Anda di halaman 1dari 231

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. I DI PUSKESMAS KALIBAKUNG

KABUPATEN TEGAL TAHUN 2019

(Studi Kasus Faktor Resiko HbsAg Reaktif, Anemia, dan Preeklamsia)

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :

FIVA NUR KHUZAENI

17070021

HALAMAN SAMPUL

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

TAHUN 2020
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. I DI PUSKESMAS KALIBAKUNG

KABUPATEN TEGAL TAHUN 2019

(Studi Kasus Faktor Resiko HbsAg Reaktif, Anemia, dan Preeklamsia )

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :

FIVA NUR KHUZAENI

17070021

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

TAHUN 2020

i
HALAMAN PERNYATAAN ORIRSINALITAS

Karya Tulis Ilmiah dengan judul :

“ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. I DI PUSKESMAS

KALIBAKUNG KABUPATEN TEGAL TAHUN 2019” ( Studi Kasus Faktor

Resiko HbsAg Reaktif, Anemia, dan Preeklamsia )

Adalah Karya saya sendiri ,dan semua sumber yang dikutip maupun yang dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Fiva Nur Khuzaeni

NIM : 17070021

Tegal,

Penulis

ii
iii
(Fiva Nur Khuzaeni)

LAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah denga judul :

“ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. I DI PUSKESMAS

KALIBAKUNG KABUPATEN TEGAL TAHUN 2019 (Studi Kasus Faktor

Resiko HbsAg Reaktif, Anemia, dan Preeklamsia)

Disusun oleh :

Nama : FIFA NUR KHUZAENI

NIM : 17070021

Telah mendapatkan persetujuan dan siap dipertahankan didepan tim penguji karya

tulis ilmiah program studi DIII Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Tegal.

Tegal,

Pembimbing l : Ratih Sakti P.SST.MPH ( )

Pembimbing ll : Anna Nawangsari,S.ST ( )

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Fifa Nur Khuzaeni

NIM : 17070021

Program Studi : Diploma III Kebidanan

Judul : “ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. I DI

PUSKESMAS KALIBAKUNG KABUPATEN TEGAL TAHUN 2019”

(Studi Kasus Faktor Resiko HbsAg Reaktif, Anemia, dan Preeklamsia)

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan dan diterima sebagai persayaratan

yang diperlakukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan pada Program

Studi Dlll Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Tegal.

Tegal,………………2020

DEWAN PENGUJI

Penguji II : Nilatul Izah, S.ST.M.Keb ( )

Penguji II : Ratih Sakti Pratiwi, S.ST, MPH ( )

Penguji III : Anna Nawangsari, S.ST ( )

Ketua Program Studi DIII Kebidanan

Politeknik Harapan Bersama Kota Tega

v
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. I UMUR 30
TAHUN G2 P1 A0 DENGAN MASALAH KEHAMILAN DENGAN HBSAG
REAKTIF, ANEMIA, DAN PREEKLAMSIA DI PUSKESMAS
KALIBAKUNG KABUPATEN TEGAL

FIVA NUR KHUZAENI1, RATIH SAKTI P2, S.ST.MPH, ANNA NAWANGSARI3,S.ST


Email : vivanurkhuzaeni@gmail.com
DIII KEBIDANAN POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA
Jalan Mataram No. 09 Kota Tegal 52147, Indonesia

ABSTRAK
Jumlah kasus kematian ibu (AKI) yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal
tahun 2018 terdapat 8 kasus yang disebabkan oleh perdarahan, Pre Eklamsia Berat, penyakit
jantung, infeksi, emboli air ketuban, edema pulmo, anemia, dan KPD, Puskesmas Kalibakung
tidak ada kejadian kematian ibu dan bayi namun terdapat jumlah ibu hamil resiko tinggi HbsAg
sebanyak 3 orang, dan Anemia 15 orang. Tujuan peneliti ini adalah untuk mendeskripsikan
pelaksanaan asuhan kebidanan secara komprehensif dari kehamilan, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir dengan resiko HbsAg Reaktif diwilayah Puskesmas Kalibakung dengan managemen
asuhan kebidanan Varney dan data perkembangan SOAP.
Subyek penelitian adalah ibu hamil Ny. I berusia 30 tahun G2 P1 A0 dengan HbsAg Reaktif.
Studi ini dilaksanakan pada 8 September 2019 sampai 8 Oktober 2019 di Puskesmas Kalibakung
Kabupaten Tegal. Asuhan dijabarkan secara menyeluruh, dimulai sejak pasien hamil TM III
(umur 38 minggu), bersalin (umur 39 minggu +6 hari), nifas ( 1 hari sampai 35 hari) dan bayi
baru lahir normal (1 hari sampai 11 hari)
Dari semua data yang diperoleh penyusun selama melakukan Asuhan Kebidanan
Komprehensif pada Ny. I sejak umur 38 minggu, pada saat bersalin Ibu hamil dengan HbsAg
Reaktif dirujuk ke Rumah Sakit, Pada saat masa nifas ibu harus datang kembali 6 bulan setelah
bersalin untuk melakukan follow up, dan pada bayi baru lahir bayi mendapatkan vaksin imunisasi
HbIg segera setelah lahir.

Kata Kunci : HbsAg Reaktif, Anemia, dan Preeklamsia


Daftar Pustaka : 30 (2009-2018)
Daftar Bacaan : 20 buku + 5 wesite + 10 jurnal

vi
KATA PENGANTAR

Seraya memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dengan

judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Harapan Tegal tahun 2019 (Studi Kasus

Faktor Resiko HbsAg Reaktif, Anemia, dan Preeklamsia)”

Penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini banyak sekali

lesalahan dan kekeliruan, tapi berkat bimbingan dan arahan dari semua pihak

akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada

kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Mc. Chambali, B.Eng EE,M.Kom, Direktur Politeknik Harapan Bersama

Tegal.

2. Nilatul Izah, S.ST.M.Kes Ka Prodi DIII Kebidanan Politeknik Harapan

Bersama Tegal dan Penguji I yang telah memberikan saran Karya Tulis

Ilmiah ini.

3. Ratih Sakti Pratiwi, S.ST. MPH sebagai pembimbing I dan Penguji II yang

telah memberikan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Anna Nawangsari, S.ST selaku pembimbing II dan Penguji III yang telah

memberikan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Meyliya Qudriani, S.ST.M.Kes sebagai pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Keluarga Ny. I yang sudah menyempatkan waktu untuk menjadi bagian

dalam praktek Kebidanan di Desa x wilayah Puskesmas Kalibakung

Kabupaten Tegal.

vii
7. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang telah mendukung, dan

memberikan semangat , terima kasih atas doa dan restunya.

8. Sahabat-sahabatku Dede Apriyati, Nur azizah, Priska Prihatin, dan Elok

Sundari yang selalu memberi semangat saat saya sedang malas mengerjakan

tugas Asuhan Kebidanan.

9. Ketiga Teman Praktik ku di Puskesmas Kalibakung Novia Utari, Eling Widya

P, dan Indah Widayati.

10. Ketiga Kakak angkat Bidan yang telah memberikan support dan semangat

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu Diana,Amd.Keb, Siti Nur

Sholehah, Amd.Keb, dan Kiki Riski,Amd.Keb.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan Karya Tulis

Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, disebabkan keterbatasan pengetahuan

penulis. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini membawa manfaat bagi pengembangan

ilmu.

Tegal,

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORIRSINALITAS ................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA.............. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
C. Tujuan Penulis.................................................................................................... 4
1. Tujuan Umum ......................................................................................... 4
2. Tujuan khusus ......................................................................................... 4
D. Ruang Lingkup................................................................................................... 5
1. Sasaran .................................................................................................... 5
2. Tempat .................................................................................................... 5
3. Waktu...................................................................................................... 5
E. Manfaat Penulisan ............................................................................................. 5
1. Manfaat bagi penulis .............................................................................. 5
2. Manfaat bagi tempat pelayanan kesehatan Sebagai laporan pemantauan
pasien dengan HbsAg Reaktif, Anemia dan Preeklamsia selama masa
kehamilan dan nifas ................................................................................ 6
3. Masukan dan pertimbangan dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin,
dan nifas .................................................................................................. 6
4. Manfaat Bagi institusi ............................................................................. 6
F. Metode Penelitian .............................................................................................. 6
G. Sistematika Penulian ......................................................................................... 7

ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 9
A. Tinjauan Teori .................................................................................................... 9
1. Pengertian Kehamilan ........................................................................ 9
B. Teori Hepatitis B.............................................................................................. 27
1. Definisi Hepatitis B ......................................................................... 27
2. Epidemiologi .................................................................................... 27
3. Patofisiologi hepatitis B dalam kehamilan ...................................... 31
4. Penyebab Hepatitis .......................................................................... 37
5. Gejala Dari Penyakit Hepatitis ........................................................ 37
6. Penatalaksanaan ............................................................................... 38
C. Teori Anemia ................................................................................................... 40
1. Definisi Anemia ............................................................................... 40
2. Defisiensi Besi. ................................................................................ 41
3. Defisiensi Asam Folat Pada kehamilan ........................................... 41
4. Patofisiologi Anemia dalam kehamilan ........................................... 43
5. Komplikasi ....................................................................................... 45
D. Teori Kompetensi Persalinan ......................................................................... 47
1. Pengertian Persalinan ....................................................................... 47
2. Tahapan persalinan, menurut Manuaba (2010). .............................. 50
3. Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan ............................... 58
E. Teori Nifas ........................................................................................................ 62
1. Pengertian Nifas ............................................................................... 62
2. Tahapan Masa Nifas ........................................................................ 62
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas .................................................... 63
4. Adaptasi Psikologis Ibu pada Masa Nifas ....................................... 66
5. Kebutuhan Dasar Ibu pada Masa Nifas (Vivian, 2011) ................... 68
6. Kunjungan Nifas (KF) ..................................................................... 70
F. Kompetensi Bayi Baru Lahir ......................................................................... 72
1. Pengertian Bayi Baru Lahir ............................................................. 72
2. Kriteria Bayi Baru Lahir Normal ..................................................... 72
3. Penilaian APGAR ............................................................................ 73
4. Mengkaji nilai APGAR ................................................................... 75

x
5. Kunjungan Neonatal ........................................................................ 76
G. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan ............................................................... 77
1. Manajemen Kebidanan .................................................................... 77
2. Pendokumentasian asuhan SOAP .................................................... 80
H. Landasan Hukum Kewenangan Bidan .......................................................... 81
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang izin
praktik bidan dan penyelenggaraan praktik bidan yaitu : ................ 81
2. Standar Pelayanan Kebidanan ......................................................... 85
BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PADA NY.I DI PUSKESMAS KALIBAKUNG KECAMATAN
BALAPULANG KABUPATEN TEGAL .............................................. 89
A. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan ............................................................. 89
1. Pengkajian Data ............................................................................... 89
2. Interprestasi Data ............................................................................. 97
3. Diagnosa Potensial ........................................................................... 97
4. Antisipasi ......................................................................................... 97
5. Perencanaan ..................................................................................... 98
6. Implementasi .................................................................................... 98
7. Evaluasi .......................................................................................... 100
B. Asuhan Kebidanan pada Persalinan ............................................................ 103
1. Pengkajian Data ............................................................................. 103
a. Data Subjektif Data Objektif...................................................... 103
b. Data Objektif.............................................................................. 105
C. Asuhan Kebidanan Pada Nifas .................................................................... 109
1. Asuhan Nifas 1 (1 hari Post partum) ............................................. 109
2. Asuhan Nifas 2 (6 hari Post Partum) ............................................. 112
3. Asuhan Nifas 3 (11 Hari Post Partum) .......................................... 115
4. Asuhan Nifas ( 35 hari Post Partum) ............................................. 117
D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir .................................................. 119
1. Kunjungan Neonatal I (8 jam) ....................................................... 119
2. Kunjungan Neonatal II (6 hari) ...................................................... 121
3. Kunjungan Neonatal III (14 hari) .................................................. 123

xi
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 125
A. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan ........................................................... 125
1. Pengumpulan Data ......................................................................... 125
2. Interpretasi Data ............................................................................. 155
3. Diagnosa Potensial ......................................................................... 157
4. Antisipasi Penanganan Segera ....................................................... 157
5. Intervensi ....................................................................................... 158
B. Asuhan Kebidanan pada Persalinan ............................................................ 161
1. Kala 1 Fase Laten ......................................................................... 161
a. Data Subjektif ......................................................................... 161
b. Data Objektif .......................................................................... 162
c. Assesment ............................................................................... 164
d. Planning .................................................................................. 165
C.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas............................................................. 171
a. Pengumpulan Data ......................................................................... 171
D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir .................................................. 185
a. Data Subyektif ............................................................................... 185
b. Data Objektif.................................................................................. 187
c. Evaluasi .......................................................................................... 199
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 200
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 200
B. Saran ................................................................................................................ 203
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 204
LAMPIRAN ........................................................................................................ 206

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penentuan Status Imunisasi TT ............................................................. 27


Tabel 2.2 Waktu persalinan................................................................................... 54
Tabel 2.3 Penilaian APGAR SCORE ................................................................... 75
Tabel 3.1 Hasil pemantauan kala lV ................................................................... 108
Tabel 4.1 Hasil observasi untuk mengetahui kemajuan persalinan yaitu : ......... 171

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses fisiologis dan alamiah, yaitu penyatuan

dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut

kalender internasional (Prawirohardjo, 2011)

Menurut Buku KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal (2017), Setiap Ibu

hamil wajib melakukan pemeriksaan kehamilan yang sering dikenal dengan

Antenatal care atau ANC adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh

dokter atau bidan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik dari ibu

hamil. Tujuan ANC dilakukan yaitu Untuk mengoptimalkan kesehatan mental

dan fisik ibu hamil, Menghindari resiko komplikasi pada kehamilan dan

persalinan dan mempersiapkan ibu untuk masa nifas dan pemberian ASI

eksklusif

Program One Student One Client (OSOC) merupakan salah satu program

yang diluncurkan pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam upaya penurunaan

Angka Kematian Ibu (AKI) dan anak di jawa tengah yang masih cukup

tinggi. Program OSOC ini merupakan kegiatan pendampingan ibu mulai

dinyatakan hamil sampai masa nifas selesai bahkan memungkinkan dimulai

sejak persiapan calon ibu sehingga mengarah pada pendampingan kesehatan

bagi keluarga

Menurut Prabowo (2015), Indonesia merupakan salah satu negara di

Asia Tenggara yang menduduki salah satu negara dengan endemitas hepatitis

menengah ketinggi. Kelompok yang memiliki resiko tinggi tertular Hepatitis

1
2

B diantaranya bayi dari penderita Hepatitis B, tenaga kesehatan, Pengguna

jarum suntik bergantian, pengguna tato, tindik, dan perawatan wajah.

Pengguna sikat gigi bergantian, pasangan homo sex dan sering berganti

pasangan.

Menurut Kemenkes (2015), penularan terbesar terjadi kepada bayi yang

dilahirkan oleh ibu dengan positif hepatitis B. Penularan terhadap bayi ketika

masih dalam kandungan, saat melahirkan dan setelah persalinan. Pencegahan

hepatitis B dapat dilakukan dengan melakukan skrining pada saat

pemeriksaan kehamilan pertama.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2017 tentang 3E (Tripel

Eliminasi) yaitu pemeriksaan pada setiap ibu hamil terhadap HIV, Sifilis, dan

Hepatitis B yang merupakan salah satu bukti komitmen Negara Indonesia

terhadap permasalahan ini dengan tujuan penurunan angka infeksi barupa

bayi baru lahir sehingga terjadi pemutusan mata rantai penularan ibu

kebayinya. Triple Eliminasi wajib dilakukan pada Ibu hamil 85-95% anak

berisiko tertular hepatitis B kronik. Sehingga melalui skrining ini diharapkan

setiap anak yang lahir dari Ibu yang reaktif Hepatitis B mendapatkan HB0,

HBIG< 24 jam kelahiran dan dilanjutkan imunisasi dasar nasional (HB1,2,3).

Dengan pemberian imunisasi sesuai tatalaksana yang benar dapat

mencegah sampai dengan 95% penularan hepatitis B dari Ibu ke anaknya.

Selain itu, 100% ibu hamil yang reaktif hepatitis B mendapatkan rujukan

untuk kasus hepatitisnya, 100% bayi lahir dari Ibu yang reaktif/positif

hepatitis B dapat tertatalaksana dengan baik melalu pemberian HB0,

HBIG<24jam dan dilanjutkan HB1, HB2, HB3 dan 100% bayi yang diberi

HBIG<24 jam mendapatkan pemeriksaan serologis pada usia 9-12 bulan atau

bersamaan dengan imunisasi campak dengan hasil (Negatif). Setiap anak

harus mendapatkan kesempatan untuk memulai hidup sehat, bebas dari


3

penyakit menular yang dapat dicegah, penyakit ini dapat dicegah dengan

Intervensi Sederhana dan efektif berupa deteksi dini (skrining) Antenatal,

Pengobatan dan Vaksinasi yang diatur dalam Undang-undang Nomor 17

Tahun 2016 Tentang perlindungan Anak. Berdasarkan data WHO (World

Health Organization sekitar 257 juta orang dengan infeksi ini dan setiap bulan

menyumbang 500.000-1.200.000 kematian penduduk dunia (Infodatin, 2017)

Data Kemenkestahun 2002-2012 menunjukan bahwa jumlah penderita

infeksi HBV melebihi 31% dari jumlah hepatitis secara keseluruhan.

Peningkatan penderita hepatitis dari tahun 2002 hingga 2012 mencapai

hampir 80%. Pada akhir tahun 2013, Kementrian Kesehatan (Kemenkes)

Republik Indonesia mencatat sebanyak 9 dari 100 ribu orang sekitar 25 juta

penduduk Indonesia terinfeksi virus hepatitis. Kementrian Kesehatan

mengupayakan berbagai strategi program seperti meningkatkan akses dan

kualitas layanan bagi ibu hamil, ibu menyusui dan bayi atau anak sesuai

standar, meningkatkan peran fasilitas pelayanan kesehatan dalam

penatalaksanaan yang diperlukan untuk eliminasi penularan.

Menurut (Dinkes, 2018) Jumlah kasus Ibu hamil dengan HbsAg Reaktif

di Kabupaten Tegal sebanyak 89 bumil sedangkan Jumlah ibu hamil beresiko

tinggi yang ada di Puskesmas Kalibakung ada 281 diantaranya bumil dengan

HBSAG Reaktif ada 3. Berdasarkan data yang diperoleh, maka penulis

tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan

Kebidanan Komprehensif pada Ny. I dengan HbsAg Reaktif, Anemia

dan Preeklamsia di Wilayah Puskesmas Kalibakung Kecamatan

Balapulang Kabupaten Tegal Tahun 2019 (Studi Kasus HbsAg Reaktif,

Anemia dan Preeklamsia)”.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif

pada Ny. I dengan HbsAg Reaktif, Anemia dan Preeklamsia dalam

Kehamilan di Wilayah Puskesmas Kalibakung Kecamatan Balapulang

Kabupaten Tegal Tahun 2019”.

C. Tujuan Penulis

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran pelaksanaan asuhan kebidanan

komprehensif pada kasus ibu hamil dengan HbsAg Reaktif, Anemia dan

Preeklamsia dengan menerapkan manajemen kebidanan sebagai pola pikir

ilmiah sesuai tujuh langkah varney dan data perkembangan menggunakan

SOAP.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada ibu hamil bersalin, dan

nifas pada Ny. I umur 30 tahun G2P1A0 dengan faktor resiko

HbsAg Reaktif, Anemia dan Preeklamsia

b. Mampu mengiterpretasikan data hasil pengkajian sehingga dapat

merumuskan diagnose kebidanan masalah dan kebutuhan pada ibu

hamil, bersalin, nifas pada Ny.I dengan faktor resiko HbsAg Reaktif,

Anemia dan Preeklamsia

c. Mampu mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial pada ibu

hamil, bersalin, nifas pada Ny.I dengan faktor resiko HbsAg Reaktif,

Anemia dan Preeklamsia


5

d. Mampu melakukan antisipasi tindakan segera dengan untuk

melakukan kolaborasi pada Ny.I dengan faktor resiko HbsAg

Reaktif, Anemia dan Preeklamsia

e. Mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada Ny.I

dengan faktor risiko HbsAg Reaktif, Anemia dan Preeklamsia

f. Melaksanakan rencana asuhan yang telah dibuat pada Ny.I dengan

faktor resiko HbsAg Reaktif, Anemia dan Preeklamsia

g. Mengevaluasi hasil setelah melakukan tindakan pada Ny.I dengan

faktor resiko HbsAg Reaktif, Anemia dan Preeklamsia.

D. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Subjek yang akan diberikan asuhan kebidanan adalah Ny.I umur 30 tahun

G2P1AO dengan faktor resiko HbsAg Reaktif, Anemia dan Preeklamsia

2. Tempat

Tempat pengambilan studi kasus adalah di Desa Banjaranyar Puskesmas

Kalibakung Kabupaten Tegal.

3. Waktu

a. Waktu pengambilan kasus : 14 September 2018 sampai dengan

8 November 2018

b. Waktu penyusunan KTI : 16 Maret 2019 dan direncanakan

selesai pada tanggal 25 Maret 2019

E. Manfaat Penulisan

1. Manfaat bagi penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan

komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas dan dapat mengaplikasikan

teori yang telah didapat selama masa pendidikan.


6

2. Manfaat bagi tempat pelayanan kesehatan Sebagai laporan pemantauan

pasien dengan HbsAg Reaktif, Anemia dan Preeklamsia selama masa

kehamilan dan nifas

3. Masukan dan pertimbangan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan

asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, dan nifas

4. Manfaat Bagi institusi

Diharapkan dapat menjadi tambahan referensi terkait asuhan kebidanan

komprehensif pada ibu hamil, bersalin, dan nifas khususnya pada kasus ibu

hamil dengan HbsAg Reaktif.

F. Metode Penelitian

Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif (Sugiono, 2011)

Metode penelitian kualitatif adalah metode yang berdasarkan pada filsafat

postpositivisme, sedangkan pada penelitian pada objek alamiah, dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan). Analisis data bersifat induktif

atau kualitatif, dari hasil penelitian lebih menentukan makna daripada

generalisasi.

Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara :

1. Wawancara

Yaitu suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data,

dimana peneliti mendapat keterangan atau pendirian secara lisan dari

seorang secara pencutian atau responden (Notoatmodjo, 2010)

2. Observasi

Observasi adalah suatu hasil pembuatan jiwa secara aktif dan penuh

perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan

dan luar mengenai indra, dan terjadilah penginderaan, kemudian apabila


7

rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya

pengamatan (Notoatmodjo, 2010)

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dimaksudkan untuk memperoleh data obyektif

pemerikaan fisik yang dilakukan meliputi pemeriksaan umum,

pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik khusus (inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi) (Yulifahdan Surachmindar, 2014) Pemeriksaan

Laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan melalui

sampel urin maupun darah. Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan

adalah pemeriksaan hemoglobin, Golongan darah, HbsAg (Muslikhatun,

2009)

4. Studi Pustaka

Adalah metode pengumpulan data dengan mempelajari catatan tentang

pasien yang ada.

5. Studi Dokumenter

Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak

diterbitkan, yang ada dibawah tanggug jawab instansi resmi, misalnya

laporan, statistic, catatan-catatan dibawah kartu klinik.

G. Sistematika Penulian

Proposal ini disusun secara sistematis terdiri dari :

1. BAB I (Pendahuluan)

BAB ini merupakan pendahuluan yang memberikan gambaran, pada

pembaca atau penulis mengenai permasalahan yang akan dikupas

dan diberikan solusinya oleh penulis. Bab pendahuluan ini terdiri

atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, ruang

lingkup, metode memperoleh data dan sistematika penulisan.


8

2. BAB II (Tinjauan Teori)

Berisi mengenai landasan teori dimana penulis mengembangkan

konsep dari berbagai sumber yang di percaya. BAB ini berisi

tinjauan teori medis, tinjauan teori asuhan kebidanan, dan landasan

hukum kebidanan.

3. BAB III (Tinjauan Kasus)

Memuat keseluruhan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan.

Jenis kasus yang diambil yaitu kasus komprehensif resiko tinggi.

Kasus dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru

lahir. Asuhan kebidanan ditulis sesuai dengan urutan manajemen

kebidanan 7 langkah Varney, yaitu mulai dari pengumpulan data

sampai evaluasi pada asuhan kebidanan kehamilan dan juga

menggunakan system SOAP pada asuhan kebidanan nifas, bayi

baru lahir serta catatan persalinan.

4. BAB IV (Pembahasan)

Menguraikan kesenjangan antara teori dan praktek pasien dengan

kasus Anemia Ringan, yang dibahas secara sistematis sesuai teori

dan konsep dari kehamilan TM III, bersalin, nifas, BBL.

5. BAB V (Penutup)

Berisi tentang kesimpulan dan saran yang berkaitan kesamaan atau

kesenjangan antara teori dan kenyataan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai kondisi dimana seorang wanita

memiliki janin yang sedang tumbuh didalam tubuhnya (yang pada

umumnya di dalam rahim). Berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari

awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan (Walyani, 2015)

2. Proses Terjadinya Kehamilan

Proses kehamilan menurut Sulistyawati (2012) :

a. Konsepsi

Konsepsi adalah pertemuan antara ovum matang dan sperma sehat

yang memungkinkan terjadinya kehamilan. Konsepsi dapat terjadi jika

terpenuhi beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut :

a) Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang

tepat.

b) Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat

ovulasi.

c) Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat

selama ejakulasi.

d) Tidak ada barrier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai,

melakukan penetrasi, dan sampai akhirnya membuahi ovum.

9
10

Agar tetap terjadi kehamilan sebaiknya senggama dilakukan

sebelum tepat di hari wanita ovulasi karena sperma dapat hidup sampai

tiga hari di dalam vagina, sedangkan ovum hanya bertahan 12-24 jam

setelah di keluarkan dari ovarium (ovulasi). Kapan wanita mengalami

ovulasi dapat dikenali melalui bentuk cairan vagina yang keluar. Jika

terlihat bening, banyak dan licin, maka kemungkinan besar wanita

dalam keadaan subur, cairan vagina secara bertahap akan menjadi

kental dan berwarna putih keruh setelah melewati masa ovulasi. Selain

mengamati karakter cairan vagina, ovulasi dapat juga diprediksi melalui

perhitungan siklus menstruasi, namun cara ini kurang dapat digunakan

pada wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur. Diperkirakan

ada 300 juta sperma yang dikeluarkan saat ejakulasi dan yang dapat

ditampung oleh bagian belakang vagina, namun dalam perjalanannya

hanya beberapa ribu saja yang dapat mencapai tuba falopi, lingkungan

vagina yang asam dan adanya daya fagosit dari uterus membuat

sebagian besar sperma tidak mampu untuk bertahan hidup, yang

akhirnya dikeluarkan lagi melalui vagina.

b. Fertilisasi

Fertilisasi adalah terjadinya dan persenyawaan antara sperma dan

ovum.Fertilisasi terjadi diampula tuba. Syarat dari setiap kehamilan

adalah harus ada : spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi)

dan nidasi hasil konsepsi.


11

c. Implantasi / Nidasi

Nidasi adalah peristiwa tertanamnya atau bersarangnya sel telur

yang dibuahi ke dalam endometrium. Sel telur yang dibuahi (zigot)

akan membelah diri membentuk bola yang terdiri dari sel–sel anak yang

lebih kecil yang disebut blastomer. Pada hari ke-3, bola terdiri dari 16

sel blastomer dan disebut morula.Pada hari ke-14, didalam bola tersebut

mulai terbentuk rongga, bangunan ini disebut blastula. Dua struktur

penting didalam blastula :

a) Lapisan luar yang disebut trofoblas yang akan menjadi plasenta

b) Embrioblas yang kelak akan menjadi janin. Pada hari ke-4,

blastula masuk kedalam endometrium dan pada hari ke-6

menempel pada endometrium.Pada hari ke-10, seluruh blastula

(blastokis) sudah terbenam dalam endometrium dan dengan

demikian nidasi sudah selesai.

3. Tanda - tanda Kehamilan

Tanda-tanda kehamilan digolongkan menjadi tanda pasti dan tanda

tidak pasti.

a. kemungkinan dan pasti adalah sebagai berikut (Mangkuji dkk, 2013) :

1) Amenorhea (terlambat haid)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan

folikel degraaf dan ovulasi, gejala ini sangat penting karena

umumnya wanita hamil tidak haid lagi.


12

2) Mual dan muntah

Pengaruh estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam

lambung yang berlebihan, menimbulkan mual muntah terutama

pada pagi hari yang disebut morningsickness, akibat mual dan

muntah nafsu makan berkurang.

3) Mengidam

Mengidam (menginginkan makanan/minuman tertentu), sering

terjadi pada bulan-bulan pertama akan tertapi menghilang makin

tuanya kehamilan.

4) Pingsan

Pingsan, sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai.

Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat ramai pada bulan-

bulan pertama kehamilan dan akan hilang pada kehamilan 16

minggu.

5) Mamae menjadi tegang dan membesar Mamae menjadi tegang dan

membesar, keadaan ini disebabkan pengaruh estrogen dan

progesteroneyang merangsang duktuli dan alveoli di mammae.

6) Anoreksia

Anoreksia (tidak nafsu makan), pada bulan-bulan pertama

kehamilan setelah itu nafsu makan timbul lagi.

7) Sering miksi

Frekuensi kencing bertambah dan sering kencing disebabkan

karena desakan uterus yang membesar menekan kandung kemih.


13

8) Konstipasi

Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun disebabkan oleh

hormon steroid.

9) Epulis

Pembengkakan pada gusi disebabkan oleh peningkatan jumlah

pembuluh darah.

10) Perubahan pada perut

Uterus tetap berada pada rongga panggul sampai minggu ke 12

setelah uterus mulai diraba di atas simfisispubis.

11) Leukore (keputihan)

Tanda peningkatan jumlah cairan vagina pengaruh cairan tersebut

tidak menimbulkan rasa gatal, warnanya jernih dan jumlahnya

tidak banyak.

b. Tanda Kemungkinan Hamil

Menurut Hani (2010), tanda kemungkinan hamil adalah perubahan-

perubahan fisiologis yang dapat diketahui oleh pemeriksa dengan

melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil.

1) Pembesaran perut

Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan

keempat kehamilan.

2) Tanda Hegar

Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uteri.


14

3) Tanda Goodle

Tanda ini berupa servik menjadi lebih lunak dan jika dilakukan

pemeriksaan dengan speculum, serviks terlihat berwarna lebih

kelabu kehitaman.

4) Tanda Chadwiks

Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina

termasuk juga porsio dan servik karena adanya vaskularisasi pada

daerah tersebut.

5) Tanda piscaeseck

Merupakan pembasaran dan pelunakan rahim ke salah satu sisi

rahim yang berdekatan dengan tuba uterina. Biasanya, tanda ini

ditemukan di usia kehamilan 7-8 bulan.

6) Braxton Hicks

Kontraksi-kontraksi kecil uterus jika dirangsang.

7) Pemeriksaan Tes Biologi Kehamilan positif

Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya hormon HCG.

Hormon ini mulai dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan

meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada

60-70 usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-130

c. Tanda pasti (positivesign)

Tanda pasti adalah yang menunjukkan langsung keberadaan janin,

yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tanda pasti kehamilan

terdiri atas hal-hal berikut ini(menurut Hani dkk, 2014).


15

1) Gerakan janin dalam Rahim

Gerakan janin ini dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.

Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20

minggu. Denyut jantung janin Dapat didengar pada usia 12

minggudengan menggunakan alat fetalelectrocardiograf (misalnya

dopler). Dengan stetoskop Linec, DJJ baru dapat di dengar pada

usia kehamilan 18-20 minggu.

2) Bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan

bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba

dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir).

Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan

USG.

3) Kerangka janin

Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

4. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Hamil

a. Perubahan Fisiologis menurut (Sulistyawati, 2012).

1) Uterus

Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x

20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc. Hal ini memungkinkan

bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin. Pada saat ini rahim

membesar akibat hipertropi otot polos rahim, serabut-serabut

kolagennya menjadi higroskopik, dan endometrium menjadi

desidua.
16

2) Ovarium

Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus

luteumgraviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan

mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron.

3) Vagina dan Vulva

Oleh karena pengaruh estrogen, terjadi hiper vaskularisasi pada

vagina dan vulva, sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih

merah atau kebiruan, kondisi ini disebut dengan tanda Chadwick.

4) Kulit

Topeng kehamilan (cloasma gravidarum) adalah bintik-bintik

pigmen kecoklatan yang tampak dikulit kening dan pipi.

Peningkatan pigmentasi juga terjadi di sekeliling puting susu,

sedangkan di perut bawah bagian tengah biasanya tampak garis

gelap, yaitu spiderangioma (pembuluh darah kecil yang memberi

gambaran seperti laba-laba) bisa muncul dikulit, dan biasanya di

atas pinggang. Pelebaran pembuluh darah kecil yang berdinding

tipis sering kali tampak di tungkai bawah. Pembesaran rahim

menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut

elastis di bawah kulit, sehingga menimbulkan striae gravidarum /

striae livide. Bila terjadi peregangan yang hebat, misalnya pada

hidramnion dan gimeli, dapat terjadi diastasisrekti bahkan hernia.

Kulit perut pada lineaalba bertambah pigmentasinya dan disebut

sebagai lineanigra. Adanya vasodilatasi kulit menyebabkan ibu

mudah berkeringat.
17

5) Payudara

Payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami

banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa

perubahan yang dapat diamati oleh ibu adalah sebagai berikut :

a) Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan berat.

b) Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjar alveoli.

c) Bayangan vena-vena lebih membiru.

d) Hiperpigmentasi pada areola dan puting susu.

e) Kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum) berwarna

kuning.

6) Berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Cara yang dipakai untuk menentukan berat berat badan menurut

tinggi badan adalah dengan menggunakan indeks massa tubuh

(IMT) dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2.

Contoh, ibu hamil dengan berat badan sebelum hamil 56 kg dan

tinggi badan 1,62 meter. Maka IMT-nya adalah 56/(1,62)² = 21,3

Nilai IMT mempunyai rentang sebagai berikut:

a) 19,8-26,6 : Normal

b) <19,8 : Undeweight

c) 26,6-29,0 : Overweight

d) >29,0 : Obese

Pertambahan berat badan ibu hamil menggambarkan status gizi

selama hamil, oleh karena itu perlu dipantau setiap bulan.jika

terdapat kelambatan dalam penambahan berat badan ibu, ini dapat


18

mengindikasikan adanya malnutrisi sehingga dapat menyebabkan

gangguan pertumbuhan janin intra-uteri /IUGR (Intra Unterin

Growth Retardation).

5. Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil.

a. Perubahan Peran selama Kehamilan

Seiring dengan bertanbahnya usia kehamilan, ibu akan mengalami

perubahan psikologis dan pada saat ini pula wanita akan mencoba untuk

beradaptasi terhadap peran barunya melalui tahapan sebagai berikut :

1) Tahap antisipasi

Dalam tahap ini wanita akan mengawali adaptasi perannya

dengan merubah peran sosialnya melalui latihan formal (misalnya

kelas-kelas khusus kehamilan) dan informal melalui model peran

(rolemedel). Meningkatnya frekuensi interaksi dengan wanita

hamil dan ibu muda lainnya akan mempercepat proses adaptasi

untuk mencapai penerimaan peran barunya sebagai seorang ibu.

2) Tahap honeymoon (menerima peran mencoba menyesuaikan diri)

Pada tahap ini wanita sudah mulai menerima peran barunya

dengan cara mencoba menyesuaikan diri.Secara internal wanita

akan mengubah posisinya sebagai penerima kasih sayang dari

ibunya menjadi pemberi kasih sayang terhadap bayinya. Untuk

memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, wanita akan menuntut

dari pasangannya. Wanita akan mencoba menggambarkan figur

ibunya di masa kecilnya dan membuat suatu daftar hal-hal yang

positif dari ibunya untuk kemudian wanita adaptasi dan terapkan


19

kepada bayinya nanti. Aspek lain yang berpengaruh dalam tahap ini

adalah seiring dengan sudah mantapnnya beberapa persiapan yang

berhubungan dengan kelahiran bayi, termasuk dukungan semangat

dari orang-orang terdekatnya.

3) Tahap stabil (bagaimana mereka dapat melihat penampilan dalam

peran)

Tahap sebelumnya mengalami peningkatan sampai wanita

mengalami suatu titik stabil dalam penerimaan peran barunya.

Wanita akan melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat positif

dan berfokus untuk kehamilannya, seperti mencari tahu tentang

informasi seputar persiapan kelahiran, cara mendidik dan cara

merawat anak, serta hal yang berguna untuk menjaga kondisi

kesehatan keluarga.

4) Tahap akhir (perjanjian)

Meskipun wanita sudah cukup stabil dalam menerima

pesannya, namun wanita tetap mengadakan “perjanjian” dengan

dirinya sendiri untuk sedapat mungkin “menepati janji” mengenai

kesepakatan-kesepakatan internal yang telah wanita buat berkaitan

dengan apa yang akan wanita perankan sejak saat ini sampai

bayinya lahir kelak (Sulistyawati, 2012).

b. Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil Trimester

1) Trimester I (1-3 bulan)

Segera setelah konsepsi, kadar hormone progesteron dan

estrogen dalam kehamilan akan meningkat. Hal ini akan


20

menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah,

lelah, dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan

sering kali membenci kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan

kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan.Sering kali

pada awal kehamilannya ibuberharap untuk tidak hamil. Pada

trimester pertama, seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda

untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap

perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan

dengan seksama. Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan

merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukannya

kepada orang lain atau dirahasiakannya. Hasrat untuk melakukan

hubungan seksual pada wanita trimester pertama ini

berbeda.Walaupun beberapa wanita mengalami gairah seksual yang

lebih tinggi, kebanyakan mereka mengalami penurunan libido

selama periode ini. Keadaan ini menciptakan kebutuhan untuk

berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak

wanita merasa butuh untuk dicintai dan merasakan kuat untuk

mencintai, namun tanpa melakukan hubungan seksual. Libido

sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran

payudara, keprihatinan, dan kekhawatiran. Semua ini merupakan

bagian normal dari proses kehamilan pada trimester pertama.

Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya

akan menjadi ayah adalah timbulnya kebanggaan atas

kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dengan


21

keprihatinan akan kesiapan untuk menjadi seorang ayah dan

mencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah mungkin

akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang sedang mulai hamil

dan menghindari hubungan seksual karena takut akan mencederai

bayinya. Adapula pria yang hasrat seksualnya terhadap wanita

hamil relative lebih besar. Disamping respons yang

diperlihatkannya, seorang ayah perlu dapat memahami keadaan ini

dan menerimanya.

2) Trimester II (4-6 bulan)

Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat. Tubuh

ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang lebih tinggi dan

rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Perut ibu belum

terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban.Ibu sudah

menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan

pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu

dapat merasakan gerakan bayinya dan ibu mulai merasakan

kehadiran bayinya sebagi seorang di luar dari dirinya sendiri.

Banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan, rasa tidak

nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan

merasakan meningkatnya libido. Ibu merasa lebih stabil,

kesanggupan mengatur diri lebih baik, kondisi atau keadaan ibu

lebih menyenangkan, ibu mulai terbiasa dengan perubahan fisik

tubuhnya, janin belum terlalu besar sehingga belum menimbulkan


22

ketidaknyamanan. Ibu sudah mulai menerima dan mengerti tentang

kehamilannya.

3) Trimester III (7-9 bulan)

Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan

waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu

kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut

merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya.

Terkadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-

waktu. Keadaan ini menyebabkan ibu meningkatkan

kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala terjadinya

persalinan. Sering kali ibu merasa khawatir atau takut apabila bayi

yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan

bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau

benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang

ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik

yang akan timbul pada waktu melahirkan.

Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada

trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan

jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah

dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selam

hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan

dukungan dari suami, keluarga dan bidan.

Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran

bayi dan menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga jenis


23

kelamin bayinya (apakah laki-laki atau perempuan) dan akan mirip

siapa. Bahkan mereka mungkin juga sudah memilih sebuah nama

untuk bayinya.Berat badan ibu meningkat, adanya tekanan pada

organ dalam, adanya perasaan tidak nyaman karena janinnya

semakin besar, adanya perubahan gambaran diri (konsep diri, tidak

mantap, merasa terasing, tidak dicintai, merasa tidak pasti, takut,

juga senang karena kelahiran sang bayi (Sunarsih& Dewi, 2011).

6. Tanda-tanda Bahaya Pada Ibu Hamil

Tanda bahaya dalam kehamilan menurut (Mangkujidkk, 2013)

Perdarahan berikut ini :

a. Perdarahan pada saat hamil muda dapat menyebabkan keguguran.

b. Perdarahan pada saat hamil tua dapat membahayakan keselamatan

ibu dan janin dalam kandungan.

c. Bengkak pada kaki, tangan, dan wajah, atau sakit kepala kadang

kala disertai kejang. Bengkak atau sakit kepala pada ibu hamil

dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi dalam

kandungan.

d. Demam tinggi Biasanya kondisi ini disebabkan oleh infeksi atau

malaria. Demam tinggi dapat membahayakan keselamatan ibu,

menyebabkan keguguran atau kelahiran kurang bulan.

e. Keluar air ketuban sebelum waktunya. Merupakan tanda adanya

gangguan pada kehamilan dan dapat membahayakan bayi dalam

kandungan.
24

f. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak.

Keadaan ini merupakan tanda bahaya pada janin

g. Ibu muntah terus dan tidak mau makan. Keadaan ini akan

membahayakan kesehatan ibu

7. Pelayanan ANC

Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan

harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar 10

T terdiri dari :

1) Pengukuran tinggi badan cukup satu kali, bila tinggi badan <

145 cm, maka faktor risiko panggul sempit,kemungkinan sulit

melahirkan secara normal.Penimbangan berat badan setiap kali

periksa, sejak bulan keempat pertambahan berat badan paling

sedikit 1 kg/bulan.

2) Pengukuran tekanan darah (Tensi)

Tekanan darah normal 120/80 mmhg. Bila tekanan darah lebih

besar atau sama dengan 140/90 mmhg, ada faktor resiko

hipertensi (tekanan darah tinggi) dalam kehamilan.

3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)Bila < 23,5 cm

menunjukan ibu hamil menderita kurang energi kronis (KEK)

dan berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

4) Pengukuran tinggi rahim (TFU)

Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan

janin apakah sesuai dengan usia kehamilan.


25

5) Penentuan letak janin (presentasi janin) dan penghitungan

denyut jantung janin (DJJ) Apabila trimester III bagian

bawah janin bukan kepala atau kepala belum masuk

panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah

lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/menit

atau lebih dari 160 kali/menit menunjukkan ada tanda gawat

janin, dan segera rujuk.

6) Penentuan status imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Oleh petugas untukselanjutnya bilamana diperlukan

mendapatkan suntikan tetanus toksoid sesuai anjuran petugas

kesehatan untuk mencegah tetanus pada ibu dan bayi.

Tabel 2.1 Rentang waktu pemberian imunisasi TT dan lama

perlindungannya :

Tabel 2.1 Penentuan Status Imunisasi TT

Imunisasi TT Selang Waktu Lama Perlindungan

Minimal

TT 1 Langkah awal pembentukan

kekebalan tubuh terhadap

penyakit Tetanus

TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun

TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun

TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun


26

7) Pemberian tablet tambah darah

Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah

darah setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah

di minum pada malam hari untuk mengurangi rasa mual.

8) Tes Laboratorium

a) Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu

hamil bila diperlukan.

b) Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan

darah (anemia).

c) Tes pemeriksaan urine (air kencing)

d) Tes pemeriksaan darah lainnya, sesuai indikasi seperti

malaria, HIV, sifilis dan lain-lain.

9) Konseling atau penjelasan

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan

kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan dan inisiasi

menyusui dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI

eksklusif, keluarga berencana dan imunisasi pada bayi. Penjelasan

ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan ibu hamil.

10) Tatalaksana atau mendapatkan pengobatan

Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat hamilc


27

B. Teori Hepatitis B

1. Definisi Hepatitis B

Hepatitis B adalah infeksi yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh

virus Hepatitis B (VHB). Penyakit ini bisa menjadi akut atau kronis dan

dapat pula menyebabkan radang hati, gagal hati, serosis hati, kanker hati,

dan kematian. Dari beberapa penyebab Hepatitis yang disebabkan oleh

virus, Hepatitis B menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di

Indonesia karena manifestasinya sebagai Hepatitis akut dengan segala

komplikasinya serta risiko menjadi kronik (Kementerian Kesehatan RI,

2014; Feld dan Janssen, 2015).

2. Epidemiologi

Hepatitis virus merupakan sebuah fenomena gunung es, dimana

penderita yangHepatitis virus merupakan sebuah fenomena gunung es,

dimana penderita yang tercatat atau yang datang ke layanan kesehatan

lebih sedikit dari jumlah penderita yang sesungguhnya. Mengingat ini

adalah penyakit kronis yang menahun, dimana pada saat orang tersebut

telah terinfeksi, kondisi masih sehat dan belum menunjukkan gejala dan

tanda yang khas, tetapi penularan terus berjalan (Kementerian Kesehatan

RI, 2014).

Penyakit Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia

termasuk di Indonesia.Virus Hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2

milyar orang di dunia, dan sekitar 250 juta orang diantaranya menjadi

pengidap Hepatitis B kronis. Sekitar 15-40% dari pasien yang terinfeksi

kronis akan menjadi sirosis, menuju gagal hati dan atau kanker hati. Setiap
28

tahun, ada lebih dari 4 juta kasus klinis akut Hepatitis B virus. Dan

diperkirakan 1 juta orang meninggal setiap tahun karena infeksi kronis

Hepatitis B dan komplikasinya: sirosis atau kanker hati primer (Feld dan

Janssen, 2015).

Penularan virus ini pada janin, dapat terjadi dengan beberapa cara,

yaitu (Shao, dkk, 2011) :

a. Melewati plasenta

b. Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan

c. Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya

d. Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.

Virus Hepatitis B dapat menembus plasenta, sehingga terjadi hepatitis

virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode

neonatal. Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus plasenta,

ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada

janin baru lahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsi pada janin-janin yang

mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitis virus.Hasil autopsi

menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis

sel-sel hepar sampai suatu bentuk sirosis. Perubahan-perubahan yang lanjut

pada hepar ini, hanya mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak

janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih banyak

terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran virus

hepatitis dari ibu ke janin dapat terjadi secara hematogen. Angka kejadian

penularan virus hepatitis dari ibu ke janin atau bayinya, tergantung dari

tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada ibu dengan saat


29

persalinan.Angka tertinggi didapatkan, bila infeksi hepatitis virus terjadi pada

kehamilan trimester III. Meskipun pada Ibu-Ibu yang mengalami hepatitis

virus pada waktu hamil, tidak memberi gejala-gejala ikterus pada bayinya

yang baru lahir, namun hal ini tidak berarti bahwa bayi yang baru lahir tidak

mengandung virus tersebut. Ibu hamil yang menderita hepatitis virus B

dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan pada

janinnya jauh lebih besar dibandingkan dengan Ibu-Ibu hamil yang hanya

merupakan carrier tanpa gejala klinik (Shao, dkk, 2011).

Virus Hepatitis B masuk ke dalam tubuh secara parenteral. Dari

peredaran darah partikel Dane, yang merupakan lapisan permukaan dari VHB

atau dikenal dengan HBsAg, masuk ke dalam hati dan terjadi proses replikasi

virus. Selanjutnya sel-sel hati akan memproduksi dan mensekresi partikel

Dane utuh dengan bentuk bulat dan tubuler, dan HBeAg yang tidak ikut

membentuk partikel virus. VHB merangsang respons imun tubuh, yang

pertama kali dirangsang oleh respons imun nonspesifik (innate immune

response) karena dapat terangsang dalam waktu pendek, dalam beberapa

menit sampai jam.

Proses eliminasi nonspesifik ini terjadi tanpa restriksi HLA, yaitu

dengan memanfaatkan sel-sel NK dan NK-T (Shao, dkk,2011), Aktivasi sel

limfosit B dengan bantuan sel CD4+ akan menyebabkan produksi antibodi

antara lain anti-HBs, anti-HBc dan anti HBe. Fungsi anti-HBs adalah

netralisasi partikel VHB bebas dan mencegah virus kedalam sel. Dengan

demikian anti HBs akan mencegah penyebaran virus dari sel ke sel. Infeksi

kronik VHB bukan disebabkan gangguan produksi anti HBs. Buktinya pada
30

pasien Hepatitis B kronik ternyata dapat ditemukan adanya anti HBs yang

tidak bisa dideteksi dengan metode pemeriksaan biasa karena anti HBs

bersembunyi dalam kompleks dengan HBsAg (Shao, dkk, 2011).

Bila proses eliminasi virus berlangsung efisien maka infeksi VHB dapat

diakhiri, sedangkan bila proses tersebut kurang efisien maka terjadi infeksi

VHB yang menetap. Proses eliminasi VHB oleh respons imun yang tidak

efisien dapat disebabkan oleh faktor viral ataupun faktor pejamu. Faktor viral

antara lain: terjadinya imunotoleransi terhadap produk VHB, hambatan

terhadap CTL (Citotoksik T Limfosit) yang berfungsi melakukan lisis sel-sel

terinfeksi, terjadinya mutan VHB yang tidak memproduksi HBeAg, integrasi

genom VHB dalam genom sel hati. Faktor pejamu antara lain: faktor genetik,

kurangnya produksi IFN, adanya antibodi terhadap antigen nukleokapsid,

kelainan fungsi limfosit, respons antiidiotipe, faktor kelamin atau

hormonal(Shao, dkk, 2011).

Salah satu contoh peran imunotoleransi terhadap produk VHB dalam

persistensi VHB adalah mekanisme persistensi infeksi VHB pada neonatus

yang dilahirkan oleh ibu HBsAg dan HBeAg positif. Diduga persistensi

tersebut disebabkan adanya imunotoleransi terhadap HBeAg yang masuk ke

dalam tubuh janin mendahului invasi VHB, sedangkan persistensi pada usia

dewasa diduga disebabkan oleh kelelahan sel T karena tingginya kadar

partikel virus. Persistensi infeksi VHB dapat disebabkan karena mutasi pada

daerah precore dari DNA yang menyebabkan tidak dapat diproduksinya

HBeAg. Tidak adanya HBeAg pada mutan tersebut akan menghambat

eliminasi sel yang terinfeksi VHB (Shao, dkk, 2011)


31

3. Patofisiologi hepatitis B dalam kehamilan

Transmisi virus dari ibu ke anak umumnya dikenal dengan istilah

transmisi perinatal. Berdasarkan definisinya, periode perinatal dimulai dari

usia kehamilan 28 minggu dan berakhir pada hari ke-28 pasca salin.

Berdasarkan definisi ini, maka istilah transmisi perinatal tidak mencakup

infeksi yang terjadi sebelum/sesudah periode waktu tersebut, dan

karenanya digunakanlah istilah Mother to Child Transmission (MTCT)

yang mencakup infeksi VHB yang terjadi sebelum persalinan, saat

persalinan, dan masa kanak-kanak.

Secara teoritis, ada 3 jalur yang memungkinkan terjadinya MTCT,

yaitu (Navabakhsh, 2011) :

a. Transmisi Prenatal

Meskipun pemberian vaksinasi VHB dan titer HBIG yang tinggi

memiliki efektivitas sebagai Post-Exposure Prophylaxis (PEP) pada

bayi baru lahir, namun pemberian vaksin ini memiliki tingkat kegagalan

sebesar 3% - 9% terutama pada bayi yang lahir dari ibu dengan serum

marker VHB positif. Hal ini mungkin terjadi karena adanya transmisi

VHB intrauterin (transmisi prenatal). Mekanisme pasti transmisi VHB

prenatal sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada

beberapa hipotesa yang diduga berperan antara lain:

1) Adanya defek pada barier plasenta

Kebocoran trans plasenta terhadap darah maternal dengan

HBeAg positif, yang dapat diinduksi oleh kontraksi uteri selama

hamil atau karena gangguan barier plasenta (misalnya ancaman


32

persalinan preterm atau abortus spontan) merupakan jalur tersering

yang menyebabkan infeksi VHB intrauterin. Selain itu, prosedur

amniosintesis juga meningkatkan risiko transmisi virus karena

jarum yang digunakan secara transversal melalui dinding abdomen

dan uteri berisiko tercampur dengan darah ibu.

2) Infeksi plasenta dan transmisi VHB transplasenta

Plasenta yang terinfeksi VHB memiliki 2 kemungkinan, yaitu

dapat menjadi“penyebab” terjadinya transmisi VHB dari ibu ke

fetus, atau dapat terjadi karena merupakan “akibat” dari fetus yang

terinfeksi VHB melalui rute lain. Untuk membedakannya, para

peneliti telah mengukur gradien infeksi plasenta di sisi maternal

dan fetal, dan disimpulkan bahwa pada sebagian besar kasus,

infeksi transplasental merupakan “penyebab” terjadinya infeksi

VHB intrauterin.

Beberapa studi menunjukkan bahwa VHB DNA terdapat

dalam oosit/sperma. Oleh karena itu, fetus dapat terinfeksi VHB

sejak proses konsepsi.

Kemungkinan transmisi VHB intrauterin lainnya dapat terjadi

melalui infeksi ascending dari sekret vagina dari ibu yang

mengandung virus.

b. Transmisi Natal

Transmisi VHB saat proses persalinan dapat terjadi karena paparan

terhadap sekret serviks atau darah maternal yang mengandung virus.

Sampai saat ini masih terjadi perdebatan mengenai metode persalinan


33

terbaik untuk mencegah MTCT. Pada guideline obstetrik yang ada, nilai

HBsAg positif tidak mempengaruhi pemilihan metode persalinan,

sementara beberapa artikel merekomendasikan Cesarean section untuk

kasus-kasus dengan nilai VHB DNA maternal yang tinggi.

c. Transmisi Postnatal

Meskipun VHB DNA ditemui dalam ASI pada ibu yang terinfeksi,

namun pemberian ASI tidak terbukti meningkatkan risiko transmisi

asalkan bayi dibekali dengan imunoprofilaksis yang tepat saat lahir dan

sesuai jadwal.Selain itu, ASI tidak perlu ditunda sampai bayi selesai

divaksin. Menyusui tidak terbukti memberikan efek negatif terhadap

respon imun bayi terhadap vaksin VHB dan tidak meningkatkan angka

kegagalan vaksin. Hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah

transmisi postnatal adalah cara perawatan puting selama proses

menyusui agar tidak terjadi luka atau kulit yang kering dan pecah,

mengingat proses penularan dapat terjadi melalui blood to blood routes.

Tujuan utama tatalaksana infeksi virus hepatitis B kronis adalah

memperbaiki kualitas hidup dan derajat keberlangsungan hidup orang

yang terinfeksi dengan mencegah progresi penyakit ke penyakit sirosis,

sirosis terdekompensasi, penyakit liver stadium lanjut, hepatoselular

karsinoma, dan kematian; serta mencegah transmisi virus hepatitis B ke

orang lain.Tujuan ini dapat tercapai jika replikasi virus hepatitis B

ditekan secara baik. Terapi yang diberikan harus dapat mensupresi

kadar virologis sehingga dapat terjadi remisi biokimia, perbaikan


34

Secara histologis dan mencegah komplikasi. Namun, perlu diperhatikan

bahwa infeksi virus hepatitis B tidak dapat sepenuhnya dieradikasi

karena persistensi dari covalently closed circular DNA (cccDNA) di

nukleus hepatosit yang terinfeksi, dan genom virus hepatitis B

mengintegrasi genom inang dan dapat memicu onkogenesis dan

perkembangan hepatoselular karsinoma (Pollicino, dkk., 2011;

European Association for the Study of the Liver, 2012; Sarin, dkk.,

2016)

Indikasi terapi diberikan didasari oleh kombinasi dari tiga kriteria,

yaitu : kadar DNA VHB serum, kadar SGPT/ALT serum dan keparahan

penyakit hepar (dinilai secara klinis, biopsi hepar atau metode

noinvasif). Dari tiga kriteria itu, Pada hepatitis B dalam kehamilan,

terdapat dua indikasi dalam memutuskan terapi, yaitu penyakit hepar

kronik pada ibu dan pencegahan transmisi vertikal. Dua faktor risiko

yang berpengaruh terhadap transmisi vertikal adalah tingginya kadar

viral load VHB dan aktivitas replikasi viral yang tinggi. Transmisi

vertikal menyumbang lebih dari sepertiga kasus transmisi virus

hepatitis B, sehingga mencegah penularan ini dapat menurunkan angka

morbiditas akibat hepatitis B (Sarin, dkk, 2016).

Imunoprofilaksis virus hepatitis B pada bayi diberikan pada semua

bayi yang lahir dengan ibu HBsAg positif. Imunoprofilaksis ini

diharapkan dapat memberikan imunitas aktif dan pasif pada bayi.

Imunisasi pasif, hepatitis B immunoglobulin (HBIG) diberikan dalam

12 jam setelah lahir pada bayi. Imunisasi aktif, berupa dosis pertama
35

vaksin hepatitis B, diberikan dalam beberapa jam awal kehidupan.Pada

ibu yang tidak diketahui status HBsAg maternal, bayi tetap diberikan

vaksin sambil menunggu hasil dari pemeriksaan laboratorium.

Pemberian imunoprofilaksis ini mampu menurunkan rerata tranmisi

vertikal dari 90% menjadi 10% (Lamberth, dkk., 2015).

Penggunaan obat anti virus pada kasus hepatitis B dalam

kehamilan, dapat dipertimbangkan sesuai dengan kondisi yang

ditemukan.Pada kasus hepatitis B kronik, terapi antiviral analog

nukleotida dan interferon (IFN) dapat mempengaruhi kondisi janin. IFN

merupakan kontraindikasi kehamilan terutama trimester awal karena

bersifat antiproliferatif (Sarin, dkk, 2016)

Pemberian hanya diberikan pada ibu dengan viral load DNA VHB>

107 kopi/mL untuk pencegahan transmisi vertikal atau hepatitis B

kronis dengan fibrosis atau gejala aktif. Pemberian antiviral harus

mempertimbangkan keuntungan dan risiko dari ibu dan janin terkait

risiko progresi penyakit maternal, flares SGPT, perkembangan fetus,

transmisi vertikal VHB, rencana jangka panjang untuk terapi dan

kehamilan berikutnya (Pan dan Lee, 2013; Patton dan Tran, 2014).

Pemberian ASI tidak dilarang pada wanita dengan infeksi hepatitis

B kronis jika bayi telah mendapatkan imunoprofilaksis yang sesuai.

Tetapi, umumnya ibu disarankan tidak menyusui jika menggunakan

analog nukleotida karena keamanannya kepada bayi yang belum

diketahui (Sarin, dkk, 2016).


36

Infeksi akut virus hepatitis B pada ibu hamil tidak dikaitkan dengan

peningkatan mortalitas dan teratogensitas. Infeksi dapat dicegah dengan

vaksinasi dan bagi yang diduga telah terpapar dianjurkan untuk juga

diberikan immunoglobulin (HBIG). Apabila ibu mengalami HbeAg

positif (HBV DNA load tinggi) sebaiknya diberikan HBIG dan vaksin

untuk bayi. Bagi bayi yang ibunya HbeAg positif berisiko tinggi

menjadi infeksi HBV kronik vaksin Hepatitis B harus segera diberikan

setelah bayi lahir, mengingat vaksinasi Hepatitis B merupakan upaya

pencegahan yang efektif untu memutuskan rantai penularan melalui

transmisi maternal dari ibu kepada bayinya. Ada dua tipe vaksin

Hepatitis B yang mengandung HbsAg, yaitu:

1) Vaksin yang berasal dari plasma,dan

2) vaksin rekombinan. Kedua ini aman dan imunogenik walaupun

diberikan pada saat lahir karena antibody anti HbsAg tidak

mengganggu respons terhadap vaksin.

Menurut Pedoman Nasional di Indonesia dan WHO

merekomendasikan sebaiknya HBIg dan vaksin Hepatitis B diberikan

secara intra muscular dengan dosis 0,5 ml, selambat lambatnya 24 jam

setelah persalinan untuk mendapatkan efektifitas yang lebih tinggi.


37

4. Penyebab Hepatitis

a. Virus

b. Bakteri,misalnya salmnella typhi

c. Parasit

d. Obat-obatan

e. Bahan kimia atau sintesis yang dapat merusak hati (hepatosiklik)

f. Alkohol

g. Cacing

h. Gizi yang buruk

i. Autoimun

5. Gejala Dari Penyakit Hepatitis

Hepatitis akut ikterik dimulai dengan masa prodomal selama 3-5

hari kadang-kadang bisa mencapai 3 minggu, pada saat penderita merasa

tidak enak badan dengan gejala gangguan pencernaan, seperti tidak nafsu

makan, mula, muntah, demam ringan, rasa sakit pada sisi kanan atas perut,

lesu cepat lelah terutama pada malam hari, hasil pemeriksaan darah sering

menunjukan peningkatan serum transaminase (SGOT dan SGPT) dan

terdeteksinya HbsAg gejala tersebut biasa saja mereda saat timbul seperti

gejala icterus yang dimulai dengan air kencing berwarna pekat seperti air

teh tetapi jika terjadi terus menerus maka harus dilakukan pemeriksaan

lebih lanjut karena pada penyakit hepatitis B kronis, tanda dan gejala fisik

tidak begitu menonjol, yang mengalami perubahan adalah dari data

laboratorium (setiawan,2010)
38

6. Penatalaksanaan

a. Tirai baring

Hal ini dilakukan secukupnya sampai penderita merasa cukup kuat.

Bila penderita merasa lebih sehat walaupun mata masih kuning.

Kegiatan dapat dilakukan secara bertahap sesuai perjalan penyakit.

b. Diet

Penderita mendapat cukup kalori dengan 30-35 kalori per kg berat

badan atau sekitar 150-175% dari kebutuhan kalori basal makan, yang

kaya dengan karbohidrat arang komplikasi sebaiknya diberikan 300-400

kg per hari agar dapat melindungi protein tubuh atau asam amino

diberikan banyak 0,75 g/kg berat badan, selama ada rasa mual makanan

yang mengandung lemak dibatasi karena dapat menimbulkan rasa mual,

kembung dan mencret pada penderita karena aliran empedunya

terhambat.

c. Obat-obatan

Yaitu melakukan kolaborasi dengan dokter Mencegah penularan

infeksi prinatal. Mengingat begitu barriko penularan VBH dari ibu

kebayi, sangatlah penting untuk melakukan upaya pencegahan yang

ditempuh adalah melalui pemerikaan serologi HbsAg ibu (positif atau

negatif) maka upaya yang dilakukan untuk memberikan proteksi

terhadap bayi yang dilahirkannya menjadi lebih terarah dan jika

ternyata ibu udah terkena bisa diatasi dengan pemberian vaksin dan

immunoglobulin kepada bayi pada saat bayi baru lahir.


39

Menurut Rinkesdas (2013), prevalensi hepatitis 1,2% dari

penduduk di Indonesia, dimana 1-5% merupakan ibu hamil dengan

virus hepatitis B.Penularan infeksi VHB dapat terjadi dengan2 cara,

yaitu penularan horizontal dan vertikal. Penularan horizontal VHB

dapat terjadi melalui berbagai cara yaitu penularan perkutan, melalui

selaput lender atau mukosa. Mother-to-child-transmission (MTCT)

terjadi dari seorang ibu hamil yang menderita Hepatitis B akut memiliki

masa inkubasi 60-90 hari. Penularannya vertikal 95% terjadi masa

perinatal (saat persalinan) dan 5% intra uterine. Penularan horisontal

melalui transfusi darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, aktifitas

seksual Kementerian Kesehatan RI, (2014).

Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut.Infeksi

hepatitis B kronis didefinisikan sebagai deteksi terus-menerus dari

Hepatitis B surface antigen (HBsAg) selama lebih dari 6 bulan setelah

paparan awal virus.Usia saat terjadinya infeksi mempengaruhi

kronisitas penyakit. Bila penularan terjadi saat bayi maka 95% akan

menjadi Hepatitis B kronis, sedangkan bila penularan terjadi pada usia

balita, maka 20-30% menjadi penderita Hepatitis B kronis dan bila

penularan saat dewasa maka hanya 5% yang menjadi penderita

Hepatitis B kronis. Infeksi hepatitis B kronis dapat menyebabkan

morbiditas dan mortalitas dari sirosis hati dan 2 karsinoma

hepatoseluler hingga 40 persen dari orang-orang yang terkena dampak

Kementerian Kesehatan RI,(2014).


40

d. Tatalaksana

Persalinan pada kehamilan dengan hepatitis B dengan tindakan section

caesarea elektif memiliki tingkat penularan ke bayi lebih rendah

dibandingkan dengan persalinan pervaginam.

Terhadap bayi dengan ibu pengidap HBV dengan memberikan

vaksinasi segera setelah persalinan.

C. Teori Anemia

1. Definisi Anemia

Dalam kehamilan merupakan komplikasi akibat berbagai perubahan

anatomik serta fisiologik dalam tubuh ibu yang dapat menyebabkan

ekspansi volume plasma sehingga kebutuhan oksigen lebih tinggi dan

memicu peningkatan produksi eritropenin. Ekspansi volume plasma mulai

pada minggu ke enam kehamilan dan mencapai maksimum pada minggu

ke 24 kehamilan, dan terus meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik

puncaknya volume plasma sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil

dibandingkan dengan perempuan yang tidak hamil. Akibatnya, volume

plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Peningkatan volume

plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan

peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin

(hemodilusa). (Prawirohardjo, 2010).

Anemia dalam kehamilan didefenisikan sebagai suatu kondisi kadar

hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl pada trimester I dan III, atau kadar

hemoglobin kurang dari 10,5 g/dl pada trimester II . (Pratami, 2016) Nilai
41

normal yang akurat untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ketiga

parameter laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan.

Umumnya ibu hamil dianggap anemia jika kadar hemoglobinnya dibawah

11 g/dl atau hematokrit kurang dari 33%. Konsentrasi Hb kurang dari 11

g/dl pada akhir trimester pertama dan

2. Defisiensi Besi.

Pada kehamilan, resiko meningkatnya anemia deesiensi zat besi

berkaitan dengan asupan besi yang tidak adekuat dibandingkan kebutuhan

pertumbuhan janin yang cepat. Kehilangan zat besi terjadi akibat

pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoienis, kehilanan darah

pada saat persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhanya dapat

mencapai 900 mg atau setara dengan 2 liter darah. Sebagian perempuan

mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan

tambahan ini berakibat pada defesiensi zat besi. Pencegahan anemia

defesiensi zat besi dapat dilakukan dengan suplemen besi dan asam folat.

WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg zat besi selama 6 bulan

untuk memenuhi kebutuhan fisiologis selama kehamilan. Namun, banyak

literatur menganjukan dosis 100 mg besi setiap hari selama 16 minggu

atau lebih pada kehamilan. Di wilayah-wilayah dengan prevalensi anemia

yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan suplemen sampai 3 minggu

postpartum.

3. Defisiensi Asam Folat Pada kehamilan

Kebutuhan folat meningkat lima sampai sepuluh kali lipat karena

transfer folat dari ibu kejanin yang menyebabkan dilepasnya cadangan


42

folat maternal, hal ini terjadi karena kehamilan multiple, diet yang buruk,

infeksi, adanya nemia hemolitik. Kadar estrogen dan progesteron yang

tinggi selama kehamilan tampaknya memiliki efek penghambat terhadap

absorbsi folat. Defesiensi asam folat seringa terjadi pada kehamilan

sebagai penyebab utama anemia megabolik pada kehamilan. Anemia tipe

megabolik karena defesiensi asam folat merupakan penyebab kedua

terbanyak anemia defesiensi zat gizi. Penyebabnya oleh gangguan sitesis

DNA dan ditandai dengan adanya sel-sel megaloblastik yang khas untuk

anemia jenis ini. Defesiensi asam folat ringan juga telah dikaitkan dengan

anomali kongenital janin, tertama dapat pada penutupan tabung neural

(neural tube defects). Selain itu, defesiensi asam folat dapat menyebabkan

kelainan pada jantung, saluran kemih, alat gerak, dan organ lainya.

Penatalaksanaan defesiensi asam folat adalah pemberian folat secara oral

sebanyak 1 sampai 5 mg per hari. Pada dosis 1 mg, anemia umumnya

dapat dikoreksi meskipun pasien mengalami pula malabsorbsi. Ibu hamil

sebaiknya mendapat sedikitnya 400 ug folat perhari.

a. Penyebab Anemia Menurut Pratami (2016) penyebab anemia yaitu:

1) Peningkatan volume plasma sementara jumlah eritrosit tidak

sebanding dengan peningkatan volume plasma

2) Defesiensi zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin

(Hb), dimana zat besi adalah salah satu pembentuk hemoglobin.

3) Ekonomi: tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi dan

ketidak tahuan tentang pola makan yang benar .


43

4) Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi

yang banyak dan perdarahan akibat luka.

5) Mengalami dua kehamilan yang berdekatan

6) Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan.

7) Hamil saat masih remaja .

b. Tanda dan Gejala Anemia Pada Ibu Hamil Menurut (Proverawati

2011) tanda dan gejala anemia seperti:

1) Kelelahan

2) Penurunan energi

3) Sesak nafas

4) Tampak pucat dan kulit dingin

5) Tekanan darah rendah

6) Frekuensi pernapasan cepat

7) Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel

darah merah

8) Sakit kepala

9) Tidak bisa berkonsentrasi

10) Rambut rontok

11) Malaise

4. Patofisiologi Anemia dalam kehamilan

Dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: kurang zat besi,

kehilangan darah yang berlebihan, proses penghancuran eritrosit dalam

tubuh sebelum waktunya, peningkatan kebutuhan zat besi (Pratami,

2016). Selama kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga


44

memicu peningkatan produksi eritropenin. Akibatnya, volume plasma

bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume

plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan

peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb

(Prawirohardjo, 2010).

Sedangkan volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit

(Ht), konsentrasi hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak

menurunkan jumlah Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Ada spekulasi

bahwa anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan untuk viskositas

darah maternal sehingga meningkatkan perfusi plasenta dan membantu

penghantaran oksigen serta nutrisi ke janin (Prawirohardjo, 2010)

Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan

mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus

meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume plasma

sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil. Penurunan hematokrit,

konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada

minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu

ke 16 sampai 22 ketika titik keseimbangan tercapai (Prawirohardjo,

2010).

Jumlah eritrosit dalam sirkulasi darah meningkat sebanyak 450 ml.

Volume plasma meningkat 45-65 %, yaitu sekitar 1.000 ml. Kondisi

tersebut mengakibatkan terjadinya pengenceran darah karena jumlah

eritrosit tidak sebanding dengan peningkatan plasma darah. Pada

akhirnya, volume plasma akan sedikit menurun menjelang usia


45

kehamilan cukup bulan dan kembali normal tiga bulan postpartum.

Persentase peningkatan volume plasma yang terjadi selama kehamilan,

antara lain plasma darah 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pada

awal kehamilan, volume plasma meningkat pesat sejak usia gestasi 6

minggu dan selanjutnya laju peningkatan melaambaat. Jumlah eritrosit

mulai meningkat pada trimester II dan memuncak pada trimester III

(Pratami, 2016)

5. Komplikasi

Menurut (Pratami, 2016). Kondisi anemia sangat menggangu

kesehatan ibu hamil sejak awal kehamilan hingga masa nifas. Anemia

yang terjadi selama masa kehamilan dapat menyebabkan abortus,

persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,

peningkatan resiko terjadinya infeksi, ancaman dekompensasi jantung

jika Hb kurang dari 6,0 g/dl, mola hidatidosa, hiperemis gravidarum,

perdarahan ante partum, atau ketuban pecah dini. Anemia juga dapat

menyebabkan gangguan selama persalinan seperti gangguan his,

gangguan kekuatan mengejan, kala pertama yang berlangsung lama, kala

kedua yang lama hingga dapat melelahkan ibu dan sering kali

mengakibatkan tindakan operasi, kala ketiga yang retensi plasenta dan

perdaraan postpartum akibat atonia uterus, atau perdarahan postpartum

sekunder dan atonia uterus pada kala keempat. Bahaya yang dapat timbul

adalah resiko terjadinya sub involusi uteri yang mengakibatkan

perdarahan postpartum, resiko terjadinya dekompensasi jantung segera


46

setelah persalinan, resiko infeksi selama masa puerperium, atau

peningkatan resiko terjadinya infeksi payudara.

a. Respon Tubuh

1) Respon tubuh secara fisik Pada ibu hamil yang menderita anemia

biasanya disebabkan karena penurunan konsentrase Hb dan

asupan nutrisi yang kurang sehingga tubuh menjadi mudah cepat

lelah, mata berkunang kunang, sering merasa pusing dan keluhan

saat hamil bertambah (Manuaba,dkk, 2007) .

2) Respon tubuh secara psikologis.

Menurut Pratami (2016) pada ibu hamil yang menderita anemia

biasanya ibu hamil tersebut lebih sensitif dan merasa cemas

dengan keadaannya dan janinnya karena sangat berbahaya,

contonya bagi ibu bisa menyebabkan abortus, persalinan

prematur, peningkatan terjadi infeksi, ancaman dekompensasi

jantung jika Hb kurang dari 6,0 g/dl.

b. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Secara Medis. Penanganan anemia yang tepat

merupakan hal penting untuk mengatasi anemia pada awal untuk

mencegah atau meminimalkan konsekuensi serius perdarahan.

Penanganan anemia secara efektif perlu dilakukan. Ibu hamil berhak

memilih kadar Hb normal selama kehamilan dan memperoleh

pengobatan yang aman dan efektif. Pengobatan yang aman dan

efektif akan memastikan ibu hamil memiliki kadar Hb yang normal

dan mencegah pelaksanaan tindakan tranfusi darah. Peningkatan


47

oksigen melalui tranfusi darah telah ditentang selama dekade

terakhir. Selain itu, tindakan tranfusi beresiko menimbulkan masalah

yang lain, seperti transmisi virus dan bakteri (Pratami, 2016).

Konsumsi suplemen zat besi setiap hari berkaitan erat dengan

peningkatan kadar Hb ibu sebelum dan sesudah pelahiran. Selain itu,

tindakan tersebut juga mengurangi resiko anemia yang

berkepanjangan. Ibu yang mengkonsumsi suplemen zat besi atau

asam folat, baik harian maupun intermiten, tidak menunjukan

perbedaan efek yang signifikan. Konsumsi zat besi oral yang

melebihi dosis tidak meningkatkan hematokrit, tetapi meningkatkan

kadar Hb. Pemberian suplemen zat besi oral sering kali

menimbulkan eek samping mual dan sembelit.

D. Teori Kompetensi Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontrakssi

persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara

progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati, 2010)

a. Sebab-sebab Terjadinya Persalinan

Menurut Prawirohardjo (2009), Sebab terjadinya persalinan

sampai saat ini masih merupakan teori-teori yang komplek. Faktor


48

humoral, pengaruh prostaglanding, struktur uterus, sirkulasi uterus,

pengaruh saraf dan nutrisi disebut sebagai faktor yang mengakibatkan

partus mulai. Perubahan-perubahan dalam biokomia dan biofisika

telah banyak mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus,

antara lain penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Seperti

diketahui progesterone merupakan penenang bagi otot-otot uterus.

Menurunnya kadar kedua hormon ini terjadi kira-kira 1 sampai 2

minggu sebelum partus dimulai. Kadar progesteron dalam kehamilan

dari minggu ke 15 hingga aterm meningkat. Plasenta menjadi tua,

dengan tuanya kehamilan. Villikoriales mengalami perubahan-

perubahan, sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun.

Keadaan uterus yang menurun membesar dan menjadi tegang

mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan

faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter, sehingga

plasenta akan mengalami degenerasi. Berkurangnya nutrisi pada janin

maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan. Faktor-faktor lain

dikemukakan ialah tekanan pada ganglonservikale dari frankenhauser

yang terletak dibelakang. Bila ganglion tertekan, maka kontraksi

uterus dapat dibangkitkan. (Prawirohardjo,2009)

b. Bentuk-bentuk persalinan

Menurut Yanti (2010), bentuk-bentuk persalinan dapat digolongkan

menjadi:

1. Persalinan spontan, yaitu bila persalinan berlangsung dengan

tenaga sendiri.
49

2. Persalinan buatan, yaitu bila persalinan dengan merangsang

sehingga terdapat kekuatan untuk persalinan.

3. Persalinan anjuran, yaitu persalinan yang paling ideal karena tidak

memerlukan bantuan apapun dan mempunyai trauma persalinan

yang paling ringan sehingga kualitas sumber daya manusia dapat

terjamin

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Persalinan,

menurut (Sulistyawati&Nugraheny, 2014)

1. Penumpang (passenger)

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-

hal yang perlu diperhatikan menganai janin adalah ukuran kepala

janin, presentasi, letak-letak, sikap, dan posisi janin, sedangkan

yang perlu di perhatikan pada plasenta adalah letak, besar, dan

luasnya.

2. Jalan lahir (Passage)

Jalan lahir terbagi atau dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan

lahir lunak, hal-hal yang perlu diperhhatikan dari jalan lahir keras

adalah ukuran dan bentuk tulang panggul, sedangkan yang perlu

diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah segmen bawah rahim

yang dapat meregang, serviks, otot dasarpanggul, vagina, dan

intoitus vagina.

3. Kekuatan (Power)

Faktor kekuatan dalam persalinan terbagi atas dua, yaitu :

a) Kekuatan primer (kontraksi involuter)


50

Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan

dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang. Istilah

yang digunakan untuk menggambarkan kontraksi involuter ini

antara lain frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi. Kekuatan

primerini mengakibatkan serviks menipis (effacement) dan

berdilatasi sehingga janin turun.

b) Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)

Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu

berkontraksi dan mendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga

menimbulkan tekanan intra abdomen. Tekanan ini menekan

uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam

mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi

dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap kekuatan

ini cukup penting dalam usaha untuk mendorong keluar uterus

dan vagina.

2. Tahapan persalinan, menurut Manuaba (2010).

a. Kala I ( Kala Pembukaan )

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena

servik mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya

pembuluh darah kapiler sekitar kanalissevikalis karena pergeseran-

pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka. Kala I persalinan

dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks,

hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).


51

1) Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase:

a) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat

dimulai sejak awal kontraksi menyebabkan penipisan dan

pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,

berlangsung dalam 7-8 jam.

b) Fase aktif (pembukaan aktif 4-1 cm), berlangsung selama 6 jam

dan dibagi dalam 3 fase.

(1) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam,pembukaan 4

cm

(2) Periode dilatasi maksimal: berlangsung selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

(3) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam

pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi

uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika

terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan

berlangsung selama 40 detik atau lebih)dan terjadi penurunan

bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve Friedman,

diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1cm/jamdan

pembukaan multigravuda 2 cm/jam. Mekanisme membukanya

serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada

primigravida, ostium uteriinternum akan membuka lebih dulu,

sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium


52

suda sedikit terbuka. Ostium uteriinternum dan esternum serta

penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama

2) Perubahan Psiologis pada Kala I

a) Tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistol

rata-rata naik) 10-20 mmHg, diastol naik 5-10 mmHg. Antara

kontraksi, tekanan darah kembali seperti saat sebelum persalinan.

Rasa sakit, takut, dan cemas juga akan meningkatkan tekanan

darah.

b) Metabolisme

Metabolisme karbohidrat aerob akan meningkat secara

berangsur-angsur disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot

skeletal, peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu

tubuh, denyut nadi, curah jantung (cardiacoutpun), pernapasan, dan

kehilangan cairan.

c) Suhu tubuh

Oleh karena adanya peningkatan metabolisme, maka subu tubuh

sedikit meningkat selama persalinan. Selama dan setelah persalinan

akan terjadi peningkatan, jaga agar peningkatan suhu tidak lebih

dari 0,5-1°C

d) Detak jantung

Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, maka terjadi

sedikit peningkatan lau pernapasan dan dianggap normal,


53

hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa

menyebabkan alkalosis.

e) Ginjal

Poliuri sering terjadi selama proses persalinan, mungkin

dikarenakan adanya peningkatan cardiacoutput, peningkatan

filtrasi glomerulus, dan peningkatan aliran plasma ginjal.

Proteinuria yang sedikit dianggap normal dalam persalinan.

f) Gastrointestinal

Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara subtansi

berkurang sangat banyak selama proses persalinan. Selain itu,

berkurangnya pengeluaran getah lambung menyebabkan aktivitas

pencegahan hampir berhenti dan pengosongan lambung menjadi

sangat lambat, cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut

dalam waktu biasa.Mual dan muntah bisa terjadi sampai ibu

mencapai kehamilan kala I.

g) Hematologi

Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100 ml selama

persalinan dan akan kembali sebelum persalinan sehari

pascapersalinan, kecuali terdapat perdarahan postpartum.

b. Kala II (kala pengeluaran janin)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan seviks sudah lengkap

(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara

berlangsung selama 2 jam dan multipara 1 jam.


54

8) Tanda dan gejala kala II

a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit

b) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

c) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum

dan/atau vagina

d) Perinium terlihat menonjol

e) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka

f) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

9) Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang

menunjukan:

a) Pembukaan serviks telah lengkap

b) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina

c) Lamanya persalinan

Tabel 2.2 Waktu persalinan

Kala I 13 Jam 7 jam

Kala II 1 jam ½ jam

Kala III ½ jam ¼ jam

TOTAL 14 ½ jam 8 ¾ jam

3) Penatalaksanaan Fisiologis kala II

Penatalaksanaan didasarkan pada prinsip bahwa kala II

merupakan peristiwa normal yang diakhiri dengan kelahiran normal

tanpa adanya intervensi. Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan

ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya dan

beristirahat diantara dua kontraksi. Jika menginginkan, ibu dapat


55

mengubah posisinya, biarkan ibu mengeluarkan suara selama

persalinan dan kelahiran berlangsung. Biasanya ibu akan dibimbing

untuk meneran tanpa berhenti selama 10 detik atau lebih, tiga sampai

empat kali per kontraksi (Sagady, 1995).

Meneran dengan cara ini dikenal sebagai meneran dengan

tenggorokan terkatup atau vulsava manuver. Pada banyak penelitian,

meneran dengan cara ini berhubungan dengan kejadian menurunnya

DJJ dan rendahnya nilai APGAR (Enkin, etal. 2000). Oleh karena

cara ini berkaitan dengan buruknya keluaran janin, maka cara ini

tidak dianjurkan.

4) Perubahan psikolgis kala II

Pada kala II, histerkoordinasi kuat, cepat, dan lebih lama, kira-

kira 2-3 menit sekali. Kepada janin telah turun dan masuk ruang

panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul

yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran. Karena

tekanan rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan

tanda anus terbuka. Pada waktu terjadinya his, kepala janin mulai

kelihatan, vulva membuka, dan perinium meregang, dengan his

meneran yang terpimpin, maka akan lahir kepala diikuti oleh seluruh

badan janin.

c. Kala III (kala pengeluaran plasenta)

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.


56

1) Perubahan fisiologis kala III

Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya

ukran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi.

Penyusunan ukuran rongga uterus ini menyebabkan implantasi

plasenta karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan

ukuran plasenta tidak berubah. Oleh karena itu plasenta akan

menekuk, menebal, kemudian terlepas dari dinding uterus. Setelah

lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas

vagina.

2) Perubahan psikologis kala III :

a) Ibu ingin melihat, dan memeluk bayinya

b) Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya, juga merasa

sangat lelah

c) Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vaginanya perlu

dijahit

d) Menaruh perhatian terhadap plasenta.

d. Kala IV (kala pengawasan)

Kala IV dimulai stelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam

setelah proses tersebut.

1) Tingkat kesadaran

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan pernafasan

3) Kontraksi uterus

4) Terjadinya perdarahan, perdarahan dianggap masih normal jika

jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.


57

5) Asuhan dan pemantauan pada kala IV

a) Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, unuk

merangsang uterus berkontraksi

b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tanga secara

melintang antara pusat dan fundusuteri

c) Pekirakan kehilangan secara keseluruhan

d) Periksa perinium dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada

laserasi atau episiotopi)

e) Evakusi kondisi ibu secara umum

f) Dokumentasikan semua asuhan dan temukan selama kala IV

persalinan di halaman belakang patograf segera setelah asuhan

diberikan atau setelah penilaian dilakukan.

6) Pemantauan Keadaan Umum Ibu pada Kala IV

Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan

oleh perdarahan pasca persalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama

setelah kelahian bayi. Kaena alasan ini, penting sekali untuk

memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahapan atau kala

persalinan diselesaikan.Hal-hal yang perlu dipantau setelah dua jam

pertama pascapersalianan (Rohanidkk, 2013) antara lain:

a) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kamdung kemih, dan

perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30

menit dalam satu jam kedua pada kala IV


58

b) Pemijatan uterus unuk memastikan uterus menjadi keras, setiap

15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam

kedua kala IV

c) Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada

jam kedua pascapersalinan

d) Nilai perdarahan, periksa perinium dan vaginasetiap 15 menut

dalam satu jam perama dan setiap 30 menit pada jam

kedua.Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan

perdarah uterus, juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus

menjadi lembek

3. Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan

Menurut JNPK – KR (2008), ada lima aspek dasar atau lima

benang merah, yang penting dan saling terkait dalam asuhan

persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat

pada setiap pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis.

Lima benang merah tersebut adalah :

a. Membuat keputusan klinik

Membuat keputusan klinik merupakan proses yang

menentukan untuk menyelesaikan masalah dan menetukan asuhan

yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus akurat,

komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun

petugas yang memberikan pertolongan. Tujuan langkah dalam

membuat keputusan klinik adalah sebagai berikut :

1) Pengumpulan data utama yang relevan untuk membuat keputusan.


59

2) Menginterprestasikan data dan mengidentifikasi masalah.

3) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi atau

dihadapi.

4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk

mengatasi masalah.

5) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi

masalah.

6) Melaksanakan asuhan atau intevensi terpilih.

7) Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi.

b. Asuhan sayang ibu

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,

kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan

sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga

selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

c. Pencegahan Infeksi

Tindakan Pencegahan Infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen –

komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.

Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk

melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan

tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri,

virus dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko

penularan penyakit–penyakit berbahaya yang hingga kini belum

ditemukan pengobatannya, seperti hepatitis dan HIV/AIDS.


60

d. Pencatatan (dokumentasi)

Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan

klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus

memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan

kelahiran bayi.

e. Rujukan

Menurut Anggraini (2010), Rujukan adalah kondisi optimal dan

tepat waktu ke fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan

mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Sangat sulit

untuk menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan untuk

merujuk ibu atau bayinya ke fasilitas rujukan secara optimal dan tepat

waktu (jika penyulit terjadi) menjadi syarat bagi keberhasilan upaya

penyelamatan.Rujukan efektif adalah rujukan prinsip BAKSOKUDA

yaitu :

B (Bidan) :Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh

penolong persalinan yang kompeten untuk memiliki

kemampuan menatalaksanakan kedaruraran obstetrik dan

bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

A (Alat) : Bawakan perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan

persalinan, nifas, dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang

IV, alat resusitasi dan lain-lain) bersama ibu ke tempat

rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin

diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan.


61

K(Keluarga) : Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi

terakhir ibu atau bayi dan mengapa ibu atau bayi

perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan

tujuan merujuk ibu ke fasilitas rujukan

tersebut.Suami atau keluarga harus menemani ke

tempat rujukan.

S (Surat) : Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini

menggambarkan identifikasi mengenai ibu atau

bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan

uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat yang

diterima ibu atau bayi baru lahir. Lampirkan

partograf kemajuan persalinan ibu saat rujukan.

O (Obat) : Bawa obat – obatan yang diperlukan saat merujuk.

K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan

untuk merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman.

Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik

untuk mencapai tujuan pada waktu yang tepat.

U (Uang) : Ingkatkan keluarga untuk membawa uang dalam

jumlah yang cukup untuk membeli obat–obatan

yang diperlukan dan bahan– bahan kesehatan lain

yang diperlukan selama ibu atau bayi baru lahir

berada di fasilitas kesehatan rujukan.


62

DA (Darah) : Ingatkan keluarga untuk menyiapkan darah demi

keselamatan dan mengharap pertolongan dari

Allah.

E. Teori Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya

plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Nugrohotal,2014).

Masa nifas adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan

sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (Sofian, 2011).

Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta dan

mencakup enam minggu berikutnya (Astuti, 2015).

2. Tahapan Masa Nifas

Nifas dibagi menjadi 3 tahapan menurut Ambarwati (2010), yaitu

a. Puerperium Dini (immediate puerperium)

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan –

jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan diperbolehkan

bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial (early puerperium)

Kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.

c. Remotepuerpurium (later puerperium)

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.Waktu

untuk sehat dan sempurna bisa berminggu – minggu, bulanan, tahunan.


63

3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a. Perubahan uterus

Pada hari ke-2 pasca persalinan TFU 1 cm di bawah pusat, hari

ke- 3 dan hari k- 4 TFU 2 cm di bawah pusat, hari ke- 5 samapai hari

ke- 7 TFU setengah pusat simfisis, pada hari ke- 10 TFU tidak

teraba. Lochea Sanguinolenta muncul pada hari pertama sampai hari

ke 3 – 7 postpartum yang berwarna merah kecoklatan dan berlendir

(Anggraini, 2010).

b. Lochea

Lochea adalah ekstrasi cairan rahim selama masa nifas. Lochia

mengandung darah dan sisa jaringan desidu yang nekrotik dari dalam

uterus. Lochia berbau amis atau anyir volume yang berbeda-beda

pada setiap wanita. Lochia dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan

warna, waktu keluarnya dan ciri-ciri.

1) Lochea rubra atau merah, keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-4

masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena

terisi darah yang segar, jaringan sisa–sisa plasenta, dinding

rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan meconium. Jika

lochea tidak berubah, hal ini menunjukan adanya tanda–tanda

perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh

tertinggalnya sisa atau selamput plasenta.

2) Lochea sangunolenta, berwarna merah kecokelatan dan juga

berlendir. Lochea ini berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-

7 postpartum.
64

3) Lochea serosa, berwarna kuning kecokelatan karena

mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta.

Lochea ini keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.

4) Lochea alba atau putih, mengandung leukosit, sel desidua, sel

epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati,

lochea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu

postpartum (Astutidkk, 2015).

c. Perubahan vagina

Setelah mengalami overdistensi saat dilalui kepala dan badan

janin saat bersalin, maka dinding vagina menjadi kendur.Tonus

vagina maupun ruggae, yaitu lipatan–lipatan pada dinding vagina

biasanya kembali seperti semula dalam waktu 6 minggu. Luka–luka

di vagina dan perineum cepat sembuh, biasanya dalam 7 – 14 hari

(Astuti dkk, 2015).

d. Perubahan sistem pencernaan

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Hal ini

umum yang disebabakan karena makanan padat dan kurangnya

makanan yang berserat selama persalinan. Disamping itu karena

penekanan dada dalam kehamilan dan partus lama, sehingga

membatasi gerak pada usus, serta bisa juga terjadi karena pengaruh

psikis takut buang air besar karena ada luka jahitan perineum

(Salekha, 2009).
65

e. Perubahan oksitosin,

Dengan pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior

sehingga merangsang kontraksi rahim, sehingga mengurangi

perdarahan (Manuaba, 2010).

f. Perubahan perkemihan

Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama

kehamilan kembali normal pada akhir minggu ke- 4 setelah

melahirkan. Diuresis yang normal dimulai segera setalah bersalin

sampai hari ke- 5 setelah persalinan. Ureter dan pelvis renalis yang

mengalami distensi akan kembali normal pada 2–8 minggu setelah

persalinan (Salekha, 2009).

g. Perubahan tanda – tanda vital

1) Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C. Sesudah

partus akan naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal.

Sesudah 2 jam pertama melahirkan umunya suhu badan akan

kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 0C, mungkin terjadi

infeksi pada pasien (Nugroho dkk, 2014).

2) Nadi

Dalam nadi ibu berkisaran antara 60–80 x/menit, yakni pada

waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh.

Ini terjadi pada minggu pertama postpartum. Denyut nadi yang

melebihi 100 x/menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau

pendarahan postpartum (Nugroho dkk, 2014).


66

3) Pernafasan

Frekuensi pernapasan normal pada orang dewasa adalah 16 –

24 x/menit.Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat atau

normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau

keadaan istirahat (Nugroho dkk, 2014).

4) Tekanan Darah

Tekanan darah < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa

meningkat dari pra persalinan pada 1–3 hari postpartum

(Suhernidkk, 2009).

4. Adaptasi Psikologis Ibu pada Masa Nifas

Perubahan emosi dan psikologi ibu pada masa nifas terjadi karena

perubahan peran, tugas dan tanggung jawab menjadi orang tua. Suami

istri mengalami perubahan peran menjadi orang tua sejak masa

kehamilan.Dalam periode masa nifas, muncul tugas orangtua dan

tanggung jawab baru yang disertai dengan perubahan – perubahan

perilaku.

Periode masa nifas merupakan masa perubahan besar bagi ibu

baru dan keluarganya. Peran dan harapan seiring berubah sebagai

keluarga yang menyesuaikan dengan tambahnya keluarga baru mereka

dan mereka belajar untuk “menjadi ibu”. Banyak perubahan psikologis

terjadi pada ibu selama waktu ini.Asuhan kebidanan harus berfokus

pada membantu ibu dan keluarganya untuk menyesuaikan diri dengan

perubahan ini dan meringankan transisi ke peran orang tua. Penyesuaian

dilakukan terhadap semua perubahan baru. Keluarga memulai peran


67

baru, pada beberapa ibu dapat menyebabkan gangguan psikologis,

seperti postpartumblues dan bila tidak ditangani dapat berlanjut menjadi

depresi postpartum.

Adaptasi psikologis pastpartum yaitu ibu biasanya mengalami

penyesuaian psikologis selama postpartum. Reva Rubin meneliti

adaptasi ibu melahirkan pada tahun 1960, yang mengidentifikasi tiga

fase yang dapat membantu bidan memahami perilaku ibu setelah

melahirkan. Dikemukakan bahwa setiap fase meliputi rentang waktu

tertentu dan berkembang melalui fase secara berurutan (Astutidkk,

2015). Tahapan Rubin dalam Adaptasi Psikologis Ibu :

a. Fase takingin (fase ketergantungan)

Lamanya 3 hari setelah melahirkan. Fokus pada diri ibu sendiri,

tidak pada bayi, ibu membutuhkan waktu untuk tidur dan istirahat.

Pasif, ibu mempunyai ketergantungan dan tidak bisa mengambil

keputusan. Ibu memerlukan bimbingan dalam merawat bayi dan

mempunyai perasaan takjub ketika melihat bayinya yang baru lahir.

b. Fase takinghold (fase independen)

Akhir hari ke-3 sampai hari ke-10 aktif, mandiri, dan bisa

membuat keputusan. Memulai aktivitas perawatan diri, fokus pada

perut, dan kandung kemih. Fokus pada bayi dan menyusui.

Merespon intruksi tenang perawatan bayi dan perawatan diri, dapat

mengungkapkan kurangnya kepercayaan diri dalam merawat bayi.


68

c. Lettinggo (fase interdependen)

Terakhir hari ke-10 sampai 6 minggu postpartum. Ibu sudah

mengubah peran barunya. Menyadari bayi merupakan bagian dari

dirinya. Ibu sudah dapat menjalankan perannya.

5. Kebutuhan Dasar Ibu pada Masa Nifas (Vivian, 2011)

a. Nutisi dan Cairan

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi

sebagai berikut :

1) Mengkonsumsi tambahan 5000 kalori tiap hari.

2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral, dan vitamin yang cukup.

3) Minum sedikitnya 3 liter perhari

4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya

selama 40 hari pasca partum.

5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit sebanyak 2 kapsul 1x1/hari

agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinnya melalui ASI

(Saleha, 2009)

b. Ambulasi

Menurut (Saleha, 2009).Ambulasi dini (early ambulation) ialah

kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing post

parrtum bagian dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat

mungkin untuk berjalan. Ibu post partum sudah diperbolehkan

bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum. Keuntungan

early ambulation adalah sebagai berikut:


69

1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation

2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

3) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkaan ibu cara

merawat anaknya selama ibu masih di rumah sakit.

4) Lebih sesuai dengan keadaan di indonesia (sosial ekonomi).

Earrly ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak

menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaaruhi

penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut, serta tidak

memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto.

c. Eliminasi

1) Buang Air Kecil

Rasa nyeri kadang mengakibatkan ibu nifas enggan

berkemih, tetapi harus diusahakan untuk tetap berkemih secara

teratur. Hal ini dikarenakan kandung kemih yang penuh dapat

menyebabkan gangguan kontraksi uterus yang dapat

menyebabkan perdarahan uterus. Buang air kecil sebaiknya

dilakukan secara spontan/mandiri. BAK yang normal pada masa

nifas adalah BAK spontan setiap 3-4 jam (Astuti dkk, 2015).

2) Buang Air Besar

BAB normal sekitar 3-4 hari masa nifas. Feses yang dalam

beberapa hari tidak dikeluarkan akan mengeras dan dapat

mengakibatkan terjadinya konstipasi (Asututi dkk, 2015).


70

3) Personal Higiene

Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri menjadi

kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan

(Nugroho et al, 2014).

4) Istirahat dan Tidur

Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa

tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan. Ibu nifas

memerlukan istirahat cukup yaitu sekitar 8 jam pada malam hari

dan pada siang hari 1 jam. (Asututi dkk, 2015).

5) Aktivitas Seksual

Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah

sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu

postpartum. Hasrat seksual pada bulan pertama akan berkurang

baik kecepatannya maupun lamanya, selain itu orgasme juga

akan menurun (Asututi dkk, 2015).

6. Kunjungan Nifas (KF)

a. Kunjungan Nifas 1 (KF 1)

Menurut (Purwoastuti, 2015) pada kunjungan pertama 6-8 jam

setelah persalinan bertujuan untuk mencegah terjadinya perdarahan

pada masa nifas, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan

dan memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota

keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atoniauteri, pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu,


71

mengajarkan ibu untuk mempercepat hubungan antara ibu dan bayi

baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermi.

b. Kunjungan Nifas 2 (KF 2)

Menurut (Purwoastuti, 2015), pada 6 hari setelah persalinan

dilakukan pemeriksaan dengan tujuan memastikan involusiuteri

berjalan normal, uterus berkontraksi, fundusdibawahumbilicus tidak

ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau, manilai adanya tanda-

tanda demam, infeksi atau kelainan pasca melahirkan, memastikan

ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit,

memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara

merawat tali pusat dan menjaga bayi agar tetap hangat.

c. Kunjungan Nifas 3 (KF 3)

Menurut Purwoastuti, (2015), kunjungan 2 minggu postpartum

penilaian 2 minggu setelah persalinan yaitu memastikan involusiuteri

berjalan normal, uterus berkontraksi, fundusdibawah umbilikus tidak

ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau. Menilai adanya tanda-

tanda demam, infeksi atau kelainan pasca melahirkan. Memastikan

ibu dapat cukup makanan, cairan dan istirahat. Memastikan ibu

menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.

Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara

merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat.


72

d. Kunjungan Nifas 4 (KF 4)

Menurut (Purwoastuti, 2015), kunjungan 6 minggu setelah

persalinan dilakukan dengan tujuan menanyakan pada ibu tentang

penyulit-penyulit yang dialami atau bayinya. Memberikan konseling

untuk ber KB secara dini.

F. Kompetensi Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Menurut (Sondakh, 2013) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang

lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat badan lahir antara

2500-4000 gram.

Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu

dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang sekitar 50-55 cm.

Bayi baru lahir juga dengan neonatus merupakan individu yang

sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus

dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin kehidupan

ekstra uterin.

2. Kriteria Bayi Baru Lahir Normal

Menurut (Sondakh, 2013).Bayi baru lahir normal jika termasuk

dalam kriteria sebagai berikut:

a. Berat badan bayi lahir antara 2500-4000 gram.

b. Panjang badan bayi 48-50 cm.

c. Lingkar dada bayi 32-34 cm.

d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.


73

e. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian turun

sampai 120-140 kali/menit pada bayi berumur 30 menit.

f. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit

disertai pernapasan cuping hidung, retraksisuprasternal dan interkostal,

serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan dilapisi vernikskaseosa.

h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.

i. Kuku telah agak panjang dan lemas.

j. Genetali : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labiamayora telah

menutupi labiaminora (pada bayi perempuan).

k. Reflek isap, menelan dan moro telah terbentuk

l. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar padaa 24.00 jam

pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan

lengket.

3. Penilaian APGAR

Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah lahir

dengan menggunakan nilai APGAR, penulisan berikutnya dilakukan pada

menit ke lima dan ke sepuluh. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah

bayi menderita asfiksia atau tidak. (Sondakh, 2013).


74

Tabel 2.3 Penilaian APGAR SCORE

0 1 2

Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh

(warna kulit) ekstermitas kemerah-

biru merahan

Pulserate Tidak ada Kurang dari Lebih dari 100

(frekuensi nadi) 100

Grimance Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin

(reaksi mimik

rangsang)

Activity (tonus Tidak ada Ekstermitas Gerakan aktif

otot) dalam sedikit

fleksi

Respiration Tidak ada Lemah/tidak Baik/menangis

(pernafasan) teratur

Setiap variabel diberi nilai 0,1,2, atau sehingga nilai tertinggi

adalah 10. Nilai 7-10 pada menit pertamamamenunjukan bahwa bayi

berada dalam kondisi baik. Nilai 4-6 menunjukan adanya depresi

sedang dan membutuhkan beberapa jenis tindakan resusitasi. Bayi

dengan nilai 0-3 menunjukan depresi serius dan membutuhkan

resusitasi segera dan mungkin memerlukan ventilasi.


75

4. Mengkaji nilai APGAR

Cara mengkaji Nilai APGAR menurut (Sondakh, 2013).adalah sebagai

berikut :

a. Observasi tampilan bayi, misalnya apakah seluruh tubuh bayi berwarna

merah muda (2), apakah tubuhnya merah muda, tetapi ekstermitas biru

(1), atau seluruh tubuh bayi pucat atau biru (0).

b. Hitung frekuensi jantung dengan memalpasiumbilikalus atau meraba

bagian atas dada bayi di bagian aspek 2 jari. Hitung denyutan selama 6

detik, kemudian dikalikan 10. Tentukan apakah frekuensi jantung >100

(10 denyut atau lebih pada periode 6 detik kedua) (2), <100 (<10

denyutan dalam 6 detik) (1), atau tidak ada ada denyut (0). Bayi yang

berwarna merah muda, aktif, dan bernafas cenderung memiliki

frekuensi jantung >100.

c. Respon bayi terhadap stimulasi juga harus diperiksa, yaitu respon

terhadap rasa haus atau sentuhan. Pada bayi yang sedang diresusitasi,

dapat berupa respon terhadap penggunaan kateter oksigen atau

pengisapan. Tentukan apakah bayi menangis sebagai respon terhadap

stimulus (2), apakah bayi mencoba untuk menangis tetapi hanya dapat

merintih (1), atau tidak ada respon sama sekali (0).

d. Observasi tonus otot bayi dengan mengobservasi jumlah aktivitas dan

tingkat fleksi ekstermitas. Adakah gerakan aktif yang menggunakan

fleksi ekstermitas yang baik (2), adakah fleksi ekstermitas (1), atau

apakah bayi lemas (0).


76

e. Observasi upaya bernafas yang dilakukan bayi. Apakah baik dan kuat,

biasanya di lihat dari tangisan bayi (2), apakah pernapasan bayi lambat

dan tidak teratur (1), atau tidak ada pernapasan sama sekali (0)

5. Kunjungan Neonatal

a. Kunjungan neonatal 1 (KN 1)

Kunjunan dilakukan dalan kurun waktu 6-48 jam setelah bayi lahir.

Menurut (Depkes RI, 2009) Mempertahankan suhu tubuh bayi, hindari

memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam dan hanya setelah itu

jika terjadi masalah medis dan jika suhunya 36,5ºc, bungkus bayi

dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus tertutup,

pemeriksaan fisik bayi, pemeriksaan fisik bayi dilakukan dengan

menggunakan tempat tidueyang hangat dan bersih, cuci tangan sebelum

dan sesudah melakukan pemeriksaan, konseling jaga kehangatan,

pemberian ASI, perawatan tali pusat, agar ibu mengawasi tanda-tanda

bahay bayi.

b. Kunjungan Neonatal 2 (KN 2)

Menurut (Depkes RI, 2009) Kunjungan neonatal 2 (KN 2)

dilakukan pada kurun waktu 3-7 hari setelah bayi lahir. Penatalaksanaan

pada KN 2 adalah menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering,

menjaga kebersihan bayi, pemeriksaan tanda bahaya pada bayi,

menjaga suhu tubuh bayi, konseling ASI eksklusif, menatalaksanakan

perawatan bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan buku KIA.


77

c. Kunjungan Neonatal 3 (KN 3)

Menurut (Depkes RI, 2009) Kunjungan Neonatal 3 (KN 3)

dilakukan pada kurun waktu hari ke 8-28 setelah bayi lahir. Menjaga

kebersihan bayi, memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada bayi baru

lahir, menjaga keamanan bayi, menjaga suhu tubuh bayi, koonseling

ASI Eksklusif, memberitahu ibu untuk imunisasi BCG dan Polio 1.

G. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

1. Manajemen Kebidanan

a. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan merupakan suaty metode atau bentuk

pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberi asuhan kebidanan

(Yulifah, 2014). Manajemen kebidanan adalah bentuk pendekatan yang

dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan

menggunakan metode pemecahan masalah. (Yulifah, 2014)

b. Model-model dokumentasi asuhan kebidanan

1) Menajemen kebidanan tujuh langkah varney, yaitu meliputi:

a) Pengkajian data

b) Identifikasi diagnosis dan masalah

c) Identifikasi diagnosis dan masalah potensial

d) Identifikasi kebutuhan segera

e) Menyusun rencana asuhan (intervensi)

f) Melaksanakan rencana asuhan (implementasi)

g) Evaluasi
78

2) Model dokumentasi SOAP

a) S (Subyektif)

b) O (Obyektif)

c) A (Assesment)

d) P (Planning)

c. Penerapan langkah manajemen kebidanan

1) Manajemen kebidanan tujuh langkah varney

a) Pengkajian / Pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama ini, dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi

keadaan klien secara lengkap. Pada langkah pengkajian, bidan

mengumpulkan semua informasi akurat dan lengkap dari

beberapa sumber yang berkaitan dengan kondisi klien dengan

cara wawancara dengan klien, suami, keluarga, dan dari

catatan/dokumentasi pasien untuk memperoleh data subyektif.

Sementara itu, data obyektif dilakukan dengan melakukan

observasi dan pemeriksaan.

(1) Data Subyektif

Menurut Romauli (2011), data subyektif adalah data fokus

yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan

kondisinya.

(2) Data Obyektif

Menurut Roumali (2011), data obyektif menggambarkan

pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil


79

laboratorium, dan uji diagnosik lain yang dirumuskan dalam

data fokus untuk mendukung asuhan kebidanan.

b) Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga

dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.

c) Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien.

d) Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera.

Kebutuhan adala hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang di dapatkan

dengan melakukan analisis data. Pada langkah ini, bidan

menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan

konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdarkan

kondisi klien.

e) Perencanaan asuhan secara menyeluruh

Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh (intervensi) pada

langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan


80

sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien

kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum

melaksanakannya.

f) Pelaksanaan perencanaan

Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara

efisien dan aman. Perencanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh

bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim yang lainnya.

Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter maka

keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien tetap

bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana dengan

menyeluruh.

g) Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang telah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagian telah di

identifikasi didalam diagnosa dan masalah.

2) Pendokumentasian asuhan SOAP

Untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh seorang bidan melalui

proses berpikir sistemik, didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

a) S (Subyektif) yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil

pengumpulan data klien melalui anamnesis.

b) O (Obyektif) yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan uji diagnosis lain

yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan.


81

c) A (Assesment) yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil

analisis dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu

identifikasi : diagnosis atau masalah, antisipasi diagnosis atau

masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter/konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan.

d) P (Planning) yaitu menggambarkan pendokumentasian tindakan

dan evaluasi perencanaan berdasarkan assesment (Yulifah, 2014)

e)

H. Landasan Hukum Kewenangan Bidan

1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang izin praktik

bidan dan penyelenggaraan praktik bidan yaitu :

a. Pasal 18

Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki

kewenangan untuk memberikan:

1) Pelayanan kesehatan ibu

2) Pelayanan kesehatan anak dan

3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

b. Pasal 19

1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa

persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua

kehamilan.
82

Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi pelayanan:

a) konseling pada masa sebelum hamil;

b) antenatal pada kehamilan normal;

c) persalinan normal;

d) ibu nifas normal;

e) ibu menyusui; dan

f) konseling pada masa antara dua kehamilan.

2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:

a) Episiotomi;

b) Pertolongan persalinan normal;

c) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;

d) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

e) Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;

f) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;

g) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu

ibu eksklusif;

h) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum;

i) Penyuluhan dan konseling;

j) Bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan

k) Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.


83

c. Pasal 20

1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak

prasekolah.

2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:

a) pelayanan neonatal esensial.

b) penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.

c) pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak

prasekolah.

d) konseling dan penyuluhan.

3) Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan

tali pusat, pemberian suntikan Vit K1, pemberian imunisasi HB0,

pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya,

pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat

ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan

Kesehatan yang lebih mampu.

4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:

a) Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan

jalan nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung;


84

b) Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR

melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara

menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru.

c) Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol

atau povidoniodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan

kering.

d) Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir

dengan infeksi gonore (GO).

5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan

penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran

tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini

penyimpangan tumbuh kembang balita dengan menggunakan

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

6) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf d meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE)

kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI

eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan,

imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.

d. Pasal 21

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c,

Bidan berwenang memberikan:


85

1) penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana; dan

2) pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan

2. Standar Pelayanan Kebidanan

Menurut (Midwifery Update, 2016), Adapun ruang lingkup standar

pelayanan kebidanan meliputi 31 standar yang dikelompokan sebagai

berikut:

a. Standar praktik bidan secara umum (2 standar)

Standar 1 : persiapan Kehamilan, Persalinan, dan Periode Nifas yang

sehat

Standar 2 : Pendokumentasian

b. Standar praktik bidan pada kesehatan ibu dan anak (13 standar)

1) Standar praktik Bidan pada pelayanan ibu hamil (5 standar)

Standar 3 : Identifikasi Ibu hamil

Standar 4 : pemeriksaan antenatal dan deteksi dini komplikasi

Standar 5 : penatalaksanaan anemia pada kehamilan

Standar 6 : persiapan persalinan

Standar 7 : pencegahan HIV dari Ibu dan Ayah ke Anak

2) Standar praktik bidan pada pelayanan Ibu Bersalin (3 standar)

Standar 8 : penatalaksanaan persalinan

Standar 9 : Asuhan Ibu PostPartum

Standar 10 : Asuhan Ibu dan Bayi selama masa postnatal

3) Standar praktik bidan pada kesehatan anak (5 standar)

Standar 11 : Asuhan segera pada Bayi Baru Lahir Normal


86

Standar 12 : Asuhan Neonatus

Standar 13 : Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

Standar 14 : pemantauan tumbuh kembang Bayi, Anak Balita dan

anak pra sekolah

Standar 15 : Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah

c. Standar praktik kesehatan reproduksi perempuan dan KB (5 standar)

Standar 16 : kesehatan reproduksi perempuan

Standar 17 : konseling dan persetujuan tindakan medis

Standar 18 : pelayanan kontrasepsi pil

Standar 19 : pelayanan kontrasepsi suntik

Standar 20 : pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK/Implant)

Standar 21 : pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

d. Standar praktik bidan pada kegawatdaruratan maternal dan neonatal (10

standar)

Standar 22 : penanganan perdarahan pada kehamilan muda (< 22

minggu)

Standar 23 : penanganan perdarahan dalam kehamilan (> 22 mingguu)

Standar 24 : penanganan preeklampsia dan eklampsia

Standar 25 : penanganan partus lama atau macet

Standar 26 : penanganan gawat janin

Standar 27 : penanganan retensio plasenta

Standar 28 : penanganan perdarahan postpartum primer

Standar 29 : penanganan perdarahan postpartum sekunder

Standar 30 : penanganan sepsispuerperalis


87

Standar 31 : penanganan asfiksianeonatorum

Standar pelayanan kebidanan pada penanganan anemia dalam

kehamilan adalah sesuai standar 5 yaitu penatalaksanaan anemia dalam

kehamilan. Bidan menemukan perubahan kadar Hbpada kehamilan dan

mengambil tindakan yang tepat. Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu

bidan dapat mengenali dan menemukan secara dini adanya anemia pada

kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan. Adapun tindakan

yang dapat dilakukan bidan yaitu rutin memeriksa kadar Hb ibu setiap 1

minggu sekali menjelang persalinan dan mencatatnya. Jika terdapat kadar

Hb <11g% maka dilakukan tindakan yang diperlukan. Hasil yang

diharapkan dari penatalaksanaan standar ini adalah ibu hamil dengan

anemia mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu.

3. Kompetensi Bidan

Menurut (Aticeh dkk, 2014), kompetensi bidan adalah :

a. Kompetensi ke 1 : Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan

ketrampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang

dapat membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan

budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.

b. Kompetensi ke 2 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

untuk mengoptimalkan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan

pelayanan menyeluruh di masyarakat untuk meningkatkan kehidupan

keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi

orang tua.
88

c. Kompetensi ke 3 : Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi

untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi :

deteksi dini, pengobatan atau rujukan.

d. Kompetensi ke 4 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tingggi,

tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin

suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi

kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan

bayinya yang baru lahir.

e. Kompetensi ke 5 : Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan

menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.

f. Kompetensi ke 6 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.

g. Kompetensi ke 7 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan – 5 tahun).

h. Kompetensi ke 8 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

komprehensif pada keluarga, kelmpok dan masyarakat sesuai dengan

budaya setempat.

i. Kompetensi ke 9 : Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau

ibu dengan gangguan sistem reproduksi.


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.I

DI PUSKESMAS KALIBAKUNG KECAMATAN BALAPULANG

KABUPATEN TEGAL

(Studi Kasus HbSAg Reaktif, Anemia dan Preeklamsia)

A. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

Pada tanggal 8 September 2018 jam 16.00 WIB penulis melakukan

asuhan kebidanan pada Ny.I di BPM Ny. M dengan teknik wawancara,

Observasi,pemeriksaanfisik.Hasil yang diperoleh dari pengkajian adalah

sebagai berikut :

1. Pengkajian Data

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan bernama Ny. I umur 30 tahun, suku bangsa jawa,

agama Islam, pendidikan SMU, pekerjaan IRT, beralamat di Desa

Banjaranyar RT 02 RW 05 Kecamatan Balapulang. Suami Ny.I

Bernama Tn.R umur 31 tahun, suku bangsa jawa, agama Islam,

pendidikan SMU, pekerjaan Karyawan Swasta.

1) Keluhan Utama

Ibu mengatakan saat ini merasa sering lelah

2) Riwayat Obstetri dan Ginekologi

a) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

89
90

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang kedua usia

kehamilannya 9 bulan, sudah pernah melahirkan dan belum pernah

mengalami keguguran. Ibu mengatakan hamil yang pertama usia

kehamilannya 9 bulan, jenis persalinan spontan, penolong

persalinan bidan, jenis dengan nifas normal. Keadaan anak saat ini

hidup sekarang berumur 3,5 tahun dan jenis kelamin laki-laki.

3) Riwayat Kehamilan Sekarang

Kehamilan ibu sekarang adalah kehamilan yang kedua dan

belum pernah mengalami keguguran. Ibu melakukan pemeriksaan

ANC pada Trimester I yaitu sebanyak 1 kali dilakukan di BPM Ny.O

pada tanggal 3 Mei 2019. Ibu mengatakan terlambat haid .Ibu

mendapatkan terapi obat yaitu : tablet tambah darah, fermia dan

calcifar. Ibu dianjurkan untuk melakukan kunjungan ulang pada

tanggal 3 Juni 2019.

Pada Trimester II ibu melakukan pemeriksaan ANC sebanyak

3kali dilakukan di BPM Ny. M pada tanggal 7 Juni2019, tanggal 8

Juli 2019, 8 Agustus 2019. Ibu mengatakan tidak ada keluhan.Ibu

mendapatkan terapi obat yaitu tablet tambah darah. Ibu dianjurkan

untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 30 Agustus 2019.

Pada Trimester III dilakukan pemeriksaan ANC sebanyak 4 kali

pada tanggal 1 September 2019, tanggal 8 September 2019, 14

September 2019, dan tanggal 23 September 2019. di BMP Ny. M

Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Ibu mendapatkan terapi obat

yaitu tablet tambah darah. Ibu dianjurkan untuk melakukan


91

kunjungan ulang tanggal 8 September 2019. Ibu sudah mendapatkan

imunisasi TT3 di Puskesmas Kalibakung pada saat kehamilan yang

sebelumnya. Selama kehamilan saat ini ibu sudah mengkonsumsi

tablet penambah darah sebanyak 90 tablet.

4) Riwayat Haid

Ibu mengatakan pertama kali menstruasi (menarche) pada usia

12 tahun, lama 7 hari, banyaknya 2 kali ganti pembalut dalam sehari,

siklus 28 hari, teratur dan merasakan nyeri haid sebelum

mendapatkan menstruasi. Ibu mengatakan tidak mengalami

keputihan dan gatal-gatal. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)

tanggal 20-12-2108. Taksiran Persalinan Tanggal 27-09-2019.

5) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun. Ibu

mengatakan belum ingin menggunakan KB setelah melahirkan

karena ibu masih bingung memilih.

6) Riwayat Kesehatan

Ibu mengatakan ibu dan keluarga tidak ada yang menderita

penyakit infeksi dengan ciri-ciri mudah lelah, sakit kepala, mata dan

kulit kuning (Hepatitis A), batuk lama yang tidak kunjung sembuh

selama lebih dari 2 minggu batuk bercampur darah, keringat dingin

dimalam hari, BB menurun (TBC), dari alat kelamin keluar cairan

kental/encer berwarna putih/kuning/hijau, berbau dan gatal (IMS).

Sedangkan sekarang ibu mengatakan mengalami penyakit seperti

mudah lelah, sakit kepala, mata dan kulit kuning (hepatitis).


92

Ibu mengatakan tidak ada yang memiliki penyakit HbsAg positif

dalam keluarganya. Ibu mengatakan tidak ada yang memiliki

penyakit keturunan seperti sering haus, mudah lapar, sering kencing

pada malam hari, mudah mengantuk berat badan menurun (DM),

Sesak nafas pada udara dingin, debu, mudah lelah, nafas berbunyi

mengik (Asma), dan tekanan darah tinggi (Hipertensi), Ibu

mengatakan tidak memiliki penyakit seperti nyeri dada, Dispneu atau

ortopneu yang memberat (Jantung). Ibu mengatakan tidak pernah

mengalami kecelakaan / trauma. Ibu mengatakan tidak memiliki

penyakit yang dioperasi. Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak

memiliki riwayat gimelly.

7) Kebiasaan

Ibu mengatakan tidak ada pantangan makan, tidak pernah

minum jamu selama kehamilan, tidak pernah minum obat-obatan

selain dari tenaga kesehatan, tidak mengkonsumsi minuman keras,

tidak merokok sebelum dan selama hamil, tidak memelihara

binatang ayam, burung dirumahnya.

8) Kebutuhan Sehari-hari

Ibu mengatakan sebelum hamil frekuensi makan 3x/sehari dan

selama hamil frekuensi makan mnjadi 4 x/hari, dengan menu nasi,

tempe, tahu, telor, sayur bayam/lodeh. Ibu mengatakan frekuensi

minum air putih sebelum hamil 7-8 gelas/hari, sedangkan selama

hamil frekuensi minum air putih menjadi 16-17 gelas/hari, serta ibu

mngatakan tidak ada gangguan pada pola makan dan minum. Ibu
93

mengatakan sebelum dan selama hamil tidak ada perubahan pola

BAB yaitu frekuensi 1 kali sehari, konsistensi padat, lembek warna

kuning kecoklatan, tidak ada gangguan, namun ada perubahan pada

BAK yaitu buang air kecil sering, biasanya 3x sehari sekarang

frekuensi 5-7 kali/hari, warna kuning jernih dan tidak ada gangguan.

Ibu mengatakan tidak ada perubahan pola istirahat sebelum hamil

dan sesudah hamil istirahat siang 2 jamdan malam 7 jam. Ibu

mengatakan sehari-hari beraktifitas sebagai ibu rumah tangga saja,

biasanya mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan seperti

menyapu, memasak, mencuci.

Ibu mengatakan tidak ada perubahan pola personal hygiene

sebelum hamil dan sesudah hamil yaitu mandi 2 kali/hari, keramas 3

kali/minggu, gosok gigi 2 kali/hari, ganti baju 2 kali/hari. Ibu

mengatakan melakukan hubungan sekual 2 minggu sekali.

9) Data Psikologis

Ibu mengatakan ini merupakan anak yang diharapkan dan senang

dengan kehamilannya saat ini. Suami dan keluarga juga senang

dengan kehamilan ibu saat ini dan ibu sudah siap menjalani proses

kehamilan ini sampai proses melahirkan.

10) Data Sosial Ekonomi

Ibu mengatakan penghasilan suami sebagai karyawan swasta

cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tanggung jawab

perekonomiannya ditanggung oleh suami dan pengambilan

keputusan yaitu suami-istri. Ibu mengatakan memiliki kartu BPJS


94

11) Data Perkawinan

Ibu mengatakan status perkawinannya sah, ini adalah

perkawinan yang pertama dan lama perkawinannya yaitu 4 tahun.

Usia ibu saat pertama kali menikah yaitu umur 26 tahun dan suami

27 tahun.

12) Data Spiritual

Ibu mengatakan rutin menjalankan ibadah shalat 5 waktu dan

selalu berdo’a agar bisa bersalin secara normal dan bayinya juga

sehat.

13) Data Sosial Budaya

Ibu mengatakan masih percaya adat istiadat setempat yaitu

membawa gunting dan peniti untuk menjaga calon bayi agar

terhindar dari gangguan makhluk halus.

14) Data pengetahuan ibu

Ibu mengatakan sudah mengetahui mengenai pemeriksaan ANC

pada ibu hamil. Ibu mengatakan sudah mengetahui cara

mengkonsumsi tablet tambah darah (Fe). Ibu mengatakan belum

mengetahui tanda bahaya kehamilan.

Ibu mengatakan belum mengetahui mengenai tanda-tanda

persalinan. Ibu mengatakan belum mengetahui mengenai persiapan

persalinan. Ibu mengatakan belum mengetahui penyakit Hepatitis.


95

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan fisik

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil

keadaan umum ibu baik. Kesadaran composmentis. Tekanan darah

100/70 mmHg, denyut nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu

tubuh 36,5 C. Tinggi badan 162 cm dan berat badan 56 Kg (berat

badan sebelum hamil 40 Kg) LILA 23,5 cm. IMT (Indeks masa

tubuh) ibu yaitu 21,3 kg. Selisih kenaikan berat badan sebelum hamil

yaitu 40 kg dan selama hamil menjadi 56 kg, maka kenaikan berat

badannya yaitu 16 kg.

Pada pemeriksaan fisik secara inspeksi, kepala atau rambut

bersih, tidak rontok, muka tidak pucat, mata simetris, konjungtiva

merah muda, sclera putih, hidung tidak ada kelainan, tidak ada

secret, mulut tidak ada somatitis, gigi bersih dan tidak ada caries

pada gigi, telinga simeteris tidak ada kelainan dan tidak ada

serumen. Pemeriksaan leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid

dan kelenjar getah bening.

Pada aksila tidak ada pembesaran kelenjar limfe. Pada bagian

dada tidak ada retraksi dinding dada, bentuknya normal. Pada bagian

abdomen tidak ada bekas luka operasi. Pada genetalia bersih, tidak

tidak ada keputihan. Pada bagian anus tidak ada hemoroid.

Ekstremitas simetris, tidak oedem tidak ada varises. Pada

pemeriksaan perkusi yang telah dilakukan didapatkan hasil Refleks

Patella ada aktif.


96

2) Pemeriksaan Obstetri

Hasil pemeriksaan obstetric Secara inspeksi yang didapatkan

yaitu terdapat sedikit cloasma gravidarum, muka terlihat pucat, tidak

oedem. Pada bagian payudara simetris, ada hiperpigmentasi pada

areola, putting susu menonjol, Kolostrum belum keluar, kebersihan

terjaga. Pada abdomen membesar sesuai dengan usia kehamilan dan

terdapat linea nigra.

Sedangkan pada pemeriksaan palpasi terdapat Leopold I : TFU

: 3 jari dibawah px (28 cm),bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak

melenting yaitu bokong janin, Leopold II : Pada perut sebelah kiri

ibu teraba bagian-bagian kecil, tidak merata yaitu ekstremitas janin,

pada perut sebelah kanan ibu teraba panjang, keras, ada tahanan

yaitu punggung janin, Leopold III : Pada perut bagian bawah teraba

bulat, keras, melenting yaitu kepala janin, Leopold IV : Bagian

terbawah janin yaitu kepala belum masuk PAP (Konvergen), Tinggi

Fundus Uteri (TFU) : 28 cm dan dari TFU yang ada dapat ditemukan

Taksiran Berat Berat Badan Janin (TBBJ) dengan menggunakan

rumus Mc. Donald yaitu (28 – 12) x 155 = 2480 gram, HPL : 27-9-

2019 dan Umur Kehamilan :38 minggu + 6 hari. Pada pemeriksaan

Auskultasi DJJ/Reguler : 138 x/menit.

Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 7 Juni2019 dengan

hasil protein urine (-) negative, DDHB (Deteksi Dini Hepatitis B)

Reaktif, Sypilis : Non Reaktif, HIV/AIDS : Non Reaktif,

Hemoglobin : 12,4gr%, Golongan Darah : A. Pada tanggal 8


97

September 2019 dilakukan pemeriksaan Hemoglobin ulang 10,4

gr%.

2. Interprestasi Data

a. Diagnosa Nomenklatur

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka didapatkan

diagnose Ny. I umur 30 tahun G2P1A0 hamil 38 minggu, janin tunggal

hidup intra uteri, letak memanjang punggung kanan, presentasi kepala,

konvergen dengan kehamilan HbsAg Reaktif, dan Anemia.

b. Masalah

Ibu merasa cemas karena pada kehamilannya disertai dengan

penyakit HbsAg Reaktif dan Anemia.

3. Diagnosa Potensial

Dari data diatas diperoleh dalam kasus ini didapatkan data potensial

sebagai berikut:

Ibu : kanker hati, Hepatitis akut, sirosis hati, batu empedu.

Janin : Asfikia Neonatorum, Hepatitis B, kematian janin, BBLR,

kelainan anatomi dan fungsi tubuh janin.

Persalinan : Ketuban pecah dini, Diabetes gestasional, dan perdarahan

berat pada akhir kehamilan.

4. Antisipasi

Kolaborasi dengan dokter Puskesmas untuk mendapatkan terapi obat

karena penyakit HbsAg Reaktif dan Anemia


98

5. Perencanaan

Beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Berikan ibu

support mental supaya dapat menjalani kehamilannya dengan baik.

Beritahu ibu tentang penyakit Hepatitis, cara penularan dari ibu kebayinya,

dan cara pencegahan agar penyakit ini tidak menular.

Anjurkan pada ibu untuk istirahat cukup. Anjurkan ibu agar makan

gizi seimbang bagi penderita HbsAg Reaktif. Anjurkan pada ibu untuk

konsultasi kehamilannya dengan dokter Sp.OG. Anjurkan ibu untuk tetap

menjaga personal hygience. Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya

kehamilan TM III.

Anjurkan ibu untuk segera datang ketenaga kesehatan jika mengalami

salah satu tanda bahaya tersebut. Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda

persalinan. Berikan ibu terapi obat yang sesuai aturan yaitu Tablet tambah

darah. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi tanggal 14

September 2019 atau apabila ada keluhan.

6. Implementasi

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu,

TTV:TD:110/80mmHg, Nadi:80x/menit, DJJ:137x/menit, S:36,5C,

Resporasi :20x/menit. TBBJ:2480 gram. Letak janin sudah bagus yaitu

memanjang dengan posisi kepala berada di bawah dan kepala belum

masuk panggul. Keadaan ibu dan janinnya saat ini dalam keadaan baik-

baik saja sesuai dengan usia kehamilan ibu. Memberikan support mental

supaya dapat menjalankan kehamilannya dengan baik seperti keluarga

memberi dukungan pada saat kehamilannya.


99

Memberitahu ibu mengenai penyakit Hepatitis B merupakan penyakit

yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B atau biasa disebut

HBV.Virus ini menyerang organ hati dan biasanya memicu terjadinya

peradangan hati. Pada ibu hamil beresiko ditularkan dan diwariskan pada

janin. Memberitahu ibu mengenaicara penularan penyakit hepatitis

kebayinya yaitu bisa ditularkan lewat proses persalinan, karena pada

proses persalinan kemungkinan bayinya terkena paparan darah.

Memberitahu ibu mengenai cara mencegah penyakit hepatitis

yaiturutin cek kesehatan selama kehamilan, Bayi baru lahir langsung

mendapatkan imunisasi Hbig dalam 12 jam pertama. Menganjurkan pada

ibu untuk istirahat cukup yaitu tidur siang +2 jam dan tidur malam +8 jam.

Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang

bagi penderita HbsAG Reaktif yaitu : Lemak jenuh, daging berlemak, dan

makanan yang digoreng, Makanan manis yang dikemas, Makanan olahan

yang mengandung kadar garam tinggi, Alkohol.

Menganjurkan pada ibu untuk konsultasi kehamilannya dengan dokter

Puskesmas. Anjurkan Ibu untuk menjaga personal hygiene yaitu Mandi

2xsehari keramas minimal 3x seminggu gosok gigi 2x sehari ganti baju

minimal 2xsehari. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya

kehamilan yaitu perdarahan yang terkandang disertai nyeri atau tidak,

pusing yang berkepanjangan, pandangan mata kabur, gerakan janin

berkurang, bengkak pada wajah dan seluruh tubuh, jika ibu mengalami

tanda-tanda tersebut segera datang ke tenaga kesehatan terdekat.


100

Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu

keluarnya lendir bercampur darah, perut kenceng-kenceng yang teratur dan

menetap, keluar air ketuban atau air kawah dari jalan lahir. Memberikan

ibu terapi obat yang sesuai aturan advis dokter yaitu asam folat, Kalk, dan

Tablet FE diminum pada malam hari karena efeknya mual,diminum

dengan air putih atau air jeruk, tidak boleh diminum dengan air teh, susu

atau kopi karena mengurang proses penyerapan.Menganjurkan ibu untuk

kunjungan ulang 1 minggu lagi tanggal 14 September 2019 atau apabila

ada keluhan.

7. Evaluasi

Ibu mengatakan sudah tahu mengenai hasil pemeriksaannya, penyakit

hepatitis, cara penularan penyakit hepatitis, tentang gizi seimbang pada ibu

hamil dengan hepatitis, tentang tanda bahaya kehamilan, tentang tanda-

tanda persalinan.

Ibu bersedia untuk mengikuti anjuran bidan untuk istirahat yang

cukup, rutin konsultasi kehamilannya dengan dokter Sp.OG, meminum

obat sesuai advis dokter, kunjungan ulang 1 minggu lagi tanggal 14

September 2019 atau apabila ada keluhan. Ibu sudah diberikan support

mental.
101

DATA PERKEMBANGAN 1 (Kunjungan hamil ke 2)

Hari, Tanggal : Sabtu,14 September 2019

Pukul :16.00 wib

1. Data Subyektif :

Ibu mengatakan bernama Ny.I umur 30 tahun, ibu mengatakan ini

kehamilan yang kedua dan tidak pernah keguguran, ibu mengatakan haid

pertama haid terakhir ibu tanggal 20-12-2018.Ibu mengatakan merasa pegal-

pegal pada bagian pinggang.

2. Data Obyektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TTV : Tekanan darah

110/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36,5 C, palpasi :

Leopold I bokong, Leopold II punggung kanan, Ekstremitas kiri, Leopold III

presentasi kepala, Leopold IV Bagian terbawah janin yaitu kepala belum

masuk panggul (Konvergen),TFU 28 cm. Pada pemeriksaan Auskultasi

DJJ/Regular:137xmenit.

3. Assesment

Ny. I umur tahun G2 P1 A0 hamil 38 minggu + 6 hari.Janin tunggal,

hidup, intra uterin, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala,

konvergen, dengan HbsAg Reaktif dan Anemia Ringan

4. Penatalaksanaan

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan TD :120/80

mmHg, N : 80 x/menit, DJJ: 137 x/menit, S: 36,4C, R :20 x/menit,TBBJ:

2480 gramLetak janin sudah bagus yaitu memanjang dengan posisi kepala
102

berada di bawah dan kepala belum masuk panggul. Keadaan ibu dan janinnya

saat ini dalam keadaan baik-baik saja sesuai dengan usia kehamilan ibu.

Memberitahu ibu mengenai ketidaknyamanan pada kehamilan trimester

III merupakan hal yang normal yang dialami oleh semua ibu hamil salah

satunya yaitu sesak nafas.Bahwa rasa sesak yang dirasakan adalah

normal.Pada sesak tersebut disebabkan karena perut ibu yang semakin

membesar sehingga menekan diafragma.Tetapi rasa sesak tersebut dapat

dikurangi dengan tidur dalam posisi miring ke kiri. Mengingatkan kembali

pada ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu keluarnya lendir bercampur

darah, perut kenceng-kenceng yang teratur dan menetap, keluar air ketuban

atau air kawah dari jalan lahir.

Memberitahu ibu cara mengatasi pegal-pegal seperti mengurangi

aktivitas berat, olahraga ringan seperti jalan-jalan di pagi hari 10-15 menit.

Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang bagi

penderita HbsAG Reaktif yaitu : Lemak jenuh, daging berlemak, dan

makanan yang digoreng, Makanan manis yang dikemas, Makanan olahan

yang mengandung kadar garam tinggi, Alkohol Ibu bersedia mengkonsumsi

makan-makanan yang bergizi seimbang bagi ibu dengan HbsAg Reaktif dan

bersedia untuk istirahat yang cukup.

Pada siang hari 2 jam dan pada malam hari 8 jam. Memberitahu ibu

untuk tetap melanjutkan terapi sesuai advis dokter yaitu tablet tambah darah

(Fe). Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi pada tanggal

21 September 2019 atau apabila ada keluhan.


103

5. Evaluasi

Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. mengetahui

tanda-tanda persalinan, cara mengurangi pegal-pegal, tau tentang gizi

seimbang. Ibu mengatakan paham mengenai ketidaknyamanan pada trimester

III. Ibu mengatakan bersedia untuk istirahat yang cukup, Ibu bersedia

melanjutkan terapi obat yang sudah diberikan sesuai advis dokter.Ibu bersedia

untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi pada tanggal 21 september 2019 atau

apabila ada keluhan,

B. Asuhan Kebidanan pada Persalinan

Hari / Tanggal : Senin, 23 September 2018

Pukul : 07.00 wib

Tempat : Puskesmas kalibakung

1. Pengkajian Data

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan bernama Ny. I umur 30 tahun G2P1A0. Ibu

mengatakan Ibu mengatakan sudah merasa kenceng-kenceng tetapi

masih jarang jam 03.00 wib. Ibu mengatakan belum mengeluarkan

lendir darah. Ibu mengatakan melakukan ANC terakhir 14 September

2019, di BMP Ny.M Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Ibu

mendapatkan terapi obat yaitu tablet tambah darah.

Ibu mengatakan ibu dan keluarga tidak ada yang menderita

penyakit infeksi dengan ciri-ciri mudah lelah, sakit kepala, mata dan

kulit kuning (Hepatitis A), batuk lama yang tidak kunjung sembuh
104

selama lebih dari 2 minggu batuk bercampur darah, keringat dingin

dimalam hari, BB menurun (TBC), dari alat kelamin keluar cairan

kental/encer berwarna putih/kuning/hijau, berbau dan gatal (IMS).

Sedangkan sekarang ibu mengatakan mengalami penyakit seperti

mudah lelah, sakit kepala, mata dan kulit kuning (hepatitis).

Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki

penyakit keturunan seperti sering haus, mudah lapar, sering kencing

pada malam hari, mudah mengantuk berat badan menurun (DM), Sesak

nafas pada udara dingin, debu, mudah lelah, nafas berbunyi mengik

(Asma), dan tekanan darah tinggi (Hipertensi), Ibu mengatakan tidak

memiliki penyakit seperti nyeri dada, Dispneu atau ortopneu yang

memberat (Jantung). Ibu mengatakan tidak pernah mengalami

kecelakaan/trauma. Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit yang

dioperasi. Ibu mengatakan dalam keluargnya tidak memiliki riwayat

gimelly.

Ibu mengatakan tidak ada pantangan makan, tidak pernah minum

jamu selama kehamilan, tidak pernah minum obat-obatan selain dari

tenaga kesehatan, tidak mengkonsumsi minuman keras, tidak merokok

sebelum dan selama hamil, tidak memelihara binatang ayam, burung di

rumahnya.

Ibu mengatakan makan terakhir pukul 06.00 wib ½ porsi dan minum

terakhir 1 gelas pukul 07.30 wib. Ibu mengatakan mandi pukul

05.00wib, keramas, gosok gigi, ganti baju. Ibu mengatakan ada

perubahan pola istirahat pada malam hari yaitu 2jam.


105

b. Data Objektif

Pada pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,5 C, nadi 82

x/menit, respirasi 25 x/menit. Pada pemeriksaan palpasi didapatkan

Leopold I TFU 3 jari bawah pusat bagian fundus teraba bulat, lunak,

tidak melenting (bokong), Leopold II kanan : teraba memanjang, ada

tahanan, keras (punggung), kiri : teraba kecil-kecil, tidak rata

(ekstremitas). Leopold III : teraba bulat keras melenting (kepala),

Leopold IV pada bagian terendah perut ibu sudah masuk panggul

(divergen), TFU 28 cm, DJJ 140x menit, teratur, terdapat kontraksi his

3x dalam 10 menit 35 detik, TBJJ TFU (28-11) x 155 = 2480 gram.

Pada pemeriksaan dalam atas indikasi ada tanda-tanda persalinan,

hasil pemeriksaanVT(Vagina toucher) didapat vulva membuka,

keadaan portio lunak, effacement 30%, Pembukaan 3 cm, selaput

ketuban utuh, penurunan kepala HII, Titik petunjuk UUK kanan depan

bagian terkemuka tidak ada.

c. Assesment

Ny. I umur 30 tahun G2 P1 A0 hamil 39 minggu + 6 hari, janin

tunggal hidup intra uterine, letak memanjang, punggung kanan,

presentasi kepala, Divergen, inpartu kala 1 fase laten dengan HbsAg

Reaktif dan Anemia Ringan

d. Planning

Memberitahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan tekanan darah

120/80mmHg, nadi 82x/menit, respirasi 25 x/menit, suhu 36,5 C, berat


106

badan 56 Kg, L1 : bokong L2 : punggung kanan L3 : kepala L4 :

konvergen DJJ 137x/menit, TFU : 28 cm, TBBJ : 2480 gram, VT:

pembukaan 3 cm, Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan dan ibu

sudah dalam proses persalinan. Mengkonsultasikan keadaan ibu dengan

dokter Puskesmas dan sudah di lakukan konsultasi atau kolaborasi

dokter, dengan advis dokter yaitu Infus RL 20 tpm, Rujuk RSUD

SOESILO.

Memberikan motivasi pada ibu bahwa proses persalinan merupakan

hal yang alami dan wajar yang akan dialami oleh ibu hamil, meminta

keluarga dan ibu untuk berdoa agar persalinannya lancar, dan ibu sudah

tahu rasa sakit yang di alami adalah hal yang wajar.Memberitahu

kepada ibu dan keluarga bahwa ibu akan dirujuk ke RS karena HbsAg

Reaktif, Ibu dan keluarga setuju. Membuat informed consent atau

persetujuan untuk di rujuk, Ibu dan keluarga belum menandatangani

informed consent.

Melakukan Persiapan Rujukan yaitu Menyiapkan surat rujukan,

Menyiapkan alat dan obat untuk persalinan yang mungkin diperlukan

jika ibu melahirkan didalam perjalanan menuju rumah sakit,

Menghubungi tempat rujukan, Menghubungi sopir Ambulan.

Menyiapkan ambulan. Memastikan ada pendonor darah jika sewaktu-

waktu ibu membutuhkan darah, dan Ibu bersedia dirujuk dan sudah

dipersiapkan. Melakukan Tindakan Pra Rujukan Memasang Infus RL,

infus sudah terpasang. Melakukan Rujukan dan rujukan sudah

dilakukan.
107

CATATAN RUJUKAN DI RSUD SOEILO

Pada hari rabu tanggal 24 September 2019 pukul 07.30 wib pasien tiba di

RSDS Ponek. Kemudian langsung dilakukan pemeriksaan oleh Bidan RS dengan

hasil KU : baik, TTV:TD: 140/90 mmhg, Nadi 88x/menit, Respirasi 20x/menit,

Kontraksi 3x10’30”, DJJ: 137x/menit, VT : 3 cm. Pukul 22.00wib dilakukan

pemeriksaan oleh Bidan RS dengan hasil KU : baik, TTV:TD: 130/90 mmhg,

Nadi:80x/menit, Respirasi 18x/menit, Kontraksi3x10’35”, DJJ: 140x/menit, VT 8

cm,Konsul ke dr.SpOG, hasil advis dokter yaituibu mendapatkan terapi gastrol

yang pertama sebanyak 1 butir pervaginam.

Pada tanggal 25 September 2019, Kamis pukul 02.00 wib dilakukan

pemeriksaan oleh Bidan RS dengan hasil KU : baik, TTV:TD: 130/90 mmhg,

Nadi:80x/menit, Respirasi: 20x/menit,Kontraksi 4x10’40’’, Kepala HI, DJJ :

150x/menit. VT 9 cm. Konsul ke dr.SpOG, hasil advis dokter yaitu ibu

mendapatkan terapi gastrol yang kedua ¼ tablet/oral.

Pukul 03.50 wib ibu mengatakan ingin meneran setelah dilakukan

pemeriksaan dalam hasilnya yaitu pembukaan sudah lengkap, kepala HIII,

kemudian pimpin persalinan. Pukul 04.00 wib bayi lahir spontan, menangis kuat,

gerakan aktif, BB 3000 gram, panjang badan 48 cm, LK:33 cm,LD:33 cm, jenis

kelamin Perempuan, Apgar skor9-10-10 dan terdapat tanda lahir didahi, 1jam

setelah bayi lahir segera diberikan imunisasi vit K dan imunisasi Hbig Pukul

10.00 wib. Plasenta lahir spontan lengkap pukul 04.15 wib dilakukan pemantauan

dan didapatkan hasil pasien dengan KU baik, tekanan darah 140/90 mmhg, nadi

80x/menit, Pernapasan20x/menit, suhu36,8, C, TFU 2 jari dibawah pusat,


108

kandung kemih kosong, perdarahan + 30cc, luka Perineum derajat ll, heacting

grade ll pada pukul l0.00 wib pasien pindah keruang nifas,

Tabel 3.1 Hasil pemantauan kala lV

waktu Tekanan Nadi Suhu Tinggi Kontraksi Kandung Perdarahan


darah fundus Kemih
Uteri
1 04.15 120/80 80xm 36,6 3jari Keras Kosong +5 cc
mmhg enit dibawah
pusat
04.30 120/80 80xm 36,6 3jari Keras Kosong +5 cc
mmhg enit dibawah
pusat

04.45 125/80 80xm 36,6 3jari Keras Kosong +5 cc


mmhg enit dibawah
pusat
05.00 125/80 80xm 36,6 2jari Keras Kosong +5 cc
mmhg enit dibawah
pusat

2 05.30 130/85 82xm 36,7 2jari Keras Kosong +5 cc


mmhg enit dibawah
pusat
06.00 130/85 82xm 36,7 2jari Keras Kosong +5 cc
mmhg enit dibawah
pusat
109

C. Asuhan Kebidanan Pada Nifas

1. Asuhan Nifas 1 (1 hari Post partum)

Pengkajian

Tanggal : 25 September 2018

Waktu : 10.00 WIB

Tempat : Ruang Nusa Indah RS dr Soeselo

a. Subjektif

Ibu mengatakan baru saja melahirkan anaknya yang kedua, jenis

kelamin perempuan.Ibu mengatakan sudah makan ½ porsi 3x/hari Ibu

mengatakan sudah BAB 1 hari dan BAK sudah4x/hari. Ibu mengatakan

sudah ganti pembalut sebanyak 4x/sehari. Ibu mengatakan sudah bias

duduk dan sudah bisa kekamar mandi sendiri. Ibu mengatakan ASInya

sudah keluar, Ibu sudah menyusui anaknya setiap2 jam sekali. Ibu

mengatakan jalan lahirnya mengalami robekan dan dilakukan heacting

derajat II, Ibu mengatakan mengalami susah tidur.

b. Obyektif

Keadaan umum ibu baik. Kesadaran composmentis.Tanda vital :

Tekanan darah 140/90 mmHg, suhu 36,°C, nadi 78x/menit, pernafasan

18x/menit. Pada pemeriksaan secara inspeksi, kepala atau rambut

bersih, tidak rontok, muka tidak pucat, mata simetris, konjungtiva

merah muda, sclera putih, hidung tidak ada kelainan, tidak ada secret,

mulut tidak ada somatitis, gigi bersih dan tidak ada caries pada gigi,

telinga simeteris tidak ada kelainan dan tidak ada serumen. Pemeriksaan
110

leher tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening,

payudara simetris, puting susu menonjol, ASI sudah keluar.

Pada aksila tidak ada pembesaran kelenjar limfe. Pada bagian dada

tidak ada retraksi dinding dada, bentuknya normal. Pada bagian

abdomen tidak ada bekas luka operasi. Pada genetalia bersih, tidak tidak

ada keputihan. Pada bagian anus tidak ada hemoroid. Ekstremitas

simetris, tidak oedem tidak ada varises. Pada pemeriksaan palpasi di

dapat TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras. Pada

pemeriksaan genetalia didapatkan hasil terdapat jahitan pada jalan lahir

masih basah, tidak oedem tidak ada varises, PPV Lochea rubra

berwarna merah segar, konsistensi cair, bau amis, dengan estimitas

perdarahan 20cc, Hb post partum :9,9 gr%, Protein urine (150 mg/hari),

c. Assesment

Ny. I umur 30 tahun P2 A0 1 hari Post Partum dengan HbsAg

Reaktif, Preeklampsia Ringan dan Anemia Ringan

d. Penatalaksanaan

Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan,

TTV :TD : 140/90 mmHg,suhu : 36 °C, Nadi : 78x/menit,

RR:18x/menit, Hb : 9,9 gr%, protein urine ++ . danibu sudah

mengetahui hasil pemeriksaannya. Melakukan tindakan PROTAP

(prosedur Tetap) pada preeklasia sesuai advis dokter yaitu pasang infus,

pasang kateter, masukan Mgso4 4gr, pasang Oksigen 2 liter, beri tablet

anti hipertensi (Nifedipin) dan protap sudah dilakukan oleh bidan

Rumah Sakit.
111

Menjelaskan pada ibu mengenai cara perawatan luka perineum

yaitu mencuci tangan terlebih dahulu kemudian membuang pembalut

yang telah penuh dengan gerakan kebawah mengarah ke rectum dan

buang pembalut tersebut kedalam kantung plastik, BAK dan BAB di

toilet,bersihkan seluruh perineum dengan air, keringkan perineum

dengan menggunakan tissue dari depan kebelakang, pasang pembalut

dari depan kebelakang dan kemudian cuci tangan kembali. Ibu paham

dan bersedia untuk mengikuti saran dari bidan. Memberitahu ibu untuk

makan dan minum dengan gizi seimbang bagi penderita HbsAg Raktif

yaitu : Lemak jenuh, daging berlemak, dan makanan yang digoreng,

Makanan manis yang dikemas, Makanan olahan yang mengandung

kadar garam tinggi, Alkohol Ibu bersedia mengkonsumsi makan-

makanan yang bergizi seimbang bagi ibu dengan HbsAg Reaktif dan

bersedia untuk istirahat yang cukup.

Menganjurkan kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif yaitu

sepuasnya (On Demand)/maksimal setiap dua jam sekali bayi disusui

dan hanya memberikan ASI saja tanpa makanan pendamping ataupun

susu formula selama 6 bulan. Ibu bersedia memberikan ASI eksklusif

pada bayinya. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu letakan

bayi pada perut ibu, bagian kepala bayi berada pada lekukan tangan ibu,

tangan dan kaki bayi sejajar lurus, pastikan mulut bayi mencakup

keseluruhan bagian areola payudara ibu, Kemudian usahakan agar pada

saat bayi menyusu tidak ada suara itu menandakan jika bayi menyusu

dengan baik. disamping bayi menyusu ibu memandang bayi agar


112

terbentuk kasih sayang antara bayi dan ibu. Ibu dapat menjelaskan

kembali cara menyusui yang benar dan ibu bersedia untuk

menerapkannya dirumah bila menyusui bayinya.

Memberikan terapi sesuai dengan advis dr.yaitu :Asam mefenamat

3x1/hari, Amoxicilin 3x1/hari. Terapi obat sudah

diberikan.Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang1

minggu lagi tanggal 1 September 2019.Ibu bersedia untuk melakukan

kunjungan ulang.

2. Asuhan Nifas 2 (6 hari Post Partum)

Hari : Senin

Tanggal : 30 September 2019

Waktu : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.I

a. Subyektif

Ibu mengatakan ini hari ke 6 setelah melahirkan, ASI nya

keluar lancar, Ibu mengatakan makan teratur 3 x sehari 1 porsi

(lauk pauk, nasi, sayuran), BAK teratur 4-5 x/hari, BAB 1x/hari

dan ibu mengatakan tidak ada keluhan.Ibu mengatakan belum

kontrol ke Puskesmas.

b. Obyektif

Keadaan umum baik. Kesadaran composmentis.Tanda vital

TD : 110/80 mmHg, repirasi 45x/menit, nadi 84x/menit, suhu

36,5°C. Muka tidak pucat dan tidak oedem, konjungtiva merah


113

muda, sclera putih, payudara simetris, puting susu menonjol, ASI

sudah keluar banyak.

Pada pemeriksaan palpasi di dapat TFU berada diantara pusat

dengan simfisis, kontraksi keras, vesika urinaria penuh. Pada

pemeriksaan genetalia didapatkan hasil jahitan sudah mulai kering

dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada jalan lahir. PPV Lochea

Sanguinolenta, darah bercampur lendir, warna kecoklatan.

c. Assesment

Ny. I umur 30 tahun P2A0 6 hari post partum, dengan HbsAg

Reaktif

d. Penatalakanaan

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan TTV

TD : 110/80 mmHg, RR : 22 x/menit,S : 36,5°C, N: 84 x/menit.ibu

sudah tahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang

bergizi seimbang bagi penderita HbsAg Reaktif yaitu : Lemak

jenuh, daging berlemak, dan makanan yang digoreng, Makanan

manis yang dikemas, Makanan olahan yang mengandung kadar

garam tinggi, Alkohol Ibu bersedia mengkonsumsi makan-

makanan yang bergizi seimbang bagi ibu dengan HbsAg Reaktif

dan bersedia untuk istirahat yang cukup. Memastikan uterus

berkontraksi dengan baik, dan tidak ada perdarahan abnormal.

Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktifitas yang terlalu

berat dan istirahat yang cukup (saat bayi sedang tidur sebaiknya ibu
114

juga ikut tidur). Ibu sudah bersedia melakukannya. Mengajarkan

ibu tentang perawatan payudara yaitu: Menjaga payudara agar tetap

bersih dan kering, terutama bagian puting susu. Menggunakan BH

yang menyokong Mengompres puting susu dengan menggunakan

kapas dan minyak kelapa selama 2 menit. Setelah itu putar kapas

tersebut sampai kotoran pada puting susu terangkat. Melakukan

pengurutan payudara dimulaidari atas, lalu telapak tangan kiri arah

sisi kiri dan telapak tangan kanan kearah sisi kanan, kemudian

kesamping, kebawah, lalu kedua tangan dilepas dari payudara.

Lakukan sebanyak 20-30 kali setiap payudara. Melakukan

pengurutan payudara dengan menyokong payudara dengan sisi

kelingking dari arah tepi kearah puting. Lakukan sebanyak 20-30

kali setiap payudara. Melakukan pengurutan payudara dengan

menyokong payudara dengan tangan, sedangkan tangan yang lain

mengurut payudara dengan cara mengepalkan tangan seperti ingin

meninju, gunakan sisi buku-buku jari tangan agar payudara tidak

sakit. Urut payudara arah tepi kearah puting. Lakukan sebanyak 20-

30 kalisetiap payudara. Melakukan kompres pada kedua payudara,

menggunakan waslap hangat lalu ganti dengan kompres dinngin,

kompres secara bergantian tiap payudara. Ibu mengerti dan

bersedia melakukan anjuran yang sudah disampaikan.

Memastikan ibu tidak ada tanda bahaya saat nifas seperti

Demam >38°C, lochea berbau, perdarahan dan jalan lahir, sakit

kepala yang berlebihan, penglihatan kabur, pembengkakan pada


115

wajah maupun ekstermitas, payudara menjadi merah, panas, terasa

sakit. Apabila terdapat tanda-tanda bahaya tersebut segera lapor

ketenaga kesehatan.Ibu tidak ditemukan tanda bahaya nifas, dan

ibu bersedia untuk ke tenaga kesehatan apabila ibu mengalami satu

tanda bahaya diatas. Menganjurkan ibu untuk melakukan

kunjungan ulang 1 minggu lagi tanggal 8 Oktober 2019.Ibu

bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.

3. Asuhan Nifas 3 (11 Hari Post Partum)

Hari : Sabtu

Tanggal : 5 oktober 2019

Waktu : 13.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. I

a. Subyektif

Ibu mengatakan ini sudah 11 Hari setelah melahirkan, ASInya

keluar lancar dan tidak ada keluhan.

b. Obyektif

Keadaan umum baik.Kesadaran composmentis.Tanda vital :

120/80 mmHg, repirasi 29x/menit, nadi 88x/menit, suhu 36 °C.

Muka pucat dan tidak oedem, konjungtiva putih, sclera putih,

payudara simetris, puting susu menonjol, ASI sudah keluar banyak.

Pada pemeriksaan palpasi di dapat TFU 3 jari diatas simfisis,

kontraksi keras. Pada pemeriksaan gentalia didapatkan hasil jahitan

kering, sudah mulai kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada

jalan lahir.PPV lochea serosa, berwarna kuning.


116

c. Assesment

Ny. I umur 30 tahun PI A0 11 Hari post partum dengan HbsAg

Reaktif.

d. Planning

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, dan

TD :120/800 mmHg, RR : 29 x/menit, S : 36 °C, N : 88x/menit.ibu

sudah tahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang

bergizi seimbang bagi penderita HbsAg Reaktif yaitu : Lemak

jenuh, daging berlemak, dan makanan yang digoreng, Makanan

manis yang dikemas, Makanan olahan yang mengandung kadar

garam tinggi, Alkohol Ibu bersedia mengkonsumsi makan-makanan

yang bergizi seimbang bagi ibu dengan HbsAg Reaktif dan bersedia

untuk istirahat yang cukup.

Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktifitas yang terlalu berat

dan istirahat yang cukup (tidur saat bayi sedang tidur sebaiknya ibu

juga ikut tidur). Ibu sudah bersedia melakukannya. Memberitahu ibu

kapan ibu boleh melakukan hubungan dengan suami yaitu pada saat

darah sudah berhenti dan vagina ibu dimasukkan dengan jari

kemudian ibu tidak merasakan sakit, maka itu menandakan ibu

sudah boleh melakukan hubungan dengan suaminya.Ibu sudah

paham mengenai penjelasan dari bidan.

Memberitahu ibu kunjungan ke puskesmas 6 bulan setelah

melahirkan untuk melakukan pemeriksaan DDHB ulang untuk


117

mengetahui kondisi penyakit HbsAg ibu saat ini. Ibu mengatakan

bersedia untuk melakukan pemeriksaan ulang di puskesmas.

4. Asuhan Nifas ( 35 hari Post Partum)

Hari : Minggu

Tanggal : 27 oktober 2019

Waktu : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. I

a. Subyektif

Ibu mengatakan ini sudah 35 hari setelah melahirkan, ASInya

keluar lancar dan tidak ada keluhan.

b. Obyektif

Keadaan umum baik.Kesadaran composmentis.TTV: TD:120/80

mmHg, repirasi 21x/menit, nadi 80x/menit, suhu 36 °C. Muka tidak

pucat dan tidak oedem, konjungtiva putih, sclera putih, payudara

simetris, puting susu menonjol, ASI sudah keluar banyak. Pada

pemeriksaan palpasi di dapat TFU tidak teraba.kontraksi keras. Pada

pemeriksaan genetalia didapatkan hasil jahitan kering dan tidak ada

tanda-tanda infeksi pada jalan lahir. PPV Lochea Alba berwarna putih.

c. Assesment

Ny. I umur 30 tahun P2 A0 35 hari post Partum dengan HbsAg

reaktif.

d. Planning

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, TD :

120/80 mmHg, RR : 21 x/menit, S : 36 °C, N : 80x/menit.danibu sudah


118

tahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Menganjurkan ibu untuk

memperbanyak minum air putih sekitar 12 gelas/hari yang tujuannya

untuk memperbanyak produksi asi yang keluar. Ibu bersedia mengikuti

saran bidan.

Mengajari ibu untuk melakukan senam ibu nifas dan ibu belum

ingin mengikuti senam ibu nifas. Menjelaskan pada ibu mengenai

follow up bagi ibu nifas dengan HbsAg Reaktif yang harus dilakukan

ketat selama 6 bulan post partum. Ibu mengatakan bersedia mengikuti

saran yang telah disampaikan.

Memberi konseling pada ibu mengenai alat kontrasepsi jangka

panjang (MKJP) yaitu alat kontrasepsi yang digunakan untuk

menjarangkan kehamilan serta menghentikan kesuburan seprti IUD,

implant dan kontrasepsi mantap, Keuntungan baik dilihat dari segi

program, maupun segi pemakai disamping mempercepat penurunan

FTR, pengguna kontrasepsi MKJP juga lebih efisiensi karena dapat

dipakai dalam waktu lama serta lebih aman dan efktif. Ibu mengatakan

berencana ingin menggunakan kb kalender.


119

D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

1. Kunjungan Neonatal I (8 jam)

Tanggal : 25 September 2019

Jam : 12.00 WIB

Tempat : RSdr. Soeselo

a. Data subjektif

Ibu mengatakan telah melahirkan anak keduanya jenis kelamin

perempuan pada jam 04.00 wib menangis kuat, Bayi sudah BAB

frekuensi 1x lembek, warna hitam (mekonium), serta BAK frekuensi 3x

dengan warna jernih.

b. Data objektif

Keadaan umum baik.Kesadaran composmentis. Berat Badan 3000

gram, Panjang badan 47 cm, LIKA 33 cm, LIDA 33 cm,Tanda vital

repirasi 42x/menit, nadi 120x/menit, suhu 36,5°C. Apgar skor 9-10-10.

Kepala Mesochepal, tidak ada caput, ubun-ubun besar rata belum

menutup, sutura tidak ada tumpang tindih, tidak ada molase. Muka

kemerahan, tidak pucat. Mata simetris, konjungtiva merah muda, sclera

putih. Hidung simetris tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping

hidung, tidak ada secret. mulut dan bibir lembab tidak ada labio

palatoskizis.Telinga simetris tidak ada serumen. Kulit kemerahan.

Leher tidak ada bulnex.Thorax anterior tidak ada retraksi dinding dada.

Abdomen anterior tidak ada perdarahan tali pusat. Genetalia ada

kesesuaian jenis kelamin dan alat kelamin labio mayora menutupi labio

minora. Anus, ada lubang anus. Ekstremitas simetris, tidak ada sindaktil
120

dan polidaktil. Refleks sucking Ada aktif, Refleks Rooting ada aktif,

Refleks graps ada aktif, Refleks Moro ada aktif, Refleks Tonick neck

ada aktif, Refleks babynsky ada aktif.

c. Assesment

Bayi Ny. I umur 8 jam Jenis Kelamin Perempuan dengan BBL normal

d. Penatalaksanaan

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu

nadi 120x/menit, RR 48x/menit, suhu 36,6°C dan ibu sudah mengetahui

keadaann bayinya. Memberitahu pada ibu untuk menjaga suhu badan

bayi agar tetap hangat dengan cara memakaikan selimut, topi, sarung

tangan dan kaki. Ibu sudah menjaga suhu badan bayi supaya tetap

hangat.

Melakukan perawatan tali pusat dengan cara menggunakan kassa

steril, bersihkan tali pusat dari pangkal hingga ujung tali pusat,

kemudian tali pusat dengan kassa steril tanpa tambahan apapun. Ibu

Sudah melakukan perawatan tali pusat.

Menjelaskan tentang manfaat ASI Eksklusif bagi bayi yaitu Nutrisi

yang sesuai untuk bayi, Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi,

Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik,

Mengurangi penyebab karies dentis, Mempunyai efek psikologi yang

menguntungkan. Ibu mengerti manfaat ASI Eksklusif. Memberitahu ibu

untuk menyusui bayinya sesering mungkin atau setiap 2 jam sekali, dan

ibu bersedia untuk mengikuti saran bidan. Memberitahu pada ibu

tentang tanda bahaya bayi baru lahir yaitu, bayi malas menyusu, demam
121

tinggi, bayi kejang, mulut, kaki, tangan dan badan bayi membiru,

perdarahan tali pusat. Ibu sudah mengetahui tanda bahaya BBL.

Memberitahu ibu bahwa bayinya sudah mendapatkan imunisasi

HB 0 pada tanggal 25 September 2019 pukul 05.00 dan imunisasi Hbig

pata tanggal 25 September 2019 pada pukul 10.00 wib. Ibu sudah tau

bahwa bayinya telah diimunisasi. Memberitahu ibu untuk melakukan

kunjungan ulang 1 minggu lagi tanggal 1 Oktober 2019 dan ibu

bersedia untuk kunjungan ulang.

2. Kunjungan Neonatal II (6 hari)

Tanggal : 30 September 2019

Jam : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.I

a. Subyektif

Ibu mengatakan bayinya menyusu sangat kuat, BAK sehari 8kali,

BAB frekuensi 3 kali. Ibu mengatakan bayinya sudah mendapatkan

imunisasi HB 0, Hib dan polio 1 sebelum pulang dari Rumah Sakit.

Bayinya tidak ada keluhan.

b. Obyektif

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil Keadaan umum bayi baik.

Tanda vital Nadi 120 x/menit, suhu 36,6°C, pernapasan 42

x/menit.Kepala Mesochepal, tidak ada caput. ubun-ubun besar rata

belum menutup, sutura tidak ada tumpang tindih, tidak ada molase.

Muka kemerahan, tidak pucat. Mata simetris, konjungtiva merah muda,

sclera putih. Hidung simetris tidak ada polip, tidak ada pernapasan
122

cuping hidung, tidak ada secret.mulut dan bibir lembab tidak ada labio

palatoskizis. Telinga simetris tidak ada serumen. Kulit kemerahan.

Leher tidak ada bulnex. Thorax anterior tidak ada retraksi dinding dada.

Abdomen anterior tidak ada perdarahan tali pusat, Tali pusat belum

lepas , sudah kering, tidak ada tanda-tanda infeksi.

c. Assesment

Bayi Ny. I umur 6 hari Jenis Kelamin Perempuan dengan BBL normal

d. Penatalaksanaan

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu nadi

120x/menit, RR 48x/menit, suhu 36,6°C dan ibu sudah mengetahui

keadaann bayinya.

Mengingatkan pada ibu untuk menjaga suhu badan bayi agar tetap

hangat dengan cara memakaikan selimut, topi, sarung tangan dan kaki

dan ibu sudah menjaga suhu badan bayi supaya tetap hangat.

Menjelaskan tentang manfaat ASI Eksklusif bagi bayi yaitu Nutrisi

yang sesuai untuk bayi, Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi.

Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik.

Mengurangi penyebab karies dentis, Mempunyai efek psikologi yang

menguntungkan. Ibu mengerti manfaat ASI Eksklusif. Memberitahu ibu

untuk menyusui bayinya sesering mungkin atau setiap 2 jam sekali dan

ibu bersedia untuk mengikuti saran bidan.

Menjelaskan pada ibu mengenai pencegahan infeksi seperti

mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, menjaga


123

kebersihan dan keringnya tali pusat, mengganti popok dan menjaga

kebersihan area bokong. Ibu paham mengenai pencegahaninfeksi.

Memberitahu pada ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir yaitu,

bayi malas menyusu, demam tinggi, bayi kejang, mulut, kaki, tangan

dan badan bayi membiru, perdarahan tali pusat. Ibu sudah mengetahui

tanda bahaya BBL.

3. Kunjungan Neonatal III (14 hari)

Tanggal : 8 Oktober 2019

Jam : 13.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. I

a. Subyektif

Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan kuat dan tidak ada

keluhan. BAK sehari 9 kali, BAB frekuensi 4 kali. Tali pusat sudah

lepas.

b. Obyektif

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil Keadaan umum bayi baik.

Tanda vital Nadi 120 x/menit, suhu 36,6°C, pernapasan 40 x/menit,

Kepala Mesochepal tidak ada caput. ubun-ubun besar rata belum

menutup, sutura tidak ada tumpang tindih, tidak ada molase. Muka

kemerahan, tidak pucat.Mata simetris, konjungtiva merah muda, sclera

putih.Hidung simetris tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping

hidung, tidak ada secret. mulut dan bibir lembab tidak ada labio

palatoskizis. Telinga simetris tidak ada serumen. Kulit kemerahan.

Leher tidak ada bulnex.Thorax anterior tidak ada retraksi dinding dada.
124

Abdomen anterior tidak ada perdarahan tali pusat. Tali pusat sudah

lepas, tidak ada tanda-tanda infeksi.

c. Assesment

Bayi Ny. I umur 11 hari Jenis Kelamin Perempuan dengan BBL

normal

d. Planning

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu

nadi 130 x/menit, RR 40 x/menit, suhu 36,5°C. dan ibu sudah

mengetahui keadaan bayinya. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk

menjaga kehangatan bayinya, dengan cara tidak membiarkan bayinya

kedinginan, tidak meletakan bayi didekat jendela atau kipas angin,

segera keringkan bayi setelah mandi atau saat bayi basah, untuk

mengurangi penguapan dan menjaga lingkungan bayi tetap hangatan.

Ibu paham dan bersedia menjaga kehangatan bayinya.

Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin atau

setiap 2 jam sekali dan ibu bersedia untuk mengikuti saran bidan.

Memberitahu pada ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir yaitu,

bayi malas menyusu, demam tinggi, bayi kejang, mulut, kaki, tangan

dan badan bayi membiru, perdarahan tali pusat.Ibu sudah mengetahui

tanda bahaya BBL.

Menjelaskan pada ibu mengenai pencegahan infeksi seperti

mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, menjaga

kebersihan dan keringnya tali pusat, mengganti popok danmenjaga

kebersihan area bokong. Ibu paham mengenai pencegahan infeksi.

Menganjurkan pada ibu untuk melakukan kunjunga nulang untuk

penimbangan berat badan bayi dan imunisasi BCG+ polio 2 tanggal 1

November 2019 dan Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan.


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas perbandingan antara teori dengan hasil

penatalaksanaan studi kasus dengan konsep teori yang diuraikan pada bab 1

dengan harapan untuk memperoleh gambaran secara nyata dan sejauh mana

asuhan kebidanan komprehensif diberikan. Selain itu juga untuk mengetahui dan

membandingkan adanya kesesuaian dan kesenjangan selama memberikan asuhan

kebidanan dengan teori yang ada.

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.I di Puskesmas

Kalibakung pada bulan Agustus yang dilakukan yaitu sejak usia 38 minggu

sampai dengan 4 minggu post partum dengan menggunakan pendekatan

manajemen 7 langkah varney yang berurutan dimulai dari pengumpulan data

sampai dengan evaluasi dan data perkembangan menggunakan metode SOAP

Adapun kasus yang ditemukan pembahasannya akan dijelaskan satu persatu

dimulai dari kehamilan, persalinan, dan nifas sebagai berikut:

A. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

1. Pengumpulan Data

Menurut Hani (2012), Pengkajian data wanita hamil terdiri atas anamesa,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,

a. Data Subjektif

Menurut Ambarwati wulandari (2010), Mengumpulkan semua data

yang dibutuhkan hasil dari pengkajian atau pengumpulan data dasar

125
126

pengkajian ini merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan

informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan pasien.

1) Identitas

i. Nama

Menurut Yulifah (2013), Sebagai identitas, serta upaya

bidan untuk membangun komunikasi antara bidan dan pasien

menjadi lebih akrab. Pada Pengkajian kasus Ny. I yang telah

dilakukan didapatkan nama ibu Ny.I

(2) Umur

Menurut Ambarwati (2010), umur dicatat dalam tahun

untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun,

alat - alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum

matang. Sedangkan umur 35 tahun rentang sekali untuk terjadi

perdarahan, hipertensi dan DM.

Pada pengkajian yang dilakukan pada Ny. I didapatkan usia

ibu dari 30 tahun yang sesuai dengan teori bahwa umur kurang

dari 30 tahun, alat – alat reproduksi, mental, dan psikisnya

sudah matang.

sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus yaitu bahwa umur ibu 30 tahun.

(3) Agama

Menurut Sulistyawati (2010), Agama ditanyakan sebagai

dasar bidan dalam memberikan dukungan mental dan spiritual

terhadap pasien dan keluarga sebelum dan pada saat persalinan.


127

Pada kasus Ny. I mengatakan beragama islam sehingga setiap

harinya selalu menjalankan sholat 5 waktu sesuai anjuran islam

dan pasien selalu berdoa untuk kelancaran persalinan.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik yaitu

bahwa ibu rajin beribadah sesuai dengan teori.

(4) Pendidikan

Menurut Jannah (2012), Tingkat pendidikan ibu hamil

sangat beperan dalam kualitas perawatan bayinya, Penguasaan

pengetahuan erat kaitannya dengan tingkat pendidikan

seseorang. Pada kasus Ny. I pendidikan terakhir adalah SMP

dan Ny. I mudah menerima informasi yang disampaikan oleh

bidan.

Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan

kasus yaitu bahwa ibu mampu menerima informasi yang

disampaikan oleh bidan.

(5) Pekerjaan

Menurut teori Sulistyawati (2012), pekerjaan seseorang

akan menggambarkan aktivitas dan tingkat kesejahteraan

ekonomi yang didapatkan. Data yang didapat pada Ny. I

sebagai ibu rumah tangga, suami dari Ny I bekerja sebagai

pedagang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada kasus ini

aktivitas Ny. I tidak terlalu berat dan sosial ekonominya

mencukupi.
128

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yaitu

bahwa kebutuhan ekonomi ibu setiap hari sudah tercukupi.

(6) Alamat

Menurut Ambarawati (2008), Alamat ditanyakan untuk

mengetahui tempat tinggal klien dan keadaan lingkungan

sekitarnya. Pada kasus Ny. I dikaji bahwa ibu bertempat tinggal

di Desa Banjaranyar RT 02 RW 05 Kecamatan Balapulang.

Sehingga pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik yaitu dimana dengan adanya alamat akan memudahkan

unutk melakukan kunjungan rumah.

2) Alasan Datang / Keluhan

Menurut Roumali (2011), alasan datang ditanyakan apakah

alasan kunjungan ini karena adanya keluhan atau hanya untuk

memeriksa kehamilannya. Pada data yang diperoleh dalam kasus,

alasan datang Ny. I yaitu untuk memeriksakan kehamilanya.

Menurut Irianti, Bayu, dkk (2013), Pada trimester pertama

ketidaknyamanan yang sering dialami ibu hamil yaitu, Mual

muntah, Hipersaliva, pusing, Mudah lelah, peningkatan frekuensi

berkemih, konstipasi, heartburn. Pada kasus Ny. I keluhan TM 1

yaitu tidak ada.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Irianti, Bayu, dkk (2013), Pada trimester ketiga

ketidaknyamanan yang dialami ibu hamil yaitu sering buang air

kecil, pegal-pegal hemoroid, kram pada nyeri kaki, gangguan


129

pernapasan, oedema, perubahan libido. Pada kasus Ny. I keluhan

TM 3 yaitu tidak ada.

sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yaitu bahwa

ibu pada TM 3 keluhan yang yang dialami ibu masih dalam batas

normal.

3) Riwayat Obstetri dan Ginekologi

a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Menurut Margiati (2014), riwayat obstetric dan

ginekologi untuk mengetahui riwayat persalinan dan

kehamilan yang lalu. Jika riwayat persalinan lalu buruk maka

kehamilan saat ini harus diwaspadai.

Menurut Marmi (2011), riwayat persalinan dikaji untuk

mengetahui mengenai usia kehamilan, tipe persalinan

(spontan, forsep, ekstrasi vakum atau bedah sesar), penolong

persalinan, lama persalinan (lebih baik dihitung dari kontraksi

pertama), berat janin, jenis kelamin dan komplikasi lain. jenis

persalinan spontan, penolong persalinan bidan. Pada kasus Ny.

I jenis persalinan sebelumnya spontan, usia kehamilan 9

bulan, penolong persalinan bidan, BB 2800 gram, JK laki-laki.

Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan anatar teori dan

kasus

Menurut Manuaba (2012), Riwayat nifas yang lalu Segera

setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu tubuh, tetapi

tidak lebih dari 38C. bila terjadi peningkatan terus menerus


130

selama 2 hari, kemungkinan terjadi infeksi. Pada kasus Ny. I

ibu mengatakan nifas sebelumnya normal, dan tidak ada

komplikasi.

Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus.

b. Riwayat Kehamilan Sekarang

Menurut Prawiharjo (2010), Riwayat kehamilan dikaji

untuk mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir, umur

kehamilan, perkiraan lahir, masalah atau kelainan pada

kehamilan sekarang, keluhan selama hamil.

Pada pengkajian kasus Ny. I didapatkan hasil bahwa

kehamilan ibu sekarang adalah kehamilan yang kedua dan

belum pernah mengalami keguguran. HPHT ibu tanggal 20-12-

2018, umur kehamilan 38 minggu, taksiran persalinan tanggal

27-09-2019, dan tidak ada keluhan.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus bahwa

hasil pengkajian yang telah dilakukan sudah sesuai dengan

teori.

Menurut Kemenkes (2015), standar periksa kehamilan

paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu : satu kali pada

usia kandungan sebelum 3 bulan, satu kali pada usia kandungan

4-6 bulan, 2 kali pada usia kandungan 7-9 bulan. Pada

pengkajian kasus Ny. I didapatkan hasil bahwa Ibu melakukan

pemeriksaan ANC pada Trimester I yaitu sebanyak 1 kali


131

dilakukan di BPM Ny.O pada tanggal 3 Mei 2019. Pada

Trimester II ibu melakukan pemeriksaan ANC sebanyak 3 kali

dilakukan di BPM Ny. M pada tanggal 7 Juni 2019, tanggal 8

Juli 2019, 8 Agustus 2019. Pada Trimester III dilakukan

pemeriksaan ANC sebanyak 4 kali pada tanggal 1 September

2019, tanggal 8 September 2019, 14 September 2019, dan

tanggal 23 September 2019.di BMP Ny. M.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus bahwa

ibu rutin memeriksakan kehamiannya.

Menurut Hani (2010), imunisasi perlu diberikan pada ibu

hamil guna memberikan kekebalan pada janin terhadap infeksi

tetanus (Tetanus Neonatorum) pada saat persalinan maupun

postnatal. Bila seorang wanita selama hidupnya mendapat

imunisasi sebanyak lima kali berarti akan mendapat kekebalan

seumur hidup (long life).

Pada pengkajian kasus Ny. I didapatkan bahwa ibu sudah

mendapat imunisasi Tetanus Toxoid ke 3 pada saat pertama kali

periksa kehamilan.

Dalam kasus ini ibu sudah mendapatkan imunisasi TT (Tetanus

Toxoid) yang ke 3, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori

dan praktek.

Menurut Indrayani (2011), tablet tambah darah diberikan

pada ibu hamil sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut

selama 90 hari selama masa kehamilan. Tablet tambah darah


132

mengandung 200 mg ferro sulfat setara dengan 60 mg besi

elemental dan 0,25 mg asam folat. Pada kasus Ny. I didapatkan

hasil bahwa ibu telah mengkonsumsi tablet Fe sebanyak > 90

tablet yang diberikan oleh bidan.

Dengan demikian tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

c. Riwayat Haid

Menurut buku yang ditulis Manuaba (2010), bahwa

idealnya lama menstruasi terjadi selama 4-7 hari. Banyaknya

pemakaian pembalut antara 1-3 kali ganti pembalut dalam

sehari, dan adanya dismenorea disebabkan oleh faktor anatomis

maupun adanya kelainan ginekologis.

Menurut Sulistyawati (2013), siklus menstruasi adalah

jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi

berikutnya dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23-32 hari,

lamanya 3-7 hari. Dari pengkajian yang didapatkan pada kasus

Ny. I mengatakan pertama kali menstruasi (menarche) pada

usia 12 tahun, siklus 28 hari, teratur, lamanya 7 hari,

banyaknya 2 kali ganti pembalut dalam sehari,

Sehingga dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus yaitu bahwa siklus menstruasi, dan lamanya

menstruasi normal, jumlah pembalut yang digunakan masih

dalam batas normal,


133

d. Riwayat Kontrasepsi

Menurut Handayani (2010), Metode kontrasepsi sederhana

terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan

metode kontrasepsi sederhana dengan alat. Metode kontrasepsi

tanpa alat antara lain: : Metode Amenorehoea Laktasi (MAL),

Coitus interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks,

dsn Metode Suhu Basal Badan. Sedangkan Metode

Kontrasepsi Sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma,

cup serviks, dsn spermisidi.

Pada kasus Ny. I ibu mengatakan berencana ingin

menggunakan KB kalender setelah melahirkan.

Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus

e. Riwayat Kesehatan

Menurut Romauli (2011), data riwayat kesehatan ini dapat

kita gunakan sebagai penanda (warning) akan adanya masa

penyulit masa hamil, adanya perubahan fisik dan fisiologis

pada masa hamil yang dilibatkan seluruh sistem dalam tubuh

akan mempengaruhi organ yang mengalami gangguan.

Beberapa data yang penting tentang riwayat kesehatan pasien

yang perlu diketahui adalah apakah pasien pernah atau sedang

menderita penyakit seperti jantung, DM, hipertensi dan

hepatitis.

Pada pengkajian kasus Ny.I ibu mengatakan ibu dan

keluarga tidak ada yang menderita penyakit infeksi dengan ciri-


134

ciri mudah lelah, sakit kepala, mata dan kulit kuning (Hepatitis

A), batuk lama yang tidak kunjung sembuh selama lebih dari 2

minggu batuk bercampur darah, keringat dingin dimalam hari,

BB menurun (TBC), dari alat kelamin keluar cairan

kental/encer berwarna putih/kuning/hijau, berbau dan gatal

(IMS). Sedangkan sekarang ibu mengatakan mengalami

penyakit seperti mudah lelah, sakit kepala, mata dan kulit

kuning (hepatitis)

Pada pengkajian kasus Ny. I tidak pernah mengalami

kecelakaan/trauma, Ny. I tidak pernah menderita penyakit yang

di operasi seperti kista. Di dalam keluarganya tidak memiliki

riwayat bayi kembar.

Sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu

bahwa ibu mengalami penyakit Hepatitis

f. Kebiasaan

Menurut Jannah (2012), minum jamu merupakan

kebiasaan yang berisiko bagi wanita hamil karena efek minum

jamu dapat membahayakan tumbuh kembang janin seperti

menimbulkan kecacatan, abortus, BBLR (bayi berat lahir

rendah), partus prematurus, kelainan ginjal, aspiksia

neonatorum, IUFD (Intra uterine fetal death) dan malformasi

oran janin. Efek obat yang diberikan pada ibu hamil dapat

menimbukan kelainan bentuk anatomi/cacat pada janin


135

terutama penggunaan obat pada trimester pertama, kelainan

faal alat tubuh, gangguan pertukaran zat dalam tubuh.

Menurut Saifuddin (2010), Merokok selama kehamilan

berkaitan dengan keguguran, perdarahan vagina, kelainan

prematur dan BBLR (2500 gram lebih ringan dari bayi yang

tidak merokok).

Menurut Astuti (2012), gaya hidup yang digunakan ibu

hamil, seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan

kalau perlu menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun

berada. Perilaku makan juga diperhatikan. Terutama yang

berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang di

pantang adat istiadat baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya

makanan tetap dikonsumsi.

Dengan demikian tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan kasus. Pada kasus Ny. I ibu mengatakan tidak pernah

minum jamu selama kehamilan, tidak pernah minum obat-

obatan selain dari tenaga kesehatan, tidak mengkonsumsi

minuman keras, tidak merokok sebelum dan selama hamil,

Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus.

g. Pantangan makan

Menurut Romauli (2011), berkaitan dengan masa hamil

yaitu menu untuk ibu hamil, misalnya ibu hamil harus pantang

terhadap makanan yang berasal dari daging, ikan, telur dan

gorengan-gorengan karena kepercayaan akan menyebabkan


136

kelainan pada janin. Adat ini akan sangat merugikan pasien dan

janin karena hal tersebut akan membuat pertumbuhan janin

tidak optimal dan pemulihan kesehatannya akan lambat.

Dengan banyaknya jenis makanan yang harus ibu pantangi,

maka akan mengurangi juga nafsu makannya, sehingga supan

makanan malah jadi semakin berkurang, produksi asi juga akan

berkurang.

Pada pengkajian kasus Ny. I didapatkan hasil yaitu ibu

tidak ada pantangan makanan, ibu tidak minum jamu, dan tidak

mengkonsumsi rokok/minuman keras.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik

yaitu bahwa ibu mengkonsumsi makanan apapun dan tidak

pantangan makanan bagi ibu.

4) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

a) Nutrisi

Menurut Mulyani (2015), Data ini penting untunk diketahui

agar bias mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi

asupan gizi selama hamil dengan masa awal persalinan.

Pada ibu hamil dianjurkan untuk makan-makanan yang

mengandung 4 sehat 5 sempurna yaitu mengandung karbohidrat,

protein, mineral, yodium, vitamin, dan zink.

Menurut Marni (2014), Kebutuhan gizi ibu hamil

meningkat 15% dibandingkan dengan wanita normal.


137

Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk pertumbuhan ibu dan

janin.

Air berfungsi untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh,

karena itu dianjurkan untuk minum 5-6 gelas (1500-2000 ml)

air, susu, dan jus tiap 24 jam.

Menurut Sulistyawati (2012), Frekuensi makan akan

memberi petunjuk tentang seberapa banyak asupan makanan

yang dikonsumsi ibu. Jumlah makan perhari memberikan

volume atau seberapa banyak makanan yang ibu makan dalam

waktu satu kali makan.

Pada kasus Ny. I diperoleh data bahwa setiap hari ibu

makan 3x sehari dengan porsi 1 piring yang terdiri dari nasi,

lauk, pauk, dan sayur. Sedangkan frekuensi minum 9-10

gelas/hari dengan minum air putih dan susu, tidak ada gangguan

pada minum.

Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus yaitu

bahwa ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung protein,

zat besi, dan minum yang cukup.

b) Eliminasi

Menurut Marmi (2014), Peningkatan frekuensi berkemih

pada TM III paling sering dialami oleh wanita primigravda

setelah lightening. Lightening menyebabkan bagian presentasi

(terendah) janin akan menurun masuk kedalam panggul dan

menimbulkan tekanan langsung padda kandung kemih.


138

Menurut Marmi (2014), Konstipasi diduga akibat

penurunan peristaltik yang disebabkan relaksasi otot polos pada

usus besar ketika terjadi peningkatan hormon progesteron.

Pada kasus ini penulis memperoleh data seperti setiap hari

ibu buang air besar sebanyak 1 kali dengan warna kecoklatan,

konsistensi lembek, buang air kecilnya pun setiap hari 5-6 kali

dengan warna kuning jernih. Ibu mengatakan tidak ada

gangguan pada buang air besar dan buang air kecilnya.

Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus

c) Istirahat

Menurut Marmi (2014), Wanita hamil harus mengurangi

semua kegiatan yang melelahkan. Wanita hamil juga harus

menghindari posisi duduk, berdiri dalam waktu yang sangat

lama. Ibu hamil tidur malam kurang lebih sekitar 8 jam setiap

istirahat dan tidur siang kurang lebih 1 jam. Pada kasus Ny. I ibu

mengatakan tidak ada perubahan pola istirahat sebelum hamil

dan sesudah hamil istirahat siang 2 jam dan malam 7 jam.

Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus

Menurut Saifuddin (2010), Jangan melakukan pekerjaan

rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik yang dapat

menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Pada kasus ini

aktivitas Ny. I tidak terlalu berat seperti menyapu dan mencuci

piring. Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus


139

d) Personal Hygience

Menurut Marni (2011), Kebersihan yang dilakukan untuk

diri sendiri, kebersihan badan, mengurangi kemungkinan terjadi

infeksi karena badan yang kotor banyak mengandung kuman.,

Pada kasus ini ibu mengatakan setiap harinya mandi 2x sehari,

keramas 3 x seminggu, gosok gigi 2 x sehari, ganti baju 2x

sehari dan setiap kali selelsai berkemih atau buang besar ibu

membersihkan alat kelaminnya yaitu dengan cara gerakan dari

depan kebelakang dan harus menggunakan tisu atau lap atau

handuk yang bersih setiap kali melakukan.

Menurut Saefudin (2010), Dikaji untuk mengetahui berapa

kali ibu melakukan hubungan seksual selama seminggu

terdapat keluhan atau tidak Pada kasus Ny. I diperoleh data

bahwa ibu melakukan hubungan seksual selama hamil 2x

dalam seminngu dan tidak ada keluhan.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek

bahwa tidak ada keluhan saat melakukan hubungan seksual

pada saat hamil.

5) Data Psikologis

Menurut Jannah (2012), jika kehamilan diluar nikah/tidak

diinginkan, maka secara otomatis ibu akan membenci kehamilannya

serta ibu hamil sangat membutuhkan dukungan dari keluarga

dengan cara menunjukkan perhatian dan kasih sayang.


140

Menurut Astuti (2012), peran keluarga bagi ibu hamil

sangatlah penting, psikologis ibu yang cenderung lebih labil dari

pada wanita yang tidak hamil dan memerlukan banyak dukungan

dari keluarga terutama suami.

Pada kasus Ny. I ibu mengatakan ini kehamilan dari

pernikahan yang sah, suami dan keluarga mendukung, dan ibu siap

untuk menjaga dan merawat bayinya.

Dukungan psikologis keluarga juga hal yang sangat

bepengaruh bagi Ny. I Dalam hal ini Ny. I sangat merasa senang

ketika menceritakan bahwa suami dan keluarganya senang atas

kehamilannya. Dukungan tersebut memberikan kesiapan mental

pada Ny. I untuk merawat dengan baik kehamilannya.

Dengan demikian tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

6) Status Perkawinan

Menurut Astuti (2012), tanyakan kepada klien sudah berapa

lama ia menikah. Apabila klien mengatakan bahwa telah lama

menikah dan baru saja bisa mempunyai keturunan, maka

kemungkinan kehamilanya saat ini adalah kehamilan yang sangat

diharapkan.

Pada kasus Ny. I ibu mengatakan pernikahannya merupakan

pernikahan pertama dan lamanya sudah 4 tahun dan ini adalah

kehamilan yang kedua. Dengan demikian tidak ada kesenjangan

antara teori dengan kasus.


141

7) Data Sosial Budaya

Menurut Jannah (2012), ada beberapa kebiasaan adat istiadat

yang merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga kesehatan harus

dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana, jangan sampai

menyinggung “kearifan lokal” yang sudah berlaku di daerah

tersebut.

Menurut Astuti (2012), tradisi yang mempengaruhi kehamilan,

persalinan dan nifas perlu ditanyakan karena bangsa Indonesia

mempunyai beraneka ragam suku bangsa yang tentunya dari tiap

suku bangsa tersebut mempunyai tradisi yang dikhususkan bagi

wanita hamil. Pada kasus Ny. I ibu mengatakan masih menganut

adat istiadat di wilayah tempat tinggalnya, seperti menggantung-

kan gunting kuku di bajunya saat berpergian.

Dengan terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.

8) Data spiritual

Menurut Astuti (2012), Data spiritual klien perlu ditanyakan

apakah keadaan rohaninya saat itu sedang baik ataukah sedang

stres karena suatu masalah.

Pada kasus Ny. I mengatakan senantiasa menjalankan sholat 5

waktu dan berdoa kepada Allah SWT dan agar proses kehamilan

berjalan dengan lancar sampai masa persalinan serta keselamatan

dirinya dan juga bayinya. Dengan demikian tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.


142

9) Data pengetahuan Ibu

Menurut Astuti (2012), Informasi tentang kesehatan

mempengaruhi seseorang dalam hal upaya deteksi dini komplikasi

kehamilan. Upaya deteksi dini seseorang yang rendah disebabkan

karena tidak atau kurangnya informasi yang kuat.

Ny. I mengatakan belum mengetahui tanda bahaya kehamilan

trimester 3. Dengan demikian tidak ada kesenjangan antara teori

dengan kasus.

b. Data Objektif

Menurut teori Sulistyawati (2013), data ini dikumpulkan guna

melengkapi data untuk menegakkan dengan melakukan pengkajian

melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan

pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan.

1) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

Menurut Sulistyawati (2013), keadaan umum dikaji untuk

mengamati keadaan pasien secara keseluruhan, normalnya

keadaan umum baik apabila pasien memperlihatkan respon yang

baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik

pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.

Sedangkan dikatakan lemah apabila pasein kurang atau tidak

memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang

lain, dam pasien sudah tidak mampu berjalan sendiri.


143

b) Kesadaran

Menurut Yulifah (2013), dikaji untuk mendapatkan

gambaran tentang kesadaran pasien,

Menurut Ruhyanudin (2011). Tingkat kesadaran terbagi

menjadi 6 yaitu,

1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar

sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang

keadaan sekelilingnya.

2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk

berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

3) Delirium yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu)

memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang

berkhayal.

4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun,

respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun

kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan)

tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap,

tetapi ada respon terhadap nyeri.

6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada

respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea

maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil

terhadap cahaya)
144

Dari pengkajian kasus Ny. I didapatkan hasil yaitu

kesadarannya composmentis yaitu terlihat ketika dalam

pemeriksaan yaitu ibu masih dapat menerima pesan dari

bidan dengan baik.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

c) Tanda-Tanda Vital

Menurut Hani (2010), Tekanan darah pada ibu hamil tidak

boleh mencapai 140 mmHg sistolik atau 90 diastolik. Perubahan 30

mmHg sistolik dan 15 mmHg diastolik diatas tekanan darah

sebelum hamil, menandakan toxaemia gravidarum (keracunan

kehamilan)

Pada Pengkajian kasus Ny. I didapatkan hasil pemeriksaan TD

yaitu 100/70 mmHg, Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus yaitu hasil pemeriksaan dalam batas normal dan sesuai

dngan teori.

Menurut Marmi (2014), Denyut nadi maternal sedikit

meningkat selama hamil, tetapi jarang melebihi 100 denyut per

menit (dpm).

Pada pengkajian kasus Ny.I pemeriksaan nadi yang telah dilakukan

didapatkan hasil yaitu 80x/permenit. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus yaitu hasil pemeriksaan dalam

batas normal dan sesuai dngan teori

Menurut Romauli (2011), Suhu tubuh yang normal adalah 36-

37,5°C. Bila suhu tubuh lebih dari 37°C perlu diwaspadai adanya
145

infeksi. Pada kasus Ny.I pemeriksaan suhu yang telah dilakukan

didapatkan hasil yaitu 36,5C.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yaitu hasil

pemeriksaan dalam batas normal dan sesuai dengan teori.

Menurut Romauli (2011), Untuk mengetahui system

pernafasan, normalnya 16-24 kali permenit. Pada kasus Ny.I

pemeriksaan pernapasan yang telah dilakukan didapatkan hasil

yaitu 20x/menit.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yaitu hasil

pemeriksaan dalam batas normal dan sesuai dngan teori.

d) Tinggi Badan

Menurut Pantikawan (2010), dikatakan bahwa tinggi badan

diperiksa sekali pada saat ibu hamil datang pertama kali

kunjungan, dilakukan untuk mendeteksi tinggi badan ibu yang

berguna untuk mengkategorikan adanya resiko apabila hasil

pengukuran < 1f45 cm, seperti panggul sempit. Pada kasus Ny. I

didapatkan tinggi badan 162 cm. Sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktik.

e) Berat Badan

Menurut Sulistyawati (2012), pada wanita hamil terjadi

penambahan berat badan perkiraan peningkatan berat badan yang

dianjurkan 4 kg pada TM 1 0,5 kg/minggu, pada TM 2 sampai TM

3 totalnya sekitar 15-16 kg.


146

Pada kasus Ny. I didapatkan IMT ibu yaitu 21,3 kg yang

termasuk dalam Berat bada ideal. Selisih kenaikan berat badan

sebelum hamil yaitu 40 kg dan selama hamil menjadi 56 kg, maka

kenaikan badannya yaitu 16 kg

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik

f) LILA

Menurut Astuti (2012), pengukuran LILA (lingkar lengan atas)

bertujuan untuk mendapatkan gambaran status gizi klien. Apabila

LILA kurang dari 23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai

resiko KEK dan sebaliknya apabila LILA Lebih dari 23,5 cm

berarti wanita itu tidak beresiko KEK (Kurang Energi Kronis).

Pada kasus Ny. I didapatkan LILA 23,5 cm.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

g) Pemeriksaan head to toe

Menurut Sunaryo (2011), pemeriksaan fisik dilakukan secara

sistematis, baik secara inspeksi, palpasi perkusi, dan auskultasi.

Beberpa tes khusus mungkin diperlukan,seperti tes neurologi.

Pemeriksaan fisik ini dilakukan secara head to toe (kepala ke kaki)

dan review of sytem (sistem tubuh).

Menurut Manuaba (2007), pada daerah muka dilihat oedema

atau tidak apabila oedema menunjukan hipoalbuminemia (penyakit

jantung, ginjal, preeklamsia berat, kekurangan gizi, bentuk anemia.

Pada mata dilihat dari kelopak mata (pucat atau tidak) menunjukan

gambaran anemia. Mulut dilihat keadaan lidah dan gigi yang dapat
147

menunjukan gangguan lidah kotor serta gigi, epulis karena emesis

gravidarum (hiperemesis gavidarum, hipersalivasi). Pada leher

dilihat bendungan vena atau tidak apa bila ada menunjukan akibat

penyakit jantung, kelenjar tyroid dan pembengkakan kelenjar

limfa. Abdomen dilihat apakah ada luka bekas opersi yang dapat

menunjukan adaya riwayat obstetri. Ekstermitas dilihat edema atau

tidak yang dapat menunjukan faktor mekanis, tanda

preeklamsia/eklampsia dan terdapat varises atau tidak yang dapat

menunjukan bendungan vena akibat multigravida atau heriditer.

Pada pengkajian kasus Ny. I pemeriksaan secara yang

dilakukan yaitu meliputi kepala atau rambut : bersih, tidak rontok,

muka tidak pucat, Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera

putih. Hidung : tidak ada kelainan, tidak ada secret. Mulut : tidak

ada somatitis, gigi bersih dan tidak ada caries pada gigi, Telinga :

simeteris tidak ada kelainan dan tidak ada serumen. Leher : tidak

ada pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening. Aksila

: tidak ada pembesaran kelenjar limfe. Dada : tidak ada retraksi

dinding dada, bentuknya normal. Payudara : mamae membesar,

putting susu menonjol. Abdomen ; tidak ada bekas luka operasi.

Genetalia ; bersih, tidak tidak ada keputihan. Anus : tidak ada

hemoroid. Ekstremitas : simetris, tidak oedem tidak ada varises.

Sehingga pada pemeriksaan head to toe terdapat kesenjangan

antara teori dan praktek dimana secara teori dilakukan pemeriksaan

mulai dari kepala sampai kaki, Sedangkan secara praktek


148

pemeriksaan yang dilakukan hanya pemeriksaan mulai dari kepala

sampai kaki.

h) Pemeriksaan Panggul

Menururt Dewi Sartika (2010), Pemeriksaan panggul dikaji

untuk menilai bentuk panggul apakah terdapat kelainan atau

keadaan yang dapat menimbulkan penyulit pada saat persalinan.

Ukuran panggul normal Distansia spinarum : 23-26 cm, Distansia

Kristarum : 26-29 cm, Distansia tuberrum : 10,5-11 cm, Konjugata

eksterna 18-20 cm.

Pada kasus Ny. I tidak dilakukan pemeriksaan panggul.

Sehingga terjadi kesenjangan antara teori dan kasus yaitu bahwa

pada teori dilakukan pemeriksaan panggul namun pada praktik

tidak dilakukan karena keterbatasan alat untuk pengukuran

panggul.

i) Pemeriksaan Refleks Patella

Menurut Dewi Sartika (2010), pemeriksaan refleks patella

dilakukan dengan menggunakan hammer ketuk tendon pada lutut

bagian bawah, normalnya Refleks patella hasilnya positif. Hasil

pemeriksaan refleks patella kaki kanan dan kiri yang telah

dilakukan hasilnya positif, Namun pemeriksaan panggul tidak

dilakukan karena keterbatasan alat.

Pada kasus Ny. I tidak dilakukan pemeriksaan refleks patella.

Sehingga terjadi kesenjangan antara teori dan kasus yaitu bahwa


149

pada teori dilakukan pemeriksaan patella namun pada praktik tidak

dilakukan karena pada awal kehamilan sudah dilakukan.

2) Pemeriksaan Obstetri

a. Inspeksi

Menurut Dewi Sartika (2010), Inspeksi adalah pemeriksaan

yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa

melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar)

Pada kasus Ny. I dilakukan pemeriksaan muka tidak ada

cloasma gravidarum, tidak pucat, mamae membesar, putting susu

menonjol, kolostrum belum keluar, kebersihan terjaga.

pemeriksaan abdomen kebersihan terjaga, ada linea nigra, tidak

ada luka bekas operasi, genetalia tidak oedem dan varises.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yaitu hasil

inspeksi yang telah dilakukan sesuai dengan teori

b. Palpasi

Menurut Dewi Sartika (2010), teknik pemeriksaan yang

menggunakan indera peraba, tangan dan jari-jari.

Menurut Nuryati (2010), bahwa pemeriksaan Leopold I

dilakukan untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian

janin yang berada dalam fundus uteri, sedangkan pemeriksaan

Leopold II untuk menentukan bagian janin yang berada pada

kedua sisi uterus, pada letak lintang tentukan dimana letak

kepala janin. Adapun pemeriksaan Leopold III dilakukan untuk

menentukan bagian janin apa yang berada pada bagian bawah


150

dan apakah sudah masuk atau masih goyang dan pemeriksaan

Leopold IV dilakukan untuk menentukan presentasi kepala.

Pada kasus Ny. I didapatkan hasil pemeriksaan palpasi

leopold I, TFU 28 cm, teraba bulat, lunak yaitu bokong. Leopold

II, sebelah kanan perut ibu teraba panjang, keras, seperti ada

tahanan yaitu punggung dan pada bagian kiri perut ibu teraba

bagian – bagian kecil janin, tidak merata yaitu ekstermitas.

Leopold III teraba bulat, keras, melenting yaitu kepala. Leopold

IV, bagian terendah janin belum masuk PAP (Konvergen)

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yaitu

hasil pemeriksaan palpasi normal sesuai dengan teori.

Menurut Mufdillah (2009), Pengukuran TFU dilakukan

secara rutin dengan tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat

badan janin. Indikator pertumbuhan berat badan janin intra

uterin, tinggi fundus uteri dapat juga mendeteksi secara dini

terhadap terjadinya molahidatidosa (kehamilan mola/kehamilan

anggur). Sesuai dengan TFU cm Pada usia kehamilan 38

minggu hasilnya yaitu 40 cm.

Pada kasus Ny. I didapatkan hasil pemeriksaan TFU 28 cm.

Sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu

bahwa hasil pemeriksaan TFU pada usia kehamilan 38+6 hari

tidak sesuai dengan usia kehamilannya.

Menurut Romauli (2011), Taksiran Berat Janin Tafsiran ini

bila berlaku untuk janin presentasi kepala. Rumusnya adalah


151

sebagai berikut : (tinggi fundus dalam cm - n) x 155 = berat

(gram) Bila kepala di atas atau pada spina iskiadika maka n =

12. Bila kepala di bawah spina isciadika maka n = 11. Pada

pengkajian kasus Ny. I didapatkan hasil pemeriksaan TBJJ

2480 gram.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yaitu

TBJJ janin sesuai dengan berat janin dalam teori

c. Perkusi

Menurut Dewi Sartika (2010), Perkusi adalah

pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh

tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya

(kiri/kanan) dengan menghasilkan suara. Pemeriksaan refleks

patella dilakukan dengan menggunakan hammer ketuk tendon

pada lutut bagian bawah. Jika hasilnya (-) menandakan bahwa

pasien kekurangan vitamin B1, Bila gerakan berlebihan dan

cepat, hal ini menunjukan preeklamsia.

Pada kasus Ny. I didapatkan hasil pemeriksaan reflek

patella kanan dan kiri positif. Sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus yaitu hasil pemriksaan refleks patella

positif yang menandakan bahwa tidak kekurangan vitamin B1

serta sesuai dengan teori.

d. Auskultasi

Menurut Dewi Sartika (2010), Auskultasi adalah

pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan


152

suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat

yang disebut dengan stetoskop.

Menurut prawiharjo (2010), yaitu batas normal denyut

jantung janin 120-160x/menit.

Pada pengkajian kasus Ny. I didapatkan hasil pemeriksaan

DJJ 138x/menit. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus yaitu bahwa hasil pemeriksaan DJJ 138x/menit, tidak

kurang dari 120x/menit atau tidak lebih dari 160x/menit atau

sesuai teori.

3) Pemeriksaan penunjang

Menurut Siwi Walyani (2016), pemeriksaan penunjang meliputi

laboratorium, pada pemeriksaan ini yang perlu dikaji adalah darah

lengkap meliputi Hb, golongan darah, leukosit,trombosit, glukosa

puasa 2 jam, urine, creatinin, SGOT, SGPT, billirubin total, foto

rongen, USG.

1. Laboratorium

a) Pemeriksaan darah

Menurut Manuaba (2012), Haemoglobin Pemeriksaan

dan pengawasan Haemoglobin (Hb) dapat dilakukan

dengan menggunakan alat Sahli. Hail pemeriksaan Hb

dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut : Tidak

anemia jika Hb 11 g%, anemia ringan jika Hb 9-10 g%,

anemia sedang jika Hb 7-8, anemia berat jika Hb > 7 g%.

Pada kasus Ny.I tanggal 7 Juni 2019 didapatkan hasil


153

Pemeriksaan Hb yaitu 12,4 g%. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus yaitu Hb ibu

normal/sesuai dengan teori.

b) Golongan darah

Menurut Azmielvita (2009), Pemeriksaan golongan

darah pada ibu hamil ini penting dilakukan untuk

mengetahui golongan darah pada ibu. Pemeriksaan

golongan darah pada ibu hamil dilakukan pada awal

kehamilan. Pemeriksaan golongan darah mempunyai

berbagai manfaat dan mempersingkat waktu dalam

identifikasi. Golongan darah penting untuk diketahui dalam

hal kepentingan transfusi dan donor yang tepat.

Pada kasus Ny. I tanggal 7 Juni 2019 didapatkan hasil

Pemeriksaan golongan darah yaitu A. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus

c) Tripel Eliminasi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52

Tahun 2017 tentang 3E (Tripel Eliminasi) yaitu

pemeriksaan pada setiap ibu hamil terhadap HIV, Sifilis,

dan Hepatitis B yang merupakan salah satu bukti komitmen

Negara Indonesia terhadap masalah ini dengan tujuan

penurunan angka infeksi baru pada bayi baru lahir sehingga

terjadi pemutusan mata rantai penularan ibu ke bayinya.


154

Pada kasus Ny. I tanggal 7 Juni 2019 didapatkan hasil

Pemeriksaan DDHB (Deteksi Dini Hepatitis B) : Reaktif,

HIV/AIDS : Non Reaktif. Sehingga terdapat kesenjangan

antara teori dan kasus yaitu bahwa hasil pemeriksaan

DDHB Reaktif.

d) Protein urin

Menurut Romauli (2011), Pemeriksaan urin dilakukan

pada kunjungan pertama dan setiap kunjungan trimester III.

Diperiksa dengan cara dibakar, dilihat warnanya, kemudian

ditetesi asam asetat 2-3 tetes, lalu dilihat warnanya lagi.

Cara menilai hasil yaitu tidak ada kekeruhan (-). Ada

kekeruhan ringan tanpa butirbutir (+). Kekeruhan mudah

terlihat dengan butirbutir (++). Kekeruhan jelas dan

berkeping-keping (+++). Sangat keruh berkeping besar atau

bergumpal (++++).

Pada kasus Ny.I tanggal 7 Juni 2019 didapatkan hasil

Pemeriksaan protein urine (-)

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus

e) Reduksi urin

Menurut Romauli (2011), Untuk mengetahui kadar

glukosa dalam urin, dilakukan pada kunjungan pertama

kehamilan. Cara menilai hasilnya yaitu, hijau jernih atau

biru (-), hijau keruh (+), hijau keruh kekuningan (++),

jingga atau kuning keruh (+++), merah kekuningan, keruh


155

atau merah bata (++++). Pada kasus Ny. I tanggal 7 Juni

2019 didapatkan hasil Pemeriksaan reduksi urine (-)

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

f) Ultrasonografi (USG)

Menurut Patel PR (2007), Dengan adanya pelayanan

Ultrasonografi (USG), kesalahan perhitungan usia

kehamilan dapat dikurangi. USG sering dilakukan pada usia

kehamilan 16 minggu untuk menilai viabilitas janin,

menentukan usia kehamilan, serta mengetahui kelainan-

kelainan yang mungkin terdapat pada fetus. Pada kasus

Ny.I mengatakan pada tanggal 5 maret 2019 melakukan

USG hasilnya janin dalam keadaan baik-baik saja.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

2. Interpretasi Data

Menurut Hani (2010), pada langkah ini dilakukan identifikasi

terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interprestasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan.

Pada Ny. I hamil dengan HbsAg Reaktif diperoleh diagnose

nomenklatur, masalah, dan kebutuhan yaitu :

a. Diagnosa nomenklatur

Menurut Varney (2004), diagnose nomenklatur dikaji sebagai

anamnesis dan pemeriksaan yang merupakan kasus kebidanan,

kasus yang menjadi hak dan kewajiban dan wewenang bidan untuk

memberikan asuhan kebidanan. Pada kasus ini interprestasi data


156

berdasarkan data subyektif dan data obyektif didapatkan diagnosa

kebidanan (nomeklatur) sebagai berikut :

Pada kasus Ny. I umur 30 tahun G2P1A0 hamil 38 minggu + 6

hari, janin tunggal hidup intra uteri, letak memanjang punggung

kanan, presentasi kepala, konvergen dengan kehamilan HbsAg

Reaktif. Pada kasus ini diagnosa kebidanan yang dilakukan pada

Ny. I sudah sesuai dengan tinjauan teori.

Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

b. Masalah

Menurut Saefuddin (2010), masalah adalah segala sesuatu

yang menyimpang sehingga kebutuhan klien terganggu,

kemungkinan mengganggu kesehatan tetapi tidak dalam diagnose

potensial. Pada kasus Ny. I Ibu merasa cemas karena pada

kehamilannya disertai dengan penyakit HbsAg Reaktif. Sehingga

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

c. Kebutuhan

Menurut Iriyani (2012), Mengidentifikasi perlunya tindakan

segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga konsultasikan atau

ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai

dengan kondisi klien.

Pada kasus Ny. I bidan memberikan support mental sesuai

dengan masalah ibu yaitu rasa cemas pada kehamilannya,

kemudian ibu mendapatkan advis dari dr. Puskesmas yaitu bahwa

pasien harus dirujuk ke Rumah Sakit karena ibu dari hasil


157

pemeriksaan DDHB hasilnya yaitu Reaktif dan harus bersalin di

Rumah Sakit.

3. Diagnosa Potensial

Menurut Sukarni (2013), Pada langkah ini bidan

mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial

berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.

Dari data diatas diperoleh dalam kasus ini didapatkan data

potensial sebagai berikut bagi Ibu yaitu kanker hati, Hepatitis akut,

sirosis hati, batu empedu. Dan bagi Janinnya yaitu Asfikia

Neonatorum, Hepatitis B, kematian janin, BBLR, kelainan anatomi

dan fungsi tubuh janin. Serta pada saat Persalinan yang akan terjadi

yaitu Ketuban pecah dini, Diabetes gestasional, dan perdarahan berat

pada akhir kehamilan.

4. Antisipasi Penanganan Segera

Menurut Yulifah (2013), mengidentifikasi perlunya tidakan

segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau

ditangani versama dengan anggota tim kesehatana yang lain sesuai

dengan kondisi klien.

Pada kasus Ny. I ibu memerlukan antisipasi penanganan segera

yaitu kolaborasi dengan dokter Sp.OG hal ini karena ibu mempunyai

diagnose potensial. Selain itu, terdapat masalah yang memebutuhkan

tindakan kegawatdaruratan dan kolaborasi atau rujukan, ketersediaan

Hbig, dan persiapan persalinan.

Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
158

5. Intervensi

Menurut Pantiawati (2010), asuhan ibu hamil saat ANC yang

diberikan diantaranya memonitoring kemajuan kehamilan guna

memastikan kesehatan ibu dan perkembangan bayi yang normal,

mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan

penatalaksanaan, mempersiapkan fisik, emosional dan logis untuk

menghadapi kelahiran adanya komplikasi.

Menurut Pantiawati (2010), asuhan ibu hamil saat ANC yang

diberikan diantaranya memonitoring kemajuan kehamilan guna

memastikan kesehatan ibu dan perkembangan bayi yang normal,

mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan

penatalaksanaan yang diberikan, mempersiapkan ibu dan keluarga

secara fisik, emosional dan logis untuk menghadapi kelahiran serta

kemungkinan adanya komplikasi.

Menurut Kementerian Kesehatan (2013), Konseling dilakukan

pada kunjungan ANC pertama sampai menjelang persalinan. Dalam

merencanakan pemberian asuhan kebidanan yang menyeluruh ini

penulis tidak menemukan kesulitan, karena klien dapat diajak

bekerjasama dan tidak ada hambatan yang dijumpai. Dalam hal ini

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut dr. Rizal Fadli (2019), Ada beberapa pantangan

makanan bagi penderita Hepatitis B yaitu : Lemak jenuh, Makanan


159

manis kemasan, Makanan olahan yang mengandung zat kimia

tambahan dan kadar garam tinggi, Alkohol. Jika terlalu banyak

mengkonsumsi makanan berlemak, bergula tinggi, dan kalori, maka

akan menambah berat badan dan lemak akan menumpuk dihati. Hati

berlemak dapat berkontribusi untuk mengembangkan sirosis, atau

jaringan parut hati.

Menurut Kementerian Kesehatan (2013), petugas kesehatan

wajib menawarkan dan memberikan informasi edukasi tentang

pemeriksaan HIV dan hepatitis B pada ibu hamil guna meningkatkan

cakupan pemeriksaan sesuai target yaitu 80%.

Menurut Manuaba (2010), tanda-tanda persalinan dimulai dari

timbulnya his yang sering, kuat dan teratur. Dorongan ingin meneran,

tekanan pada bagian anus, perineum menonjol, vulva membuka.

Terasa nyeri di abdomen dan menjalar ke pinggang,

Menurut Cahyono (2010), penularan secara vertikal virus

hepatitis B ibu kepada bayinya terjadi selama proses kehamilan ibu

menularkan HBV melalui tali pusat (plasenta) atau karena bayi

meminum air ketuban didalam kandungan pada saat proses

persalinan.

Pada langkah ini intervensi yang diberikan pada Ny. I yaitu

beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan Beritahu ibu

tentang penyakit Hepatitis. cara penularan dari ibu ke bayinya, dan

cara pencegahan agar penyakit ini tidak menular. Anjurkan pada ibu

untuk istirahat cukup. Anjurkan ibu agar makan gizi seimbang bagi
160

penderita HbsAg Reaktif. Anjurkan pada ibu untuk konsultasi

kehamilannya dengan dokter Sp.OG. Anjurkan ibu untuk tetap

menjaga personal hygience. Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda

bahaya kehamilan TM III.

Dalam merencanakan pemberian asuhan kebidanan yang

menyeluruh tidak menemukan kesulitan, karena klien dapat diajak

bekerjasama dan tidak ada hambatan yang dijumpai. Dalam hal ini

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Kementerian Kesehatan (2015) pemeriksaan HIV, hepatitis

B dan sifilis merupakan bagian dari standar pelayanan ANC 10T

sehingga semua ibu hamil wajib mendapatkan informasi dan

melakukan pemeriksaan (Kementerian Kesehatan, 2015).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Setiyawati & Meilani (2014)

yang menunjukkan bahwa inisiasi dari pemberi layanan kesehatan

atau PITC (Provider).Pelaksanaan

Menurut Nurhayati (2012), pada langkah keenam yaitu

pelaksanaan dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana yang

diterapkan. Pada langkah pelaksanaan asuhan yang telah diberikan

sesuai dengan intervensi yaitu hasil pemeriksaan disampaikan pada

saat tahap awal KIE, Semua rencana intervensi sudah dilaksanakan

dan diberikan kepada ibu.

6. Evaluasi

Menurut Anggraini (2010), langkah ini merupakan langkah

terakhir guna mengetahui yang telah dilakukan bidan, mengevaluasi


161

keefektifan dari asuhan yang diberikan, mengulangi kembali proses

manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah

dilaksanakan. Berdasarkan hasil evaluasi ibu sudah memahami

kondisinya, dan sudah mampu memahami apa yang harus dilakukan

untuk menjaga kondisi kehamilan dan janinnya. Evaluasi tersebut

didapatkan dari hasil wawancara atau meminta fitback dari ibu atau

ibu mampu untuk mengulang pertanyaan yang telah disampaikan.

B. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

Menurut Sondakh (2013), Persalinan adalah proses pengeluaran hasil

konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di

luar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan.

1. Kala I Fase Laten

1) Pengumpulan Data

a) Data Subjektif

Menurut Varney (2012), data subyektif adalah data yang

didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan

kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga

kesehatan secara independen tetapi melalui suatu sistem interaksi

atau komunikasi.

Menurut Manuaba (2010), Tanda kala I yaitu ditandai dengan

keluarnya lendir bercampur darah karena servik mulai membuka

dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah

kapiler sekitar kanalissevikalis karena pergeseran-pergeseran,

ketika serviks mendatar dan membuka. Kala I persalinan dimulai


162

sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga

mencapai pembukaan lengkap (10 cm)

Pada kasus Ny.I Ibu mengatakan sudah mulai kenceng-kenceng

tetapi masih jarang jam 03.00 WIB. Ibu mengatakan belum

mengeluarkan lendir darah.

b) Data Obyektif

Menurut Varney (2012), Data objektif yaitu data yang

sesungguhnya dapat di observasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan

terutama data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnosis lain.

Menurut Ruhyanudin (2011), Composmentis (conscious),

yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua

pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

Pada kasus Ny. I, hasil pemeriksaan umum didapatkan

keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis. Sehingga tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan praktik

Menurut Nugroho (2014), tekanan darah normal manusia

sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik antara 60-80 mmHg,

frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24

x/menit, denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit dan

suhu tubuh normal adalah 36oC-37oC.

Pada kasus Ny. I didapatkan hasil pemeriksaan yaitu TTV :

TD :120/80 mmHg, S : 36,5°C, N : 82 x/mnt, R : 25x/mnt.

Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik


163

Perkiraan TFU (tinggi fundus uteri) menurut MC Donald

(2010), pada usia kehamilan 39 minggu 5 hari berdasarkan (cm)

panjangnya 30 cm.

Pada kasus Ny. I didapatkan hasil pemeriksaan TFU yaitu 28

cm Sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu

bahwa hasil pemeriksaan TFU tidak sesuai dengan teori yang

semestinya yaitu pada usia kehamilan 39 minggu TFU yang

didapatkan yaitu 30 cm.

Selain TFU menurut MC Donald, ada pula rumus yang

berdampingan dengan MC Donald yaitu Berat Badan Janin atau

BBJ menurut Jhonson. Berat janin (dalam gram) sama dengan

pengukuran fundus (dalam sentimeter) dikurangi n, yaitu 12 jika

kepala pada atau diatas spina ischiadika atau 11 apabila kepala

dibawah spina ischiadika atau sudah masuk panggul.

Pada kasus Ny. I didapatkan hasil pemeriksaan yaitu TBJ :

2480 gram. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik

Menurut Oxorn (2010), frekuensi denyut jantung normal

adalah 120-160 x per menit. Frekuensi denyut jantung janin

kurang dari 120 atau lebih dari 160 x per menit pada waktu tidak

ada his menunjukan adanya gawat janin. Pada kasus Ny. I

didapatkan hasil pemeriksaan DJJ yaitu 140x/menit.

Sehinggan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik


164

Menurut Manuaba (2009), pemeriksaan dalam untuk

menentukan sudah mulai memasuki persalinan dan menentukan

fase laten (Pembukaan serviks 1-3 cm, sekitar 8 jam) dan fase aktif

(Pembukaan serviks 4-10, sekitar 6 jam)

Menurut Sujiyatini (2011), beberapa tanda persalinan yaitu

adanya penurunan bagian kepala, kepala janin sudah terfiksasi di

PAP (pintu atas panggul) diantara kontraksi. Beberapa hal yang

perlu diperhatikan pada pemeriksaan dalam adalah tentukan

keadaan vulva dan uretra, nilai kondisi dinding vagina, tentukan

konsistensi dan pendataran serviks (kondisi jalan lahir), mengukur

besarnya pembukaan, menilai selaput ketuban, warna cairan amion,

menentukan presentasi dan seberapa jauh bagian terbawah janin

melalui jalan lahir, menentukan denominator (petunjuk)

Pada kasus Ny. I didapatkan hasil pemeriksaan dalam yaitu:

Keadaan porsio : Lunak, Pembukaan : ± 3 cm, Penipisan : 10 %,

Selaput Ketuban : utuh, Bagian Terendah : UUK kanan depan,

Moulage : tidak ada, Penurunan : HII Bagian

terkemuka/menumbung : tidak ada.

Dengan demikian hasil pemeriksaan yang didapatkan adalah

masih kategori fisiologis sehingga tidak terdapat adanya

kesenjangan antara teori dan kasus.

c) Assessment

Menurut Manuaba (2010), Setelah melakukan pemeriksaan

dengan seksama, hasil akhir harus dapat menjawab pertanyaan


165

berkaitan dengan keadaan hamil salah satunya adalah bagaimana

keadaan kesehatan umum ibu, apakah primigravida atau

multigravida, bagaimana keadaan janin, berapa umur kehamilan saat

ini, apakah janin hidup, apakah janin tunggal atau kembar,

bagaimana letak janin, apakah intrauterin atau ekstrauterin.

Setelah dilakukan pengkajian pada kasus ibu bersalin Ny. I, baik

anamnesa maupun pemeriksaan maka didapatkan diagnosa Ny. I

umur 30 tahun GIIPIA0 hamil 39 minggu 6 hari janin tunggal hidup

intrauterin, letak memanjang, presentasi kepala (preskep), punggung

kanan (puka), divergen dengan inpartu kala I fase laten dengan

HbsAg Reaktif.

Dengan demikian tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.

d) Planning

Menurut maslikhatun (2009), planning adalah membuat asuhan

yang akan diberikan berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data.

1) Beritahu ibu/keluarga tentang hasil pemeriksaan.

Menurut Sumarah (2008), ibu dan keluarga harus diberi

informasi selengkapnya tentang hasil pemeriksaan kehamilan,

kemajuan persalinan, nifas dan semua perkembangannya selama

kehamilan, proses persalinan dan nifas. Setiap tindakan atau

intervensi yang akan dilakukan harus diantisipasi dan dijelaskan.

Dengan demikian tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus.
166

2) Lakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter Puskesmas yaitu

dengan advis dokter yaitu yaitu rujuk ke RS, dan pasang infuse

RL 20 tpm.

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2014), Tatalaksana

persalinan pada kehamilan dengan hepatitis B yaitu dilakukan

rujukan ke RS dengan tindakan section caesarea elektif memiliki

tingkat penularan ke bayi lebih rendah dibandingkan dengan

persalinan pervaginam.

3) Memberitahu ibu agar tidak perlu cemas

Menurut Huliana (2008), kecemasan menghadapi persalinan

akan muncul dan mulai dirasakan. bayangan-bayangan negatif

mulai menghantui. Untuk mengatasi perubahan psikologi pada

periode ini, berilah rasa aman dan dukunglah untuk melakukan

berbagai kegiatan, seperti melakukan teknik pernafasan saat

kontraksi. Dengan cara ini, akan muncul rasa percaya diri

sehingga ibu akan memiliki mental yang kuat untuk menghadapi

persalinannya. Dengan demikian tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

4) Melakukan persetujuan informed consent yaitu dengan

penandatanganan dokumen terkait tindakan yang akan dilakukan

selanjutnya.

Menurut Fikriya (2016), informed consent merupakan alat

untuk menentukan nasib pasien sendiri dalam tindakan

kedokteran. oleh karena itu pasien hanya dapat memberikan


167

persetujuan secara nyata apabila pasien dapat menerima dan

memahami isi informasi mengenai tindakan yang diberikan.

Menurut Saiffudin (2014), harus dilakukan penandatanganan

informed consent. Partograf dan rekam medik harus dibawa

bersama ibu, dan anggota keluarga dianjurkan untuk

menemani.Dengan demikian tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus.

5) Melakukan Persiapan Rujukan

Persiapan rujukan yaitu menyiapkan surat rujukan,

Menyiapkan alat dan obat untuk persalinan yang mungkin

dilakukan jika ibu melahirkan didalam perjalanan menuju rumah

sakit, Menghubungi tempat rujukan, Menghubungi supir

ambulance, Menyiapkan ambulance, Menyiapkan pendonor darah

jika sewaktu-waktu ibu membutuhkan darah, Melakukan tindakan

pra rujukan, Pasang infus, Rujukan siap dilakukan.

Menurut Anggraini (2010), Rujukan adalah kondisi optimal

dan tepat waktu ke fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap,

diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru

lahir. Rujukan efektif adalah rujukan prinsip BAKSOKUDA yaitu:

B (Bidan) : Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir

didampingi oleh penolong persalinan yang

kompeten untuk memiliki kemampuan

menatalaksanakan kedaruraran obstetrik dan


168

bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas

rujukan.

A (Alat) : Bawakan perlengkapan dan bahan-bahan untuk

asuhan persalinan, nifas, dan bayi baru lahir

K (Keluarga) : Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi

terakhir ibu atau bayi dan mengapa ibu atau bayi perlu dirujuk.

S (Surat) : Berikan surat ke tempat rujukan.

O (Obat) : Bawa obat – obatan yang diperlukan saat merujuk.

K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan

untuk merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman.

U (Uang) : Ingkatkan keluarga untuk membawa uang dalam

jumlah yang cukup untuk membeli obat–obatan

yang diperlukan selama ibu atau bayi baru lahir

berada di fasilitas kesehatan rujukan.

DA (Darah) : Ingatkan keluarga untuk menyiapkan darah demi

keselamatan dan mengharap pertolongan dari Allah.

Pada Planning kasus Ny. I tindakan pra rujukan yang telah

diberikan sudah sesuai dengan prinsip BAKSOKUDA.

Dengan demikian tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan

kasus.

2. CATATAN RUJUKAN PERSALINAN

Menurut Imelda (2016), Indikasi persalinan yang harus dilakukan

dengan bantuan induksi yaitu diantaranya : Perdsalinan karena Insersi


169

Uteri, Persalinan serotinus, Persalinan karena KPD ( Ketuban Pecah Dini),

Persalinan akibat IUFD.

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2014), Tatalaksana persalinan

pada kehamilan dengan hepatitis B yaitu dengan tindakan section caesarea

elektif memiliki tingkat penularan ke bayi lebih rendah dibandingkan

dengan persalinan pervaginam.

Pada kasus Ny. I sesuai dengan prosedur tetap pelaksanaan pada ibu

dengan HbsAg Reaktif proses persalinan ibu dilakukan secara pervaginam

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Achadiat (2008), induksi dapat dilakukan dengan titras/drip

oksitosin dosis rendah yakni dengan titrasi oksitosin 5IU. Bila skor Bishop

>5, dengan akselerasi secara titrasi larutan oksitsin 5 IU, dengan kecepatan

tetesan dimulai 8 tetes/menit dan ditingkatkan setiap 15 menit dengan 4

tetes/menit, sampai maksimal 40 tetes/menit. Selama proses pemacuan

maupun induksi ini, semua prosedur pengawasan terhadap kehamilan

diatas harus tetap dilakukan dengan baik. Penghitungan tetesan dapat pula

menggunakan mesin khusus untuk titrasi tersebut secara otomatis. Pada

kasus Ny. I dilakukan telah berikan oksitosin drip 5 IU, 12 tpm sesuai

dengan advis dr.sp.OG

Dengan demikian tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Saefudin (2002), Misoprostrol atau cytotec dapat diberikan

secara peroral, sublingual, atau pervaginam. Tablet misoprostol dapat

ditempatkan di forniks posterior vagina. Misoprostol pervaginam

diberikan dengan dosis 25mcg dan diberikan dosis ulang setelah 6 jam
170

tidak ada his. Apabila tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberian 25 mcg,

maka dosis dinaikkan menjadi 50 mcg, setiap 6 jam. Dosis pemberian oral

yaitu 100 ug sama efektifnya dengan dosis intravagina 25 ug.

Pada kasus Ny. I telah diberikanTerapi gastrol sebanyak 2x melalui

pervaginam sebanyak 1 butir, kemudian berikan terapi gastrol yang kedua

¼ tablet oral. Dengan demikian tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

Hasil observasi untuk mengetahui kemajuan persalinan yaitu :

Tgl Jam DJJ AK Pembukaan ↓ kep His TD Nadi urine

24- 07.30 137x/m Utuh ±3cm H2 3x10’, 140/90 88x/m

09- 30” mmhg

2018 11.30 137x/m Utuh ±3cm H2 3x10’, 135/90 82x/m 10cc

30” mmhg

15.30 138x/m Utuh ±4cm H2 3x10’, 135/90 81x/m 5cc

19.30 138x/m Utuh ±4cm H2 30” mmhg 80x/m 5cc

22.00 140x/m Utuh ±8 cm H3 3x10,3 130/90 80x/m

0’’ mmHg

3x10’, 130/90

35’’ mmhg

25- 02.00 142x/m Utuh ±9 cm H3 4x10’, 130/90 80x/m

09- 40” mmHg

2018 03.50 142x/m jernih 10 cm H3 4x10’, 130/90 80x/m

45’’ mmHg
171

Pada pukul 04.00 WIB bayi lahir spontan, menangis kuat, gerakan badan aktif,

BB 3000 gram, PB 48 cm, LK : 34 cm, LD : 33 cm, Jenis kelamin Perempuan

C. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Menurut Anggraini (2010), masa nifas (puerperium) adalah dimulai

setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6

minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3

bulan.

a. Pengumpulan Data

a) Data Subjektif

Menurut Varney (2012), data subyektif adalah data yang di

dapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan

kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga

kesehatan secara independen tetapi melalui suatu sistem interaksi

atau komunikasi.

Menurut Indisari (2017), Pada ibu nifas 1 hari post partum

sampai 6 minggu post partum ASI sudah keluar dan lancar.

Menurut varney (2007), ASI yang belum lancar adalah

penyumbatan pada duktus laktiferus akibat hambatan aliran air

susu karena tekanan internal dan eksternal serta kurangnya

pengetahuan tentang perwatan payudara yang benar. Menurut

Indriyani (2015), buang air kecil dapar dilakukan sendiri

secepatnya, paling tidak 4 jam setelah melahirkan. Defekasi

(BAB) Buang air besar biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari


172

setelah melahirkan karena enema pra persalinan, diit cairan, obat-

obatan analgesic selama persalinan dan perineum yang sakit.

Menurut Bahiyatun (2009), Mobilisasi ibu nifas adalah

menggerakan tubuh dari satu tempat ketempat yang lain yang

harus dilakukan secara bertahap dan langsung setelah melahirkan.

Pada ibu nifas 1 hari post partum, ibu diperbolehkan untuk

bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam. Pada hari ke 3 sampai

ke 10 ibu nifas sudah memulai aktivitasnya yaitu fokus pada bayi

dan menyusui. Pada hari kesepuluh sampai 6 minggu post partum

ibu sudah dapat menjalankan perannya seperti menyusui bayinya

dan mengerjakan perannya sebagai seoarang ibu. Manfaat

mobilisasi dini yaitu : Meningkatkan sirkulasi dan mencegah

resiko trombopeblitis vena, Dapat lebih memungkinkan mengajari

ibu untuk merawat dan dan memelihara anaknya, Mempercepat

involusi uterus, Memperlancar lochea sehingga menghindari

timbunan lochea, Mempercepat kembali optimal alat reproduksi,

Pada kunjungan pertama 1 hari post partum didapatkan hasil

ibu mengatakan sudah BAB 1 hari dan BAK sudah 4x/hari. Ibu

mengatakan sudah bisa duduk dan sudah bisa kekamar mandi

sendiri. Ibu mengatakan ASInya sudah keluar, Ibu sudah

menyusui anaknya setiap 2 jam sekali.

Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.


173

Pada kunjungan kedua 6 hari post partum didapatkan hasil

yaitu ASI nya keluar lancar, BAK teratur 4-5 x/hari, BAB 1x/hari

dan ibu mengatakan tidak ada keluhan. Sehingga tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus.

Pada kunjungan ketiga 11 hari post partum didapatkan hasil

yaitu ASInya keluar lancar dan tidak ada keluhan. Sehingga tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

Pada kunjungan keempat 35 hari post partum didapatkan hasil

yaitu ASInya keluar lancar dan tidak ada keluhan. Sehingga tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

b) Data Obyektif

Menurut Varney (2012), Data Objektif adalah data yang

sesungguhnya dapat di observasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan

terutama data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnosis lain.

a) Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum

Menurut Romauli (2011), Keadaan umum ibu baik, keadaan

emosional stabil, kesadaran komposmentis.

Menurut Ruhyanudin (2011), Composmentis (conscious),

yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab

semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.


174

Pada Kunjungan nifas pertama sampai dengan kunjungan

nifas keempat didapatkan hasil pemeriksaan keadaan umum

baik dan kesadaran composmentis. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa keadaan umum ibu dari 1 hari post partum sampai 35

hari post partum yaitu normal.

b. TTV

Menurut Nugroho (2014), tekanan darah normal manusia

sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik antara 60-80 mmHg,

frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24

x/menit, denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit

dan suhu tubuh normal adalah 36oC-37oC.

Pada kunjungan nifas pertama hasil pemeriksaan TTV yang

telah dilakukan yaitu TD : 140/90 mmHg, S : 36,°C, N : 78

x/mnt, R : 18 x/mnt, Pada kunjungan nifas kedua hasil

pemeriksaan TTV yang telah dilakukan yaitu TD : 110/80

mmHg, S : 36,5°C, N : 84x/mnt, R: 25 x/mnt. Pada kunjungan

nifas ketiga hasil pemeriksaan TTV yang telah dilakukan

yaitu120/80 mmHg, S : 36°C, N : 88 x/mnt, R: 29 x/mnt, Pada

kunjungan nifas keempat hasil pemeriksaan TTV yang telah

dilakukan yaitu TD : 120/80 mmHg, S : 36°C, N : 80 x/mnt, R :

21 x/mnt. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil

pemeriksaan TTV ibu dari 1 hari post partum sampai 35 hari

post partum yaitu normal.


175

c. Pemeriksaan Obstetri

1. Inspeksi

Menurut Dewi Sartika (2010), Inspeksi adalah pemeriksaan

yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa

melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar)

Menurut Manuaba (2007), pada daerah muka dilihat oedema

atau tidak. Pada mata dilihat dari kelopak mata (pucat atau tidak)

menunjukan gambaran anemia. Mulut dilihat keadaan lidah dan

gigi yang dapat menunjukan gangguan lidah kotor serta gigi,

epulis karena emesis gravidarum (hiperemesis gavidarum,

hipersalivasi). Pada leher dilihat bendungan vena atau tidak apa

bila ada menunjukan akibat penyakit jantung, kelenjar tyroid dan

pembengkakan kelenjar limfa. Abdomen dilihat apakah ada luka

bekas opersi yang dapat menunjukan adaya riwayat obstetri.

Ekstermitas dilihat edema atau tidak yang dapat menunjukan

faktor mekanis, tanda preeklamsia /eklampsia dan terdapat varises

atau tidak.

Pada Kunjungan pertama 1 hari post partum pemeriksaan

didapatkan yaitu muka tidak pucat, mata tidak anemis, pada

bagian abdomen tidak ada bekas luka operesi, ektremitas atas dan

bawah tidak oedem.


176

Pada Kunjungan kedua 6 hari post partum pemeriksaan fisik

yang telah dilakukan yaitu kepala mesochepall, mata tidak

anemis, hidung tidak sinustitis, mulut tidak somatitis, dan caries

dentis, abdomen tidak ada bekas luka operasi, Anus tidak ada

hemoroid, Ektremitas atas dan bawah tidak oedem.

Pada Kunjungan ketiga 11 hari post partum pemeriksaan fisik

yang telah dilakukan yaitu kepala mesochepall, mata tidak

anemis, hidung tidak sinustitis, mulut tidak somatitis, dan caries

dentis, abdomen tidak ada bekas luka operasi, Anus tidak ada

hemoroid, Ektremitas atas dan bawah tidak oedem.

Pada Kunjungan keempat 35 hari post partum pemeriksaan

yang telah dilakukan yaitu kepala mesochepall, mata tidak

anemis, hidung tidak sinustitis, mulut tidak somatitis, dan caries

dentis, abdomen tidak ada bekas luka operasi, Anus tidak ada

hemoroid, Ektremitas atas dan bawah tidak oedem.

Dengan demikian pada kunjungan pertama terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus yaitu pada pemeriksaan

inspeksi tidak dilakukan secara keseluruhan dikarenakan pasien

masih di RS serta keterbasan waktu yang diberikan untuk

melakukan kunjungan nifas pertama, Sedangkan pada kunjungan

kedua sampai kunjungan keempat tidak tidak terdapat

kesenjangan antara teori dengan kasus yaitu pada pemeriksaan

inspeksi yang dilakukan secara keseluruhan mulai dari kepala-

kaki dan hasilnya dalam batas normal serta tidak ada masalah.
177

Menurut Astuti, dkk (2015), Lochea rubra berwarna merah

karena terisi darah yang segar.keluar pada hari ke-1 sampai hari

ke-4 masa postpartum. Lochea sangunolenta berwarna merah

kecokelatan dan juga berlendir. Lochea ini berlangsung dari hari

ke-4 sampai hari ke-7 postpartum. Lochea serosa, berwarna

kuning kecokelatan. Lochea ini keluar pada hari ke-7 sampai hari

ke-14. Lochea alba atau putih, lochea alba ini dapat berlangsung

selama 2-6 minggu postpartum.

Pada Kunjungan pertama ibu mengatakan keluar darah warna

merah segar, Kunjungan kedua darah yang keluar berubah yaitu

darah bercampur lender warna kecoklatan, Kunjungan ketiga

darah yang keluar berwarna kuning, Kunjungan keempat darah

yang keluar berwarna putih.

Dengan demikian tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus yaitu bahwa pengeluaran pervaginam secara kasus sudah

sesuai dengan teori.

Menurut Prawiharjo (2008), Pada 1 hari post partum nyeri

luka perineum disebabkan karena tindakan insisi pada perineum

yang menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina, cincin

selaput darah, jaringan pada septum rektovagina, otot-otot dan

fasia perineum serta kulit bagian depan perineum. Pada 6 hari post

partum hasil luka jahitan mulai kering. Pada 14 hari post partum

hasil luka jahitan sudah kering dan menutup. Pada 40 hari post

partum hasil luka jahitan sudah kering dan menutup.


178

Pada kunjungan pertama Ibu mengatakan jalan lahirnya

mengalami robekan dan dilakukan heacthing derajat II. Pada

kunjungan kedua hasil jahitan sudah mulai kering dan tidak ada

tanda-tanda infeksi pada jalan lahir. Pada kunjungan ketiga hasil

jahitan kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Pada kunjungan

keempat hasil jahitan kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi.

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

2. Palpasi

Menurut Dewi Sartika (2010), teknik pemeriksaan yang

menggunakan indera peraba, tangan dan jari-jari.

Menurut Vivian, (2013), Ukuran TFU pada masa nifas yaitu :

Bayi lahir – 6 hari post partum : Setinggi pusat, 1 minggu post

partum : Pertengahan pusat-simpisis, 2 minggu post partum : diatas

simpisis, 6 minggu post partum : Tidak teraba.

Pada kunjungan pertama hasil pemeriksaan TFU yang didaptkan

yaitu : 2 jari dibawah pusat, Pada perkembangan kunjungan kedua

hasil pemeriksaan TFU yang didapatkan yaitu antara pusat dengan

simfisis, Pada Perkembangan kunjungan ketiga hasil pemeriksaan

TFU yang didapatkan yaitu 3 jari diatas simpfisis, Pada

perkembangan kunjungan keempat hasil pemeriksaan TFU yang

didapatkan yaitu tidak teraba.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan TFU ibu

dari 1 hari post partum sampai 35 hari post partum yaitu normal.
179

3. Pemeriksaan penunjang

Menurut Manuaba (2012), Haemoglobin Pemeriksaan

dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb

dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut : Tidak anemia jika

Hb 11 g%, anemia ringan jika Hb 9-10 g%, anemia sedang jika Hb

7-8, anemia berat jika Hb > 7 g%. Pada kasus Ny. I didapatkan

hasil Pemeriksaan Hb yaitu 9,9 g% Sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus yaitu Hb ibu normal/sesuai dengan teori.

c) Assesment

Menurut J.S Kondakh (2013), masa nifas dimulai dari plasenta lahir

dan sebagai tanda berakhirnya masa nifas adalah alat kandungan sudah

kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas berlangsung sekirat 6

minggu atau 42 hari.

a) Assesment Kunjungan Nifas pertama yaitu Ny. I umur 30 tahun P2

A0 1 hari Post Partum dengan HbsAg Reaktif dan Preeklamsi

Ringan.

b) Assesment Kunjungan Nifas kedua yaitu Ny. I umur 30 tahun P2A0

6 hari post partum dengan HbsAg Reaktif.

c) Assesment Kunjungan Nifas ketiga yaitu Ny. I umur 30 tahun P2A0

11 hari post partum dengan HbsAg Reaktif.

d) Assesment Kunjungan Nifas keempat yaitu Ny. I umur 30 tahun

P2A0 35 hari post partum dengan HbsAg Reaktif.

Dari keempat Assesment dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dengan kasus.


180

d) Planning

Menurut Siti Saleha (2009), Kunjungan masa nifas dilakukan paling

sedikit empat kali. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan

bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani

masalah-masalah yang terjadi.

Menurut Saleha (2009), tujuan untuk melakukan kunjungan nifas ke

1 yaitu untuk mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,

mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujukan bila

perdarahan berlanjut, pemberian ASI awal.

Menurut Sumarah (2008), ibu dan keluarga harus diberi informasi

selengkapnya tentang hasil pemeriksaan kehamilan, kemajuan

persalinan, nifas dan semua perkembangannya selama kehamilan, proses

persalinan dan nifas. Setiap tindakan atau intervensi yang akan dilakukan

harus diantisipasi dan dijelaskan.

Menurut Sulistyowati (2010), Cara merawat luka perineum

lakukan perawatan perineum pada saat mandi , setelah BAK, BAB dari

depan kebelakang. Perawatan sebaiknya dilakukan dikamar mandi

dengan posisi ibu jongkok.

Menurut dr. Rizal Fadli (2019), Ada beberapa pantangan makanan

bagi penderita Hepatitis B yaitu : Lemak jenuh, daging berlemak, dan

makanan yang digoreng, Makanan manis yang dikemas, Makanan

olahan yang mengandung kadar garam tinggi, Alkohol.


181

Menurut Siregar dalam Susilaningsih (2012), ASI merupakan

makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi.

Disamping itu, ASI mudah dicerna oleh bayi dna langsung terserap.

Menurut Khasanah (2012), teknik menyusui yang benar adalah cara

memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi

dengan benar.

Pada kunjungan pertama 1 hari post partum Asuhan yang diberikan

yaitu memberitahu ibu/keluarga tentang hasil pemeriksaan. Memberitahu

ibu cara perwatan luka perineum. Beritahu ibu tentang makanan yang

tidak boleh dikonsumsi oleh penderita HbsAg reaktif. Anjurkan ibu

untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Mengajarkan ibu cara

menyusui Mengajarkan ibu cara menyusui. Beri Terapi sesuai advis

dokter yaitu Asam mefenamat 3x1/hari, Amoxicilin 3x1/hari.

Menurut Saleha (2009), tujuan dari melakukan kunjungan nifas ke 2

yaitu memastikan involusi uterus berjalan normal, menilai adanya tanda

infeksi, memastikan ibu cukuo makan, cairan, dan istirahat, memastikan

ibu menyusui bayinya dengan baik.

Menurut Romauli (2011), jadwal istirahat dan tidur perlu

diperhatikan dengan baik, tidur pada malam hari selama kurang lebih 8

jam dan istirahat dalam keadaan rileks pada siang hari selama 1-2 jam.

Meurut Mindle, dkk (2015), Dampak dari gangguan tidur atau

kurangnya kualitas tidur dapat berisiko pada janin, kehamilan dan saat

melahirkan. Oleh karena itu, ibu hamil yang mengalami gangguan tidur

dianjurkan untuk mendapat pantauan khusus.


182

Menurut Meilirianta, dkk (2014), yaitu perawatan payudara berupa

pemijatan payudara untuk memperbaiki sirkulasi darah, merawat purting

payudara, agar bersih dan tidak lecet.

Menurut Marmi (2014), Memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa

nifas, yaitu perut tidak merasa mulas dan rahim ketika diraba lembek dan

terjadi perdarahan postpartum dini.

Menurut Romauli (2011), kunjungan ulang merupakan kesempatan

untuk melanjutkan pengumpulan data yang diperlukan untuk mengelola

masa kehamilan dan merencanakan kelahiran serta asuhan bayi baru

lahir.

Menurut Saleha (2009), Tujuan dari melakukan kunjungan ke 3

yaitu untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, menilai adanya

tanda infeksi, memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan, dan

istirahat, mematikas ibu menyusui dengan baik.

Pada kunjungan kedua 6 hari post partum Ny. I Asuhan yang

diberikan yaitu memberitahu ibu/keluarga tentang hasil pemeriksaan.

Memberitahu ibu tentang makanan yang dikonsumsi oleh penderita

HbsAg reaktif. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup yaitu dengan tidur

siang 2 jam dan tidur malam 8 jam. Mengajarkan ibu cara pearwatn

payudara. Menjelaskan pada ibu tanda bahaya masa nifas. Memberitahu

kunjungan masa nifas.

Menurut Asututi, dkk (2015), Apabila perdarahan telah berhenti dan

episiotomi sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu

postpartum.
183

Menurut kementrian kesehatan RI (2015), ibu dianjurkan melakukan

kontrol/ kunjungan masa nifas setidaknya 3 kali, serta menurut panduan

operasional persalinan dan nifas normal bagi tenaga kesehatan. Dengan

demikian tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Pada Kunjungan Nifas ke 3 Asuhan yang diberikan yaitu

Memberitahu ibu/keluarga tentang hasil pemeriksaan. Memberitahu ibu

tentang makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita HbsAg

reaktif. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup yaitu dengan tidur siang 2

jam dan tidur malam 8 jam. Memberitahu ibu kapan boleh melakukan

hubngan seksual. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang.

Menurut Saleha (2009), Tujuan dari melakukan kunjungan ke 4

yaitu untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, menilai adanya

tanda infeksi, memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan, dan

istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik.

Menurut Vivian (2011), ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan

cairan dalam tubuh minum sedikitnya 3 liter per/hari untuk

memperbnyak produksi ASInya.

Menurut Widiati dan Proverawati (2010), Senam nifas adalah

latihan jasmani yang dilaukan oleh ibu-ibu setaelah melahirkan, dimulai

berfungsinya adalah untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk

memepercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi,

memulihkan dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah

kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar panggul, dan

perut.
184

Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), Pada 6 minggu setelah

persalinan dilakukan pemeriksaan dengan tujuan menanyakan pada ibu

tentang penyulit – penyulit yang di alami atau bayinya, memberikan

konseling untuk KB secara dini.

Menurut Affandi (2012), Macam-macam alat kontrasepsi yang aman

dan tidak mengganggu laktasi meliputi metode amenhorea laktasi

(MAL), pil progestin, suntik progestin, implan dengan progestin dan alat

kontrasepsi dalam rahim.

Pada Kunjungan Nifas ke 4 Asuhan yang diberikan yaitu

Memberitahu ibu/keluarga tentang hasil pemeriksaan. Memberitahu ibu

untuk memperbanyak minum air putih. Mengajari ibu untuk melakukan

senam nifas. Menyarankan ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi.

e) Evaluasi

Menurut Anggraini (2010), langkah ini merupakan langkah terakhir

guna mengetahui yang telah dilakukan bidan, mengevaluasi keefektifan

dari asuhan yang diberikan, mengulangi kembali proses manajemen

dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan.

Pada kunjungan pertama 1 hari post partum berdasarkan hasil

evaluasi ibu sudah memahami kondisinya, dan sudah mampu memahami

apa yang harus dilakukan untuk menjaga kondisi kehamilan dan

janinnya.

Pada kunjungan kedua 6 hari post partum berdasarkan hasil evaluasi

ibu sudah memahami kondisinya, dan sudah mampu memahami apa

yang harus dilakukan untuk menjaga kondisi kehamilan dan janinnya.


185

Pada kunjungan ketiga 11 hari post partum berdasarkan hasil

evaluasi ibu sudah memahami kondisinya, dan sudah mampu memahami

apa yang harus dilakukan untuk menjaga kondisi kehamilan dan

janinnya.

Pada kunjungan keempat 35 hari post partum berdasarkan hasil

evaluasi ibu sudah memahami kondisinya, dan sudah mampu memahami

apa yang harus dilakukan untuk menjaga kondisi kehamilan dan

janinnya. Evaluasi tersebut didapatkan dari hasil wawancara atau

meminta fitback dari ibu atau ibu mampu untuk mengulang pertanyaan

yang telah disampaikan.

D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Menurut Manuaba (2010), Bayi Baru Lahir (BBL) adalah bayi segera

setelah lahir sampai usia 4 minggu.

a. Data Subyektif

Menurut Saefudin (2006), Asuhan bayi baru lahir adalah

asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama

setelah kelahiran. Sebagian besar bayi baru lahir akan menunjukan

usahha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan.

Menurut Saifuddin (2010), Identitas yaitu sebuah alat pengenal

yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan

harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. Pada

alat/ gelang identifikasi harus tercantum : nama (Bayi, Nyonya),

tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu.
186

Pada Kunjungan Neonatal pertama dari hasil catatan medik di

RSUD dr. Soesilo.

Pada kasus Ny. I didapatkan hasil bahwa bayinya sudah

dipakaikan gelang yang sudah terterta nama By.Ny.I tanggal lahir

25 September 2019 jam 04.00 WIB, nomor MR : 609396, jenis

kelamin perempuan lahir spontan, menangis kuat. Dengan

demikian tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Kumalasari (2015), Pada Kunjungan pertama

neonatus bayi akan mencoba menyusu pada ibunya.

Menurut Cahyaningsih (2008), Pada kunjungan neonatus kedua

bayi terkadang tampak terlihat sedikit rewel dan tidak nyaman saat

sedang menyusu pada ibunya tetapi bayi akan tetap menyusu kuat

pada ibunya.

Menurut Baskoro (2008), Pada kunjungan neonatus ketiga

bayi sudah mulai menyusu dengan baik dan kuat.

Pada kasus Ny. I kunjungan pertama 1 hari bayi baru lahir bayi

sudah bisa menyusu, Pada kunjungan kedua dan kunjungan ketiga

bayinya menyusu dengan kuat dan tidak ada keluhan.

Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Muslihatun, (2010) Bayi baru lahir harus sudah BAK

dalam waktu 24 jam setelah lahir. Hari selanjutnya bayi akan BAK

sebanyak 6-8 kali/jam. BAB Warna mekoneum adalah hijau

kehitamhitaman, lembut. Mekoneum ini keluar pertama kali dalam

24 jam setelah lahir. Mekoneum dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari


187

setelah lahir. Warna faeses bayi berubah menjadi kuning pada saat

bayi berumur 4-5 hari.

Menurut Dewi (2013), dalam 3 hari pertama feses bayi masih

bercampur mekonium dan frekuensi defekasi sebanyak satu kali

dalam sehari. Berkemih sering terjadi setelah periode ini dengan

frekuensi 6-10 kali sehari dengan warna urine yang pucat.

Pada Kunjungan pertama 1 hari bayi baru lahir bayi sudah

BAK 3xsehari. Pada kunjungan kedua 6 hari bayi baru lahir bayi

BAK 8x sehari. Pada Kunjungan ketiga 14 hari BAK 9xsehari.

Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus

Pada Kunjungan pertama 1 hari bayi baru lahir BAB 1x

lembek warna hitam (mekonium), Pada kunjungan kedua 6 hari

bayi baru lahir bayi BAB 3x sehari , Pada kunjungan ketiga 14 hari

bayi baru lahir bayi BAB 4x sehari.

Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus

b. Data Objektif

Menurut Sondakh (2013), bayi baru lahir normal dikatakan normal

jika termasuk dalam criteria sebagai berikut: Berat badan lahir bayi

antara 2500-4000 gram, Panjang badan bayi 48-50 cm, Lingkar dada

bayi 32-34 cm, Lingkar kepala bayi 33-35 cm, Pernapasan cepat pada

menit pertama kira-kira 80x/menit, Rambut lanugo telah hilang, rambut

kepala tumbuh baik, Kuku telah agak panjang dan lemas, Genetalia :

Testis sudah turun (bagi laki-laki ) dan labio mayora telah menutuoi

labia minora (bagi perempuan), Refleks hisap, menelan, dan moro telah
188

terbentuk, Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24

jam pertama.

1) Pemeriksaan Umum

a) Kesadaran Umum

Menurut Muslihatun (2010), Composmentis (sadar penuh

dan respon cukup terhadap stimulus yang diberikan), Pada kasus

Ny. I didapatkan hasil bahwa keadaan bayinya baik, dan kesadran

composmentis. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus bahwa keadaan bayi sesuai dengan teori.

b) Tanda-tanda vital

Menurut Sondakh (2013), frekuensi Pernafasan bayi baru

lahir normal 30-60x/menit dan denyut nadi berkisar 100-

160x/menit.

Menurut Muslikatun,(2010) Suhu aksiler bayi baru lahir

normal 36,50C sampai 37,50C.

Pada Kunjungan pertama neonatus 1 hari bayi baru lahir

didapatkan hasil pemeriksaan TTV yaitu Pernapasan 48x/menit,

pemeriksaan Denyut jantung bayinya yaitu 120x/menit,

pemeriksaan suhu bayinya yaitu 36,6C

Pada Kunjungan kedua neonatus 6 hari bayi baru lahir

didapatkan hasil pemeriksaan TTV yaitu pernapasan 48x/menit,

pemeriksaan Denyut jantung bayinya yaitu 120x/menit,

pemeriksaan suhu bayinya yaitu 36,6C.


189

Pada Kunjungan ketiga neonatus 11 hari bayi baru lahir

didapatkan hasil pemeriksaan TTV yaitu pernapasan 40x/menit,

pemeriksaan Denyut jantung bayinya yaitu 120x/menit,

pemeriksaan suhu bayinya yaitu 36,6C.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus yaitu bahwa hasil

pemeriksaan TTV nomal dan sesuai dengan teori.

Menurut Rakhmawati (2007), tali pusat mongering

membutuhkan waktu selama 3-5 hari dan lepas antara 6-8 hari.

Pada kunjungan pertama 1 hari bayi baru lahir didapatkan

hasil pemeriksaan tali pusat segar.

Pada kunjungan kedua 6 hari bayi baru lahir tali pusat sudah

mulai kering tidak ada tanda-tanda infeksi seperti berbau busuk.

Pada kunjungan ketiga 11 hari bayi baru lahir tali pusat

sudah terlepas dan tidak ada tanda-tanda infeksi.

Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu

bahwa pelepasan tali pusat sesuai dengan teori.

2) Pemeriksaan Antropometri

Menurut Sondakh (2013), bayi baru lahir normal jika termasuk

dalam kriteria sebagai berikut : berat badan bayi lahir antara 2.500

– 4.000 gram, panjang badan bayi 48 – 50 cm, lingkar dada bayi 32

– 34 cm, lingkar kepala bayi 33 – 35 cm,


190

Pada kasus Ny. I didapatkan hasil pemeriksaan Antropometri

yaitu Berat Badan lahir 3000 gram, panjang badan yaitu 47 cm,

Lingkar kepala yaitu 34 cm, Lingkar dada yaitu 33 cm.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus yaitu bahwa hasil pemeriksaan

Antropometri sesuai dengan teori.

3) Pemeriksaan head to toe

Menurut Muslihatun (2010), Pemeriksaan head to toe yaitu

meliputi Kepala : Mesochepal, Ubun-ubun besar, ubun-ubun

kecil, sutura, moulase, caput succedaneum, cephal haematoma,

hidrosefalus, Mata simetris : konjungtiva merah muda, sclera

putih. Hidung : simetris tidak ada polip, tidak ada pernapasan

cuping hidung, mulut dan bibir : lembab tidak ada labio

palatoskizis.Telinga : simetris tidak ada serumen. leher : tidak ada

bulnex. Warna kulit : kemerahan, tidak pucat.Thorax anterior :

tidak ada retraksi dinding dada. Abdomen anterior : tidak ada

perdarahan tali pusat. Genetalia : ada kesesuaian jenis kelamin

dan alat kelamin labio mayora menutupi labio minora. Anus :ada

lubang anus. Ekstremitas : simetris, tidak ada sindaktil dan

polidaktil.

Pada Kunjungan Neonatal pertama pada bayi Ny. I

didapatkan hasil pemeriksaan bayinya yaitu Kepala Mesochepal,

tidak ada caput, ubun-ubun besar rata belum menutup, sutura tidak

ada tumpang tindih, tidak ada molase. Mata simetris, konjungtiva


191

merah muda, sclera putih. Hidung simetris tidak ada polip, tidak

ada pernapasan cuping hidung, mulut dan bibir lembab tidak ada

labio palatoskizis. Telinga simetris tidak ada serumen. leher tidak

ada bulnex. Warna kulit kemerahan, tidak pucat. Thorax anterior

tidak ada retraksi dinding dada. Abdomen anterior tidak ada

perdarahan tali pusat. Genetalia ada kesesuaian jenis kelamin dan

alat kelamin labio mayora menutupi labio minora. Anus, ada

lubang anus. Ekstremitas simetris, tidak ada sindaktil dan

polidaktil.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu bahwa

pemeriksaan dilakukan secara head to toe, dan hasil pemeriksaan

fisik normal dan tidak ada masalah.

Pada Kunjungan Neonatal kedua pada bayi Ny. I didapatkan

hasil pemeriksaan bayinya yaitu Kepala Mesochepal, tidak ada

caput, ubun-ubun besar rata belum menutup, sutura tidak ada

tumpang tindih, tidak ada molase. Mata simetris, konjungtiva

merah muda, sclera putih. tidak ada pernapasan cuping hidung,

Warna kulit kemerahan, tidak pucat. Thorax anterior tidak ada

retraksi dinding dada. Abdomen anterior tidak ada perdarahan tali

pusat.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu bahwa


192

pemeriksaan dilakukan secara head to toe, dan hasil pemeriksaan

fisik normal dan tidak ada masalah.

Pada Kunjungan Neonatal ketiga pada bayi Ny. I didapatkan

hasil pemeriksaan bayinya yaitu Kepala Mesochepal, tidak ada

caput, ubun-ubun besar rata belum menutup, sutura tidak ada

tumpang tindih, tidak ada molase. Mata simetris, konjungtiva

merah muda, sclera putih. Hidung simetris tidak ada polip, tidak

ada pernapasan cuping hidung, Telinga simetris tidak ada

serumen. leher tidak ada bulnex. Warna kulit kemerahan, tidak

pucat. Thorax anterior tidak ada retraksi dinding dada. Abdomen

anterior tidak ada perdarahan tali pusat.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu bahwa

pemeriksaan tidak dilakukan secara head to toe, dan hasil

pemeriksaan fisik normal dan tidak ada masalah.

4) Pemeriksaan neurologis

Menurut Indrayani, (2013), merupakan indikator integritas

sistem saraf. Refleks Mencari (rooting reflex) refleks menghisap

(sucking reflex), tonick neck reflex refleks terkejut (morro reflex)

grasping reflex babinsky reflex.

Pada kasus Ny. I didapatkan hasil pemeriksaan bayinya yaitu

Refleks rooting Ada aktif, Refleks menghisap (sucking reflex) ada

aktif. Refleks tonick neck Ada, aktif Refleks morro Ada, aktif

Refleks grap Ada, aktif Refleks babinsky Ada, aktif.


193

Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yaitu

bahwa pemeriksaan neurologi pada bayinya hasilnya aktif dan

sesuai dengan teori.

c. Assesment

Menurut Mufdillah (2012), Bahwa melakukan identifikasi

yangbenar terhadap diagnosis, masalah, dan kebutuhan bayi

berdasarkan data yang telah didapatkan.

Menurut Maslikhtatun (2010), Masa neonatal adalah masa sejak

lahir sampai 4 minggu (28 hari) sesudah melahirkan. Neonatus adalah

bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir.

Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah

bayi berusia 7-28 hari.

a) Assesment Kunjungan Neonatal pertama yaitu Bayi Ny. I umur 1

hari Jika Perempuan dengan BBL normal

b) Assesment Kunjungan Neonatal kedua yaitu Bayi Ny. I umur 6

hari Jika Perempuan dengan BBL normal

c) Assesment Kunjungan Neonatal ketiga yaitu Bayi Ny. I umur 11

hari Jika Perempuan dengan BBL normal

Dari tiga Assesment dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

d. Planning

Menurut Kemenkes RI (2010), Asuhan bayi baru lahir normal

dengan cukup bulan, ketuban jernih, bayi menangis kuat, bayi

bergerak aktif yaitu pemeriksaan TTV, pemeriksaan antropometri,


194

jaga kehangatan bayi, pemantauan tanda bahaya, mengajari ibu

perawatan tali pusat, cara menyusui yang benar, memberitahu ibu

untuk ASI eksklusif, imunisasi rutin.

Menurut Saifuddin (2010), Yang terpenting dalam perawatan tali

pusat adalah menjaga, agar tali pusat tetap kering dan bersih.

Menurut Fikawati,dkk (2015), Manfaat ASI ekslusif yaitu: ASI

merupakan makanan utama bagi bayi berusia 0-6 bulan karena

komposisi ASI mudah dicerna oleh system pencernaan bayi. ASI

membantu pertumbuhan dan perkembangan psikologik bagi bayi

melalui interaksi dan kontak langsung antara ibu dan bayi.

Meningkatkan jalinan kaish sayang (bounding) ibu dan bayi. ASI

dapat meningkatkan kecerdasan. ASI mengandung nutrisi dan gizi

yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Menurut Fikawati,dkk (2015), Memberikan ASI kepada bayu

berarti merangsang isapan bayi ke payudara ibu. Makin babyak ASI

yang dikeluarkan maka akan makin banyak memproduksi ASI.

Menurut Muslihatun (2010), Tanda-tanda bahaya bayi baru

lahir merupakan suatu gejala yang dapat mengancam kesehatan bayi

baru lahir, bahkan dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu

sudah seharusnya orang tua mengetahui tanda-tanda bahaya

terhadap bayi baru lahir yaitu: bayi tidak mau menyusu atau muntah,

kejang, lemah, sesak nafas, rewel, pusar kemerahan, demam, suhu

tubuh dingin, mata bernanah, diare, bayi kuning.


195

Menurut kemenkes RI (2010). Imunisasi hepatitis pertama (Hbo)

dalam kemasan unijek diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin

K1 secara intra muskuler. Pemberian imunisasi hepatitis B bermanfaat

untuk menjaga infeksi hepatitis B, terutama jalur penularan Ibu/Bayi.

Menurut kementrian kesehatan RI (2015), Ibu dianjurkan

melakukan kontrol/ kunjungan pada bayi, untuk mendeteksi secara

dini apabila terjadi kelainan penyakit pada bayinya.

Pada kunjungan pertama neonatal 1 hari bayi baru lahir yaitu

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya. Memberitahu ibu untuk

menjaga suhu tubuh bayinya. Melakukan perawatan tali pusat.

Menjelaskan tentang manfaat ASI ekslusif. Memberitahu ibu untuk

menyusui bayinya sesering mungkin. Memberitahu ibu mengenai

tanda bahaya bayi baru lahir. Memberitahu ibu bahwa bayinya sudah

mendaptkan imunisasi HB0 dan HBIG. Memberitahu ibu untuk

melakukan kunjungan ulang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus

Menurut Eka (2014), penatalaksanaan kunjungan Neonatal ke- 2

(KN 2) yang dilakukan pada kurun waktu hari ke- 3 sampai dengan

hari ke- 7 setelah bayi lahir diantaranya : Menjaga tali pusat dalam

keadaan bersih dan kering, Menjaga kebersihan bayi, Memeriksaan

tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat

badan rendah, memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10 – 15

kali dalam 24 jam dalam 2 minggu pasca persalinan, Menjaga


196

keamanan bayi, Menjaga suhu tubuh bayi, Konseling terhadap ibu dan

keluarga untuk memberikan ASI ekslusif, Pencegahan hipotermi,

Melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah dengan

menggunakan buku KIA, penanganan dan rujukan kasus bila

diperlukan.

Menurut Ni Wayan Armini, dkk (2017), Mencegah kehilangan

panas diantaranya keringkan bayi seksama, selimuti bayi dengan

selimut atau kain bersih dan hangat, tutup bagian kepala bayi,

anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya, jangan segera

menimbang atau memandikan bayi baru lahir, tempatkan bayi

dilingkungan yang hangat. Dengan demikian tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

Menurut Fikawati,dkk (2015), Manfaat ASI ekslusif yaitu: ASI

merupakan makanan utama bagi bayi berusia 0-6 bulan karena

komposisi ASI mudah dicerna oleh system pencernaan bayi. ASI

membantu pertumbuhan dan perkembangan psikologik bagi bayi

melalui interaksi dan kontak langsung antara ibu dan bayi.

Meningkatkan jalinan kaish sayang (bounding) ibu dan bayi. ASI

dapat meningkatkan kecerdasan. ASI mengandung nutrisi dan gizi

yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Menurut Prawihardjo, Sarwono (2010), Pencegahan infeksi

adalah bagian penting setiap komponen perawatan pada bayi baru

lahir. Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi karena system imun
197

mereka imatur, oleh karena itu akibat kegagalan mengikuti prinsip

pencegahan infeksi terutama sangat membahayakan.

Menurut Muslihatun (2010), Tanda-tanda bahaya bayi baru

lahir merupakan suatu gejala yang dapat mengancam kesehatan bayi

baru lahir, bahkan dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu

sudah seharusnya orang tua mengetahui tanda-tanda bahaya

terhadap bayi baru lahir yaitu: bayi tidak mau menyusu atau muntah,

kejang, lemah, sesak nafas, rewel, pusar kemerahan, demam, suhu

tubuh dingin, mata bernanah, diare, bayi kuning.

Pada kunjungan neonatus kedua 6 hari bayi baru lahir yaitu

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya. Ingatkan untuk menjaga

suhu badan bayinya. Menjelaskan manfaat ASI ekslusif. Menjelaskan

mengenai pencegahan infeksi. Memberitahu mengenai tanda bahaya

bayi baru lahir.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Eka (2014), kunjungan Neonatal ke- 3 (KN 3) yang

dilakukan pada kurun waktu harike- 8 sampai dengan ke- 28 setelah

lahir antara lain pemeriksaan fisik, Menjaga kebersihan bayi,

Memberitahu ibu tentang tanda – tanda bahaya bayi baru lahir,

Memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10 – 15 kali dalam 24

jam, menjaga keamanan bayi, menjaga suhu tubuh bayi, Konseling

terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI ekslusif,

pencegahan hipotermi, Melaksanakan perawatan bayi baru lahir


198

dirumah dengan menggunakan buku KIA, Memberitahu ibu tentang

imunisasi BCG, penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

Menurut wagiyo dan putrono (2016), Pemeriksaan pada bayi

yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika

terjadi kelainan pada bayi.

Menurut Ni Wayan Armini, dkk (2017), mencegah kehilangan

panas diantaranya keringkan bayi seksama, selimuti bayi dengan

selimut atau kain bersih dan hangat, tutup bagian kepala bayi,

anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya, jangan segera

menimbang atau memandikan bayi baru lahir, tempatkan bayi

dilingkungan yang hangat.

Menurut Fikawati, dkk (2015), Memberikan ASI kepada bayu

berarti merangsang isapan bayi ke payudara ibu. Makin babyak ASI

yang dikeluarkan maka akan makin banyak mempproduksi ASI.

Menurut Prawihardjo,Sarwono (2010), Pencegahan infeksi

adalah bagian penting setiap komponen perawatan pada bayi baru

lahir. Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi karena system imun

mereka imatur, oleh karena itu akibat kegagalan mengikuti prinsip

pencegahan infeksi terutama sangat membahayakan.

Menurut Muslihatun (2010), Tanda-tanda bahaya bayi baru

lahir merupakan suatu gejala yang dapat mengancam kesehatan bayi

baru lahir, bahkan dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu

sudah seharusnya orang tua mengetahui tanda-tanda bahaya

terhadap bayi baru lahir yaitu: bayi tidak mau menyusu atau muntah,
199

kejang, lemah, sesak nafas, rewel, pusar kemerahan, demam, suhu

tubuh dingin, mata bernanah, diare, bayi kuning.

Menurut kementrian kesehatan RI (2015), ibu dianjurkan

melakukan kontrol/ kunjungan pada bayinya untuk mendapatkan

imunisasi kelanjutan.

Pada kunjungan neonatal ketiga 11 hari bayi baru lahir yaitu

Mengingatkan kembali untuk menjaga suhu badan bayinya. Ingatkan

ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin. Menjelaskan

mengenai pencegahan infeksi. Memberitahu mengenai tanda bahaya

bayi baru lahir. Memberitahu ibu untuk melakukan untuk

penimbangan berat badan bayi dan imunisasi BCG + Polio 1 serta

Anjurkan untuk kunjungan ulang jika terdapat masalah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan

antara teori dan kasus.

c) Evaluasi

Menurut Anggraini (2010), langkah ini merupakan langkah terakhir

guna mengetahui yang telah dilakukan bidan, mengevaluasi keefektifan

dari asuhan yang diberikan, mengulangi kembali proses manajemen

dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan.

Berdasarkan hasil evaluasi ibu sudah memahami kondisinya, dan sudah

mampu memahami apa yang harus dilakukan untuk menjaga kondisi

kehamilan dan janinnya. Evaluasi tersebut didapatkan dari hasil

wawancara atau meminta fitback dari ibu atau ibu mampu untuk

mengulang pertanyaan yang telah disampaikan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir sejak tanggal 8 September 2018 sampai

dengan 27 Oktober 2019, hasil yang didapatkan sesuai dengan yang

diharapkan pada Ny. I yaitu:

1. Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pengumpulan data dasar yang telah diperoleh dari

masa kehamilan, persalinan, masa nifas serta BBL pada kasus Ny. I

tidak didapatkan kesulitan atau hambatan dalam mendapatkan

informasi. Data yang didapatkan berupa data subjektif dan objektif.

Data subjektif melalui anamnesa atau keluhan/masalah yang ibu alami,

dan data objektif didapatkan dari Buku KIA ibu, Serta Catatan Medik

Rumah Sakit dr.Soesilo Slawi.

2. Interpretasi Data

Pada langkah interprestasi data sesuai dengan data subjektif dan

objektif yang diperoleh pada kasus Ny. I didapatkan diagnosa :

a. Kehamilan

Ny. I umur 30 tahun G2P1A0 hamil 38 minggu, janin tunggal

hidup intra uterin, letak memanjang, punggung kanan, presentasi

kepala, konvergen dengan HbsAg Reaktif.

200
201

b. Persalinan

Interprestasi data pada persalinan adalah Ny. I umur 30 tahun

G2P1A0 hamil 39 minggu lebih 6 hari, janin tunggal, hidup, intera

uterin, letak memanjang, punggung kanan, persentasi kepala,

divergen, dengan inpartu kala I fase laten dengan HbsAg Reaktif.

c. Nifas

Interprestasi data pada masa nifas adalah Ny. I umur 30 tahun

P2A0 post partum 1 hari, 6 hari, dan 14 hari, 35 hari dengan nifas

normal.

d. Bayi Baru Lahir

Interprestasi data pada bayi baru lahir adalah bayi Ny. I umur

1 jam, 6 hari dan 14 hari, jenis kelamin perempuan dengan bayi

baru lahir normal.

3. Diagnosa Potensial

Pada langkah diagnosa potensial catatan perkembangan Ny. I pada

kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir tidak ditemukan

komplikasi maupun penyulit.

Sehingga data yang penulis rangkum pada Ny. I dengan faktor HbsAg

Reaktif ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus

dikarenakan pada ibu tidak terjadi kanker hati, hepatitis akut, sirosis hati,

batu empedu : kemungkinan bayi lahir Asfikia Neonatorum, Hepatitis B,

kematian janin, BBLR, kelainan anatomi dan fungsi tubuh janin. Serta

pada saat Persalinan yang akan terjadi yaitu Ketuban pecah dini, Diabetes

gestasional, dan perdarahan berat pada akhir kehamilan.


202

4. Antisipasi Penanganan Segera

Pada langkah antisipasi penanganan segera dilakukan karena adanya

diagnosa potensial. Antisipasi yang diberikan melakukan pemeriksaan

tripel eliminasi di puskesmas oleh petugas laboratorium, Serta melakukan

berkolaborasi dengan dokter puskesmas untuk mendapatkan terapi obat

karena penyakit HbsAg Reaktif.

5. Intervensi (Perencanaan)

Pada langkah intervensi (Perencanaan) yaitu pada proses persalinan

ibu hamil dengan HbsAg Reaktif harus dilakukan rujukan dan bersalin di

Rumah Sakit.

6. Implementasi (Pelaksanaan)

Pada langkah pelaksanaan yang telah dilakukan sudah sesuai dengan

intervensi. Pada saat kehamilan telah dilakukan pemeriksaan ANC

sebanyak 4 kali, Pada proses persalinan dilakukan rujukan ke Rumah Sakit

dan proses persalinan secara pervaginam, Pada masa nifas dilakukan

kunjungan masa nifas sebanyak 4 kali dan hasil pemeriksaan yang

didapatkan yaitu ibu dalam kondisi sehat dan tidak terdapat tanda-tanda

bahaya pada ibu masa nifas, dan Pada BBL telah dilakukan kunjungan

neonatal sebanyak 3 dan hasil pemeriksaan bayi sehat dan tidak terdapat

tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir serta bayi telah mendapatkan

imunisasi Hb0 dan HbiG segera setelah bayi lahir.

7. Evaluasi

Pada langkah evaluasi terhadap asuhan kebidanan dalam kehamilan,

persalinan, nifas, serta BBL pada Ny. I yaitu didapatkan melalui hasil
203

wawancara atau meminta feedback / umpan balik dari ibu atau ibu mampu

untuk mengulang pertanyaan yang telah disampaikan oleh bidan.

B. Saran

1. Untuk Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan yaitu untuk tetap meningkatkan mutu pelayanan

asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi

baru lahir.

2. Untuk Institusi

Diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam

asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, serta BBL

khususnya pada kasus Ibu hamil dengan HbsAg Reaktif.

3. Untuk Peneliti

Peneliti sebagai seorang bidan diharapkan dapat mengaplikasikannya

dilahan sesuai dengan teori yang telah didapatkan selama masa pendidikan

tentang asuhan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru

lahir termasuk kasus HbsAg.


DAFTAR PUSTAKA

Astuti,Sri.2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan menyusui. Jakarta : Erlangga

Anggraeni,Yetti.2010. Asuhan Kebidanan masa nifas.Yogyakarta, Pustaka Rihana

Achadiat.2008. Induksi Persalinan. Jakarta. Salemba Medika

Dewi,Vivian.2013. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba

Medika

Dunkelberg JC, Berkley, Thie KW. 2014. Hepatitis b andc in pregnancy: a review

and recommendations for care. J Perinatol.

Indisari dan Bahiyatun 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Yogyakarta, Pustaka

Rihana

Rizal, Dr. 2019. Hepatitis Virus B. Jakarta : EGC

Kusmiyati, 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : fitramay

Kusmiati, Nurul, dkk. 2014. buku Ajaran Kehamilan untuk Mahasiswa dan

Praktisi Keprawatan serta Kebidanan, Jakarta : Salemba Medika

Kementerian Kesehatan RI .2014. Tatalakasana Persalinan pada Kehamilan

dengan Hepatitis B.Jakarta.

Pantikawati, S. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta : Nuha

Medika

Prawihardjo, Sarewono. 2009. Ilmu Kebidanan, Jakarta : PT Bina Pustaka

Sarwono Prawihardjo

Prawirodihardjo, Sarwono.2014.Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka

Puskesmas Kalibakung.2018. Jumlah Ibu Resiko Tinggi di Wilayah Puskesmas

Kalibakung. Kabupaten Tegal, AKI dan AKB

204
205

Manuaba.2010.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.Jakarta : Salemba

Medika

Rukiyah,Ai dan Yulianti, Lia. 2013 Asuhan Neonatus Bayi dan Anak

Balita.Jakarta.CV ; Trans Info Media

Saefudin.2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Salekha. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika

Sukarni Icesmi, Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan

Neonatus Resiko Tinggi.Yogyakarta : Nuha Medika

Suryati. 2011. Asuhan Kebidanan I (Konsep Dasar Asuhan Kebidanan).

Yogyakarta : Nuha Medika

Suharjo.Cahyono. 2010. Hepatitis B.Yogyakarta : Kanisius

Sulistiawati, Ari, Nugraheni, Esto.2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.

Jakarta : Salemba Medika


206

LAMPIRAN
207
208
209
210
211
212
226
227
228
229
230

Anda mungkin juga menyukai