Anda di halaman 1dari 16

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DAN KEBIJAKAN ERA OTONOMI

DAERAH

1. Pengertian

Sistem adalah gabungan dari elemen – elemen yang saling dihubungkan oleh
suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya
menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri atas fungsi fungsi yang
saling berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran
yang diinginkan secara efektif dan efisien.
Sistem adalah kumpulan dari komponen- komponen yang membentuk suatu
kesatuan. Pelayanan Kesehatan adalah aktivitas tak terlihat yang dihasilkan dari
interaksi antara konsumen dan karyawan. Setiap upaya, sendiri atau bersama-
sama,dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan ,
mencegah dan mengobati penyakit, dan memulihkan kesehatan masyarakat.(Rusdiana
& Irfan, 2014)

A. Organisasi kesehatan dunia telah menetapkan 6 program prioritas untuk periode


2014 –2019 yaitu:

1) Memajukan jaminan Kesehatan cakupan semesta (Universal Health


Coverage/UHC): memungkinkan negara-negara untuk mempertahankan atau
memperluas akses terhadap semua layanan Kesehatan dan perlindungan
finansial yang dibutuhkan, dan mempromosikan cakupan Kesehatan universal
sebagai konsep pemersatu dalam Kesehatan global.
2) Tujuan pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs)
yang terkait dengan Kesehatan: menangani tantangan yang belum selelsai dan
yang akan datang: mempercepat pencapaian tujuan Kesehatan yang terkait
saat ini sampai dan diluar tahun 2015. Prioritas ini mencakup menyelesaikan
pemberantasan polimielitis dan penyakit tropis yang terabaikan
3) Mengatasi ancaman penyakit tidak menular dan Kesehatan mental, kekerasan,
luka dan cacat.
4) Melaksanakan ketentuan peraturan Kesehatan Internasional (2005) :
memastikan bahwa semua negara dapat memenuhi persyaratan kapasitas yang
ditentukan dalam peraturan.
5) Meningkatkan akses terhadap produk medis berkualitas, aman, manjur dan
terjangkau (obat-obatan, vaksin, diagnostic dan teknologi Kesehatan lainnya).
6) Mengatasi determinan Kesehatan sosial, ekonomi dan lingkungan sebagai
sarana untuk mempromosikan hasil Kesehatan dan mengurangi ketidakadilan
Kesehatan di dalam dan diantara negara-negara (WHO, 2017)

B. Sistem Pelayanan Kesehatan

Sistem Pelayanan Kesehatan adalah satu kesatuan usulan yang terdiri dari
berbagai elemen kesehatan yang berkaitan secara teratur dengan tujuan
mempromosikan dan memulihkan atau menjaga kesehatan perorangan, keluarga, dan
kelompok masyarakat. Keberhasilan system pelayanan kesehatan tergantung dari
berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk dari
subsistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.(Tinggi & Kesehatan,
2019)
Sistem pelayanan kesehatan sangat penting untuk kita bahas dalam
manajemen kesehatan, dimana segala sesuatu yang berhubungan dengan pelayanan
harus diawali dengan sistem yang baik. Sistem adalah suatu mekanisme kerja di mana
ada input, proses, dan output.
Apabila system ini sudah dijalankan dengan baik, maka otomatis hasil atau
output dari system pelayanan kesehatan kepada masyarakat akan tercapai.
a. Masukan (Input) Masukan (Input) adalah energi yang dimasukan kedalam
sistem. Masukan dapat berupa maintenance input dan sinyal input.
Maintenance input adalah energi yang dimasukan supaya system tersebut
dapat beroperasi. Sedangkan sinyal input adalah energi yang diproses untuk
mendapatkan output.
b. Keluaran (Output) Keluaran (Output) adalah hasil dari energi yang diolah dan
diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.
c. Proses Suatu system mempunyai suatu bagian pengolah yang akan mengubah
masukan menjadi keluaran.
C. Sistem pelayanan Kesehatan Indonesia

Pengelolaan upaya Kesehatan yang terpadu, berkesinambungan, paripurna,


dan berkualitas, meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan,
yang diselenggarakan guna menjamin tercapainya derajat Kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Dalam peraturan presiden nomor 72 tahun 2012 tentang sistem
Kesehatan nasional dinyatakan bahwa upaya Kesehatan merupakan salah satu
subsistem Kesehatan nasional. Unsur-unsur sub sistem upaya Kesehatan terdiri dari:

1) Upaya Kesehatan
2) Fasilitas pelayanan Kesehatan
3) Sumber daya upaya Kesehatan
4) Pembinan pengawasan upaya Kesehatan.

Upaya Kesehatan mengcakup Kesehatan fisik, mental, termasuk intelegencia


dan sosial. Upaya Kesehatan dilaksanakan dalam tingkatan upaya seuai dengan
kebutuhan mendik dan Kesehatan. Terdapat tiga tingkatan upaya, yaitu upaya
Kesehatan tingkat pertama/primer, upaya Kesehatan tingkat ke dua/sekunder, dan
upaya tingkat Kesehatan ke tiga/tersier. Upaya Kesehatan di selenggarakan secara
terpadu, berkesinambungan, dan paripurna melalui sistem rujukan (kemenkes RI
2012)

1. Upaya Kesehatan primer

Upaya Kesehatan primer terdiri dari pelayanan Kesehatan perorangan primer


dan pelayanan Kesehatan masyarakat primer.
1) Pelayanan Kesehatan perorangan primer
Pelayanan Kesehatan perorangan primer adalah pelayanan Kesehatan dimana
terjadi kontak pertama secara perorangan sebagai proses awal pelayanan
Kesehatan.
2) Pelayanan Kesehatan masyarakat primer
Pelayanan Kesehatan masyarakat primer adalah pelayanan peningkatan dan
pencegahan tanpa mengabaikan pengobatan dan pemulihan dengan sasaran
keluarga, kelompok, dan masyarakat.

2 Upaya Kesehatan sekunder


Upaya Kesehatan sekunder adalah upaya Kesehatan rujukan lanjut, yang
terdiri dari pelayanan Kesehatan perorang sekunder dan pelayanan Kesehatan
masyarakat sekunder.

1) Pelayanan kesehatan perorangan sekunder

Pelayanan Kesehatan perorangan sekunder adalah pelayanan Kesehatan


spesialistik yang menerima rujukan dari pelayanan Kesehatan program primer,
yang meliputi rujukan kasus, spesimen, dan ilmu pengetahuan serta dapat
merujuk Kembali ke fasilitas pelayanan Kesehatan yang merujuk.

2) Pelayanan Kesehatan masyarakat sekunder

Pelayanan masyarakat sekunder menerima rujukan Kesehatan dari pelayanan


Kesehatan masyarakat primer dan memberikan fasilitasi dalam bentuk sarana,
teknologi, dan sumber daya manusia Kesehatan serta di dukung oleh pelyanan
Kesehatan masyarakat tersier.

3. Upaya Kesehatan tersier

Upaya Kesehatan tersier adalah upaya Kesehatan rujukan unggulan yang tediri
dari pelayanan Kesehatan perorangan tersier dan pelayanan Kesehatan tersier.
1) Pelayanan Kesehatan perorangan tersier

Pelayana Kesehatan perorangan tersier menerima rujukan subspesialistik dari


pelayanan Kesehatan dibawahnya,dan dapat merujuk kembali ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang merujuk.

2) Pelayanan Kesehatan masyarakat tersier

Pelayanan Kesehatan masyarakat tersier menerima rujukan Kesehatan dari


pelayanan Kesehatan masyarakat sekunder dan memberikan fasilitasi dalam
bentuk sarana, teknologi, sumber daya manusia Kesehatan, dan rujukan
operasional, serta melakukan penelitian dan pengembangan bidang Kesehatan
masyarakat dan penapisan teknologi dan produk teknologi yang terkait.

D. Tingkat pelayanan Kesehatan


Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada masyarakat memiliki tingkat
pelayanan Kesehatan, dimana merupakan bagian dari sistem pelayanan Kesehatan
yang diberikan pada masyarakat. Melalaui tingkat pelayanan Kesehatan akan dapat
diketahui kebutuhan dasar manusia tentang Kesehatan. Tinkat pelayanan Kesehatan
dalam sistem pelayanan Kesehatan adalah sbagai berikut :
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan
pelayanan melalui upaya peningkatan Kesehatan. pelaksanaan ini bertujuan untuk
meningkatkan status Kesehatan agar masyarakat atau sasarannya tidsk terjadi
gangguan Kesehatan.
2. Perlindungan Khusus (Spesifik Protection)
Perlindungan khusus ini dilakukan dalam melindungi masyaarakat dari bahaya
yang akan menyebabkan penurunan status Kesehatan, atau bentuk perlindungan
terhadap penyakit-penyakit tertentu, ancaman Kesehatan,dimana bentuk kegiatan
yang dilakukan meliputi : imunisasi,pemakaian pelindung seperti masker, tutup
telinga dan lain-lain.
3. Diagnosis Dini Dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis And Promt Treatment)
Tingkat pelayanan Kesehatan ini sudah masuk kedalam tingkat dimulainya atau
timbulnya gejala-gejala dari suatu penyakit.
4. Pembatasan Kecacatan ( Disabilitiy Limitation)
Pembatasan kecacatan ini dilakukan untuk mencegah agar seseorang atau
masyarakat tidak mengalami dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkannya.
5. Rehabilitasi (Rehabilition)
Bentuk pelayanan ini dilakukan setelah seseorang yang proses penyakitnya telah
berhenti atau sembh dari penyakit. Pada tahap ini seseorang dipulihkan keseatannya
pada keadaan semula, atau paling tidak berusaha mengembalikan seseorang pada
keadaan yang di pandang sesuai dan mampu melangsungkan fungsi kehidupannya.
(MARY A NIES, 2019)

E. Ciri – ciri system :

a. Menurut Elias M. Awad (1979)

Sistem bukanlah sesuatu yang berada di ruang hampa, melainkan selalu


berinteraksi dengan lingkungan. Tergantung pada pengaruh interaksi dengan
lingkungan tersebut. Sistem dapat dibedakan atas 2 macam yaitu :
a) Sistem bersifat terbuka : dikatakan terbuka apabila sistem tersebut
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
b) Sistem bersifat tertutup : dikatakan tertutup apabila sistem tersebut dalam
berinteraksi dengan lingkungannya tidak memengaruhi

b. Menurut Shode dan Voich Jr (1974)

a. Sistem mempunyai tujuan, karena itu semua perilaku yang ada pada sistem,
pada dasarnya bermaksud mencapai tujuan tersebut (purposive behaviour)
b. Sistem, sekalipun terdiri atas berbagai bagian atau elemen, tetapi secara
keseluruhan merupakan suatu yang bulat dan utuh (wholism) jauh melebihi
kumpulan bagian atau elemen tersebut
c. Berbagai bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem saling terkait,
berhubungan, serta berinteraksi
d. Sistem bersifat terbuka dan selalu berinteraksi dengan sistem lain yang lebih
luas, yang biasanya disebut dengan lingkungan
e. sistem mempunyai kemampuan transformasi artinya mampu mengubah
sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dengan kata lain sistem mampu
mengubah masukan menjadi keluaran
f. Sistem mempunyai mekanisme pengendalian, baik dalam rangka
menyatukan berbagai elemen atau bagian, juga dalam rangka mengubah
masukan menjadi keluaran

F. Unsur Sistem :

Sistem terbentuk atas bagian atau elemen yang saling berhubungan dan
memengaruhi. Adapun yang dimaksud dengan bagian atau elemen tersebut
ialah sesuatu yang mutlak harus ditemukan, yang jika tidak demikian, maka
tidak ada yang disebut dengan sistem itu sendiri. Adapun unsur – unsur sistem
saling berhubungan dan mempengaruhi lebih jelas dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Hubungan unsur – unsur system.
G. Jenjang sistem :
Secara sederhana, yang dimaksud dengan penjenjangan sistem ialah
pembagian sistem ditinjau dari sudut peranan dan kependudukannya terhadap
lingkungan. Penjenjangan sistem dapat dibedakan atas 3 macam yaitu :
1. supra sistem
Supra sistem adalah lingkungan dimana sistem tersebut berada. Lingkungan
yang dimaksud disini juga berbentuk suatu sistem tersendiri, yang kedudukan
dan peranannya lebih luas. Sistem yang lebih luas ini memengaruhi sistem,
tetapi tidak dikelola oleh sistem
2. Sistem
Sistem adalah sesuatu yang sedang diamati yang menjadi objek dan subjek
pengamatan
3. Subsistem
Subsistem adalah bagian dari sistem yang secara mandiri membentuk sistem
pula. Subsistem yang mandiri ini kedudukan dan peranannya lebih kecil
daripada sistem

H. Konsep Dasar Keperawatan :


Kesehatan menurut WHO, 1947 adalah suatu keadaan sejahtera
sempurna yang lengkap , meliputi : Kesejahteraan fisik, mental, dan sosial.
Bukan semata-mata bebas dari penyakit dan atau kelemahan. White (1977)
sehat adalah keadaan dimana seseorang diperiksa oleh ahlinya tidak
mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda penyakit atau
kelainan. Sedangkan sistem Kesehatan adalah kumpulan dari berbagai factor
yang kompleks dan saling berhubungan yang terdapat dalam keluarga,
kelompok, ataupun masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan (WHO,
1984). Untuk negara Indonesia tatanan yang mencerminkan upaya bangsa
Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan mencapai derajat Kesehatan yang
optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimaksud
dalam pembukaan undang-undang dasarr 1945.

I. Sistem Pelayanan Kesehatan :


Pelayanan merupakan kegiatan donamis berupa membantu
menyiapkan, menyediakan dan memproses serta membantu keperluan orang
lain. Pelayanan Kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara Bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan ksehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, ataupun
masyarakat.

J. Konsep Pelayanan Prima Di Bidang Kesehatan


Konsep prima memiliki arti harfiah “yang terbaik”. Jadi, pelayanan
prima berarti pelayanan terbaik yang dapat diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat dalam bidang Kesehatan. Berarti ukuran terbaik sangat relative
dan biasanya dikaitkan dengan standar pelayanan minimal (SPM). Pelayanan
prima dibedakan menjadi tiga level :
1) Pelayanan yang dianggap terbaik oleh Lembaga pemerintah yang belum
memiliki SPM. Lembaga ini memiliki kewajiban segera Menyusun SPM.
2) Pelayanan yang sesuai dengan SPM. Bagi Lembaga pemerintah yang telah
memiliki SPM.
3) Pelayanan yang melebihi persyaratan SPM. Bagi Lembaga pemerintah yang
telah melakukan, wajib memperbaharui SPM untuk menampung ide-ide
maupun terobosan baru.(Wahit Iqbaal Mubarak, 2009)
2. Sistem Penyelenggaraan Pelayanan Public Di Era Otonomi Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah telah membawa perubahan pada pengelolaan


pelayanan pemerintah. Di bidang kesehatan, misalnya, kantor departemen (kandep)
dan kantor wilayah (kanwil) Kesehatan yang sebelumnya merupakan instansi vertical
pusat telah dilebur dengan dinas kesehatan (dinkes) di tingkat kecamatan. Kini semua
urusan kesehatan ditangani oleh dinas kesehatan (instansi daerah) baik di tingkat
provinsi maupun kabupaten/kota. Perubahan ini tentu saja membawa dampak
terhadap pelayanan kesehatan.

Kualitas pelayanan kesehatan dapat diukur melalui tingkat kepuasan


masyarakat atas pelayanan kesehatan yang diterima, baik pelayanan kuratif maupun
preventif. Namun, upaya mengkaji dampak otonomi daerah terhadap pelayanan
kesehatan masih terasa sulit mengingat usia otonomi daerah yang baru berjalan tiga
tahun dan pemda masih sibuk menata struktur organisasi, kepegawaian dan
keuangannya. (Beyer et al., 2006)

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri


ataupun secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara serta
meningkatkan kesehatan, mencegah serta menyembuhkan penyakit, serta memulihkan
kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat. (Mubarak dan
Chayatin, 2009:132)

Sedangkan definisi dari pelayanan kesehatan menurut undang-undang nomer


36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan dapat berupa pelayanan
kesehatan secara masala tau umum yang biasanya berbentuk program-program
kesehatan dan pelayanan secara individu. Dalam memberikan pelayanan jasa di
bidang kesehatan, maka setiap kebijakan pemerintah harus disertai dengan sasaran
kebijakan. Agar kebijakan pelayanan kesehatan yang dibuat itu tepat pada sasaran
maka dibuatlah kategori penerima layanan kesehatan. (Rusdiana & Irfan, 2014)
Pada dasarnya ada dua kategori dalam pelayanan kesehatan yang berdasarkan
pada sasaran dan orientasinya, yaitu :
1) Kategori yang berorientasi pada public atau masyarakat: Pelayanan kesehatan
yang termasuk dalam kategori public terdiri dari sanitasi lingkungan (air
bersih, sarana pembuangan limbah baik limbah padat maupun limbah cair,
imunisasi, dan perlindungan kualitas udara). Pelayanan kesehatan yang
berorientasikan masyarakat lebih difokuskan langsung pada individu individu
di masyarakat. Orientasi ini merupakan usaha dari pencegahan, serta
peningkatan kesehatan masyarakat.
2) Kategori yang berorientasi pada perorangan atau pribadi: Pelayanan kesehatan
perorangan atau pribadi merupakan pelayanan kesehatan yang berfokus untuk
melayani kesehatan individu yang pada umumnya memiliki masalah kesehatan
atau penyakit yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang intensif. Dalam
pelayanan kesehatan perorangan atau pribadi ini lebih berorientasi pada
penyembuhan dan pengobatan serta pemulihan yang ditujuhkan langsung
kepada individu yang membutuhkan pelayanan kesehatan pribadi ini.
(Notoatmodjo:2 010: 109)

Pelayanan Kesehatan puskesmas Sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar di


tingkat kecamatan, umumnya setiap puskesmas mempunyai seorang dokter yang
merangkap sebagai kepala puskesmas. Namun tugas administrasi seorang kepala
puskesmas acapkali menyita waktu pelayanannya bagi masyarakat. Akibatnya,
penanganan pasien lebih banyak diserahkan kepada tenaga perawat dan bidan.
Keadaan ini memang dilematis. Di satu sisi, sebagai seorang dokter puskesmas ia
dituntut untuk ikut serta memberkan pelayanan medis, namun di sisi lain tugas
administrasi sebagai kepala puskesmas justru mengganggu tugas pelayanannya
sebagai dokter. Hasil survei di 100 puskesmas di 10 kabupaten/kota menunjukkan
bahwa sebagian besar pasien dilayani oleh tenaga perawat/bidan di puskesmas
meskipun dokter hadir. Ironisnya, hasil survei SMERU juga menemukan bahwa
dokter kepala puskesmas dan tenaga medis lainnya memberikan pelayanan pasien
pribadi pada jam kerja puskesmas. Pasien yang ingin mendapat pelayanan dan obat
yang lebih baik umumnya memilih berobat kedokter kepala puskesmas meskipun
harus membayar dengan biaya lebih tinggi. Hal ini sebenarnya bertentangan dengan
fungsi puskesmas, yaitu sebagai tempat alternative berobat bagi masyarakat miskin
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik.

3. Permasalahan Yang Terjadi Pada Pelayanan Kesehatan Di Era Otonomi Daerah

Otonomi daerah merupakan momentum yang sangat penting bagi pemerintah


daerah untuk menajamkanskala prioritas pembangunan, termasuk pembangunan
sector kesehatan. Pembangunan sector kesehatan dipandang cukup strategis dalam
mewujudkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, pembangunan kesehatan
hendaknya dipandang secara holistik, artinya pembangunan kesehatan tidak dapat
dipisahkan dari pembangunan ekonomi, sosial dan politik. Sementara itu, dari
berbagai kalangan, pembangunan kesehatan masih dipahami sebagai permasalahan
teknis yang hanya melibatkan para dokter, perawat, dan tenaga paramedic lainnya.

Dari segi kebijakan, pembangunan kesehatan juga belum banyak dijadikan


diskursus public secara luas. Pembangunan kesehatan seakan-akan telah dianggap
mampumelakukan perubahan secara otomatis untuk merespon dinamika sosial dan
politik yang berkembang pada saat ini. Wacana yang dikembangkan dalam
pembangunan kesehatan bertolak dari paradigm kesehatan untuk semua (health for
all). Paradigma ini sejalan dengan prinsip-prinsip yang mendasari pelaksanaan
otonomi daerah yaitu:
a. Demokrasi,
b. Keadilan,
c. Partisipasi masyarakat,
d. Efisiensi dan efektivitas dalam memberkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.

Implementasi desentralisasi kesehatan di era otonomi daerah dilakukan


melalui :
1) Aspek kelembagaan dan kesiapan sumber daya manusia.
Dalam aspek ini, meskipun pemerintah daerah sudah berusaha untuk
mengembangkan kelembagaan dan sumber daya manusia sebagai
respon atas tuntutan desen tralisasi kesehatan, namun kebijakan
tersebut masih belum mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas
lembaga. Hal ini dapat dilihat dari dominannya eksekutif dalam
menyusun peraturan daerah di bidang kesehatan yang menyebabkan
adanya bias kepentingan eksekutif. Di samping itu, masih lemahnya
control lembaga legislative terhadap pelaksanaan kebijakan dan masih
terbatasnya tenaga kesehatan masyarakat yang sebenarnya mempunyai
peran yang sangat strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
2) Aspek finansial (pembiayaan kesehatan)
Dapat diketahui bahwa komitmen Pemerintah dalam pembangunan
kesehatan ternyata masih lemah. Hal ini dapat dilihat dari besarnya
alokasi APBD untuk sector kesehatan yang tidak berubah antara
sebelum dan setelah otonomi daerah. Bahkan pada awal otonomi
daerah alokasi untuk sector kesehatan justru mengalami penurunan.
Sektor kesehatan justru dijadikan sebagai sector unggulan untuk
meningkatkan PAD.
3) Aspek pelayanan kesehatan,
Dalam aspek ini dapat dilihat bahwa kualitas pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh lembaga pemerintah dan pihak swasta sudah
menunjukkan adanya perbaikan, meskipun masih juga ditemukan
beberapa indikator yang masih belum mengalami perbaikan.
Aksesibilitas masyarakat miskin dalam memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan sementara ini dapat dilakukan melalui program
dari pemerintah pusat JPK-Gakin. Program ini dirasakan belum
mampu memberdayakan masyarakat untuk sehat secara mandiri, dan
yang terjadi justru meningkatkan ketergantungan masyarakat pada
pemerintah.

4. Model-Model Kebijakan Pemerintah Daerah


Implementasi kebijakan adalah salah satu tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah direncanakan sebelumnya untuk pengambilan keputusan dan implementasi ini
merupakan tahapan yang komprehensif, dan kebijakan pemerintah adalah kebijakan
yang ditujukan untuk umum yang terkait dengan negara dan masyarakat dalam
berbagai status dan untuk minat lain.(Smeru, 2011)
Indicator Kesehatan merupakan bagian dari parameter pelayanan publik. Ada lima
isu strategis indikator kesehatan :
1. kasesibilitas layanan
2. ketercukupa SDM, sarana, dan prasarana Kesehatan.
3. komitmen anggaran pemda dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD).
4. sistem perlindungan
5. partisipasi masyarakat dalam pemberian penyelenggaraan Kesehatan(Wahit
Iqbaal Mubarak, 2009)

A. Program Kesehatan Yang Terkait Dengan Kebijakan Kesehatan


a. Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Mewujudkan masyarakat yang sehat dan mandiri, upaya pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan merupakan pilar utama yang
mempengaruhi keberhasilan jenis layanan kesehatan lainnya. Tindakan
promosi kesehatan tersebut yaitu preventif, kuratif dan rehabilitative
yang dilaksanakan dalam bebagai sektor (pemerintah swasta,
masyarakat, dan LSM) sesuai dengan kebijakan yang ada.
b. Kebijakan program lingkungan sehat
Arah kebijakan kementerian kesehatan yang terkait Penyehatan
Lingkungan adalah penguatan pelayanan kesehatan primer.
Kemampuan Puskesmas diarahkan untuk meningkatkan mutu system
informasi kesehatan mutu perencanaan di tingkat Puskesemas dan
kemampuan teknis untuk pelaksanan deteksi dini masalah kesehatan,
pemberdayaan masyarakat dan pemantauan kualitas kesehatan
lingkungan. Secara teknis kebijakan kegiatan penyehatan lingkungan
adalah peningkatan keterpaduan program preventif dan promotif
penyehatan lingkungan
c. Kebijakan program upaya Kesehatan
Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya
kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama
melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan
penguatan system kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan
d. Kebijakan program pelayanan Kesehatan
Kebijakan pelayanan kesehatan adalah kebijakan yang berfokus pada
pelayanan kesehatan sebagai upaya terorganisir untuk mengobati atau
merawat penyakit, keadaan disabilitas, ataupun kecacatan (de Leeuw,
Breton, Clavier:2014).
e. Kebijakan program upaya kesehatan perorangan
Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) merupakan suatu kegiatan dan
atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
f. Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas dalam merumuskan dan
melaksanakan kebijakan operasional pencegahan dan pengendalian
penyakit;
g. Kebijakan program perbaikan gizi masyarakat
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat sebagai mana disebutkan di dalam
UU No. 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola
konsumsi makanan, perbaikan prilaku sadar gizi dan kesehatan sesuai
dengan kemajuan ilmu dan teknologi
h. Kebijakan program sumber daya Kesehatan
Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional dibidang ke
farmasian, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT) serta sumber daya manusia kesehatan.
i. Kebijakan program kebijakan dan manajemen pembangunan
Kesehatan
Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya
kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama
melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan
penguatan system kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan
B. Kebijakan kesehatan Indonesia dibuat berdasarkan keputusan – keputusan
sebagai berikut:

a. PERPRES nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional


Sistem Kesehatan Nasional, yang selanjutnya disingkat SKN adalah
pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen
bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya
Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. TAP MPR RI VII tahun 2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.
Visi Indonesia 2020 adalah arah pandangan negara Indonesia yang
tertuang dalam Ketetapan MPR Nomor VII/MPR/2001. Di sana tertulis
visi Indonesia 2020 adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang
religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri,
serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara
c. Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.
Undang undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan menjelaskan
tentang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi sebagai Daerah Otonom dalam Bidang Pemerintah;
e. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah.
Penyelenggaraan tugas Pemerintah Pusat yang dilaksanakan oleh
perangkat Daerah Propinsi dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi
dibiayai atas beban APBN. Penyelenggaraan tugas Pemerintah Pusat
yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah dan Desa dalam rangka
Tugas Pembantuan dibiayai atas beban APBN.(Rusdiana & Irfan,
2014)
DAFTAR PUSTAKA

Beyer, M., Lenz, R., & Kuhn, K. A. (2006). Health Information Systems. In IT - Information
Technology (Vol. 48, Issue 1). https://doi.org/10.1524/itit.2006.48.1.6

MARY A NIES, M. M. (2019). keperawatan kesehatan komunitas dan keluarga.


arrangement with elsevier inc.

Rusdiana, H. A., & Irfan, M. (2014). Sistem Informasi Manajemen. Sistem Informasi
Manajemen, 5–387.

Smeru. (2011). IN THE ERA OF REGIONAL AUTONOMY Pelayanan Kesehatan Dasar di


Era Otonomi Daerah. Pelayanan Kesehatan Dasar Di Era Otonomi Daerah, 09, 1–32.

Tinggi, S., & Kesehatan, I. (2019). Sistem pelayanan kesehatan dan kebijakan era otonomi
daerah.

Wahit Iqbaal Mubarak, nurul chayatin. (2009). Ilmu keperawatan komunitas (R. Angriani
(ed.)).

Anda mungkin juga menyukai