• Dan tidak benar, Bukan Berasal dari Islam. Jika dikatakan bahwa Islamlah
yang mula-mula membawa sistem poligami. Sebenarnya
sistem poligami ini hingga dewasa ini masih tetap terbesar pada beberapa
bangsa yang tidak beragama Islam, seperti penduduk asli Afrika,
Hindu, India, Cina dan Jepang.
• Saat Islam datang, Rasulullah Saw. membatasi poligami sampai
empat orang isteri. Sebelum adanya pembatasan ini para sahabat
sudah banyak yang mempraktikkan poligami melebihi dari empat
isteri, seperti lima isteri, sepuluh isteri, bahkan lebih dari itu.
Mereka melakukan hal itu sebelum mereka memeluk Islam,
seperti yang dialami oleh Qais bin al-Harits. Ia berkata: “Aku
masuk Islam dan aku mempunyai delapan isteri, lalu aku datang
kepada Nabi Saw. dan menyampaikan hal itu kepada beliau lalu
beliau berkata: “Pilih dari mereka empat orang.” (HR. Ibnu Majah).
Hal ini juga dialami oleh Ghailan bin Salamah al-Tsaqafi ketika
memeluk Islam. Ia memiliki sepuluh isteri pada masa Jahiliah
yang semuanya juga memeluk Islam. Maka Nabi Saw.
menyuruhnya untuk memilih empat orang dari sepuluh isterinya
(HR. al-Tirmidzi)
• Nabi-nabi sebelum Muhammad juga banyak yang melakukan
poligami, seperti Nabi Daud a.s., Nabi Sulaiman a.s., dan begitu
juga umatumatnya
PENGERTIAN
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau
empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.
Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”
Sebagaimana Allah swt. berfirman dalam surat
An-Nisaa’ ayat 129 yang berbunyi:
Artinya:
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (mu),
walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu
terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang
lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan
memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. [129]
HUKUM POLIGAMI
Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
Yang menyebutkan bahwaseorang suami boleh
melakukan perkawinan dengan wanita lain jika memenuhi
syarat- syarat yang ditentukan pada
Pasal 4
(2) Pengadilan dimaksud ayat (1) pasal ini hanya memberi
ijin ke pada seorang suami yang akan beristeri lebih dari
seorang apabila:
a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai
isteri.
b. Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak
dapat disembuhkan.
c. Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.
SYARAT POLIGAMI
• Berlaku adil
pada istri
1. QS. An-Nisa : 3
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang
saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya.”
2. QS. An-Nisa : 129
“Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (mu),
walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kanu
terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu
biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan
perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sungguh, Allah
Maha Pengampun,Maha Penyayang.”
PRO KONTRA POLIGAMI
a. Kontra = Kelompok yang melarang poligami
Menurut aktivis feminisme, legalitas poligami dalam
agama hanya akan mendorong martabat kaum hawa
semakin terperosok kebelakang. Bahkan, menurut
mereka merebaknya poligami semakin menguatkan
asumsi publik bahwa wanita hanya selalu dijadikan
alat pelampiasan nafsu belaka oleh kaum adam.
nterjadinya
Jakarta,23/8 (Pinmas) - Pemerintah membantah anggapan
bahwa poligami dilakukan untuk menghindari
perceraian. Dalam sidang uji materiil UU No 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK),
Jakarta, Kamis, Pemerintah yang diwakili oleh Dirjen
BIMAS Islam Departemen Agama, Nasyaruddin Umar,
menyajikan data yang menunjukkan poligami justru
menjadi salah satu penyebab utama perceraian.
Menurut catatan dari Pengadilan Agama di seluruh Indonesia,
pada 2004, menurut Nasyaruddin, terjadi 813 perceraian akibat
poligami.Pada 2005, angka itu naik menjadi 879 dan pada 2006
melonjak menjadi 983. "Data-data ini menunjukkan, poligami
justru melanggengkan dan menyebabkan perceraian. Poligami
jadi penyebab utama bubarnya suatu perkawinan," kata
Nasyaruddin.
TABEL KEADAAN PERKARA TINGKAT PERTAMA
BERDASARKAN JENIS PERKARA TAHUN 2018