Makalah ini disusun sebagai tugas mata pelajaran Ilmu Hadits yang dibimbing oleh
Bapak Diantriana,M.Pd.I
Oleh :
– اﻟﻤﻮﺿﻮعAl-maudhu’ – Secara bahasa adalah isim maf’ul dari وَ ﺿَ ـ َﻊ ﯾَﻀَ ـﻊyang memiliki
beberapa arti, di antaranya: – اﻹﺳﻘﺎطmenggugurkan atau membatalkan – اﻻﺧﺘﻼق واﻻﻓﺘﺮاء
mengada-ada atau merekayasa dan memalsukan, membuat-buat dan mereka-reka.
Menurut istilah, hadits maudhu’ adalah suatu kedustaan dan kepalsuan yang disandar-
kan kepada Rasulullah yang tidak pernah dikatakan atau ditetapkan oleh Rasulullah.
Hadits maudhu’ merupakan hadits dha’if yang paling rendah dan paling buruk dan se-
bagian ulama mengangapnya terpisah, bukan bagian dari jenis-jenis hadits dha’if. Para
ulama sepakat bahwa hokum membuat dan meriwayatkan hadits maudhu’ dengan sengaja
hukumnya haram. Rasulullah bersabda :
ﻣَﻦْ َﻛﺬَبَ َﻋﻠَ ﱠﻲ ُﻣﺘَ َﻌ ﱢﻤﺪًا ﻓَ ْﻠﯿَﺘَﺒَ ﱠﻮ ْأ َﻣ ْﻘ َﻌ َﺪهُ ﻣِﻦْ اﻟﻨﱠﺎ ِر
“Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia mengambil
tempat duduknya di Neraka”
C. Sejarah muncul atau terciptanya Hadis Maudhu’
Hadits maudhu’ atau hadis-hadis palsu muncul pada era sahabat, tepatnya tahun 41 H
pada masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib . Berawal pada peristiwa terbunuhnya Usman bin
Affan yang berdampak terjadi kekacauan politik antara kedua golongan, yakni golongan
Ali bin Abi Thalib dan golongan Muawiyah hingga terjadinya perang Siffin yang berujung
pada peristiwa arbitrase (tahkim) dan menimbulkan perpecahan dalam kelompok-ke-
lompok Islam dan memunculkan Golongan-golongan Khawarij, Syiah dan Muawiyah.
Hadits maudhu’ atau hadits palsu dapat diketahui melalui beberapa cara berikut ini:
“Kita telah pulang dari jihad ashghor (yang paling kecil) menuju kepada jihad akbar
(yang paling besar).”
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “ini adalah ucapan Ibrahim bin ‘Ablah
(seorang Tabi’in) dan bukan hadits.”
2. Hadits Maudhu / hadits palsu tentang mencari rezeki
ِﺐ اﻟﺤﻼل
ِ إنﱠ ﷲَ ﯾﺤﺐﱡ أن ﯾﺮى ﻋﺒﺪَه ﺗﻌﺒًﺎ ﻓﻲ طﻠ
“Sesungguhnya Allah suka melihat hamba-Nya yang lelah dalam mencari rezeki yang
halal.”
Riwayat hadits tersebut adalah maudhu’. Al-Hafizh al-Iraqi mengatakan bahwa da-
lam sanadnya terdapat Muhammad bin Sahl Al-Aththar. Ad-Daruquthni menyatakan
bahwa al-Aththar adalah pemalsu hadits.
3. Hadits Maudhu / hadits palsu tentang cinta tanah air
Dinyatakan oleh Ash-Shaghani bahwa hadits ini maudhu’. Disamping itu maknanya
tidak benar. Sebab mencintai tanah air sama dengan mencintai jiwa raga dan harta
benda. Itu adalah hal yang naluriah bagi setiap insan dan tidak perlu diagung-agungkan.
4. Hadits Maudhu / hadits palsu tentang ikhtilaf ummat
Imam As-Subki mengatakan, “Hadits tersebut tidak dikenal di kalangan para pakar
hadits dan saya pun tidak menjumpai sanadnya yang shahih, dha’if ataupun maudhu’
5. Hadits Maudhu / hadits palsu tentang mengenal diri sendiri
Hadits ini tidak ada sumbernya menurut Imam Nawawi. Ibnu Taimiyah menyatakan
ini hadits maudhu’.
6. Hadits Maudhu / hadits palsu tentang tafakkur
Hadits ini maudhu’. Diriwayatkan oleh Ibnul jauzi dalam kitab al-Maudhu’at
dengan sanad dari Utsman bin Abdullah al-Qurasyi dari ishaq bin Najih al-Multhi, dari
atha’ Al-Khurasani dari Abu Hurairah. Ibnul Jauzi berkata, “Utsman dan gurunya ada-
lah pendusta.”
Daftar Pustaka