Anda di halaman 1dari 9

METODE AHLI SUFI DALAM MENENTUKAN

OTENTISITAS HADIS MENURUT MUHADDISIN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Ushuluddin

OLEH:

MUHAMMAD ZULKIFLI
NIM. 10832002628

PROGRAM S.1 JURUSAN TAFSIR HADIS


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM
PEKANBARU
RIAU
1434 H. / 2013 M.
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul “METODE AHLI SUFI DALAM MENENTUKAN
OTENTISITAS HADITS MENURUT ULAMA MUHADDIS”

Pada sekripsi ini, penulis mencoba mengangkat pemahaman ahli sufi dalam menentukan
keotentikan hadits, karena para ulama telah merumuskan beberapa kriteria bahwa suatu hadits
bisa dinyatakan berkualitas shahih, baik dari segi sanad maupun matannya, apabila ia
diriwayatkan dengan sanad yang bersambung (Ittishal al Sanad) kepada Nabi SAW, sanad itu
terdiri dari rawi-rawi yang ‘adil (memiliki integritas moral), dhabit (memiliki hafalan yang kuat),
sementara dalam sanad dan matan juga tidak teradapat Illat (cacat), dan syudzudz (berlawanan
dengan hadits yang lebih unggul kualitasnya). Jika suatu hadits telah memenuhi kriteria-kriteria
tersebut maka suatu hadits bisa dinyatakan berkualitas shahih dan bisa dijadikan sebagai hujjah
(sumber dalam agama Islam), baik dalam masalah yang berkaitan dengan akidah, hukum
(syari’at) maupun moral atau akhlak.
Dalam hal ini sebagian ahli sufi menyebutkan persyaratan lain dalam membuktikan
otentisitas hadits. Dimana muncul sebuah pemikiran bahwa dalam menentukan kualitas hadits
cukup dilihat dari materi hadits (matan hadits), bagi mereka yang terpenting adalah materi hadits
itu mengajak untuk berbuat baik, persoalan sanad-nya palsu dan sebagainya itu urusan lain.
Sebagian dari ahli sufi beranggapan bahwa otentisitas hadits tidak harus mengikuti persyaratan
yang telah dirumuskan oleh ulama ahli hadits, melainkan cukup dengan apa yang mereka sebut
dengan Kasyf dan klaim bertemu Nabi SAW dalam keadaan terjaga. Bahkan keshahihan sebuah
hadits dapat ditentukan oleh dzauq (perasaan) orang yang memiliki tingkat spiritual yang tinggi.
Sebagian ahli sufi ini merasa tidak terikat dengan persyaratan keshahihan hadits yang telah
disepakati oleh jumhur ulama, sehingga dalam prakteknya banyak hadits-hadits yang diklaim
shahih oleh sebagian orang-orang sufi, ternyata palsu menurut jumhur ulama hadits.
Keyakinan kaum sufi yang sepeti ini disebabkan kesalahan mereka dalam memahami
hadits,“Siapa yang melihat-Ku saat mimpi, maka ia akan melihat-Ku dalam keadaan sadar, dan
setan tidak bisa menyerupai diri-Ku.” Hadits shahih ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu
Hurairah. Kaum sufi dalam memahami hadits ini secara tekstual, dan hadits tersebut mempunyai
arti yang lebih umum. Jadi untuk memahami hadits tersebut, perlu memperhatikan hadits-hadits
lain yang membicarakan tema yang sama. Dalam kitab Shahih Muslim beliau meriwayatkan
hadits melalui jalur Abu Hurairah. Hadits ini mempunyai arti yang lebih khusus. Dengan
demikian makna hadits “Siapa yang bermimpi, maka ia akan melihat-Ku secara nyata” Tidak
seperti yang dipahami kaum sufi selama ini yang benar-benar bertemu langsung dengan Nabi
SAW, tetapi merupakan hanya sebuah pengandaian. Kata kuci untuk memahami hadits tersebut
adalah lafazh “‫ ”ﻟﻜﺄ ﻧﻤﺎ‬yang berati sesuatu pengandaian. Kalau kedua riwayat tersebut
digabungkan, maka hadits itu berarti. “Siapa yang bermimpi melihat-Ku, maka seakan-akan ia
telah bertemu langsung dengan-Ku.
Para ulama menilai metode yang digunakan sebagian ahli sufi tidak masuk akal. Tidak
masuk akalnya metode ahli sufi terhadap otentisitas hadits melalui metode liqa’ al-Nabi dan
Thariq al-Kasyf maka dipandang lemah secara metodologi, Oleh karena itu, hadits-hadits yang
dishahihkan oleh kaum sufi melalui metode liqa’ al-Nabi dan Thariq al-Kasyf tidak bisa
dijadikan sebagai hujjah atau landasan hukum.
ABSTRACT
Entitled of this skripsi is "METHOD FOR DETERMINING THE EXPERTS SUFI
AUTHENTICITY OF HADITH BY ULAMA MUHADDIS"
At this skripsi, the author tries to lift the Sufi understanding of most experts in
determining the authenticity of the hadith, because the ulama have formulated several criteria
that a hadith could be declared authentic quality, both in terms of sanad and matan, when he
narrated the chain of transmission is continuous (Sanad al Ittishal ) to the Prophet SAW, sanad
consists of a narrator-the narrator is' unfair (moral integrity), dhabit (have strong memorization),
while in the sanad and matan also not there illat (disability), and Syudzudz (Contrary to
traditions more superior quality). If a hadith has met these criteria then a hadith could be
declared authentic quality and can be used as evidence (source in Islam), both in matters
pertaining to theology, law (Shari'a) and moral or morals.
In this case it seems most expert mystic mention other requirements in proving the
authenticity of hadith. Where appears an idea that in determining the quality of the material seen
enough hadith hadith (Hadith Matan), for them the most important is the hadith material invites
to do good, his sanad issue fake and so was another matter. majority of experts believe that the
authenticity of hadith Sufis do not have to follow the requirements that have been formulated by
the ulama Hadith expert, but enough with what they call the claims Kashef and met the Prophet
Muhammad in the awake state. Even supposedly, shahih a hadith can be determined by dzauq
(feeling) people who have a high spiritual level. Most experts feel the Sufi is not bound by the
terms agreed upon hadith shahih by jumhur ulama, so that in practice many traditions
authentically claimed by some Sufis, apparently false according jumhur' Ulama Hadith.
Sufi belief that a case was due to their error in understanding the hadith, "Who sees me as a
dream, then it would be in my view the waking state, and the devil cannot resemble myself."
This authentic Hadith narrated by al-Bukhari of Abu Hurairah. Sufis in understanding the textual
tradition, and tradition mentioned have a more general sense. So to understand these traditions,
need to note the other traditions that same subject matter. In his Sahih Muslim narrated by Abu
Hurairah path. This Hadith has a more specific meaning. Thus the meaning of the hadith "Who is
dreaming, then he will be my real see" Not as long as this is understood Sufis really meet directly
with the Prophet, but it is only a supposition. Said his key to understand these traditions is the
wording "‫ " ﻟﻜﺄ ﻧﻤﺎ‬which means something modality. If the two are combined history, the
tradition that means. "Who dreamed my view, it is as if he had met directly with me.
The ulama assess the methods used most expert mystic nonsense. The absurdity of the Sufi
expert methods authenticity of hadith through methods Liqa 'al-Nabi and Tariq al-Kashef then
considered methodologically weak, therefore, Hadiths shahih by the Sufis through methods Liqa'
and Tariq al-Nabi al- Kashef cannot be used as evidence or legal basis.
KATA PENGANTAR

‫ﱠﺣﻴ ِﻢ‬
ِ‫ﺑِ ْﺴ ِﻢ اﻟﻠﱠ ِﻪ اﻟﺮﱠﲪَْ ِﻦ اﻟﺮ‬

‫اﻟﺤﻤﺪﷲ اﻟﺪى ھﺪاﻧﺎﻟﮭﺪاوﻣﺎﻛﻨﺎﻟﻨﮭﺘﺪى ﻟﻮﻻان ھﺪاﻧﺎﷲ وااﺻﻼةواﻟﺴﻼم ﻋﻠﻰ ﺳﯿﺪﻧﺎوﺣﺒﯿﺒﻨﺎﻣﺤﻤﺪﺧﺎ ﺗﻢ‬

‫اﻟﻨﺒﯿﻦ اﻟﺪى ﻻﻧﺒﻰ وﻻرﺳﻮل ﺑﻌﺪه وﻋﻠﻰ اﻟﮫ وﺻﺤﺒﮫ وﻣﻦ واﻻه‬

Setinggi puji dan sedalam syukur penulis aturkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan ni’mat kesehatan, Iman, Islam, dan ni’mat umur kepada penulis, keluarga, dan

hamba-hamba-Nya di alam semesta ini. Selanjutnya Shalawat dan salam selalu tercurahkan

kepada revolusi alam, yang telah merombak peradaban dunia dari zaman yang hina menuju

zaman yeng penuh bermakna yaitu Nabiyuna Muhammad SAW.

Sesungguhnya hanya dengan pertolongan Allah SWT tulisan ini akhirnya dapat penulis

selesaikan. Namun, dalam proses penyelesaian karya tulis yang berjudul: “METODE AHLI SUFI

DALAM MENENTUKAN OTENTISITAS HADITS MENURUT MUHADDISIN” ini tentunya

melibatkan banyak pihak yang besar pengaruh dan jasa-jasa mereka. Oleh karena itu, sebagai

tanda syukur yang tulus atas bimbingan, nasehat, saran, dan doronga baik moril maupun materil,

maka penulis mengucapkan terimaksih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Nazir, (selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau) beserta jajarannya yang telah meberikan kesempatan kepada penulis

untuk menimba ilmu di Fakultas Ushuluddin.


2. Ibunda Dr. Salmaini Yeli, M.Ag. selaku dekan fakultas Ushuluddin dan para

Pembantu Dekan (PD) 1, II, III, yaitu bapak Drs. Ali Akbar, MIS, H. Abdul Wahid

M.Us, dan H. Zailani, M.Ag.

3. Bapak Kaizal Bay, Mis selaku ketua Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin yang

telah memeberikan motivasi serta dorongan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Prof. Dr. H. Zikri Darusamin, MA selaku pembimbing I skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan, pelajaran, serta arahan selama duduk di bangku kuliah dan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. H. M. Ridwan Hsb. Lc, MA selaku pembimbing II skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan, pelajaran, maupun arahan baik di beberapa semester

bersama beliau maupun selama bimbingan skripsi.

6. Kepada seluruh dosen dan asisten dosen yang telah mencurahkan segala Ilmu

pengetahuannya kepada penulis, dalam upaya pembentukan karater diri penulis.

Semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan bermnafaat bagi penulis di dunia dan

akhirat.

7. Kabag Kemahasiswaan dan yang terkait dengannya, yang telah membantu dan

mempermudah dalam hal administrasi.

8. Karyawan dan karyawati Fakultas Ushuluddin yang telah banyak membantu

memberikan Ilmu dan layanan yang baik selama penulis mengikuti perkuliahan.

9. Almarhumah Ibunda tercinta (Hj. Arumi) yang telah memberikan motivasi dan

mengajarkan pahit getirnya kehidupan serta mengajarkan pemikiran luas, sehingga

skripsi ini tidak lepas dari jasa beliau dan beliaulah yang menjadi semangat hidup ini.

Selanjutnya Ayahanda tercinta (H.Saini) yang telah memberikan dorongan motivasi


untuk selalu menjadi pelopor serta kebanggan yang bisa berguna bagi Nusa, Bangsa,

dan Agama. Terimakasih Ayah, Kemudian seluruh keluarga besar yang selalu

memberi do’a dan harapan serta dukungan baik lahir maupun batin sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan

10. Teman-teman seperjuangan tafsir hadis angkatan 2008, Abdul Jamar, Afdal, M.

Haris, Pendi, Amin, Koko, Ari, Rahman, Kemudian adik-adik yang memberikan

motivasi, yaitu Fitri Sintia dan Nova serta bunda Erna Wati yang selalu member

motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Beserta Teman-teman yang tidak dapat

penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril bagi penulis.

11. Selanjutnya untuk semua pihak yang tidak tersebutkan di dalam tulisan ini satu-

persatu, yang turut berpartisipasi, dalam memberikan bantuan dan motivasi yang

sangat berharga sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga Allah SWT

membalas jasanya dan memberikan ganjaran disisi-Nya. Amin

Semoga karya tulis ini bisa menjadi ilmu baru serta inspirasi bagi semua pihak, serta

menjadi penjelas dan pemahaman terhadap ilmu hadis. Dan harapan penulis semoga skripsi ini

bermanfaat bagi kita semu. Amin ya Robbal ‘alamin.

Pekanbaru, 31 Mei 2013

Penulis

Muhammad Zulkifli
DAFTAR ISI

NOTA DINAS

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI

PEDOMAN TRANSLITERASI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.............................................................................. 1

B. Alasan Pemilihan Judul ............................................................... 6

C. Penegasan Istilah ......................................................................... 7

D. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................. 8

E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 9

F. Metode Penelitian ......................................................................... 11

G. Tujuan Dan Kegunaan ................................................................ 13

H. Sistematika Penulisan................................................................... 13

BAB II HADITS DAN URGENSINYA DALAM SYARI’AT ISLAM

A. Hadits Dalam Syari’at Islam........................................................ 15

B. Unsur-unsur Hadits ...................................................................... 25

C. Metodologi Krtik Sanad dan Matan Hadits ................................. 37

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG AHLI SUFI

A. Pengertian Ahli sufí…………………..……...….….…...…..…44


B. Awal Mula Munculnya Ahli Sufi……......................…...............50

C. Pandangan Ahli Sufi Terhadap Hadits……………..……….…..53

BAB IV ANALISIS TERHADAP METODE KAUM SUFI DALAM

MENENTUKAN KEOTENTIKAN HADITS MENURUT

MUHADDISIN

A. Analisis Hadits Mimpi Bertemu Nabi…………..…………....82

B. Analisis Terhadap Metode Liqa’ al-Nabi…………….……….88

C. Analisis Terhadap Thariq al-Kasyf……………………….…...92

D. Kritik Terhadap Mimpinya Kaum Sufi……………..………....95

E. Hubungan Antara Liqa’ Al-Nabi Dan Thariq

Al-Kasyf Dengan Sisitem Isnad................................................96

F. ‘Adalah Dan Keshahihan…………………….……………....102

G. Peranan Ilham Dalam Penelitian ‘Illat Hadits…………..…...104

H. Hadits-Hadits Palsu Yang Diklaim Shahih

Oleh Ahli Sufi…..…………………………………………..106

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………...……...….....113

B. Saran-saran……………………………………………….…..114

DAFTAR PUSTAKA

BIOGRAFI PENULIS

Anda mungkin juga menyukai