Skripsi: Metode Ahli Sufi Dalam Menentukan Otentisitas Hadis Menurut Muhaddisin
Skripsi: Metode Ahli Sufi Dalam Menentukan Otentisitas Hadis Menurut Muhaddisin
SKRIPSI
OLEH:
MUHAMMAD ZULKIFLI
NIM. 10832002628
Pada sekripsi ini, penulis mencoba mengangkat pemahaman ahli sufi dalam menentukan
keotentikan hadits, karena para ulama telah merumuskan beberapa kriteria bahwa suatu hadits
bisa dinyatakan berkualitas shahih, baik dari segi sanad maupun matannya, apabila ia
diriwayatkan dengan sanad yang bersambung (Ittishal al Sanad) kepada Nabi SAW, sanad itu
terdiri dari rawi-rawi yang ‘adil (memiliki integritas moral), dhabit (memiliki hafalan yang kuat),
sementara dalam sanad dan matan juga tidak teradapat Illat (cacat), dan syudzudz (berlawanan
dengan hadits yang lebih unggul kualitasnya). Jika suatu hadits telah memenuhi kriteria-kriteria
tersebut maka suatu hadits bisa dinyatakan berkualitas shahih dan bisa dijadikan sebagai hujjah
(sumber dalam agama Islam), baik dalam masalah yang berkaitan dengan akidah, hukum
(syari’at) maupun moral atau akhlak.
Dalam hal ini sebagian ahli sufi menyebutkan persyaratan lain dalam membuktikan
otentisitas hadits. Dimana muncul sebuah pemikiran bahwa dalam menentukan kualitas hadits
cukup dilihat dari materi hadits (matan hadits), bagi mereka yang terpenting adalah materi hadits
itu mengajak untuk berbuat baik, persoalan sanad-nya palsu dan sebagainya itu urusan lain.
Sebagian dari ahli sufi beranggapan bahwa otentisitas hadits tidak harus mengikuti persyaratan
yang telah dirumuskan oleh ulama ahli hadits, melainkan cukup dengan apa yang mereka sebut
dengan Kasyf dan klaim bertemu Nabi SAW dalam keadaan terjaga. Bahkan keshahihan sebuah
hadits dapat ditentukan oleh dzauq (perasaan) orang yang memiliki tingkat spiritual yang tinggi.
Sebagian ahli sufi ini merasa tidak terikat dengan persyaratan keshahihan hadits yang telah
disepakati oleh jumhur ulama, sehingga dalam prakteknya banyak hadits-hadits yang diklaim
shahih oleh sebagian orang-orang sufi, ternyata palsu menurut jumhur ulama hadits.
Keyakinan kaum sufi yang sepeti ini disebabkan kesalahan mereka dalam memahami
hadits,“Siapa yang melihat-Ku saat mimpi, maka ia akan melihat-Ku dalam keadaan sadar, dan
setan tidak bisa menyerupai diri-Ku.” Hadits shahih ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu
Hurairah. Kaum sufi dalam memahami hadits ini secara tekstual, dan hadits tersebut mempunyai
arti yang lebih umum. Jadi untuk memahami hadits tersebut, perlu memperhatikan hadits-hadits
lain yang membicarakan tema yang sama. Dalam kitab Shahih Muslim beliau meriwayatkan
hadits melalui jalur Abu Hurairah. Hadits ini mempunyai arti yang lebih khusus. Dengan
demikian makna hadits “Siapa yang bermimpi, maka ia akan melihat-Ku secara nyata” Tidak
seperti yang dipahami kaum sufi selama ini yang benar-benar bertemu langsung dengan Nabi
SAW, tetapi merupakan hanya sebuah pengandaian. Kata kuci untuk memahami hadits tersebut
adalah lafazh “ ”ﻟﻜﺄ ﻧﻤﺎyang berati sesuatu pengandaian. Kalau kedua riwayat tersebut
digabungkan, maka hadits itu berarti. “Siapa yang bermimpi melihat-Ku, maka seakan-akan ia
telah bertemu langsung dengan-Ku.
Para ulama menilai metode yang digunakan sebagian ahli sufi tidak masuk akal. Tidak
masuk akalnya metode ahli sufi terhadap otentisitas hadits melalui metode liqa’ al-Nabi dan
Thariq al-Kasyf maka dipandang lemah secara metodologi, Oleh karena itu, hadits-hadits yang
dishahihkan oleh kaum sufi melalui metode liqa’ al-Nabi dan Thariq al-Kasyf tidak bisa
dijadikan sebagai hujjah atau landasan hukum.
ABSTRACT
Entitled of this skripsi is "METHOD FOR DETERMINING THE EXPERTS SUFI
AUTHENTICITY OF HADITH BY ULAMA MUHADDIS"
At this skripsi, the author tries to lift the Sufi understanding of most experts in
determining the authenticity of the hadith, because the ulama have formulated several criteria
that a hadith could be declared authentic quality, both in terms of sanad and matan, when he
narrated the chain of transmission is continuous (Sanad al Ittishal ) to the Prophet SAW, sanad
consists of a narrator-the narrator is' unfair (moral integrity), dhabit (have strong memorization),
while in the sanad and matan also not there illat (disability), and Syudzudz (Contrary to
traditions more superior quality). If a hadith has met these criteria then a hadith could be
declared authentic quality and can be used as evidence (source in Islam), both in matters
pertaining to theology, law (Shari'a) and moral or morals.
In this case it seems most expert mystic mention other requirements in proving the
authenticity of hadith. Where appears an idea that in determining the quality of the material seen
enough hadith hadith (Hadith Matan), for them the most important is the hadith material invites
to do good, his sanad issue fake and so was another matter. majority of experts believe that the
authenticity of hadith Sufis do not have to follow the requirements that have been formulated by
the ulama Hadith expert, but enough with what they call the claims Kashef and met the Prophet
Muhammad in the awake state. Even supposedly, shahih a hadith can be determined by dzauq
(feeling) people who have a high spiritual level. Most experts feel the Sufi is not bound by the
terms agreed upon hadith shahih by jumhur ulama, so that in practice many traditions
authentically claimed by some Sufis, apparently false according jumhur' Ulama Hadith.
Sufi belief that a case was due to their error in understanding the hadith, "Who sees me as a
dream, then it would be in my view the waking state, and the devil cannot resemble myself."
This authentic Hadith narrated by al-Bukhari of Abu Hurairah. Sufis in understanding the textual
tradition, and tradition mentioned have a more general sense. So to understand these traditions,
need to note the other traditions that same subject matter. In his Sahih Muslim narrated by Abu
Hurairah path. This Hadith has a more specific meaning. Thus the meaning of the hadith "Who is
dreaming, then he will be my real see" Not as long as this is understood Sufis really meet directly
with the Prophet, but it is only a supposition. Said his key to understand these traditions is the
wording " " ﻟﻜﺄ ﻧﻤﺎwhich means something modality. If the two are combined history, the
tradition that means. "Who dreamed my view, it is as if he had met directly with me.
The ulama assess the methods used most expert mystic nonsense. The absurdity of the Sufi
expert methods authenticity of hadith through methods Liqa 'al-Nabi and Tariq al-Kashef then
considered methodologically weak, therefore, Hadiths shahih by the Sufis through methods Liqa'
and Tariq al-Nabi al- Kashef cannot be used as evidence or legal basis.
KATA PENGANTAR
ﱠﺣﻴ ِﻢ
ِﺑِ ْﺴ ِﻢ اﻟﻠﱠ ِﻪ اﻟﺮﱠﲪَْ ِﻦ اﻟﺮ
اﻟﻨﺒﯿﻦ اﻟﺪى ﻻﻧﺒﻰ وﻻرﺳﻮل ﺑﻌﺪه وﻋﻠﻰ اﻟﮫ وﺻﺤﺒﮫ وﻣﻦ واﻻه
Setinggi puji dan sedalam syukur penulis aturkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan ni’mat kesehatan, Iman, Islam, dan ni’mat umur kepada penulis, keluarga, dan
hamba-hamba-Nya di alam semesta ini. Selanjutnya Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada revolusi alam, yang telah merombak peradaban dunia dari zaman yang hina menuju
Sesungguhnya hanya dengan pertolongan Allah SWT tulisan ini akhirnya dapat penulis
selesaikan. Namun, dalam proses penyelesaian karya tulis yang berjudul: “METODE AHLI SUFI
melibatkan banyak pihak yang besar pengaruh dan jasa-jasa mereka. Oleh karena itu, sebagai
tanda syukur yang tulus atas bimbingan, nasehat, saran, dan doronga baik moril maupun materil,
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Nazir, (selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau) beserta jajarannya yang telah meberikan kesempatan kepada penulis
Pembantu Dekan (PD) 1, II, III, yaitu bapak Drs. Ali Akbar, MIS, H. Abdul Wahid
3. Bapak Kaizal Bay, Mis selaku ketua Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin yang
4. Prof. Dr. H. Zikri Darusamin, MA selaku pembimbing I skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan, pelajaran, serta arahan selama duduk di bangku kuliah dan
6. Kepada seluruh dosen dan asisten dosen yang telah mencurahkan segala Ilmu
Semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan bermnafaat bagi penulis di dunia dan
akhirat.
7. Kabag Kemahasiswaan dan yang terkait dengannya, yang telah membantu dan
memberikan Ilmu dan layanan yang baik selama penulis mengikuti perkuliahan.
9. Almarhumah Ibunda tercinta (Hj. Arumi) yang telah memberikan motivasi dan
skripsi ini tidak lepas dari jasa beliau dan beliaulah yang menjadi semangat hidup ini.
dan Agama. Terimakasih Ayah, Kemudian seluruh keluarga besar yang selalu
memberi do’a dan harapan serta dukungan baik lahir maupun batin sehingga skripsi
10. Teman-teman seperjuangan tafsir hadis angkatan 2008, Abdul Jamar, Afdal, M.
Haris, Pendi, Amin, Koko, Ari, Rahman, Kemudian adik-adik yang memberikan
motivasi, yaitu Fitri Sintia dan Nova serta bunda Erna Wati yang selalu member
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Beserta Teman-teman yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril bagi penulis.
11. Selanjutnya untuk semua pihak yang tidak tersebutkan di dalam tulisan ini satu-
persatu, yang turut berpartisipasi, dalam memberikan bantuan dan motivasi yang
sangat berharga sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga Allah SWT
Semoga karya tulis ini bisa menjadi ilmu baru serta inspirasi bagi semua pihak, serta
menjadi penjelas dan pemahaman terhadap ilmu hadis. Dan harapan penulis semoga skripsi ini
Penulis
Muhammad Zulkifli
DAFTAR ISI
NOTA DINAS
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI
PEDOMAN TRANSLITERASI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.............................................................................. 1
H. Sistematika Penulisan................................................................... 13
MUHADDISIN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………...……...….....113
B. Saran-saran……………………………………………….…..114
DAFTAR PUSTAKA
BIOGRAFI PENULIS