A. BAHASAN
B. Tujuan
1. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapakan peserta
memahami tentang cara penanganan bronkopneumonia.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan peserta dapat:
D. EVALUASI :
1. Prosedur : Post Test
2. Bentuk Test : Tanya jawab secara lisan
3. Butir pertanyaan :
a. Sebutkan pengertian Bronkopneumonia ?
b. Apa saja yang dapat menyebabkan bronkopneumonia ?
c. Apa Saja Pencegahan Bronkopneumonia ?
d. Bagaimana penanganan . terapi pada Bronkopneumonia ?
MATERI PENYULUHAN
I. Pengertian
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C,2002:57).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda
asing( Ngastiyah,2005).
Bronkopneumonia adalah bronkolius terminal yang tersumbat
oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau
membentuk gabungan di dekat lobules, disebut juga pneumonia lobaris
(Whaley &Wong,2000).
Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumonia
berarti peradangan pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan
(broncus). (Arief Mansjoer).
Bronkopneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi
pada jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi
traktus respiratus bagian atas selama beberapa hari. Yang dapat
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur
dan benda asing lainnya.
II. Etiologi
Bronkopneumonia ini umumnya disebabkan oleh :
III. Klasifikasi
1. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit
pernafasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia.
Pneumonia Streptococal merupakan organisme penyebab umum.
Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau
kalangan orang tua
2. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia
nosokomial. Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas.
Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum
penyebab hospital acquired pneumonia.
3. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi
anatomi infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut
organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.
4. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada
agen penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk
mengidentifikasikan organisme perusak. ( Reeves, 2001)
IV. Patofisiologi
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan
paru-paru melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian
kuman masuk ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros
kohn, sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus atau
bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang
menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana
proses peradangan ini dapat dibagi dalam empat tahap, antara lain :
1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan,
membengkak, pada perabaan banyak mengandung cairan, pada
irisan keluar cairan kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli
melalui pembuluh darah yang berdilatasi)
2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler
karena sel darah merah fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi
alveoli (pleura yang berdekatan mengandung eksudat fibrinosa
kekuningan).
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan
fibrinosa terjadi konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan
eksudat yang ada pada pleura masih ada bahkan dapat berubah
menjadi pus.
4. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali pada struktur semua.
VIII. Pencegahan
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari
kontak dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit
yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini.
Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan
meningkatkan daya tahan tubuh kita terhadap berbagai penyakit saluran
nafas seperti : cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan
teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin berolahraga,
dll.
Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi
kemungkinan terinfeksi.
IX. Referensi
1. Departemen Kesehatan RI (1996). Pusat Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat, Depkes ; Jakarta.
2. Guyton (1994). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit : EGC
penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
3. Price & Wilson. Patofisiologi Volume 2 Ed. 6 : EGC penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta
4. http://paru-paru.com/penyakit-pneumonia/
5. Hood Alsagaff, dkk (1995). Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Airlangga Press Surabaya.
EVIDANCE BASE PRACTICE
1. Efektifitas pemberian Apri nur 2014 Penelitian ini Penelitian Pemberian minuman jahe
yang telah dilakukan madu dapat menurunkan
minuman jahe madu ramadhani
megunkan jenis terdapat perbedaan keparahan batuk pada anak,
terhadap keparahan Riri novayelinda yang signifikan karena kandungan minyak atsiri
penlitian quasi antara tingkat dalam jahe yang merupakan zat
batuk pada anak Risma defi
keparahan batuk aktif yang dapat mengobati
dengan ispa woferst eksperiment denagan anak pada kelompok batuk (Nooryani, 2007),
eksperimen dan sedangkan zat antibiotik pada
rancangan penelitian kelompok kontrol madu yang dapat
sesudah diberikan menyembuhkan beberapa
non equivalent control minuman jahe madu penyakit infeksi seperti batuk
. anak pada ISPA (Aden, 2010).
group Hal ini sejalan Anak yang telah diberikan
dengan penelitian minuman jahe madu oleh
Rancangan ini yang dilakukan oleh peneliti gejala keparahan batuk
Yulfina (2011) seperti batuk berdahak, pilek,
bertujuan tentang efektifitas rewel, tidak nafsu makan dan
pemberian minuman gejala lainnya menjadi
membandungkan hasil jahe terhadap berkurang. Dengan demikian
penurunan pada penelitian ini dapat
yang didapt sebelum keparahan batuk disimpulkan bahwa pemberian
pada anak dengan minuman jahe madu dapat
dan sesudah di berikan ISPA di wilayah menurunkan tingkat keparahan
kerja Puskesmas batuk pada anak dengan ISPA.
terapi Lima Puluh
Pekanbaru dengan
hasil p value = 0,000
atau p < α (0,05)
maka Ho ditolak
artinya pemberian
minuman jahe
efektif untuk
menurunkan
keparahan batuk
pada anak dengan
ISPA.
Penelitian ini juga didukung
sebuah penelitian di
menghasilkan peningkatan