Anda di halaman 1dari 8

Memilih Saham Bank Terbaik di Indonesia dengan Metode AHP

1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Saham adalah bukti kepemilikan nilai sebuah perusahaan atau bukti penyertaan modal.
Pemilik saham juga memiliki hak untuk mendapatkan dividen sesuai dengan jumlah saham
yang dimilikinya. Dengan memegang saham, maka individu maupun badan bisa
mengeklaim kepemilikan pada suatu perusahaan terbuka. Artinya, pemegang saham berapa
pun jumlah lembar yang dimilikinya berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Namun memilih saham untuk investasi, menjadi hal yang rumit. Kebanyakan dari
mereka bingung antara mau ikut dengan rumor dan saham yang paling ramai
diperdagangkan, atau mencari saham yang tahan banting dalam kondisi apapun. Apalagi,
biasanya investor baru yang belum memiliki pengalaman dan sedikit pengetahuan untuk
masuk ke pasar saham, tapi langsung mendulang cuan bisa panik dan kapok ketika
mendapati portofolionya turun. OJK mencatat terjadi peningkatan jumlah investor  pasar
modal secara signifikan di sepanjang tahun 2021. Per 29 Desember 2021, jumlah investor
sebanyak 7,48 juta atau meningkat sebesar 92,70 persen dibandingkan akhir tahun 2020
yang tercatat hanya sebesar 3,88 juta.

2. Tinjauan Pustaka
a. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.
Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk
pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang
banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang
menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau
pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan
menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan
perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) (PT. Bursa Efek Indonesia, 2018).
b. Analytical Hierarchy Process (AHP)
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode yang digunakan untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan pengambilan keputusan menggunakan alternatif.
Metode ini dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, yang merupakan teori pengukuran
umum untuk mendapatkan skala rasio dari perbandingan berpasangan diskrit dan kontinu
(Saaty, 1987). Permasalahan pada AHP biasanya yang tidak mempunyai struktur, yang
terukur (kuantitatif), yang memerlukan judgement maupun pada situasi yang kompleks
atau tidak terkerangka, pada situasi dimana informasi sangat minim dan hanya bersifat
kualitatif yang didasari oleh persepsi, pengalaman ataupun intuisi (Özbek 2015).
Beberapa tahapan AHP adalah sebagai berikut (Taherdoost 2017):
1) Mendefinisikan masalah dan tujuan pengambilan keputusan yang dibentuk struktur
hierarki berdasarkan elemen pengambilan keputusan tersebut.
2) Melaukan perbandingan berpasangan untuk mengambarkan pengaruh setiap elemen
terhadap tujuan atau kriteria. Skala berpasangan tersebut berdasarkan nilai
kepentingan seperti yang tersaji pada tabel 2.6 berikut ini.
Tabel Comparative Judgment
Intensity of Definition Explanation
importance
1 Equal importance Two activities contribute equally to the
objective
2 Weak or slight
3 Moderate Experience and judgment slightly favor one
importance activities over another
4 Moderateplus
5 Strong Experience and judgment strongly favor one
importance activity over another
6 Strong plus
7 Very strong An activity is favored very strongly over another
8 Very, very strong
9 Extreme The evidence favoring one activity over another
importance is of the highest possible order of affirmation
Sumber: Saaty’s 1-9 scale of pairwise comparisons
3) Melakukan perhitungan eigen dan pengujian konsistensi. Apabila matriks tidak
kompatibel maka perhitungan harus diulangi beberapa kali. Berikut adalah rumus
untuk menghitung konsistensi.
λmax −n
Indeks Konsistensi(CI )=
n−1
CI
Consistency Ratio(CR)=
RI
Nilai Random Consistency Index (RI) terkait dengan dimensi matriks tersaji pada
tabel Average Random Consistency Index Jika rasio konsistensi lebih rendah dari
0,10 maka membuktikan bahwa hasil perbandingan dapat diterima atau konsisten.
Tabel 2.7 Average Random Consistency Index

Size of matrix 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,3 1,41 1,45 1,49
2
4) Melakukan perhitungan vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan
agar dapat menentukan prioritas elemen pada tingkat hierarki terendah sampai
mencapai tujuan.

3. Desain Penelitian
Kerangka pikir pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
Gambar AHP Model untuk mengevaluasi saham bank terbaik di Indonesia.
4. Analisis Data
a. Analisis Keuangan
Berdasarkan data dari laporan tahunan masing-masing bank diperoleh data nilai
keuangan setiap indikator sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel Data Parameter Keuangan

Aktivitas
Solvabilitas Likuiditas Profitabilitas Profitabilitas
Banks (Total Asset
(Total DER) (CR) (ROA) (NPM)
Turn Over)
BBRI 4,8% 1,16 1,678.1 T 1,85% 17,31%
BMRI 7,35% 1,11 1,725.6 T 1,62% 22,11%
BBCA 5,06% 1,0 1,228.3 T 2,56% 35,72%
BBNI 6,77% 1,13 964,8 T 1,13% 17,44%
Sumber : .indopremier dan RTI Analytic

Berdasarkan tabel Data Parameter Keuangan :

a. Total debt to equity (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan
equitas.

Perusahaan yang sehat secara keuangan ditunjukan dengan rasio DER di bawah angka 1
atau di bawah 100%, semakin rendah rasio DER maka semakin bagus. DER yang rendah
menunjukan bahwa hutang/kewajiban perusahaan lebih kecil daripada seluruh aset yang
dimilikinya, sehingga dalam kondisi yang tidak diinginkan (misalnya bangkrut),
perusahaan masih dapat melunasi seluruh hutang/kewajibannya. Kondisi sebaliknya,
semakin tinggi DER menunjukkan komposisi jumlah hutang/kewajiban lebih besar
dibandingkan dengan jumlah seluruh modal bersih yang dimilikinya, sehingga
mengakibatkan beban perusahaan terhadap pihak luar besar juga. 

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwasanya BBRI mempunyai skala DER yang
paling rendah dibandingkan dengan bank kompetitornya yakni 4,8%.
b. Current Ratio (CR)
Current Ratio (CR) Merupakan rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek.

Jika rasio di atas 1, dalam analisis rasio likuiditas, itu berarti perusahaan aman untuk
membayar kewajiban lancarnya dengan menggunakan aset lancarnya. Dan jika rasionya
kurang dari satu itu berarti perusahaan bisa kesulitan membayar utangnya tepat waktu
kepada kreditor. Apabila rasio di angka lebih dari 3, itu berarti perusahaan tersebut tidak
dapat menggunakan aset yang dimiliki secara efisien serta tidak dapat mengelola modal
perusahaan dengan baik.
Berdasarkan tabel diatas, keempat bank tersebut diperkirakan memiliki posisi keuangan
yang aman dan mampu membayar piutang atau kewajibannya dalam membayarkan
hutangnya dikarenakan berada diatas kisaran angka 1. Dari ke 4 bank tersebut, BBRI
memiliki nilai CR yang paling tinggi yaitu 1,16.
c. Total Asset Turn Over
Total Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran
semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang
diperoleh dari tiap rupiah aktiva.

Semakin tinggi rasionya semakin efisien perusahaan tersebut menggunakan asetnya


untuk menghasilkan penjualan. Sebaliknya Rasio Perputaran Aset yang rendah
menandakan kurang efisiennya manajemen dalam menggunakan asetnya dan
kemungkinan besar adanya masalah manajemen ataupun produksinya.
Berdasarkan tabel diatas, BMRI memiliki Total asset turn over atau rasio perputaran asset
yang paling tinggi diantara yang lainnya yaitu sebesar 1,725.6 T.
d. ROA
Return On Asset (ROA) Suatu cara untuk mengukur seberapa banyak laba bersih yang
bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan.

Ditinjau dari nilai standar ROA yang baik yaitu harus di atas nilai 5,98%, jika nilai
tersebut di atas 5,98% berarti nilai ROA dapat dikategorikan baik, dan sebaliknya jika
nilai ROA berada di bawah 5,98% berarti nilai ROA tersebut dapat dikategorikan tidak
baik.

Berdasarkan tabel diatas, ke 4 bank tersebut berada di kondisi ROA yang tidak baik
karena nilainya berada dibawah 5,98%. Namun, diantara ke 4 bank tersebut BBCA
memiliki Nilai ROA yang paling tinggi yakni 2,56%.

e. NPM (Net Profit Margin)


Net Profit Margin digunakan untuk mengukur sebarapa besar ukuran keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang dihasilkan dari penjualannya.

Perusahaan dikatakan memiliki net profit margin yang baik apabila hasil perhitungannya
adalah lebih dari 5%. Semakin tinggi nilai net ini, maka perusahaan dinilai efisien untuk
menentukan harga penjualan produknya.
Berdasarkan tabel diatas, ke 4 bank tersebut memiliki Nilai NPM lebih dari 5% dan
dikatakan efisien dalam menentukan harga produknya. dan pada tabel diatas BBCA
memiliki nilai NPM paling tinggi dibanding bank lainnya yaitu sebesar 35,72%.
b. Performance Evaluation of Banks by AHP
1) Matriks Perbandingan Berpasangan dengan Skala Saaty
Tabel Bobot antar Kriteria
DER CR TOTA ROA NPM
DER 1,00 3,00 5,00 0,20 0,33
CR 0,33 1,00 3,00 0,14 0,20
TOTA 0,20 0,33 1,00 0,11 0,14
ROA 5,00 7,00 9,00 1,00 3,00
NPM 3,00 5,00 7,00 0,33 1,00
Total 9,53 16,33 25,00 1,79 4,68
Sumber : Hasil analisis (2021)

Anda mungkin juga menyukai