Anda di halaman 1dari 31

TUGAS BESAR PELABUHAN

Laporan perencanaan dermaga pelabuhan SP3 kabupaten sorong

Disusun oleh :

Putri Arya Wardhani

142220119042

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH (UNIMUDA) SORONG
2021-2022
PERENCANAAN DERMAGA PELABUHAN SP3
KABUPATEN SORONG ,PAPUA BARAT

Putri Arya Wardhani,Inggit Biduri Bulan

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong
Jl. Kh.Ahmad Dahlan No.01, Mariyat Pantai, Aimas Kabupaten Sorong, Papua Barat-
98418,email : info@unimudasorong.ac.id phone : +62 811-4831-212
BAB 1

PENDAHULUAN

Pengertian
Pengertian Pelabuhan Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan
disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat berlabuh, bersandarnya kapal, naik
dan turun penumpang dan atau bongkar muat barang, hewan yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi. Dermaga merupakan suatu bagunan di
pelabuhan yang dibuat untuk menambatkan atau merapatkan kapal yang akan melakukan
bongkar atau memasukkan barang serta menaik-turunkan penumpang. Jadi bangunan ini
berperan sebagai penghubung kapal ke bagian darat.

Jenis- jenis Dermaga


Dermaga ini memiliki beberapa jenis. Hal ini dilihat berdasarkan fungsi atau kepentingan
pembangunan dermaga tersebut. Apa saja jenis-jenis dermaga tersebut? Berikut adalah beberapa
jenis dermaga yang perlu diketahui.

 Dermaga Barang Umum

Dermaga umum ini menjadi dermaga yang digunakan untuk kepentingan umum. Contohnya
adalah untuk temderpat memindahkan barang-barang umum seperti general cargo ke atas kapal.
Dengan begitu prosesnya lebih mudah dan cepat.
Contoh dermaga umum yang bisa kita ketahui adalah dermaga di pelabuhan Gilimanuk yang
menghubungkan transportasi laut antara Jawa dan Bali. Dermaga ini dimanfaatkan untuk
memindahkan penumpang dan muatan barang di pelabuhan tersebut.

 Dermaga Kapal Ikan

Jenis yang kedua ini juga banyak dibangun. Dermaga jenis ini digunakan untuk tempat singgah,
bersandar, dan memindahkan ikan-ikan yang berasal dari kapal ikan. Jadi dermaga kapal ikan
khusus dibuat untuk aktivitas perikanan. 

 Dermaga Curah

Dermaga ini digunakan untuk membongkar muatan barang curah. Barang curah tersebut
biasanya dibawa dengan menggunakan ban yang berjalan (conveyor belt). Barang-barang curah
tersebut merupakan barang pecah belah.
 Dermaga Peti Kemas
Jenis dermaga yang satu ini digunakan untuk membongkar atau memindahkan muatan
barang peti kemas. Pembongkaran atau pemindahan barang peti kemas tersebut biasanya
dibantu oleh penggunaan crane.

 Dermaga Marina

Jenis selanjutnya ada dermaga marina. Dermaga ini digunakan untuk tempat singgah dan
bersandarnya kapal pesiar dan speed boat. Penggunaan dermaga satu ini banyak
dimanfaatkan untuk kepentingan penting di area laut. 

 Dermaga Khusus

Yang terakhir adalah dermaga khusus. Dermaga ini berguna untuk membongkar muatan
barang-barang khusus. Beberapa barang yang termasuk barang khusus antara lain adalah
bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan sebagainya. 

Tipe Dermaga

Setelah mengetahui jenis-jenis dermaga, kini ada tipe-tipe dermaga yang wajib untuk
dikenali. Ada tiga macam tipe dermaga yang umum dikenali. Apa saja? Berikut adalah tipe-
tipe dermaga yang perlu Anda ketahui.

 Dermaga Quay Wall

Dermaga ini struktur atau pembangunannya sejajar dengan pantai, yakni berupa tembok
besar yang berdiri di atas pantai. Materialnya menggunakan sheet pile baja atau beton atau
caisson beton. Tipe dermaga ini disebut juga pelabuhan alam karena lokasinya tidak landai
dan tidak terlalu jauh.

 Dermaga Dolphin

Tipe dermaga yang kedua ini merupakan tempat bersandar kapal yang konstruksinya
terlihat seperti dolphin di atas tiang pancang. Lokasinya di pantai yang landai. Umumnya,
bangunannya disertai jembatan trestel dengan kedalaman sesuai kebutuhan.

 Dermaga System Jetty

Tipe dermaga ini disebut juga dermaga apung. Dermaga ini banyak digunakan untuk kapal-
kapal penumpang atau angkutan sungai serta danau yang tidak begitu membutuhkan
konstruksi tempat bersandar yang kuat. 
Fungsi Dermaga

Dermaga adalah sarana yang berfungsi untuk melayani penumpang dan barang dengan
kepentingan tertentu. Kepentingan ekonomi sepertinya menjadi kepentingan utama
pembangunan sarana transportasi di laut ini.
Berbagai barang, fasilitas bisa didistribusikan dengan mudah oleh kapal laut dan
dipindahkan sementara ke pelabuhan. Kemudian barang dan fasilitas tersebut bisa
disalurkan kepada masyarakat atau konsumen. Dalam hal ini, fungsi dermaga bisa merujuk
pada kepentingan perdagangan.

Ukuran Dermaga

i. Panjang Dermaga

Rumus umum panjang dermaga :

Lp = n Loa + (n-1) 15,00 + 50,00

Dengan Lp = panjang dermaga

N = jumlah kapal yang ditambat

Loa = panjang keseluruhan kapal yang ditambat

o Panjang dermaga I melayani 1 kapal


Lp2 = 1 (45,35) + (1-1) 15 + 50

= 95,35 m

o Panjang germaga II melayani 3 kapal

Lp1 = 3 (39,38) + (3-1) 15 + 50

= 198.14 m

Hal Yang Diperhatikan Dalam Pembangunan Dermaga Pelabuhan

Pembangunan dermaga sebaiknya memperhatikan kedalaman laut yang masih aman.


Dengan demikian, kapal dan para awaknya bisa dengan aman membongkar atau
memindahkan barang. Konstruksinya juga harus berasal dari bahan yang kuat dan mampu
menahan korosi air laut.
Kondisi gelombang dan topografi juga penting diperhatikan. Topografi tanah laut bisa
berpengaruh terhadap desain dermaga yang akan dibuat. Desainnya juga harus sesuai
dengan fungsinya. Selain itu, juga harus memperhatikan kondisi alam sekitar seperti
tumbuhan dan hewan laut yang ada disitu.
Desain dermaga juga dibuat demi keamanan. Dengan material serta perencanaan yang
sesuai dan matang, maka fungsi fasilitas ini bisa lebih optimal. Masalah-masalah di
lapangan yang tidak diinginkan pun akan bisa dihindari. 
Beban-beban yang bekerja di sekitar dermaga juga harus diatur agar seimbang. Hal ini
dikarenakan bisa saja gelombang air laut atau angin menyebabkan goyang. Kondisi
tersebut dikhawatirkan bisa mengganggu aktivitas yang sedang berjalan di atas dermaga.
Material utama dalam pembangunan ini menggunakan baja. Ada juga yang dilengkapi
dengan besi kuat. Material tersebut dianggap mampu menopang atau menahan beban
yang berat, sebagaimana kapal dan banyak barang atau penumpang akan melewati di
atasnya. 
Setelah membaca pembahasan di atas, apa Anda masih bingung tentang dermaga?
Dermaga adalah sarana pendukung transportasi air yang berguna untuk masyarakat luas.
Apalagi melihat banyaknya orang dari luar kota yang memanfaatkan dermaga untuk
berdagang, bepergian, dan aktivitas lainnya. 

Dermaga Pelabuhan SP3 kabupaten sorong

Tinjauan topografi dan geologi

Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan untuk membangun suatu
pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di masa mendatang. Daerah daratan harus
cukup luas untuk membangun suatu fasilitas pelabuhan seperti dermaga, jalan, gudang, dan juga
daerah industri. Kondisi geologi juga perlu diteliti mengenai sulit tidaknya melakukan
pengerukan daerah perairan dan kemungkinan menggunakan hasil pengerukan tersebut untuk
menimbun tempat lain.

Tinjauan sedimentasi

Pelabuhan harus dibuat sedemikian rupa sehingga sedimentasi yang terjadi harus sesedikit
mungkin. Proses erosi dan sedimentasi tergantung pada sedimen dasar dan pengaruh
hidrodinamika gelombang dan arus. Proses sedimentasi ini sulit ditanggulangi, oleh karena itu
masalah ini harus diteliti dengan baik untuk dapat memprediksi resiko pengendapan.

Tinjauan gelombang dan arus

Gelombang menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada kapal dan bangunan pelabuhan.
Untuk menghindari gangguan gelombang tersebut maka perlu dibuat bangunan pelindung pantai.
Tinggi gelombang dan kecepatan arus yang masuk di perairan pelabuhan nilainya harus sekecil
mungkin agar tidak mengganggu bongkar muat kapal di pelabuhan.

Analisis Data Angin

Lokasi : Stasiun Meteorologi Klas 1 Deo Sorong

Koordinat : Garis Lintang 00° 51’ Selatan


Garis Bujur 131° 15’ Timur
Elavasi 1 meter

Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Periode Tahun 2012-2021

Keterangan :
SATUAN : mm (Milimeter)
Curah Hujan Rendah : 0-100 mm/bulan
Curah Hujan Menengah : 100-300 mm/bulan
Curah Hujan Tinggi : 300-500 mm/bulan
Curah Hujan sangat Tinggi : > 500 mm/bulan
Lokasi : Stasiun Meteorologi Klas 1 Deo Sorong

Koordinat : Garis Lintang 00° 51’ Selatan


Garis Bujur 131° 15’ Timur
Elavasi 1 meter

KECEPATAN ANGIN RATA -RATA BULANAN PERIODE TAHUN 2012-2021

Tinjauan Pelayaran

Pelabuhan yang dibangun harus mudah dilalui kapal-kapal yang akan menggunakannya.
Diharapkan bahwa kapal-kapal yang sedang memasuki pelabuhan tidak mengalami dorongan
arus pada arah tegak lurus sisi kapal. Demikian juga, sedapat mungkin kapal-kapal harus
memasuki pelabuhan pada arah sejajar dengan arah angin dominan. Gelombang yang
mempunyai amplitudo besar akan menyebabkan diperlukannya kedalaman saluran pengantar
yang lebih besar, karena pada keadaan tersebut kapal-kapal bergoyang naik turun sesuai dengan
fluktuasi muka air.

Fasilitas Pokok Pelabuhan

a. Dermaga Dermaga, adalah tempat kapal ditambatkan di pelabuhan. Pada dermaga


dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan ke atas kapal.

b. Fasilitas bunker, adalah fasilitas yang disediakan untuk memberikan pelayanan


pengisian bahan bakar minyak (BBM) ke kapal. Pengisian BBM bisa menggunakan kapal
untuk melakukan pengisian pada kapal yang sedang berlabuh atau bisa menggunakan
kendaraan darat seperti truk tanki pengisi bahan bakar.
c. Fasilitas jaringan air limbah, drainase, dan sampah, adalah fasilitas yang dibutuhkan
untuk menjaga lokasi/areal pelabuhan tetap bersih dan terhindar dari genangan air akibat
hujan.

d. Fasilitas pemadam kebakaran, adalah fasilitas yang dibutuhkan pelabuhan bertujuan


untuk melakukan pemadaman kebakaran yang timbul di areal pelabuhan, baik kebakaran
yang terjadi di daratan maupun kebakaran di kapal yang berada di perairan.

e. Fasilitas gudang untuk bahan atau barang berbahaya dan beracun, adalah fasilitas
yang digunakan untuk menampung sementara muatan atau barang-- barang yang
menimbulkan bahaya kebakaran atau bahan-bahan zat kimia yang dapat membahayakan
lingkungan sekitar. Tempat penampungan muatan berbahaya harus terlindung dan terpisah,
dan tertutup maupun terbuka tergantung dari jenis muatanya.

Fasilitas Penunjang Pelabuhan

a. Gudang adalah bangunan yang digunakan untuk menyimpan barang-barang yang


berasal dari kapal atau yang akan dimuat ke kapal.

b. Lapangan penumpukan adalah lapangan di dekat dermaga yang digunakan untuk


menyimpan barang-barang yang tahan terhadap cuaca untuk dimuat atau setelah
dibongkar dari kapal. 8

c. Terminal adalah lokasi khusus yang diperuntukan sebagai tempat kegiatan pelayanan
bongkar/muat barang atau petikemas dan atau kegiatan naik/turun penumpang di dalam
pelabuhan.

d. Jalan adalah suatu lintasan yang dapat dilalui oleh kendaraan maupun pejalan kaki,
yang menghubungkan antara terminal/lokasi yang lain, dimana fungsi utamanya adalah
memperlancar perpindahan kendaraan di pelabuhan.
BAB II

ANALISA UKURAN KAPAL MAKSIMUM

Jenis Kapal
Pada perencanaan ini jenis kapal yang dilayani adalah kapal ferry penumpang.
Kapal ferry merupakan kapal yang memenuhi syarat-syarat pelayaran di laut dan dipakai untuk
menyelenggarakan perhubungan tetap,misalnya antar pulau. Kapal ferry mempunyai peranan
penting dalam sistem pengangkutan bagi banyak kota pesisir pantai, membuat transit langsung
antar kedua tujuan dengan biaya lebih kecil dibandingkan jembatan atau terowongan. Kapal ferry
terutama digunakan untuk sarana penyeberangan, termasuk menyeberangkan kendaraan darat. 
Ukuran Utama dan Berat Kapal

Ukuran utama dan berat kapal yang akan dijadikan sebagai acuan untuk merencanakan pelabuhan
rakyat ini diperoleh dengan mengambil data kapal maximum. Untuk kapal ferry roll-on/roll-off (RO RO)
DWT 300 ton. Adapun bentuk tabulasi ukuran utama dapat ditunjukan pada tabel berikut :

Tabel 1 Ukuran dan berat kapal


Nama Kapal GT NT DWT LOA LBP B H T V
KMP bambit 508 170 200 39,38 34,5 11 3 2 10
KMP ile mandiri 500 290 300 45,35 38,35 12 3,3 2,3 12

o Untuk kapal dengan DWT 300 ton,. Ukuran (dimensi) kapal yang direncanakan setelah mengambil
data kapal maximum adalah sebagai berikut:
Jenis Kapal : Ferry Ro-ro
Nama Kapal : KMP ILE MANDIRI
DWTR(Dead Weight Tonage) : 300 ton
LbpR (Length between perpendicular) : 38,35 m
LoaR (Length overall) : 45,35m
BR (lebar kapal) : 12 m
HR (tinggi kapal) : 3,3 m
dR (sarat kapal) : 2,3 m
VsR (kecepatan kapal) : 12 m/s

o Untuk kapal dengan DWT 200 ton,. Ukuran (dimensi) kapal yang direncanakan setelah mengambil
data kapal maximum adalah sebagai berikut:
Jenis Kapal : Ferry Ro-ro
Nama Kapal : KMP BAMBIT
DWTR(Dead Weight Tonage) : 200 ton
LbpR (Length between perpendicular) : 34,5 m
LoaR (Length overall) : 39,38 m
BR (lebar kapal) : 11 m
HR (tinggi kapal) :3m
dR (sarat kapal) :2m
VsR (kecepatan kapal) : 10 m/s
BAB III

ALUR PELAYARAN

Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari
oleh kapal di laut, sungai atau danau. Alur pelayaran dicantumkan dalam peta laut dan
buku petunjuk-pelayaran serta diumumkan oleh instansi yang berwenang. Alur pelayaran
digunakan untuk mengarahkan kapal masuk ke kolam pelabuhan, oleh karena itu harus
melalui suatu perairan yang tenang terhadap gelombang dan arus yang tidak terlalu kuat.

Kedalaman Alur

Untuk mendapatkan kondisi operasi yang ideal kedalaman air di alur masuk harus cukup besar
untuk memungkinkan pelayaran pada muka air terendah dengan kapal bermuatan penuh. Dalam buku
“Pelabuhan” oleh Bambang Triatmodjo hal. 112 diberikan persamaan untuk menghitung kedalaman
alur sebagai berikut :
𝑑
𝑎𝑙𝑢𝑟 = 𝐿𝑜𝑎𝑑𝑒𝑑 𝑑𝑟𝑎𝑓𝑡 + 𝑆𝑞𝑢𝑎𝑡 + 𝑃𝑖𝑡𝑐ℎ𝑖𝑛𝑔 & 𝑅𝑜𝑙𝑙𝑖𝑛𝑔 + 𝑇𝑟𝑖𝑚 + 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝐶ℎ𝑎𝑛𝑔𝑒 +𝐸𝑚𝑝𝑖𝑟𝑖𝑎𝑙 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜r

Lebar Alur Lebar

alur yang dihitung pada perencanaan alur ini sesuai dengan Pedoman Teknis Kegiatan Pengerukan dan
Reklamasi, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Departement
Perhubungan, Tahun 2006. Lebar alur lurus, dengan pemanfaatan alur rencana dua jalur, alur relatif
panjang dan kondisi alur kapal jarang berpapasan (frekuensi lalu lintas kapal relatif sedikit) dapat
dihitung melalui Persamaan 2. Lebar alur melengkung, dengan pemanfaatan alur rencana dua jalur dan
kondisi alur kapal jarang berpapasan dapat dihitung melalui Persamaan 3 berikut:

Lebar alur lurus = 4𝐵 + 30


Lebar alur melengkung = 6𝐵 + 30
dengan: 𝐵 = lebar kapal (m)
Radius Alur

Hasil dari penggambaran posisi alur didapat ∝𝐴= 85° dan ∝𝐵= 64° seperti ditunjukkan pada
Gambar 1, untuk ∝ > 35° radius alur dapat dihitung melalui Persamaan 4 berikut (Muliati, 2016):
𝑅 = 10 𝐿𝑂𝐴
dengan: 𝑅 = radius alur (m)
𝐿𝑂𝐴 = panjang kapal (m)
∝ = sudut belokan (°)
o Kolam Pelabuhan

Kolam pelabuhan yang direncanakan harus mempunyai luas dan kedalaman yang cukup,
sehingga memungkinkan kapal berlabuh dengan aman dan memudahkan bongkar muat, selain itu
suasana kolam pelabuhan juga harus tenang untuk menunjang proses bongkar muat barang.

 Kolam putar

Luas kolam putar yang digunakan untuk mengubah arah kapal dengan menggunakan bantuan
kapal tunda atau jangkar minimum adalah luasan lingkaran dengan jari-jari (r) 1 kali panjang kapal
total (Loa) dari kapal terbesar yang menggunakannya.

Maka diperoleh :

r = 1,5 x Loa

= (1,5 x 45,35) m

=68,02 m

Luas kolam putar (L)

L =  r2

= 3,14 x (68,02)2

= 14527,90 m2

Diameter Kolam Putar (D) :

D = 2r

= 2 x 14527,90 m

= 29055.8 m.

 Kedalaman Kolam Pelabuhan

Kedalaman kolam pelabuhan adalah 1,1 kali draft kapal pada muatan penuh dibawah elevasi
muka air rencana, dengan memperhitungkan gerak osilasi kapal karena pengaruh alam seperti
gelombang, angin, arus dan pasang surut.

Kedalaman kolam = 1,1 x T

= (1,1 x 2,3) m

= 2.53 m
 Lebar Mulut Pelabuhan

Lebar mulut pelabuhan tergantung pada ukuran pelabuhan dan kapal-kapal yang menggunakan
pelabuhan dengan rincian sebagai berikut :

 Lebar mulut pelabuhan kecil :100 meter


 Lebar mulut pelabuhan sedang :100 - 160 meter
 Lebar mulut pelabuhan besar :160 - 260 meter
Dalam perencanaan ini, pelabuhan direncanakan berukuran sedang, sehingga dapat ditentukan
lebar mulut pelabuhan rancangan yaitu 130 meter.

o Turap atau Penahan Tanah

Penahan tanah inilah yang disebut dengan Turap. Jadi, fungsi dari Turap itu sendiri adalah untuk
menahan geseran tanah yang permukaan tidak rata, supaya tidak menyebabkan longsornya tanah dari
permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah.

BAB IV

PEMBUATAN GAMBAR

LAYOUT PELABUHAN

GAMBAR. RENCANA PELABUHAN


LAYOUT DERMAGA

GAMBAR. RENCANA DERMAGA

LAYOUT ALUR PELAYARAN


BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Kesimpulan Dari pengamatan yang telah dilakukan dan hasil perhitungan berdasarkan data yang
didapatkan, maka beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan adalah dengan
melihat proyeksi dermaga dan melihat hasil proyek arus kunjungan kapal yang tinggi melebihi
kapasitas dermaga yang ada, maka diperlukan adanya penambahan jumlah dermaga.

Saran
Berdasarkan studi yang dilakukan di dermaga pelabuhan SP3 kabupaten sorong, maka dapat
diberikan saran yang sekiranya dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
perkembangan dermaga pelabuhan SP3 kabupaten sorong.
Saran yang diberikan antara lain :

1. Dengan melihat semakin tingginya arus penumpang maka disarankan untuk


membuat gedung terminal penumpang guna menjamin kenyamanan penumpang
yang naik dan turun kapal.
2. Membuat gudang penyimpanan barang guna menampung barangbarang yang
akan diangkut atau diturunkan dari kapal.
3. Untuk menurunkan waktu tambat kapal barang di dermaga perlu ditambahkan
fasilitas di pelabuhan. Untuk barang konvensional atau general cargo dalam
membongkar atau mengangkut barang dari kapal ke dermaga atau sebaliknya
perlu ditambahkan alat angkut forklift yang sebelumnya harus menggunakan
kapal crane dalam mengangkut barang.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Alur_pelayaran#:~:text=Alur%20pelayaran%20adalah%20perairan
%20yang,diumumkan%20oleh%20instansi%20yang%20berwenang.

http://repository.stimart-amni.ac.id/959/2/BAB%202.pdf

BMKG STASIUN METEOROLOGI KELAS I DOMINE EDUARD OSOK SORONG

ALDILA PUTRI SYAMSUDIN, YATI MULIATI, FACHRUL M Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional,
Bandung Email: aldilaputri.27@gmail.com

KEK-Sorong-2-696x372

http://e-journal.uajy.ac.id/888/8/7TS12264.pdf
TUGAS BESAR KONSTRUKSI LAPANGAN TERBANG

Disusun oleh :

Putri Arya Wardhani

142220119042

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH (UNIMUDA) SORONG
2021-2022
BAB I
PENDAHULUAN
 LATAR BELAKANG
Latar Belakang Eksistensi Proyek Transportasi udara mengalami perkembangan
yang pesat setiap tahun. Hal ini disebabkan peranan transportasi udara yang sangat
penting untuk pengangkutan manusia dan barang antar bandar udara yang satu dan
yang lain. Dengan adanya transportasi udara membuat manusia dapat mengatasi
hambatan ruang dan waktu. Menurut Sistranas (2005), transportasi udara memiliki
dua fungsi yaitu sebagai unsur penunjang dan unsur pendorong.
Sebagai unsur penunjang dimaksudkan adalah meningkatkan pengembangan
berbagai kegiatan pada sektor-sektor lain di luar sektor transportasi (meliputi
sektor-sektor pertanian, perdagangan, industri, pendidikan, kesehatan,
kepariwisataan, transmigrasi, dan lainnya). Sedangkan sebagai unsur pendorong,
dimaksudkan untuk membantu membuka daerah terisolasi, terpencil, tertinggal,
dan perbatasan yang tersebar di berbagai wilayah, menggunakan pesawat udara
menuju ke bandar udara yang terletak tidak jauh dari daerah tersebut.
Dengan demikian, agar dapat mewujudkan transportasi udara yang baik,
diperlukan bandar udara yang berfungsi sebagai pusat pelayanan kebeangkatan dan
kedatangan pesawat dan penumpang. Pengertian bandar udara menurut Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, yaitu kawasan di daratan
dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat
pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat
barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan.
Sedangkan di dalam Keputusan Menteri Perhubungan nomor 44 tahun 2002
dijelaskan bahwa bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk
mendarat dan lepas landas pesawat, naik-turun penumpang dan/atau bongkar muat
kargo dan/atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan
sebagai tempat perpindahan moda transportasi.
Dengan demikian bandar udara memiliki peran penting bagi suatu daerah
administratif karena menjadi pintu gerbang perpindahan manusia ke suatu daerah
atau wilayah. Sebelum membuat perencanaan dan perancangan lebih lanjut,
Pemerintah Daerah harus dapat menentukan jenis bandar udara yang cocok bagi
daerah tersebut.
Berdasarkan rute penerbangan yang ditempuh, bandar udara dibedakan
menjadi dua jenis yaitu Bandar Udara Domestik dan Bandar Udara Internasional.
Bandar Udara Domestik merupakan bandar udara yang ditetapkan untuk melayani
penerbangan dalam negeri. Sedangkan Bandar Udara Internasional merupakan
bandar udara yang melayani rute penerbangan dalam dan luar negeri.
 RUMUSAN PERMASALAHAN
Bagaimana wujud rancangan tata ruang dalam dan tata ruang luar Terminal Bandar Udara
Internasional DOMINE EDUARD OSOK SORONG yang modern namun tetap representatif
terhadap identitas arsitektur tradisional Jawa
 TUJUAN DAN SASARAN
 Tujuan
o Tujuan Penulisan
Terwujudnya Konsep Perancangan Bandar Udara Internasional DOMINE
EDUARD OSOK yang fungsional modern namun tetap representatif terhadap
budaya papua serta menggunakan konsep sustainable
Tujuan Proyek Menjadikan Bandar Udara Internasional DOMINE EDUARD OSOK
sebagai bandar udara utama di kota sorong,papua barat dan mampu untuk menampung
hingga lebih dari 5.000.000 penumpang per tahun dan dapat bertahan hingga 20 tahun
mendatang.
 Sasaran
o Menentukan jumlah kapasitas bandar udara hingga sepuluh tahun mendatang
o Mengetahui definisi dan deskripsi mengenai bandar udara secara umum
o Menentukan definisi dan spesifikasi mengenai terminal bandar udara
o Menentukan batasan suprasegmen desain
o Mengetahui tentang tata ruang dalam dan tata ruang luar
o Mengetahui tentang Teori Arsitektur papua
o Mengetahui tentang Teori Arsitektur Post Modern dan klasifikasinya
o Menentukan data fisik dan non-fisik daerah papua dan paua barat

BAB II
LANDASAN TEORI

 Fungsi dan Peranan Lapangan Terbang


sistem lapangan terbang terbagi menjadi dua yaitu sisi udara ( air side ) dan sisi darat (land side),
keduanya dibatasi oleh terminal yang memiliki komponen-komponen dan fungsi yang berbeda
dalam kegiatan kebandarudaraan. Adapun komponen-komponen dari kedua sistem lapangan
terbang tersebut adalah sebagai berikut:
a. Runway (landas pacu)
b. Taxiway (landas hubung)
c. Apron (tempat parkir pesawat)
d. Terminal Building ( gedung terminal )
e. Gudang
f. Tower ( Menara pengontrol )
g. Fasilitas keselamatan (pemadam kebakaran)
h. Utility (Fasilitas listrik, Telepon, Air, dan Bahan bakar).

 Klasifikasi Lapangan Terbang


Dalam merencanakan suatu lapangan terbang ditetapkan standar-standar perencanaan oleh dua
badan penerbangan internasional yaitu ICAO dan FAA yang merupakan badan penerbangan
yang mengeluarkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah lapangan terbang.
 Klasifikasi Menurut ICAO
ICAO mengklasifikasikan suatu lapangan terbang dengan kode yang disebut Aerodrome
Reference Code dengan mengkategorikan dalam dua elemen. Kode nomor 1 - 4
mengklasifikasikan panjang landas pacu minimum atau Aerodrome Reference Field Length
(ARFL). Sedangkan kode huruf A-F mengklasifikasikan lebar sayap pesawat (wingspan) dan
jarak terluar pada roda pendaratan dengan ujung sayap.

Tabel 1 Klasifikasi lapangan terbang menurut ICAO

(Sumber : ICAO, Aerodrome Design Manual Parth 1 Edition, 2006. Halaman 1-4)

 Klasifikasi Menurut FAA


FAA mengklasifikasikan lapangan terbang dalam dua kategori yaitu :
o Pengangkutan udara ( air carrier )
o Penerbangan umum ( General Aviation )
 Konfigurasi Lapangan
Terbang Konfigurasi lapangan terbang adalah jumlah dan arah (orientasi) dari landasan
(runway) serta penempatan bangunan terminal termasuk lapangan parkirnya yang
berkaitan dengan landasan itu.
 Menentukan Panjang Runway
Saat merencanakan runway, keadaan lingkungan lapangan terbang yang sangat
berpengaruh adalah temperatur dan elevasi. Kebutuhan akan panjang runway untuk
perencanaan bandar udara dari ICAO, ARFL (Aero Reference Field Lenght) adalah
panjang landasan pacu minimum yang dibutuhkan pada kondisi standar yaitu:
 Elevasi muka laut = 0
 Kondisi standar atmosfir = 15°C = 59°F
 Tidak ada angin bertiup
 Kemiringan (slope) = 0%
 Maximum certificate take off weight Dalam menentukan arah runway hal yang sangat
penting diperhatikan adalah arah dan kecepatan angin. Persyaratan ICAO, panjang
landasan pacu yang diperlukan oleh pesawat rencana dalam muatan penuh harus
dikoreksi terhadap elevasi, temperature dan slop pada daerah pengembanagan setempat.
 Koreksi Terhadap Elevasi
Menurut ICAO, ARFL bertambah sebesar 7% setiap kenaikan 300m (100ft) dihitung dari
ketinggian muka laut. Maka koreksinya terhadap landasan adalah sebagai berikut:
7 H
L1 = L0 × 1+ ×
100 300
Dimana :
Lo = panjang landas pacu minimum pada kondisi standar (m)
H = Elevasi (m)
L1 = Panjang landas pacu setelah dikoreksi terhadap elevasi (m)

 Koreksi Terhadap Temperatur Menurut ICAO


panjang landas pacu harus dikoreksi terhadap temperatur sebesar 1% untuk kenaikan
1°C, sedangkan untuk setiap kenaikan 1.000 m dari muka laut rata-rata temperatur turun
6,5°C.
Dengan dasar ini ICAO merekomendasikan hitungan koreksi temperatur sebagai berikut:
L2 = L1 x [ 1 +0,01x(T(150,0065H))]
Dimana :
T = Temperatur
H = Elevasi
L1 = Panjang landas pacu setelah dikoreksi terhadap elevasi (m)
L2 = Panjang landas pacu setelah dikoreksi terhadap temperatur (m)

 Koreksi Terhadap Slope


Menurut ICAO bahwa setiap kenaikan slope 1 % panjang landas pacu
bertambah 10%. Sehingga dapat dihitung panjang landas pacu
yang dibutuhkan oleh suatu pesawat rencana dengan menggunakan koreksi sebagai
berikut: L3 = L2 x (1 + 0,1 x slope)
Dimana :
L3 = Panjang landasan yang dibutuhkan oleh pesawat rencana (m)
L2 = Panjang landasan setelah dikoreksi terhadap temperetur (m)

 Menentukan Lebar Landas Pacu


Untuk menentukan lebar landas pacu dapat diambil sesuai persyaratan yang dikeluarkan
ICAO.
Tabel 2 Lebar Perkerasan Landasan

(Sumber : F Jansen. “Perlengkapan Kuliah Lapangan Terbang”, hal 6)


 Perencanaan Landas Hubung (Taxiway)
Fungsi utama taxiway adalah sebagai jalur keluar masuk pesawat dari landas pacu ke
bangunan terminal dan sebaliknya atau dari landas pacu ke hangar pemeliharaan.

Gambar 1 Exit taxiway


(sumber : H.Basuki, 1984 “ Merencanakan Merancang Lapangan Terbang” hal 203)

 Menentukan Lokasi Exit Taxiway


Lokasi exit taxiway ditentukan berdasarkan jarak yang diperlukan pesawat sejak menentu
Threshold sampai pesawat dengan kecepatan tertentu bisa memasuki taxiway.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi exit taxiway adalah
sebagai berikut :
1. Jarak dari Threshold ke touchdown
2. Kecepatan waktu touchdown
3. Kecepatan awal sampai titik A
4. Jarak dari touchdown sampai titik A
5. Group desain pesawat
Untuk menentukan exit taxiway digunakan rumus sebagai berikut :
Distance to exit taxiway = Touchdowdn Distance + D
Dimana :
Jarak touchdown = 300 m untuk pesawat group B, sedangkan untuk pesawat group C dan
D adalah 450 m.
D = (s 1)2 −¿ ¿
S1 = Touchdown speed (m/s)
S2 = Initial Exit Speed (m/s)
a = Perlambatan (m/s²) Hasil yang didapat pada perhitungan ini adalah berdasarkan
kondisi pada standar sea level. Jarak yang didapat tersebut harus dikoreksi terhadap dua
kondisi yaitu elevasi dan temperatur dengan rumus sebagai berikut: setiap kenaikan 300
m dari muka laut jarak harus ditambah 3%.
L1 = L0 (1+0,03 x H/300
Setiap kenaikan 6,5°C kondisi standar ( 15°C = 59°F ) jarak bertambah 1%
Tref −T 0
L2 = L1 ( 1+1% x( ))
5,6
 Lebar Taxiway
Lebar taxiway dan lebar total taxiway yang termasuk didalamnya bahu taxiway sesuai
dengan yang disyaratkan ICAO.
Tabel 3 Lebar Taxiway

(Sumber : H.Basuki,”Merancang,Merencana Lapangan Terbang”,hal 192)

 Metode Perencanaan
Perkerasan Landas Pacu Perkerasan adalah struktur yang terdiri dari beberapa lapisan
material dengan kekuatan dan daya dukung yang berlainan.
Perkerasan terdiri atas dua macam yaitu :
1. Perkerasan Lentur ( Flexible Structural )
2. Perkerasan Kaku ( Rigid Structural ) Dalam pengunaan grafik dari FAA ini diperlukan
data nilai CBR dari subgrade dan nilai CBR sub base, berat lepas landas dari pesawat
rencana (MTOW) dan jumlah annual departure dari pesawat rencana serta
pesawatpesawat yang yang telah terkonversi. Analisa annual departure dari pesawat
rencana menggunakan konversi pesawat rencana, dimana:

Log R1 = (Log R2) ( )


W2
W1
R1 = Equivalent Annual Departure pesawat rencana
R2 = Annual departure campuran yang dinyatakan dalam roda pendaratan pesawat
Rencana
W1 = Beban roda dari pesawat rencana
W2 = Beban roda dari pesawat yang ditanyakan
Untuk menentukan tebal perkerasan yang diperlukan, digunakan grafik yang telah
ditentukan FAA. Dari grafik yang akan dipakai, didapat total perkerasan (T) dan
kebutuhan surface coarse untuk tebal subbase coarse didapat dari grafik yang sama.
Sedangkan tebal base coarse didapat dengan mengurangkan tebal total dengan tebal
surface dan subbase.
Tebal Base Coarse = T – (surface +subbase) Untuk daerah non-kritis tebal base dan
subbase coarse dipakai faktor pengali 0,9 dari tebal pada daerah kritis. Sedangkan surface
coarse pada daerah non-kritis ditetapkan sesuai pada kurva. Pada daerah transisi lapisan
base coarse direduksi sampai 0,7 dari tebal base pada daerah kritis, tapi subbasenya harus
dipertebal sehingga permukaan satu dan lainnya seimbang. Apron Apron berfungsi
sebagai tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dan barang, tempat
pengisian bahan bakar, parkir pesawat dan juga tempat perawatan pesawat yang sifatnya
ringan. Faktor- faktor yang mempengaruhi ukuran apron:
 Jumlah gate position
 Ukuran gate
 Sistem dan tipe parkir pesawat
 Wing tip clearance
 Clearance antara pesawat yang diparkir dan yang sedang taxiing di apron
 Konfigurasi bangunan terminal
 Efek jet blast (semburan jet)
 Kebutuhan jalan untuk gate position. Jumlah gate position yang diperlukan dipengaruhi
oleh :
 Jumlah pesawat pada jam sibuk
 Jenis dan presentase pesawat terbang campuran
 Presentase pesawat yang tiba dan berangkat Jumlah gate position dapat dipakai rumus
V ×T
sebagai berikut : G=
U
Dimana :
G = jumlah gate position
V = volume rencana pesawat yang tiba dan berangkat
U = faktor penggunaan (utility factor)
Untuk penggunaan secara mutual U = 0,6 – 0,8
Untuk penggunaan secara eksklusif = 0,5 - 0,6
Gate occupancy time untuk tiap pesawat berbeda.Untuk pesawat kecil tanpa pelayanan T
= 10 menit, sedangkan untuk pesawat besar dengan pelayanan penuh T = 60 menit.

Untuk Throught Flight (little or no serving)


T = 20-30 menit, untuk turn around flight (complete servicing)
T = 40-60 menit. Pengambilan harga T
Pesawat kelas A nilai T = 60 menit.
B nilai T = 45 menit.
C nilai T = 30 menit.
D = E nilai T = 20 menit.
 Menghitung Ukuran Gate
Untuk menghitung ukuran gate tergantung ukuran standart pesawat berdasarkan
wingspan, whell track, forward roll, wing tip clearance.
Turning radius ( r )
1/2 (wingspan + whell track) + forward roll
D = (2 x r) + wing tip clearance
 Menghitung Perkerasan Apron Dalam perencanaan menghitung perkerasaan apron
menggunakan dua metode yaitu metode
FAA (Federal Aviation Administration) dan PCA (Portland Cement Afiation).
Langkah-langkah yang digunakan dalam perencanaan perkerasan ini adalah sebagai
berikut:
1. Buatlah ramalan annual departure dari tiaptiap pesawat yang harus dilayani oleh
bandara itu.Bagi lapangan terbang yang telah beroperasi beberapa tahun ,ramalan di buat
dengan memproyeksikan kecendrungan lalu lintas yang ada ke masa depan
2. Tentukan tipe roda pendaratan untuk setiap pesawat.
3. Maximum take off weight dari setiap pesawat.
4. Tentukan pesawat rencana dengan prosedur seperti di bawah ini:
 Perkiraan harga K dari sub grade
 Tentukan Flexural strength beton. Pengalaman menunjukan bahwa beton
dengan modulus keruntuhan 600-700 psi akan menghasilkan perkerasan yang
paling ekonomis.
 Gunakan data-data, flexural streght, harga k, MTOW, dan ramalan annual
departure untuk menentukan tebal slab yang dibutuhkan, yang dapat dengan
memakai kurva rencana sesuai tipe pesawat yang diberikan oleh FAA.
 Bandingkan ketebalan yang didapat untuk setiap pesawat dengan ramalan lalu
lintas. Pesawat rencana adalah yang paling menghasilkan perkerasan yang paling
tebal.
5. Konversikan semua model lalu lintas ke dalam pesawat rencana dengan equivalen
annual departure dari pesawat –pesawat campuran tadi.
6. Tentukan Wheel load tiap tipe pesawat,95% MTOW di topang oleh roda
pendaratan.bagi pesawat berbadan lebar MTOW di batasi sampai 300.000 lbs (136.100
kg) dengan dual tandem.

7. Gunakan rumus: Log R1= (Log R2) ( )


W 2 1/2
W1
8. Hitung total equivalent annual departure
9. Gunakan harga-harga: Flexural strength, harga K, MTOW pesawat rencana dengan
equivalent annual departure total sebagai data untuk menghitung perkerasa kaku dengan
menggunakan perkerasan rencana yang sesuia dengan tipe roda pesawat,ketebalan yang
di dapat adalah ketebalan betonnya saja,di luar sub base.Ketebalannya adalah untuk
daerah kritis,sedang untuk daerah tidak kritis dapat di reduksi menjadi 0.9 T ( T=Tebal
perkerasan).
Ketebalan yang didapat adalah ketebalan betonnya saja, diluar subbase. Ketebalannya
adalah untuk daerah kritis “T” dan untuk daerah non-kritis ketebalannya akan direduksi
10% menjadi 0,9 T.
 Perkerasan Beton dengan Joint (Sambungan) Joint dikategorikan berdasarkan
fungsinya, yaitu joint yang berfungsi kembang disebut expansion joint, untuk susut
disebut contraction joint serta untuk perhentian waktu cor disebut construction joint.
 Gedung Terminal Gedung terminal adalah tempat untuk memberikan pelayanan bagi
penumpang maupun barang yang tiba dan berangkat. Oleh karena itu perlu disediakan
ruang keberangkatan, ruang kedatangan, ruang tiket, dan lain-lain.

Tabel 4 Faktor pengali kebutuhan ruang gedung terminal


( Sumber : R. Horonjeff halaman 258, “Planning and Design Airport”.)

 Perencanaan Gudang
Fungsi utama dari gudang adalah tempat penumpang, barang dan paket-paket pos yang
tiba maupun yang akan dikirim. Untuk perencanaan gudang standar yang dipakai adalah
yang dikeluarkan oleh IAIA yaitu 0,09m2 /ton/tahun untuk pergerakan barang ekspor dan
0,1m2 /ton/tahun untuk barang import. Untuk menghitung luas dari gudang tersebut
diambil angka 0,1m2/ton/tahun dikali dengan pos paket + barang.
 Perencanaan Area Parkir
Untuk merencanakan luas parkir kendaraan, terlebih dahulu dihitung besarnya jumlah
penumpang pada jam sibuk. Maka diperkirakan untuk 2 orang penumpang menggunakan
1 kendaraan. Sedangkan luas rata-rata parkir 1 kendaraan adalah (2,6 × 5,5 ) m
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
 Metode Penelitian Penulisan skripsi ini disusun dengan didukung oleh data atau
informasi yang didapat berdasarkan:
- Study literatur : Membaca buku dan tulisan ilmiah yang berhubungan dengan penulisan
ini.
- Data primer : Data yang diperoleh langsung dari berbagai sumber pada situs.
- Data sekunder : Data yang diperoleh dari kantor instansi terkait yaitu BMKG.
 Metodologi Pelaksanaan Penelitian
Perencanaan panjang landas pacu (runway), didasarkan pada data pesawat rencana dan
dikoreksi terhadap faktor elevasi, slope dan temperatur. Peraturan dan persyaratan yang
digunakan dalam perencanaan ini mengacu pada ICAO (Internasional Civil Aviation
Organization).
Perencanaan arah landas pacu didasarkan pada data angin. Dengan menggunakan
Wind Rosediagram dapat diketehui arah mana yang minimal 95% dari waktu yang ada,
agar angin bertiup searah dengan arah tersebut.
Perencanaan Taxiway, didasarkan pada data pesawat rencana dan berpedoman
pada syarat yang dikeluarkan oleh ICAO.

 Analisa Data
Dari data-data yang diperoleh, kita dapat memperkirakan dikemudian hari bagaimana
ramalan dan permintaan (Forecast and demand) yang akan terjadi. Data-data tersebut
dapat dianalisa dengan menggunakan metode statistik yang populer seperti analisa
regresi. Dimana dengan mengunakan analisa regresi kita dapat meramalkan
perkembangan arus lalulintas udara untuk masa yang akan datang. Pada dasarnya ramalan
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Ramalan jangka pendek sekitar 5 tahun
b. Ramalan jangka menengah sekitar 10 tahun
c. Ramalan jangka panjang sekitar 20 tahun Dalam meramalkan atau memperkirakan arus
lalu lintas udara dimasa datang kita dapat menggunakan perhitungan/analisa statistik
yaitu Analisa Trend ( trend method ).
Analisa trend adalah analisa yang meramalkan kecendrungan yang terjadi dari
data-data yang ada saat ini. Dengan mengetahui kecendrungan data yang akan datang
berdasarkan garis trend atau garis regresi. Analisa trend yang akan digunakan pada
perencanaan pengembangan ini adalah :
a. Trend Linear
b. Trend Eksponensial
c. Trend Logaritma
 Trend Linear Bentuk persamaan : Y=a+bx
Dimana : a dan b = koefregresi
x= tahun yang akan ditinjau
Y = hasil ramalan Rumus untuk menghitung a dan b :

Rumus untuk menghitung korelasi :

Dimana : -1 ≤ r ≤ 1

BAB IV

PEMBAHASAN

Data umum Bandar Udara Domine Eduard Osok adalah sebagai berikut.

Aerodrome data
a. Nama bandar udara : Domine Eduard Osok – Sorong
b. Milik/pengelola : Direktorat Jenderal Perhubungan 47 Udara
c. Sertifikat operasi bandar udara : Adm.OC/0321/2005
d. Reference point/coordinate : 1. Latitude : 00.o 53’522”S 2. Longitude : 131o
17’441”E
e. Elevasi : 10 ft
f. Propinsi : Papua Barat
g. Air Traffic Service (ATS) : ADC APP (combined with tower) Ban Ops (com
unit)
h. Kemampuan operasi : B.737-300
i. Jam operasi : 21.00-08.00 UTC (per April TMA)
Runway
a. Runway designation : 09-27
b. Dimension : 1. Length : 1850 m 2. Width : 30 m
c. Surface : Asphalt hotmix
d. Strength : 112.000 lbs
Taxiway
a. Dimension : A B
1. Length : 212,5 m 212,5 m
2. Width : 23 m 23 m
b. Surface : Asphalt hotmix
c. Strength : 30 F/C/X/T 24 F/C/X/T
Apron
a. Dimension :
1. Length : 295 m
2. Width : 68 m
b. Surface : Rigid
c. Strength : -

 Analisis Perkiraan Lalu Lintas Udara


Perencanaan dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan pemenuhan pelayanan di masa
yang akan datang, berkaitan dengan pertumbuhan penumpang yang cukup signifikan
dalam beberapa tahun terakhir. Untuk itu diperlukan suatu analisis untuk memperkirakan
pertumbuhan penumpang dalam jangka panjang (20 tahun), sebagai patokan dalam
perencanaan.
o Arus penumpang, bagasi, kargo dan pesawat
Pertumbuhan penumpang, bagasi dan kargo, berada dalam angka yang cukup
signifikan setiap tahunnya. Hal ini menjadi pertimbangan utama dalam perancangan ini.
Bertambahnya jumlah pesawat juga menjadi faktor pendukung. Pada tahun 2010 Bandara
Domine Eduard Osok melayani empat maskapai penerbangan yaitu Merpati Nusantara
Airlines, Express Air, Batavia Air, Wings Abadi Air. Berikut adalah beberapa tabel yang
menunjukkan jadwal pesawat serta pertumbuhan penumpang, pesawat, bagasi dan kargo.

o Perkiraan jumlah penumpang, bagasi, kargo dan pesawat


Metode yang digunakan dalam memperkirakan jumlah penumpang, bagasi, kargo dan
pesawat di masa yang akan datang adalah metode Ekstrapolasi Garis Kecenderungan.
Setiap data yang sudah ada dapat diperkirakan jumlahnya (dalam bentuk grafik) pada
tahun ke-x dengan melihat pola kecenderungan pergerakan data tersebut. Terdapat empat
jenis garis kecenderungan yang dapat diterapkan berdasarkan pola dasar dari data yang
sudah ada yaitu ekstrapolasi linier, eksponensial, modifikasi eksponensial dan geometrik.
A. Perkiraan jumlah penumpang tahun 2030
1. Perkiraan jumlah penumpang datang tahun 2030 Dengan menggunakan
metode ekstrapolasi garis kecenderungan diperoleh grafik berikut.

Gambar 2. Grafik Perkiraan Jumlah Penumpang Datang Tahun 2030

Dari persamaan
y = 12.956x + 48.118 dapat dihitung perkiraan jumlah penumpang datang pada tahun 2030.
y = 12.956x + 48.118
y = 12.956 (26) + 48.118
y = 384.974 orang.
2. Perkiraan jumlah penumpang berangkat tahun 2030 Dengan menggunakan
metode ekstrapolasi garis kecenderungan diperoleh grafik berikut.

Gambar 3. Grafik Perkiraan Jumlah Penumpang Berangkat Tahun 2030

Dari persamaan y = 16.222x + 54.413 dapat dihitung perkiraan jumlah penumpang berangkat
pada tahun 2030.
y = 16.222x + 54.413
16.222 (26) + 54.413
y = 476.185 orang.
o Perencnaan Runway
Runway adalah arah atau jalur landas perkerasan yang digunakan oleh pesawat pada saat
Landing dan Take off. Landas pacu biasanya dirancang berdasarkan pada karakterristik
dari suatu pesawat rencana yang ditentukan.
o Arah Runway
Untuk merencanakan landas pacu (Runway) ada hal penting yang harus diperhatikan
yaitu arah dan kecepatan angin. Untuk itu data angin disekitar bandar udara perluh
diketahui kemudian dihitung atau dianalisa menggunakan wind rose diagram untuk
mendapatkan presentase angin yang bertiup pada daerah yang ditinjau. Arah runway yang
dimiliki oleh Bandar udara Melonguane terletak pada arah 18 – 36. Dari hasil analisa
wind rose arah NW-SE memenuhi persyaratan ICAO yaitu harus memenuhi 95% atau
lebih dari total waktu agar pesawat dapat landing dan take off dengan aman.
o Panjang Runway
Panjang runway bandar udara Melonguane yang ada saat ini adalah 1480 m. Berdasarkan
klasifikasi lapangan terbang yang ditetapkan oleh ICAO yang disebut dengan aerodrome
reference code (tabel 2.1 parth 1 hal. 1-4) maka, pesawat rencana B737-800 dengan kode
4C mempunyai nilai ARFL ( Aero Reference Field Lenght) = 2.256 m dan wingspan
34,32 m.

o Lebar runway
Lebar runway yang direncanakan akan ditentukan berdasarkan pada kode huruf dan
angka dari pesawat rencana, maka untuk Pesawat rencana B737-800 Sesuai dengan
Aerodrome Reference Code yang dikeluarkan ICAO untuk ARFL > 1800 m mempunyai
kode huruf C dan kode angka 4, sehingga bandar udara Melonguane dalam
pengembangannya memerlukan lebar runway, bahu landasan, kemiringan bahu dan
kemiringan melintang sebagai berikut:
 Lebar runway = 36 m
 Bahu landasan = 7,5 m
 Lebar total runway = 51 m
 Kemiringan melintang = 1,5%
 Kemiringan bahu = 2,5%
o Perencanaan Fillet
Fillet merupakan pelebaran sebelah dalam pada intersection dari dua atau lebih pada
traffic way, misalnya runway, taxiway, dan apron. Persyaratan dari ICAO bahwa radius
fillet tidak boleh lebih kecil dari lebar taxiway. Sedangkan FAA mensyaratkan bahwa
radius fillet antara runway dan taxiway dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 15 Radius fillet pada pertemuan runway dengan taxiway

(Sumber : Khana S. K and Aurora, “Airport and Planning”, hal 146)


BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Dalam mendesain objek terminal penumpang di Badar Udara, dalam hal yang dilakukan adalah:

 Memperhitungkan peningkatan pergerakan penumpang dalam jangka waktu yang


direncanakan. Dimana mempertimbangkan keamanan serta kenyamanan dalam pergerakan
penumpang.

 Meramalkan dan memperhintungkan kemungkinan peningkatan jumlah maskapai penerbangan


yang akan beroperasi dimasa yang akan datang.

 Mempertimbangkan berbagai potensi daerah setempat, seperti potensi pariwisata, bisnis dan
perdangangan yang ikut mempengaruhi arus lalu lintas udara.

Saran

 Pemerintah Sebagai pembuat kebijakan, pemerintah diharapkan mempertimbangkan dalam


pelaksanaannya perlu melakukan evaluasi secara berkala dalam kaitannya dampak kehadiran
Bandar Udara terhadap lingkungan sekitar dan pengembangannya kedepan.

Anda mungkin juga menyukai