PRINSIP DASAR KEUANGAN

SYARIAH
Prodi Akuntansi

Ade Wirman Syafei | 2022

 TUJUAN PEMBELA JARAN

Setelah mempelajari bagian ini, Anda

diharapkan telah mampu:

Menjelaskan prinsip dasar keuangan

syariah.
DEFINISI KEUANGAN
SYARIAH
Keuangan syariah adalah bentuk keuangan
yang didasarkan pada syariah. Syariah
pada dasarnya merupakan satu bentuk set
ketentuan yang diatur oleh Islam dengan
tujuan moral dan pelajaran tentang
kebenaran.
LIMA PRINSIP DASAR
KEUANGAN SYARIAH
1. KEYAKINAN PADA ILAHI
Prinsip ini merupakan prinsip dasar yang melandasi seluruh
kegiatan keuangan berlandaskan kepada syariah. Haneef
(1987) menyatakan bahwa Islam mengajarkan setiap kegiatan
yang dilakukan senantiasa memiliki dampak ganda yakni tidak
hanya di dunia namun juga di akhirat.
Untuk itu, kegiatan dan transaksi keuangan yang dilakukan
harus berdasarkan kepada pedoman yang disediakan oleh
Islam sebagai bentuk aplikasi atas keyakinan kepada Allah
SWT.
2. TIDAK ADA INSTRUMEN BUNGA (1)
Keuangan konvensional meyakini bahwa kegiatan dan transaksi
keuangan dapat berjalan disebabkan adanya instrumen bunga
sebagai bentuk keuntungan yang diterima oleh pihak yang memiliki
modal.
El-Gamal (2002), menyatakan bahwa keharusan adanya
penggunaan instrumen bunga pada kegiatan dan transaksi
keuangan konvensional adalah karena didasarkan pada bentuk
perjanjian pinjam-meminjam antara pemilik
modal dengan pihak yang menggunakan modal.
2. TIDAK ADA INSTRUMEN BUNGA (2)
Ghazali dkk. (2015), meyakini bahwa penggunaan bunga adalah sama
dengan riba. Hal tersebut disebabkan kelebihan yang dihadirkan
dengan adanya bunga atas pinjaman yang diberikan merupakan
kelebihan yang hadir tanpa ada kegiatan nilai tambah yang
menyebabkan kelebihan tersebut.
Untuk itu, apabila kegiatan didasarkan kepada pinjam meminjam maka
Islam tidak memberikan ruang adanya kewajiban untuk
memberikan tambahan sebagaimana bunga.
3. TIDAK ADA INVESTASI HARAM
Brigham dan Houston (2013) menyatakan bahwa keputusan
investasi merupakan keputusan yang menyangkut pembelanjaan
uang hari ini dengan harapan mendapatkan keuntungan yang
lebih besar di masa yang akan datang.
Untuk itu, dalam keuangan syariah investasi yang dilakukan tidak
boleh melibatkan barang dan bentuk transaksi yang haram,
seperti memproduksi dan memperjualbelikan barang-barang haram
atau bentuk investasinya melibatkan instrumen yang haram
yakni bunga, spekulatif, maupun perjudian.
4. ANJURAN KEGIATAN BERBAGI
RISIKO (1)
Islam merupakan agama yang mengajarkan nilai-nilai
untuk berbagi keuntungan dan risiko secara
proporsional di antara para pihak yang terlibat dalam
kegiatan tersebut.
Untuk itu, modal berbentuk finansial yang dimiliki pada
dasarnya diperlakukan sama dengan modal
nonfinansial, seperti keahlian, tenaga,
dan lain sebagainya.
4. ANJURAN KEGIATAN BERBAGI
RISIKO (2)
Dengan berbagai modal tersebut, Islam menganjurkan kegiatan
dan transaksi keuangan berbasis bagi risiko, baik dalam bentuk
pemilik modal finansial dengan pemilik modal nonfinansial seperti
mudharabah, maupun pemilik modal finansial dengan pemilik
modal finansial lainnya seperti musyarakah.
5. PEMBIAYAAN DIDASARKAN
PADA ASET RIIL
Tujuan investasi adalah untuk memaksimalkan investasi melalui
adanya penambahan nilai investasi (return yang dihasilkan).
Kegiatan investasi pada keuangan syariah didasarkan atas
adanya aset riil yang melandasi kegiatan investasi tersebut.
Misalnya, pada transaksi jual beli maka terdapat aset yang
diperjualbelikan.
Adapun pada investasi surat utang berbasis syariah maka
keuntungan yang dihasilkan dari surat utang tersebut didasarkan
pada aset riil yang dijadikan dasar untuk menghasilkan
keuntungan atas surat utang tersebut.
 🔑 DAFTAR PUSTAKA
Askarya. (2007). Aplikasi akad pada produk bank syariah. Raja Grafindo
Persada.
Fathoni, M. A., & Rodoni, A. (2019). Manajemen investasi syariah.
Salemba Empat
Karim, A. A. (2017). Bank syariah: Analisa fiqh dan keuangan.
Rajagrafindo.
Marifa & Team. (2014). Islamic bank and finance: Principles and practices.
Marifa Academy.
Rivai, V. (2010). Islamic financial management. Penerbit Ghalia Indonesia.