Anda di halaman 1dari 15

No.

STANDAR UF/STD/A03/
Form
PENDIDIKAN Form.002
ulir
STANDAR
Berla
PROSES
ku 2 September 2019
PEMBELAJA
Sejak
RAN
FORMULIR
TYPOID
SYLABUS / Revisi 5
RPS

KELOMPOK 1

NAMA MAHASISWA
1. Ahmad Maulana
2. Aida Fitria
3. Amelia
4. Lusi Sulaesih
5. Luvi Hapysari
6. Marisah Nurlela
7. Nurlelah
8. Rafikoh
9. Rasi
10. Siti Nursyamsiyah
11. Soehanita
2
KATA PENGANTAR
                    
                                                                                              

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Isu Terkini
Masalah Kesehatan Jiwa“. Dalam menyusun Makalah ini, saya telah dibimbing
dengan baik oleh para dosen dan beberapa pihak lainnya. Oleh karena itu sebagai
bentuk rasa syukur, saya ucapkan terima kasih kepada:
Tasbihul Anwar, S.Kep.,Ns.,M.Kep, Selaku Dosen / Koordinator mata kuliah
Ilmu Dasar Keperawatan III
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan Makalah
ini, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan pada Makalah selanjutnya.

Serang, Oktober 2022

    
Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
A. Pengertian......................................................................................................4
B. Penyebab.......................................................................................................5
C. Patofisiologi..................................................................................................5
D. Manifestasi Klinik.........................................................................................6
E. Penatalaksanaan............................................................................................7
F. Komplikasi....................................................................................................8
G. Pemeriksaan Penunjang................................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam tifoid  menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi


di negara yang sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas
dan kekurangan air bersih yang dapat diminum.  Diagnose dari pelubangan
penyakit tipus dapat sangat berbahaya apabila terjadi selama kehamilan
atau pada periode setelah melahirkan.Kebanyakan penyebaran penyakit
demam tifoid ini tertular pada manusia pada daerah – daerah berkembang,
ini dikarenakan pelayanan kesehatan yang belum baik, hygiene personal
yang buruk. Salah satu contoh yaitu di Negara Nigeria, dimana terdapat
467 kasus dari tahun 1996 sampai dengan 2000.Pada beberapa dekade
terakhir demam tifoid sudah jarang terjadi di negara-negara industri,
namun tetap menjadi masalah kesehatan yang serius di sebagian wilayah
dunia, seperti bekas negara Uni Soviet, anak benua India, Asia Tenggara,
Amerika Selatan dan Afrika. Menurut WHO, diperkirakan terjadi 16 juta
kasus per tahun dan 600 ribu diantaranya berakhir dengan kematian.
Sekitar 70 % dari seluruh kasus kematian itu menimpa penderita demam
tifoid di Asia.
Demam tifoid merupakan masalah global terutama di negara
dengan higiene buruk. Etiologi utama di Indonesia adalah Salmonella
enterika subspesies enterika serovar Typhi (S.Typhi) dan Salmonella
enterika subspesies enterika serovar Paratyphi A (S. Paratyphi A). CDC
Indonesia melaporkan prevalensi demam tifoid mencapai 358-810/100.000
populasi pada tahun 2007 dengan 64% penyakit ditemukan pada usia 3-19
tahun, dan angka mortalitas bervariasiantara 3,1 – 10,4 % pada pasien
rawat inap.

1
Dua dekade belakangan ini, dunia digemparkan dengan adanya
laporan Multi Drug Resistant (MDR) strains S.Typhi. strain ini resisten
dengan kloramfenikol, trimetropim-sulfametoksazol, dan ampicillin.
Selain itu strain ressisten asam nalidixat juga menunjakan penurunan
pengaruh ciprofloksasin yang menjadi endemik di India. United State,
United Kingdom dan juga beberapa negara berkembang pada tahun 1997
menunjukan kedaruratan masalah globat akibat MDR.
Morbiditas di seluruh dunia, setidaknya 17 juta kasus baru dan hingga
600.000 kematian dilaporkan tiap tahunnya. Di negara berkembang,
diperkirakan sekitar 150 kasus/ juta populasi/ tahun di Amerika Latin.
Hingga 1.000 kasus/ juta populasi/ tahun di beberapa negara Asia.
Penyakit ini jarang dijumpai di Amerika Utara, yaitu sekitar 400 kasus
dilaporkan tiap tahun di United State, 70% terjadi pada turis yang
berkunjung ke negara endemis. Di United Kingdom, insiden dilaporkan
hanya 1 dalam 100.000 populasi.
Di Indonesia, demam tifoid masih tetap merupakan masalah
kesehatan masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan untuk memberantas
penyakit ini tampaknya belum memuaskan. Di seluruh dunia WHO
memperkirakan pada tahun 2000 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita
demam tifoid dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal . Di Indonesia
selama tahun 2006, demam tifoid dan demam paratifoid merupakan
penyebab morbiditas peringkat 3 setelah diare dan Demam Berdarah
Dengue.
Kejadian demam tifoid meningkat terutama pada musim
hujan.Usia penderita di Indonesia (daerah endemis) antara 3-19 tahun
(prevalensi 91% kasus). Dari presentase tersebut, jelas bahwa anak-anak
sangat rentan untuk mengalami demam tifoid. Demam tifoid sebenarnya
dapat menyerang semua golongan umur, tetapi biasanya menyerang anak
usia lebih dari 5 tahun. Itulah sebabnya demam tifoid merupakan salah
satu penyakit yang memerlukan perhatian khusus. Penularan penyakit ini
biasanya dihubungkan dengan faktor kebiasaan makan, kebiasaan jajan,

2
kebersihan lingkungan, keadaan fisik anak, daya tahan tubuh dan derajat
kekebalan anak.
Perlu penanganan yang tepat dan komprehensif agar dapat memberikan
pelayanan yang tepat terhadap pasien. Tidak hanya dengan pemberian
antibiotika, namun perlu juga asuhan keperawatan yang baik dan benar
serta pengaturan diet yang tepat agar dapat mempercepat proses
penyembuhan pasien dengan demam tifoid.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian demam tifoid?
b. Apa saja penyebab demam tifoid?
c. Bagaimana patofisiologi demam tifoid?
d. Bagaimana manifestasi klinis dari demam tifoid?
e. Bagaimana penanganan atau pencegahan demam tifoid?
f. Komplikasi apa saja yang terjadi pada penderita demam tifoid?
g. Pemeriksaan penunjang apa yang harus di lakukan ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian demam tifoid
b. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari demam tifoid
c. Untuk mengetahui gejala dan tanda  yang terjadi pada demam tifoid
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari demam tifoid
e. Untuk mengetahui komplikasi yang disebabkan oleh demam tifoid
f. Untuk mengetahui pemeriksaan apa saja yang baik untuk penderita
demam tifoid
g. Untuk mengetahui pencegahan atau penanganan demam tifoid

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan


infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang
terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer,
1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-
gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type
A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran cerna dengan gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan pada
saluran cerna dan gangguan kesadaran.(Mansjoer, 2000: 432).
Demam typoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang
ditandai denganbakteremia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang
bersifat difus, pembentukanmikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal
ileum. Disebabkan salmonella thypi, ditandaiadanya demam 7 hari atau
lebih, gejala saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.(Soegijanto, 2002:
1).
Demam typoid adalah penyakit infeksi bakteri hebat yang di awali di
selaput lendir usus,dan jika tidak di obati secara progresif akan menyerbu
jaringan di seluruh tubuh.(Tambayong, 2000: 143).

4
Demam typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
infeksi salmonella typhi.( Ovedoff, 2002: 514).

B. Penyebab
Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi kuman
Salmonella Typhosa, basil gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu
getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora. Bakteri tersebut memasuki
tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia merupakan sumber
utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit saat
sedang sakit atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik
sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit,
namun mati pada suhu 70 Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B
atau C (Soedarto, 1996).
Salmonella Typhosa memiliki tiga macam antigen, yaitu :

a. Antigen O (Ohne Hauch) : merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik


untuk grup Salmonella dan berada pada permukaan organisme dan juga
merupakan somatik antigen yang tidak menyebar.
b. Antigen H : terdapat pada flagella dan bersifat termolabil.
c. Antigen Vi : merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis.

C. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi
oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar

5
kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman
ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Demam tifoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan
endotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit
pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan
mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan gejala
demam.

D. Manifestasi Klinik
a. Demam  lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun
menjelang malamnya demam  tinggi.
b. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah.
Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan
yang asam-asam atau pedas.
c. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di
hatidan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan
lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan,
akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar
lagi lewat mulut.
d. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna
menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare,
namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air
besar).

6
e. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa
lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan
rasa sakit di perut.
f. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman
dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang
parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama demam tifoid adalah terapi dengan antibiotika
sesuai dengan profil sensitivitas bakteri untuk tiap-tiap daerah endemik. Kasus
ringan dapat dilakukan rawat jalan di rumah dengan pemberian antibiotik oral
dan antipiretik. Pasien dengan tanda komplikasi dan gejala klinis signifikan
seperti vomitus dengan tanda dehidrasi, diare berat, disentri dan tanda
kegawatan abdomen harus dirawat inap.
a. Kriteria Pasien Rawat Jalan Ada berbagai kriteria yang harus dipenuhi
sebelum memutuskan bahwa pasien demam tifoid dapat menjalani rawat
jalan di Rumah.

Persyaratan perawatan rawat jalan tersebut antara lain adalah :

a) Penderita memiliki gejala klinis yang ringan, tidak ada tanda


komplikasi dan penderita tidak memiliki komorbid yang
membahayakan.
b) Penderita dalam keadaan compos mentis (sadar penuh) dan dapat
makan dan minum dengan baik
c) Pasien dan keluarga memiliki pengetahuan yang cukup mengenai tata
cara perawatan demam tifoid serta tanda bahaya yang harus dipantau
d) Rumah tangga penderita dapat memenuhi persyaratan yang baik dalam
melaksanakan pembuangan ekskreta (muntahan, feses, urin)
e) Penderita dan keluarga bersedia menjalani program pengobatan yang
dianjurkan oleh dokter

7
b. Penderita demam tifoid dengan gambaran klinis jelas sebaiknya dirawat
dirumah sakit atau sarana kesehatan lain yang ada fasilitas perawatan.
Demam tifoid sebaiknya ditangani di rumah sakit, bila gejala yang dialami
memburuk, seperti :
a) Muntah-muntah terus menerus
b) Diare
c) Hingga pembengkakan pada bagian perut.
d) Demam

Pasien masih anak-anak atau balita (lebih rentan untuk terjadinya kekurangan
cairan). Demam tifoid yang justru berkembang menjadi komplikasi pada
sistem pencernaan, perforasi usus, dan sistem saraf.

Terapi Antibiotik, Penatalaksanaan dengan antibiotik merupakan lini utama


terapi pasien demam tifoid. Antibiotik memiliki peran terapi dan menurunkan
risiko komplikasi berat pada pasien demam tifoid. Modalitas pilihan
antibiotik pada demam tifoid bergantung pada sensitivitas organisme terhadap
antibiotik. Namun saat ini terapi demam tifoid menjadi lebih sulit karena
mulai berkembangnya strain Salmonella typhi yang resisten obat terutama di
India dan negara Asia tenggara.

F. Komplikasi
Dapat terjadi pada :
a. Di usus halus
Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :
a) Perdarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan :
1. Penurunan TD dan suhu tubuh
2. Denyut nadi bertambah cepat dan kecil
3. Kulit pucat
4. Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel
b) Perforasi usus

8
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada
bagian distal ileum.
c) Peritonitis
Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan:
1. Nyeri perut hebat
2. Kembung
3. Dinding abdomen tegang (defense muskulair)
4. Nyeri tekan
5. TD menurun
6. Suara bising usus melemah dan pekak hati berkurang
7.  Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit
dalam waktu singkat.
d) Diluar usus halus
1. Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.
2. Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi
sekunder
3. Kolesistitis
4. Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang,
muntah, demam tinggi
5. Meningitis, gejala : bayi tidak mau menetek, kejang, letargi,
sianosis, panas, diare, kelainan neurologis.
6. Miokarditis
7. Karier kronik

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam
tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu :

a. Pemeriksaan darah tepi


b. Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman
c. Uji serologis
d. Pemeriksaan kuman secara molekuler.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Demam tifoid adalah suatu  infeksi akut pada usus kecil yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Di Indonesia penderita demam
tifoid cukup banyak diperkirakan 800/100.000 penduduk per tahun,
tersebar dimana-mana, dan ditemukan hamper sepanjang tahun.

Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling
sering pada anak besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini,
adalah penting melakukan pengenalan dini demam tifoid, yaitu adanya 3
komponen utama : Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari),
Gangguan susunan saraf pusat / kesadaran.

B. Saran
Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat
memberikan saran untuk selalu menjaga kebersih lingkungan , makanan
yang dikonsumsi harus higiene dan perlunya penyuluhan kepada
masyarakat tentang demam tifoid.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, D. (2021). Diagnose dan tata laksana demam tifoid pada dewasa. CKD
292; 48(1), 5-7
Widodo, D., 2007, Demam Dofoid Dalam Sudoyo, A.W., Setyohadi, B. Alwi, I .,
Simadibrata,M. & Setiati,S. Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam (edt), Edisi
Ke Empat, Jilid 3, Hal 1752-1754, Vakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html
http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-
fkxu277.htm
http://www.infofisioterapi.com/penyakit-tifus-pada-anak.html#more-3671
http://www.arisclinic.com/2011/04/demam-tifoid-gejala-diagnosis-pengobatan/

11

Anda mungkin juga menyukai