Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN II ( McCRAE & COSTA)

DOSEN PENGAMPUH :

Cut Sarah, S.Psi. M.Psi.Psikologi

DISUSUN OLEH KELOMPOK II :

1. TITI HOTNITA RIAU 218600327


2. AGNES APRIYANTI 218600278
3. LILIS PIOITO 218600349
4. ISYRAFINA KAMILA 218600273
5. KIKI ANDINI 218600383
6. KHAIRISMA WULANDARI 218600358

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MEDAN AREA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat disusun hingga selesai. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu baik itu dengan menyumbangkan pemikiran maupun materinya.

Adapun makalah ini berdasarkan “Teori McCrae & Costa” untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Kepribadian II yang diampui oleh ibu Cut Sarah, S.Psi. M.Psi.Psikologi. Selain itu,
penyusunan makalah ini dimaksudkan agar menambah wawasan para pembaca mengenai ilmu
pengetahuan serta dapat mempraktekkan metode-metode yang digunakan guna memperoleh ilmu
pengetahuan. Kami selaku penyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami menerima saran dan kritik dari teman-teman, yang dapat membangun kinerja kelompok
kami kedepannya dan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
a) Latar Belakang

b) Rumusan Masalah

c) Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI TOKOH

B. SEJARAH TEORI 5 FAKTOR

C. DESKRIPSI TEORI 5 FAKTOR

D. PERKEMBANGAN TEORI 5 FAKTOR

E. KOMPONEN TEORI 5 FAKTOR

F. ASURANSI DASAR

G. PENELITIAN TERKAIT

H. KRITIK TERHADAP TEORI SIFAT DAN FAKTOR

BAB III :
a) Kesimpulan

b) Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Manusia secara alami memiliki kepribadian yang berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya. Banyak teori yang telah dikemukakan oleh para ahli untuk menganalisa dan
mengidentifikasi kepribadian manusia, salah satu nya ialah teori Big Five yang dipopulerkan
oleh Mc Crae dan Costa. Sebagai mahasiswa psikologi. Pembelajaran kepribadian dan teori-
teori untuk menganalisa dan mengidentifikasi kepribadian merupakan hal yang wajib kita
pelajari. Indonesia memiliki bermacam-macam budaya yang merupakan salah satu faktor
pembeda kepribadian di masyarakat kita. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa psikologi kita
harus bisa mempraktekkan teori-teori kepribadian yang telah kita pelajari agar kita bisa
menjadi lulusan psikologi yang berguna bagi masyarakat.

II. Rumusan Masalah

a) Apa itu Kepribadian

b) Bagaimana gambaran teori Big Five

c) Bagaimana evolusi teori Big Five

d) Bagaimana penelitian tentang teori Big Five

III. Tujuan

Makalah ini dibuat sebagai bentuk pembelajaran kami tentang apa itu kepribadian dan teori
kepribadian "Big Five" yang dipopulerkan oleh Mc Crue dan Costa. Hal yang dibahas dalam
makalah ini antara lain tentang gambaran umum teori "Big Five" bagaimana evolusi teori
"Big Five" dan penelitian terkait teori "Big Five". Diharapkan setelah membuat makalah ini
kami dan para pembaca sekalian dapat lebih memahami tentang keprobadian manusia dan
teori "Big Five" milik Me Crae dan Costa
BAB II

PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI TOKOH

Paul T. Costa lahir di Franklin New Hampshire pada tahun 1942. Dia dan Robert McCrae mulai
berkolaborasi pada tahun 1976. Dia menerima gelar sarjana Psikologi nya dari Universitas Clark
dan gelar dokter di Human Development Universitas Chicago. Setelah posisi akademik nya di
Harvard dan Universitas Massachusetts di Boston, dia bergabung dengan NIA untuk meresmikan
Stress and Coping section. Dari tahun 1985 sampai 2009 ia adalah Kepala Laboratorium
Kepribadian dan Kognisi (Sekarang Laboratorium Behavioral Neuroscience). Minat
penelitiannya termasuk pengembangan dewasa, penilaian kepribadian, dan penyakit Alzheimer.

Robert Roger McCrae lahir pada 28 April 1949 di Maryville, Missouri. McCrae merupakan anak
bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Andrew McCrae dan Eloise Elaine McCrae. Pada
awalnya McCrae berminat besar dapa ilmu pengetahuan dan matematika, akan tetapi ia
memutuskan mempelajari filsafat di Michigan State Univerity. Meskipun meraih beasiswa dari
National Merit Scholar, ia tidak terlalu senang dengan sifat dasar filsafat yang tidak empiris dan
terbuka atas jawaban apapun. Setelah meraih gelar sarjananya, McCrae memutuskan untuk
melanjutkan studinya di bidang psikologi di Boston University, dan dengan bakat dan minatnya
pada ilmu pengetahuan dan matematika, maka McCrae menemukan ketertarikan kepada
psikometri Raymond Cattell. Ia menjadi sangat tertarik pada analisis faktor untuk menemukan
metode sederhana dalan mengidentifikasi sifat struktural yang ditemukan dalam kamus.

Pada tahun 1960-an dan 1970-an, Walter Mischel sedang mempertanyakan gagasan bahwa sifat
kepribadian benar-benar konsisten dan menyatakan bahwa situasi lebih penting daripada sifat
kepribadian mana pun. Meskipun Mischel telah merevisi pernyataannya setelah itu. Dan pada
tahun 1999, McCrae menyatakan bahwa McCrae mengikuti program pascasarjananya pada
tahun-tahun setelah kritik Mischel terhadap sifat kepribadian, karena baginya sifat-sifat adalah
sesuatu yang nyata dan bertahan. Studi ini pada awalnya dilakukannya sendiri, diam-diam, dan
tanpa banyak dukungan. Ternyata, pendekatan tersebut cukup sesuai dengan kepribadiannya
yang cenderung diam dan introver.

Pada tahun 1975, McCrae dirujuk oleh James Fozard (seorang psikolog perkembangan orang
dewasa di Normative Aging Study) kepada Paul T. Costa Jr. seorang pengajar di University of
Massachusetts, Boston. Setelah pertemuannya, McCrae dan Costa bekerja di Gerontology
Research Center yang mempunyai seperangkat data orang dewasa yang valid dan dalam jumlah
besar, tempat tersebut menjadi tempat yang ideal bagi Costa dan McCrae untuk mengiventigasi
pertanyaan mengenai struktur kepribadian
B. SEJARAH TEORI 5 FAKTOR

Analisis 5 faktor diawali dengan kajian mengenai sifat manusia yang dipelopori oleh Allport dan
Odbert pada tahun 1930-an, kemudian dilanjutkan oleh Cattell, Tupes, Christal dan Norman. Dan
seperti halnya nama-nama tersebut, McCrae dan Costa mulai menganalisis faktor untuk menguji
stabilitas dan struktur kepribadian pada akhir tahun 1970-an sampai awal 1980-an. Pada
awalnya, McCrae dan Costa hanya terfokus kepada dua dimensi yakni, neurotisme dan
ekstraversi.

Tidak lama setelah itu, McCrae dan Costa menemukan dimensi baru yang mereka sebut dengan
keterbukan pada pengalaman. Mcrae dan Costa masih terfokus pada ketiga dimensi tersebut
meskipun pada tahun 1981 Lewis Goldberg telah menggunakan istilah “Lima Besar” dalam
analisis faktor atas sifat kepribadian. Sampai pada tahun 1985, McCrae dan Costa menambah
dua dimensi terakhir, yakni keramahan (agreebleness) dan kesadaran (conscientousness).

Selama akhir tahun 1980-an sampai awal 1990-an, banyak psikolog kepribadian mulai condong
pada model lima faktor (Digman, 1990; John & Srivastava, 1999). Kelima faktor tersebut telah
ditemukan di antara beragam budaya dan menggunakan banyak bahasa (McCrae & Allik, 2002).
McCrae dan Oliver John (1992) juga menekankan bahwa keberadaan kelima faktor “adalah
sebuah fakta empirik, seperti fakta bahwa ada tujuh benua atau delapan presiden Amerika yang
berasal dari Virginia”.
C. DESKRIPSI TEORI 5 FAKTOR
1) Ekstraversis (Extraversion)

Menilai kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, level aktivitasnya, kebutuhan untuk
didukung, kemampuan untuk berbahagia. Dimensi ini menunjukkan tingkat kesenangan
seseorang akan hubungan. Mereka yang memiliki skor ekstraversi yang tinggi cenderung ramah
dan terbuka serta menghabiskan banyak waktu untuk mempertahankan dan menikmati sejumlah
hubungan. Sementara mereka yang memiliki skor yang rendah cenderung tidak sepenuhnya
terbuka dan memiliki hubungan yang lebih sedikit dan tidak seperti kebanyakan orang lain,
mereka lebih senang dengan kesendirian.

2) Neurotisme (Neuroticism)

Trait ini menilai kestabilan dan ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi kecenderungan individu
apakah individu tersebut mudah mengalami stres, mempunyai ide-ide yang tidak realistis,
mempunyai coping response yang mal adaptif. Dimensi ini menampung kemampuan seseorang
untuk menahan stres. Mereka yang memiliki skor N yang tinggi cenderung berciri tenang,
bergairah dan aman. Sementara mereka yang memiliki skor N yang rendah cenderung tertekan,
gelisah dan tidak aman.
3) Keterbukaan (Openess)

Menilai usahanya secara proaktif dan penghargaannya terhadap pengalaman demi


kepentingannya sendiri. Menilai bagaimana ia menggali sesuatu yang baru dan tidak biasa.
Dimensi ini mengarah tentang minat seseorang. Mereka yang memiliki skor tinggi pada
keterbukaan akan cenderung menjadi imajinatif, benar-benar sensitif dan intelek. Sementara
mereka yang memilik skor rendah pada keterbukaan cenderung realistis, tidak kreatif, dan tidak
penasaran terhadap sesuatu.

4) Keramahan (Agreeableness)

Menilai kualitas orientasi individu dengan kontinum nilai dari lemah lembut sampai antagonis
didalam berpikir, perasaan dan perilaku. Dimensi ini merujuk kepada kecenderungan seseorang
untuk tunduk kepada orang lain. Mereka yang memiliki skor A tinggi cenderung jauh lebih
menghargai harmoni daripada ucapan atau cara mereka. Mereka tergolong orang yang kooperatif
dan percaya pada orang lain. Mereka yang memiliki skor A rendah cenderung memusatkan
perhatian lebih pada kebutuhan mereka sendiri ketimbang kebutuhan orang lain.

5) Kesadaran (Conscientiousness)

Menilai kemampuan individu didalam organisasi, baik mengenai ketekunan dan motivasi dalam
mencapai tujuan sebagai perilaku langsungnya. Sebagai lawannya menilai apakah individu
tersebut tergantung, malas dan tidak rapi. Dimensi ini merujuk pada jumlah tujuan yang menjadi
pusat perhatian seseorang. Orang yang mempunyai skor tinggi cenderung mendengarkan kata
hati dan mengejar sedikit tujuan dalam satu cara yang terarah dan cenderung bertanggung jawab,
kuat bertahan, tergantung, dan berorientasi pada prestasi. Sementara yang skornya rendah, ia
akan cenderung menjadi lebih kacau pikirannya,mengejar banyak tujuan, dan lebih edonistik
(Robbins, 2001).

D. PERKEMBANGAN TEORI LIMA FAKTOR

Pada awal kemunculannya, kelima faktor McCrae & Costa tidak lebih dari sekedar klasifikasi atas sifa-
sifat kepribadian. Pada akhir 1980-an, McCrae dan Costa mulai yakin bahwa mereka dan para ilmuwan
lain telah menemukan struktur kepribadian yang cukup stabil. McCrae dan Costa (1996) menolak teori-
teori terdahulu yang mereka anggap terlalu bergantung pada pengalaman klinis dan spekulasi pasif.

Pada tahun 1980-an, perbedaan dari teori klasik dengan teori modern semakin terlihat jelas. Hal inilah
yang menjadi dorongan McCrae dan Costa untuk menemukan teori alternatif yang lebih dari sekedar
klasifikasi 5 faktor sifat-sifat kepribadian. Menurut McCrae dan Costa hal yang paling mendasari agar
tercapainya teori alternatif ini adalah teori alternatif ini harus mencakup perubahan dan pertumbuhan
yang telah terjadi selama 25 tahun, dan juga tetap terikat pada prinsip empirik yang terjadi selama
penelitian. Maka, selama 25 tahun McCrae dan Costa terus mengembangkan model lima fakor ini hingga
menjadi teori lima faktor. Menurut McCrae dan Costa (1999), “model tersebut dan temuan dari badan
penelitian yang berasosiasi dengannya, tidak membentuk suatu teori kepribadian.
E. KOMPONEN TEORI LIMA FAKTOR

Teori lima faktor memiliki dua komponen, yakni komponen inti dan komponen sekunder.
Setiap komponen terdiri komponen-komponen yang lain.Komponen inti terdiri dari:

(1) Kecenderungan Dasar

Kecenderungan Dasar McCrae dan Costa mendefinisikan kecenderungan dasar sebagai


“substansi dasar yang universal dari kapasitas dan disposisi kepribadian yang umumnya
diasumsikan daripada diobservasi. Kecenderungan dasar dapat bersifat bawaan, terbentuk
oleh pengalaman di usia dini, atau dimodifikasi oleh penyakit atau intervensi psikologis.
Akan tetapi, pada suatu periode kehidupan seseorang, kecenderungan tersebut menentukan
potensi dan arah dari orang tersebut”. Atau dengan kata lain kecenderungan dasar adalah
salah satu komponen dasar kepribadian, seiring dengan karakteristik adaptasi, konsep diri,
dasar biologis, biografi objektif, dan pengaruh eksternal (McCrae & Costa, 1996). Esensi dari
kecenderungan dasar adalah dasar mereka di biologis serta stabilitas mereka diantara waktu
dan kondisi.

(2) Karakteristik Adaptasi

Karakteristik Adaptasi Yaitu, struktur kepribadian yang dipelajari, yang berkembang saat
manusia beradaptasi dengan lingkungan. Perbedaan yang mendasar antara kecenderungan
dasar karakteristik adaptasi terletak pada fleksibitasnya. Kecenderungan dasar cukup stabil,
sedangkan karakteristik adaptasi dapat dipengaruhi oleh hal-hal eksternal. Sebagai contoh,
keterampilan yang dipelajari, sikap, perilaku dan hubungan yang dihasilkan dari sebuah
interaksi, seperti kemampuan berbahasa Inggris atau matematika. Sedangkan seberapa cepat
kita belajar adalah kecenderungan dasar. Respons karakteristik dibentuk oleh kecenderungan
dasar karena konsistensi dan keunikan dari setiap respons, sehingga merefleksikan dari
pertahanan sifat-sifat kepribadian. Akan tetapi respons tersebut lah yang membuat kita dapat
beradaptasi terus menerus. Kecenderungan dasar bersifat stabil dan bertahan, sedangkan
karakteristik adaptasi berfluktuasi, sehingga membuatnya rentan terhadap perubahan dalam
kehidupan seseorang. Karakteristik adaptasi berbeda dari satu budaya dengan budaya yang
lain. Sebagai contoh, ekspresi kemarahan dengan hadirnya seseorang yang superior lebih
tabu di Jepang daripada di Amerika Serikat.

(3) Konsep Diri

Konsep Diri McCrae dan Costa (1996) menjelaskan bahwa konsep diri terdiri dari
pengetahuan, pandangan, dan evaluasi tentang diri sendiri, dengan cakupan dari beragam
fakta atas sejarah personal sampai identitas yang memberikan suatu perasaan memiliki tujuan
dan kesatuan dalam hidup.Komponen sekunder terdiri dari
(1) Dasar Biologis

Dasar Biologis gen, hormon, dan struktur otak merupakan mekanisme biologis yang paling utama
dalam memengaruhi kecenderungan dasar. McCrae dan Costa belum dapat menjelaskan bagaimana
mekanisme tersebut dapat memengaruhi kepribadian manusia, akan tetapi bidang genetika dengan
perkembangannya telah menjelaskan bagaimana mekanisme biologis memengaruhi perilaku manusia.
Posisi dasar biologis ini mengeleminasi peranan lingkungan dalam pembentukan kecenderungan
dasar, akan tetapi tidak serta menghilangkan peranan lingkungan dalam pembentukan kepribadian,
hanya saja lingkungan tidak memiliki pengaruh secara langsung dalam pembentukannya. Lingkungan
memiliki peranan tersendiri dalam pembentukan kepribadian, dan hal ini lah yang membedakan
antara dua komponen inti yang telah dijelaskan diatas, kecenderungan dasar dan karakteristik
adaptasi.

(2) Biografi Objektif

Biografi Objektif McCrae dan Costa (2003) mengatakan bahwa biografi objektif adalah apapun yang
dilakukan, dipikirkan, dan dirasakan seseorang sepanjang hidupnya. Biografi objektif menekankan
pada apa yang terjadi sepanjang hidupnya (objektif) daripada pandangan atau persepsi mereka
mengenai pengalaman mereka (subjektif).

(3) Pengaruh Eksternal

Pengaruh eksternal Manusia terus menemukan atau berada dalam situasi fisik yang berbeda, dan hal
tersebut memengaruhi terhadap kepribadian manusia tersebut. Cara kita merespons kesempatan dan
tuntutan dari konteks merupakan sesuatu yang dibahas dalam pengaruh eksternal. Menurut McCrae
dan Costa (1999, 2003), respons-respons tersebut merupakan fungsi dari karakteristik adaptasi dan
interaksi mereka dengan pengaruh eksternal.

F. ASUMSI DASAR

Setiap komponen sistem kepribadian (kecuali dasar biologis) mempunyai asumsi inti. Oleh karena
komponen dari kecenderungan dasar dan karakteristik adaptasi adalah hal–hal yang paling sentral atas
sistem kepribadian.

1. Asumsi dari kecenderungan dasar

a) Asumsi individualitas menekankan bahwa orang dewasa mempunyai rangkaian sifat yang
unik, dan setiap orang menunjukkan kombinasi yang unik atas pola sifatnya. Asumsi ini
konsisten dengan gagasan Allport bahwa keunikan adalah esensi dari kepribadian

b) Asumsi atas asal mempunyai pendirian yang jelas walaupun cukup kontroversial. Semua
sifat–sifat kepribadian adalah hasil dorongan internal, seperti genetik, hormon dan struktur
otak. Dengan kata lain, lingkungan keluargatidak mempunyai peranan dalam menciptakan
kecenderungan dasar. Pengaruh genetik didemostrasikan oleh apa yang ahli genetik perilaku
rujuk sebagai koefisien keterwarisan dan muncul dari penelitian atau studi mengenai adopsi
dan anak kembar. Keterwarisan menjawab pertanyan mengenai perbedaan dalam korelasi
suatu sifat kepribadian antara orang–orang yang identik secara genetis (anak kembar identik)
dan yang hanya berbagi sekitar 50% dari gen mereka (semua jenis saudara kandung lainnya).

Apabila gen tidak mempunyai peranan dalam pembetukan sifat, maka tidak akan ada
perbedaan dalam korelasi antara variasi kadar kesamaan genetik dai orang–orang. Anak
kembar identik dan fraternal akan sama–sama mirip atau sama–sama berbeda. Bukti yang ada
mengindikasikan bahwa anak kembar identik walaupun dibesarkan dalam lingkungan
berbeda, menunjukkan kesamaan kepribadian yang lebih besar dibandingkan saudara
sekandung lainnya. Dan dalam banyak kasusu dari sifat-sifat kepribadian, kadar kesamaan
mengindikasikan bahwa hampir 50% variasi kepribadian adalah keterwarisan atau genetik.
Sedangkan 50% lainnya banyak dijelaskan oleh pengalaman berbeda yang tidak dialami
bersama oleh saudara kandung dalam usia yang bervariasi; yaitu saudara kandung biasanya
mempunyai pengalaman, teman, dan guru yang berbeda.

c) Asumsi perkembangan menganggap bahwa sifat berkembang dan berubah selama masa
kanak- kanak, tetapi mulai melambat dimasa remaja, serta perubahan dalam kepribadian
berhenti sama sekali dari awal hingga pertengahan masa dewasa (kira–kira usia 30 an) (Costa
& McCrae,1994; Costa, McCrae & Arenberg, 1980). McCrae dan Costa (2003) berspekulas
bahwan mungkin masih ada alasan–alasan yang bersifat evolusi dan adaptif dari perubahan
tersebut. Saat seseorang masih muda dan sedang menentukan hubungan dan kariernya, tinggi
kadar E, O dan bahkan N akan bermanfaat. Saat seseorang mulai tumbuh dewasa dan menjadi
mapan, sifat tersebut tidak lagi seadaptif sebelumnya. Selain itu, peningkatan keramahan dan
kesaaran akan sangat membantu saat seseorang tumbuh dewasa.

d) Asumsi struktur menyatakan bahwa sifat memiliki organisasi hierarkis dari yang sempit dan
spesifik ke yang lebih luas dan umum, seperti yang dikemukakan oleh Eysenck (1990).
Asumsi ini tumbuh dari konsep yang teah lama dipegang oleh Costa dan McCrae bahwa
jumlah dimensi kepribadian adalah ima dan hanya lima. Jumlah ini melebihi konsep tiga
dimensi yang dihipotesiskan Eysenck dan sangat sedikit dibandingkan 35 dimensi yang
ditemukan oleh Cattell. Dengan asumsi ini, McCrae dan Costa serta pakar teori lima faktor
lainnya menyatakan bahwa lima dimensi adalah jawaban dari perdebatan yang telah lama
terjadi diantar teori factor.

2. Asumsi dari Karakteristik Adaptasi

Asumsi mengenai karakteristik adaptasi menyatakan bahwa, seiring berjalannya waktu, manusia
beradaptasi dengan lingkungan mereka “dengan mengumpulkan pola pikiran, perasaan, dan perilaku
yang konsisten dengan sifat–sifat kepribadian mereka serta adaptasi yang dialami sebelumnya“
(Costa & McCrae, 2003). Dengan perkataan lain, sifat memengaruhi cara kita beradaptasi terhadap
perubahan dalam lingkungan kita. Selain itu, kecenderungan dasar berakibat pada pencarian dan
pemilihan kita terhadap lingkungan khusus yang sesuai dengan disposisi kita. Asumsi karakteristik
adaptasi yang kedua maladaptasi mengindikasikan bahwa repons kita tidak selalu konsisten dengan
tujuan personal dan nilai–nilai budaya. Sebagai contoh, ketika introversi dibawa ke titik ekstrem,
dapat berakibat pada sifat pemalu patologis dalam lingkup sosial, yang menghambat seseorang untuk
keluar rumah atau memegang suatu pekerjaan.
Selain itu, agresi yang dibawa ke titik ekstrem dapat menghasilkan kekejaman yang berlebihan atau
sifat antagonis, yang kemudian dapat berakibat seringnya seseorang dipecat dari pekerjaannya.
Asumsi ketiga menyatakan bahwa sifat dasar “dapat berubah seiring berjalannya waktu sebagai
respons dari kematangan bilogis, perubahan lingkungan, atau intervensi yang diengaja” (Costa &
McCrae, 2003). Asumsi ini merupakan asumsi fleksibilitas yang digagas oleh Costa dan McCrae,
suatu asumsi yang menyatakan bahwa kecenderungan dasar dapat menjadi relative stabil sepanjang
kehidupan, tetapi karakteristik adaptasi tidak.

G. PENELITIAN TERKAIT

Pendekatan sifat yang digunakan Hans Eysenck, Robert Mc Crae dan Paul Costa sangat
popular dalam ranah kepribadian. Eysenck, Costa dan McCrae telah mengembangkan invenr
kepribadian yang digunakan dengan luas, yaitu Eysenck Personality Inventory dan cabang–
cabang lainnya (Eysenck1993) dan NEO-PI (Costa & McCrae,1985,1992). Sifat telah
dikaitkan dengan berbagai hal–hal vital, seperti keehatan fisik, kesejahteraan, dan kesuksesan
akademis; tetai sifat juga telah dikaitkan dengan hal–hal yang lebih umum dan terjad sehari–
hari seperti mood. Seperti yang ditunjukkan berikut, sifat dapat memprediksikan hal–hal
yang bersifat jangka panjang seperti indeks prestasi kumulatif (IPK) yang merupakan hasil
kerja selama bertahun–tahun, tetapi sifat juga memprediksikan hal-hal yang lebih terpisah,
misalnya berapa kali orang mengikuti ujian masuk dan apa jenis mood yang mungkin orang
alami pada suatu hari.

H. KRITIK TERHADAP TEORI SIFAT DAN FAKTOR

Metode sifat dan factor terutama yang diusung Eysenck dan pendukung model lima besar
memberikan taksonomi penting yang mengorganisasikan kepribadian dalam klasifikasi yang
bermakna. Apakah teori ini lebih dari skadar taksonomi dan menghasilkan penelitian
kepribadian yang penting? Teori sifat and faktor-faktor Eysenck, Costa, dan McCrae adalah
contoh dari pendekatan empiris yang ketat terhadap investigasi kepribadian. Teori ini
dibangun dengan mengumpulkan sebanyak mungkin data dari banyak orang, melakukan
interkorelasi skor, menganalisis faktor dengan matriks korelasi, dan mengunakan sgnifikansi
psikologis yang tepat pada faktor resultan. Dibandingkan penilaian klinis, pendakatan
psikometri merupakan penanda dari teori sifat dan faktor. Meskipun begitu , seperti teori
lainnya teori sifat dan faktor harus dinilai dari enam kriteria teori yang bermanfaat.

Pertama, dalam kriteria menghasilkan penelitian, teori Eysenck, Costa dan McCreae harus diberikan
nilai yang tinggi. Teori sifat McCrae dan Costa serta pendukung lainnya dari struktur kepribadian
lima besar juga telah banyak menghasilkan penelitian empiris. Epnelitian ersebut telah menunjkukan
bahwa ekstraversi, neurotisme, keterbukaan pada pengalaman, keramahan dan kesadaran tidak
terbatas hanya pada Negara – Negara Barat, tetapi telah ditemukan diberbagai budaya, menggunakan
bermacam perjemahan dari NEO–PI yang telah direvisi. Selain itu. McCrae dan Costa telah
meneukan bahwa sifat kepribadian dasar cukup fleksibel sampai usia 30 tahun, tetapi pada saat
tersebut, menjadi cukup stabil selama masa kehidupan.

Kedua, dalam kriteria apakah teori sifat dan faktor dapat dikaji ulang, teori sifat dan faktor
mendapatkan nilai menengah hingga tinggi. Kebanyakan dari hasil penelitian Eysenck
misalnya, penelitiannya atas kepribadian dan penyakit belum pernah direplikasi oleh peneliti
lainnya. Studi McCrae dan Costa memberikan kesempatan untuk dilakukan pengkajian ulang
terhadapnya walaupun beberapa penelitian yang datang dari negara–negara non Barat
mengindikasikan sifat selain lima besar yang mugnkin diperlukan untuk menjelaskan
kepribadian di Negara Asia.

Ketiga, teori sifat dan faktor dinilai tinggi dalam kemampuannya mengorganisasikan
pengetahuan. Semua yang benar–benar diketahui mengenai kepribadian, harus dapat
direduksi menjadi suatu jumlah tertentu. Semua yang dapat dikuantifikasikan dapat diukur,
dan semua yang dapat diukur dapat dianalisis faktornya. Faktor–faktor yang telah didapatkan
tersebut, kemudian memberikan deskripsi yang udah dan akurat mengenai kepribadian dalam
hal sifat. Sifat–sifat inilah yang kemudian dapat menghasilkan suatu kerangka untuk
mengorganisasikan banyak observasi yang terpisah mengenai kepribadian manusia.

Keempat, teori yang bermanfaat mempunyai kekuatan untuk mengarahkan tindakan praktisi,
dan dalam criteria ini, teori sifat dan faktor mendapatkan kajian yang bercampur. Walaupun
teori ini memberikan taksonomi yang komprehensif dan terstruktur, klasifikasi seperti itu
tidak terlalu berguna untuk orang tua, guru dan konselor dibandingkan untuk peneliti.

Kriteria terakhir dari teori yang bermanfaat adalah kehematan. Idealnya, teori sifat dan faktor
seharusnya menerima nilai yang sangat baik dalam standar ini, karena analisis faktor
bertujuan memberikan sedikit mungkin faktor yang dapat menjelaskan. Dengan perkataan
lain, tujuan utama dari analisis faktor adalah untuk mereduksi jumlah variable yang besar
menjadi sesedikit mungkin. pendekatan inilah yang menjadi esensi dari kehematan.
BAB III

KESIMPULAN

Kata "kepribadian" berasal dari kata Latin persona, yang berarti topeng yang dikenakan oleh seniman
teater untuk melambangkan karakter. Dengan pemahaman bahwa kepribadian mempengaruhi perilaku,
penulis memberikan pemikiran bahwa kepribadian seorang individu mempengaruhi kemampuannya
untuk menyeimbangkan kehidupan pribadinya dengan kehidupan pekerjaan.Penulis menggunakan model
teori kepribadian Costa dan McCrae yang dikenal dengan istilah OCEAN yang merupakan singkatan dari
kelima dimensi Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, Neuroticism. Peneliti
memilih menggunakan Five Factor Model dari Costa dan McCrae adalah karena Five Factor Model
dianggap dapat ditemukan diseluruh variasi budaya yang ada. Lalu melihat dari kelima dimensi Big Five,
dimensi apa yang paling signifikan berperan terhadap tingkat Work-Life Balance.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber: Feist & Feist, 2009 hal. 136 dan Daniel & Lawrence, 2008, hal.5

https://shespsychologist.wordpress.com/2014/10/17/ringkasan-materi-psikologi-kepribadian-teori-5-
faktor-mccrae-costa/

Anda mungkin juga menyukai