Anda di halaman 1dari 4

Memahami Fungsi dan Cara Keja Otak

May 5, 2021
 
| No Comments
Pada modul 1. 2 calon guru penggerak akan mempelajari tentang nilai dan peran guru
penggerak. Untuk mendukung peran guru penggerak, maka para calon guru penggerak
harus memahami cara kerja otak seseorang dalam bergerak dan menggerakkan. Guru
penggerak juga akan bisa memperhatikan seluruh potensi personality anak didik dengan
memahami cara kerja otak dan bagaimana mengelola pembelajaran di kelas sehingga
system otak berpikir (neocortex) bisa dimaksimalkan fungsinya dalam proses
pembelajaran di kelas.
Daniel Kahneman dalam bukunya tentang thinking fast and slow menjelaskan tentang
bagaimana otak bekerja. Kahneman menjelaskan 2 cara berbeda Otak manusia
membentuk pikiran.
Menurut Daniel Kahneman ada 2 cara Kerja otak yaitu
1. cara berpikir cepat ( dilakukan oleh otak reptile dan otak mamalia)
Cara berpikir cepat atau menurut Daniel Kahneman disebut sebagai sistem 1 dilakukan
oleh otak reptil dan otak mamalia. Cara kerja otak ini adalah menghemat energi atau
mengkonservasi energi sehigga penghantaran rangsang lebih cepat dan mempunyai
jalur yang cepat tanpa menuju otak besar (neocortex ) terlebih dahulu, atau dikenal
sebagi respon tubuh terhadap keadaan atau refleks dan otomasi. Karena bekrja cepat
otak ini sering disebut sebagai sistem yang malas, karena merespon sesuatu
rangsangan tanpa melalui proses analisis atau rasionalitas.
Contoh kerja otak reptil
 Mengendarai mobil sambil menjawab telfon
 Menyelesaikan persamaan sederhana 2×2 =

 Menunjukkan rasa jijik saat melihat gambar yang mengerikan

2. Cara berpikir lambat, (dilakukan oleh neocortex)


Otak besar atau neocortex aau disebut juga otak primata atau otak luhur manusia tau
otakberpikir, merupakan sistem yang menurut Daniel Kahneman memiliki kelebhan
sekaligus kelemahan, karena memiliki peran dalam proses belajar manusia. Otak ini
sebagai pusat berfikir, kecerdasan atau intelejensia (IQ), pusat gerak sadar, serta
sebagai otak yang berfungsi dalam proses belajar. Namun sayangnya, otak ini bekerja
lambat dan membutuhkan energi yang sangat banyak, dalam proses kerjanya.
Contoh kerja otak neocorteks
 Menyelesaikan persamaan matematika yang kompleks seperti 52,1 x 23 =

 Menentukan rasio harga atau menentukan kualitas dua mesin cuci


 Menentukan validitas dari penalaran logis yang kompleks

 parkir di tempat sempit dan

 contoh kegiatan lain yang membutuhkan penalaran logis dan rasional

sumber:IBHcenter.com
Otak kita bekerja melalui 3 level yaitu :
1. Otak reptile, /batang otak
Otak ini disebut otak reptile karena menyerupai otak yang terdapat pada reptile. Otak ini
berfungsi mengelola semua refleks dan otomasi dalam tubuh kita, seperti mengatur
denyut jantung pernapasan, refleks tubuh, melindungi tubuh dari bahaya. Semua itu
dilakukan  tentu saja dengan cara mengkonservasi atau menghemat energi. Otak ini
bekerja cepat dan merupakan respon tubuh terhadap lingkungan, menganggap semua
adalah ancaman hingga terbukti semua dalam keadaan aman. Penting kita ketahui
bahwa otak ini akan aktif jika seseorang dalam keadaan takut, cemas, stress, merasa
terancam, sehingga akan menghambat proses berpikir rasional dan seseorang akan
bertindak menggunakan insting dan otomatis. Jadi tekniknya dalah guru menciptakan
lingkungan belajar agar otak ini selalu dalam keadaan aman dan nyaman, sehingga otak
ini bisa meneruskan informasi ke bagian  otak lainnya dan bisa mendukung proses
belajar
2. Otak mamalia/ system limbik,
Otak ini menyerupai otak mamalia, otak ini bertanggung jawab terhadap ritme kehiduan
manusia, mengatur perasaan atau emosi. Sistem limbik memiliki kemampuan berpikir
cepat mengkonservasi energi untuk otomasi.  Kita tahu bahwa emosi memegang
peranan penting dalam proses belajar, sehingga falam pembelajaran, guru harus bisa
menmbuat susasan nyaman menyenangkan agar emosi anak terkendali dan merasa
senang, bahagia sehingga akan bisa meneruskan informasi ke otak lainnya yaitu otak
berpikir manusia (neocortex) dan bisa mendukung proses belajar. Contoh saja misalnya
ketika memberikan tugas ke siswa, kita harus merangsang anak agar termotivasi dan
bersemangat menyelesaikan tugas dengan memberikan alternatif  cara maupun tempat
menyeleaikan tugasnya.
3 Otak berpikir, atau otak luhur (neocortex).
Otak ini meliputi 80  % dari volume otak manusia karena memiliki peranan penting dalam
proses berpikir, pusat belajar, berpikir startegies, kreatif dan metakognitif dan
membentuk kecerdasan manusia. Namun sayangnya karena kerjanya yang cukup berat
tersebut, otak ini termasuk bekerja lambat, mudah lelah dan lebih banyak menghabiskan
energi untuk aktvasinya. Sehingga dalam mendesain pembelajaran guru harus memiliki
teknik khusus agar anak tidak cepat bosan, dan akhirnya malas berpikir meenggunakan
otak neocortexnya.
Otak secara umum seperti anggota tubuh lainnya cenderung mengkonservasi energy
atau menghemat energy dalam bekerja. Sehingga, sistem berpikir cepat sering
mengambil alih kendali sisitem berpikir lambat dalam mengambil keputusan, sehingga
sering insting kita lebih cepat bereaksi dbandngkan menganalsisis sesuatu terlebih
dahulu menggunakan otak berpikir. Sehingga guru perlu mendesain pembelajaran yang
merangsang aktivasi system berpikir lambat atau menggunakan otak berpikir
menganalisis sesuatu dan tidak membiarkan otak reptile dan mamalia mengambil alih
tindakan kita.
Berikut ini ada beberapa hal penting yang bisa dipahami dalam hal kerja otak untuk
membantu anak belajar lebih baik
a. Interaksi dari ketiga bagian otak (inklusivitas kerja otak)
Ketiga otak memang bekerja secara independen, namun ketiga bagian otak tersebut
membangun interkoneksi  yang bisa mempengaruhi satu sama lain. Otak neocortex
tidak akan bisa menjalankan fungsinya dengan baik, jika kebutuhan kedua otak lainnya
tidak terpenuhi, yaitu jika kebutuhan utama kita tidak terpenuhi atau pusat emosi kita
tidak seimbang (tidak stabil). Misalnya siswa tidak akan bisa belajar jika sedang sedih
atau memiliki masalah keluarga,atau jika mengalani tekanan atau merasa  tidak aman di
kelas atau merasa stress
Jadi apa implikasinya dalam pembelajaran di kelas? Dengan memahami cara kerja
ketiga otak diatas, sebagai guru sebelum mulai belajar (fungsi neocortex), kita harus
memperhatikan dan memastikan kondisi kedua otak  anak yang lain dalam keadan
seimbang, yaitu emosi anak stabil dan kebutuhan utama terpenuhi yaitu rasa aman. Jika
emosi (system limbik) dan rasa aman (otak reptile) sudah terpenuhi maka anak akan
siap belajar. Guru bisa melakukan pendekatan  bagaimana mengelola emosi anak didik
sehingga anak bisa mengatasi emosi negative dalam dirinya terutama untuk
meningkatkan rasa percaya diri pada anak didik.Memahami cara berpikir lambat dan
cara bepikir cepat
2. Ada 2 sistem berpikir yaitu berpikir cepat dan berpikir lambat,. 
Berpikir cepat berhubungan dengan otomasi, membutuhkan sedikit energi karena tidak
membutuhkan reasoning  atau alasan atau deep thinking atau tdak membutuhkan
analisis dalam mengambil keputusan. Sedangkan berpikir lambat yang diilakukan oleh
neocortex  atau pusat berpikir, melakukan proses analisis dalam setiap proses berpikir
dan pengambilan keputusan sehingga membutuhkan energi yang lebih banyak untuk
mengaktivasinya. Sehingga kita perlu memkasimalkan fungsi neocortex dalam belajar
agar otak reptil dan otak mamalia tidak megambil alih atau tiidak mendominasi proses
belajar. Biasanya  di kelas ketika kita mengajukan pertanyaan, anak atau siswa kita lebih
banyak menggunakn otak (system berpikir cepat) atau otak malas ini, sehingga
jawabannya sering salah. Siswa jarang menggunkan sisitem berpikir lambat yang
menganalisis pertanyaan terlebih dahulu baru menjawab. Untuk itu sebuah tantangan
bagi guru bagaimana mendesain pembelajaran yang bisa mengaktivasi system berpikir
lambat ini sehingga tujuan belajar tercapai.
Salah satu cara merangsang system berpikir lambat adalah dengan mengguakan tehnik
pembelajaran yang menyenangkan, perasaan gembira jauh dari tekanan seperti dasar
pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu dengan tehnik bermain. Tehnik bermain yang
merupakn kodrat alami anak ini akan memberikan rasa aman , tenang dan kondusif
pada diri anak (otak reptile), sehingga akan mengaktivasi system limbik,  merangsang
emosi anak  agar stabil dan dalam kondisi bahagia, ketika emosi bahagia anak
teraktivasi (sisitem limbiknya) maka tingkatan belajar akan naik ke sistem berpikir
(neocortex) sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai. Namun perlu diperhatikan
proporsi permainan dan konten pembelajaran harus didesain seimbang  sehingga tidak
ada yang mendominasi dan tidak tercipta rasa bosan.
Memastikan otak reptil (otak penjaga) dan otak mamalia dalam keadaan tenang dan
bahagia akan mampu mengaktivasi otak luhur manusia untuk belajar lebih baik

Anda mungkin juga menyukai