Anda di halaman 1dari 14

PERCOBAAN 5

PENGUKURAN CACAH RADIASI NUKLIR

LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Praktikum Fisika Modern
Yang dibina oleh Bapak Dr. Robi Kurniawan, M.Si.

Oleh:
SAYYIDATI ZUHROH
170322613048

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FISIKA
NOVEMBER 2019
PERCOBAAN 5
PENGUKURAN CACAH RADIASI NUKLIR

A. Tujuan
Tujuan dari percobaan pengukuran cacah radiasi nuklir yaitu supaya
mahasiswa dapat:
1. Menentukan counting rate (cacah radiasi) dari bahan radioaktif
2. Menentukan penyerapan radioaktif dari bahan pelindung

B. Dasar Teori
Radiasi adalah pancaran energy melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari
sumber radiasi (Adiwardojo, 2010). Sedangkan Radiasi nuklir adalah suatu
berkas foton yang dipancarkan dari suatu sumber yang mengalami proses
perubahan inti atom dari keadaan stabil berubah menjadi tidak stabil
(Saryono, 1991). Karena radiasi merupakan reaksi kimia yang sangat
berbahaya, maka perlu suatu alat untuk mendeteksi keberadaan atau untuk
mengetahui seberapa besar radiasi yang ada. Untuk itu, diciptakanlah detector
radiasi nuklir yang berfungsi sebagai pengubah gejala radiasi menjadi gejala
listrik sehingga mudah diamati (Sujadmoko, 2010). Tahun 1928 dua asisten
Laboratorium Rutherford, Hans Geiger dan W. Muller, berhasil menemukan
sesuatu yang disebut detector Geiger Muller (Hilyana, 2017). Prinsip kerja
dari detector GM adalah ionisasi gas. Jadi di dalam detektor GM terdapat
suatu gas, dimana gas tersebut akan terionisasi saat terdapat radiasi yang
diserap pada detector GM. Detector GM sendiri terdiri dari tabung
gelas/ebonite/logam berisi gas mulia dengan tekanan rendah. Di tengah
tabung terdapat lapisan logam silinder dan antara anoda-katoda diberi
tegangan tinggi dengan polaritas positif pada anoda. Karena itu, perlu ionisasi
yang baik antara anoda dan katoda. Peristiwa ionisasi dalam tabung tersebut
biasa disebut Avalanche.
Deteksi dari radiasi dengan intensitas yang tinggi memerlukan koreksi
dengan adanya dead time counter 𝜏. Dead time atau waktu mati adalah waktu
selama mana detector sama sekali tidak peka. Sedangkan waktu selama mana
detector memberikan pulsa dengan ukuran kurang dari harga penuhnya
disebut recovery time atau waktu pulih kembali. Bila counting rate yang
diberikan oleh counter adalah 𝑁, maka selama waktu 𝑁𝜏 counter tersebut
mengalami keadaan mati. Andaikan counting rate yang sebenarnya adalah 𝑛,
maka kehilangan count selama selang waktu 𝑁𝜏 tersebut adalah 𝑁 × 𝜏 × 𝑛.
Jadi, 𝑁 = 𝑛 − 𝑁𝜏 = 𝑛(1 − 𝑁𝜏 ), atau
𝑁
𝑛 = 1−𝑁𝜏 (1)

(Modul praktikum Elektromagnetik, 2019: 39).


Untuk N yang tinggi, maka koreksi adanya dead time (sebesar faktor
1/(1 − 𝑁𝜏)) penting untuk diperhitungkan. Koreksi ini hanya bisa
dilaksanakan bila dari counter diketahui. Dead time 𝜏 dapat ditentukan paling
mudah dengan metode dua sumber. Di dalam metode ini bila masing-masing
sumber memberikan counting rate teramati sebesar 𝑁1 dan 𝑁2 dan bila dua
sumber radiasi tersebut memberikan 𝑁12 maka 𝑛1 dan 𝑛2 masing-masing
adalah counting rate yang sebenarnya dari kedua sumber tersebut, sehingga
persamaan untuk masing-masing 𝑛1 dan 𝑛2 serta serta 𝑛1 + 𝑛2 adalah
sebagai berikut:
𝑁 𝑁 𝑁
𝑛1 = 1−𝑁1 𝜏; 𝑛2 = 1−𝑁1 𝜏, dan 𝑛1 + 𝑛2 = 1−𝑁12 dengan pendekatan, maka
1 2 12 𝜏

diperoleh hasil:
𝑁1 +𝑁2 −𝑁12
𝜏 = |𝑁 2 −𝑁 2 −𝑁 2 | (2)
12 1 2

(Modul praktikum Elektromagnetik, 2019: 40).

C. Alat dan Desain


1. Alat dan Bahan
a. Satu set GM counter beserta counter
b. Sumber radioaktif (Amersium, Barium, dan Kaos Lampu)
c. Kabel penghubung
d. Aluminium foil
e. Stopwatch
2. Desain

Gambar 1. Set up percobaan I menentukan daerah plateau

Alat Geiger-muller merupakan suatu sensor. Sumber radiasi


diletakkan di dekat alat Geiger-muller. Di dalam alat ini terdapat gas
mulia yang dapat mencacah radiasi dari sumber.

D. Prosedur Percobaan
1. Percobaan Pertama
a. Menyiapkan semua alat yang digunakan dalam praktikum,
kemudian dirangkai seperti pada gambar 1.
b. Menyalakan Geiger counter dan detektor
c. Meletakkan bahan radioaktif (Barium) tanpa pelindung di dekat
detektor
d. Mengoperasikan alat pencacah radiasi bersamaan dengan
pencatat waktu
e. Mencatat cacah radiasi selama selang waktu satu menit
f. Melakukan prosedur c – e untuk sumber radioaktif yang berbeda
yaitu amersium, kaos lampu, dan gabungan amersium serta
barium.
2. Percobaan Kedua
a. Mengatur rangkaian alat tetap seperti pada percobaan pertama
b. Meletakkan sumber radioaktif barium di dekat detektor
c. Melapisi barium dengan alumunium foil
d. Mencatat cacah radiasi selama selang waktu satu menit
e. Melakukan prosedur c-d dengan memvariasi lapisan alumunium
foil.
E. Data Pengamatan
1. Percobaan Pertama
Tabel 1. Data Pengamatan Percobaan 1 (Menentukan Counting Rate)
Cacah Radiasi / Menit (N)
No.
Barium Amersium Kaos Lampu
1 25 111 18
2 25 119 13
3 19 122 15
4 19 109 16
5 20 129 13
6 21 125 12
7 20 123 14
8 24 119 16
9 23 116 14
10 22 123 14
Sumber: diambil 2019

2. Percobaan Kedua
Tabel 2. Data Pengamatan Percobaan 2(Menentukan penyerapan radioaktif)
Cacah
No. Sumber Radioaktiv Bahan Pelindung
Radiasi/Menit
1 Barium 1 lapis Al foil 30
2 Barium 2 lapis Al foil 20
3 Barium 3 lapis Al foil 23
4 Barium 4 lapis Al foil 27
5 Amersium 1 lapis Al foil 81
6 Amersium 2 lapis Al foil 74
7 Amersium 3 lapis Al foil 74
8 Amersium 4 lapis Al foil 62
9 Barium + Amersium - 102
Sumber: diambil 2019

F. Analisis Data
1. Percobaan Pertama
Berdasarkan data pengamatan yang telah diperoleh dalam
percobaan pengukuran berulang cacah radiasi nuklir, maka dapat
dihitung nilai rata-rata cacah radiasi masing-masing sumber radioaktif
sebagai berikut
𝑛
̅ = ∑𝑖 𝑁𝑖
𝑁 (3)
𝑛

Standar deviasi rata-rata untuk nilai rata-rata masing-masing sumber


radioaktif adalah sebagai berikut
∑𝑛 ̅ 2
𝑖 (𝑁𝑖 −𝑁)
𝑆𝑁̅ = √ (4)
𝑛(𝑛−1)

Dan ralat relative untuk cacah radiasi diperoleh


𝑆𝑁
̅
𝑅𝑁̅ = ̅
× 100% (5)
𝑁

a. Cacah radiasi Barium


25 + 25 + 19 + 19 + +20 + 21 + 20 + 24 + 23 + 22
̅=
𝑁
10
̅ = 21.8/menit
𝑁
̅ = 0.363333 Bq
𝑁

∑10 (𝑁𝑖 − 21.8)2


𝑆𝑁̅ = √ 𝑖
10(10 − 1)

𝑆𝑁̅ = 0.745017/menit
𝑆𝑁̅ = 0.012417 𝐵𝑞
0.012417
𝑅𝑁̅ = × 100%
0.363333
𝑅𝑁̅ = 3.417526%
̅ = (0.363 ± 0.012)𝐵𝑞
Jadi, cacah radiasi Barium adalah 𝑁
dengan ralat relative sebesar 3.42%.

b. Cacah radiasi Amersium


111 + 119 + 122 + 109 + 129 + 125 +
̅=
𝑁 123 + 119 + 116 + 123
10
̅ = 119.6/menit
𝑁
̅ = 1.993333 Bq
𝑁
∑10
𝑖 (𝑁𝑖 − 119.6)
2
𝑆𝑁̅ = √
10(10 − 1)

𝑆𝑁̅ = 1.961858/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑆𝑁̅ = 0.032698𝐵𝑞
0.032698
𝑅𝑁̅ = × 100%
1.993333
𝑅𝑁̅ = 1.640368%
̅ = (1.99 ± 0.03)𝐵𝑞
Jadi, cacah radiasi Amersium adalah 𝑁
dengan ralat relative sebesar 1.64%.

c. Cacah radiasi Kaos Lampu


18 + 13 + 15 + 16 + 13 + 12 + 14 + 16 + 14 + 14
̅=
𝑁
10
̅ = 14.5/menit
𝑁
̅ = 0.241667 Bq
𝑁

∑10
𝑖 (𝑁𝑖 − 14.5)
2
𝑆𝑁̅ = √
10(10 − 1)

𝑆𝑁̅ = 0.562731/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑆𝑁̅ = 0.009379 𝐵𝑞
0.009379
𝑅𝑁̅ = × 100%
0.241667
𝑅𝑁̅ = 3.880960%
̅ = (0.242 ± 0.009)𝐵𝑞
Jadi, cacah radiasi Kaos lampu adalah 𝑁
dengan ralat relative sebesar 3.88%.

d. Cacah radiasi Barium + Amersium


̅ = 102/menit
𝑁
̅ = 1.7 𝐵𝑞
𝑁

Nilai dead time (𝜏) dihitung menggunakan persamaan


𝑁1 +𝑁2 −𝑁12
𝜏 = |𝑁 2 −𝑁 2 −𝑁 2 | (6)
12 1 2
dengan 𝑁1 = cacah radiasi untuk Barium, 𝑁2 = cacah radiasi untuk
Amersium, dan 𝑁12 = cacah radiasi untuk Barium-Amersium.
(0.363333 + 1.993333 − 1.7)𝐵𝑞
𝜏=| |
(1.72 − 0.3633332 − 1.9933332 )𝐵𝑞 2
𝜏 = 0.540294 detik

Ketidakpastian dead time (𝜏) adalah


𝜕𝜏 2 𝜕𝜏 2 𝜕𝜏 2
𝑆𝜏 = √|𝜕𝑁 ∙ 𝑆𝑁̅1 | + |𝜕𝑁 ∙ 𝑆𝑁̅2 | + |𝜕𝑁 ∙ 𝑆𝑁̅1,2 | (7)
1 2 12

2
𝑁12 2 −𝑁2 2 +𝑁1 2 +2𝑁1 𝑁2 +2𝑁1 𝑁12
| 2 ∙ 𝑆𝑁̅1 |
(𝑁12 −𝑁1 2 −𝑁2 2 )2
2
𝑁12 2 +𝑁2 2 −𝑁1 2 +2𝑁1 𝑁2 +2𝑁2 𝑁12
𝑆𝜏 = +| ∙ 𝑆𝑁̅2 | (8)
(𝑁12 2 −𝑁1 2 −𝑁2 2 )2
2
−𝑁12 2 −𝑁2 2 −𝑁1 2 −2𝑁1 𝑁1,2 −2𝑁2 𝑁12
+| ∙ 𝑆𝑁̅1,2 |
√ (𝑁12 2 −𝑁1 2 −𝑁2 2 )2

1.72 −(1.993333)2 +(0.363333)2 +2(0.363333)(1.993333 )+2(0.363333)(1.7) 2


| ∙ 0.012417|
(1.72 −(0.3633)2 −(1.9933)2 )2
1.72 +(1.993333)2 −(0.363333)2 +2(0.363333)(1.993333)+2(1.993333)(1.7) 2
𝑆𝜏 = + | ∙ 0.032698|
(1.72 −(0.363333)2 −(1.993333)2 )2
−1.72 −1.9933332 −(0.363333)2 −2(0.363333)(1.7)−2(1.993333)(1.7) 2
+| ∙ 0|
√ (1.72 −(0.363333)2 −(1.993333)2 )2

𝑆𝜏 = 0.331407𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Dan ralat relatifnya diperoleh


𝑆𝜏
𝑅𝜏 = × 100% (9)
𝜏
0.331407
𝑅𝜏 = × 100%
0.540294
𝑅𝜏 = 61.338271 %
Jadi, nilai dead time 𝜏 = (0.54 ± 0.33)𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 dengan ralat relative
sebesar 61%.

Nilai dead time 𝜏 digunakan untuk menentukan nilai cacah radiasi


sebenarnya dengan persamaan
̅
𝑁
𝑛 = 1−𝑁̅𝜏 (10)

Sehingga ketidakpastian dari cacah radiasi sebenarnya adalah


𝜕𝑛 2 𝜕𝑛 2
𝑆𝑛 = √|𝜕𝑁̅ ∙ 𝑆𝑁̅ | + | 𝜕𝜏 ∙ 𝑆𝜏 | (11)

1 2 ̅2
−𝑁 2
𝑆𝑛 = √|(1−𝑁̅𝜏)2 ∙ 𝑆𝑁̅ | + |(1−𝑁̅𝜏)2 ∙ 𝑆𝜏 | (12)

Dan ralat relative diperoleh dari


𝑆𝑛
𝑅𝑛 = × 100% (13)
𝑛

a. Cacah radiasi Barium sebenarnya


0.363333
𝑛=
1 − (0.363333)(0.540294)
𝑛 = 0.452079𝐵𝑞
2
1
| 2 ∙ 0.012417|
𝑆𝑛 = (1 − (0.363333)(0.540294))
2
−(0.363333)2
+| 2
∙ 0.331407|
√ (1 − (0.363333)(0.540294))
𝑆𝑛 = 0.070407𝐵𝑞
0.070407
𝑅𝑛 = × 100%
0.452079
𝑅𝑛 = 15.574047%
Jadi, cacah radiasi Barium sebenarnya adalah 𝑛 = (0.45 ±
0.07)𝐵𝑞 dengan ralat relative sebesar 16%.

b. Cacah radiasi Amersium sebenarnya


1.993333
𝑛=
1 − (1.993333)(0.540294)
𝑛 = 3.070319𝐵𝑞
2
1
| 2 ∙ 0.032698|
𝑆𝑛 = (1 − (1.993333)(0.540294))
2
−(1.993333)2
+| 2
∙ 0.331407|
√ (1 − (1.993333)(0.540294))
𝑆𝑛 = 0.233326 𝐵𝑞
0.233326
𝑅𝑛 = × 100%
3.070319
𝑅𝑛 = 7.599406%
Jadi, cacah radiasi Amersium sebenarnya adalah 𝑛 = (3.07 ±
0.23)𝐵𝑞 dengan ralat relative sebesar 7.60%.

c. Cacah radiasi Kaos Lampu sebenarnya


0.241667
𝑛=
1 − (0.241667)(0.540294)
𝑛 = 0.277961 𝐵𝑞
2
1
| 2 ∙ 0.009379 |
𝑆𝑛 = (1 − (0.2417)(0.540294))
2
−(0.241667)2
+| 2
∙ 0.331407|
√ (1 − (0.241667)(0.540294))
𝑆𝑛 = 0.028453𝐵𝑞
0.028453
𝑅𝑛 = × 100%
0.277961
𝑅𝑛 = 10.236328%
Jadi, cacah radiasi kaos lampu sebenarnya adalah 𝑛 = (0.28 ±
0.03)𝐵𝑞 dengan ralat relative sebesar 10%.

2. Percobaan Kedua
Berdasarkan data pengamatan yang didapatkan pada percobaan 2,
yaitu untuk menentukan penyerapan radioaktif, dapat diformulasikan
ke dalam grafik hubungan antara tebal pelindung dengan cacah radiasi
bahan radioaktif sebagai berikut.
Grafik Hubungan antara Tebal Pelindung dengan
Cacah Radiasi/menit Barium dan Amersium
90
80
70
Cacah radiasi/menit

60 y = -5.7x + 87
R² = 0.8699
50
40
30
20
y = -0.6x + 26.5
10 R² = 0.031
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Tebal pelindung (lapis)

Cacah radiasi/menit Barium Cacah radiasi/menit Amersium


Linear (Cacah radiasi/menit Barium) Linear (Cacah radiasi/menit Amersium)

Gambar 2. Grafik Hubungan antara Tebal Pelindung dengan Cacah Radiasi/menit Barium
dan Amerisum

G. Pembahasan
Percobaan pertama untuk menentukan counting rate bahan radioaktif
pada percobaan pertama, dapat dilakukan secara berulang dengan detector
Geiger-Muller selama masing-masing 1 menit. Berdasarkan analisis data
̅ = (0.363 ± 0.012)𝐵𝑞
didapatkan hasil untuk cacah radiasi Barium adalah 𝑁
̅=
dengan ralat relative sebesar 3.42%, cacah radiasi Amersium adalah 𝑁
(1.99 ± 0.03)𝐵𝑞 dengan ralat relative sebesar 1.64%, dan cacah radiasi
̅ = (0.242 ± 0.009)𝐵𝑞 dengan ralat relative sebesar
Kaos lampu adalah 𝑁
3.88%. Namun, deteksi dari radiasi dengan intensitas yang tinggi, dalam hal
ini detector Geiger-Muller, memerlukan koreksi dengan adanya dead time
counter 𝜏. Dengan pengukuran cacah radiasi Barium + Amersium sebesar
̅ = 1.7 𝐵𝑞, diperoleh nilai dead time 𝜏 = (0.54 ± 0.33)𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 dengan ralat
𝑁
relative sebesar 61%. Dari koreksi dead time tersebut, sehingga didapatkan
besar cacah radiasi sebenarnya untuk bahan radioaktif Barium adalah 𝑛 =
(0.45 ± 0.07)𝐵𝑞 dengan ralat relative sebesar 16%, Amersium adalah 𝑛 =
(3.07 ± 0.23)𝐵𝑞 dengan ralat relative sebesar 7.60%, dan kaos lampu adalah
𝑛 = (0.28 ± 0.03)𝐵𝑞 dengan ralat relative sebesar 10%.
Percobaan kedua untuk menentukan penyerapan radioaktif dapat
dilakukan dengan memberi bahan pelindung berupa alumunium foil dengan
variasi ketebalan 1 sampai 4 lapis. Data yang diperoleh pada percobaan kedua
dapat diformulasikan ke dalam grafik hubungan antara tebal pelindung dan
cacah radiasi seperti gambar 2. Dengan interpretasi grafik tersebut dapat
diketahui bahwa tebal pelindung berbanding terbalik dengan cacah radiasi
bahan radioaktif yang ditunjukkan besar gradien grafik keduanya yang
bernilai negative, meskipun pada grafik untuk bahan Barium terlihat turun-
naik. Jika suatu bahan radioaktif diberi pelindung, maka radiasi bahan
radioaktif akan diserap oleh bahan pelindung tersebut. Maka semakin tebal
pelindung, radiasi yang terserap akan semakin banyak, dan radiasi yang
terpancarkan akan semakin sedikit. Sehingga hasil percobaan kedua ini sesuai
dengan konsep.
Hasil analisis data pada percobaan pertama didapatkan ralat yang cukup
besar. Sedangkan pada percobaan kedua terutama grafik untuk Barium
terlihat turun-naik, yang seharusnya selalu turun seperti grafik untuk
Amersium. Hal ini dimungkinkan ada sesuatu yang menggangu ketika
melakukan pengukuran, seperti adanya radiasi benda lain yang ada pada
tempat melakukan percobaan sehingga radiasi benda lain tersebut terdeteksi
juga pada detector Geiger-Muller, misalnya handphone, bahan radioaktif
lain, atau penggunaan bahan pelindung yang berulang pada percobaan kedua,
dan sebagainya. Penggunaan bahan pelindung yang berulang-ulang dirasa
adalah suatu kesalahan, karena bahan pelindung dapat menyerap bahan
radioaktif. Sehingga ketika melakukan pengukuran dengan bahan pelindung,
terdapat bahan radioaktif yang tersimpan di dalam bahan pelindung.
Akibatnya bahan pelindung tidak dapat menyerap bahan radiaktif lagi dan
seakan-akan bahan pelindung kurang berfungsi dengan baik, cacah radiasi
yang terdeteksi oleh detector pun kurang sesuai.
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang telah disebutkan di atas,
sebaiknya untuk melakukan percobaan pengukuran cacah radioaktif dan
penyerapan bahan pelindung dilakukan pada tempat tersendiri dan tertutup
serta terbebas dari benda/bahan lain yang dapat memancarkan radiasi
sehingga hanya radiasi bahan radioaktif yang diuji yang terdeteksi oleh
detector Geiger-Muller. Selain itu, Aluminium foil yang digunakan sebagai
pelindung disarankan untuk tidak digunakan berulang-ulang. Jadi harus
digunakan Aluminium foil baru setiap kali melakukan percobaan ini.

H. Tugas
1. Hitung rata-rata cacah radiasi 𝑁1 dan 𝑁2 serta 𝑁12 nyatakan dalam
satuan radioaktivitas.
Telah disajikan dalam analisis data.
2. Hitung Dead Time 𝜏 (waktu mati) beserta ralatnya.
Telah disajikan dalam analisis data.
3. Tentukan cacah radiasi yang sebenarnya 𝑛 dari kedua bahan radioaktif,
yaitu Barium dan Amersium nyatakan dalam satuan radoiaktivitas.
Telah disajikan dalam analisis data.
4. Buat hubungan antara tebalnya pelindung dengan cacah radiasi.
Telah disajikan dalam analisis data

I. Kesimpulan
Radiasi bahan radioaktif dapat diukur dengan parameter besaran cacah
radiasi. Besar cacah radiasi sebenarnya untuk bahan radioaktif Barium adalah
𝑛 = (0.45 ± 0.07)𝐵𝑞 dengan ralat relative sebesar 16%, Amersium adalah
𝑛 = (3.07 ± 0.23)𝐵𝑞 dengan ralat relative sebesar 7.60%, dan kaos lampu
adalah 𝑛 = (0.28 ± 0.03)𝐵𝑞 dengan ralat relative sebesar 10%.
Bahan pelindung yang digunakan untuk melindungi Barium dan
Amersium adalah aluminium foil. Alumunium foil dapat menyerap sebagian
pancaran radiasi dari bahan radiasktif tersebut. Semakin tebal bahan
pelindung, maka radiasi yang terserap akan semakin banyak, sehingga
semakin kecil nilai cacah radiasinya.
J. Daftar Rujukan
Adiwardojo, dkk. 2010. Fakta Seputar Radiasi. Jakarta: PDIN-BATAN.
Hilyana, F. S. 2017. Penentu Tegangan Operasional pada Detektor Geiger
Muller dengan perbedaan Jari-Jari Window Detektor. Jurnal
SIMETRIS, Vol 8 No 1 April 2017, ISSN: 2252-4983.
Saryono. 1991. Pembuatan Detektor Geiger-Muller Tipe Jendela Samping
dengan Gas Isian Neon dan Brommine. Batan. Yogyakarta.
Sujadmoko. 2010. Rancang Bangun Detektor Geiger Mueller. Skripsi
FMIPA Universitas Sanata Dharma.
Tim Praktikum Fisika Modern. 2019. Modul Praktikum Fisika Modern.
Malang : Jurusan Fisika FMIPA UM.

Anda mungkin juga menyukai