Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Pembelajaran IPA


Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar
melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Wahidin (2006: 22)
mengatakan bahwa di dalam sains, terdapat tiga unsur utama, yaitu sikap, proses atau
metodologi, dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan.
Carin dan Sund (1993) dalam dalam Sulistyowati (2014: 24) mendefinisikan IPA
sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum, dan
berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. IPA memiliki empat unsur
utama, yaitu sikap, dimana IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda,
fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat. Persoalan IPA dapat
dipecahkan dengan menggunakan prosedur yang bersifat open ended; proses, dimana
proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur yang runtut dan
sistematis melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis,
perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan; produk, dimana IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori,
dan hukum; dan aplikasi dimana penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari.
Penelitian-penelitian pendidikan sains mengungkapkan bahwa belajar sains
merupakan suatu proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif siswa
(Inhelder & Piaget, 1958, Piaget, 1964, dalam Wilis Dahar, 2011: 152). Pembelajaran
terpadu dikembangkan dengan landasan pemikiran progresivisme, konstruktivisme,
Developmentally Appropriate Practice (DAP), landasan normatif, dan landasan praktis
(Depdikbud, 1996:5 dalam Trianto 2011: 69). Aliran progresivisme menyatakan
bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung secara alami, tidak artificial.
Pembelajaran di sekolah tidak seperti keadaan dalam dunia nyata sehingga tidak
memberikan makna kepada kebanyakan siswa.
Pembelajaran terpadu juga dikembangkan menurut paham konstruktivisme yang
menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman
merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Belajar bermakna tidak akan terwujud

9
10

hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang
lain. Mengalami sendiri merupakan kunci untuk kebermaknaan (Trianto, 2011: 69)
Prinsip utama yang dikembangkan dalam pemelajaran terpadu adalah
Developmentally Appropriate Practice (DAP). DAP menyatakan bahwa pembelajaran
harus disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu yang meliputi
perkembangan kognisi, emosi, minat, dan akat. Siswa kelas III SLTA (SMA/MA),
yang berusia rata-rata 11 sampai 18 tahun (tahap operasi normal) sesuai
perkembangan kognitif Piaget, telah memiliki kemampuan pemikiran abstrak sehingga
dapat dirancang pembelajaran yang memberikan siswa memecahkan masalah melalui
kegiatan eksperimentasi. (Trianto, 2011: 69-70)
Pembelajaran terpadu dilandasi oleh landasan normative dan landasan praktis.
Landasan normatif menghendaki bahwa pembelajaran terpadu hendaknya
dilaksanakan berdasarkan gambaran ideal yang ingin dicapai oleh tujuan-tujuan
pembelajaran. Sedangkan landasan praktis, mengharapkan bahwa pembelajaran
terpadu dilaksanakan dengan memerhatikan situasi dan kondisi praktis yang
berpengaruh terhadap kemungkinan pelaksanaannya mencapai hasil yang optimal.
(Trianto, 2011: 70)
B. Pembelajaran Sains Terpadu Tipe Nested (Tersarang)
Fogarty (1991: 1) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu ada 10 tipe yang
penerapannya bisa dilakukan pada satu disiplin ilmu, multi disiplin ilmu maupun
gabungan dari keduanya. Pembelajaran terpadu yang diterapkan pada satu disiplin
ilmu adalah tipe fragmented, connected, dan nested. Model yang diterapkan pada multi
disiplin ilmu adalah tipe sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, dan yang
diterapkan pada satu ataupun dua disiplin ilmu adalah immersed dan networked. Tabel
2.1 menunjukkan perbedaan antara model pembelajaran terpadu yang diterapkan
dalam satu disiplin ilmu.
Tabel 2.1 Ragam Model Pembelajaran Terpadu
Nama Model Deskripsi Kelebihan Kekurangan
Fragmented Berbagai Adanya kejelasan Keterhubungan
(Terpisah) disiplin ilmu dan pandangan yang menjadi tidak jelas;
yang berbeda terpisah dalam suatu lebih sedikit transfer
dan saling mata pelajaran pembelajaran
terpisah.
Connected Topik-topik Konsep-konsep Disiplin-disiplin ilmu
11
Tabel 2.1 Ragam Model Pembelajaran Terpadu (lanjutan)

Nama Model Deskripsi Kelebihan Kekurangan


(Keterkaitan) dalam satu utama saling tidak berkaitan;
disiplin ilmu terhubung, mengarah konten tetap terfokus
berhubungan pada pengulangan pada satu disiplin
satu sama lain. (review), ilmu
rekonseptualisasi,
dan asimilasi
gagasan-gagasan
dalam suatu disiplin
Nested Keterampilan- Memberi perhatian Pelajar dapat menjadi
(Tersarang) keterampilan pada berbagai bingung dan
sosial, berpikir, keterampilan yang kehilangan arah
dan konten berbeda dalam mengenai konsep-
dicapai dalam waktu yang konsep utama dari
satu mata bersamaan, suatu kegiatan atau
pelajaran memperkaya, dan pelajaran
memperluas
pembelajaran
(Daryanto, 2014: 88)
Pembelajaran sains terpadu tipe nested (tersarang) merupakan salah satu tipe
pembelajaran terpadu yang memadukan tiga keterampilan, yaitu keterampilan berpikir
(thinking skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan mengorganisir
(organizing skill). (Fogarty, 1991: 23)
Fogarty (1991: 24) mengatakan bahwa, the nested model of integration is a rich
design use by skilled teachers. They know how to get the most mileage from the lesson-
any lesson. But, in this nested approach to instruction, careful planning is need to
structure multiple targets for student learning.
Pembelajaran sains terpadu tipe nested (tersarang) merupakan desain
pembelajaran yang banyak digunakan oleh guru. Guru mengetahui bagaimana untuk
mendapatkan jarak tempuh yang paling efektif dari pelajaran-pelajaran apapun
maupun dalam satu pelajaran. Pembelajaran sains terpadu tipe nested (tersarang),
memerlukan perencanaan yang teliti untuk target-target yang harus dicapai siswa
dalam belajar. (Fogarty, 1991: 24)
12

Tabel 2.2 Unsur-unsur Keterampilan Berpikir, Keterampilan Sosial, dan


Keterampilan Mengorganisasi
Kemampuan Berpikir Kemampuan Sosial Kemampuan Mengorganisasi
Memprediksi Memperhatikan Jaringan (jaring laba-laba)
pendapat orang
Menyimpulkan Mengklarifikasi Diagram Venn
Membuat hipotesis Menjelaskan Diagram Alir
Membandingkan Memberanikan diri Lingkaran Sebab-akibat
Mengklasifikasikan Menerima pendapat Diagram akur/ tidak akur
orang
Mengeneralisasi Menolak pendapat Kisi-kisi/ matrik
orang
Membuat skala prioritas Menyepakati Peta konsep
Mengevaluasi Meringkaskan Diagram rangka ikan
(Trianto, 2011: 65)
Guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam suatu
pembelajaran di dalam satu mata pelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang). Pembelajaran menjadi semakin
diperkaya dan berkembang dengan menjaring dan mengumpulkan sejumlah tujuan
dalam pengalaman belajar siswa. Fokus pada isi pelajaran, strategi berpikir,
keterampilan sosial dan ide-ide penemuan lain, satu pelajaran dapat mencakup
banyak dimensi (Trianto, 2011: 46). Gambar 2.1 menunjukkan pembelajaran sains
terpadu tipe nested (tersarang).

Chart (organizing

Analysis (thinking skill)

DNA
(content)

Gambar 2.1 Contoh Model Nested (Tersarang) Mata Pelajaran Sains-Biologi


(Sumber : Fogarty, 1991: 28)
13

C. Literasi Sains
Literasi sains terbentuk dari 2 kata, yaitu literasi dan sains. Toharudin (2011: 1)
mengatakan bahwa literasi sains berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa latin,
yaitu literatus yang artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau berpendidikan
dan scientia yang artinya memiliki pengetahuan. C.E de Boer (1991) dalam Toharudin
(2011: 1) mengatakan bahwa orang pertama yang menggunakan istilah literasi sains
adalah Paul de Hart Hurt dari Stanford University. Literasi sains berarti memahami
sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan hidup di masyarakat. Definisi tersebut
sejalan dengan definisi dari literasi sains dalam PISA 2003 dalam (Hayat, 2010: 315)
yang menyatakan bahwa literasi sains didefinisikan sebagai kapasitas untuk
menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pernyataan, dan menarik
kesimpulan berdasarkan fakta dalam rangka memahami alam semesta dan perubahan
yang terjadi karena aktivitas manusia.
Literasi sains menurut PISA 2012, menyatakan bahwa literasi sains mengacu pada
pengetahuan ilmiah dimana pengetahuan ilmiah ini dibagi menjadi knowledge of
science (pengetahuan sains) dan knowledge about science (pengetahuan tentang sains).
Pengetahuan sains mengacu pada pengetahuan tentang alam di bidang utama, yaitu
fisika, kimia, biologi, ilmu bumi dan ruang angkasa, dan teknologi berbasis ilmu
pengetahuan. Pengetahuan tentang sains mengacu pada pengetahuan tentang cara
“penyelidikan ilmiah” dan tujuan dari “penjelasan ilmiah” dalam sains (OECD, 2013:
99).
National Science Teacher Assosiation (1971) dalam Toharudin (2011: 1)
mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki literasi sains adalah orang yang
menggunakan konsep sains, mempunyai keterampilan proses sains untuk dapat
menilai dalam membuat keputusan sehari-hari kalau ia berhubungan dengan orang
lain, lingkungannya, serta memahami interaksi antara sains, teknologi, dan
masyarakat, termasuk perkembangan sosial dan ekonomi.
Orang dewasa harus literat IPA untuk mampu memenuhi kebutuhan pribadi,
pekerjaan, dan partisipasinya dalam kehidupan masyarakat. Seorang yang literat IPA
memiliki pengetahuan dan pemahaman konsep fundamental IPA, keterampilan
melakukan proses penyelidikan IPA, serta menerapkan pengetahuan, pemahaman serta
keterampilan tersebut dalam berbagai konteks yang luas. (Hayat, 2010: 49)
PISA memandang anak umur 15 tahun harus literat IPA dalam arti yang luas,
bukan sekedar memahami pengetahuan IPA, melainkan juga proses IPA, serta
14

menerapkan semua pengetahuan, pemahaman serta keterampilannya dalam situasi


nyata yang dihadapinya. Penilaian dan pembelajaran sains tidak hanya mengacu dan
berstandar pada hasil akhir dan penghafalan teori dan konsep sains semata, melainkan
setelah mempelajari sains di sekolah siswa dapat mengetahui dan mengaplikasikan
konsep sains yang dipelajarinya dan dapat mengetahui bagaimana proses
ditemukannya sebuah teori dan konsep sains tersebut (OECD, 2013: 99)
Penilaian literasi sains menurut PISA yakni mengandung empat aspek yang saling
terkait, yaitu sebagai berikut (OECD, 2013: 101).
• Konteks: mengenali situasi kehidupan yang melibatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi
• Pengetahuan: memahami alam sekitar atas dasar pengetahuan ilmiah yang
meliputi pengetahuan tentang alam (pengetahuan sains) dan pengetahuan tentang
ilmu itu sendiri (pengetahuan tentang sains)
• Kompetensi: menunjukkan kompetensi ilmiah yang mencakup mengidentifikasi
isu-isu ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah.
• Sikap: menunjukkan minat dalam ilmu pengetahuan, dukungan untuk
penyelidikan ilmiah, dan motivasi untuk bertindak secara bertanggung jawab
terhadap sumber daya alam dan lingkungan
Pembagian aspek literasi sains dalam PISA dapat dilihat pada gambar 2.2 di
bawah ini.
Pengetahuan
Apa yang Anda ketahui:
- Tentang alam
(pengetahuan sains)
- Tentang ilmu itu sendiri
(pengetahuan tentang
sains)
Konteks Kompetensi
Mengharuskan - Mengidentifikasi isu-isu
Situasi kehidupan
Anda untuk ilmiah Bagaimana Anda
yang melibatkan - Menjelaskan fenomena melakukannya
ilmu dan teknologi secara ilmiah dipengaruhi oleh
- Menggunakan bukti
ilmiah
Sikap
Bagaimana Anda
menanggapi masalah ilmiah:
- Tertarik
- Antusias dalam
penyelidikan ilmiah
- Tanggung Jawab

Gambar 2.2 Bagan Aspek Penilaian PISA 2012


(Sumber: OECD, 2013: 102)
15

PISA 2012 mengatakan bahwa untuk dapat menjawab pertanyaan berupa soal
tes, memerlukan “kompetensi” ilmiah dalam “konteks” yang melibatkan penerapan
“pengetahuan” ilmiah. Gambar 2.2 merupakan bagan mengenai komponen dasar dari
kerangka PISA yang digunakan dalam penilaian kemampuan literasi sains siswa.
Konteks digunakan sebagai titik awal untuk membuat penilaian, yang akan berfungsi
sebagai bahan stimulus, kompetensi ilmiah diperlukan untuk menanggapi pertanyaan
atau masalah, dan pengetahuan ilmiah sebagai pusat latihan.

Konteks Kompetensi Pengetahuan


Sebagai - Mengidentifikasi isu-isu ilmiah - Pengetahuan tentang
stimulus - Menjelaskan fenomena ilmiah dengan menerapkan ilmu (konsep dasar)
pengetahuan ilmiah - Pengetahuan tentang
- Menggunakan bukti ilmiah untuk membuat ilmu pengetahuan
keputusan dan berkomunikasi.

Gambar 2.3 Komponen Dasar Penilaian PISA 2012


(Sumber: OECD, 2013: 111)
1. Konteks
Konteks sains merujuk pada situasi dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi
lahan bagi aplikasi proses dan pemahaman konsep sains, seperti misalnya kesehatan
dan gizi dalam konteks pribadi dan iklim dalam konteks global. Tabel 2.3
menunjukkan konteks aplikasi sains dalam PISA 2012 (OECD, 2013: 103).
Tabel 2.3 Konteks Aplikasi Sains PISA 2012
Personal Sosial Global
(pribadi, (masyarakat) (Kehidupan di seluruh
keluarga, dunia)
kelompok sebaya)
Kesehatan Pemeliharaan Pengendalian Wabah, penyebaran
kesehatan, penyakit, transmisi penyakit menular
kecelakaan, gizi. sosial, pemilihan
makanan,
kesehatan
masyarakat
Sumber Konsumsi pribadi Pemeliharaan Sumber energi
Daya bahan dan energi. populasi manusia, terbarukan dan tidak
kualitas hidup, terbarukan, sistem
keamanan, alam, pertumbuhan
produksi dan penduduk,
16
Tabel 2.3 Konteks Aplikasi Sains PISA 2012 (lanjutan)
Personal Sosial Global
(pribadi, (masyarakat) (Kehidupan di seluruh
keluarga, dunia)
kelompok sebaya)
distribusi pangan, pemanfaatan spesies
pasokan energi
Lingkungan Perilaku ramah Distribusi Keanekaragaman
lingkungan, penduduk, hayati, keberlanjutan
penggunaan dan pembuangan ekologis,
pembuangan limbah, dampak pengendalian
bahan lingkungan, cuaca pencemaran, produksi
lokal dan hilangnya tanah

Bahaya Alam dan Perubahan cepat Perubahan iklim,


manusia- (gempa bumi, dampak perang
diinduksi, cuaca buruk), modern
keputusan tentang lambat dan
perumahan progresif
perubahan (erosi
pantai,
sedimentasi),
penilaian risiko
Batas ilmu Ketertarikan Bahan-bahan baru, Kepunahan spesies,
pengetahuan dalam penjelasan perangkat dan eksplorasi ruang, asal
dan ilmiah tentang proses, modifikasi dan struktur alam
teknologi fenomena alam, genetik, teknologi semesta
hobi berbasis ilmu senjata, transportasi
pengetahuan,
olahraga dan
rekreasi, musik,
dan teknologi
pribadi
(OECD, 2013: 103)
17

2. Kompetensi
Kompetensi sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab
suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan
menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan. PISA 2012 menetapkan
komponen kompetensi sains dalam penilaian literasi sains seperti yang ditunjukkan
oleh tabel 2.4 berikut ini.
Tabel 2.4 Kategori Kompetensi Sains PISA 2012
Mengidentifikasi isu-isu ilmiah
• Mengenal pertanyaan yang mungkin diselidiki secara ilmiah
• Mengidentifikasi kata-kata kunci untuk mencari informasi ilmiah
• Mengenal fitur-fitur (ciri khas) penyelidikan ilmiah
Menjelaskan fenomena ilmiah
• Mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan
• Mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan memprediksikan
perubahan
• Mengidentifikasi deskripsi, explanasi, dan prediksi yang sesuai
Menggunakan bukti ilmiah
• Menafsirkan bukti ilmiah dan membuat serta mengomunikasikan
kesimpulan
• Mengidentifikasi asumsi-asumsi, bukti dan alasan di balik kesimpulan
• Merefleksikan perkembangan implikasi sosial, sains, dan teknologi
(OECD, 2013: 107)
3. Pengetahuan
Pengetahuan sains merujuk kepada konsep-konsep kunci dari sains yang
diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang terjadi akibat
aktivitas manusia. PISA secara khusus membatasi cakupan pengetahuan. Dalam
PISA hanya pada pengetahuan yang menjadi materi kurikulum IPA di sekolah.
PISA 2012 bertujuan mendeskripsikan seberapa jauh siswa mampu
mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks yang terkait kehidupannya, dan soal-
soal PISA hanya mencakup sampel pengetahuan sains, maka PISA menentukan
kriteria pemilihan pengetahuan sains sebagai berikut.
• Relevan dengan situasi kehidupan nyata.
• Merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang.
18

• Sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun.


Tabel 2.5 menunjukkan kategori pengetahuan sains yang diperlukan untuk
memahami alam dan memaknai pengalaman dalam konteks personal, sosial dan
global. Pengetahuan yang dipilih tersebut diambil dari bidang-bidang studi biologi,
fisika, kimia, serta ilmu pengetahuan bumi dan antariksa, dan teknologi dengan
merujuk pada kriteria tersebut.
Tabel 2.5 Kategori Pengetahuan Sains PISA 2012
Fisika
• Struktur dari zat (contoh model partikel, ikatan)
• Sifat dari zat (contoh perubahan keadaan, konduktivitas termal dan elektrik)
• Perubahan kimia dari zat (contoh reaksi, transfer energi, asam/basa)
• Gerak dan gaya (contoh kecepatan dan gesekan)
• Energi dan transformasinya (contoh konservasi, pemborosan, reaksi kimia)
• Interaksi energi dan zat (contoh gelombang cahaya dan radio, gelombang
suara dan seismik) Struktur dari zat (contoh model partikel, ikatan)
Susunan Kehidupan
• Sel (contoh struktur dan fungsi, DNA, tumbuhan dan hewan)
• Manusia (contoh kesehatan, nutrisi, pencernaan, respirasi, sirkulasi, ekskresi,
dan hubungannya, penyakit, reproduksi)
• Populasi (contoh spesies, evolusi, biodiversitas, variasi genetik)
• Ekosistem (contoh rantai makanan, aliran zat dan energi)
• Biosfer (contoh ekosistem, berkelanjutan)
Bumi dan Antariksa
• Struktur sistem bumi (contohnya litosfer, atmosfer)
• Energi dalam sistem bumi (contohnya sumber, iklim global)
• Perubahan dalam sistem bumi (contohnya lempeng tektonik, siklus geokimia,
kekuatan konstruktif dan destruktif)
• Sejarah bumi (contohnya fosil, asal dan evolusi)
• Bumi di ruang angkasa (contohnya gravitasi, sistem tenaga surya)
Sistem Teknologi
• Peran teknologi berbasis ilmu pengetahuan (misalnya memecahkan
masalah, membantu manusia memenuhi kebutuhan dan keinginan, desain
dan melakukan investigasi)
• Hubungan antara ilmu pengetahuan dan teknologi (misalnya teknologi
19

berkontribusi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan)


• Konsep (misalnya optimasi prinsip, biaya, risiko, manfaat.
• Prinsip-prinsip penting (misalnya kriteria, batasan, inovasi, penemuan,
pemecahan masalah)
(OECD, 2013: 109)
Tabel 2.6 menunjukkan kategori dan contoh konten dari pengetahuan tentang
sains. Kategori pertama yaitu penyelidikan ilmiah, berpusat pada pertanyaan
sebagai proses dari lahirnya sebuah ilmu pengetahuan dan berbagai komponen dari
proses itu. Kategori kedua mengenai hal yang berhubungan dengan penyelidikan
ilmiah, yaitu penjelasan ilmiah. Penjelasan ilmiah adalah hasil dari penyelidikan
Ilmiah. Seseorang dapat berpikir mengenai penyelidikan sebagai sarana ilmu
(bagaimana para ilmuwan mendapatkan data) dan penjelasan tujuan ilmu
(bagaimana para ilmuwan menggunakan data).
Tabel 2.6 Kategori Pengetahuan tentang Sains PISA 2012
Penyelidikan Ilmiah
• Asal usul (contohnya rasa ingin tahu, pertanyaan ilmiah)
• Tujuan (contohya untuk menghasilkan bukti yang membantu menjawab
pertanyaan-pertanyaan ilmiah)
• Percobaan (contohnya pertanyaan yang berbeda menunjukkan
penyelidikan ilmiah yang berbeda, desain)
• Tipe data (contohnya kuantitatif [pengukuran], kualitatif [pengamatan])
• Pengukuran (contohnya melekat ketidakpastian, peniruan, variasi, akurasi/
presisi dalam peralatan dan prosedur)
• Karakteristik hasil (contohnya empiris, tentatif, perlu diuji, difalsifikasi)
Penjelasan Ilmiah
• Jenis atau tipe (contohnya hipotesis, teori, model, hukum)
• Formasi (contohnya representasi data, peran pengetahuan yang telah ada
dan bukti baru, kreativitas dan imajinasi, logika)
• Aturan (contohnya harus logis konsisten, berdasarkan bukti, sesuai
penjelasan yang sudah ada dan pengetahuan saat ini)
• Hasil (contohnya menghasilkan pengetahuan baru, metode baru, teknologi
baru, menghasilkan pertanyaan dan penyelidikan baru)
(OECD, 2013: 110)
20

4. Sikap
Sikap individu terhadap ilmu pengetahuan memainkan peran penting dalam
minat dan tanggapan mereka terhadap ilmu, umunya mengenai pengetahuan dan
teknologi dan secara khusus untuk menyelidiki isu dan fenomena alam. Tujuan
dari pendidikan sains bagi siswa adalah untuk mengembangkan sikap yang
memungkinkan mereka untuk menyelidiki isu-isu ilmiah dan menerapkan
pengetahuan ilmiah dan teknologi untuk kegunaan bagi pribadi, sosial, dan
masyarakat. PISA memperhatikan sikap terhadap ilmu pengetahuan didasarkan
pada keyakinan bahwa literasi sains seseorang mencakup sikap, keyakinan,
orientasi motivasi, rasa efektivitas diri, nilai-nilai, dan tindakan. (OECD, 2013:
110)

D. Analisis Materi Ekosistem di SMA


Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan saling ketergantungan atau
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan makhluk tak hidup di dalam
suatu ekosistem. Ekosistem merupakan suatu sistem dimana terjadi hubungan
(interaksi) saling ketergantungan antara komponen-komponen di dalamnya, baik yang
berupa makhluk hidup (biotik) maupun yang tak hidup (abiotik). Hubungan saling
ketergantungan antara komponen ekosistem sangat terorganisir. Hubungan tersebut
berlangsung secara dinamis sehingga terjadilah keseimbangan lingkungan. (Pujiyanto,
2008)
Ekosistem tersusun atas komponen-komponen. Berdasarkan struktur dasar
ekosistem, komponen-komponen dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
komponen abiotik dan komponen biotik. Komponen biotik didalamnya meliputi
tingkatan-tingkatan organisme yang meliputi individu, populasi, komunitas,
ekosistem, dan biosfer. Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut dalam
ekosistem akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu sistem
yang menunjukkan kesatuan.
Ekosistem terjadi interaksi antara satu komponen biotik dengan komponen biotic
lainnya dan antara komponen biotic dengan komponen abiotik. Bentuk interaksi
antarkomponen biotic dapat terjadi antarspesies yang sama maupun spesies yang
berbeda. Interaksi antara komponen abiotik dengan komponen biotik mengakibatkan
terjadinya aliran energi dan daur biogeokimia.
21

Organisme tidak dapat hidup sendiri, melainkan harus berkelimpok menempati


suatu ruang tertentu dan saling berinteraksi, baik yang bersifat positif, negative, netral,
atau kombinasinya. Interaksi yang terjadi antar spesies anggota populasi akan
mempengaruhi kehidupan dan kecepatan pertumbuhan populasi. Netralisme adalah
interaksi antara dua atau lebih spesies yang masing-masing tidak terpengaruh oleh
adanya asosiasi. Dalam hal ini tidak ada yang diuntungkan dan tidak ada yang
dirugikan.
Kompetisi adalah interaksi antara dua atau lebih spesies yang saling
menghalangi. Hal ini terjadi karena masing-masing spesies memiliki kebutuhan yang
sama. Antarspesies bersaing memperebutkan sesuatu yang diperlukan untuk hidupnya.
Kompetisi (persaingan) dibedakan menjadi dua macam, yaitu kompetisi intraspesifik
dan kompetisi interspesifik. Kompetisi intraspesifik, yaitu persaingan yang terjadi
antara organisme atau individu yang memiliki spesies yang sama. Contohnya dua ekor
burung yang memperebutkan makanan yang sama untuk bertahan hidup. Kompetisi
interspesifik, yaitu persaingan yang terjadi antara organisme atau individu yang
berbeda spesies. Contohnya tanaman jagung dan rumput yang sama-sama tumbuh di
ladang.
Predasi merupakan interaksi antara organisme pemangsa (predator) dengan
mangsanya (prey). Contohnya interaksi antara seekor harimau (predator) dengan
seekor kijang (prey), interaksi antara kucing dengan tikus. Simbiosis adalah kehidupan
bersama antara dua makhluk hidup atau lebih berbeda spesies dalam hubungan yang
erat. Simbiosis mutualisme yaitu hubungan simbiotik yang menguntungkan kedua
belah pihak. Simbiosis komensalisme yaitu hubungan simbiotik yang menguntungkan
salah satu pihak, tapi pihak lain tidak dirugikan. Simbiosis parasitisme yaitu hubungan
simbiotik yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain.
1. Aliran Energi
Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Suatu organisme
merupakan komponen pengubah energi. Aliran energi dan siklus materi dalam
ekosistem terjadi melalui rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Rantai
makanan adalah jalur pemindahan (transfer) energy dari satu tingkat trofik ke
tingkat trofik berikutnya melalui peristiwa makan dan dimakan. Jaring-jaring
makanan merupakan gabungan dari berbagai rantai makanan yang saling
berhubungan dan kompleks.
22

Piramida ekosistem adalah susunan tingkat trofik (tingkat nutrisi atau


tingkat energi) secara berurutan menurut rantai makanan atau jaring-jaring
makanan dalam ekosistem. Macam-macam piramida yaitu piramida jumlah,
piramida biomassa, dan piramida energi.
2. Daur biogeokimia
Daur biogeokimia adalah peredaran unsur-unsur kimia dari lingkungan
melalui komponen biotic dan kembali lagi ke lingkungan. Proses tersebut terjadi
secara berulang-ulang dan tak terbatas. Macam-macam daur biogeokimia adalah
sebagai berikut.
a. Daur Air
Seluruh permukaan bumi yang menandung air akan mengalami
penguapan (evaporasi) saat terkena cahaya matahari, sementara makhluk hidup
mengalami transpirasi (kehilangan air melalui penguapan). Uap air akan naik
ke lapisan atmosfer membentuk awan. Awan kemudian berpindah karena
perbedaan suhu udara atau terbawa oleh angin. Saat terpapar udara dingin,
awan akan mengalami kondensasi menjadi tetes-tetes air dan akan jatuh ke
permukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi).
kondensasi
Titik-titik air Awan
evaporasi

presipitasi Sungai, danau, transpirasi


(hujan) presipitas
waduk evaporasi
i
(hujan)
Tanah Tumbuhan

infiltras Laut

Air tanah

Gambar 2.4 Daur Air

b. Daur Karbon
Unsur karbon terdapat di atmorfer dalam bentuk senyawa karbon
anorganik, yaitu karbon dioksida (CO2). Senyawa anorganik CO2, baik di darat
maupun di air akan diubah oleh produsen menjadi senyawa karbon organic
melalui proses fotosintesis, disertai penyimpanan energy yang berasal dari
radiasi cahaya matahari. Energy yang tersimpan di dalam tubuh produsen
bersama dengan senyawa karbon organic yang disebut energi biokimia.
23

Sebagian senyawa organic di dalam tubuh produsen dimanfaatkan untuk


aktivitas fisiologi produsen itu sendiri melalui proses respirasi, dan
sebagiannya lagi ditransfer ke konsumen (hewan dan manusia) melalui rantai
makanan. Respirasi (pernapasan) yang dilakukan oleh produsen dan konsumen
akan membebaskan CO2 ke udara.

Air Karbon dioksida Bahan bakar


Larut (CO2) Pembakaran fosil

Berikatan Respirasi
Respirasi Fotosintesis
dengan
Ca2+

Tumbuhan Hewan
Dimakan
Bikarbonat

Penguraian Hewan dan


Karbonat tumbuhan
yang mati

Batuan Karbonat Pengurai

Gambar 2.5 Daur Karbon

c. Daur Belerang (Sulfur)


Belerang (sulfur) terdapat di atmosfer dalam bentuk sulfur dioksida
(SO2) yang berasal dari aktivitas vulkanis (misalnya ginung berapi),
pembakaran bahan bakar fosil, asap kendaraan bermotor, dan asap pabrik.
Belerang juga terdapat dalam bentuk hydrogen sulfide (H2S) yang dilepas dari
proses pembusukan bahan organic di dalam tanah dan air yang dilakukan oleh
bakteri dan jamur pengurai. H2S selanjutnya mengalami oksidasi di atmosfer
membentuk sulfat (SO4). Gas sulfat bersama-sama dengan presipitasi (curah
hujan) masuk ke dalam tanah. Bila kandungan gas sulfat di udara terlalu tinggi,
maka presipitasi yang dihasilkan akan sangat asam, yang dikenal dengan hujan
asam.
24

SO4 di atmosfer SO2 di atmosfer


Berikatan
dengan Berikata
O uap air n
SO4 melalui presipitasi
dengan
(hujan asam) Industri
H2S
kendaraan
bermotor

SO42- di tanah Tumbuh- Pembakaran


tumbuhan sampah
Aktivita
s
SO42- di laut Hewan H2S
di tanah
Oksidasi
S

Reduksi
Organisme Oksidasi oleh
laut oleh bakteri
bakteri
SO
Batu bara

Minyak bumi

Batuan sulfit

Gambar 2.6 Daur Sulfur

E. Penelitian Lain yang Relevan


Penelitian lain yang relevan dengan kemampuan literasi sains dan pembelajaran
terpadu penelitian ini, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Paul Webb (2009)
yang berjudul “Towards an Integrated Learning Strategies Approach To Promoting
Science Literacy in the South African Context” Penelitian ini mengenai pembelajaran
terpadu untuk meningkatkan literasi sains siswa. Keterampilan yang dipadukan dalam
penelitian ini adalah keterampilan diskusi, menulis, dan berdebat. Hasil dari penelitian
ini adalah bahwa memadukan keterampilan diskusi, menulis, dan berdebat dapat
meningkatkan literasi sains siswa.
Yeni Hendriani (2008) mengenai pengaruh pembelajaran IPA terpadu terhadap
pengembangan literasi sains siswa SMPN 3 Cimahi dan SMPN 1 Lembang. Tema
konsep yang diambil dalam penelitian ini adalah rokok dan kesehatan, transpormasi
25

energy pada tumbuhan hijau, wujud zat serta perubahan fisika dan kimia. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran IPA terpadu dapat
mempengaruhi literasi sains siswa.
Febrian Andi Marta (2013) mengenai analisis literasi sains siswa SMP dalam
pembelajaran IPA terpadu pada tema efek rumah kaca. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa literasi sains siswa pada aspek konten, konteks dan kompetensi
secara keseluruhan tergolong kategori sedang.
Yeni Suryani (2014) mengenai penerapan pembelajaran berbasis masalah dalam
pembelajaran IPA terpadu tipe nested pada tema pemcemaran untuk meningkatkan
penguasaan konsep dan keterampilan pemecahan masalah siswa. Hasil penelitian ini
menunjukkan implementasi pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran IPA
terpadu tipe nested pada tema pencemaran adalah ketercapaian penguasaan konsep
siswa pada kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada
kelas tanpa menerapkan pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran IPA
terpadu tipe nested pada tema pencemaran. Penguasaan konsep kedua kelas berbeda
secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%.
Ambar Pangaribowosakti (2014) mengenai implementasi pembelajaran terpadu tipe
shared untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa
SMK pada topik limbah di lingkungan kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran tipe shared dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan motivasi belajar siswa secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang
mendapatkan pembelajaran direct instruction. Keseluruhan siswa menanggapi positif
penerapan pembelajaran terpadu tipe shared pada topik limbah di lingkungan kerja.
Siti Rahmawati (2010) mengenai pengembangan model pembelajaran terpadu
connected untuk meningkatkan literasi sains siswa pada mata pelajaran IPA SMP.
Hasil pengembangan pembelajaran IPA terpadu model connected dapat dikatakan
berhasil meningkatkan literasi sains siswa dan telah efektif digunakan. Indikator
meningkatnya literasi sains siswa dalam pembelajaran, yaitu terjadinya peningkatan
aktivitas dan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA, terdapat peningktan
yang signifikan mengenai pemahaman siswa yang terlihat dari hasil posttest seriap
siklus yang merupakan gambaran dari literasi sains siswa.
Perbedaan penelitiaan saya dengan penelitian terdahulu adalah variabel x nya
dimana penelitian terdahulu menggunakan pembelajaran terpadu tipe connected dan
shared, sedangkan penelitian saya menggunakan pembelajaran terpadu tipe nested.
26

Penelitian saya menggunakan perpaduan metode diskusi, presentasi, dan pembuatan


bagan dimana ini melatih kemampuan berpikir (thinking skill), kemampuan sosial
(social skill), dan kemampuan mengorganisir (organizing skill) siswa. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah peningkatan literasi sains siswa yang mencakup tiga aspek,
yaitu pengetahuan, kompetensi dan konteks yang sesuai dengan PISA 2012. Materi
yang diajarkan juga berbeda yaitu materi ekosistem.

Anda mungkin juga menyukai