TINJAUAN PUSTAKA
9
10
hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang
lain. Mengalami sendiri merupakan kunci untuk kebermaknaan (Trianto, 2011: 69)
Prinsip utama yang dikembangkan dalam pemelajaran terpadu adalah
Developmentally Appropriate Practice (DAP). DAP menyatakan bahwa pembelajaran
harus disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu yang meliputi
perkembangan kognisi, emosi, minat, dan akat. Siswa kelas III SLTA (SMA/MA),
yang berusia rata-rata 11 sampai 18 tahun (tahap operasi normal) sesuai
perkembangan kognitif Piaget, telah memiliki kemampuan pemikiran abstrak sehingga
dapat dirancang pembelajaran yang memberikan siswa memecahkan masalah melalui
kegiatan eksperimentasi. (Trianto, 2011: 69-70)
Pembelajaran terpadu dilandasi oleh landasan normative dan landasan praktis.
Landasan normatif menghendaki bahwa pembelajaran terpadu hendaknya
dilaksanakan berdasarkan gambaran ideal yang ingin dicapai oleh tujuan-tujuan
pembelajaran. Sedangkan landasan praktis, mengharapkan bahwa pembelajaran
terpadu dilaksanakan dengan memerhatikan situasi dan kondisi praktis yang
berpengaruh terhadap kemungkinan pelaksanaannya mencapai hasil yang optimal.
(Trianto, 2011: 70)
B. Pembelajaran Sains Terpadu Tipe Nested (Tersarang)
Fogarty (1991: 1) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu ada 10 tipe yang
penerapannya bisa dilakukan pada satu disiplin ilmu, multi disiplin ilmu maupun
gabungan dari keduanya. Pembelajaran terpadu yang diterapkan pada satu disiplin
ilmu adalah tipe fragmented, connected, dan nested. Model yang diterapkan pada multi
disiplin ilmu adalah tipe sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, dan yang
diterapkan pada satu ataupun dua disiplin ilmu adalah immersed dan networked. Tabel
2.1 menunjukkan perbedaan antara model pembelajaran terpadu yang diterapkan
dalam satu disiplin ilmu.
Tabel 2.1 Ragam Model Pembelajaran Terpadu
Nama Model Deskripsi Kelebihan Kekurangan
Fragmented Berbagai Adanya kejelasan Keterhubungan
(Terpisah) disiplin ilmu dan pandangan yang menjadi tidak jelas;
yang berbeda terpisah dalam suatu lebih sedikit transfer
dan saling mata pelajaran pembelajaran
terpisah.
Connected Topik-topik Konsep-konsep Disiplin-disiplin ilmu
11
Tabel 2.1 Ragam Model Pembelajaran Terpadu (lanjutan)
Chart (organizing
DNA
(content)
C. Literasi Sains
Literasi sains terbentuk dari 2 kata, yaitu literasi dan sains. Toharudin (2011: 1)
mengatakan bahwa literasi sains berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa latin,
yaitu literatus yang artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau berpendidikan
dan scientia yang artinya memiliki pengetahuan. C.E de Boer (1991) dalam Toharudin
(2011: 1) mengatakan bahwa orang pertama yang menggunakan istilah literasi sains
adalah Paul de Hart Hurt dari Stanford University. Literasi sains berarti memahami
sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan hidup di masyarakat. Definisi tersebut
sejalan dengan definisi dari literasi sains dalam PISA 2003 dalam (Hayat, 2010: 315)
yang menyatakan bahwa literasi sains didefinisikan sebagai kapasitas untuk
menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pernyataan, dan menarik
kesimpulan berdasarkan fakta dalam rangka memahami alam semesta dan perubahan
yang terjadi karena aktivitas manusia.
Literasi sains menurut PISA 2012, menyatakan bahwa literasi sains mengacu pada
pengetahuan ilmiah dimana pengetahuan ilmiah ini dibagi menjadi knowledge of
science (pengetahuan sains) dan knowledge about science (pengetahuan tentang sains).
Pengetahuan sains mengacu pada pengetahuan tentang alam di bidang utama, yaitu
fisika, kimia, biologi, ilmu bumi dan ruang angkasa, dan teknologi berbasis ilmu
pengetahuan. Pengetahuan tentang sains mengacu pada pengetahuan tentang cara
“penyelidikan ilmiah” dan tujuan dari “penjelasan ilmiah” dalam sains (OECD, 2013:
99).
National Science Teacher Assosiation (1971) dalam Toharudin (2011: 1)
mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki literasi sains adalah orang yang
menggunakan konsep sains, mempunyai keterampilan proses sains untuk dapat
menilai dalam membuat keputusan sehari-hari kalau ia berhubungan dengan orang
lain, lingkungannya, serta memahami interaksi antara sains, teknologi, dan
masyarakat, termasuk perkembangan sosial dan ekonomi.
Orang dewasa harus literat IPA untuk mampu memenuhi kebutuhan pribadi,
pekerjaan, dan partisipasinya dalam kehidupan masyarakat. Seorang yang literat IPA
memiliki pengetahuan dan pemahaman konsep fundamental IPA, keterampilan
melakukan proses penyelidikan IPA, serta menerapkan pengetahuan, pemahaman serta
keterampilan tersebut dalam berbagai konteks yang luas. (Hayat, 2010: 49)
PISA memandang anak umur 15 tahun harus literat IPA dalam arti yang luas,
bukan sekedar memahami pengetahuan IPA, melainkan juga proses IPA, serta
14
PISA 2012 mengatakan bahwa untuk dapat menjawab pertanyaan berupa soal
tes, memerlukan “kompetensi” ilmiah dalam “konteks” yang melibatkan penerapan
“pengetahuan” ilmiah. Gambar 2.2 merupakan bagan mengenai komponen dasar dari
kerangka PISA yang digunakan dalam penilaian kemampuan literasi sains siswa.
Konteks digunakan sebagai titik awal untuk membuat penilaian, yang akan berfungsi
sebagai bahan stimulus, kompetensi ilmiah diperlukan untuk menanggapi pertanyaan
atau masalah, dan pengetahuan ilmiah sebagai pusat latihan.
2. Kompetensi
Kompetensi sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab
suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan
menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan. PISA 2012 menetapkan
komponen kompetensi sains dalam penilaian literasi sains seperti yang ditunjukkan
oleh tabel 2.4 berikut ini.
Tabel 2.4 Kategori Kompetensi Sains PISA 2012
Mengidentifikasi isu-isu ilmiah
• Mengenal pertanyaan yang mungkin diselidiki secara ilmiah
• Mengidentifikasi kata-kata kunci untuk mencari informasi ilmiah
• Mengenal fitur-fitur (ciri khas) penyelidikan ilmiah
Menjelaskan fenomena ilmiah
• Mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan
• Mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan memprediksikan
perubahan
• Mengidentifikasi deskripsi, explanasi, dan prediksi yang sesuai
Menggunakan bukti ilmiah
• Menafsirkan bukti ilmiah dan membuat serta mengomunikasikan
kesimpulan
• Mengidentifikasi asumsi-asumsi, bukti dan alasan di balik kesimpulan
• Merefleksikan perkembangan implikasi sosial, sains, dan teknologi
(OECD, 2013: 107)
3. Pengetahuan
Pengetahuan sains merujuk kepada konsep-konsep kunci dari sains yang
diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang terjadi akibat
aktivitas manusia. PISA secara khusus membatasi cakupan pengetahuan. Dalam
PISA hanya pada pengetahuan yang menjadi materi kurikulum IPA di sekolah.
PISA 2012 bertujuan mendeskripsikan seberapa jauh siswa mampu
mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks yang terkait kehidupannya, dan soal-
soal PISA hanya mencakup sampel pengetahuan sains, maka PISA menentukan
kriteria pemilihan pengetahuan sains sebagai berikut.
• Relevan dengan situasi kehidupan nyata.
• Merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang.
18
4. Sikap
Sikap individu terhadap ilmu pengetahuan memainkan peran penting dalam
minat dan tanggapan mereka terhadap ilmu, umunya mengenai pengetahuan dan
teknologi dan secara khusus untuk menyelidiki isu dan fenomena alam. Tujuan
dari pendidikan sains bagi siswa adalah untuk mengembangkan sikap yang
memungkinkan mereka untuk menyelidiki isu-isu ilmiah dan menerapkan
pengetahuan ilmiah dan teknologi untuk kegunaan bagi pribadi, sosial, dan
masyarakat. PISA memperhatikan sikap terhadap ilmu pengetahuan didasarkan
pada keyakinan bahwa literasi sains seseorang mencakup sikap, keyakinan,
orientasi motivasi, rasa efektivitas diri, nilai-nilai, dan tindakan. (OECD, 2013:
110)
infiltras Laut
Air tanah
b. Daur Karbon
Unsur karbon terdapat di atmorfer dalam bentuk senyawa karbon
anorganik, yaitu karbon dioksida (CO2). Senyawa anorganik CO2, baik di darat
maupun di air akan diubah oleh produsen menjadi senyawa karbon organic
melalui proses fotosintesis, disertai penyimpanan energy yang berasal dari
radiasi cahaya matahari. Energy yang tersimpan di dalam tubuh produsen
bersama dengan senyawa karbon organic yang disebut energi biokimia.
23
Berikatan Respirasi
Respirasi Fotosintesis
dengan
Ca2+
Tumbuhan Hewan
Dimakan
Bikarbonat
Reduksi
Organisme Oksidasi oleh
laut oleh bakteri
bakteri
SO
Batu bara
Minyak bumi
Batuan sulfit
energy pada tumbuhan hijau, wujud zat serta perubahan fisika dan kimia. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran IPA terpadu dapat
mempengaruhi literasi sains siswa.
Febrian Andi Marta (2013) mengenai analisis literasi sains siswa SMP dalam
pembelajaran IPA terpadu pada tema efek rumah kaca. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa literasi sains siswa pada aspek konten, konteks dan kompetensi
secara keseluruhan tergolong kategori sedang.
Yeni Suryani (2014) mengenai penerapan pembelajaran berbasis masalah dalam
pembelajaran IPA terpadu tipe nested pada tema pemcemaran untuk meningkatkan
penguasaan konsep dan keterampilan pemecahan masalah siswa. Hasil penelitian ini
menunjukkan implementasi pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran IPA
terpadu tipe nested pada tema pencemaran adalah ketercapaian penguasaan konsep
siswa pada kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada
kelas tanpa menerapkan pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran IPA
terpadu tipe nested pada tema pencemaran. Penguasaan konsep kedua kelas berbeda
secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%.
Ambar Pangaribowosakti (2014) mengenai implementasi pembelajaran terpadu tipe
shared untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa
SMK pada topik limbah di lingkungan kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran tipe shared dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan motivasi belajar siswa secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang
mendapatkan pembelajaran direct instruction. Keseluruhan siswa menanggapi positif
penerapan pembelajaran terpadu tipe shared pada topik limbah di lingkungan kerja.
Siti Rahmawati (2010) mengenai pengembangan model pembelajaran terpadu
connected untuk meningkatkan literasi sains siswa pada mata pelajaran IPA SMP.
Hasil pengembangan pembelajaran IPA terpadu model connected dapat dikatakan
berhasil meningkatkan literasi sains siswa dan telah efektif digunakan. Indikator
meningkatnya literasi sains siswa dalam pembelajaran, yaitu terjadinya peningkatan
aktivitas dan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA, terdapat peningktan
yang signifikan mengenai pemahaman siswa yang terlihat dari hasil posttest seriap
siklus yang merupakan gambaran dari literasi sains siswa.
Perbedaan penelitiaan saya dengan penelitian terdahulu adalah variabel x nya
dimana penelitian terdahulu menggunakan pembelajaran terpadu tipe connected dan
shared, sedangkan penelitian saya menggunakan pembelajaran terpadu tipe nested.
26