Anda di halaman 1dari 9

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi


No.
diidentifikasi masalah penyebab masalah
1 1. Minat baca sebagian Kajian literatur : Setelah dianalisis,
siswa masih rendah Dalman (2018: 142) rendahnya minat baca
menyatakan “Minat baca peserta didik karena :
merupakan aktivitas yang 1. Kurangnya bahan
dilakukan dengan penuh literasi disekolah
2. Faktor ekonomi
ketekunan dalam rangka siswa yang masih
membangun pola komunikasi rendah sehingga
dengan diri sendiri untuk belum bisa
menemukan makna tulisan menyediakan
dan menemukan informasi bahan literasi
yang memadai
untuk mengembangkan untuk belajar
intelektualitas yang dilakukan 3. Kurangnya
dengan penuh kesadaran dan motivasi siswa
perasaan senang yang timbul mencari bahan
dari dalam dirinya.” literasi diluar
sekolah termasuk
Wawancara dengan... dari internet.
2. Guru masih kurang
optimal dalam
pengelolaan kelas Menurut Eliana (2010: 1)
1. Guru kurang
pengelolaan kelas adalah suatu
yang mengacu mengetahui
usaha yang dilakukan oleh
pada minat dan model-model
penanggung jawab kegiatan
karakter siswa pembelajaran
pembelajaran dengan maksud agar
2. Guru kurang
tercapai kondisi optimal sehingga
memahami minat
dapat terlaksana kegiatan belajar
dan karakter
sebagaimana yang diharapkan.
siswa yang
Peneliti kedua Munira, (2015: beragam.
117) menyatakan bahwa 3. Guru kesulitan
hubungan pengelolaan kelas mengajar dalam
sangant berpengaruh terhadap jumlah siswa
yang banyak
minat belajar siswa dan
dengan beragam
sisanya pengaruh dari variabel minat dan
lain. Peneliti ketiga Muiz, karakter.
(2010: 89) menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara
penegelolaan kelas dengan
prestasi belajar siswa.
3. Minat belajar Wawancara dengan
sebagian siswa
masih rendah
Susanto (2013, hlm. 58)
berpendapat, “Minat
merupakan dorogan dalam diri
seseorang atau faktor yang 1. Siswa memilih
menimbulkan ketertarikan jurusan tidak
atau perhatian seecara efektif berdasarkan
yang menyebabkan diilihnya pilihan sendiri.
suatu objek atau kegiatan yang
menguntungkan,
menyenangkan dan lama-lama
akan mendatangkan kepuasan
dalam dirinya”
Slameto (2015, hlm. 180)
dalam bukunya menyebutkan
pengertian minat belajar ialah,
“salah satu bentuk keaktifan
seseorang yang mendorong
untuk melakukan serangkaian
kegiatan jiwa dan raga untuk
memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam
4. Beberapa peserta interaksi dalam lingkungannya
didik masih kurang yang menyangkut kognitif,
dalam penguasaan afektif dan psikomotorik”.
matematika dasar Wawancara dengan

Pendidikan matematika dapat


melatih dan mengembangkan
cara berfikir kritis, sistematis,
logis, kreatif dan kemauan
bekerjasama yang efektif 1. Siswa kurang
(Depdiknas, 2001, h.7). Hal berlatih kembali
ini memungkinkan karena mengenai materi
matematika memiliki struktur matematika
dengan keterkaitan yang kuat dasar, padahal
matematika dasar
dan jelas satu dengan lainnya sangat
serta berpola pikir yang menunjang pada
bersifat deduktif dan pelajaran
konsisten. Russefendi (1980, produktif.
h.148) mengatakan bahwa
matematika terbentuk sebagai
hasil pemikiran manusia yang
berhubungan dengan ide,
proses, dan penalaran.

2 1. Guru kurang Menurut Moh. Uzer Usman


memahami karakter (1989) Karakteristik adalah
siswa. mengacu kepada karakter dan
gaya hidup seseorang serta
nilai-nilai yang berkembang
secara teratur sehingga
tingkah laku menjadi lebih
konsisten dan mudah di
perhatikan. Menurut Sudirman
(1990) Karakteristik siswa
adalah keseluruhan pola
kelakuan dan kemampuan
yang ada pada siswa sebagai
hasil dari pembawaan dari
lingkungan sosialnya sehingga
menentukan pola aktivitas
dalam meraih cita-citanya.
Menurut Hamzah. B. Uno
(2007) Karakteristik siswa
adalah aspek-aspek atau
kualitas perseorangan siswa
yang terdiri dari minat, sikap,
motivasi belajar, gaya belajar
kemampuan berfikir, dan
kemampuan awal yang
dimiliki. Siswa atau anak
didik adalah setiap orang yang
2. Peserta didik sulit menerima pengaruh dari
fokus dalam proses seseorang atau sekelompok
belajar mengajar/ orang yang menjalankan
kurangnya konsentrasi pendidikan. Anak didik adalah
belajar. unsur penting dalam kegiatan
interaksi edukatif karena
sebagai pokok persoalan
dalam semua aktifitas
pembelajaran (Saiful Bahri
Djamarah, 2000)

Kemampuan memahami
materi pelajaran diperoleh
karena memperhatikan apa
yang diajarkan guru maupun
dari hasil upaya belajar
mandiri, ditentukan oleh
kemampuan konsentrasi
(Mulyana et al., 2013)
Konsentrasi adalah usaha
untuk memusatkan perhatian
terhadap objek yang
dibutuhkan dengan
mengabaikan stimulus lain
yang tidak diperlukan (Sukri
& Purwanti, 2016).

3 Hubungan komunikasi antara Henderson & Bella


guru dan orangtua peserta didik sebagaimana dikutip oleh Mc.
masih kurang optimal. Carty, Brennan and
Vecchiarello berpendapat
bahwa keterlibatan orang tua
dalam proses pembelajaran
dapat meningkatkan nilai
anak, kehadiran anak dalam
pembelajaran di sekolah,
menumbuhkan sikap dan
perilaku yang baik pada anak
dan menaikkan angka
kelulusan. Hal ini dikuatkan
dengan adanya hasil penelitian
Dixon(1992), Eccles & Harold
(1993), Henderson & Bella
(1994),dan Jeynes ( 2007)
yang menunjukkan bahwa
ketika orang tua dan guru
memiliki hubungan/kerjasama
yang baik, maka prestasi
akademik dan sosial anak akan
meningkat
4 Guru belum Menurut Yulia dkk(2020)
mengoptimalkan model Pembelajaran inovatif adalah
pembelajaran yang lebih bersifat
pembelajaran inovatif student centered. Artinya,
sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang lebih
materi dan siswa memberikan peluang kepada siswa
untuk mengonstruksi pengetahuan
secara mandiri (self directed) dan
dimediasi oleh teman sebaya (peer
mediated instruction). Pembelajaran
inovatif mendasarkan diri pada
paradigma konstruktivistik.
Pembelajaran inovatif biasanya
berlandaskan paradigma
konstruktivistik membantu siswa
untuk menginternalisasi, membentuk
kembali, atau mentransformasi
informasi baru. Melihat peran yang
begitu vital, maka menerapkan
metode yang efektif dan efisien
adalah sebuah keharusan.
5 1. Penguasaan guru Menurut Bambang (2021) dalam
dalam penggunaan artikel Kemdikbud yang berjudul
mesin bersandart ‘Guru produktif dan Muara yang
industry masih kurang. Terintegrasi’ menyebutnya
Peningkatan kompetensi guru
produktif merupakan upaya yang
harus dilakukan untuk meningkatkan
keahlian yang maksimal dalam mutu
pembelajaran peserta didik di
sekolah kejuruan. Hal ini berdampak
pada peningkatan kemampuan dan
keahlian peserta didik. Kemampuan
kompetensi guru produkif di SMK
merupakan kunci utama bagi
keberlangsungan proses
pembelajaran yang berdampak pada
keluarannya: peserta didik yang
kompeten.

Rusman (2010:123)
mengemukakan bahwa hasil
2. Beberapa peserta belajar adalah sejumlah
didik masih pengalaman yang diperoleh
memiliki hasil siswa yang mencakup ranah
belajar yang kognitif, afektif, dan Analisis
rendah pada mata Faktor Penyebab Rendahnya
pelajaran praktek Hasil Belajar. Aisyah, Riswan
Jaenudin, Dewi Koryati 3
psikomotorik. Adapun
menurut Mulyasa (2006:248)
mengatakan hasil belajar
merupakan prestasi belajar
siswa secara keseluruhan,
yang menjadi indikator
kompetensi dasar dan derajat
3. Guru belum perubahan perilaku yang
maksimal dalam bersangkutan. Lebih lanjut
penggunaan Menurut Purwanto (2011: 44),
metode HOTS di hasil belajar adalah perubahan
dalam kelas perilaku yang terjadi setelah
mengikuti proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan.

HOTS merupakan sebuah cara


berpikir yang lebih tinggi
daripada menghafalkan fakta,
mengemukakan fakta, atau
menerapkan peraturan, rumus,
dan prosedur (Thomas
&Thorne, 2009). Konsep
HOTS berasal dari teori
Taksonomi Bloom pada tahun
1956 yang kemudian
disempurnakan oleh Anderson
and Karthwohl 2001.
Kemampuan HOTS,
mengharuskan peserta didik
untuk menguasai pada level C-
4 menganalisis, C-5
mengevaluasi, dan C-6
menciptakan.Dalam penerapan
4. Sebagian besar siswa pembelajaran tersebut ada tiga
masih kurang dalam tahapan yang harus
pemahaman literasi
dalam pembelajaran dilaksanakan oleh guru. Tahap
berbasis HOTS
tersebut yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran. Pembelajaran
berbasis HOTS didesain
dengan pembelajaran yang
aktif, berpusat pada peserta
didik, pembentukan rasa ingin
tahu (keinginan bertanya), dan
penilaian berbasis HOTS
(Rapih & Sutaryadi;
2018 ,Boaler & Staples, 2008;
Franco, Sztajn, & Ortigao,
2007).

Menurut King, high order


thinking skills termasuk di
dalamnya berpikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan
kreatif, sedangkan menurut
Newman dan Wehlage
(Widodo, 2013:162) dengan
high order thinking peserta
didik akan dapat membedakan
ide atau gagasan secara jelas,
berargumen dengan baik,
mampu memecahkan masalah,
mampu mengkonstruksi
penjelasan, mampu
berhipotesis dan memahami
hal-hal kompleks menjadi
lebih jelas. Menurut Vui
(Kurniati, 2014:62) high order
thinking skills akan terjadi
ketika seseorang mengaitkan
informasi baru dengan
infromasi yang sudah
tersimpan di dalam ingatannya
dan mengaitkannya dan/atau
menata ulang serta
mengembangkan informasi
tersebut untuk mencapai suatu
tujuan atau menemukan suatu
penyelesaian dari suatu
keadaan yang sulit
dipecahkan. Tujuan utama dari
high order thinking skills
adalah bagaimana
meningkatkan kemampuan
berpikir peserta didik pada
level yang lebih tinggi,
terutama yang berkaitan
dengan kemampuan untuk
berpikir secara kritis dalam
menerima berbagai jenis
informasi, berpikir kreatif
dalam memecahkan suatu
masalah menggunakan
pengetahuan yang dimiliki
serta membuat keputusan
dalam situasi-situasi yang
kompleks (Saputra, 2016:91-
92).

6 1. Guru masih belum Teknologi pendidikan dapat


mengoptimalkan dipahami sebagai suatu proses
pemanfaatan yang rumit dan terintegrasi
teknologi yang melibatkan orang, ide,
informasi dalam prosedur, peralatan, dan
pembelajaran organisasi untuk menganalisis
masalah, mencari jalan untuk
mengatasi permasalahan,
melaksanakan, menilai, dan
mengelola pemecahan kasus
tersebut yang meliputi semua
aspek belajar manusia.
(AECT, 1997). Dapat
disimpulkan teknologi
pendidikan adalah penerapan
pengetahuan ilmiah dalam
pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai
secara efektif dan efisien,
yang tidak hanya sebatas alat
dan barang atau perangkat
keras (hadware) tetapi juga
software, dan brainware.

2. Peserta didik
kurang berminat
diajak belajar
menggunakan
teknologi
informasi dalam
pembelajaran.

7 Belum memadainya alat


Menurut (Sumarjo, 2005:2)
praktek dan tempat
laboratorium pendidikan
praktek bagi peserta didik
adalah sarana dan tempat
untuk mendukung proses
pemebalajaran yang di
dalamnya terkait dengan
pengembangan, pemahaman,
keterampilan dan inovasi
bidang ilmu sesuai dengan
bidang pekerjaan yang ada
pada bidang studi tata busana.
Sedangkan dalam penelitian
ini yang dimaksud
laboratorium keterampilan tata
busana adalah sarana atau
tempat untuk mendukung
pembelajaran praktek menjahit
(Sumarjo, 2005:2).
Menurut (Euis Ratna Dewi
2000 :11), ruang praktek
laboratorium ketrampilan tata
busana terdiri dari :
1) Ruang desain adalah tempat
untuk merancang atau
mendesain sebuah busana.
Alat bahan dan perlengkapan
desain seperti pensil, pensil
warna, kertas gambar dan
meja gambar tersedia secara
khusus diruangan tersebut. 2)
Ruang pola adalah tempat
meja pembuatan pola
sekaligus meja potong kain
sebagai bahan pembuatan
busana dan alat-alat yang
mendukung proses tersebut
3) Ruang menjahit adalah
ruang untuk melaksanakan
proses menjahit sampai
dengan proses penyelesaian.
Dalam ruangan ini terdapat
mesin jahit meja, setrika dan
lemari penyimpanan atau
penataan.
4) Ruang mengepas adalah
sebuah ruangan untuk
mencoba atau mengepas
busana yg dijahit dan di
lengkapi dengan cermin rak
baju dan tempat gantungan
baju.
5) Ruang penyimpaanan
adalah sebuah ruangan untuk
menyimpan alat dan bahan
untuk pembuatan busana yaitu
berupa rak atau lenmari
pakaian. 6) Ruang praktek
busana adalah ruang dimana
siswa melakukan kegiatan
untuk membuat busana
dengan mempergunakan alat
dan perlengkapannya. Untuk
mencapai keberhasilan
tersebut ada beberapa yang
harus diperhatikan dalam
pengelolaan laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai