Stilistika Al Quran
Stilistika Al Quran
Oleh:
Program Studi Ilmu al-Quran dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam Bani Fattah
(IAIBAFA), Jombang 2022.
Abstract
Al-Quran memiliki kemukjizatan dari beberapa sisi, terutama sisi yang paling terlihat dari
kemukjizatan, yang masih hangat pembahasannya sekarang adalah stilistika al-Quran dan hal-
hal yang dibahas didalam hal ini memang sangatlah mendasar, mulai dari aspek bunyi yang
terdapat didalam al-Quran dan tujuan atau fumgsinya apa sampai membahas imaginery. Dalam
surat al-Humazah itu umumnya yang sudah kita ketahui itu menjelaskan siksaan yang sngat
berat bagi orang yang suka menyiksa, yang suka mencela dan juga orang yang suka menyimpan
harta sampai-sampai mereka tudak mau meninfakkannya. Pada artikel ini akan dipaparkan
beberapa pembahasan ,mulai dari fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan juga Imaginery,
sehingga kita bisa memahami apa saja hal-hal yang terkandung didalam al-Quran dari sisi
lingistiknya, diantara keunggulan bahasa yang dimiliki al-Quran yaitu menggunakan ungkapan
atau uslub yang sangat indah.
Pendahuluan
Sebelum kita memahami stilistika secara mandalam, alangkah lebih baiknya kita
mnegetahui apa itu stilistika dan apa tujuan yang mendasari atas kemunculan hal tersebut,
stilistika merupakan gaya penelitian kebahasaan terhadap makna al-Quran dari segi sastra al-
Quran yang bersifat atau berwajah modern. Stilistika berasal dari kata stylistic yang menurut As
Hornby adalah kajian tentang gaya bahasa lisan atau tulisan dan tentang bagaimana
menggunakannya untuk menimbulkan pengaruh tertentu.
Sudah banyak sekali penelitian terhadap penafsiran dengan gaya ini, mulai dari surat-
surat pendek sampai surat-surat panjang yang terdapat didalam al-Quran, akan tetapi yang akan
dibahas didalam artikel ini adalah stilistika al-Quran yang terkandung dalam surat al-Humazah
dan Surat al-Humazah merupakan salah satu surat yang terdapat dalam juz 30 yang terdiri dari 9
ayat dan merupakan urutan surat ke 104 yang tergolong Makiyyah. Kandungan pokok surat al-
Humazah berisi ancaman bagi orang-orang yang suka mengumpat dan mencela sesama dan para
penimbun harta.
` Artikel ini disusun dengan tujuan menelisik stilistika al-Quran yang terdapat dalam surat
al-Humazah dan beberapa aspek yang terdapat dalam stilistika, mulai dari Sentuhan lafal al-
Qur’an, memakai gaya yang elastis, ushlub al-Quran, keserasian rangkaian kalimat al-Quran,
dan yang terakhir kekayaan seni redaksionalnya.
Pembahasan
Dalam literatur Arab, stilistika lebih dikenal dengan istilah ilmu al-ushlub atau al-
Ushlubiyah. Adapun maknanya menurut az-Zarqony dalam kitab beliau yang berjudul Manahil
al-Irfan fi Ulum al-Qur’an, mengatakan bahwa stilistika (Ushlub) adalah cara berbicara yang
ambil penulis dalam mengungkapkan ide, gagasan, kalimat dan memilih lafal-lafal. Sedangkan
dalam kitab Mu’jam al-Wasith dikatakan akhadzna fi asaliba min al-qaul (aku mengambil
metode-metode dalam bertutur kata).
Dari beberapa pengertian stilistika atau ushlub yang dipaparkan di atas kelihatan ada dua
aspek yang mencolok dalam kajian stilistika yaitu aspek estetika dan aspek linguistik. Adapun
aspek estetika berkaitan dengan cara khas yang digambarkan penutur bahasa atau penulis karya.
Sedangkan aspek linguistik berkaitan dengan ilmu-ilmu gaya bahasa.
ۡ ۢ ِ ۨ
َ } َو َماۤ اَ ۡد ٰرٮ4{ } َكاَّل لَيُ ۡنبَ َذ َّن ىِف ال ُحطَ َم ِة3{ ب اَ َّن َمالَۤه اَ ۡخلَ َده
ك َ } الَّذ ۡى مَجَ َع َمااًل َّو َعد1{ َو ۡي ٌل لِّـ ُك ِّل مُهََز ٍة لُّ َمَز ِة
ُ } حَي ۡح َس2{ َّده
}9{ َّد ٍة ٍ ِ ِ ۡ ۡ ِ ۡ ِٰ ۡ
َ } ىِف ۡى َع َمد مُّمَد8{ ٌص َدة
َ } ان ََّها َعلَ ۡي ِهمۡ ُّم ۡؤ7{ } الَّىِت ۡى تَطَّل ُع َعلَى الاَفـ ِٕـ َدة6{ ُ} نَ ُار اللّه ال ُم ۡوقَ َدة5{ َُما ال ُحطَ َمة
“ Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela (ayat 1) yang mengumpulkan harta dan
menghitung-hitung (ayat 2) dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya (ayat 3),
sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah ( ayat 4)
Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? ( ayat 5) (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang
dinyalakan (ayat 6) yang (membakar) sampai ke hati (ayat 7) Sesungguhnya api itu ditutup rapat
atas mereka ( ayat 8) (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang (ayat 9)”.
Kajian Pustaka
A. Stilistika
Stilistika adalah suatu bidang ilmu yang melakukan penelitian terhadap stile. Stile sendiri
adalah penggunaan gaya bahasa seseorang dalam sebuah karyanya. Gaya bahasa (stile) ini dari
satu orang dan orang lainnya tentu berbeda-beda. Selain identik dengan penggunaan gaya
bahasa, stile sendiri juga bisa di artikan sebagai kempuan untuk menulis secara indah. Karena
stile sendiri adalah turunan dari bahasa latin stilus yang berarti semacam alat untuk menulis pada
lempengan lilin.1
Disiplin ilmu stilistika bukan merupakan hal yang baru dalam kajian sastra barat, akan
tetapi kemunculan disiplin ilmu ini muncul besamaan seiring kemunculan sastra dan
berkembangnya di dunia barat. Kalau dipandang dalam kajian dunia sastra, salah satu hal yang
penting dan menjadi bagian didalamnya adalah interpretasi karya sastra, hal inilah yang menjadi
penyebab berkembangnya kajian stilistika hingga sekarang.2
1
Akhmad Muzakki, Stilistika al-Qur’an Gaya Bahasa al-Qur’an dalam Konteks Komunikasi (Malang: UIN-Malang
Press, 2009), 10.
2
Burhan Nurgiyantoro, Stilistika (Yogyakarta: Gajah Mada University Perss, 2017), 74.
B. Stilistika dalam pengkajian al-Quran
Stilistika dalam sastra Arab biasa dikenal dengan ilm al-uslub. Al-uslub adalah al-mariq
wa al-wajh, wa al-madhub (metode, cara dan aliran). Kalau dari interpretasi umumnya, al-uslub
adalah cara menulis atau cara memilih dan menyusun kata untuk mengungkap makna tertentu
sehingga mempunyai tujuan dan pengaruh yang jelas.3
Ilm al-uslub secara terminologi adalah ilmu yang mengkaji dan menyelidiki bahasa yang
digunakan para sastrawan dalam mengeksplorasikan dan memanfaatkan unsur-unsur, kaidah, dan
pengaruh yang ditimbulkan. Atau mengkaji ciri khas penggunaan bahasa dalam wacana sastra
dan meneliti deviasi dari tata bahasa yang di timbulkan.4
Ahmad Muzaki menuliskan dalam bukunya mengenai stilistika al-Quran bahwa stilistika
al-Quran tidak bisa dilepaskan dari konsep i’jaz al-Qurán. Karena kebanyakan yang di bahas
dalam stilistika al-Qur’an adalah mengkaji bahasa di dalam al-Qur’an.
Konsep stilistika bisa digunakan sebagai pisau analisis untuk menafsirkan al-Qur’a>n,
tetapi mengharuskan al-Qur’an dihapahami sebagai kitab agung berbahasa Arab. Atau kalau
menurut Nasr Hamid abu Zayd teks dalam al-Qur’an harus dipahami sebagaimana teks-teks
lainnya. Stilistika al-Qur’an atau tafsir dengan pendekatan susastra adalah pendekatan yang
mengarah pada tujuan untuk mengguggah perasaan dari pembaca. Baik secara rohani dan
jasmani. Secara rohani akan menimbulkan efek rasa senang, takut, dan juga penolakan terhadap
satu hal. Hal ini akan berakibat pada sikapnya dalam memandang sesuatu hal.5
Beberapa aspek yang menjadi pokok pembahasan dalam stilistika al-Quran, seperti
morfologi (gramatikal), sintaksis (kaidah terbentuknya suatu kalimat), semantik (analisis),
fonologi (menyelidiki bunyi-bunyi bahasa sesuai fungsinya).6
3
Ahmad Muzakki, Stilistika al-Qur’an (Malang: UIN Malang Press, 2009), 14.
4
Ibid., 16.
5
Chatibul Umam, Pengantar Kajian al-Qur’an (Jakarta: Pustaka al-Husna, 2004), 119.
6
Harimukti Kridalaksono, Kamus Linguistik (Jakarta: PT Gramedia, 1983), 45.
}4{ } َكاَّل لَي ُۡۢنبَ َذ َّن فِى ۡال ُحطَ َم ِة3{ } يَ ۡح َسبُ اَ َّن َمالَ ۤه اَ ۡخلَدَه2{ } ۨالَّ ِذ ۡى َج َم َع َمااًل َّو َع َّددَه1{ َو ۡي ٌل لِّـ ُكلِّ هُ َمزَ ٍة لُّ َمزَ ِة
هّٰللا َ َو َم ۤا اَ ۡد ٰرٮ
} فِ ۡى َع َم ٍد8{ ٌص َدةَ } اِنَّهَا َعلَ ۡي ِهمۡ ُّم ۡؤ7{ } الَّتِ ۡى تَطَّلِ ُع َعلَى ااۡل َ ۡفـــِٕ َد ِة6{ ُ} نَا ُر ِ ۡال ُم ۡوقَ َدة5{ ُك َما ۡال ُحطَ َمة
}9{ ُّم َم َّد َد ٍة
Pada ayat tersebut terdapat salah satu jenis sajak, yaitu sajak al-mutawazi, yaitu jenis
sajak yang letak kesamaan hurufnya terjadi pada bagian akhir kata sajak. Pada beberapa kata
(akhir ayat pada surah asy syamsy) termasuk jenis sajak yang menggunakan keserasian huruf
akhir yang sama yaitu dengan bunyi ha. Beberapa kata tersebut terdapat pada akhir ayat-ayat
surah asy syamsy yaitu ayat 1-15. Beberapa kata tersebut diantaranya yaitu pada ayat pertama
duhaha kemudian pada ayat kedua talaha dan untuk ayat-ayat selanjutnya perhatikan table
berikut ini:
ayat-ayat sajak dalam surah asy-syamsy mayoritas menggunakan huruf konsonan /h/,
yaitu sebanyak 15 huruf. Sedangkan bunyi konsonan lain yang terkandung pada beberapa kata
sajak pada ayat tersebut yaitu /d}/, }/h}/, /h/, /t/, /l/, /j/, /y/, /g/, /sy/ /b/, /n/, /t/, /s/, /w/, /z/, /k/, /q/,
/d/, /‘/, /‘/. Konsonan /d}/ sejumlah satu huruf, konsonan /h}/ sebanyak dua huruf, konsonan /h/
sebanyak 15 huruf, konsonan /t/ sebanyak dua huruf, konsonan /l/ sebanyak tiga huruf, konsonan
/j/ sebanyak satu huruf, konsonan /y/ sebanyak dua huruf, konsonan /g/ sebanyak dua huruf,
konsonan /sy/ sebanyak dua huruf, konsonan /b/ sebanyak dua huruf, konsonan /n/ sebanyak satu
huruf, konsonan /t/ sebanyak dua huruf, konsonan /s/ sebanyak lima huruf, konsonan /w/
sebanyak enam huruf, konsonan /z/ sebanyak satu huruf, konsonan /k/ sebanyak dua huruf,
konsonan /q/ sebanyak empat huruf, konsonan /d/ sebanyak satu huruf, konsonan /‘/ sebanyak
satu huruf, dan konsonan /’/ sebanyak satu huruf.
Selain itu, terdapat beberapa bagian dalam kalimat yang memiliki pola persajakan vokal
ahir yang sama, vokal tersebut yaitu kasrah, yaitu terdapat pada surah asy syamsy ayat 1-6 dalam
ِ wa al- -syamsi), ِر َ َم ْالق َ اِر,(Qamari-al wa (الن ه َ و
lafadz )س ْ ال َّشم َ و َّ َ ( وwa al-nahari), )ل ْ ي ا َّل َ و
ِ
wa al-laili), ِ )آء َ َّسم ال َ وwa al-samai), )ض ْ ْ ْالَر َ و
ِ wa al-ard}i). kesamaan huruf vokal pada akhir
lafadz tersebut dinamakan sajak. Perhatikan tabel berikut :
Pada analisis terhadap keserasian bunyi pada sajak yang terdapat di setiap akhir ayat
dalam surah asy syamsy ayat 1-6 terdapat beberapa jenis bunyi yang digunakan, yaitu bunyi 278
Al Furqan: Jurnal Imu Al Quran dan Tafsir, Volume 3 Nomor 2 Desember 2020 vokal dan bunyi
konsonan. Pada pemaparan data tabel di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan
beberapa lafadz dalam srah asy syamsy ayat 1-6 diakhiri dengan sajak huruf vokal /i/. Bunyi
vokal /a/ yang terkandung pada beberapa kata sajak tersebut sejumlah 14 huruf, sedangkan bunyi
vokal /a/ pada beberapa kata sajak tersebut berjumlah enam huruf.
Terdapat beberapa bunyi konsonan pula pada beberapa sajak tersebut, diantaranya yaitu
konsonan /w/ sebanyak enam huruf, konsonan /sy/ sebanyak dua huruf, konsonan /m/ sebanyak
tiga huruf, konsonan /s/ sebanyak tiga huruf, konsonan /l/ sebanyak lima huruf, konsonan /q/
sebanyak satu huruf, konsonan /r/ sebanyak tiga huruf, konsonan /n/ sebanyak dua huruf,
konsonan /h/ sebanyak satu huruf, konsonan /y/ sebanyak satu huruf, konsonan /’/ sebanyak dua
huruf, dan konsonan /d{/ sebanyak satu huruf.
Dapat dilihat, beberapa pola persajakan tersebut mempunyai keserasian bunyi, sehingga
keserasian bunyi tersebut menunjukan keindahan pemilihan kata yang digunakan dan dimiliki
oleh al Quran. Keserasian bunyi-bunyi tersebut terwujud dalam bentuk bunyi huruf vokal dan
konsonan. Bunyi huruf vokal yang serasi dan sama ditemukan dalam surah asy Syamsy sebanyak
lima puluh empat bunyi vokal /a/, tiga bunyi vokal /u/, dan enam bunyi vokal /i/. keserasian
bunyi vokal ini terletak pada akhir ayat maupun akhir kata. Akhir ayat secara keseluruhan
menggunakan vokal yang sama yaitu /a/, sedangkan bunyi vokal yang sama pada akhir kata atau
lafadz berupa vokal /i/. Adapun bunyi konsonan pada pola persajakan dalam surah asy syamsy
juga ditemukan adanya keserasian, pola yang paling banyak serasi dan mirip adalah konsonan /h/
yaitu berjumlah 15 konsonan. Kesamaan dan keserasian bunyi-bunyi tersebut menunjukkan
keindahan gaya bahasa yang digunakan dalam al-Quran.
Efek yang ditimbulkan dalam analisis keserasian bunyi pada sajak dalam surah asy
syamsy terbagi menjadi dua, yaitu pertama, efek fonologi terhadap keserasian. kedua, efek
fonologi terhadap makna.
َو ْي ٌلmenurut beberapa pendapat beberapa ulama, bisa dibaca rofa’ dan nashab , tapi yang
lebih dianjurkan itu dibaca rofa’, sebab masih termasuk isim jamid atau tidak tercetak dari fiil,
ada satu ungkapan “ ” َوالنصب يف قبوح أجودyang maksudnya ketika َو ْي ٌلdibaca nashob itu sungguh-
sungguh tidak patut, akan tetapi menurut pandangan madhzhab Imam Sibawaih, ketika َو ْي ٌل
dibaca nashab mengira-ngirakan kata ““ قولــوا الــزم هللا ويال لكــل همــزة, menurut Mujahid lafad َو ْيـ ٌل
konteksnya itu tidak hanya tertuju pada seseorang saja, Abu Ja’far juga berkomentar bahwa lafad
َو ْي ٌلdibaca nashab itu termasuk qaul yang shohih dalam bahasa Arab, dikarenakan cara membaca
suatu kalimat itu tidak terkhusus hanya bisa dibaca pada satu tempat saja dan bisa dikatakan juga
sutu kalimat itu ada kalanya memiliki banyak variasi cara membaca.
الهمزةyang dimaksud dengan lafad tersebut adalah orang yang suka mengumpat , dan
اللمزةadalah orang yang suka menggunjing . Ungkapan ini di setujui atau di sambut positif oleh
Ali bin Sulaiman , kemudian Ibnu Ziyad menguatkan kan pendapat diatas dan beliau
memaparkan bahwa الهمزةberarti orang yang mencela sesama juga menganiaya mereka secara
fisik dan lafad اللمزةberarti orang yang suka mencela juga mencaci orang lain dengan lisannya.
الــذيlafad ini bisa dibaca rofa’ dengan mengira-ngirakan lafadh هو, bisa juga dibaca
nashab dengan memperkirakan lafad أعني, dan bisa dibaca jer dengan syarat dijerkan terhadap
badal kul min kul, dan paparan diatas telah dibaca oleh Abu Ja’far, Yahya bin Watsab, A’masy,
Hamzah, dan Kisa’i.
الحطمةjika lafad ini tanpa disertai alif dan lam maka menjadi ghoiru munshorif.
املوقدةitu menjadi naat dari lafad النّار.
ممددةlafad ini jika dibaca jer menjadi naat لعمد, dan ketika dibaca rofa’ menjadi naat dari
lafad ملوصدةatau juga bisa menjadi khobar setelah khobar.
موصدةada dua lafad yang hampir sama dengan lafad tersebut, yakni آصدتdan ُأوصد, akan
tetapi ketika menggunakan redaksi ُأوص ــدتitu menjadi موص ــدةyang berarti tidak mencela, dan
ketika menggunakan redaksi آصــدتmenjadi مْؤ صــدةyang berarti mencela. Banyak sekali redaksi
yang sama mengenai dua lafad yang hurufnya berdekatan, akan tetapi maknanya berbeda.
untuk lebih jelasnya apa yang dikandung dalam surah Al-humazah tersebut, maka
dibawah ini akan dipaparkan beberapa kata yang ada didalam al-Humazah juga beserta artinya.
a). Wail
Wail memiliki sighot mufrad mudzakkar dan dalam pengertian umum waylun berarti
kemalangan, kebinasaan, kehancuran, keruntuhan, kekalahan, dan arti ini sama persis dengan
makna yang tercantum didalam al-Quran yakni kecelakaan atau celaka, akan tetapi yang lebih
mendekati ialah Kata ‘wail’ merupakan kata siksaan, ancaman dan kerasnya azab, atau sebuah
lembah di neraka Jahannam.
Qatadah mengatakan bahwa humazah lumazah mencela orang lain dengan lisan dan matanya,
dan suka mengumpat serta menjatuhkan orang lain. Mujahid mengatakan bahwa humazah
dengan tangan dan mata, sedangkan lumazah dengan lisan. Hal yang sama telah dikatakan oleh
Ibnu Zaid.
Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, bahwa makna yang dimaksud ialah memakan
daging orang lain, yakni mengumpat. Kemudian sebagian dari ulama mengatakan bawah orang
yang dimaksud ialah Al-Akhnas ibnu Syuraiq, dan pendapat yang lain mengatakan selain dia.
Mujahid mengatakan bahwa makna ayat ini umum.
Dari beberapa paparan diatas bisa kita ambil makna yang paling tepat dari Humazah
adalah pengumpat, yakni yang sering menyakiti melalui lisan dan lumazah adalah orang yang
melukai dengan anggota badan.
d). ‘Addadah
e). Yahsabu
Kata yahsabu secara umumnya didalam kamus memiliki arti menganggap, memikirkan,
sedangkan dalam al-Quran surat al-Humazah ayat 3 memiliki arti “dia mengira”. Dari beberapa
paparan tersebut berarti bahwa orang yang dimaksud dalam surat ini itu menganggap dengan
penuh keyakinan.
f). Akhladah
Akhladah dalam literature kamus bahasa Arab memiliki arti tinggal selamanya, kekal,
dan tidak abadi, sedangkan dalam al-Quran memiliki arti mengekalkannya, jadi dalam
memahami kata ahladah dalam surat ak-Humazah kita harus menghubungkannya dengan kata
yahsabu agar kita dapat memahaminya secara menyeluruh, jadi yang dimaksud dalam gabungan
kata tersebut adalah orang yang penuh keyakinan bahwa ketika mereka menyimpan harta maka
mereka akan kekal dan abadi, sehingga mereka menjadi kikir dan tidak mau mensedekahkan
hartanya.
g). Huthamah
h). ‘Amadi
Dari beberapa pendapat dalam memaknai kata ‘amadi, definisi yang mudah adalah tiang-
tiang yang panjang yang ada di neraka dan tiang itu membelenggu orang-orang yang diazab
didalam neraka.
E. Aspek Imaginery
Sebelum kita mengupas atau memahami apa saja kandungan yang ada dalam surat al-
Humazah, seyogyanya kita mengetahui asbabun nuzul dari surat al-Humazah terdahulu. Surah
Al-Humazah adalah salah satu surah dalam Al-Qur'an yang berada pada surah yang ke 104 dari
114 surah. Banyak sekali kandungan yang terdapat daalm surat al-Humazah dan bisa kita ambil
pelajaran untuk diaktualisasikan dalam kehidupan kita sehari-hari terutama dalam hal mencari
harta, sudah kita ketahui pada umumnya manusia selama hidup tidak akan pernah berhenti
mencari kepuasan dan dengan jalan mendapatkan harta mereka akan selalu berusaha mencari
kepuasan.