TUGAS AKHIR
Diajukanuntukmelengkapitugas-
tugasdanmemenuhisyaratpenyelesaianpendidikansarjanatekniksipil
DisusunOleh :
PUTRI D. SITUMORANG
10 0424 041
Kata Kunci: precedence diagram method, PDM, ranked positional weight method,
RPWM
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan
( Studi Kasus: Pembangunan Gedung Museum Deli Serdang – Lubuk Pakam) guna
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi Program Strata Satu pada
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan petunjuk,
bantuan dan dorongan pada penulis selama penyusunan tugas akhir ini. Ucapan
1. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, S.T., M.T., Ph.D. selaku Ketua Departemen
2. Bapak Ir. Andy Putra Rambe, M.B.A. selaku Sekretaris Departemen Teknik
3. Bapak Ir. Syahrizal, M.T. selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
4. Bapak Indra Jaya, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing II yang juga telah
ii
Sumatera Utara.
7. Teristimewa untuk kedua orangtua saya tercinta, Bapak R. Situmorang dan Ibu
memberikan motivasi yang luar biasa, nasehat, kasih sayang, doa, dukungan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari sempurna, baik tata bahasa maupun pembahasan materi,
miliki. Oleh karena itu sangat diharapkan saran-saran serta kritikan yang membangun
PUTRI D. SITUMORANG
iii
Halaman
ABSTRAK ……………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………... vi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… vii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 4
1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 4
1.4. Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 5
1.5. Batasan Masalah ……………………………………………………. 5
1.6. Sistematika Penulisan ………………………………………………. 6
iv
Halaman
Gambar2.1. Tiga kendala proyek ……………………………………………. 10
Gambar 2.2. Distribusi tenaga kerja sebelum diratakan ……………………. 14
Gambar 2.3. Distribusi tenaga kerja setelah diratakan …………………...... 15
Gambar 2.4. Node PDM ………………………………………………………. 32
Gambar 2.5. Hubungan kegiatan I dan J ……………………………………… 33
Gambar 2.6. Hubungan kegiatan I dan J ……………………………………… 34
Gambar 2.7. Kegiatan splitable ……………………………………………….. 35
Gambar 2.8. Kegiatan non-splitable …………………………………………. 36
Gambar 2.9. Diagram Precedence untuk menerangkan metode RPW ………. 40
Gambar 2.10. Hubungan aktivitas sebelum penyesuaian …………………….. 42
Gambar 2.11. Hubungan aktivitas setelah penyesuaian ………………………. 42
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi ……………………………………….. 49
vi
Halaman
Tabel 2.1. Hitungan ke depan dan ke belakang kegiatan splitable ………... 36
Tabel 2.2. Hitungan ke depan dan ke belakang kegiatan non-splitable …… 36
Tabel 2.3. Matrik precedence dari Gambar 2.9 …………………............... 40
Tabel 2.4. Contoh perhitungan bobot ……………………………………… 41
Tabel 4.1. Daftar pekerjaan proyek ………………………………………... 51
Tabel 4.3. Logika ketergantungan pekerjaan proyek ……………………… 56
Tabel 4.4. Bobot posisi item pekerjaan ……………………………………. 61
vii
viii
PENDAHULUAN
yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu
dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang kriteria mutunya telah digariskan
sasaran proyek, yaitu tepat biaya, tepat mutu dan tepat waktu. Sehingga seluruh
rencana proyek baik pada tahapan pra konstruksi, pelaksanaan konstruksi dan pasca
Siklus proyek secara umum merupakan pembagian tahap dan urutan kegiatan
menggunakan pendekatan sistem dan dengan anggapan bahwa siklus proyek adalah
bagian dari suatu siklus sistem dimana seluruh tahapan-tahapan kegiatan proyek
kerangka pemikiran proses konstruksi terdiri dari empat unsur pokok, meliputi:
jadwal pelaksanaan tertentu, kapan pelaksanaan proyek tersebut harus dimulai, kapan
proyek tersebut harus diselesaikan, bagaimana proyek tersebut akan dikerjakan, serta
selalu mengacu pada perkiraan yang ada pada saat rencana pembangunan jadwal
rencana yang telah dibuat dengan pelaksanaannya. Sehingga dampak yang sering
suatu perencanaan yang matang dan baik sebagai pedoman dalam melaksanakan
proyek agar dapat menggunakan sumber daya secara efisien. Untuk mencapai tujuan
pelaksanaan proyek yang sekaligus dapat mengontrol pelaksanaan proyek itu sendiri.
Pada umumnya pada suatu proyek menggunakan salah satu dari beberapa metode
penjadwalan proyek yang umum digunakan antara lain metode barchart, kurva S,
line of balance (LoB), precedence diagram method (PDM) dan sebagainya. Metode-
penggunaan metode penjadwalan tersebut didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang
ingin dicapai terhadap kinerja penjadwalan. Pada proyek Gedung Museum Deli
proyek dengan metode ini paling sering digunakan pada proyek konstruksi, karena
diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan jadwal proyek. Indikasi tersebut
dapat menjadi informasi awal guna melakukan tindakan koreksi dalam proses
menilai kemajuan proyek dan untuk memperbaiki atau memperbaharui sumber daya
ataupun waktu pada masing-masing kegiatan proyek memerlukan metode yang lain.
visual yang lebih kompleks sehingga tidak mudah untuk dipahami dan tidak dapat
aktivitas dengan durasi setiap aktivitas dan dapat menentukan lintasan kritis proyek.
PDM pada dasarnya menitikberatkan pada persoalan keseimbangan antara biaya dan
sejumlah tenaga kerja untuk mempersingkat waktu pelaksanaan suatu proyek dan
kenaikan biaya sebagai akibat penambahan tenaga kerja tersebut. Bila terjadi kondisi
keterbatasan tenaga kerja, maka dilakukan proses alokasi dan perataan tenaga kerja,
dan metode yang dipergunakan adalah Resource Scheduling Method. Dengan begitu
metode dapat memperoleh hasil yang lebih optimal dibandingkan dengan kurva S.
manufaktur yang pada saat melakukan alokasi dan perataan tenaga kerja
float time. Metode ini dapat digunakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi
manufaktur mirip atau relatif sama dengan aktivitas proyek konstruksi di lapangan
terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan penentuan bobot posisi dari setiap
pedoman yang jelas, yang berupa tingkat positional weight (bobot posisi) dari setiap
aktivitas. Sehingga dapat dibandingkan apakah hasil yang diperoleh lebih optimal
Dari latar belakang di atas beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam
dibandingkan dengan time schedule proyek ditinjau dari waktu dan biaya
pelaksanaan proyek?
(RPWM) terhadap alokasi dan perataan sumber daya dalam penjadwalan proyek.
real time schedule pada kurva S proyek untuk memperoleh metode yang
2. Bagi akademis, dapat menjadi bahan bacaan dan literatur serta referensi
Agar penelitian ini lebih mengarah pada latar belakang dan pemasalahan yang
3. Penelitian ini tidak merencanakan ulang struktur, desain ataupun arsitektur dari
proyek.
pekerjaannya saja, tidak ada tenaga kerja serba guna yang mampu mengerjakan
penjadwalan proyek berasal dari data yang dibuat oleh pihak kontraktor/
besar isi setiap bab yang dibahas pada Tugas Akhir ini. Adapun metode dan
optimal.
dengan real time schedule proyek ditinjau dari waktu dan biaya
pelaksanaan proyek
dari seluruh kegiatan Tugas Akhir ini dengan menitik beratkan pada
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Proyek
mempunyai objektif yang spesifik yang harus diselesaikan, terdefinisi dengan jelas
waktu awal dan akhirnya, mempunyai batas dana, menggunakan sumber daya
(manusia, uang, peralatan, dsb), serta multifungsional dimana anggota proyek bisa
berasal dari departemen yang berbeda. Sebuah proyek juga dapat diartikan sebagai
upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan
1996:9).
mencapai tujuan, sasaran, dan harapan penting tertentu. Aktivitas atau kegiatan-
memberikan hasil yang sesuai dengan perencanaan semula. Hingga pada akhirnya
kita akan dapat melihat bahwa pelaksanaan proyek pada umumnya merupakan
1. Proyek Engineering Kontruksi, aktivitas utama dari jenis proyek ini terdiri dari
lain.
lain-lain.
5. Proyek Kapital, biasanya digunakan oleh sebuah badan usaha atau pemerintah.
fasilitas produksi.
perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber
pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga
berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat
didalamnya terdapat batasan yang mendasar yaitu besarnya biaya yang dianggarkan,
waktu yang dijadwalkan dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan tersebut
Mutu
Biaya Waktu
(Sumber: A. Husen)
10
a. Waktu
b. Biaya
Anggaran proyek yang akan dikeluarkan berdasarkan biaya sumber daya yang
c. Mutu
hubungan saling ketergantungan, sehingga jika terjadi perubahan pada salah satu
faktor tersebut maka akan mempengaruhi dua factor yang lainnya. Sebagai contoh
mutu: kualitas mutu berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan, besar kecilnya biaya
secara umum menunjukkan tinggi rendahnya mutu untuk suatu pekerjaan yang sama
spesifikasinya. Demikian pula waktu, tinggi rendahnya mutu secara tidak langsung
berkaitan dengan lama waktu pelaksanaan. Mutu yang tinggi membutuhkan kehati-
hatian dan pengawasan mutu yang lebih intensif, sehingga jelas akan memakan
Dari waktu yang lebih lama tersebut otomatis, paling tidak dari segi biaya
11
A. Perencanaan (Planning)
Organisasi secara umum dapat diartikan dua orang atau lebih yang
hasil efisiensi yang tinggi dan tepat waktu. Oleh karena itu pembentukan
skala waktu yang tepat. Dari penjadwalan tersebut dapat diketahui berapa
12
mempunyai tugas dan pada hari lain diperlukan banyak pekerja tetapi hanya
13
turun (fluktuasi).
Jumlah
Tenaga
Kerja
Waktu
(Sumber: A. Husen)
bahwa terjadi kebutuhan sumber daya yang bersifat naik turun secara tajam
(fluctuation). Hal ini harus dihindari, sebab untuk merekrut, menyeleksi dan
melatih sumber daya (tenaga kerja) memerlukan biaya yang mahal, dan
meningkat dari awal proyek atau rata atau pun banyak kemudian sedikit
14
Waktu Waktu
Jumlah Jumlah
Tenaga Tenaga
Kerja Kerja
Waktu Waktu
(Sumber: A. Husen)
daya yang diperlukan dalam periode waktu tertentu. Dalam hal ini, jumlah
sumber daya yang diperlukan melebihi jumlah sumber daya yang tersedia.
15
besar atau tingkat pengangguran yang lebih kecil. Pada akhirnya, biaya
kendala praktis yaitu aktivitas mana yang harus dikerjakan pada hari
terganggu.
16
poin,yaitu:
17
manusia.
jalannya suatu proyek. Dalam hal ini, profitabilitas dan likuiditas terkait
B. Pelaksanaan (Actuating)
Pada tahap pelaksanaan suatu proyek mengacu pada perencanaan yang sudah
18
proyek.
Dalam kenyataan yang ada, sering kali pelaksanaan suatu proyek tidak sesuai
dengan perencanaan. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya beberapa alasan
Dengan adanya perubahan tersebut sering kali suatu proyek mengalami percepatan
dengan waktu pelaksanaan yang paling optimal. Pada suatu proyek yang mengalami
dipercepat maka proyek akan mempunyai waktu minimum dengan maksimum biaya
pada biaya kegiatan dan biaya total proyek. Dengan demikian harus ditentukan
C. Pengawasan/Pengendalian (Controlling)
biaya, waktu, mutu, dan keselamatan kerja sehingga dapat menjadi criteria sebagai
tolak ukur. Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengendalian yaitu berupa
implementasi.
19
memasukkan semua proses yang dibutuhkan dalam upaya untuk memastikan waktu
penyelesaian proyek (PMI 2000). Ada lima proses utama dalam manajemen waktu
proyek, yaitu:
1. Pendefinisian Aktivitas.
yang menjadi ruang lingkup proyek dari level tertinggi hingga level yang
2. Urutan Aktivitas.
realisitis. Dalam proses ini dapat digunakan alat bantu komputer untuk
masih efektif untuk proyek yang berskala kecil atau di awal tahap proyek yang
dengan lingkup proyek dan sumber daya yang diperlukan yang kemudian
20
4. Pengembangan Jadwal.
akan dimulai dan kapan harus selesai. Pembuatan jadwal proyek merupakan
proses iterasi dari proses input yang melibatkan estimasi durasi dan biaya hingga
5. Pengendalian Jadwal.
dilakukan sudah sesuai dengan alokasi waktu yang sudah direncanakan. Hal
proyek.
proyek sesuai dengan anggaran biaya yang telah disetujui. Hal utama yang sangat
diperhatikan dalam manajemen biaya proyek adalah biaya dari sumber daya yang
21
diperlukan untuk melaksanakan aktivitas proyek. Proses ini sangat berkaitan erat
2. Estimasi Biaya.
Estimasi biaya adalah proses untuk memperkirakan biaya dari sumber daya yang
sebuah kontrak, perlu dibedakan antara perkiraan biaya dengan nilai kontrak.
dari segi bisnis di mana perkiraan biaya yang didapat dari proses estimasi
3. Penganggaran Biaya.
aktivitas dari keseluruhan biaya yang muncul pada proses estimasi. Dari proses
ini didapatkan cost baseline yang digunakan untuk menilai kinerja proyek.
4. Pengendalian Biaya.
22
berdampak pada pendapatan dalam proyek itu sendiri. Hal ini dikuatkan dengan
yang baik dapat menghemat ± 40% dari biaya proyek, sedangkan perencanaan yang
2005:161).
jadwal proyeksi dari suatu proyek yang akan berfungsi sebagai pedoman utama
dalam pelaksanaan proyek. Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil
kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja,
peralatan, dan material serta rencana durasi proyek dan progres waktu untuk
hubungan antar kegiatan dibuat lebih terperinci dan sangat detail. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang paling realistis agar alokasi sumber
daya dan penetapan durasinya sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek.
23
4. Waktu yang di perlukan, waktu yang tersedia, serta perkiraan waktu yang
karena dana yang di kelolah sangat besar, kebutuhan dan penyediaan sumber daya
juga besar, kegiatan yang di lakukan sangat beragam serta durasi proyek menjadi
24
(Soeharto, 1999):
4. Penyusunan jadwal
juga sebaiknya tidak terlalu banyak dalam pembagiannya karena juga akan
sebaiknya berdasarkan:
4. Pengalaman
25
1. Wilayah geografi
2. Area konstruksi
3. Elemen-elemen bangunan
4. Jenis pekerjaan
5. Departemen
(Ervianto, 2004):
pekerjaannya.
2. Susunan WBS dibuat atas dasar penguraian yang diskrit dan logis.
5. Tiap elemen WBS diberi nomor, dengan penomoran yang sesuai dengan
tingkat level-nya.
kerja).
26
tersebut di tempat yang benar, apakah harus bersamaan, setelah pekerjaan yang lain
selesai atau sebelum pekerjaan yang lain selesai. Pada penyusunan urutan kegiatan
kualitas.
kualitas.
waktu kemudian secara keseluruhan dianalisa dan dihitung kurun waktu penyelesaian
proyek, sehingga dapat diketahui jadwal induk dan jadwal untuk pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
jenis aktivitas, urutan setiap aktivitas, durasi waktu aktivitas, kalender (jadwal hari),
27
metode tersebut didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap
sekaligus kinerja proyek secara keseluruhan. Oleh karena itu, variabel–variabel yang
Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm atas
pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek. Kurva
tidak detail dan hanya terbatas untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih
28
kegiatan pada suatu metode diantara durasi proyek diplotkan terhadap sumbu vertical
sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk kurva S. Bentuk
demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal biasanya masih sedikit,
kemudian pada pertengahan meningkat dalam jumlah cukup besar, lalu pada akhir
pendekatan yang dilakukan dapat perhitungan persentase berdasarkan biaya per item
2. Bobot item pekerjaan dihitung berdasarkan biaya item pekerjaan dibagi biaya
4. Setelah itu jumlah bobot dari aktivitas tiap periode waktu tertentu, dijumlahkan
secara kumulatif.
5. Angka kumulatif pada setiap periode ini diplot pada sumbu y (ordinat) dalam
29
aktivitas, serta waktu aktivitas tersebut dimulai dan berakhir (Larson, 2006:140).
memiliki ketergantungan yang kompleks. Metode ini relatif lebih sulit, hubungan
antar kegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan kegiatan kritis. Dari informasi
yakni dengan memperbaharui jadwal. Akan tetapi, metode ini perlu dikombinasikan
produktivitas pekerja.
30
sebagai berikut:
3. Dalam network dapat terlihat jelas waktu penyelesaian yang dapat ditundaatau
ditepati.
31
lambang segi empat karena letak kegiatan ada dibagian node maka sering disebut
juga Activity On Node (AON). Kegiatan dalam PDM diwakili oleh sebuah lambang
yang mudah diidentifikasi, bentuk umum yang sering digunakan adalah sebagai
berikut:
ES EF
JENIS
KEGIATAN
LS LF
NO.
DURASI
KEGIATAN
EF = Earliest Finish, waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Jika hanya ada satu
berikutnya.
LS = Latest Start, waktu paling akhir kegiatan boleh mulai. Yaitu waktu paling akhir
32
kegiatan
an START dan kegiatan akhir ditambahkan kegiatan FINISH.
Jalur Kritis
(forward analysis
jalur kritis dapat dilakukan perhitungan kedepan (forward analysis) dan perhitungan
backward analysis).
kebelakang (backward analysis Perhitungan kedepan (forward
forward analysis
analysis) dilakukan
33
Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan maka
Jika tidak ada/ diketahui FSij atau SSij dan kegiatan non-splitable
splitable maka ESj
LFi = LFj
Fj + FFij atau LFi = LSj + FSij
Catatan:
Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan maka
34
Kegiatan Splitable
Sebuah kegiatan yang dapat atau harus dihentikan untuk sementara pada
35
Kegiatan Splitable
ward analysis)
Hitungan ke depan (forw ward analysis)
Hitungan ke belakang (backw
Kegiatan Non-Splitable
ward analysis)
Hitungan ke depan (forw ward analysis)
Hitungan ke belakang (backw
ESj=EFj–Dj LSi=LFi–Di
EFj=ESj–Dj LFi=LSi–Di
36
diperlambat secara sengaja atau tidak disengaja. Akan tetapi, penundaan tersebut
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu total float dan free float.
Total float adalah sejumlah waktu yang tersedia untuk keterlambatan atau
keseluruhan. Free Float adalah sejumlah waktu yang tersedia untu keterlambatan
Pengertian Lag
Link lag adalah garis ketergantungan antara kegiatan dalam suatu network
37
Hubungan Overlapping
macam, yaitu:
dengan lag = 0, Finish to Start dengan lag positif, Finish to Start dengan lag
negatif.
lag = 0, Start to Start dengan lag positif, Start to Start dengan lag negative.
dengan lag = 0, Finish to Finish dengan lag positif, Finish to Finish dengan lag
negatif.
38
dengan lag = 0, Start to Finish dengan lag positif, Start to Finish dengan lag
negatif.
dikenal juga dengan metode Helgeson dan Birnie. Metode ini telah diakui sebagai
salah satu teknik dasar dari proses line balancing dalam industri manufaktur yang
berarti “proses penjadwalan aktivitas perakitan dalam jalur produksi yang bertujuan
dengan kecepatan yang sedapat mungkin sama”. RPWM terbukti relatif mudah
bobot positional untuk setiap elemen yang diperoleh dari penjumlahan waktu
pengerjaan elemen tersebut dengan waktu pengerjaan elemen lain yang mengikuti
elemen tersebut.
39
b c
9
6
e
a
2
d
Hubungan precedence juga dapat dibuat dalam bentuk matriks dimana setiap
Elemen kerja A B C D e
A 0 1 1 1 1
B -1 0 1 0 1
C -1 -1 0 0 1
D -1 0 0 0 1
E -1 -1 -1 -1 0
(Sumber: Wulfram I. Ervianto)
40
waktu pengerjaan untuk elemen tersebut dengan elemen yang bernilai +1 pada
masing-masing baris.
Elemen a B c d e
b - 0 1 0 1
Personal 3+4+9=
weight 16
(Sumber: Wulfram I. Ervianto)
mempunyai bobot yang paling besar menempati ranking 1, bobot yang terbesar
berikutnya menempati rank 2, dan begitu seterusnya sampai semua elemen didaftar.
Apabila ada elemen yang bobotnya sama, mereka bias diurut sesuai dengan
(degree of importance) sebuah aktivitas, relatif terhadap aktivitas yang lain. Semakin
tinggi nilai bobot posisi sebuah aktivitas mengindikasikan bahwa aktivitas tersebut
semakin penting untuk dilaksanakan, dan karena itu harus diprioritaskan bila terjadi
durasi aktivitas tersebut ditambah dengan durasi seluruh aktivitas yang mengikuti.
Jadi nilai bobot posisi tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti jenis proyek
41
satu sama yang lain. Tetapi bila pelaksanaan proyek dilakukan pada musim hujan,
atap dapat terlindung dari hujan dan berlangsung lebih lancar. Karena itu harus
dengan aktivitas B, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10. Nilai bobot posisi
Aktivitas A
Aktivitas B
(Sumber: I. Soeharto)
Aktivitas A
Aktivitas B
(Sumber: I. Soeharto)
42
Jalur kritis dapat diidentifikasi dari diagram batang yang diperoleh dari
penerapan RPWM.
b. Penjadwalan untuk sumber daya yang bersifat terbatas dan tidak terbatas.
durasi proyek. Pada kasus ini durasi proyek yang dihasilkan sudah merupakan
durasi yang paling pendek. Sedangkan pada penjadwalan untuk sumber daya
Suatu biaya optimal untuk konstruksi dapat diperoleh atas dasar durasi atau
sumber daya serta biaya – biaya akibat keterlambatan dan faktor – faktor yang
lain.
43
berlangsung.
proyek.
- Sumber daya per hari yang tidak dipekerjakan (sumber daya yang tersisa)
terpakai.
lebih kecil atau minimal sama dengan jumlah sumber daya yang tersisa pada
saat itu.
tersebut dapat dijadwalkan pada hari tersebut dan tahap kedua dan ketiga
- Jika salah satu atau keseluruhan kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka
44
- Langkah kedua dan ketiga diulang untuk hari pertama (hari proyek yang
Kondisi kedua adalah tidak ada lagi aktivitas yang dapat dijadwalkan akibat
aktivitas itu selesai, dan sumber daya yang masih digunakan tidak dapat
- Pedoman sesuai langkah kedua sampai dengan kelima di atas diulang terus
menerus sampai semua aktivitas selesai dijadwalkan dan jalur kritis diperoleh
aktivitas.
Analisa rasio tidak hanya membandingkan angka – angka yang berbeda dari
neraca, ikhtisar rugi laba, dan laporan arus kas saja, tetapi juga membandingkan
45
Hasil penjadwalan yang akan dibandingkan dari dua metode ini adalah biaya tenaga
Rasio biaya =
y = biaya RPWM
46
METODE PENELITIAN
Gedung Museum Deli Serdang – Lubuk Pakam dan menggunakan data yang telah
ada yaitu berupa time schedule Proyek Pembangunan Gedung Museum Deli
1. Data Primer
Data primer adalah data pendukung yang diperlukan untuk penyusunan tugas
akhir.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data utama yang diperlukan dalam penelitian ini yang
diperoleh dari pemilik proyek atau pihak kontraktor. Data primer yang diperlukan
untuk penelitian ini adalah time schedule proyek berupa kurva S dan rencana
47
berikut:
48
Latar Belakang
Identifikasi Permasalahan
Rumusan Permasalahan
Pengumpulan Data
- Time Schedule (Kurva S)
- Rencana Anggaran Biaya
Penjadwalan Proyek
Precedence Diagram
Output
Analisa Perbandingan
49
4.1. Umum
Diagram Method (PDM) dan Ranked Positional Weight Method (RPWM) untuk
dibuat oleh pemilik proyek. Dalam melakukan analisa dan perhitungan digunakan
yang baru terdiri dari data work breakdown structure (WBS) dan durasi proyek.
Data-data ini tidak langsung digunakan untuk membuat penjadwalan proyek yang
baru tetapi dilakukan analisis terlebih dahulu sehingga dapat efektif diterapkan
program Microsoft Project sebagai alat bantu untuk memproses data dan
50
Tabel 4.1 memberikan data daftar pekerjaan proyek yang terdiri dari uraian
Volume
No. Jenis Pekerjaan Satuan
Pekerjaan
1. Pekerjaan Pendahuluan
51
52
53
54
proyek, perlu dibuat hubungan keterkaitan antar item pekerjaan. Penyusunan logika
Tabel 4.2.
55
Durasi
No. Jenis Pekerjaan Simbol Predecessors
(hari)
1. Pekerjaan Pendahuluan 1 7
56
57
58
59
akan digunakan program Microsoft Project sebagai alat bantu untuk memproses data
dan menampilkan hasil penjadwalan. Seluruh tahapan dari hasil penjadwalan, alokasi
dan perataan sumber daya dari program Microsoft Project telah disesuaikan sehingga
5. Memasukkan nilai bobbot posisi pada kolom priority tiap item pekerjaan
60
standard.
Bobot posisi dari setiap aktivitas dapat didefenisikan sebagai jumlah dari
durasi suatu aktivitas ditambah dengan jumlah total aktivitas yang mengikuti
aktivitas tersebut. Berdasarkan precedence diagram, bobot dari setiap item pekerjaan
dapat diperoleh dari lintasan terpanjang waktu pengerjaan item pekerjaan tersebut
Galian Tanah 5 12 96
Pasir Urug 6 12 84
61
62
Plat Lantai 4 51 7 7
Pengecatan Lantai 1 54 7 7
63
Pengecatan Lantai 2 64 7 21
Pengecatan Lantai 3 73 7 28
Pengecatan Lantai 4 79 7 7
64
PekerjaanPenutup Lantai 4 81 7 7
Pekerjaan Atap 83 7 35
Façade Bangunan 84 14 14
Pekerjaan Elektrikal 87 55 69
Pekerjaan Ventilasi 88 7 7
Pekerjaan Elektronika 90 63 63
jumlah tenaga kerja dan durasi waktu setiap item pekerjaan yang sama, berikut ini
Deli Serdang.
65
adalah 5 hari.
y = biaya RPWM
menguntungkan.
RPWM dalam penjadwalan proyek lebih menguntungkan dari segi waktu dimana
durasi proyek yang dihasilkan penjadwalan dengan RPWM lebih cepat 5 hari
62.349.258,00.
digunakan program Microsoft Project sebagai alat bantu untuk memproses data dan
dasarnya program ini memang didisain dengan mengadopsi teori PDM. Microsoft
Project akan melakukan seleksi terhadap seluruh aktivitas proyek untuk memutuskan
66
Apabila dalam proses penjadwalan tersebut terjadi konflik sumber daya, maka akan
diprioritaskan aktivitas dengan nilai float yang lebih kecil untuk dijadwalkan terlebih
dahulu dan apabila aktivitas yang mengalami konflik memiliki bilai float yang sama
maka akan dipilih aktivitas dengan kode aktivitas yang lebih kecil. Sama halnya
alat bantu untuk memproses data dan menampilkan hasil penjadwalan. Seluruh
tahapan dari proses penjadwalan, alokasi dan perataan sumber daya dari program
precedence diagram dan levelling order standard dalam proses alokasi dan perataan
sumber daya, akan tetapi PDM hanya sebatas sampai pada precedence diagram
sementara RPWM dilanjutkan dengan penentuan bobot posisi dan levelling order
priority standard dimana aktivitas yang memiliki bobot posisi paling tinggi akan
proses penjadwalan serta alokasi sumber daya yang lebih pasti karena pedoman yang
Kedua metode ini menyajikan informasi yang terperinci dan jelas mengenai
sumber daya baik itu tenaga kerja maupun material dan penggunaan sumber daya
tersebut lebih optimal dikarenakan adanya alokasi dan perataan sumber daya dengan
menyajikan informasi mengenai kemajuan proyek, waktu dan bobot proyek saja yang
67
5.1. Kesimpulan
dengan Time Schedule Kurva S awal proyek maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Durasi awal proyek Pembangunan Museum Deli Serdang ini adalah 118 hari
3. Dari proses penjadwalan, alokasi dan perataan tenaga kerja dengan Ranked
4. Bila dibandingkan dari segi waktu, durasi proyek hasil penjadwalan aktivitas
68
y = biaya RPWM
Hal ini berarti apabila dibandingkan dari segi biaya total penjadwalan
6. Dari hasil penjadwalan PDM dan bila dibandingkan dengan time schedule
154.973.527,00 sementara dari segi waktu, durasi yang dihasilkan PDM sama
7. Dari hasil penjadwalan RPWM tersebut dan bila dibandingkan dengan time
dan biaya yang lebih optimal yaitu lebih cepat 5 hari dan menghemat biaya
8. Kedua metode tersebut mampu menghasilkan waktu dan biaya yang lebih
Method dimana metode yang biasa digunakan di industri ini bisa juga
apabila ingin meperoleh waktu dan biaya yang optimal serta alokasi sumber
69
proses penjadwalan yang lebih pasti dan pedoman yang jelas dimana
industri karena biasanya aktivitas yang dilakukan di industri selalu sama dan
70
Erlangga, Jakarta.
Yogyakarta.
Yogyakarta.
Yogyakarta.
Jakarta.
Martha Jaya, N.,Diah Parami Dewi, A.A. 2007. Analisa Penjadwalan Proyek
ix
Progress
NO URAIAN PEKERJAAN BOBOT % Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Ket
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Mingggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8 Minggu 9 Minggu 10 Minggu 11 Minggu 12 Minggu 13 Minggu 14 Minggu 15 Minggu 16 Minggu 17 Minggu 18
100
PEKERJAAN PENDAHULUAN 1.54 1.54 100
PEKERJAAN URUGAN TANAH 2.15 1.08 1.08
PEKERJAAN PEMADATAN TANAH 0.18 0.18
PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG 6.14 3.07 3.07
GALIAN TANAH 0.27 0.13 0.13
PASIR URUG 0.02 0.01 0.01
LANTAI KERJA BETON 1:3:5 0.18 0.09 0.09
PEIL CAP (P1K1) LANTAI 1 0.32 0.16 0.16
PEIL CAP (P1K2) LANTAI 1 0.32 0.16 0.16
PEIL CAP (P2K2) LANTAI 1 0.65 0.32 0.32
PEIL CAP (P2K1) LANTAI 1 0.65 0.32 0.32
PEIL CAP (P3K1) LANTAI 1 0.62 0.31 0.31
PEIL CAP (P4K1) LANTAI 1 0.48 0.24 0.24
PEIL CAP (PL) LANTAI 1 0.46 0.23 0.23
SLOOF LANTAI 1 1.47 0.73 0.73
KOLOM (K1) LANTAI 1 2.06 1.03 1.03
KOLOM (K2) LANTAI 1 1.62 0.81 0.81
DINDING BETON BERTULANG LANTAI 1 1.15 0.57 0.57
BALOK (B1) LANTAI 1 1.52 0.76 0.76 80
BALOK (B2) LANTAI 1 2.37 1.18 1.18
BALOK (B3) LANTAI 1 1.00 0.50 0.50
BALOK (B4) LANTAI 1 0.35 0,35
BALOK (B5) LANTAI 1 0.23 0.11 0.11
BALOK (B6) LANTAI 1 0.22 0.11 0.11
PLAT RAMP LANTAI 1 1.49 0.74 0.74
PLAT TANGGA LANTAI 1 0.77 0.38 0.38
PLAT LANTAI 1 3.83 1.91 1.91
KOLOM (K1) LANTAI 2 1.53 0.76 0.76
KOLOM (K2) LANTAI 2 1.20 0.60 0.60
DINDING BETON BERTULANG LANTAI 2 0.85 0.43 0.43
BALOK (B1) LANTAI 2 1.33 0.67 0.67
BALOK (B2) LANTAI 2 2.02 1.01 1.01
BALOK (B3) LANTAI 2 1.00 0.50 0.50
BALOK (B4) LANTAI 2 0.35 0.17 0.17
BALOK (B5) LANTAI 2 0.23 0.11 0.11
BALOK (B6) LANTAI 2 0.22 0.11 0.11
PLAT RAMP LANTAI 2 1.49 0.74 0.74
60
PLAT TANGGA LANTAI 2 0.78 0.39 0.39
PLAT LANTAI 2 3.83 3.83
KOLOM (K1) LANTAI 3 1.05 0.53 0.53
KOLOM (K2) LANTAI 3 0.57 0.29 0.29
DINDING BETON BERTULANG LANTAI 3 0.50 0.25 0.25
BALOK (B1) LANTAI 3 1.13 0.56 0.56
BALOK (B2) LANTAI 3 1.91 0.95 0.95
BALOK (B3) LANTAI 3 0.65 0.32 0.32
BALOK (B4) LANTAI 3 0.30 0.15 0.15
BALOK (B5) LANTAI 3 0.23 0.11 0.11
PLAT TANGGA TYPE 1 LANTAI 3 0.78 0.39 0.39
PLAT TANGGA TYPE 2 LANTAI 3 0.76 0.38 0.38
PLAT LANTAI 3 2.20 1.10 1.10
PLAT LANTAI 4 0.36 0.36
PEKERJAAN DINDING LANTAI 1 1.70 0.85 0.85
PEKERJAAN RELIEF LANTAI 1 0.63 0.63
PENGECATAN DINDING LANTAI 1 0.18 0.18
PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA LANTAI 1 2.34 0.78 0.78 0.78
40
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI 1 1.65 0.82 0.82
PEKERJAAN PLAFOND LANTAI 1 0.86 0.43 0.43
PEKERJAAN SANITARY LANTAI 1 0.91 0.91
GROUND TANK 0.41 0.21 0.21
PEKERJAAN RAMP LANTAI 1 0.34 0.17 0.17
PEKERJAAN FINISHING TANGGA LANTAI 1 0.27 0.27
PEKERJAAN KANOPY LANTAI 1 1.62 1.62
PEKERJAAN DINDING LANTAI 2 1.94 0.97 0.97
PENGECATAN DINDING LANTAI 2 0.31 0.31
PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA LANTAI 2 2.08 1.04 1.04
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI 2 1.15 1.15
PEKERJAAN PLAFOND LANTAI 2 0.75 0.25 0.25 0.25
PEKERJAAN SANITARY LANTAI 2 0.84 0.84
PEKERJAAN RAMP LANTAI 2 0.11 0.11
PEKERJAAN FINISHING TANGGA LANTAI 2 0.49 0.25 0.25
PEKERJAAN KANOPY LANTAI 2 0.90 0.90
PEKERJAAN DINDING LANTAI 3 1.29 1.29
PENGECATAN DINDING LANTAI 3 0.23 0.23
PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA LANTAI 3 1.64 1.64 20
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI 3 1.07 0.53 0.53
PEKERJAAN PLAFOND LANTAI 3 0.63 0.32 0.32
PEKERJAAN FINISHING TANGGA DAN RAMP LANTAI 3 0.24 0.24
PEKERJAAN DINDING LANTAI 4 1.39 1.39
PENGECATAN DINDING LANTAI 4 0.17 0.17
PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA LANTAI 4 0.16 0.16
PEKERJAAN PENUTUP LANTAI 4 1.50 1.50
PEKERJAAN PLAFOND LANTAI 4 0.07 0.07
PEKERJAAN ATAP 0.43 0.43
FAÇADE BANGUNAN 3.16 1.58 1.58
PEKERJAAN PEMIPAAN SISTEM AIR BERSIH 1.26 0.42 0.42 0.42
PEKERJAAN PEMIPAAN SISTEM AIR KOTOR & BEKAS 0.49 0.16 0.16 0.16
PEKERJAAN ELEKTRIKAL 4.17 0.52 0.52 0.52 0.52 0.52 0.52 0.52 0.52
PEKERJAAN VENTILASI 0.09 0.09
PEKERJAAN PEMADAM KEBAKARAN 0.12 0.12
PEKERJAAN ELEKTRONIKA 2.62 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29
PEKERJAAN LIFT BARANG 1.99 1.99
PEKERJAAN PENANGKAL PETIR 0.48 0.48
0
PROGRES MINGGUAN 100 5.69 6.45 5.34 7.31 3.79 5.35 7.15 8.95 6.49 5.21 4.53 4.19 8.28 5.18 5.30 4.19 3.11 3.50
KUMULATIF PROGRES MINGGUAN 0 5.69 12.14 17.48 24.79 28.58 33.93 41.08 50.03 56.51 61.72 66.25 70.44 78.71 83.90 89.20 93.39 96.50 100.00
DEVIASI
REKAPITULASI
5E+09
4E+09
Cost
3E+09
2E+09
1E+09
0
Week 32 Week 33 Week 34 Week 35 Week 36 Week 37 Week 38 Week 39 Week 40 Week 41 Week 42 Week 43 Week 44 Week 45 Week 46 Week 47 Week 48 Week 49 Week 50 Week 51 Week 52
Q3 Q4
2016
Project: SKRIPSI PROYEK LUBUK PA Task Milestone Project Summary External Milestone Inactive Milestone Manual Task Manual Summary Rollup Start-only Critical Progress
Date: Thu 10/19/17 Split Summary External Tasks Inactive Task Inactive Summary Duration-only Manual Summary Finish-only Critical Split Deadline
Page 1
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 5
Cash Flow Report RPWM (Levelling)
Total
6E+09
5E+09
4E+09
Cost
3E+09
2E+09
1E+09
0
Week 32 Week 33 Week 34 Week 35 Week 36 Week 37 Week 38 Week 39 Week 40 Week 41 Week 42 Week 43 Week 44 Week 45 Week 46 Week 47 Week 48 Week 49 Week 50 Week 51 Week 52
Q3 Q4
2016
Project: SKRIPSI PROYEK LUBUK PA Task Milestone Project Summary External Milestone Inactive Milestone Manual Task Manual Summary Rollup Start-only Critical Progress
Date: Tue 10/31/17 Split Summary External Tasks Inactive Task Inactive Summary Duration-only Manual Summary Finish-only Critical Split Deadline
Page 1
Universitas Sumatera Utara