Membutuhkan
waktu yang tepat dalam beberapa hari untuk melakukan proses
pelatihan secara maksimal. Adapun waktu yang paling efektif
untuk melakukan positive self talk antara lain adalah: ketika
percaya diri menurun, ketika berputu asa, cemas, merasa tidak
bahagia, mengambil keputusan. Waktu yang paling tepat
adalahketika hendka tidur, dan ketika akan menjalani hal berat
dipagi hari (biasanya berbicara didepan kaca), ketika di cermin,
ketika hendak mau tidur.
2) Tempat
Self talk dirasa berjalan efektif, asalkan ketika seseorang
melakukan self talk ketika pelatihan tidak ada yang mengganggu
komunikasi interpresonal seseorang tersebut dengan dirinya
sendiri. Maka hal itu membutuhkan kondisi yang benar-benar
terjauh dari keramaian. Pembelajaran pembiasaan self talk
membutuhkan tempat yang dapat mendukung secara penuh
proses pelatihan, sehingga akan menghasilkan yang maksimal.
Tempat yang tepat untuk melakukan kegiatan self talk, antara
lain: kamar tidur, ruang sepi, kamar mandi, depan cermin, dan
diamanapun yang dirasa klien/ individu dapat melakukan
kegiatan dengan sepenuhnya. Dengan begitu, klien atau individu

36
bebas untuk bersantai dan melakukan apapun disana tanpa ada
satupun orang yang melihat.
3) Posisi
Posisi yang tepat adalah tiduran atau duduk rileks, sambil
bersantai. Jika dilakukan denga cara berdiri pun, individu dapat
memperoleh hasilnya terlebih ketika mengaca. Individu dapat
menggunakan sedikit waktu tenang sendirian tanpa didampingi
oleh siapapun.
4) Suasana mendukung
Mainkan musik yang lembut. Lebih baik musik-musik klasik
atau instrument, atau musik suara natural. Musik ini akan
memperlembat detak jantung dan gelombang otak menuju
kondisi rileks atau kondisi alpha.
Kesimpulannya adalah ketika kita akan mengkonselingkan individu
ataupun klien pasti sebagai seorang konselor sebisa mungkin memberikan
suasana yang nyaman. Sama halnya dengan ketika klien akan melakukan
self talk pastinya memilih waktu yang tepat, tempat yang mendukung, posisi
yang pas, posisi yang enak untuk melakukan self talk tersebut dan yang
terakhir adalah suasana mendukung seperti adanya musik jazz yang enak
didengar, suara percikan air, suara kicauan burung suasana tersebut yang
membuat klien bisa fokus dengan self talk yang sedang dilakukannya.

5. Peran Konselor dalam Konseling Perubahan Tingkah Laku


Konseling adalah salah satu senjata paling ampuh untuk melawan berbagai
masalah kesehatan mental seperti depresi, kesedihan, dan kecemasan.
Memiliki seseorang untuk diajak bicara, yang ada di sana secara khusus
untuk mendengarkan tentang perasaan ataupun keluh kesah, adalah manfaat
yang tak ternilai bagi banyak orang.
Seringkali orang menemukan penghiburan dalam berbicara dengan
teman atau keluarga, tetapi bagi banyak orang ini sebenarnya dapat menjadi
penghalang untuk membahas masalah-masalah yang dihadapi secara terbuka
dan jujur. Banyak orang yang merasa lebih nyaman berbicara dengan

37
profesional atau konselor yang terlatih dan pada dasarnya adalah orang asing
atau orang terdekat oleh karena itu dapat mendengarkan tanpa penilaian.
Mereka juga berpengalaman dalam menangani dan membicarakan hampir
semua subjek atau tabu di bawah matahari, jadi tidak perlu merasa terlalu
malu untuk membicarakannya.
Konseling membantu orang untuk meningkatkan pemahaman
mereka diri mereka sendiri dan hubungan mereka dengan orang lain, untuk
berkembang cara hidup yang banyak akal, dan untuk membawa perubahan
kehidupan mereka. Konseling dapat melibatkan sesi dengan individu, atau
sesi dengan pasangan, keluarga, atau kelompok. Konselor adalah biasanya
terlatih dalam sejumlah teknik, dan dapat membantu berbagai masalah.
Beberapa konselor memiliki pelatihan spesialis di bidang tertentu seperti
masalah hubungan, masalah narkoba dan alkohol, dan pelecehan seksual.
Konseling datang dalam berbagai bentuk atau masalah yang dimiliki oleh
klien.
Pada kesempatan ini membahas kaitanya dengan peran konselor atau
terapis dalam melaksanakan terapi bicara, menganalisis terkait tingkah laku
klien, Meskipun dalam peran awalnya konselor memainkan peran utama
sebagai terapis yang kemudian mengidentifikasi perilaku konseli itu sendiri,
sebagai contoh perilaku yang mungkin tampak sangat tidak spesifik, dangkal
dan mungkin kasar. Hal yang terpenting adalah memahami terlebih dahulu
sifat-sifat klien.
Dalam jurnal Formulations in occupational therapy: Managing talk
about psychiatric outpatients’ emotional states ”Clients’ increasing
awareness of emotions and enhancing emotion regulation have been
recognized ascriticalin promoting the rapeutic change.” (Weiste, 2016. P:1
)membahas peran terapis atau konselir untuk mengarahkan klien atau
konseli seperti :
1. mengarahkan perhatian klien ke emosional, artinya terapis
atau konselor bisa mengarahkan perhatian klien untuk bisa
mengatur emosi.

38
2. mengarahkan pengalaman-pengalaman klien dan membahas
sehingga klien lebih percaya diri karena ternyata pernah
mempunyai pengalaman-pengalaman yang mengesankan
dalam diri klien.
3. Meningkatkan kesadaran emosi klien, dalam poin satu telah
disebutkan emosi artinya mengarahkan klien untuk sadar
bahwa klien itu harus bisa mengendalikan emosi.
4. meningkatkan regulasi atau pengaturan emosi yang telah
diakui sebagai hal penting dalam mempromosikan
perubahan perilaku klien, karena pada dasarnya itu
pengendalian emosi diri klien.
Tugas terapis atau konselor adalah menyesuaikan diri dengan
keadaan emosional klien, dan bisa mengarahkan klien ke perilaku yang lebih
baik lagi sebelumnya yang tujuan itu untuk mengeksplorasi pikiran,
perasaan dan perilaku klien untuk meningkatkan kesejahteraan dan
pencapaian diri klien. Sehingga klien menemukan keseimbangan yang tepat
antara keselarasan emosional.
Perhatian utama konselor dalam konseling perubahan tingkah laku
dari talk therapy adalah perilaku yang tampak, magsudnya disini perilaku
yang tampak itu sebagai salah satu perilaku dari klien itu sendiri ada sesuatu
yang ganjil atau dalam artian sesuatu yang kurang pas dalam diri klien.
Dengan alasan ini banyak masukan dari klien terkait perilakunya yang bisa
dibilang kurang etis. Namun setelah diperhatikan lebih lanjut, maka klien
akan membuka semua permasalahan dalam dirinya, sebagai seorang
konselor dengan menggunakan pendekatan dalam konseling behavioral itu
lebih cenderung peran konselor.
Langkah-langkah berikutnya itu bisa mengambil informasi dari
konseli atau klien, seperti :
1. Informasi data diri klien
Sebagai tolak ukur konselor untuk terapis ini, untuk
mengubah tingkah laku konseli/klien dalam bersikap dan
bertingkah laku didalam masyarakat.

39
2. Pengukuran obyektif sifat konseli atau klien yang akan di
terapi. setiap pertanyaan diberi pada umumnya diambil
sebagai ambang batas untuk menentukan pengobatan dalam
terapi kali ini. Terapis ditanya seberapa jauh mereka akan
bisa merubah tingkah laku konseli atau klien.
Sikap yang dimiliki oleh konselor dalam konseling perubahan
tingkah laku dari talk therapy adalah lebih menerima dan mencoba
memahami apa yang dikemukakan konseli/klien tanpa menilai dan
mengkritiknya. Artinya konselor berusaha dengan sepenuh hati untuk
menerima dengan mengutamakan azas dalam konseling dan mencoba benar
benar memahami apa dan memahami tingkah laku konseli/klien itu sendiri,
sehingga antara konselor dan juga klien akan saling terkait entah itu dari
pendekatan hatinya dan emosionalnya. Dalam proses terapi, konselor
berperan sebagai guru atau mentor yang akan menilai dan mendampingi
konseli atau klien dalam proses terapis.
Hubungan antara klien dan terapis akan berkembang bersama
berdampak besar pada seberapa banyak terapi bicara yang akan membantu
klien dalam memecahkan masalah dan membuat perubahan positif dalam
hidup klien.
Pada awalnya mungkin klien merasa sulit membicarakan kehidupan
pribadinya dengan terapis. Banyak orang yang merasa gugup saat mencoba
sesuatu yang baru. Ini membantu untuk memikirkan terapis sebagai seorang
yang peduli orang yang dapat klien percayai dan memiliki tujuan yang
objektif dilihatnya. Terapis adalah profesional terlatih yang tidak akan
menilai klien atau memberi tahu orang lain apa yang klien bicarakan.
Membuat keputusan untuk membicarakan masalah atau
kekhawatiran dan perubahan yang diinginkan dengan terapis profesional
adalah langkah yang pertama untuk menghadapi apa yang dikhawatirkan
oleh klien. Terapis dilatih untuk mendengarkan dan membantu dalam
memahami apa yang sedang terjadi dalam hidup klien. Mereka dilatih untuk
membantu klien dalam pengembangan yang baru dan keterampilan untuk

40
lebih memahami pemikiran, perasaan, atau cara menanggapi apa yang
terjadi dalam hidupnya.
Beberapa terapis akan bekerja dengan klien pada opsi untuk
perubahan yang diinginkan dalam membuat dan bagaimana membuatnya.
Klien dan terapis mungkin berasal dari budaya yang berbeda, latar belakang
atau gaya hidup yang berda juga. Klien tidak boleh berbagi hal yang sama
bahasa pertama. Terapis dan klien mungkin perlu membicarakan lebih
banyak tentang latar belakang, nilai dan keyakinan untuk memastikan
terapis maupun klien mengerti satu sama lain.
Penting untuk diingat bahwa terapi tidak akan mengubah banyak hal
dalam semalam. Klien dan terapis akan berbicara bersama dengan jelas
mengidentifikasi masalah dan menyetujui apa yang ingin klien sampaikan
pada sesi terapi. Saat klien menjadi lebih nyaman dengan satu sama lain,
akan lebih mudah untuk berbicara dan mendengarkan secara terbuka satu
sama lain, dan bekerja untuk mencapai tujuan yang telah klien sepakati.
Terapis ada untuk membantu klien dalam mewujudkan perubahan
yang inginkan klien dalam melukukan dalam semasa hidupnya. Pada
awalnya, terapi atau konselor akan berbicara dengan klien mengenai terapi
untuk memastikan harapkan-harapan apa saja yang klien dapatkan dari sesi
terapi tersebut. Terapis tidak ada di sana untuk memberi tahu apa yang harus
dilakukan atau dipecahkan dalam masalah klien untuknya. Namun, terapi
ataupun konselor akan bekerja dengan klien untuk mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam menangani masalah
klien, atau membantunya mengenali keyakinan atau perasaan yang
menghentikannya untuk mencapai tujuan klien. Dalam beberapa situasi,
terapis mungkin menawarkan nasihat. Terapis akan mendukung dan
mendorong klien, tetapi mereka mungkin juga menantang klien dan
mengajukan pertanyaan sulit untuk membantu klien melihat situasi klien
dengan cara yang berbeda.
Terapi adalah kemitraan. Seperti hubungan apa pun dengan orang
lain, terapi yang berhasil tergantung pada keterbukaan, komunikasi yang
jujur. Hubungan yang baik didasarkan pada kepercayaan, rasa hormat,

41
kesediaan untuk mendengarkan satu sama lain, dan komitmen untuk bekerja
sama meskipun ini terasa sulit. Jika klien memiliki hubungan yang baik,
maka klien dan terapis bisa melakukannya secara berbicara yang terbuka,
dan mengembangkan kepercayaan dan pengertian. Klien dan terapis akan
dapat menyetujui apa yang klien inginkan selama terapi, dan tugas serta
diskusi apa yang perlu dilakukan.
Menyepakati tujuan terapi adalah tugas penting dan mungkin
membutuhkan waktu untuk menyelesaikannya. Membina hubungan yang
baik adalah tanggung jawab itu klien dan terapis berbagi.
Tugas utama terapis adalah melakukan tindak lanjut penilaian untuk
melihat apakah ada perubahan didalam diri klien itu sendiri yang akan
bertahan lama dari waktu ke waktu, sehingga menunjukan perilaku yang
sesuai dengan yang diharapkan konselor dan konseli itu sendiri.
Penekanannya adalah untuk membantu klien mempertahankan perubahan
dari waktu ke waktu dan memperoleh keterampilan-keterampilan baru untuk
mengatasi perilaku dan kognitif sebagai mencegahan perilaku yang buru
akan kembali lagi.
Adapun batasan profesional adalah aturan yang mengatur perilaku
terapis. Aturan ini dibuat oleh profesional organisasi atau badan registrasi
yang dimiliki oleh terapis kepada, dan biasanya disebut Kode Etik. Mereka
dibuat untuk membuat Anda dan terapis tetap aman. Itu adalah terapis
tanggung jawab untuk mengelola batasan profesional, dan untuk
memberitahumu apa itu.
Secara langsung peran terapis ataupun konselor pada konseli dalam
perubahan tingkah laku dengan talk therapy, seperti ini :
1. Menyebutkan tingkah laku maladaptif
Bisa diartikan perilaku maladaptif itu perilaku yang bisa dibilang
kegagalan individu untuk mengintegrasikan aspek-aspek identitas
dirinya dan belum merasa puas dari masa kanak-kanaknya kedalam
kematangan aspek sosial terhadap masyarakat pada masa dewasa,
maka disini konselor harus benar-benar menuntun konseli atau klien
agar bisa merubah tingkah laku diri klien atau konseli agar sesuai

42
dengan pertumbuhannya didalam terapis ini, yang kemudian klien itu
diajak berbicara agar pola pikirnya bisa menyesuaikan konselor,
secara tidak langsung konseli akan bisa merubah tingkah lakunya
sendiri, dari segi emosional lebih bisa dikontrol dan aspek lainnya.
2. Memilih tujuan-tujuan yang masuk akal
Memilih disini berkaitan dengan bagaimana konseli dalam memilih
tujuan yang akan dicapai dalam terapis kali ini, pertama menanyakan
klien, seperti :
1. Apa tujuan klien atau konseli melakukan terapis
2. Dan bagaimana kedepannya setelah melakukan terapis Pasti disitu
klien akan mengungkapkan semua hal yang berkaitan dengan
tujuannya untuk hidup lebih baik lagi, mungkin seperti itu, lalu
setelah melakukan terapis klien atau konseli akan berbicara terkait
kemajuan dirinya entah mereka merasa ada sebuah pandangan untuk
hidupnya, bahkan mungkin bisa meramal masa depannya, seperti
didalam buku Secret of Mental Magic, meramal masa depan, dengan
menemukan rahasia kekuatan mental.
3. Mengarahkan dan membimbing keluarga untuk merubah tingkah laku
yang tak sesuai.
Mengarahkan disini konselor akan menuntun dan membuka pikiran
klien supaya konseli atau klien bisa membuka lebih lebar pikirannya,
kalau klien atai konseli sudah berhasil mengubah pola pikir maka
seorang konselor akan mengarahkan perilaku klien atau konseli yang
sesuai, maka dari itu langkah awal untuk mengubah perilaku klien
atau konseli yang dengan menjadikan mereka teman bicara yang
sekan-akan menjadikan mereka itu nayaman dengan diri konselor
dan juga diri sendiri, secara tidak langsung perilaku konseli atau
klien itu bisa berubah sesuai dengan kondisi lingkungannya, bisa
diambil kesimpulan lingkungan itu sangat berpengaruh terhadap
perilaku seseorang, ketika seseorang berprilaku buruk itu jangan
langsung dinilai orang itu buruk, kita lebih berfikir dalam lagi
mungkin lingkungannya atau keluarganya dan lain sebaginya, jadi

43
disamping konselor membuka pikiran konseli atau klien, konselor
juga mengajarkan konseli atau klien untuk berfikir secara mendalam
sampai ke akar-akarnya, supaya permasalahan di dalam dirinya itu
bisa diatasi, dengan bantuan konselor itu sebagai pengarah dalam
mewujudkan tingkah laku konseli atau klien itu sendiri.
Konseling dalam terapis ini untuk mengetahui tingkah laku
klien. Tujuan umum disiini seperti :
1. Untuk meninjau emosional klien
Dalam artian emosi klien harus diperhatikan supaya klien
sendiri merasa nyaman dengan dirinya sendiri, dan juga
mereka akan lebih mencintai dirinya sendiri. Didasarkan
pada perasaan atau sikap klien sendiri.
2. Kondisi mental klien
Kondisi-kondisi disini konselor memiliki pengetahuan
mendalam tentang pencegahan, diagnosis, dan penanganan
terkait masalah kesehatan mental. Selain itu, psikolog juga
dapat mencari tahu, menganalisis penyebab, dan memberikan
solusi terhadap permasalahan psikologis yang dialami
seseorang melalui perubahan sikap ataupun gaya hidupnya.
Gangguan mental seperti : Gangguan kecemasan, seperti
gangguan obsesif kompulsif atau OCD, fobia, serangan
panik, atau post traumatic stress disorder (PTSD), Gangguan
mood atau suasana hati, seperti depresi atau gangguan
bipolar, Kecanduan atau adiksi, misalnya obat obatan,
alkohol, ataupun judi, Gangguan makan, seperti anoreksia
atau bulimia, Gangguan kepribadian, seperti gangguan
kepribadian ambang, Skizofrenia atau gangguan kejiwaan
lain yang menunjukkan gangguan halusinasi atau psikosis
pada penderitanya, Fobia atau rasa takut berlebih terhadap
benda atau situasi tertentu, Konflik pasien baik dengan
pasangan, keluarga, teman, ataupun orang lain, Gangguan
psikologis terkait kejadian traumatis,

44
seperti menjadi korban kekerasan rumah tangga, pelecehan
seksual, atau bencana alam.
3. Menawarkan dukungan kepada klien
Penelitian menunjukkan bahwa dukungan-dukungan
kepada klien seperti: dukungan sosial, menerima kenyataan,
dan mendapatkan kembali kepercayaan akan masa depan
yang positif sangat membantu seseorang untuk berdamai
kepada situasi traumatis.
Jadi kesimpulannya dari beberapa hal yang sudah didapatkan dari
jurnal dan lain sebagainya, bisa disimpulkan bahwa peran konselor dalam
konseling dari talk therapy itu bisa membantu klien untuk menjadi pribadi
yang lebih baik, entah dari perubahan perilaku hingga bagaimana mengatur
emosi klien sendiri, sehingga mereka bisa benar-benar merasakan terapis ini.
6. Contoh Kasus Talk Therapy
a. Contoh Kasus 1
New York Bagi Anda yang pernah mendapati teman, rekan kerja,
maupun saudara terdekat melakukan upaya bunuh diri, usahakan untuk
mengajaknya ke psikolog atau psikiater. Para ahli di bidang kejiwaan ini
akan mengajak orang ini untuk mengobrol hingga mencurahkan hati dengan
teknik yang mereka pelajari bernama talk therapy atau terapi bicara.
Menurut studi yang dipublikasikan dalam Lancet Psychiatry ada data
menarik bahwa mereka yang pernah melakukan usaha bunuh diri lalu diajak
melakukan talk therapy berdampak jangka panjang. Hal ini diungkapkan
lewat studi dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health melihat
data dari 65.000 orang yang telah melakukan upaya bunuh diri antara 1992-
2010.Lalu, kehadiran klinik khusus menangani bunuh diri pada tahun 2002
membuat beberapa orang mendatangi klinik ini untuk mendapatkan talk
therapy selama 6-10 sesi.
Setelah 20 tahun usai sesi terapi bicara, peneliti mencari mereka
yang pernah mendapatkan sesi terapi bicara.Hasilnya tindakan usaha
menyakiti diri sendiri maupun upaya bunuh diri lebih rendah. Setelah lima

45
tahun, kembali dianalisis. Hasilnya orang yang bunuh diri berkurang sekitar
26 persen pada kelompok yang diberikan talk therapy. "Orang yang
menyakiti diri sendiri berisiko tinggi lakukan upaya bunuh diri, sehingga
pencenggahan sangat penting dilakukan.Dukungan khusus kepada mereka
harus dilakukan," seperti tulis peneliti seperti dilansir Time pada Selasa
(25/11/2014).
Seperti yang telah dijelaskan diatas dibagian pengertian bahwa terapi
berbicara sangat diperlukan bagi orang dwasa , karena orang dewasa yang
sedang mengalami permaslahan itu benar-benar susah ditebak , dimana
orang tersebut akan diam dan akan cederung menyediri , tapi tidak semua
orang orang dewasa yang sedang mengalami permasalahan juga akan seperti
itu , karena juga banyak orang dewasa yang mengalami permaslahan di
hidupnya yang bisa menerimanya , dan berusaha untuk berbicara pada orang
ain bahwa dia sedang mengalami permaslahan yang seperti ini.
Sedangkan contoh kasus yang kedua adalah contoh kasus terapi
berbicara pada anak anak. Pada kasus terapi berbicara pada anak , anak anak
yang terbiasa dengan kehidupan yang selalu sendirian yang jarang bergaul
dengan orang lain , orang – orang yang dirumahnya juga sendirian biasanya
akan memiliki maslaah maslaah yang sulit untukk dijak berbicara diamana
naak itu akan tumbuh dan erkembang menjadi anak anak yang pendiam
anak anak yang sulit diajak sosialsisa dan itu sangat membutuhkan terpi ini ,
karena aank tersebut butuh di terapi agar bisa ngobrol dan berbicara pada
orang lain , karena berbicara dengan orang lain itu sangt amat dibutuhkan
untuk perkembangan anak , anak yang tidak bisa berbicara dengan orang
lain itu akan sangat berbahaya karena ketika ada sesuatu maka dia akan
menjad stress karena tidak bisa ngobrol dengan orang lain.
Banyak kasus pelecehan seksual pada anak , pemerkosaan ,
pencabulan dan berbagai tindakan pelecahan sexsual lainya yang menimpa
anak – anak namun anak anak tersebut enggan ngomong kepeda
orangtuanya hingga bertahun-tahun karena mereka takut , guna terapi
berbicara dipermaslaahan ini juga sangat dibutuhkan karena bisa
mengungkapkan permasalahan yang dihadapi anak tersebut , terakadan saat

46
kasunya sudah di laporkan ke pihak yang berwajib jugaanak anak tersebut
masih enggan mengungkap semua kejadian karena mereka di baying
bayangin denganrasa takut , nah jika menggunakan terapi berbicara ini bisa
untuk menyebuhkan rasa takutnya dan pengungkapan apa saa yang telah
dilakukan pelaku tersebut.
b. Contoh Kasus 2
Contoh kasus penderita alexithymia.
Istilah alexithymia pertama-tama muncul untuk menggambarkan
gejala-gejala yang tampak pada banyak pasien psikosimatik yang ditangani
oleh Sifneos (1996) sebagai seseorang psikiater. Pasien-pasien ini sangat
sulit untuk diajak mendalami pengalaman emosionalnya, ceritanya terbatas
pada pengungkapan fakta-fakta tanpa penghayatan personal. Emosi yang
muncul bisa jadi sangat minim, juga bisa sangat meluap-meluap (Sifnois
1996). Namun emosi-emosi tersebut terjadi di luar kendali mereka, di luar
kesadaran mereka.
Gangguan-gangguan yang terkait dengan alexithymia antara lain
kesulitan mengolah stres dan lebih mudah prestasi (Bouchard, 2008;
Mallinckrodt dan Wei, 2005; Posse Hallstrom, Backenroth-Ohsako, 2002;
Sullivan, Camic dan Brown, 2015), masalah hubungan interpersonal
(Cordova, Gee, Warren, 2005; Karakis, dan Levant, 2012; Holder, Love,
Timoney, 2015), dan perilaku yang tidak terkontrol seperti penyalahgunaan
zat gangguan makan, dan perilaku agresif yang implusif juga (Fossati-et al,
2009) selain itu pemahaman alexythymia yang sesuai dengan konteks
budaya dapat menghindarkan praktisi dari medikalisasi terhadap kekhasan
ekspresi atau bentuk regulasi emosi yang berbeda dengan budaya asal
konstruk ini berasal. Pada budaya kolektf ekspresif emosi yang lebih datar
dan penuh inhibisi merupakan hal yang dianggap wajar, sedangkan budaya
barat lebih menekankan ekspresi emosi yang lebih vokal dan konfrontatif.
Pemahaman gaya kelekatan terkait dengan suatu gangguan juga
penting dalam asesmen klinis. Penelitian yang dilakukan Briere, Runtz,
Eadie, Bigras, Godbout (2017) menjelaskan bahwa gaya kelekatan tidak
aman menjadi salah satu faktor yang memiiki efek signifikan terhadap

47
pembentukan simtom patologis pada individu-individu yang mengalami pola
asuh orang tua yang kurang terlibat. Gaya kelekatan tidak aman menjadi
salah satu faktor yang memiliki efek signiikan terhadap pembentukan
simtom patologis pada individu-individu yang mengalamipola asuh orang
tua yang kurang terlibat. Gaya kelekatan khususnya gaya kelekatan tidak
aman, juga menjadi faktor resiko yang terkait dengan masalah kesehatan
mental dan perilaku-perilaku maladatif dalam kehidupan sehari-hari
(Beauchamp, Martineu, Gagnon, 2016; Besharat dan Shahidi, 2014;
Palitsky, Mota, Afifi, Downs dan Sreen, 2013).
Gangguan ini dapat diterapi dengan cara konsultasi untuk
mengabaikan rasa percaya dirinya saat bersosialisasi dengan melakukan
terapi itu dengan rutin. Perlahan-lahan pasien diajak berkomunikasi dan
menjalani sejumah terapi lainnya yang aman. Antara lain yaitu dengan
menggunakan talk therapy.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh terapis pada klien adalah klien
mempresentasikan kesulitan mengidentiikasi emosi dan membedakannya
dengan gejala fisiologis, mempresentasikan gaya kognitif yang terkait
dengan stimulus-stimulus eksternal.
Masalah pernikahan dan keluarga
Dunia berubah sangat cepat menuju pluralisme budaya. Bahkan
negara-negara seperti AS tidak lagi dianggap lagi sebagai tempat
bercampurdari banyak budaya. Diperkirakan sebagian besar masyarakat
akan semakin beragam di abad ke-21 (Gibson dan Mitchell, 2004). lmigrasi
terus menjadi sumber penting pertumbuhan demografis di Amerika Serikat.
Menurut Biro Sensus AS (2010) diantara 300 juta orang yang tinggal
di Amerika Serikat lebih dari 37 juta adalah kelahiran asing, mewakili 12,4
persen dari total populasi AS. Memang hal ini mengakibatkan menghadapi
berbagai budaya di bidang konseling dan terapi. Budaya diartikan sebagai
sekumpulan gagasan dan makna bersama dan ditransmisikan secara sosial
yang digunakan oleh kelompok untuk menafsirkan dan membimbing hidup
mereka.

48
Pola hubungan keluarga yang dipandang sebagai maladaptif, jika
tidak patologis di AS dan Barat. Wanita lebih memilih kedekatan,
komitmen, dan kasih sayang yang tidak memenuhi syarat, dan cenderung
mengedealkan suami mereka. Ibu di Jepang lebih cenderung berkonsultasi
dengan teman (42 persen) dibanding dengan suami(18 persen) dalam hal
mengasuh anak. Hubungan ibu anak yang dekat dan pernikahan yang tidak
romantis dengan komunikasi verbal yang ringan, dan ayah yang jauh dapat
berfungsi dengan sangat efektif dalam budaya lain (Kerr dan Bowen, 1988).
Dari perspektif Asia Timur kemerdekaan dalam arti Barat di remehkan,
karena orang yangtegas danotonom dianggap tidak dewasa dan tidak
dibudayakan (Gilbert et al.1998).
Intermarige tumbuh sangat cepat sejak tahun 1970-an. Lebih dari 50
persen orang Amerika menikah. Perbedaan budaya utama adalah bahwa
konflik perkawinan di Barat dibandingkan dengan di Timur dan Jepang jauh
lebih umum. Selain itu konflik terbuka dalam keluarga tidaklah umum.
Tingkat konflik yang rendah kurang diterima, dan langsung tidak dapat
diterima di negara-negara Islam Timur Tengah (Kiss et. Al 2015).
Ketergantungan dan emosionalitas mungkin mengkhawatirkan orang
Inggris, orang Itali mungkin khawatir tentang ketidaksetiaan kepada
keluarga: orang Yahudi tentang anak-anak mereka tidak berhasil, orang
orang porto dan Arab tentang anak yang tidak menunjukkan rasa hormat
kepada orang tua mereka.
Kesadaran kultural adalah lensa khusus yang digunakan terapis
keluarga untuk melihat realitas si pasien dan juga realitasnya sendiri.
Konseling yang responsif secara fisik harus mencakup pemahaman tentang
roie dinamika keluarga dalam kesehatan mental dan kesejahteraan. Dalam
beberapa tahun terakhir budaya telah menempati posisi utama dalam terapi
keluarga. Perkembangan ini mengubah cara banyak terapis berpikir dan
bekerja dengan keluarga. Perspektif budaya dan antropologi terkait telah
menjadi bagian dari terapi keluarga sejak awal. Banyak pelopor terapi
keluarga, seperti Gregery Bateson, John Weakland dan Jay Haley telah
menerima pelatihan profesional di bidang antropologi. Diyakini bahwa

49
budaya sebagai kode dan sistem dapat ditemukan dengan mengamati dan
berpartisipasi dalam kehidupan kelompok (Minuchin.2002). pendukung
beberapa pendekatan dalam terapi keluarga mengaburkan
ketidakseimbangan kekuatan dan mekanisme penindasan lainnya, seperti
kekerasan rutin, ditemukan dalam praktik penandaan keluarga dan
masyarakat.(Siegel,2016). Sementara mengeksplorasi dimensi budaya kunci
dapat membantu menarik keluar persamaan dan perbedaan antara klien dan
perspektif terapis, memungkinkan terapis untuk lebih memahami kompleks
pribadi dan sistem makna keluarga klien (Kerr dan Bowen, 1988).
Ketika klien minoritas terjebak dalam jaringan badan sistem yang
lebih besar dan diberi mandat untuk terapi keluarga. Terapi keluarga
sistematik yang menggabungkan beberapa iensa dan memperhatikan
konteks latar belakang sosial dapat memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang realitas klien. Pasangan antar ras sedang meningkat di Amerika
Utara dan dunia Barat, dan jumlah pasangan ras campuran meningkat dua
kali lipat setiap dekade sejak 1960 (Siegel, 2016). Salah satu asumsi utama
psikoterapi (Westerm) adalah bahwa “berbicara adalah pasien yang baik
yang disebut pekerjaan psikoanalitiknya,” terapi bicara. Tetapi budaya yang
berbeda menempatkan nilai yang berbeda pada “bicara”.
Keluarga Cina mungkin mengkomunikasikan banyak masalah
melalui makanan daripada kata-kata. Orang Itali sering menggunakan kata
kata untuk menunjukkan intensitas emosional dari ekspresi mereka. Oang
Irlandia menggunakan kata-kata bukan untuk mengatakan sebenarnya, tetapi
untuk membuat kenyataan lebih dapat ditoleansi.
Dalam budaya India Sioux, “berbicara" dalam hubungan keluarga
tertentu seperti antara ayah mertua dan menantu perempuan, tetapi
tampaknya ada rasa keintiman yang sama di antara mereka. Keintiman
seperti itu tidak dapat dipahami dalam budaya barat. Konselor dan terapis
keluarga serta semua rekan mereka perlu mengembangkan aktivitas dan
intervensi teknik untuk mengatasi bias ini.
Bahasa adalah sistem suara dan makna. Ini merupakan kode yang
memungkinkan komunikasi antara anggota kelompok dengan syarat bahwa

50
orang-orang ini mengetahui sistem ini dan mereka tahu bagaimana
mematuhi aturannya mengenai tingkat fonologis, vokal, morfologis,
sintaksis ‘ dan semantik. Masing-masing, gangguan atau disfungsi dalam
perkembangan linguistik dapat menjadi perhatian. Satu atau lebih dari
tingkatan ini, masalah perolehan informasi dan persepsi bicara atau sebagai
kelemahan ekspresi.
Kemampuan linguistik seseorang anak dapat mempengaruhi sosial,
misal: dalam hubungan dengan teman sebaya , anggota keluarga, dan
kemudian dalam lingkungan profesional dan sosial yang lebih luas. Oleh
karena itu, gangguan komunikasi dan gangguan linguistik khususnya
perkembangan akademis dan sosial dari individu tersebut. Akibatnya,
deteksi, pengakuan, dan intervensi yang tepat waktu dan valid memainkan
peran penting tidak hanya terkait dengan peningkatkan kemampuan bahasa
tetapi juga bidang perkembangan terkait lainnya.
Defisit perkembangan yang mempengaruhi persepsi bicara
meningkatkan resiko masalah linguistik dan literasi, yang dapat
menyebabkan penurunan prestasi akademik dan profesional. Oleh karena
itu, gejala dari masalah ini membutuhkan deteksi yang tepat waktu dan
penanganan segera karena dapat mempengaruhi keseimbangan emosional
seorang anak, pembelajaran dan kinerja kognitifnya, hubungan antar pribadi
dan adaptasi sosial. Kerja sama yang baik antara spesialis, keluarga dan
pendidik sangat penting dalam memecahkan masalah khusus.
Sebagai contoh kasus Fresentasi siswa tertentu menghadiri kelas 1
Sekolah Dasar, memiliki latar belakang mental yang normal dan
perkembangan psikokinetika yang khas. Juga, dia bersedia untuk
berkomunikasi: ia memiliki konsentrasi yang baik, koordinat kinetik yang
memuaskan baik dalam gerakan halus maupun kasar tanpa kesulitan dalam
mengunyah atau menelan makanan.
Namun, siswa ini menggunakan kosa kata yang terbatas, mengganti
suara dan membuat kesalahan tata bahasa dan sintaksis saat menggunakan
bahasa. Akibatnya, masalah linguistk ini menghambat kehadiran sekolah di
tingkat pembelajaran dan interaksi sosialnya dan teman-temannya. Lebih

51
jauh, diejek oleh beberapa temannya mungkinmemiliki dampak emosi
negatif pada isolasi sosial dan kurangnya kepercayaan diri didalam kelas.
Oleh karena itu sikap positif yang dimilikinya terhadap citra dirinya
berkurang siswa tersebut membutuhkan pemeriksaan dan rehabilitasi
pedagogis anak.
Perlakuan dalam kontek perencanaan persiapan pengajaran, guru
harus memastikan bahwa ia mengambil langkah-langkah organisasi
sehingga pengajaran memiliki keberhasilan yang diharapkan. Perawatan
gangguan linguistik dari siswa tertentu didasarkan pada kombinasi
terapeutik dari terapi wicara, dukungan pedagogik dan rehabilitasi, serta
dukungan psikologis dari konseling siswa dan orang tua. Selain itu kegiatan
pengajaran adalah sebagai berikut: di bidang bahasa, misal latihan
ketrampilan bahasa dengan menaklukkan tingkat mental berfikir dan bahasa
yang diinginkan, latihan ortodontik dan lain-lain.
Dalam bidang kinestetik, misalnya gerakan akustik dan visual untuk
membedakan suara, latihan untuk artikulasi yang benar, dll. Di bidang
psikososial, misal latihan meniru, ekspresi wajah ang benar, bantuan
pedagogik dan psikologis untuk meningkatkan yang dapat diterima, dll.di
idang mental, misalnya perluasan kosa kata, latihan untuk menemukan kata
yang benar dalam sebuah kalimat, latihan untuk produksi pidato di tingkat
fonologis, tata bahasa dan sintaksis. Secara keseluruhan, kegiatan tersebut
ditunjukkan untuk perawatan pedagogik tertentu bersama dengan dukungan
psikologis anak, untuk menginformasikan orang tua dan pendidik untuk
mengembangkan praktik pendidikan yang baik.
Menurut kontemporer yang penting adalah tepat waktu dan 4 open
access library journal V. Loannidi, pengakuan valid E. Samara masalah awal
segera dari pengobatan yang tepat dan sifat bulat dari gangguan intervensi
pada gangguan. Pada titik ini, filosofi inklusi dapat ditambahkan di mana
anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus atau dan disabilitas harus
mendapat prioritas di ruang kelas umum, dimana penyesuaian yang sesuai
harus dilakukan sesuai dengan 1. Lingkungan,2.

52
Pengajaran, 3.materi 4. Kurikulum sekolah 5. Penilaian, 6. Interaksi dalam
kelas dan komunitas sekolah. 7.
Dukungan dari seluruh staf,dll. Penyesuaian, kerangka terapeutik
harus ditambahkan yang disarankan untuk memasukkan aktivitas
permainan, misalnya latihan fonologis dengan kartu dan pengembangan
kreatifitas dengan cara ini, penurunan harga diri anak meningkatkan dan
meningkatkan tidak hanya sejauh menyangkut citra dirinya, tetapi juga
mengenai hubungandengan teman-temannya.
Selain itu kerjasama interdisipliner antara ahli kesehatan dan
pendidik sangat penting, karena komunikasi adalah fungsi yang melibatkan
banyak faktor yang saling bergantung dan ucapan adalah salah satu fungsi
kortikal, kognitif dan mental yang paling komplek. Singkatnya untuk
pengobatan dan intervensi pendidikan dan terapi yang efektif untuk
gangguan bicara, sangat penting untuk menggunakan pengetahuan dari
berbagai ahli atau ilmuan.

53
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Talk Therapy adalah salah satu terapi untuk merubah perilaku
seseorang. Talk therapy atau terapi bicara ini adalah terapi yang dapat
membantu permasalahan-permasalahan klien, memahami dan menjadi
positif dalam perubahan pikiran, perilaku, perasaan, hubungan maupun
kesejahteraan emosional. Berbicara mengenai pikiran, perasaan, dan
masalah-masalah klien adalah salah satu hal yang penting untuk
menghadapinya. Kebanyakan orang-orang yang melakukan talk therapy ini
mereka adalah yang tidak bisa meluapkan emosi atau masalah yang
dihadapinya. Terkadang orang-orang yang seperti ini sangat berbahaya jika
kita (lingkungan inter atau ekster) memperhatikannya. Mereka hanya
membutuhkan seorang pendengar yang mau mendengarkan keluh kesah
yang dihadapinya.
Adapun manfaat dan tujuan dari talk therapy ini adalah membantu
klien yang tidak bisa meluapkan emosi, pikiran maupun permasalahannya.
Tujuan dari talk therapy ini adalah untuk melatih berbicara dan melatih
dalam mengontrol emosi jiwanya.
Adapun teknik dalam penanganan talk therapy adalah salah satunya
yaitu self therapy. Yang dimaksud dengan self therapy adalah berbicara pada
diri sendiri. Berbicara pada diri sendiri bukan berarti seperti orang gila atau
orang tidak waras melainkan self talk ini merupakan teknik untuk
menyelesaikan masalah, pengambilan keputusan, maupun untuk menjadi
lebih percaya diri. Tanpa disadari self talk ini sering kita lakukan dan
bahkan bisa menjadi kebiasaan atau hobi. Self talk ada 2 macam yaitu self
talk positif dan negatif.
Ketika kita selalu melakukan self talk positif maka kita selalu
berperilaku atau selalu punya pikiran yang positif dalam menjalani
kehidupan. Jika sebalik, selalu berfikir negatif maka akan selalu timbul

54
permasalahan yang dihadapinya bukannya menyelesaikan masalah tetapi
membuat masalah bertambah.
B. Kritik dan Saran
Kami menyadari selama dalam proses pembuatan dan penyampaian
makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kehilafan, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kami guna
mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses
pembuatan dan penyampaian makalah. Tidak lupa terimakasih kepada dosen
pengampuh atas tugas yang diberikan kepada kami. Dan terimakasih atas
kerja sama dalam kelompok.

55
Daftar Pustaka

Borounjeni ,Shahas, Tahmaser and Banafsheh Ghaheri . 2011. The effect of


motivation self talk on reaction time .Social and Behavioral Sciences .29 :
606 – 610.

Kyeong ,Sunghyon . et al .2020. Differences in the Modulation Of Function


Connctivitity by self talktaks between people with low and high life
satification .Neouroimage . 217 : 1-12
Rvachew , Susan and Morla Folden . 2017 .Spech therapy in adolescents
with Down Syndrome in pursuit of Comunication as a fundamental human
right .International Journal Of Speech-Language Pathology. Vol : 20 (1).

Serfaty , Marc , et al. 2011 . A talking control for use in eveluantiny the
efectivaness Of cognitive – behavioral therapy . Behavior research and
Therapy .40 : 433-440.

Shaw , Chloe . et al .2016 . Inviting end-of-life talk in initial CALM therapy


sessions : A Conversation analytic study. Patient Education and Counseling
. 1-8

TePou and The Whakaaro ,Nuil -2009 A Guide To Talking Therapies in


New in Zealand . Symonds Street , Auckland , New Zeland . The national
centre of mental Health Research , Information and workforce Development
.

Widasi , Puspitsniks . 2018 . Self Talk untuk menumbuhkan kesadaran diri


penghafal Al-Qur’an di Wisma Tahfidz Nur Hidayah Pucangan kartasura.
Bimbingan dan Konseling Islam . Fakultas Ushuludin dan Dakwah . IAIN
Surakarta.

56

Anda mungkin juga menyukai