Anda di halaman 1dari 58

TUGAS MAKALAH

Perencanaan Dan Pelaksanaan Lembaga Pendidikan

Dosen Pengampu: Siti Masfuah, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh:

Friska Wahyu Widiyanti

201933098

PGSD-7C

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dah hidayah-Nya. Sehingga penulis, dapat menyelesaikan tugas makalah
pada mata kuliah Perencanaan dan pelaksanaan Lembaga Pendidikan (PPLP).

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Masfuah, S.Pd, M.Pd.,
selaku dosen pada mata kuliah Perencanaan dan pelaksanaan Lembaga Pendidikan (PPLP).
yang senantiasa memberikan wawasan ilmu kepada penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman, yang senantiasa membantu penulis dalam memberikan
dukungan dan semangat.

Penulis menyadari, bawha dalam menyusun tugas makalah ini masih terdapat
kekurangan. Sehingga penulis berharap kepada pembaca, kiranya dapat memberikan saran
yang sifatnya membangun. Agar kekurangan yang ada pada tugas makalah ini, dapat
diperbaiki

Kudus, 28 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3
1. Karakteristik Pendikan Akdemik Dan Vokasi ......................................................... 3
2. Jenis-Jenis Pendidikan .................................................................................................. 7
A. Pendidikan Formal .................................................................................................... 7
B. Pendidikan Nonformal ............................................................................................ 14
C. Pendidikan Informal ............................................................................................... 20
3. Syarat Pendirian Lembaga ........................................................................................ 22
A. Kelompok Bermain .................................................................................................. 22
B. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ................................................ 26
C. Kursus Pelatihan ...................................................................................................... 28
D. Bimbingan Belajar ................................................................................................... 30
E. Sekolah Dasar ........................................................................................................... 33
F. Homeschooling.......................................................................................................... 34
G. Pondok Pesantren .................................................................................................... 42
H. Panti Sosial ................................................................................................................ 45
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 49
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 49
B. Saran .............................................................................................................................. 49
Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 51

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak terlepas dari dalam semua orang.
Pendidikan merupakan sebuah keharusan yang perlu di terapkan dalam kehiduoan
sehari-hari oleh manusia. Pendidikan sendiri membantu seorang individu, memiliki
wawasan dan/atau ilmu pengetahuan yang lebih luas untuk dapat menjadi manusia atau
individu yang berguna. Dengan adanya pendidikan, dapat menjadi bekal seorag individu
dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan. Menurut D. Sudjajana (2007)
pendidikan merupaka sebuah proses komunikasi yang dilakukan melalui proses
pembelajaran, dimana dalam kaitannya belajar untuk mengetahui (learnig how to do),
belajara untuk belajar (learning how to learn), belajar untuk memecahkan masalaha
(learning how to solve problems), belajar untuk kehidupan bersama, dan belajar untuk
kemajuan diri dan kehidupan lingkungannya. Maka, dapat kita simpulkan bahwa
pendidikan merupakan sebuah proses pemahaman, yang dapat dilakukan melalui proses
belajar mengajar id sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan banyak tempat, yang dapat
dilaksanakan kapan pun dengan mudah untuk mendapatkan suatu ilmu atau wawasan
baru.
Pendidikan di Indonesia sudah ditentukan dan dijelaskan dengan lengkap pada
peraturan perundang-undangan (PP) No. 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan
nasional. Pada PP No.20 tahun 2003 sudah dijelaskan dengan rinci trkait, peraturan
umum dalam pendidikan yang ada di negara Indonesia. Salah satunya adalah, pengertian
atau makna dari sistem pendidikan, yakni suatu komponen atau susunan yang saling
terkait secara terpadau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Menurut Husaman,
dkk (2019) suatu sistem pendidikan perlu menjamin pemerataan kesempatan pendidik,
setiap warga negawara wajib mengikuti pendidikan, serta pemerintah wajib untuk
membiayainya.

1
Menurut D.Sudjajana (2007) pendidikan memiliki 3 jenis yang perlu kita ketahui,
berikut ini merupakan jenis pendidikan yang diungkapkan D.Sudjajana:
1) Pendidikan formal, merupakan pendidikan yang dilakukan dengan sistematis,
tersetruktu, berjenjang, dan bertingkat. Pada pendidikan formal ini, dimulai dari
pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi.
2) Pendidikan informal, merupakana pendidikan yang berlangsung sepanjang usia.
Pendidikan informal, dapat bersumber dari pengalaman hidup seorang individu,
dimana dari pengalaman tersebut dapat memperoleh nilai, sikpa, keterampilan dan
pengetahuan.
3) Pendidikan nonformal, merupakan pendidikan yang dilakukan secara terorganisasi
dan sistematis. Namun, paada pendidikan nonfromal ini dilakukan di luar sistem
persekolahan. Sehingga pelaksanaannya dapat terselenggara di tenagh lingkungan
masyarakat. Pendidikan nonformal ini, ditujukan untuk peserta didik tertentu untuk
mencapai tujuan belajarnya.

Berdasarkan pendapat dari D. Sudjajana (2007) pada bukunya, terkait jalur pendidikan
atau jenis pendidikan, maka dari setiap jalur pendidikan tersebut memiliki jenis
pendidikan lainnya. Jenis pendidikan dari setiap jalur pendidikan yang diungkapkan oleh
D. Sudjajana, akan dibahas penulis melalui makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja karaktersitik dari sekolah akademik dan sekolah vokasi?
2. Apa saja jenis pendidikan yang ada di Indonesia?
3. Apa saja syarat-syarat dari adanya pendirian lembaga-lembaga pendidikan yanga da
di Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui karaktersitik dari sekolah akademik dan sekolah vokasi.
2. Untuk mengetahui jenis pendidikan yang ada di Indonesia.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat dari adanya pendirian lembaga-lembaga pendidikan
yanga da di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Pendikan Akdemik dan Vokasi


Kata sekolah atau School berakar dari bahasa Yunani, tepatnya kata Schole Yang
berarti Waktu Luang. Permasalahannya, pemahaman akan makna waktu luang telah
mengalami distorsi. Waktu luang diartikan sebagai waktu santai setelah beraktivitas
seharian penuh. Waktu luang diartikan bila seseorang tidak memiliki aktivitas apapun
sehingga ia bisa baca koran, ngerumpi, nonton TV, jalan ke Mall, ngobrol bersama
keluarga, dan berbagai aktivitas lainnya di luar aktivitas rutin. Inilah pengertian sekolah
sesungguhnya. Sekolah bukan hanya tempat untuk memperoleh pengetahuan atau
informasi sebanyak-banyaknya tetapi yang jauh lebih penting dari semua itu adalah
sebagai wadah bagi guru dan siswa untuk sama-sama belajar, dan mengamati apa saja
yang terjadi di sekitar kita. Kesemua itu harus terjadi pada saat batin tenang dan itulah
makna senggang sesungguhnya. Belajar dapat berlangsung dengan sempurna pada saat
batin tenang tanpa tekanan. Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia, sekolah diartikan
sebagai; 1 bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima
dan memberi pelajaran, 2 waktu pertemuan ketika murid diberi pelajaran, 3 usaha
menuntut kepandaian ilmu pengetahuan, pelajaran, pengajaran. Dari pengertian tersebut,
walaupun secara sederhana, kita bisa memaknai bahwa sekolah merupakan sebuah usaha
menuju perbaikan. Sekolah merupakan suatu proses dari tiada menjadi ada. Sekolah
merupakan sebuah proses pengejawantahan ketidaktahuan menjadi tahu. Sekolah
merupakan proses perwujudan dari ketidakmampuan menjadi mampu. Sekolah
merupakan sebuah pendidikan yang didalamnya terdapat sebuah esensi pendewasaan
yang pada dasarnya esensi dari sekolah adalah adanya pengajaran. Adanya
pembelajaran. Terlepas apakah bentuknya sekolah formal, informal, nonformal, bahkan

3
sekolah yang diselenggarakan dirumah sekalipun diamana kedua orang tua bertindak
sebagai guru utama.

Akademik berasal dari bahasa yunani yakni academos yang berarti sebuah taman
umum plasa disebelah barat laut kota Athena. Tempat ini menjadi tempat Plato
melakukan dialog dan mengajarkan pikiran-pikiran filosofisnya kepada orang yang
datang, sesudah itu kata academos berubah menjadi kata akademik yaitu semacam
tempat perguruan. Berdasarkan hal inilah akademik dapat diartikan sebagai keadaan
orang-orang bisa menyampaikan dan menerima gagasan, pemikiran, ilmu pengetahuan,
dan sekaligus dapat mengujinya secara jujur, terbuka dan leluasa.

Pendidikan Akademik merupakan sistem Pendidikan yang mengarah pada


penguasaan dan pengembangan displin ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni tertentu.
Saat kamu memilih Pendidikan Akademik, kamu akan lebih banyak mendapatkan teori
dibanding praktik. Perbandingan teori dan praktiknya sekitar 60:40. Nantinya, ketika
kamu lulus dari Pendidikan akademik, kamu akan mendapatkan gelar sarjana yang
diikuti oleh bidang keahlian yang kamu pilih. Pendidikan Akademik mencakup program:

 Pendidikan Sarjana (S1)


 Magister/Master (S2)
 Doktor (S3)

Jika kamu memilih bidang ekonomi, ketika kamu lulus dari kampusmu, kamu
akan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE). Begitu juga jika kamu memilih bidang
Hukum, Teknik, dan masih banyak lagi.

Selanjutnya mengenai sekolah vokasi, program vokasi adalah program


Profession pada jenjang Profession tinggi yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga
yang dapat menetapkan keahlian dan ketrampilan di bidangnya, siap kerja dan mampu
bersaing secara global. Pendidikan vokasi merupakan perguruan tinggi yang menunjang
pada penguasaan keahlian terapan tertentu. Program pendidikannya meliputi Diploma:
D1/Ahli Pratama, D2/Ahli Muda, D3/Ahli Madya dan D4/Sarjana Terapan yang setara
dengan program 4rofession akademik strata 1. Adanya 4rofession vokasi dapat

4
menciptakan sumber daya yang siap kerja karena pada 5rofession ini lebih
mengedepankan ilmu praktik yang bisa langsung diterapkan di dunia kerja sehingga
tidak buang-buang waktu untuk menguasai ilmu yang spesifik. Mahasiswa lulusan
vokasi akan diberikan keterampilan khusus yang menjadi bekalnya di masa depan yaitu
pengalaman kerja. Mereka juga akan menyandang gelar vokasi atau gelar ahli madya
saat sudah selesai menyelesaikan studi. Vokasi memiliki peranan yang sangat penting
Dalam Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja di Era Global sehingga generasi muda saat
ini harus dapat bersaing dan terus mengembangkan diri dengan yang lain. Selain itu,
juga dituntut dapat menguasai perkembangan teknologi dan memiliki nilai jual lebih dari
orang lain serta menjaga nasionalisme dan etika. Kebutuhan dunia Professi terhadap
tenaga kerja muda, cekatan, dan terampil sangatlah tinggi. Bukan hanya itu, dunia
Professi juga membutuhkan tenaga kerja dengan sikap dan softskill yang baik, siap
dengan perubahan, inovatif serta memiliki daya tahan tinggi.

Karakteristik sekolah unggulan dapat diambil dari beberapa konsep tentang


konsep sekolah unggul diatas. Sekolah unggulan dalam dunia barat dikenal dengan
sekolah efektif (Mandiri, 2019). Keefektifan tersebut meliputi seluruh proses 5rofession
mulai dari perencanaan sampai pada evaluasi harus dilakukan secara efektif dan efisien
sehingga output yang dihasilkan benar-benar mampu menjawab tantangan global.
Menurut Moedjiarto dalam bukunya Karakteristik Sekolah Unggul, karakterisk sekolah
unggul adalah sebagai berikut:

1. Iklim sekolah yang positif


2. Proses perencanaan di sekolah yang melibatkan seluruh warga sekolah
3. Harapan yang tinggi terhadap prestasi akademik
4. Pemantauan yang efektif terhadap kemajuan siswa
5. Keefektifan guru
6. Kepemimpinan instruksional yang berorientasi pada prestasi akademik
7. Pelibatan orang tua yang aktif dalam kegiatan sekolah
8. Kesempatan, tanggung jawab dan partisipasi siswa yang tinggi, di sekolah
9. Ganjaran dan insentif di sekolah, yang didasarkan pada keberhasilan
10. Tata tertib dan disiplin yang baik di sekolah
11. Pelaksanaan kurikulum yang jelas

5
Sedangkan menurut Sudarwan mengemukakan bahwa karakteristik sekolah
unggulan sama hal dengan sekolah efektif. Berikut kriteria sekolah yang efektif
menurut Sudarwan:
1. Mempunyai standar kerja yang tinggi dan jelas mengenai untuk apa setiap
siswa harus mengetahui dan dapat mengerjakan sesuatu.
2. Mendorong aktivitas, pemahaman multi budaya, kesetaraan gender, dan
mengembangkan secara tepat pembelajaran menurut standar potensi yang
dimiliki para siswa.
3. Mengharapkan siswa untuk mengambil peran dan tanggung jawab belajar
dan perilaku dirinya.
4. Mempunyai 6rofession evaluasi dan penilaian prestasi belajar siswa yang
terkait dengan standar pelajar, menentukan umpan balik yang bermakna
untuk siswa, keluarga, staf, dan lingkungan tentang pembelajaran siswa.
5. Menggunakan metode pembelajaran yang berakar pada penelitian
6rofession dan suara praktik 6rofessional.
6. Mengorganisasikan sekolah dan kelas untuk mengkreasikan lingkungan
yang bersifat memberi dukungan bagi kegiatan pembelajaran.
7. Pembuatan kepitusan yang demokratis dan akuntabel untuk kesuksesan
siswa dan kepuasaan penggguna.
8. Menciptakan rasa aman, sifat saling menghargai, dan mengakomodasikan
lingkungan secara efektif.
9. Mempunyai harapan yang tinggi kepada semua staf untuk menumbuhkan
kemampuan 6rofessional dan meningkatkan keterampilan kerja.
10. Secara aktif melibatkan keluarga di dalam membantu siswa untuk
mencapai kesuksesan.
11. Bekerja sama dengan masyarakat dan pihak lain untuk mendukung siswa
dan keluarganya
Dari ciri-ciri sekolah unggulan diatas bisa ketahui bahwa titik tekan keberhasilan
sekolah dalam mewujudkan predikat unggulan terletak pada manajemen kepemimpinan
sekolah. Karakteristik diatas tidak akan bisa terwujud kalau pimpinan sekolah tidak
mengetahui konsep manajemen yang pas yang akan diterapkan di sekolah. Semua proses
pendidikan mulai perencanaan hingga evaluasi membutuhkan manajemen yang
komprehensip. Sehingga dapat dipastikan, kalau suatu lembaga pendidikan di pimpin oleh
orang yang tidak lihai dalam mengatur ritme proses dan iklim pembelajaran niscaya
lembaga itu cenderung diatur apa adanya dan stagnan. Untuk menciptakan sekolah
unggulan diperlukan skill manajemen serta pengetahuan oragnisasi yang dalam dan luas.
Selanjutnya mengenai karakteristik sekolah atau pendidikan vokasi, Adapun

6
beberapa karakteristik sekolah atau Pendidikan vokasi, antara lain:

 Pembelajaran Abad XXI dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan.

 Pembelajaran Abad XXI: dari Kompetensi ke Kapabilitas.

 Kerja Sama dengan DUDI.

 Penanaman Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneurship)

 Adaptasi dan Kontekstualisasi Lokal.

2. Jenis-Jenis Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara (UU no 20 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional). Pendidikan dapat kita peroleh dimana saja dan kapan saja, dengan siapa saja
kita. Dengan adanya pendidikan, dapat membantu manusia menjadi SDM yang unggul,
serta dapat menjadi SDM yang memajukan bangsa negaranya. Sehubungan dengan hal
ini D. Sudjana (2003), (dalam Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan 2007) menyebutkan
bahwa pendidikan dibagi menjadi tiga, yakni pendidikan formal, nonformal dan
informal. Berikut ini merupakan penjelasan terkait ke tiga jenis pendidikan:

A. Pendidikan Formal
1. Pengertian
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang terstruktur dan berjenjang,
dari mulai sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah
mengenah atas (SMA) (UU No 20 tahun 2003 tentang Satuan Pendidikan).
Menurut D.Sudjana (2007) pendidikan formal merupakan pendidikan yang
dilaksanakan secara terstruktur dan sistematis secara terus menerus, mulai dari
sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi. Pendidikan formal merupakan
pendidikan yang berorientasi akademis dan umum, latihan profesional yang
dilakukan dalam waktu terus menerus. Berdasarkan pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan formal merupakan pendidikan yang sistematis

7
dan terstruktur yang berjalan secara terus menerus dengan dimulai dari
pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah atas (wajib) dan
perguruan tinggi.
2. Ciri-Ciri Pendidikan Formal
Pendidikan formal dapat kita temui dimana saja, bahkan didekat lingkungan
kita sudah pasti ada pendidikan nonformal. Menurut Paulston 1997 (dalam Tim
Pengembangan Ilmu Pendidikan 2007) menyebutkan bahwa pendidikan formal
memiliki ciri, dimana ciri tersebut memiliki 15 dimensi. Semua dimensi itu,
digolong menjadi 5 kategori, meliputi: tujuaan program, waktu penyelenggara,
isi kegiatan, proses pembelajaran dan pengedalian program. Berikut ini
merupakan ciri dari pendidikan nonformal:
1) Tujuan
a) Jangka Panjang dan Umum
Bertujuan membekali peserta didik dengan kemamouan
umum untuk kehidupan masa depan.
b) Orientasi Pada Penilihan Ijazah
Hasil akhir pendidikan ditandai dengan adanya ijaza. Ijazah
nantinya dapat digunakan untuk memperoleh pekerjeaan, kedudukan
atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2) Waktu
a) Relatif Lama
Pendidika dilajkan lebih dari satu tahun, dan biasanya
dilakukan lebih dari 10 taahun. Satu jenjang syarat untuk mengikuti
jenjang yang lebih tinggi.
b) Berorientasi ke Masa Depan
c) Menggunakan Waktu Penuh dan Terus Menerus
Penggunaan waktu yang terus menerus, maka kecil
kemungkinan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan yang
paralel atau pekerjaan rutin.
3) Isi Program

8
a) Bersifat Akademis
Kurikulum lebih memberi bobot pada ranah kognisi dan
teoritis, sedangkan ranah afeksi dan psikomotorik kurang mendapat
perhatian utama.
b) Seleksi Penerimaan Peserta Didik Dilakukan dengan Persyaratan
Ketat
Persyaratan masuk, terutama untuk jenjang yang lebih tinggi,
dilakukan melalui seleksi yang ketat (ujian) guna mengetahui
kemampuan yang diperlukan.
4) Proses Pembelajaran
a) Dipusatkan di Lingkungan Sekolah
b) Terlepas dari Lingkungan Kehidupan Peserta Didik di Masyarakat
Ketika belajar di sekolah, peserat didik diposahkan dari
kehidupan keluarga dan masyarakatnya. Program kegiatan belajar
terpisah dari kondisi sosial-ekonomi masyarakatnya.
5) Pengendalian
a) Dilakukan Pengelola di Tingkaat yang Lebih Tinggi
Pengawasan dan keberhasilan program dikendalikan oleh
pihak dari tingkat yang lebih tinggi dan diterapkan secara seragam.
b) Pendekatan Kekuasaan
Hubungan fungsional pendidik dengan peserta didik
menggunakan pendekatan kekuasaan, perbedaan didasarkan atas
peranan dan kedudukan.

Tanggapan lain terkait ciri dari pendidikan formal mengatakan bahwa


pendidikan formal memiliki ciri menonjol, yakni pembelajaran dan/atau proses
pembelajaran dilakukan secara sengaja di dalam sebuah ruang kelas. Kemudian
ciri lain yakni, terdapat manajemen yang jelas, terdapat pembatasan usia dalam
mengikuti pendidikan formal, pemerintah menerbitkan kurikulum formal yang
harus dilaksanakan pendidikan formal, terdapat rencana pembelajaran yang

9
jelas, serta evaluasi pembelajaran (Ibrahim Bafadhol:2017) dalam Nurul
Maziyatul Hasanah:2019.

3. Pengelolan Pendidikan Formal


Pengelolaan pendidikan formal dapat kita kita lihat melalui beberapa contoh
pendidikan formal. Pendidikan formal dapat kita lihat pada pendidikan taman
kanak-kanak (TK). Hasanah (2019) terdapat beberapa pengelolaan pendidikan
TK yang bisa kita ketahui, berikut ini penjelasannya:
a. Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat tujuan pembelajaran serta
pengaturan yang memuat terkait sebuah tujuan, isi dan bahan
pengajaran. Pada pendidikan TK terdapat dua bidang yang
dikembangkan, meliputi program tahunan yang berisi kegiatan yang
dilaksanakan dalam waktu satu tahun. Kemudian program semster, yang
berisi jaringan tema, lingkup perkembangan yang diurutkan secara
sistematis. Kemudian ada program mingguan, yang dilaksanakan setiap
hari. Selain itu terdapat program pembelaajran yang dirancang sesuai
dengan tujuan lembaga, diantaranya: pengembangan perilaku (sosial
emosional, nilai moral dan agama), kemampuan dasar motorik, kognitif
dan bahasa.
b. Peserta Didik
Peserta didik merupakan individu yang berproses, berkembang
menuju individu yang lebih dewasa, sehungga dalam pengembangan
ttersebut membutuhkan bantuan dari pendidik.
c. Tenaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Tenaga pendidik merupakan seorang tenaga yang profesional dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, dala membimbing,
membina, melatih, mengasah, melindungi serta menilai hasil belajar
anak. Adapun pendidikan pada pendidikan TK, yang memiliki
persyaratan yang harus dipenuhi, sebagai berikut:

10
1) Guru TK: sewhat jasmani rohani, dan sosial. Mempunyai ijazah
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam pendidikan yang
relevan dengan sistem pendidikan TK atau psikologi yang
diperoleh dari program studi terakreditasi. Memiliki sertifikat
Pendidik profesi Guru (PPG) dari perguruan tinggi yang
terakreditasi. Memiliki kemampuan pedagogik, kepribadian,
soail dan profesional.
2) Guru pendamping: syarat guru pendamping memiliki kesamaan
seperti guru TK, hanya saja pada guru pendamping perlu untuk
memiliki ijazah D_II PGTK dari program studi terakreditasi.
3) Guru pendamping muda: minimal iajazah SMA, memiliki
sertifikat pelatihan dari lembaga pemerintahan yang kompeten.

Tenaga kependidikan merupkan seorang individu yang perlu untuk


melaksanakan sistem administrasi, pengelolaan, pengawasan, pelayanan
dan pengemabngan guna menunjanh proses administrasi tenaga
penunjang lainnya. Berikut ini merupakan syarat tenaga kependidikan
TK:

1) Kepala TK/RA/BA; sehat jasmani rohani dan sosial. Batas usia


sampai 55 tahun pada saat diangkat menjadi kepala TK.
Pengalamanyang dimiliki sebagai guru minimal 3 tahun, pangkat
golonggan minimal penara muda tingkat I, (III/b) bagi pegawai
PNS pada satuan atau program TK dan bago non-PNS yang
setara dengan golongan yang dikeluarkan oleh Yayasan atau
lembaga berwenang. Sertifikat kelulusan seleksi calon kepala TK
dari lembaga pemerinyah serta kepala TK diwajibkan memiliki
kompetensi yang mencakup manajerial, kewirausahaan dan
supervisi
2) Tenaga administrasi: sehat jasmanai rohani dan sosial. Memiliki
ijazah mnimimal SMA, memiliki kompetensi tenaga adminstrasi

11
yang meliputi (kompetensi kepribadian, profesional, sosial dan
manajerial).
3) Sarana dan prasrana yaitu perlengkapan penyelenggaraan
dan pengelolaan kegiatan pendidikan, pengasuhan serta
perlindungan. Pengadaan saran dan prasaran harus disesuaikan
dengan usia anak, jumalh siswa, dan juga budaya lokal.
4) Penglolaan meliputi alokasi waktu dalam proses
pembelajaran, kalender pendidikan, administrasi program
pembelajaran, administrasi anak didik, administrasi
kepegawaian, administrasi perlengkapan dan barang,
administrasi keuangan dan administrasi umum.
5) Pembiayaan yang terdiri darijenis, sumber dan pemanfaatan
serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan
dan pengembangan lembaga yang dikelola dengan baik, benar
serta trasparan. Pembiayan terdiri dari pembiayaan operasional
dan biaya personal.
6) Perlunya lembaga menjalin kemitraan kepada berbagai pihak
komite, organisasi profesi dan masyarakat, guna untuk
meningkatkan kualitas.
4. Penyelenggaraan Pendidikan Formal
Penyelenggaraan pendidikan formal dapat kita kita lihat melaui beberapa
contoh pendidikan formal. Pendidikan formal dapat kita lihat pada pendidikan
taman kanak-kanak (TK). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hasanah
(2019), Ia mendapatkan data terkait penyelenggaraan pendidikan di TK Salsabila
Al-Muthi’in Yogyakarta. Berikut inimerupakan penyelenggaran pendidikan TK:
a. Kurikulum
K13 berbasis ke-islaman
b. Peserta didik

12
Peserta didik pada tahun ajaran 2019 ini terdapat 4 kelas. Masing-
masing kelas memiliki 2 rombel (A1, A2, B1dan B2)Jumlah
keseluruhan kelas A ada 51 siswa. Kelas B ada 59 siswa
c. Tenaga pendidik dan kependidikan
Jumlah guru ada 10 beserta kepala sekolah. Kualifikasi
Akademikeseluruhan sudah sarjana (SI).
d. Sarana dan prasarana
Indoor dan outdoor
e. Pengelolaan
Pada penyelenggaraan pendidikan di TK Salsabila Al-Muthi’in
Yogyakarta, terdaoat alokasi pembelajaran yang telah disusun sebagai
berikut:
1) 07.00 – 07.30 : Penerimaan anak oleh guru kelas dan bermain bebas
2) 07.30 – 08.00 : Berbaris di lapangan
3) 08.00 – 09.00 : Circle Time, presensi. Percakapan, pendidikan
Agama Islam ) hafalan do’a
4) 09.00 – 09.15 : Transisi dan makan snack
5) 09.15 – 10.30 : Pijakan sebelum main, saat main, setelah main
6) 11.00 – 11.30 : sholat jama’ah
7) 11.30 – 12.00 : Makan siang dan penutup. Setelah anak TK pulang
f. Pembiayaan
Anggaran untuk kegiatan satu tahun: Rp. 5. 100.000 SPP: Rp.
370.000
g. Kemitraan
Komite, organisasi profesi (IGTKI), menjalin kemitraan dengan
berbagai macam instansi diantaranya ada BKKBN, Polisi dan dinas
kesehatan dari pukesmas.Kegiatan penunjang ada pemeriksaan
kesehatan sebulan sekali dokter sekolah, pemeriksaan gigi dan
pemeriksaan umum dokter puskesmas6 bulan sekali.
5. Contoh Pendidikan Formal

13
a. Taman kanak-kanak (TK)
b. Raudatul Athfal (RA)
c. Sekolah Dasar (SD)
d. Madrasah Ibtidaiyah (MI)
e. Sekolah Mengenah Pertama (SMP)
f. Madrasah Tsanawiyah (MTs)
g. Sekolah Menengah Atas (SMA)
h. Madrasah Aliyah (MA)
i. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
j. Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
k. Perguruan Tinggi (Akademik, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, dan
Universitas)

B. Pendidikan Nonformal
1. Pengertian
Pendidikan nonformal merupakan suatu pendidikan di luar jalur pendidikan
formal (sekolah), yang dapat dilaksanakan dengan cara terstruktur, sistematis,
flesibel, integral. Menurut Dinas pendidikan Mojokerto (dalam UNESCO
(1997:41) mengatkan bahwa pendidikan nonformal dapat diikuti oleh semua
jenjang usia, kemudian pendidikan nonformal juga dapat mengajarkan kepada
mereka (orang dewasa) yang masih belum dapat membaca, keterampilan kerja,
serta pelayanan pendidikan dasar bagi anak yang belum masuk sekolah formal.
Menurut pakar pendidikan Callway (1972) dalam pendidikan nonformal terdapat
beberapa jenis program yang dikembangan, seperti pendidikan keaksaraan,
pendidikan kader dan pendidikan keterampilan. Berdasarkan badan
penyelenggaranya, pendidkan nonformal dapat diklasifikasikan oleh instansi-
instansi pemerintah baik departemen maupun non-departemen, badan-badan
swasta dan masyarakat, sebagai lembaga yang melaksanakan atau
menyelanggarakn adanya pendidikan nonformal. Pendidikan non formal dapat
dilihat pada tempat pelatihan kusus (pekerjaan atau pelatihan kerja), kemudian
kelompok belajar, majelis taklim, juga tempat kursus.

14
2. Ciri-Ciri Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal dapat kita temui dimana saja, bahkan didekat
lingkungan kita sudah pasti ada pendidikan nonformal. Menurut Paulston 1997
(dalam Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan 2007) menyebutkan bahwa
pendidikan nonformal memiliki ciri, dimana ciri tersebut memiliki 15 dimensi.
Semua dimensi itu, digolong menjadi 5 kategori, meliputi: tujuaan program,
waktu penyelenggara, isi kegiatan, proses pembelajaran dan pengedalian
program. Berikut ini merupakan ciri dari pendidikan nonformal:
1) Tujuan
a) Jangka pendek dan khusus
Bertujuan memenuhi kebutuhan tertentu yang fungsional dalam
kehidupan masa kini dan masa depan.
b) Kurang menekankan pentingnya ijazah
2) Waktu Penyelenggara
a) Relatif Singkat
Waktu pendidikan nonformal kurang dari setahun, tergantung
dari kebutuhan belajar peserta didik.
b) Menekankan Masa Sekarang
Memusatkan layanan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik
dalam meningkatkan kebutuhan sosial ekonominya.
c) Menggunakan Waktu Tidak Terus Menerus
Dalam hal ini, peserta didik dapat melakukan pendidikan
nonformal sesuai waktu yang memungkinkan mereka untuk belajar.
3) Isi kegiatan
a) Mengutamakan Aplikasi
Kurikulum lebih menekankan pada pemilihan keterampilan
fungsional yang bermanfaat bagi kehidupan peserta didik dan
lingkungannya.
b) Persyaratan Masuk Ditetapkan Bersama Peserta Didik
4) Proses pembelejaran

15
a) Dipusatkan di Lingkungan Masyarakat dan Lembaga
Kegiatan belajara dapat dilakukan di berbagai lingkungan atau
satuan lingkungan, seperti sanggar kegiatan, pusat latihan dsb.
b) Berkaitan dengan Kehidupan peserta Didik dan Masyarakat
c) Struktur Program yang Luwes
d) Berpusat pada Peserta Didik
e) Penghematan Sumber-Sumberyang Tersedia
5) Pengendalian Program
a) Dilakukan oleh Pelaksana Program dan Peserta Didik
b) Pendekatan Demokratis
6) Pengelolaan Pendidikan Nonformal
3. Pengelolaan Pendidikan Nonformal
Standar pengelolan merupakan standar nasional pendidikan yang
berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau
nasional agar tercipta efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
Dalam pendidikan nonformal, terdapat pada PP No. 4 tahun 2022 Pasal 3 Ayat 1,
berikut ini penjelasannya:
a) Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Kriteria yang berkaitan dengan kemampuan lulusan yang terdiri dari
pengetahuan, keterampilan dan juga sikap. Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) ini sangat berpengaruh terhadap karir warga belajar kedepannya.
Dimana mereka yang berkompeten akan mampu bersaing di dunia kerja.
b) Standar isi
Memuat struktur kurikulum, beban belajar serta kalender akademik.
c) Standar Proses
Berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan program
pendidikan masing-masing. Dalam standar proses, guru memegang peranan
penting dalam mengimplementasikan kurikulum ke dalam proses
pembelajaran. Dengan standar proses, guru dapat membuat perencanaan

16
program pembelajaran, baik untuk periode harian maupun pada waktu
tertentu (Handayani, 2016) dalam Ahmad dkk, 2022.
d) Standar Penialaian
Berkaitan dengan segala hal mengenai mekanisme, tata cara hingga
instrumen penilaian untuk mengetahui hasil belajar peserta didik
e) Standar Tenaga Kependidikan
Kualifikasi akademik seperti lulusan S1 serta hal-hal lain yang
menyangkut kriteria minimal untuk menjadi pendidik dan tenaga
kependidikan. Menurut Ahmad, dkk (2022) seorang pengelola pendidikan
harus memiliki kompetensi yang memadai dalam mengelola programnya,
sehingga hal tersebut dapat menghasilkan SDM atau lulusan yang
berkompeten.
f) Standar Saran dan Prasarana
Pada standar ini, mencakup fasilitas seperti ruang belajar, labolatorium,
perpustakaan, tempat ibadah, dan lain sebagainya.
g) Standar Pengelolaan
Berkaitan dengan segala perencaan program, pelaksanaan hingga
pengawasan program pendidikan secara efektif dan efisien.
h) Standar Pembiayaan
Standar pembiayaan pada pendidikan nonformal biasanya direncakan
untuk satu tahun.
4. Penyelenggaraan Pendidikan Nonformal
Penyelenggaraan pendidikan nonformal dapat kita lihat memalui beberapa
satuan pendidikan, salah satunya pada pendidikan taman bermain anak usia dini
(PAUD). Berdasarkan pendapat Nurul Maziyatul Hasanah (2019) terdapat
penyelengaraan pendidikan pada PAUD, juga terdapat beberapa komponen
penyelenggaraan yang yang menjadi pedoman dalam penyelenggaran pendiidkan
anak usia dini. Berikut ini merupaakan penyelenggaraan pendidikan anak usia
dini (PAUD):
a) Berorientasi pada Kebutuhan Anak

17
Pada pendidikan formal seorang anak memiliki kebutuha fisik, ingin
dihargai, perlu adanya rasa aman, diperlakukan dengan baik, dan tidak
adanya diskriminasi. Dalam hal ini, lingkungan sangat berpengaruh
besar pada minat dan kebutuhan anak. Lingkungan yang sehat dapat
membuat anak lebih percaya diri, tidak merasa cemas, dan belajar dapat
terkendali dengan baik.
b) Berdasarkan Perkembangan Anak
Setiap memiliki tahpa perkembangan yang berbeda, sehingga dalam
penyelanggaraannya pendidik harus mampu memyusun kegiatan
dan/atau program dengan tahapan anak.
c) Sesuai dengan Keunikan Setiap Individu
Dalam penyelenggaraannya pendidikan harus mampu dalam
mengidentifikasi gaya belajar setiap anak, karena tidak semua anak
memiliki penyerapan pembelajaran yang sama. Jadi, pendidik perlu
menggunakan cara yang beragam untuk mendukung pembelajaran anak.
d) Kegiatan Dilakukan dengan Cara Bermain
Pendidik mampu menciptakan suasan pembelajaran yang
menyenangkan, agar siswa dapat dengan mudah memahami konsep-
konsep dalam pembelajaran (matematika, sains, seni, kreativitas, bahasa
dan lainnya). Kemudian, dalam mengmbangkan kegiatan belajar dengan
bermain siswa dapat memperoleh pengelaman untuk mengembangkan
nilai moral, kemamouan motorik, kognitif serta bahasa (Mesiono, 2017).
e) Anak Belajar dari yang Konkret ke Abstrak
Anak belajar dengan menggunakan hal konkrit terlebih dahulu,
seperti dengan mengenalkan benda-benda yang dapat dirasakan oleh
inderanya, kemudian belajar terkait konsep sederhana sampai konsep
yang lebih rumit.
f) Anak sebagai Pembelajar Aktif
Pendidik dalam hal ini menempatkan dirinya sebagai fasilitator bagi
anak, dan anak menjadi subjek dari pembelajaran atau student center.

18
Dalam hal ini bertujuan, agar anak mampu berpikir kreatif dan bertindak
aktif dalam melakukan proses pembelajaran.
g) Siswa Belajar melalaui Interaksi Sosial
Siswa, mekakukan pembelajaran secara langsung, baik dalam hal
mengamati, meniru dan melaukukan suatu hal lainnya yang dapat
membuat anak belajar bagaimana cara bersikap, berkomunikasi serta
menghargai segala sesuatu yang ada didekatnya.
h) Menyediakan Lingkungan yang Mendukung Proses Belajar
i) Merangsang Munculnya Kreativitas dan Inovatif
Pendidik menyediakan berbagai media dan bahan untuk menunjang
proses pembelajaran. Sehingga, ketika anak melihat media yang
disedaikan oleh pendidik anak dapat menyentuh secara langsung.
Dengan adanya hal tersebut dapat, membuat anak mampu mengolah
kemampuan otaknya dalam memecahkan masalah.
j) Mengembangkan Kecakapan Hidup Anak
k) Menggunakan berbagai Sumber dan Media Belajar yang ada
DoiLingkungan Sekitar
l) Anak Belajar Sesuai dengan Kondisi Sosial Budayanya
m) Melibatkan peran serta orang tua yang bekerja sama dengan pra pendidik
di lembaga PAUD
n) Stimulasi pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek
perkembangan
5. Contoh Pendidikan Nonformal
Menurut Sulfemi (2018) menyebutkan ada beberapa jenis contoh dari adanya
lembaga pendidikan nonformal yang berada di Indonesia. Berikut ini merupakan
jenis dari adanya pendidikan nonformal:
a. Balai pengembangan pendidikan anak usia dini
b. Balai pengembagan kegiatan belajar (BPKB)
c. Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
d. Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM)

19
e. Lembaga PNF sejenis

C. Pendidikan Informal
1. Pengertian
Pendidikan informal merupakan pendidikan yang dilakukan pada
lingkungan keluarga, dengan memberikan pendidikan berupa pendidikan
karakter, etika, penanaman nilai agama oleh keluarga, pendidikan estetika moral
dan pendidikan kepribadian. Pendidikan ini diterapkan mandiri pada suatu
keluarga untuk mendidik anggota keluarganya hingga sedemikian rupa. Selain
itu pula, pendidikan informal juga mengajarkan keterampilan fungsional yang
diterapkan dengan cara belajar mandiri. Penegrtian lain dikemukakan oleh
D.Sudjana (2007) bahwa pendidikan infromal merupakan pendidikan yang
dapat dilakukan di sepanjang usi, untuk memperoleh nilai, sikap, keterampilan,
dan pengetahuan serta wawasan yang mana hal tersehut dapat diperoleh melalui
pengalaman hidup sehari-hari. Pengalaman hiidup sehari-hari dapat diperoleh
melalui kehidupan di dalam keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan
pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media masa.

2. Ciri-Ciri Pendidikan Informal


a. Lingkungan keluarga dapat dilakukan khusus untuk pendidikan informal
b. Persyaratan khusus tidak berlaku
c. Tidak perlu untuk mengikuti ujian yang diselenggarakan
d. Keluarga dan lingkungan berperan penting dalam proses pendidikan
e. Tidak berlakunya kurikulum
f. Jenjang pendidikan/tingkat pendidikan tidak berlaku dalam pendidikan
informal
g. Pendidikan informal dilakukan tanpa adanya batasan waktu dan ruang
h. Guru pada pendidikan informal adalah orang tua
i. Dalam pendidikan informal tidak adanya sistem manajemen yang terstruktur
j. Tidak dibutuhkannya ijazah

20
3. Penyelenggaraan Pendidikan Informal
Penyelenggaraan pendidikan informal dilakukan oleh orang yua di dalam
lingkungan keluarga. Menurut UUSPN No.20 tahun 2003 pasal 7 terlait hak dan
kewajiban orang tua, menyebutkan bahwa orang tua berhak berperan dalam
memili satuan pendidikan dan memerpoleh informasi tentang perkembangan
pendidikan anaknya. Kemudian, orang tua juga wajib memberikan pendidikan
dasar kepada anaknya. Menurut Arifah (2011) dalam Ihat Hatimah (2016)
mengemukakan bahwa terdapat 8 hal yang dapat dilakukan orang tua dalam
melakukan pendidikan informal. Berikut ini penjelasannya:
a) Memberikan ruang (lingkungan) untuk tembah kembang anak
Dalam pemberian ruang pada anak ini dapat menumbuhkan
stimulasi positif pada otak anak untuk meningkatkan kecerdasannya.
Sebagai contoh yakni menjauhkan anak dari pertengkaran pada orang
tua, berkomunikasi dengan baik pada orang tua. Menyediakan
fasilitas sesuia dengan kebutuhan anak.
b) Memberikan kesempatan dalam berimajinasi, dan berbuat terkait hal
postif serta berlatih mandiri
Ketika sudah memasuki masa pertumubuhan orang tua dapat
memberikan kesempatan kepada anak untuk bergerak, meraih, tengkurap
berjalan dan berlari. Kemudian, orang tua juga dapat menaruh
kepercayaan kepada anak untuk dapat makan dan minum sendiri,
bermain, bersekolah dan berkomunikasi.
c) Menanamkan sikap percaya diri
d) Membacakan buku bacaan yang baik dan bermanfaat
Membacakan buku bacaan berguna untuk melstih kemampuan
kognitif anak, mereka juga dapat memperoleh wawasan dan/atau
oengetahuan yang luas melalui buku. Kemudian, anak dapat
mengaplikasikan wawasan ynag dimilikinya dalam kehdupan sehari-
hari, terutama dapat berpikir dalam bertindak.

21
e) Mengajak anak bermain dengan sepenuh hati
Mengajak anak dalam bermain dapat membantu pertumbihan dan
perkembangan anak. Jangan bermain ketika ada waktu luang, tetapi
melakukannya dengan rutin sebagai kebutuhan anak.
f) Mengajak anak berkomunikasi, berdiskusi, berpikir, memilih, dan
mengambil keputusan sejak dini
Hal tersebut dapat menjadikan bekal bagi anak untuk mengatasi
permasalahan yang datang pada hidupnya, anak menjadi lebih berani
bertanggung jawab dan berani dalam mengambil keputusan.
g) Mengajak anak untuk berolahraga
Berolahraga dapat memberikan manfaat pada kesehatan jasmani anak,
terutama dalam pertumbuhan fisiknya. Anak yang sehat dapat membantu
kecerdasan dan perkembangan jiwanya secara maksimal.
h) Menjauhkan anak dari acara televisi yang tidak mendidik
Orang tua perlu memilih dan memilah tontonan yang teoat untuk
anaknya, sehingga anak tidak terpengaruh jiwanya akbiat acara televisi
yang tidak sesuai dengan perkembangan jiwanya.
4. Contoh Pendidikan Informal
a. Pendidikan budi pekerti
b. Pendidikan etika
c. Pendidikan agama
d. Pendidikan moral
e. Pendidikan sopan santun
f. Sosialisasi oleh orang tua kepada anak terkait lingkungan sekitar

3. Syarat Pendirian Lembaga


A. Kelompok Bermain
1. Pengertian
Pengelolaan merupakan pengaturanatau managemen, dan pengajaran
adalah sebuah proses belajar-mengajar. Jadi, pengelolaan dapat diartikan suatu

22
usaha mengatur proses belajar mengajar agar ssuai dengan konsep dan prinsip-
prinsip pengajaran agar tercapainya tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Kelompok bermainmerupakansalah satu bentuk pendidikan anak usia di
pada jalur pendidikan nonformal yang memberikan layanan pendidikan bagi
anak usia 2-6 tahun, untuk membantu petumbuhan dan perkembangan anak
agar kelak nanti siap memasuki pendiikan yang lebih lanjut. Pendidikannya
mengutamakan kegiatan bermain sambil belajar.Kelompok bermain menjadi
wadah untuk mengembangkan kreativitas anak dalam suatu kegiatan yang
mengasyikkan.
Yuliani Nurani Sujiono (2011: 23) Kelompok Bermain (KB) merupakan
salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur nonformal
yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan
bagi anbak usia 2 sampai 4 tahun. Tujuan pembelajaran kelompok bermain
adalah menyediakan tumbuh kembang anak sesuai dengan potensi anak yang
dilaksanaka sambil bermain.
Menurut Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain,
Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk satuan PAUD yang menyelengga
rakan program bagi anak usia 2 sampai 4 tahun, dan dapat melayani anak
hingga usia 6 tahun jika dilokasi yang sama sebelum tersedia layanan TK/RA.
Sedangkan Menurut Kemendikbud 2015, Kelompok Bermain adalah salah satu
bentuk satuan PAUD jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan
program pendidikan bagi anak usia 2 sampai dengan 6 tahun dengan prioritas
usia 3 dan 4 tahun.
Depdiknas (2010: 2) menyatakan bahwa kelompok bermain (KB)
adalah suatu bentuk layanan pendidikan bagi anak usia 3-6 tahun yang
berfungsi untuk membantu meletakkan dasar-dasar kearah perkembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya, termasuk siap memasuki pendidikan dasar.
Kelompok Bermain (KB) adalah salah satu bentuk pelayanaan pendidikan

23
nonformal yang memberikan layanan bagi anak usia 2 sampai 4 tahun, untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangannya agar anak siap melanjutkan
pendidikannya.
Pendirian Kelompok Bermain (KB)
a) Pendiri
Kelompok Bermain dapat didirikan oleh:
1) Pemerintah kabupaten/kota
2) Pemerintah desa
3) Orangperseorangan
4) Kelompokorang
5) Badan hukum
b) Orang perseorangan adalah warga Negara Indonesia yang cakap hokum
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undang. Kelompok orang
adalah kesepakatan antara 2 orang atau lebih. Kelompok orang wajib
mencantumkan kesepakatan yang tertulis atau akte pendirian persekutuan
perdata untuk mendirikan satuan PAUD sebagai tujuan kelompok orang
yang bersangkutan. Badan hokum adalah badan hokum yang bersifat nirlaba
yang berbentuk yayasan, perkumpulan, atau badan lainnya sejenis yang telah
memperoleh pengesahan dari kementrian di bidang hukum. Satuan
pendidikan nonformal dalam bentuk pusat kegiatan belajar masyarakat,
majelis taklim, atau satuan pendidikan nonformal sejenis dapat
menyelenggarakan satuan PAUD dalam bentuk kelompok bermain sebagai
program pendidikan nonformal dengan terlebih dahulu mengajukan izin
penyelenggaraan program dengan memenuhi ketentuan pendirian kelompok
bermain.
2. Syarat Pendirian
Persyaratan pendirian KB terdiri atas persyaratan adminitratif dan
persyaratan teknis yang engacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republic Indonesia No. 84 tahun 2014 tentang Pendirian Satuan
Pendidikan Anak Usia dini.

24
1. Persyaratan adminitratif pendirian KB terdiriatas:
a. Fotokopi identitas pendiri
b. Surat keterangan domisili dari Kepala Desa/Lurah
c. Susunan pengurusan dan rincian tugas
2. Persyaratan teknis pendirian KB terdiridari: Hasil Penilaian kelayakan
Meliputi:
a. Dokumen hak milik, sewa atau pinjam pakai atas tanah dan bangunan
yang akan digunakan untuk penyelenggaraan KB yang sah atas
namapendiri.
b. Dalam hal pendiri adalah badan hukum, wajib melampirkan fotokopi
akta notaris dan surat penetapan badan hukum dalam bentuk yayasan,
perkumpulan, ataubadan lain sejenis dari kementerian bidang hukum
atas nama pendiri atau induk organisasi pendiri disertai surat
keputusan yang menunjukkan adanya hubungan dengan organisasi
induk.
c. Data mengenai perkiraan pembiayaan untuk kelangsungan KB paling
sedikit untuk 1 (satu) tahun pembelajaran. Dokumen rencana
pencapaian standar penyelenggaraan KB paling lama 5 tahun, yang
sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Repuplik Indonesia No. 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini.
3. Tata Cara Pendirian
Mekanisme pendirian KB sebagai berikut:
a) Pendiri KB mengajukan permohonan izin pendirian kepada kepala dinas
pendidikan kabupaten/kota atau kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) melalui kepala dinas pendidikan kabupaten/kota dengan
melampirkan persyaratan pendirianKB.
b) Kepala dinas pendidikan kabupaten/kota atau pejabat yang ditunjuk
menelaah permohonan pendirian KB berdasarkan kelengkapan persyaratan
pemohon dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

25
c) Data mengenai perimbangan antara jumlah TK/TKLB, KB, TPA, dan/atau
SPS yang telah ada dan yang akan didirikan dengan jumlah penduduk usia
sasaran yang akan dilayani di wilayah tersebut.
d) Data mengenai perkiraan jarak KB yang akan didirikan di antara
TK/TKLB, KB, TPA, dan/atau SPS terdekat.
e) Data mengenai daya tampung dan lingkup jangkauan KB yang akan
didirikan per usia yangdilayani. Ketentuan penyelenggaraan KB ditetapkan
oleh pemerintah provinsi dan/atau pemerintah Kabupaten/ Kota.
f) Berasarkan hasil telaah kepala dinas pendidikankabupaten/kota
g) Memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan izin pendirian
KB;atau
h) Memberikan rekomendasi kepada kepala SKPD atas permohonan izin
pendirianKB.
i) Kepala dinas pendidikan kabupaten/kota atau kepala SKPD menertibkan
keputusan izin pendirian KB paling lama 60 hari sejak permohonan
diterima kepaladinas.
4. Masa Berlaku Izin
Izin pendirian KB berlaku sampai dengan adanya pencabutan izin oleh
kepala dinas pendidikan kabupaten/kota atau kepala SKPD. Penutupan KB
dilakukan apabila:
1. KB sudah tidak lagi menyelenggarakan kegiatan layanan PAUD; dan/atau.
2. KB tidak layak berdasarkan hasil evaluasi.
5. Rujukan Pendirian
Persyaratan dan tata cara pendirian KB merujuk pada petunjuk teknis
Pendirian, Perubahan, dan Penutupan Satuan Pendidikan Anak Usia Dini yang
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Masyarakat.

B. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


Pendidikan AnakUsiaDini (PAUD) merupakan sesuatu yang banyak dibahas
dan diselenggarakan sebagai wujud pertanggungjawaban pendidikan anak. Guna

26
untuk memahami pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), terlebih dahulu
akan dijelaskan pengertian tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai
berikut : Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam uraian developmentally
Appropriate Practices (DAP) dinyatakan sebagai pendidikan anak usia 0-8 tahun
(Mansur, 2005:89). Adapun penjelasannya sebagai berikut;
1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS) menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan. Kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebihlanjut.
2. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ialah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak 0 sampai 8 tahun secara global dan sejak lahir sampai usia 6 tahun khusus
di Indonesia yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur foemal, nonformal, dan informal. Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, pendidikan
nonformal maupun pendidikan informal. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
dalam bentuk formal dapat berupa Taman Kanak-kanak (TK) dan Roudatul
Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini dalam
bentuk nonformal dapat berbentuk Taman Penitipan Anak (TPA). Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) dalam jalur informal berbentuk pendidikan keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan seperti Keluarga Bina Balita (KBB) dan
Pusat Pelayanan Terpadu (POSYANDU) yang terintegrasi PAUD atau yang kita
kenal dengan istilah Satuan PAUD Sejenis (SPS) Seorang Ahli, Meleong
menyataka bahwa ragam pendidikan anak usia dini untuk jalur nonformal
terbagi diatas tiga kelompok yakni kelompok Taman Penitipan Anak (TPA) usia
0 sampai 6 tahun, Kelompok Bermain (KB) usia 2-6 tahun dan kelompok

27
Satuan PAUD Sejenis (SPS) usia 0 sampai 6 tahun (Harun, 2005:43). Dari
uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) adalah suatu upaya atau usaha Pembinaan yang ditujukan untuk anak
yang berada pada rentang usia 0-6 tahun untuk mesntimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak agar siap untuk kejenjang pendidikan selanjutnya.

C. Kursus Pelatihan
Lembaga Kursus dan Pelatihan adalah salah satu bentuk badan pendidikan
nonformal yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi. Lembaga Kursus dan Pelatihan dibawahi oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Dasar pendirian Lembaga Kursus dan
Pelatihan adalah Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal
62 tentang pendirian satuan pendidikan. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
melalui kewirausahaan maka Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan dana bantuan Program
Pendidikan Kecakapan Wirausaha bagi masyarakat. Selain itu, Program Pendidikan
Kecakapan Kerja juga merupakan program layanan pendidikan melalui kursus dan
pelatihan yang diharapkan dapat menghasilkan lulusan kompeten pada bidang
keterampilan sesua kebutuhan DUDI sehingga dapat memanfaatkan secara optimal
peluang-peluang kerja yang terbuka pada era ACFTA (Asian China Free Trade
Area). Program Pendidikan Kecakapan Wirausaha merupakan salah satu wujud
program penyelarasan kursus dan pelatihan dengan kebutuhan kompetensi kerja
kewirausahaan. Bantuan pemerintah untuk penyelenggaraan Program Pendidikan
Kecakapan Wirausaha dan Pendidikan Kecakapan Kerja ini dapat diakses oleh
lembaga penyelenggara kursus dan pelatihan yang memenuhi kriteria dan
persyaratan yang sudah ditentukan. Seperti halnya di Kabupaten Wakatobi, terdapat
± 25 Lembaga Kursus dan Pelatihan yang terdaftar. Setiap Lembaga Kursus dan

28
Pelatihan mendapatkan bantuan program Pendidikan Kecakapan Wirausaha dan
Pendidikan Kecakapan Kerja dari pemerintah untuk menunjang kegiatan
operasionalnya. Setiap dana yang didapatkan harus dilaporkan kembali
penggunaannya keapda pemerintah. Namun, sebagian besar dari Lembaga Kursus
dan Pelatihan tersebut masih kesulitan dalam menyusun laporan keuangannya.
Dapat kita ketahui bahwa pelaporan penggunaan anggaran harus sesuai dengan
transaksi disertai dengan buktibukti dari transaksi tersebut, kemudian diolah
menjadi laporan keuangan sebagai sebuah informasi yang relevan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Adapun SAK EMKM yang akan digunakan sebagai acuan
atas penyusunan laporan keuangan. Adapun SAK EMKM ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah. Dari
fenomena yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah yang harus diselesaikan adalah pelatihan penyusunan laporan keuangan
atas penggunaan anggaran dana hibah dari pemerintah. Kegiatan pengabdian kepada
masyarakat tahun ini memiliki beberapa tujua:
1. Lembaga Kursus dan Pelatihan di Kabupaten Wakatobi memahami proses
penyusunan laporan keuangan.
2. Tim Pelaksana Pengmas dapat membantu Lembaga Kursus dan Pelatihan dalam
langkahlangkah penyusunan laporan keuangan.
Manfaat kegiatan pengabdian masyarakat tahun ini adalah:
1. Dari sisi Universitas sebagai mitra. Dalam hal ini lebih terfokus pada dosen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam dapat menjalankan salah satu Tri Dharma
perguruan tinggi yaitu melakukan pengabdian masyarakat dengan cara
membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh masyarakat guna
meningkatkan sosial ekonomi warga sekitar.
2. Dari sisi Pengurus Lembaga Kursus dan Pelatihan di Kabupaten Wakatobi,
mendapatkan keuntungan dengan adanya pemberian informasi tentang
penyusunan laporan keuangan.
3. Dari sisi pengembangan materi pembelajaran. Hasil dan masalah yang muncul
pada saat alih teknologi dapat digunakan sebagai materi pembelajaran dan

29
penelitian, terutama untuk mengembangkan materi pembelajaran yang terkait
dengan bidang ekonomi.

Kegiatan ini merupakan kegiatan sosialisasi dan pelatihan bagi masyarakat


terutama pengurus dari Lembaga Kursus dan Pelatihan yang ada di Kabupaten
Wakatobi. Adapuan tahapan-tahapan kegiatan pelaksanaan Pengabdian Kepada
Masyarakat ini adalah:

1. Tim berkoordinasi dengan Ketua Himpunan penyelenggara Pelatihan dan


Kursus Indonesia terkait kondisi Lembaga Kursus dan Pelatihan yang
memerlukan solusi dalam penyusunan laporan keuangan.
2. Ketua Himpunan penyelenggara Pelatihan dan Kursus Indonesia menyepakati
untuk melaksanakan sosialisasi dan pelatihan pencatatan laporan keuangan
sesuai dengan SAK EMKM
3. Tim kemudian berkoordinasi dengan para pengurus Lembaga Kursus dan
Pelatihan di Kabupaten Wakatobi.
4. Tim, Himpunan penyelenggara Pelatihan dan Kursus Indonesia dan Pengurus
Lembaga Kursus dan Pelatihan menetukan jadwal kegiatan.
5. Pelaksanaan dilaksanakan secara daring dengan menggunakan Zoom Cloud
Meeting.
6. Tim memberikan pre-test terlebih dahulu mengenai akuntansi dan laporan
keuangan.
7. Tim memberikan materi mengenai akuntansi, dan penyusunan laporan
keuangan.
8. Kemudian Tim menugaskan peserta untuk membuat laporan keuangan dengan
format yang sudah diberikan.

D. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar menurut Oemar Hamalik (2004: 195) adalah bimbingan
yang ditujukan kepada siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan, bakat, minat, kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan

30
cara-cara yang efektif dan efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami
oleh siswa.
Perilaku Konsumen Menurut Mowen dan Minor (2002:28), mendefinisikan
bahwa perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai bidang
studi yang menginvestigasi proses pertukaran melalui individu dan kelompok mana
yang mendapat perolehan, konsumsi, dan mendisposisi barang, jasa, ide serta
pengalaman.
Model Perilaku Konsumen Menurut Kotler dan Keller (2009:226)
mengatakan bahwa titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah model
rangsangan tanggapan. Pemasaran dan rangsangan lingkungan memasuki kesadaran
konsumen. Suatu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan karakteristik
konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Faktor – faktor yang
digunakan untuk mengukur konsumen (orang tua) dalam memilih jasa Lembaga
Bimbingan Belajar Primagama Surabaya diantaranya:
1) Faktor Kelompok Acuan Menurut Solomon (1999) dalam Prasetijo (2005:151)
“Kelompok acuan adalah individu atau sekelompok orang yang dianggap
memiliki relevansi yang signifikan pada seseorang dalam hal mengevaluasi,
memberikan aspirasi atau dalam berperilaku”.
2) Faktor Keluarga Menurut Setiadi (2010:95) mendefinisikan bahwa “Keluarga
adalah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan
melalui darah, perkawinan atau adopsi maupun tinggal bersama”.
3) Faktor Motivasi Menurut Ferrinadewi (2008:13) motivasi memiliki dua point
penting yaitu bahwa motivasi merupakan suatu proses dan proses ini dapat
menjelaskan perbedaan dalam intensitas perilaku konsumen. Point kedua dari
definisi tersebut yaitu motivasi merupakan dorongan, dorongan bagi manusia
untuk mengambil tindakan tertetu dalam upaya memuaskan kebutuhannya.
4) Faktor Persepsi Menurut Setiadi (2010:87) “Persepsi adalah suatu proses yang
timbul akibat adanya sensasi, dimana pengertian sensasi adalah aktivitas
merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan”.

31
5) Faktor Pekerjaan Menurut Suharma (2010:34) menjelaskan bahwa pekerjaan
seseorang akan memberi pengaruh kepada pilihan produk apa yang dibeli.
Aktivitas dalam pekerjaan, lingkungan pekerjaan, mobilitas dan karakteristik
lingkungan dapat menentukan perilaku mereka dalam memilih jasa.
6) Faktor Pendapatan Menurut Prasetijo (2005:56) menjelaskan bahwa pola
konsumsi secara sederhana didefinisikan sebagai bagaimana seseorang hidup
(how one lives), termasuk bagaimana seseorang menggunakan uangnya,
bagaimana ia mengalokasikan waktunya dan sebagainya.
7) Faktor Gaya Hidup Menurut Kotler (2005:210) “gaya hidup adalah pola hidup
seseorang di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat, dan opininya”.
8) Faktor Harga Menurut Fandy Tjiptono (2008:151) menyebutkan bahwa harga
merupakan satu – satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan
pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan.
9) Faktor Promosi Menurut Laksana (2008:133), “Promosi adalah suatu
komunikasi dari penjual dan pembeli yang berasal dari informasi yang tepat,
bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli yang tadinya tidak
mengenal sehingga menjadi membeli dan tetap mengingat produk tersebut”.
10) Faktor Lokasi Lupiyoadi (2006:148) menjelaskan bahwa lokasi berarti
berhubungan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi.
11) Faktor Citra Lembaga Menurut Alma (2003:92) mendefinisikan bahwa “Citra
merupakan impersi, perasaan atau konsepsi yang ada pada publik mengenai
lembaga”. Keputusan Pembelian Menurut Kotler (2009:184) “keputusan
pembelian konsumen adalah keputusan pembelian konsumen akhir perorangan
dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk dikonsumsi pribadi”.
Tahap – Tahap Proses Keputusan Pembelian Menurut Kotler dan Keller
(2009:184) bahwa periset pemasaran telah mengembangkan “model tingkat”
proses keputusan pembelian. Konsumen melalui lima tahap: pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan
perilaku pasca pembelian.

32
E. Sekolah Dasar
Sekolah dasar merupakan pendidikan formal yang mana, pada pendidikan
sekolah dasar ini terdiri dari 6 kelas. Mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6.
Untuk membangun atau mendirikan lembaga Sekolah dasar, memerlukan
persyaratan yang harus dipenuhi. Berikut ini merupakan, syarat pendrian lembaga
sekolah dasar:
a. Pesyaratan
1. Surat permohonan
2. Surat rekomendasi kelurahan/kecamatan
3. Studi kelayakan (latar belakang dan tujuan)
4. Bentuk dan nama sekolah
5. Lokasi sekolah dan dukungan masyarakat
6. Sumber peserta didik
7. Daftar tenaga pendidik beserta ijazah yang dimiliki
8. Sumber pembiayaan
9. Fasilitas lingkungan penunjangan pendidikan
10. Peta pendidikan dan jarak kesimpulan studi kelayakan
11. Struktur dan nama pengurus yayasan dilampiri akte notaris pendirian dan
bukti registrasi dari deaprtemen kehakiman & HAM
12. Daftar fasilitas yang dimiliki
13. Gambar situasi denah dan ukurannya
14. Sertifikat kepemilikan bangunan atau sewa atas bangunan minimal 5
tahun
15. RAPBS 5 tahun kedepan
16. Referensi bank terkait dengan seumber pembiayaan selama 5 tahun
dilampiri saldo rekening
17. Daftar nama calon kepala sekolah, guru, dan tenaga adminitrasi
18. Pernyataan sanggup melaksanakan kurikulum yang berlaku dan
bermaterai
19. Pernyataan sanggup membayar gaji guru/karyawan sesuai UMR

33
20. Pernyataan kesanggupan pendidik untuk mengajar dan bermaterai
21. Program kerja jangka pendek-menengah-panjang
22. Kurikulum yang berlaku di sekolah
23. Surat pernyataan kepala sekolah bermaterai dan menerangkan bahwa
kepala sekolah mengajarkan mata pelajaran agam sesuai dengan agama
siswa (melampirkan jadwal pembelajaran).
b. Prosedur
1. Pemohon datang ke Subag Umum dan kepegawaian dengan proposal
izin pendirian sekolah
2. Proposal masuk akan dikaji sesau dengan persyaratan
3. Prosposal yang lengkap persyaratannya akan divisitasi oleh Tim dari
Dinas Pendidikan Kota, tim visitas akan memotre/melihat langsung
semua SPM
4. Hasil pleno jika pemohon sudah memenuhi syarat, akan
dilaporkan/diusulkan kepada Kepala Dinas untuk diterbitkan Surat
Keputusan Izin Pendirian/Operasional Sekolah.

F. Homeschooling
Berdasarkan Undang-undang dan Peraturan Kemendikbud, bahwa kegiatan
sekolah rumah atau homeschooling legal di laksanakan di Indonesia. Siswa sekolah
rumah diakui sama dengan pendidikan formal dan terdapat sebagai peserta didik di
sistem Dapodik. Sehingga orang tua atau masyarakat tidak perlu khawatir untuk
memilih pendidikan alternatif atau homeschooling, karena pelaksanaan
homeschooling mengikuti kurikulum pendidikan nasional. Namun yang
membedakannya dengan sekolah adalah standar pelaksanaannya. Peraturan
homeschooling’ Yang perlu digaris bawahi di sini adalah soal nama. Indonesia
mengalih bahasakan homeschooling menjadi Sekolah Rumah. Peraturan
homescholling ini terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebu dayaan RI
No. 129 Tahun 2014 tentang “Sekolah Rumah”. Pada Pasal 1 Ayat (4) disebutkan:
yang dimaksud sekolah rumah adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar

34
dan terencana dilakukan oleh orangtua/keluarga di rumah atau tempat-tempat lain.
Bagi keluarga yang ingin secara mandiri melaksanakan homeschooling, maka bisa
mengambil bentuk Sekolah Rumah Tunggal Jika ingin membuat lembaga, Sangat
Disarankan Untuk Tidak Menggunakan Nama Homeschooling, karena
homeschooling itu bukan sekolah. Hal ini juga tidak mendidik literasi peserta didik
karena kata homeschooling tidak digunakan semestinya.

Ada 2 jenis sekolah rumah yang bisa dibuat:

1) Sekolah rumah Majemuk, yaitu layanan pendidikan berbasis lingkungan yang


diselenggarakan oleh orang tua dari 2 (dua) atau lebih keluarga lain dengan
melakukan 1 (satu) atau lebih kegiatan pembelajaran bersama dan kegiatan
pembelajaran inti tetap dilaksanakan dalam keluarga.
2) Sekolah rumah Komunitas, yaitu kelompok belajar berbasis gabungan
sekolah rumah majemuk yang menyelenggarakan pembelajaran bersama
berdasarkan silabus, fasilitas belajar, waktu pembelajaran, dan bahan ajar yang
disusun bersama.
Sekolah rumah menurut Martin dalam Padmonodewo (2003), didefinisikan
sebagai situasi pembelajaran atau pengajaran di lingkungan rumah, sebagai
pengganti kehadiran atau waktu belajar di sekolah konvensional. Berarti,
sekolahrumah merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan guna
memenuhi kebutuhan pendidikan seseorang/ kelompok yang dilakukan di
rumah. Menurut Berger dalam Suntrock (1995), sekolah rumah adalah proses
belajar dan mengajar yang diselenggarakan melalui kegiatan yang terencana
dengan rumah sebagai pusat utama pembelajaran dan orang tua sebagai guru
atau pengawas. Dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia terdapat jalur
pendidikan informal. Salah satu bentuk pendidikan informal yang ada, yaitu
sekolahrumah yang bertujuan untuk memberikan keyakinan agama,
menanamkan nilai budaya, nilai moral, etika dan kepribadian, estetika serta
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, sekolah rumah berfungsi

35
untuk mengembangkan potensi peserta didik. Pengembangan tersebut
ditekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Orang tua yang
menyelenggarakan sekolah rumah berperan lebih aktif dalam mendidik anak
mereka, dan cukup efektif dalam mengembangkan kemampuan anak (Essa,
1996). Selain itu orang tua yang menyelenggarakan sekolahrumah perlu
menyediakan pengalaman belajar yang bervariasi, interaksi dengan anak atau
orang dewasa lain serta memberikan kesempatan bermain yang banyak (Elkind
dalam Suntrock, 1998).
Penyelenggaraan sekolah rumah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa pada tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Penyelenggaran sekolahrumah di Indonesia oleh
orang tua dan masyarakat sudah lama dilakukan. Penyelenggaraan
sekolahrumah selama ini bermitra dengan pendidikan nonformal dan dengan
pendidikan di luar negeri. Kenyataannya, ada orang tua yang sudah
menyelenggarakan sekolah rumah bermitra dengan pendidikan formal yang
dikarenakan ingin mendapatkan ijasah maupun untuk melanjutkan pendidikan
formalnya. Namun kebijakan kemitraan sekolahrumah dengan pendidikan
formal dan mekanismenya oleh Depdiknas belum diatur secara rinci padahal
peraturan perundangan yang memayungi sekolahrumah sebagai pendidikan
informal sudah ada. Sekolahrumah sebagai produk dari pendidikan
penyelenggaraan sekolah yang berbasis kepada keluarga. Inisiatif keluargalah
yang mendorong terbentukya sekolahrumah. Penyelenggaraan sekolah rumah
tentunya berbeda dengan penyelenggaraan sekolah formal. Aturan atau tata
kelolanya juga demikian, yaitu berbeda dengan sekolah formal. UU nomor 20
tahun 2003 dan PP nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
tentunya tetap menjadi rujukan dalam penyelenggaraannya, akan tetapi bertolak
dari kharaktrersitiknya maka, sekolah rumah tidak bisa di samakan dengan

36
sekolah formal. Prosedur penyelenggaraan sekolahrumah dapat ditempuh
dengan dua cara, yaitu (1) sekolahrumah murni (pure homeschooling) dan (2)
sekolah rumah bermitra. Sekolahrumah murni, yaitu sekolahrumah yang
penyelenggaraanya merupakan inisiatif dari keluarga atau anggota keluarga.
Penyelenggaraannya dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Pihak penyelenggara berkonsultasi dengan dinas pendidikan kab/ kota
setempat, untuk melaksanakan program sekolahrumah. Dalam kegiatan
konsultasi ini, pihak penyelenggara menyampaikan latar belakang, tujuan
mengapa melaksanakan program sekolah rumah (2) Membuat proposal
pengajuan penyelenggaraan sekolah rumah, dalam proposal ini tertuang tentang
konsep dasar, rasional dan kondisi yang mendorong penyelenggaraan sekolah
rumah. (3) Menyusun perencanaan program belajar, masuk belajar, menyusun
rencana belajar, mengembangkan perangkat belajar, menyusun kalender
pendidikan mengacu kepada kalender nasional, membuat jadwal kegiatan
evaluasi belajar dan menyusun laporan perkembangan belajar untuk
disampaikan kepada dinas pendidikan. (4) Mendeskripsikan dan memaparkan
kurikulum yang dikembangkan dalam kerangka kurikulum nasional. Kurikulum
yang dikembangkan tidak boleh keluar dari acuan kurikulum nasional, namun
pada aspekaspek lain pihak penyelenggara dapat memberikan pengayaan atau
penguatan terhadap kurikulum yang ada (5) Membuat surat pemberitahuan
kepada dinas pendidikan tentang penyelenggaraan sekolah rumah, dengan
melampirkan daftar nama siswa, daftar nama guru, jadwal belajar, program
belajar dan kurikulum yang dikembangkan (6) Membuat surat pernyataan
pendirian sekolahrumah (7) Menyusun laporan penyelenggaraan kegiatan
sekolah rumah, yang ditujukan kepada dinas pendidikan kemudian ditembuskn
kepada pengawas sekolah atau UPT SD dan PAUD/Dikpora di tingkat
kecamatan (8) Membuat perkembangan pencapaian belajar , yang dilakukan
minimal setiap semester, dalam laporan perkembangan belajar tersebut
dilampirkan juga daftar nilai, analisis nilai, jenis tes/ soal yang disusun, kisi kisi
soal yang dibuat, serta tingkat ketrecapaian ketuntasan minimal atau indicator

37
keberhasilan Pada penyelenggaraan sekolahrumah murni, pihak penyelenggara
berhak sepenuhnya menentukan dan memilih guru yang berkompeten, karena
sekolahrumah merupakan inisiatif dari keluarga sehingga semua biaya
merupakan tanggungan penyelengara sekolahrumah tersebut. Sekolah rumah
murni tentunya membutuhkan persiapan yang matang, terlebih pada aspek
kegiatan evaluasi belajar. Pada aspek ini diperlukan strategi evaluasi yang
mantap dan memenuhi standar kompetensi kelulusan/evaluasi sebagaimana ada
dalam pendidikan formal, jangan sampai evaluasi belajar yang disusun keluar
dari standar nasional pendidikan sebagaimana tertuang dalam PP nomor 19
tahun 2005.
Untuk lebih jelasnya model penyelenggaran sekolahrumah murni dapat
dilihat dalam ilustrasi gambar 1.

Selanjutnya, untuk penyelenggaraan sekolahrumah bermitra, bahwa


penyelenggaraan sekolahrumah jenis ini merupakan sekolahrumah yang
membutuhkan kemitraan. Kemitraan yang dimaksud adalah kerjasama yang

38
saling menguatkan. Kemitraan yang dilakukan adalah berbentuk (1)
penyusunan persiapan pembelajaran, (2) pengembangan kurikulum dan (3)
penyusunan model evaluasi belajar. Pada aspek penyusunan persiapan
pembelajaran, maka baik pihak penyelenggara maupun dinas pendidikan
memberikan asistensi tentang bagaimana menyusun perangkat pembelajaran
yang sesuai dengan standar nasional pendidikan. Pada aspek pengembangan
kurikulum, bentuk kerjasamanya adalah pemberian pengetahuan tentang
standar isi dan proses pendidikan, misalnya sekolahrumah yang akan
diselenggarakan adalah sekolahrumah untuk siawa SD, maka pihak dinas
pendidikan wajib memberikan pemahaman tentang standar isi dan proses
pendidikan SD. Asistensi tetap dilakukan sampai pada tahap akhir, yaitu
dokumen kurikulum SD sekolahrumah. Sedangkan pada aspek evaluasi belajar,
maka pihak dinas pendidikan memberikan kisi-kisi soal evaluasi yang akan
dikembangkan oleh sekolahrumah.

Penyelenggaraan sekolahrumah bermitra dilakukan melalui prosedur:


(1) pihak penyelenggara melakukan konsultasi dengan dinas pendidikan kab/
kota, menyampaikan secara lisan dan tertulis tentang latar belakang, maksud,
dan tujuan penyelenggaraan lah yang akan diajak bermitra, misalnya yang akan
diselenggarakan adalah sekolahrumah SD, maka menjajaki SD-SD yang dapat
diajak bekerja sama terutama nantinya pada saat melaksanakan PBM,
mengembangkan kurikulum dan evaluasi belajar; (3) menentukan calon SD
yang akan dijadikan mitra dalam penyelenggaraan sekolahrumah; (4) menyusun
surat pemberitahuan kepada dinas pendidikan dengan ditembuskan kepada
pengawas sekolah, UPT SD PAUD/ Dikpora kecamatan, serta sekolah mitra
terkait dengan penyelenggaraan sekolahrumah bermitra; (5) menyusun jadwal
pembelajaran sekolahrumah, membuat kalender pendidikan dan program
belajar yang khas namun tetap merujuk kepada kurikulum pendidikan nasional;
(6) melakukan konsultasi dan diskusi dengan sekolah mitra terkait dengan
perkembangan belajar sekolahrumah; (7) menyusun program evaluasi belajar

39
yang terpadu dengan sekolah mitra, artinya sekolah mitra wajib menyampaikan
juga tentang jadwal kegiatan evaluasi belajar yang selanjutnya pihak
penyelenggara sekolahrumah menindaklanjuti jadwal tersebut; (8) menyusun
laporan perkembangan belajar . atau ketercapaian hasil belajar atau ketuntasan
belajar secara periodik kepada dinas pendidikan ditembusakan kepada sekolah
mitra, UPT SD PAUD/ Dikpora dan pengawas sekolah setempat Salah satu
keuntungan model penyelenggaraan sekolahrumah bermitra adalah (1)
terbantunya penyelenggra sekolahrumah dalam hal penyelenggaraannya, (2)
terdapatnya komunikasi yang intensif antara pihak penyelenggara dengan pihak
dinas pendidikan yang dalam hal ini tentunya dengan pengawas sekolah, (3)
peran sekolah mitra menjadi sentral dalam proses teknis yaitu penyusunan
perangkat pembalajaran, pengembangn kurikulum dan kegiatan evaluasi
belajar. Pada tahap ini memang peran penyelenggara sekolahrumah lebih
bersifat memfasilitasi, sedangkan pihak sekolahrumah lebih bersifat “kontrol”
terhadap proses pelaksanaannya. Bahwa sekolahrumah dengan tipe bermitra
merupakan model sekolah rumah yang sangat mudah dan cukup mudah karena
pada model ini, peran mitra sangat membantu penyelenggara di-mulai dari
tahap awal perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi belajar. Gambar
2 merupakan ilustrasi model penyelenggaraan sekolahrumah bermitra.

Pendirian sekolah rumah harus didahului dengan kegiatan perencanaan


yang matang. Perencanaan tersebut harus merujuk kepada konstruksi kurikulum
pendidikan yang berlaku secara nasional, karena setiap penyelenggaraan
pendidikan harus merujuk kepada aturan yang ada. Kurikulum yang ada
dicermati kemudian dilakukan analisis secara cermat Analisis terhadap isi dan
proses pendidikan akan memberikan arah yang jelas mau kemana sekolahrumah
yang akan diadakan. Setelah tahap analisis kurikulum maka, pada tahap
selanjutnya adalah menentukan pokok materi inti yang akan diajarkan atau
dipilih sebagai pelajaran utama. Untuk tahap perencanaan selanjutnya adalah
mempersiapkan tenaga pengajar yang memenuhi kriteria sebagai ditetapkan

40
dalam PP nomor 19 tahun 2005. Perekrutan tenaga pendidik menjadi hal yang
penting karena akan menentukan kualitas pembelajaran. Pendidik yang akan
direkrut haruslah memenuhi standar kompetensi yang ditentukan. Kemudian,
setelah itu menentukan lokasi atau tempat dilaksanakannya PBM. Lokasi yang
dipilih bisa di rumah atau di luar rumah yang sudah disepakati. Membuat
jadwal setiap pertemuan juga harus dilakukan, menyertakan waktu dan bentuk
kegiatan pembelajaran yang lengkap. Tahap perencanaan selanjutnya adalah
kebutuhan sarana belajar yang dibutuhkan untuk mendukung PBM, misalnya
buku ajar, buku pelajaran, papan tulis, LCD, laptop, meja kursi belajar dan alat
bantu mengajar/ KIT berbentuk bahan praktikum IPA/ kimia, matematika,
bahasa dan lain-lain. Pihak penyelenggara juga harus membuat perencanaan
tentang program belajar yang salah satunya memuat kalender akademik
pembelajaran. Dalam rencana program belajar, tentunya program harus disusun
secara bersama antara guru-anakorang tua. Menghitung secara detail terkait
dengan bentuk kegiatan belajar dan target pencapaian hasil belajarnya.
Perencanaan yang tak kalah pentingnya adalah menyusun evaluasi belajar.
Evaluasi belajar yang disusun harus megacu kepada kisi-kisi evaluasi kualitas
dan akuntabilitas kegiatan evaluasi belajar yang ada di sekolahrumah.
Perencanaan pendirian atau penyelenggaraan sekolahrumah pada prinsipnya
dimulai dari kegiatan terkait dengan kurikulum, program belajar, sarana yang
dilakukan harus cermat dengan menggunakan salahnya jika pelaku/

41
penyelenggara melakukan konsultasi atau diskusi terfokus dengan dinas
pendidikan kan sebagai naskah empirik terhadap kelayakan atau kebutuhan
penyelenggaraan sekolahrumah. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat penulis
ilustrasikan tentang proses perencanaan sekolahrumah ke dalam gambar 3.

G. Pondok Pesantren
Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia
yang telah eksis sejak abad ke 16 menjadi salah satu pioner dalam menerapkan
nilai-nilai kemoderatan Islam di Indonesia. Walaupun trend dan gagasan Moderasi
Islam baru muncul dan mencuak pada abad ke 19-20, Pesantren telah
mempresentasikan kemoderatan dalam aktifitas pendidikan dan keseharian santri-
santrinya. Hal ini dapat terlihat dari beberapa hal mendasar sebagai berikut:
Tahapan proses pemberian izin pendirian pesantren dilakukan melalui
mekanisme sebagai berikut : Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan
Islam Nomor 5877 Tahun 2014 tentang Pedoman Izin Operasional Pondok
Pesantren, terkait pengusulan pendirian Pondok Pesantren baru perlu
memperhatikan beberapa hal dibawah ini :

1) Usulan dari Penyelenggara


Masyarakat yang hendak mengajukan izin operasional pondok
pesantren baik melalui yayasan maupun badan hukum lainnya mengajukan

42
ke Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota setempat. Persyaratan yang
harus dipenuhi adalah sebagai berikut : Memiliki kelengkapan 5 (lima) unsur
pokok pesantren, yakni memiliki :
a) Kyai, tuan guru, gurutta/anre gurutta, inyiak, syekh, ajeuangan, ustad
atau sebutan lain sesuai kekhasan wilayah masing-masing sebagai figur,
teladan dan/atau sekaligus pengasuh yang dipersyaratkan wajib
berpendidikan pondok pesantren.
b) Santri yang mukim di pesantren minimal 15 (lima belas) orang
c) Pondok atau asrama
d) Masjid, mushalla, dan
e) Kajian kitab atau dirasah islamiyah dengan pola pendidikan mu`allimin

Mengembangkan jiwa atau karakteristik pesantren terutama pada


aspek jiwa NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan
Nasionalisme, Pesantren harus menjunjung tinggi nilai-nilai keindonesiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan persatuan yang didasarkan atas NKRI,
Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika; Memiliki legalitas hukum
yang sah baik berupa yayasan atau lainnya yang dibuktikan dengan akta
notaris dan nomor pokok wajib pajak (NPWP) yang masih berlaku;
Memiliki bukti kepemilikan tanah milik atau wakaf yang sah atas nama
yayasan atau lembaga yang mengusulakn izin operasional; Memiliki
susunan pengurus yayasan / lembaga yang cukup; Memiliki surat
keterangan domisili dari kantor kelurahan / desa setempat; Mendapatkan
surat rekomendasi izin operasional dari Kantor Urusan Agama (KUA)
setempat; Mengajukan surat permohonan izin operasional pesantren kepada
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, sesuai dengan
keberadaan lokasi bangunan pesantren. Secara prinsip, pengusulan izin
operasional pesantren didasarkan pada keberadaan lokasi bangunan
pesantren. Oleh karenannya tidak dibenarkan pengusulan izin operasional
pesantren kepada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota yang

43
berbeda dengan lokasi bangunan pesantren yang diusulkan. Demikian juga,
tidak dibenarkan pengusulan satu izin operasional pesantren untuk
pesantren cabang yang berada di kabupaten yang berbeda. Mengisi
formulir yang telah disediakan

2) Verifikasi oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota


Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota diwajibkan untuk
melakukan verifikasi lapangan atas data-data yang diajukan oleh pengusul.
Verifikasi ini dimaksudkan untuk memastikan kesesuaian antara data yang
diajukan dengan fakta-fakta di lapangan, Verifikasi atas usulan pengajuan
ini dilakukan selambat-lambatnya dilakukan 4 x 7 hari jam kerja setelah
berkas usulan lengkap diterima, Hasil verifikasi yang dilakukan
menghasilkan kesimpulan apakah usulan permohonan izin operasional ini
diterima atau ditolak, Bagi hasil verifikasi yang diterima, Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota segera menerbitkan Surat Keputusan
dan menerbitkan piagam izin operasional pondok pesantren yang
diserahterimakan kepada pengusul selambat-lambatnya 2 x 7 hari jam kerja
setelah verifikasi dilaksanakan Bagi hasil verifikasi yang ditolak, Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota memberikan surat keterangan yang
menjelaskan tentang alasan penolakannya. Setelah diberikan surat
keterangan hasil verifikasi, pengusul dapat mengajukan kembali
permohonan izin operasional pondok pesantren setelah memenuhi
kekurangan dalam hasil verifikasi
3) Izin Operasional Pesantren
Surat izin operasional dibatasi waktu selama 5 (lima) tahun, Enam
bulan sebelum masa izin operasional berakhir, pondok pesantren
bersangkutan berkewajiban untuk mengajukan perpanjanga izin operasional
kembali Kepada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota sebagaimana
mengusulkan izin operasional pertama kali. Izin operasional pesantren
merupakan legalitas yang sah atas sebuah institusi dinamakan pesantren

44
dalam perspektif negara. Izin operasional pesantren ini merupakan izin
operasional induk yang tidak secara otomatis menjadi izin operasional atas
satuan atau layanan pendidikan lainnya yang melekat pada pesantren. Jika
pihak lembaga akan menyelenggarakan satuan atau bentuk layanan
pendidikan lainnya yang melekat pada pesantren, maka satuan atau bentuk
layanan pendidikan dimaksud harus mengajukan tersendiri sesuai dengan
ketetntuan lain yang berlaku. Izin operasional pesantren hanya diberlakukan
pada pondok pesantren yang keberadaan lokasinya disebutkan dalam izin
operasional dimaksud. Dengan demikian izin operasional pondok pesantren
tidak berlaku pada pesantren yang berbeda alamatnya atau pesantren-
pesantren cabang. Pesantren yang alamatnya berbeda atau pesantren cabang
diberlakukan seperti halnya pesantren yang berdiri sendiri.

H. Panti Sosial
Standar Nasional Pengasuhan untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
merupakan instrumen penting dalam kebijakan pengaturan pengasuhan alternatif
untuk anak. Pengasuhan anak melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak perlu
diatur agar tata cara dan prosedur pengasuhan yang diberikan oleh Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak sejalan dengan kerangka kerja nasional pengasuhan
alternatif untuk anak dan lembaga-lembaga tersebut dapat berperan secara tepat.
Standar Nasional Pengasuhan untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak
merupakan instrumen penting dalam kebijakan pengaturan pengasuhan alternatif
untuk anak. Pengasuhan anak melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak perlu
diatur agar tata cara dan prosedur pengasuhan yang diberikan oleh Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak sejalan dengan kerangka kerja nasional pengasuhan
alternatif untuk anak dan lembaga-lembaga tersebut dapat berperan secara tepat.
Panti Sosial merupakan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Departemen Sosial yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, sehari-hari secara fungsional
dibina oleh para Direktur terkait sesuai dengan bidang tugasnya.

45
Standar Pelayanan Izin Mendirikan Panti Sosial:

 Dasar Hukum
1) Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
2) Peraturan Pemerintah No.39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial
3) Permensos No.184 Tahun 2011 tentang Lembaga Kesejahteraan Sosial
4) Permensos No.05 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Rehabilitasi
Sosial Lanjut Usia
 Persyaratan
1) Mengisi Formulir
2) Surat Keterangan dari Kelurahan setempat (asli)
3) Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pimpinan Panti
4) Foto copy Tanda Lunas PBB Tahun Terakhir
5) Foto copy IMB an. Panti (jika bangunan milik panti), jika milik orang
lain, foto copy kontrak sewa bangunan.
6) Surat Keterangan Tanah , salah satu dari dokumen berikut :
7) Foto copy sertifikat tanah
8) Surat kuasa (bagi pemohon yang bukan nama dalam sertifikat).
9) Surat kesepakatan (jika nama sertifikat lebih dari satu).
10) Surat Pernyataan Kepala Waris (jika tanah milik kaum).
11) Surat Keterangan (untuk tanah yang belum terdaftar/bersertifikat).
12) Profil Panti, yang memuat : struktur organisasi panti, susunan pengurus,
program kerja beserta data dan foto warga binaan
13) Foto copy akta panti yang diterbitkan notaris.
14) Rekomendasi dari Dinas Sosial setempat

 Sistem, mekanisme dan Prosedur

46
1) Pemohon yang mengurus izin melalui layanan mandiri.
2) Pemohon mendatangi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu, langsung menuju petugas informasi
3) Petugas memberikan informasi tentang pengajuan perizinan, kemudian
mengarahkan pemohon ke kursi tunggu
4) Petugas memanggil pemohon, kemudian menerima dan memeriksa berkas
permohonan, jika tidak lengkap dikembalikan kepada pemohon untuk
dilengkapi, jika lengkap langsung diagendakan dan memberikan tanda
terima kepada pemohon, kemudian pemohon difoto, selanjutnya
permohonan beserta persyaratannya diserahkan kepada Kasi untuk
diverifikasi kembali.
5) Kasi memeriksa berkas permohonan Izin Mendirikan Panti Sosial, jika
tidak lengkap dikembalikan kepada Petugas FO, jika lengkap berkas
permohonan dikirim ke Dinas Sosial untuk meminta rekomendasi.
6) Dinas Sosial, memverifikasi permohonan rekomendasi beserta lampiran
persyaratannya, jika tidak lengkap dikembalikan ke DPMPTSP/DPM-
PTSP untuk dilengkapi dan jika lengkap diagendakan, selanjutnya
diproses sesuai SOP- Dinas Sosial, kemudian diterbitkan rekomendasi,
lalu dikirimkan ke DPMPTSP ( Back Office ).
7) Petugas BO mengetik Izin Mendirikan Panti Sosial selanjutnya mencetak
SK dan Kutipan kemudian diserahkan kepada Kasi untuk diverifikasi dan
diparaf. Kasi memeriksa dan memverifikasi berkas permohonan, SK dan
Kutipan Izin Mendirikan Panti Sosial, jika ada salah cetak dikembalikan
kepada
8) Petugas BO untuk diperbaiki, jika sudah benar diparaf lalu diserahkan
kepada Kabid untuk diparaf.
9) Kabid memeriksa ulang berkas permohonan, SK dan Kutipannya, jika ada
salah cetak dikembalikan kepada Kasi untuk diperbaiki, jika sudah benar,
diparaf lalu diserahkan kepada Sekretaris.

47
10) Sekretaris memaraf Izin Mendirikan Panti Sosial, kemudian diserahkan
kepada Kadis untuk ditandatangani.
11) Kadis menandatangani SK dan Kutipan Izin Mendirikan Panti Sosial,
selanjutnya diserahkan kepada Petugas BO.
12) Petugas BO men-scan semua lembaran permohonan, persyaratan, SK dan
Izin Mendirikan Panti Sosial yang sudah ditandatangani Kadis,
selanjutnya semua lembaran permohonan dan persyaratannya disimpan
diruang arsip berdasarkan nomor urut SK, kemudian petugas BO
membuat Kartu Indentitas Pemohon dan Stiker Izin, lalu diserahlan ke
Petugas FO.
13) Petugas FO menerima Kutipan Izin Mendirikan Panti Sosial, Kartu
Indentitas Pemohon dan Stiker Izin dari Petugas BO untuk diserahkan
kepada Pemohon.
14) Pemohon menerima Kutipan Izin Mendirikan Panti Sosial Kartu
Indentitas Pemohon dan Stiker Izin dari Petugas FO.

48
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan oengetahuan dan/atau
wawasan manusia. Pendidikan dapat diperoleh melalui tindakan atau pengalaman yang
dilalui manusia. Selain itu, pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu proses
pembelajaran yang dilakukan oleh seorang individu untuk memperoleh pengetahuan
baru, sehinga individu tersebut dapat menjadi seorang yang lebih unggul.
Terdapat tiga jalur pendidikan atau jenis pendidikan yang ada di Indonesia, yakni
pendidikan formal, nonformal dan pendidikan informal. Pendidikan formal dapat
diartikan sebgai pendidikan yang tersusun secara sistemtasi dan biasanya pendidikan
formal dilakukan dalam suatu ruang kelas. Pendidikan nonformal merupakan pendidikan
yang berjenjang, tidak memandang usia dan terjadi di lingkungan masyarakat serta
merupakan pendidikan yang di luar pendidikan formal. Sedangkan pendidikan informal
sendiri merupoakan pendidikan yang dilakukan oleh orang tua kepada anakanya, dan
terjadi pada lingkungan keluarga. Pendidikan formal dilakukan orang tua dengan tujuan
membentuka nilai moral, etika, agama, dan estetika anak.
Pada setiap jalur pendidikan di Indonesia, tentunya memiliki contoh yang berbeda.
Misalnya saja pada pendidikan formal, pada pendidikan formal dapat kita lihat melalui
pendidikan dasar (SD), sekolah mengenah pertama (SMP), sekolah menengah atas
(SMA), bahkan sampai ke perguruan tinggi. Kemudian pada pendidikan nonformal
dapat kita lihat melalui pendidikan keterampilan, pendidikan keaksaraan, dan pelatihan
kursus. Pada setiap contoh lembaga pendidikan tentunya memiliki syarat pendirian
lembaga yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak penanggung jawab. Syarat
pendirian lembaga memang tidak mudah, maka dari itu perlu wawasan kuas untuk bisa
mendirikan suatu lembaga pendidikan di masyarakat.

B. Saran
Suatu lembaga pendidikan masing-masing memiliki cirinya sendiri, memiliki
karakteristiknya masing-masing. Begitu juga dalam mendirikan suatu lembaga

49
pendidikan di masyarakat, baik pendidikan formal, informal maupun nonformal. Untuk
mendirikan suatu lembaga dibutuhkan sebuah persyaratan yang harus dipenuhi oeh
penanggung jawab. Untuk penulis memberikan saran, agar dalam memenuhi syarat
pendirian suatu lembaga pendidikan ada baiknya memenuhi semua persyaratan dengan
benar dan tepat. Serta kejujuran yang paling utama.

50
Daftar Pustaka

Ahmad, dkk. 2022. Standar Pengelolaan Pendidikan Non-Formal Ditinjau dari Perspektif
Akreditasi. Jurnal Sustainable, 5 (1), 42-49.

Amiruddin, A. 2019. Mengkonsep Pendidikan Murah Berkualitas. Jurnal Karimun, 7 (1),


29-42.

An-Nawawi, Adurrahman. 1989. Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam: Dalam


Keluarga, Di Sekolah dan Di Masyarakat. Bandung: cv. Dipenogoro
Cahaya.

Danim, S. (2003). Agenda pembaruan sistem pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Ofset

Danim, Sudarwan. Visi baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Depertemen Sosial RI,”Acuan Umum Pelayanan Sosial Anak di Panti Asuhan Sosial
Anak”. Jakarta: Depsos RI 2004.

Dinas Pendidikan Mojokerjo. 2020. Mengintegrasikan Layanan Pendidikan Non-Formal


Dalam sistem Pendidikan Formal.
https://dispendik.mojokertokab.go.id/mengintegrasikan-layanan-pendidikan-non-
formal-dalam-sistem-pendidikan-
formal/#:~:text=Berdasarkan%20beberapa%20definisi%20pendidikan%20nonform
al,system%20pendidikan%20formal%20(sekolah) . Diakses pada 28 Oktober 2022

Esa, E. (2002). Introduction to early childhood education. Delmar: Albany

Hasanah, Nurul Maziyatul. 2019. Penyelenggaraan Jalur Pendidikan Formal dan Nonformal
(Studi Kasus di PAUD Terpadu Salsabila Al-Muthi’in Yogyakarta. Journal of Early
Chilhood Education and Development, 1 (2), 84-97.

51
Hatimah, Ihat. 2016. Regulasi dan Implementasi Pendidikan Informal. Jurnal Ilmu
Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia

Husaman, dkk. 2019. Pengantar Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Tersedia di google books.
https://www.google.co.id/books/edition/Pengantar_PENDIDIKAN/iTRxEAAAQB
AJ?hl=en&gbpv=1&dq=pendidikan&pg=PA139&printsec=frontcover

Interpratama Offset Padmonodewo, S. (2003). Pendidikan anak prasekolah. Jakarta: Rineka


Cipta

Khairuddin. 1985. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Nur

Lupiyoadi, A dan Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. (2th ed). Jakarta: Salemba
Empat

Maholtra, Naresh K. 2005. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT. Indeks
Kelompok Gramedia.

Marshall, Greg W dan Johnston, Mark W. 2010. Essentials of Marketing Management.


New
York: MC Graw Hill International Edition.

Moedjiarto. Karakteristik Sekolah Unggul. Bandung: Duta graham Pustaka, 2002.

Mowen, John dan Minor, Michael. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta:
PT.
Erlangga.

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi. 2022. Pelayanan Izin Pendirian SD Swasta
dan Negeri Kota Semarang. https://ppid.semarangkota.go.id/kb/pelayanan-izin-
pendirian-sd-swasta-dan-negeri-kota-semarang/ diakses pada 3 November.

Peraturan Pemerintah N0 4 Tahun 2022 tentang Standar Nasional Pendidikan

Prasetijo, Ristiayanti dan Ihalauw, John J.O.I. 2005. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Andi
Offset.

52
Prawiradilaga, D.S., & Siregar, E. (2004). Mozaik teknologi pendidikan. Jakarta: Fajar

Sanapiah, F. (2006). Kebutuhan program PLS. Makalah disampaikan pada seminar PLS
dalam rangka Dies Natalis Universitas Negeri Gorontalo, September 2006

Schiffman, Leon dan Kanuk, Leslie Lazar. 2007. Perilaku Konsumen. Edisi Ketujuh.
Jakarta: Indeks.

Schiffman, Leon G dan Leslie, Lazar Kanuk. 2004. Perilaku Konsumen. Alih Bahasa Oleh
Zoelkifli Kasip. Edisi Ketujuh. Jakarta: PT. Indeks Gramedia.

Setiadi, Nugroho. 2010. Perilaku Konsumen (4nd ed). Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Siti Fatimah, “analisia manajemen insani berbasis kopetensi di panti asuhan dan pondok
pesantren arodiah semarang”. Jurusan manejemen dakwah, uin sunan kalijaga edisi
Yogyakarta, januari-juni, Jurnal MD, 2016- ejournal. Uin-suka.ac.id.

Soekanro. Soerjono.1992.Sosiologi Keluarga: Tantangan Ikhwal Keluarga Remaja dan


Anak.
Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Soemantri, B. (2008). Kebijkan peningkatan mutu PTK PNF. Paparan disampaikan pada
kegiatan forum ilmiah PTK PNF, Hotel Sahid Jakarta, Jakarta 29 Juli 2008

Sugianto. 2010. Model-model Pembeljaran Inovatif. Surakarta:Yuma Pustaka

Suharjo.2006.Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar teori dan praktek. Jakarta: Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi

Suntrock, W. (1998). Child development. 8th Edition.

Supranto, J. 2004. Analisis Multivariate (Arti dan Interpretasi). Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Bandung: PT Imperial Bhakti Utama. Tersedia di Google Books.
https://www.google.co.id/books/edition/Ilmu_dan_aplikasi_pendidikan/B8cfnF69lO

53
EC?hl=en&gbpv=1&dq=pendidikan+formal,+non+formal+dan+informal&pg=PA1
1&printsec=frontcover

Tirta, Rizky Danu, and S. T. Suryaning Setyowati. Sekolah Vokasi Universitas


Diponegoro di Tembalang Semarang. Diss. Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2020.

Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran (3rd ed). Yogyakarta: Andi Offset.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003. Sistem pendidikan nasional.


Jakarta: CV. Eko Jaya

UU no 20 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

UUSPN No.20 tahun 2003 pasal 7 terlait hak dan kewajiban orang tua

Widoyoko, Eko Putra. 2013. Teknik Penyusunan Instrument Penelitian. Yogyakarta:


Pustaka
Pelajar.

Winarno Surakhmad, dkk. 2003. Mengurai Benang Kusut Pendidikan.Jakarta:


Transformasi. Hasan Said Hamid, dkk. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan
Metodologi Pembelajaran Berdasarkan NilaiNilai Budaya Untuk
Membentuk
Daya Saing Dan Karakter Bangsa: Jakarta: Kemendiknas.

Yulaelawati, E. (2012). Kebijakan, perundangan, dan pelaksanaan PKBM di Indonesia.


Makalah disampaikan pada seminar internasional PKBM, Jakarta 26-29 April 2012

54

Anda mungkin juga menyukai