Anda di halaman 1dari 43

PENERAPAN METODE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN SISWA KELAS III BERCERITA TENTANG KISAH


NABI YUSUF DAN SYUAIB A.S DI SD IT YABIS BONTANG

ROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS


PENERAPAN METODE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERCERITA SISWA TENTANG KISAH NABI YUSUF A.S
DI SD IT YABIS BONTANG TAHUN AJARAN 2022/2023
(Penelitian Tindakan di Kelas III SD di SD IT Yabis Bontang )
Penulis:Herman

A.Latar Belakang Masalah


Pendidikan moral sejak dini adalah pondasi dalam membangun sumberdaya manusia
yang berkualitas yang memiliki pemikiran luas. Dalam agama Islam pendidikan moral dan
implementasi dalam kehidupan sehari-hari selaindisampaikan melalui Al-Qur’an dan Hadits
selaku pedoman hidup, dapat pula disampaikan melalui kisah-kisah para Nabi dan Rasul yang
memiliki banyak pembelajaran untuk ditiru dan dipetik hikmahnya. Semua kisah para Nabi dan
Rasul memiliki keistimewaannya masing-masing, berbagai sifat terpuji yang ada dalam kisah
tersebut bisa kita tiru dalam kehidupan sehari-hari guna menjadi manusia yang berakhlakul
karimah.
Dalam hal ini, pendidikan moral melalui kisah Nabi dan Rasul sangat tepat diterapkan
kepada anak-anak jenjang sekolah dasar. Selain dapat memperdalam pengetahuan ilmu agama
mereka, anak-anak juga dapat belajar menganalisa cara menyelesaikan masalah, cara berusaha,
cara bertawakal dan pasrah akan ketentuan Allah SWT. Tidak menutup kemungkinan dari
kisah-kisah para Nabi dan Rasul yang banyak menguras air mata dan perjuangan tersebut dapat
memotivasi dan memicu semangat belajar mereka.
Di era globalisasi ini pula anak-anak dengan mudahnya dapat terjun bebas ke dalam
sosial media, mengamati berbagai public figure dan para influencer baik dari segi bahasa,
perilaku, skill, prestasi dan sensasi. Anak-anak sudah pandai mengelola platform digital yang
didalamnya terdapat berbagai konten (positif dan negatif). Banyak situs yang dapat mereka
akses dengan mudah dan bebas, banyak tayangan-tayangan yang dapa tmempengaruhi
psikologi mereka sejak dini yang berbahaya dan berakibat fatal. Oleh karena itu penguatan
pendidikan karakter melalui kisah Nabi dan Rasul ini sangat diperlukan agar anak-anak tetap
berada di kooridor yang sesuai dengan usianya dan memiliki panutan serta tuntunan hidup
yang benar.
Di SD IT Yabis sendiri, para peserta didik yang berada di kelas III memiliki rasa
ketertarikan dan minat baca yang tinggi terhadap kisah Nabi dan Rasul terutama kisah Nabi
Yusuf a.s. Dari 33 peserta didik, sekitar 60% mengaku kesulitan menceritakan kisah Nabi
Yusuf a.s melalui bacaan karena jadwal pembelajaran yang tepat di siang hari sehingga
memicu timbulnya rasa kantuk yang kuat bila belajar melalui bacaan. Tenaga pendidik di SD
IT Yabis pun mengganti metode pembelajaran menjadi picture and picture.Perkembangan yang
signifikan muncul ketika metode picture and picture ini diterapkan, karena tenaga pendidik
turun langsung menceritakan kisah nabi Yusuf ini dengan menggunakan media gambar,
penerapan intonasi, gesture dan ekspresi wajah yang disesuaikan.
Hadirnya metode picture and picture ini membantu siswa kelas III SD IT Yabis meraih
nilai diatas rata-rata. Hal ini disebabkan karena kendala utama belajar siswa yaitu gaya belajar
yang membosankan dan pasif diubah dengan metode picture and picture yakni metode belajar
yang ringan dan menyenangkan,selain itu metode picture and picture juga dapat menumbuhkan
dan mengembangkan daya imajinasi anak, menanamkan nilai-nilai moral dari cerita sekaligus
melatih daya tangkap dan konsenterasi pada anak. Rentetan Kisah Nabi Yusuf yang panjang
dan mendalam dapat dikemas dengan kalimat-kalimat sederhana dan gambar yang mudah
diingat dan dimengerti oleh anak, meski metode ini membutuhkan fokus yang lebih tapi
metode ini tetap menghadirkan perasaan rileks dan nyaman bagi guru dan siswa, sehingga
siswa mengaku senang dan mudah menyerap materi yang disajikan karena gaya bahasa yang
sederhana dan gambar yang menarik ,ekspresi dan intonasi bercerita yang luwes, sehingga
menjadi nilai lebih dari pada metode ini.
1. Bagaimana kemampuan bercerita siswa kelas III di SD IT Yabis terhadap Kisah Nabi Yusufa.s
sebelum diterapkannya metode picture and picture?
2. Bagaimana menerapkan metode picture and picture Kisah Nabi Yusuf a.s dalam pembelajaran
di SD IT Yabis?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan bercerita siswa tentang Kisah Nabi Yusuf a.s setelah
menggunakan metode picture and picture di SD IT Yabis?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kemampuan bercerita siswa kelas III di SD IT Yabis terhadap Kisah
Nabi Yusuf a.s sebelum diterapkannya metode picture and picture
2. Untuk m engetahui penerapan metode picture and picture materi Kisah Nabi Yusuf a.s
di SD IT Yabis
3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan bercerita siswa tentang Kisah NabiYusuf
a.s setelah menggunakan metode picture and picture di SD IT Yabis
D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
Tujuan penelitian ini semata-mata untuk menganalisa kendala belajar anak dalam
materi Kisah Nabi Yusuf a.s, memperbaiki metode lama dengan metode yang baru (Picture and
picture) sehingga dapat tercipta suasana belajar yang menyegarkan dan menyenangkan.
Metode picture and picture pula memiliki dampak pada kemampuan public speaking dan
teknik penyempaian materi oleh guru lebih diperhatikan dengan tujuan agarm udah dipahami
oleh peserta didik. Dalam proses mengembangkan kualitas sistem dan lembaga pendidikan ini,
guru juga dapat berkontribusi dalam menganalisa kelebihan dan kekurangan setiap metode
yang diterapkan, serta memahami secara luas dan mendalam kendala belajar siswa di kelas.
2. Praktis
a. Untuk Lembaga Tempat Penelitian
Hasil daripada penelitian ini dapat menjadi sarana dan wadah baru dalam
penerapan metode yang sebelumnya belum pernah diimplementasikan. Dengan harapan
agar lembaga dapat meningkatkan kualitas belajar siswa dan mengubah metode lama, serta
tenaga pendidik yang berkontribusi pun lebih mengembangkan teknik penyampaian materi
melalui cara dan gaya story telling, hal ini berkaitan pula dengan tujuan agar tenaga
pendidik akan memahami kondisi kelebihan dan kekurangan dari setiap metode yang
diberlakukan.
b. Untuk Tenaga Pendidik
Para tenaga pendidik dapat mengembangkan kemampuan public speaking dan
teknik bercerita dengan memperhatikan gaya komunikasi, bahasa dan ekspresi yang dapat
mudah dipahami oleh peserta didik. Public speaking para guru tersebut tidak hanya terpaku
dalam metode ceramah tapi dengan hadirnya metode picture and picture pembawaan dan
gaya mengajar pula menjadi fun and fresh. Hal ini membangun ikatan yang erat diantara
guru dan siswa serta kegiatan pembelajaran lebih aktif, kolaboratif dan efektif.
c. Untuk Siswa
1. Kegiatan belajar menjadi lebih segar dan menyenangkan untuk disimak.
2. Pola belajar yang dihadirkan menciptakan suasana ringan sehingga siswa merasa
bahwa mereka tidak sedang belajar, tapi sedangmenyimak kisah yang bersejarah
dan seru.
3. Siswa akan merasa tidak terbebani dengan tulisan ataupun tayanganyang membuat
mereka sulit paham, mengantuk dan membosankansaat mempelajari kisah nabi dan
rasul.
4. Siswa akan terlatih dalam menganalisa sebuah kronologi dan menyimpulkan hikmah
kejadian berdasarkan versi masing-masing.
5. Siswa akan memilikikey word (kata kunci) sendiri dalammengingat kisah nabi
tersebut.
6. Siswa akan mengoptimalkan seluruh panca indera dalam menyimak kisah nabi
Yusuf a.s tersebut, dan mengoptimalkan daya ingat mereka.
d. Untuk Orangtua
Dalam membina pembelajaran yang efektif, upaya kerjasama yang terjalin antara
orang tua dan guru sangat diperlukan keselarasannya. Dari penelitian ini karena dasar
pengetahuan kisah nabi yusuf a.s telah disampaikan pendidik melalui metode picture and
picture dan untuk memantapkan serta mematangkan pengetahuan sang anak,orang tua dapat
membantu kegiatan belajar anak dengan menerapkan metode tanya jawab dan mudzakarah.
Hal ini akan memudahkan anak dalam menguatkan daya ingatnya terhadap kisah nabi yusuf
a.s,mengurangi beban orang tua dalam mengulas berulang kali kisah nabi yusuf a.s, dan
membantu anak melatih public speaking di depan keluarga dengan cara mudzakarah
e. Untuk Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam menghadapi pergantian
penerapan metode pembeajaran. Kendala pemahaman siswa terhadap suatu materi dapat
disebabkan beberapa faktor. Pentingnya peneliti menganalisa situasi dan kronologi siswa
dalam pembelajaran sehari-hari, kesulitan yang dihadapi dan tentunya memberikan
solusi.Dalam hasil penelitian ini terdapat banyak kekurangan yag tentu peneliti sendiri
berharap bahwa peneliti selanjutnya dapat memperbaiki hasil penelitian ini dan mengembangan
penelitian ini secara lebih luas dan mendalam.
F. Penelitian Terdahulu
Untuk mengetahui judul penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya, perlu peneliti
sampaikan penelitian yang relevan dari berbagai sumber dengan hasil sebagai berikut:
1. Pada tahun 2018, atas nama Julia Indah Pratiwi dengan judul skripsi Penggunaan
Metode Kisah dan Penanaman Nilai Keteladanan dalam Meningkatkan Minat Belajar
Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran PAI di SMKN 1 Jenengan Ponorogodari Institut
Agama Islam Negeri Ponorogo. Menyatakan bahwa metode berkisah ( story telling )
membawa dampak positif bagi sikap dan keseharian para siswa karena cara belajar
yang menyenangkan, memberi keleluasaan pada siswa, perlakuan yang santai sehingga
antara guru dan siswa dapat berkomunikasi dengan baik. Selain itu melalui kisah siswa
dapat lebih mudah memahami pelajaran dan lebih mudah menerapkan ilmu yang
dipelajari dalam kehidupannya. Parasiswa begitu antusias terhadap cara belajar ini
terlebih bila cara penyajianmetode dengan santai dan diiringi humor. Perasaan rilex dan
enjoytersebut mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dengan nilaimencapai diatas
80 bahkan diatas 90.2.
2. Pada tahun 2018, atas nama Tita Ariska dengan judul skripsi

Pengaruh Metode Bercerita Terhadap Kemampuan Berbahasa Anak di PAUDSahabat


Desa Padang Pelasan Kecamatan Air Periukan KabupatenSeluma dari Institut Agama
Islam Negeri Bengkulu. Menyatakan bahwa begitu pentingnya implementasi metode
bercerita ( story telling ) bagi parasiswa karena membawa dampak kuat dalam
mempermudah pemahamanmateri, memperkuat daya ingat, memberikan daya imajinatif
dan fantasiserta menambah wawasan terhadap nilai-nilai kebaikan. Penggunaanmetode
pembelajaran yang tepat dan menyenangkan memberi pengaruhkuat pada siswa, seperti
rasa senang terhadap mata pelajaran, antusiasdalam penyelesaian tugas serta
meningkatnya semangat juga motivasi belajar

Tabel 1.1 Analisa Komparasi dengan Penelitian Terdahulu


Nama Peneliti Judul Penelitian
Tahun
Persamaan Perbedaan
Julia Indah Pratiwi Penggunaan Metode Kisah dan Penanaman Nilai Keteladanan dalam
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran PAI di SMKN 1
Jenengan Ponorogo 2018 Memiliki tujuan dan metode yang serupa dalam melatih dan
menerapkan nilai karakter moral melalui Al-Qur’an & Hadist dalam mapel PAI.
Jenjang dan jumlah subjek penelitian
Materi pembelajaran yang dianalisa Tita Ariska Pengaruh Metode Bercerita
TerhadapKemampuan Berbahasa Anak di PAUD Sahabat Desa Padang Pelasan
Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma 2018 Memakai metode yang serupa
(storytelling ) dan tujuan untuk melatih anak berkomunikasi dan belajar mempelajari
hikmah dan sifat mulia dari nilai-nilai religi.
Materi pembelajaran yang dianalisa
G. Hipotesis Tindakan
Hasil penelitian menyatakan bahwa selama pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam,
materi pembahasan Kisah 25 Nabi dan Rasul Dengan metode tayangan (audio visual)
menimbulkan ketidak fokusan anak dalam memahami materi. Oleh karena itu, peneliti
memberikan terobosan terbaru dengan mengganti metode pembelajaran menjadi metode
story telling.Hal ini mendapat respond positif dari lembaga terkait, para tenaga pendidik,
peserta didik dan orang tua. Metodel story telling mampu menghadirkan cara baru dalam
belajar dan terbukti mampu meningkatkan daya ingat, keterampilan berbahasa dan
penerapan moral anak serta nilai/prestasi yang memuaskan.Metode story telling Kisah
Nabi Yusuf a.s fokus terhadap runtutan kejadian,mukjizat dan hikmah kisah yang memiliki
presentasi 85%.
H. Langkah-langkah Penelitian
1. Pendekatan/Metode atau Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Tindakan Kelas, dengan maksud peneliti


berpartisipasi langsung didalam kelas dalam menganalisa kendala belajar yang dihadapi
anak dengan tentu saja menawarkan solusi untuk penyelesaian masalah
tersebut.Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara langsung di dalam kelas
menggunakan suatu tindakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar agar
diperoleh hasil yang lebih optimal. Penelitian tindakan kelas ini membutuhkan rentan
waktu yang tidak sebentar agar dapat mengimplementasikan tindakan beserta variabel
yang sudah terancang untuk mencapai hasil yang di targetkan.
2. Tempat dan Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di SD IT Yabis tepatnyadi Jl.Sadananya Dusun


Desa, RT 04/RW 02 Kp. Leuwi Sangku DesaSukajadi Kecamatan Sadananya
Kabupaten Ciamis.
3. Subjek dan Objek Penelitiana.
a. Subjek Penelitian

Yang dimaksud subjek penelitian adalah orang, tempat, atau benda yang diamati
dalam rangka pembumbutan sebagai sasaran(Kamus Bahasa Indonesia, 1989: 862).
Adapun subjek penelitiandalam tulisan ini yakni (1) Peneliti sebagai pendidik yang
akanmemperbarui metode pembelajaran dan menerapkan metode storytelling dalam
materi Kisah Nabi Yusuf a.s untuk penguatan daya ingat, peningkatan prestasi dan
penerapan nilai moral; (2) Para peserta didik kelas II di MDTA Al-Mustofa dengan
jumlah 15 orang, terdiri dari 9 laki-laki dan 6 perempuan
b. Objek Penelitian

Menurut (Supranto 2000:21) objek penelitian adalah himpunan elemen yang dapat
berupa orang, organisasi yang akan diteliti. Kemudian dipertegas (Anto Dayan
1986:21) objek penelitian,adalah pokok persoalan yang hendak diteliti untuk
mendapatkan data secara lebih terarah. Adapun objek penelitian dalam tulisan
inimeliputi : (1) Menganalisa permasalahan belajar siswa terkait materiKisah Nabi
Yusuf a.s; (2) Mengamati reaksi belajar siswa denganmetode story telling dalam
materi Kisah Nabi Yusuf a.s; (3)Mengetahui perkembangan belajar siswa dan
dampak yang signifikan hasil implementasi metode story telling Kisah Nabi Yusuf
a.s

4. Jenis dan Sumber Data


a. Jenis Data Penelitian

Jenis data yang diperoleh adalah data kualitatif. Jenis datakualitatif yakni data yang
terbuat dengan menggunakan kata-kata sertakalimat. Data ini diperoleh dengan
berbagai langkah seperti penelititerjun langsung ke lapangan melakukan analisa
kendala belajar yangdialami siswa, melakukan wawancara dengan siswa terkait
permasalahan belajar (deep talk ), dan peneliti mengatasi kendalatersebut dengan
sebuah solusi yakni mengubah metode pembelajaranagar timbul peningkatan fokus
ke pembahasan.
b. Sumber Data Penelitian
a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber penelitian yang diperoleh secaralangsung


dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jejak pendapatdari individu atau
kelompok (orang) maupun hasil observasi dari suatuobjek, kejadian atau hasil
pengujian (benda).Data primer yang terdapat pada tulisan ini yakni (1) Proses
deeptalk dengan para siswa terkait kendala belajar dalam materi KisahNabi
Yusuf a.s; (2) Wawancara dengan tenaga pendidik terkait; (3)Proses
pengembangan metode baru ( story telling ) dalam memperkuat pemahaman
siswa terhadap Kisah Nabi Yusuf a.s serta (4) Hasil pencapaian prestasi siswa
setelah diterapkannya metode story telling.
b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui
media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti
yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak
dipublikasikan.Data sekunder terkait dengan penelitian ini adalah transkrip nilai
siswa kelas II pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, materi Kisah 25
Nabi dan Rasul , diperkuat dengan berbagai teori dari penelitian terdahulu dan
sumber terkait yang memotivasi peneliti untuk menghadirkan solusi dan
menyelesaikan permasalahan dengan baik.
5. Instrumen Penelitian/Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh untuk penelitian terkait, melalui beberapa teknik pengumpulan,
yakni :
1. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015:72) wawancara adalah pertemuan


yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasimupun suatu ide dengan
cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkanmenjadi sebuah kesimpulan atau
makna dalam topik tertentu.
Wawancara adalah salah satu kaidah pengumpulan data yang paling biasa
digunakan dalam penelitian sosial. Kaidah in digunakan ketika subjek kajian
(responden) dan peneliti berada langsung bertatap muka dalam proses mendapatkan
informasi bagi keperluan data primer.Wawancara mengharuskan kedua belah pihak
baik itu peneliti maupun subjek kajian bertemu dan berinteraksi langsung dan aktif
agar dapat mencapai tujuan dan data yang di dapat bak serta akurat.

Kegiatan wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi


yangmendalam tentang persepsi, pandangan, wawasan, atau aspekkepribadian para
peserta didik yang diberikan secara lesan dan spontan.Kegiatan wawancara agar
lebih terarah, biasanya dilengkapi dengan pembuatan pedoman wawancara.
Wawancara yang baik adalah yang bersifat mendalam. Artinya dengan
menginterpretasi jawaban siswaakan diperoleh banyak informasi, yang mungkin
tidak bisa ditemukan pada penggunaan metode lainnya.
2. Tes

Metode asesmen dalam PTK dapat dibedakan menjadi tes dan nontes.
Metode tes bisa bersifat formal dan non formal. Tes formal ini dapat dikatakan
sebagai indirect assessment(asesmen yang bersifattidak langsung). Artinya bahwa
asesmen tersebut dilaksanakan secara terpisah dengan kegiatan pembelajaran,
sehingga balikan baru akan diperoleh oleh para peserta didik pada pertemuan
berikutnya setelah selesainya kegiatan tes. Tes formal bisa berbentuk tes tulis, tes
lisan,dan tes kinerja.
Tes nonformal adalah tes yang dilaksanakan secara terintegrasidengan
pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Tes nonformal inidapat dikatakan pula
sebagai tes langsung (tergolong ke dalam directassessment ). Dikatakan sebagai
direct assessment karena tes dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran.
Pada saat itulah pendidik bisa melakukan asesmen, yang secara langsung pendidik
bisa memberikan feedback secara langsung yang tidak harus ditunda-tunda
pelaksanaannya
Kedua metode metode tes di atas lebih bersifat kuantitatif, yang interpretasinya
mengarah pada benar dan salah. Berbeda dengan metode non tes, yang lebih bersifat
kualitatif, sehingga interpretasinya mengarah pada aspek psikologis dan aspek
lainnya (sangaat setuju hingga sangat tidak setuju, sangat senang hingga sangat tidak
senang).
3. Dokumentasi

Menurut Hamidi (2004:72), Metode dokumentasi adalah informasiyang


berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasimaupun dari
perorangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan gambar oleh
peneliti untuk memperkuat hasil penelitian.Menurut Sugiyono (2013:240),
dokumentasi bisa berbentuk tulisan,gambar atau karya-karya monu-mentel dari
seseorang
Berdasarkan kedua pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengumpulan data dengan cara dokumentasi merupakan suatuhal dilakukan oleh
peneliti guna mengumpulkan data dari berbagai halmedia cetak membahas mengenai
narasumber yang akan diteleti.Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi
untuk mencari datatentang meningkatnya pemahaman siswa kelas II MDTA Al-
Mustofadengan penerapan metodestory telling.
4. Observasi

Observasi merupakan salah satu tahap dalam pelaksanaan PTKsekaligus juga berfungsi sebgai
alat untuk pengumpulan data. Metodeini sangat sesuai untuk merekam aktivitas yang bersifat
proses.. Dalamistilah assessment, kegiatan observasi merupakan bagian dari informal
assessment
( authentic assessment ) yang bersifat langsung (directassessment ).Dilihat dari sudut
pelaksanaannya, kegiatan observasi bisa bersifat langsung ( partiscipatif observation) maupun
tidak langsung (non-participatif observation). Dari informal assessment( authenticassessment )
yang bersifat langsung (direct assessment ).
Dilihat dari sudut pelaksanaannya, kegiatan observasi yangdilakukan olh peneliti dalam
kegiatan penelitian ini bersifat langsung( partiscipatif observation). Observasi langsung
dilakukan denganadanya keterlibatan secara langsung oleh peneliti dalam proses pembelajaran
yang dilakukan bersama guru dan siswa, atau bahkan peneliti sekaligus sebagai guru. Dengan
kondisi seperti inilah yangdiharapkan ke depannya guru mampu berfungsi sebagai peneneliti
dikelasnya sendiri (sebagai participant observer ).

No Aspek Indikator Skor1Pemahaman Kisah Nabi Yusuf a.s


Siswa menguasaikeseluruhan Kisah NabiYusuf a.s20


Siswa dapat menjawabsoal terkait materi dalam bentuk lisan20


Siswa dapat menjawabsoal terkait materi dalam bentuk tulisan202Menceritakankembali Kisah


Nabi Yusuf a.s

Siswa memiliki kefasehan berbicara dan pelafalanyang baik20


Siswa mampumenceritakan kembalidengan bahasa sendiri20


Tabel 1.2 Standar ukuran pencapaian siswa dengan metode
Storytelling Berdasarkan definisi konseptual dan operasional
Storytelling
di atas,maka peneliti menggunakan instrument berupa metode wawancara,observasi,
dokumentasi, dan catatan lapangan sebagai alat pengambilan datadalam tindakan penelitian.
Adapun metode tersebut yaitu :a.

IPD observasi: menggunakan lembar pengamatan untuk mengukurtingkat partisipasi siswa


dalam proses pembelajaran. b.

IPD tes, menggunakan lembar kerja atau butir soal untuk mengukur hasil belajar siswac.

IPD wawancara: menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui pendapat atau sikap
tentang pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran
Storytelling.
d.

IPD dokumentasi: menggunakan lembar hasil pengamatan. Silabus, RPP.


6.

Model Penelitian dan Desain Tindakan


a.Model Penelitian
PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri,
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran
dapat berjalandengan baik, dan hasil belajar siswa meningkat.Tujuan penelitian Tindakan
Kelas (PTK) di antaranyameningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran
yangdiselenggarakan oleh guru atau peneliti itu sendiri sehingga tidak adalagi permasalahan di
kelas.Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian bersiklus yang
terdiri dari 4 tahapan. Tahapan tersebutadalah perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Adapun penelitian tindakan kelas menurut Kemmis Dan Mc Taggart yaitumudah dipahami dan
banyak dipakai oleh peneliti terdahulu. Tahap-tahap penelitian yang akan dilakukan
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.2 Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis dan Mc Taggart

Menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Kunanndar, penelitian tindakan kelas dilakukan
melalui proses yang dinamis dan komplementariyang terdiri dari empat momentum asensial
yaitu sebagai berikut:
1.

Perencanaan (
Plan
)
Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi dan menganalisis masalah yangakan diteliti,
menetapkan alasan mengapa penelitian dilakukan untukmengatasi masalah, membuat rincian
rancangan tindakan sepertimenyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), merancang
mediayang akan digunakan, menyiapkan angket, menyiapkan lembar pengamatan, menyusun
kisi-kisi soal, membuat tes evaluasi dan formatif,serta menetapkan indikator keberhasilan.

2.

Tindakan (
Act
)
Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario pembeajaran akanditerapkan. skenario atau
rancangan tindakan yang akan dilakukanmenjelaskan tentang:a)

Langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan


b)

Kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru

c)

Kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh siswa

d)

Rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakandan cara menggunakannya

e)

Jenis instrument yang akan digunakan untuk pengumpulandata/pengamatan disertai dengan


penjelasan rinci bagaimanamenggunakannya.
34
3.

Pengamatan (
Observe
)
Pengamatan merupakan kegiatan pengamatan (pengumpulan data) yangselanjutnya dikaji
secara menyeluruh untuk mengukur seberapa jauh efektindakan dalam mencapai sasaran.
Pengamatan dilaksanakan bersamaandengan tahap pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini,
peneliti (atau guruapabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan danmencatat
semua hal yang diperlukan dapat berupa data kuantitatif (hasilteks, kuis, presentasi, nilai tugas,
dan lain-lain) atau data kualitatif yangmenggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa dan
lain-lain.
4.

Refleksi (Reflect )
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan,
berdasarkan data yang telah terkumpul,kemudian dilaksanakan kegiatan mengevaluasi dan
menganalisis hasil pengamatan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang
telahdilaksanakan.Hasil refleksi digunakan oleh peneliti sebagai acuan untukmenentukan
tindakan selanjutnya. Apabila masih ditemukan beberapakekurangan dan belum sesuai dengan
indicator keberhasilan maka hasil
refleksi akan digunakan sebagai acuan untuk menyusun perencanaan pada siklus berikutnya.
Jika hasil penelitian pada siklus I belummemenuhi indikator keberhasilan maka hasil tersebut
akan ditingkatkan pada siklus berikutnya
35

b.

Desain Tindakan
Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
(classroomaction research).
Pengkatagorian penelitian ini ke dalam penelitian sesuaidengan model Kemmis dan
Mc.Taggart. tiap siklus atau putaran terdiridari empat tahap yaitu perencanaan (planning), aksi
atau tindakan (acting),observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian tindakan
kelasadalah penelitian yang dilakukan guru kelas II MDTA Al-Mustofadikelasnya sendiri
melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaikikinerjanya sehingga keterampilan
bercerita siswa meningkat.Dalam pelaksanaannya, penelitian ini bersifat kalaboratif
bersamateman, guru sebagai upaya bersama untuk mewujudkan perbaikan yangdiinginkan.
Adapun prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukandalam dua siklus yaitu siklus yang
pertama dan kedua di antaranya:1. Tahap Perencanaana.
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai indikator danskenario pembelajaran
dengan menggunakan metode
storytelling
b.

Mempersiapkan media pembelajaran berupa teks ceritac.

Menyiapkan alat evaluasi berupa lembar penilaian unjuk kerja.d.

Menyiapkan lembar penilaian observasi untuk mengamati aktivitassiswa.2.

Tahap Pelaksanaan Tindakana.

Siswa mengucap salam dan berdo’a


b.

Guru melaksanakan apersepsic.

Guru menyampaikan tujuan pembelajarand.

Guru menjelaskan Kisah Nabi Yusuf dengan metode


story telling.
e.

Siswa mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guruGuru bertanya kepada siswa tentang
kepahaman materi Kisah NabiYusufg.

Guru memberikan Teks ceritah.

Guru menyuruh siswa menceritakan kembali di depan kelasi.

Guru memberi lembar soal untuk di isi oleh para siswa j.

Siswa mengumpulkan jawaban.k.

Guru menyimpulkan pelajaran hari ini bersama siswal.

Guru menutup pelajaran.3.

Tahap Observasia.

Pada saat menggunakan metode pembelajaran


story telling
b.

Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengobservasitingkat keterampilan siswa


dalam menyelesaikan soal-soal yangdiberikan untuk menguji pemahaman serta mengamati
keterampilansiswa menyampaikan cerita.4.

Tahap Refleksia.

Dalam pelaksanaan siklus pertama sudah sesuai dengan sintaks pembelajaran dengan
menggunakan metode
storytelling
siswa sudahmempergunakan dengan baik. b.

Semangat dan aktivitas siswa pada siklus kedua ini sudah mencapaiindikator keberhasilan yang
telah ditetapkan.
7.

Analisis Data Penelitian


Untuk menganalisa data dalam penelitian ini digunakan teknik analisisdata kualitatif dan
kuantitatif.1. Teknik Analisis KualitatifDalam penelitian tindakan kelas ini, analisis data
kualitatif dilakukansecara deskriptif difokuskan secara proses di lapangan bersamaandengan
pengumpulan data. Analisis selama di lapangan dilakukan padasaat pengumpulan data
berlangsung dan setelah pengumpulan datadalam periode tertentu. Pada saat wawancara,
peneliti sudah melakukananalisis terhadap jawaban yang diwawancarai, setelah dianalisis
belum

memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampaitahap tertentu, diperoleh
data yang dianggap kredibel.Proses analisa data kualitatif ini dilakukan dengan tiga tahapan,
yakni :a.

Reduksi DataTahap ini adalah tahap menyederhanakan data agar bisa sesuai dengankebutuhan
dan tentunya mudah untuk didapatkan informasi. Dapatdilihat pada skema model penelitian
studi kasus, bahwa penelitimerancang data agar mudah dikelola dan diolah menjadi
suatuinformasi. Selain hasil dari studi kasus, tahap reduksi data ini diperkuatdari hasil
wawancara dan observasi . b.

Penyajian DataProses penyajian data diperlkan dalam analisis data kualitatif untuk
bisamenyajikan atau menampilkan data dengan rapi, sistematis, tersusundengan pola hubungan
tertentu, terorganisir dan sebagainya. Sehinggadata ini tidak lagi berupa data mentah akan
tetapi sudah menyajikansuatu informasi.c.

Penarikan KesimpulanProses menarik kesimpulan baru bisa dilakukan ketika semua data
yangvariatif disederhanakan, disusun atau ditampilkan dengan memakaimedia tertentu, baru
kemudia bisa dipahami dengan mudah.Dalam analisis data ini peneliti akan mengambil data
tentang hasilobservasi keterampilan berbicara siswa, yang dapat diambil melalui :Presentase
respon siswa =

 100 %
Dimana : a = proporsi siswa terhadap penguasaaan kisah danmampu menceritakan kembali
Kisah Nabi Yusuf a.s b = jumlah siswa (keseluruhan)Dengan penilaian :0

19 = tidak terampil20

59 = kurang terampil60

69 = cukup terampil
Teknik Analisis KuantitatifAnalisis data hasil belajar siswa dapat dilihat dari yang
diperolehmelalui hasil tes. Data kuantitatif (hasil belajar siswa) akan dianalisisdengan
menggunakan teknik analisis statistik sederhana. Analisis datahasil belajar siswa dapat dilihat
dari yang diperoleh melalui hasil tes.

Skor =

 100 %
Ket :B = jumlah butiran dijawab benar N = banyak butiran soal. Nilai rata-rata hasil belajar
siswa dapat dihitung menggunakan rumus :





=
Ket :
e
x
= jumlah semua nilai siswa
e
n
= jumlah siswa
X
= nilai rata-rata Nilai ketuntasan hasil belajar siswa dapat dihitung dengan :

=
(      ) x % 

Siswa yang tuntas belajar dengan penilaian0

2 = sangat rendah2

4 = rendah4

6 = cukup tinggi6

8 = tinggi8

10 = sangat tinggi
8.

Keabsahan Data Penelitian


Data penelitian yang didapat oleh peneliti harus terjaminkeabsahannya. Oleh karena itu,
peneliti menguji keabsahan data penelitianyang sudah diteliti dalam penelitian kualitatif itu
menggunakan beberapalangkah, meliputi uji kredibilitas (
credibility
), uji transferabilitas

(
transferability
), uji dependibilitas (
dependibility
), dan uji konfirmabilitas(
confirmability
). Data penelitian tersebut, diantaranya :1)

Uji Kredibilitas (
credibility
)Dalam penelitian kualitatif, uji kredibilitas diseut sebagai validitasinternal yang mana menguji
kepercayaan data yang telah dihaslkanoleh peneliti selama proses penelitian kualitatif
berlangsung. Adapunterdapat 5 hal yang dilakukan dalam uji keabsahan ini yaitu perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,trigulasi data sesuai dengan aturan,
analisis kasus negatif, sertamember
check
. Apabila kelima aspek telah terlaksana dengan baikdalam uji keabsahan data, maka data
penelitian tersebut bersifat
valid
.2)

Uji Trnasferabilitas (
transerability
)Uji transferabilitas ini menguji validitas eksternal didalam penelitiankualitatif. Uji ini dapat
menunjukkan ketepatan data yang sudahdiperleh dari hasil penelitian dan diterapkan hasil
tersebut ke populasidimana sampel itu diambil.3)

Uji Dependibilitas (
dependibility
)Dalam penelitian kualitatif, uji dependibilitas dilakukan denganmelakukan beberapa audit
terhadap keseluruhan proses penelitiansupaya terjamin hasilnya. Adapun terdapat beberapa hal
yang perlu diaudit dalam penelitian kualitatif supaya terjamin keabsahannya yakni,masalah
yang dihadapi subjek pada saat penelitian di lapangan,analisis data penelitian, sumber data
penelitian, uji keabsahan data dansimpulan penelitian pada saat dilapangan yang dilaksanakan
oleh peneliti.4)

Uji Konfirmabilitas (
confirmability
)Uji konfirmabilitas merupakan proses terakhir uji keabsahan data,dimana hasil penelitian bisa
dikatakan objektif apabila hasil penelitiantelah disepakati oleh lebih dari 1 orang. Kemudian,
apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses suatu penelitian yang telahdilakukan oleh
peneliti, maka penelitian tersebut telah memenuhi
standar konfirmabilitas. Lalu, data hasil penelitian harus sama dengandata yang terjadi
sesungguhnya dan bisa dikatakan data tersebutkeabsahannya apabila peneliti bisa
mempertanggung jawabkannya.

9.

Standar Ketuntasan Penelitian


Penelitian dapat dinyatakan tuntas apabila skor sudah mencapai85%. Hal ini diiring dengan
meningkatnya motivasi belajar anak,meningkatnya prestasi anak, menguatnya daya ingat anak,
danmengamalkannya sang anak terhadap nilai moral yang dipelajari dariKisah Nabi Yusuf a.s
melalui metode
story telling
/berkisah.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Alim, Hartono. “Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif DanMenyenangkan,” no. 2005
(2008): 8–
31.Arifin, Mohamad Zaenal, Sekolah Tinggi, Agama Islam, and Aneka Ilmu.
“Pendidikam Moral Dalam Al
-
Qur’an: Telaah Atas Kisah Yusuf As.” 3
(2020): 69

86.Arikunto.
Manajemen Penelitian
. JAKARTA: Rineka Cipta, 2005.
Ariska, Tita. “Pengaruh Metode Bercerita Terhadap Kemampuan Berbahasa Anak
Di PAUD Sahabat Desa Padang Pelasan Kecamatan Air Periuk Kabupaten
Seluma” (2018).

Hasan, S. Hamid. “Pendidikan Sejarah Untuk Memperkuat PeHasan, S. Hamid.2012.


‘Pendidikan Sejarah Untuk Memperkuat Pendidikan Karakter.’
Paramita 22(1):81

95.Ndidikan Karakte
r.”
Paramita
22, no. 1 (2012): 81

95.
Hutagalung, Aal. “Penggunaan Metode Kisah Dan Penanaman Nilai Keteladanan
Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran PAI
Di SMKN 1 Jenengan Ponorogo.”
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951

952.
(1967): 5

24.
Ilham Rustandi. “Metode Dan Teknik Penelitian” (2018): 50.
Nasional, Departemen Pendidikan.
Kamus Bahasa Indonesia
. Jakarta, 2008.
Oliver, J. “Evaluasi Bauran Promosi Dalam Meningkatkan Loyalitas PelangganClaine.”
Journal of Chemical Information and Modeling
53, no. 9 (2017):1689

1699.
Purnomo, Bambang Hari. “Metode Dan Teknik Pengumpulan Data DalamPenelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research).”
Jurnal Pengembangan Pendidikan
8, no. 1 (2011): 251

256.https://media.neliti.com/media/publications/210251-metodedan-teknik- pengumpulan-
data-dalam.pdf.
Rosaliza, Mita. “1099
-Article Text-1955-1-10-
20180418.Pdf.”
Jurnal Ilmu Budaya
, 2015.
Salim, M. Rais. “Penerapan Metode Story Telling Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SD GMIH L.O.C
Kabupaten Pulai Morotai.”
Jurnal Mitra Pendidikan
3, no. 1 (2019): 921

935. http://www.e-jurnalmitrapendidikan.com/index.php/e-
jmp/article/view/737/473.SUDJANA, NANA.
Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar
. 21st ed. ROSDA,2017.
Tambak, Sahraini. “Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Pendidikan AgamaIslam.”
Al-Hikmah: Jurnal Agama dan Ilmu Pengetahuan
12, no. 1 (2015):1

20.
“CHARACTER EDUCATION VALUES IN THE STORY OF PROPHET”
(n.d.): 1

27.

LEMBAR OBSERVASIA.

Lembar Observasi Penelitian (Metode


Story Telling
)Nama :Kelas : II A/B
*
coret yang tidak perlu

No Aspek Indikator Skor1PemahamanKisah NabiYusuf a.s


Siswa menguasaikeseluruhan Kisah Nabi Yusuf a.sSiklus I Siklus II


Siswa dapatmenjawab soal terkaitmateri dalam bentuklisan


Siswa dapatmenjawab soal terkaitmateri dalam bentuktulisan2Menceritakankembali Kisah


Nabi Yusuf a.s

Siswa memilikikefasehan berbicaradan pelafalan yang baik


Siswa mampumenceritakan kembalidengan bahasa sendiri


A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan proses


pembelajaran dan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kecerdasan, kepribadian, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang
diperlukan peserta didik, ketika bermasyarakat, bangsa dan negara. (Akbar, 2017)
Pendidikan di sekolah dasar tidak hanya memberikan bekal kemampuan
pengetahuan saja tetapi juga sikap dan keterampilan sebagai proses pengembangan
diri dan sosial untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya (Ngongo &
Gafur, 2017). Hal ini dikarenakan perkembangan dan perubahan di segala aspek
kehidupan yang semakin pesat. Untuk itu pemerintah berupaya meningkatkan mutu
pendidikan Nasional (Luh & Nulhakim, 2017).
Belajar adalah perubahan tingkah laku peserta didik melalui latihan dan
pengalaman yang dilakukan secara aktif. Hasil belajar merupakan ilmu
pengetahuan, perilaku, sikap atau keterampilan yang dibangun peserta didik
berdasarkan apa yang telah dipahami dan dikuasai. (Windiyani, et al. 2018).
Tugas guru dalam pembelajaran adalah menjadikan peserta didik belajar melalui
penciptaan strategi dan lingkungan belajar yang menarik dan bermakna.
Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila peserta didik dapat menerima dan
menguasai materi dengan baik. (Norhayati, 2017)
Pendidikan agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam peningkatan
pendidikan baik bagi perorangan, masyarakat maupun bangsa dan negara.
Pendidikan agama Islam merupakan mata pelajaran yang resmi di negara kita.
Dalam pembelajaran ini peserta didik diharuskan mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM). Artinya, KKM dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan peserta
didik dalam menerima pembelajaran di sekolah.
Pembelajaran Pendidikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari sangat
memegang peranan penting terutama dalam menyimak. Keterampila
berbahasa mencakup empat segi, yaitu menyimak (listening skill), berbicara
(speaking skill), membaca (reading skill), dan menulis (writing skill.) (Solchan,
2011).
Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan menulis. Menulis
perlu dimulai dari mengenal huruf, menyusun kata, membentuk kalimat, paragraf
sampai menulis karangan dengan baik. Oleh karena itu, guru harus mampu
mengajarkan Bahasa Indonesia menggunakan metode dan media pembelajaran yang
menarik untuk menciptakan interaksi antara peserta didik, sehingga proses dan hasil
pembelajaran dapat maksimal.
Berdasarkan hasil observasi prasiklus pada peserta didik kelas 3 di SD Negeri
Pitara 2 dengan metode ceramah ternyata belum efektif. Diperoleh data dari 38
peserta didik, sebanyak 23 peserta didik belum mencapai KKM yang ditentukan
sekolah yaitu 75, dan hanya 15 peserta didik yang sudah tuntas atau 39,5 %.
Rerata nilai peserta didik pada pembelajaran prasiklus yaitu 63,8. Peserta didik terlihat
masih sulit dalam membuat kalimat. Kesalahan juga masih banyak ditemukan dalam
pemilihan kata serta penggunaan huruf kapital dan tanda baca.
Ketidakberhasilan tersebut disebabkan karena tidak adanya media
pembelajaran. Media memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan
menunjukan hal-hal yang tersembunyi. Ketidakjelasan atau kerumitan materi
pembelajaran dapat dibantu. Bahkan dalam hal-hal tertentu media dapat mewakili
kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran (Hendracipta, et al. 2017).
Selama pembelajaran menulis, guru hanya menggunakan metode ceramah,
memberikan latihan di papan tulis serta kurang memberikan variasi dalam penggunaan
model dan media pembelajaran. Hal tersebut yang menjadi penyebab rendahnya nilai
peserta didik dalam materi menulis kalimat. .
B. Metodologi Penelitian

Tulisan ini menggunakan jenis peelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK).


menurut Wardhani IGAK (2016) dan Endah Norhayati (2017) mendefinisikan
penelitian tindakan sebagai “systematic inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala
sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai
praktik yang dilakukannya. Iskandar (2009) dan Isman (2013) menyampaikan bahwa
PTK dapat membantu seseorang terutama guru dalam mengatasai secara praktis
persoalan yang dihadapi, membantu pencapaian tujuan pembelajaran.
Sukayati (2008) dan Rahmat Fauzi, et al. (2011) menyampaikan bahwa Tujuan
PTK adalah 1) Meningkatkan dan memperbaiki pembelajaran 2) Meningkatkan mutu
pendidikan. 3) Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah
Subyek Penelitian adalah 38 orang peserta didik dengan 18 orang laki-laki dan 20
orang perempuan di kelas 3 SD Negeri Pitara 2, Kota Depok.

C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Pada kegiatan pra Prasiklus menggunaka metode pembelajaran ceramah dan


media papan tulis. Kegiatan awal waktu 10 menit dengan melakukan: 1) mengajak
peserta didik berdoa, mempersiapkan materi ajar, dan mengabsen. 2) motivasi
belajar kepada para peserta didik melalui yel- yel “Tepuk Semangat”. 3) memberikan
contoh Bahasa Indonesia tentang
materi Huruf Kapital dan Tanda Baca
diikuti tanya jawab untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik tentang apa yang
akan dipelajari. 4) menyampaikan tujuan pembelajaran. 5) menyampaikan topik yang
akan dipelajari 6) Mengaitkan topik dengan manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Inti dengan Waktu 50 menit dilakukan kegiatan pembelajaran
1) menjelaskan materi pembelajaran
dengan kegiatan tanya jawab. 2)
Peserta didik memperhatikan penjelasan guru 3) Beberapa peserta didik maju ke
depan untuk mencoba menuliskan kalimat yang disebutkan oleh guru secara lisan 4)
Peserta didik mengisi lembar kegiatan individu Kegiatan Akhir dengan waktu 10
menit melakukan 1) Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya hal-hal yang
belum jelas (keberanian), 2) menyimpulkan materi pelajaran, 3) Peserta didik
mengerjakan evaluasi (kejujuran), 4) Penilaian hasil evaluasi.
5) Pemberian umpan balik, dan 6) Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Kegiatan Prasiklus diperoleh jumlah nilai keseluruhan 2425. Dengan rincian
nilai tertinggi 100 diraih oleh Alvi Sudirmansyah dan nilai terendah adalah 20 diraih
oleh Muhammad Raihan, dan hasil nilai rerata kelas adalah 63,8. Peserta didik yang
tuntas dalam belajar hanya berjumlah 15 orang atau 39,5 % terdiri dari 6 laki- laki
dan 9 perempuan. Sedangkan yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 23 atau
60,5 % terdiri dari 12 laki-laki dan 11 perempuan.
Dari data diperoleh rentangnya
80 banyaknya kelas interval 6,2,
panjang kelas interval 13,33. Berdasarkan interval dapat dijabarkan sebagai berikut:
jumlah peserta didik yang mendapat nilai 90-100 ada 4 peserta didik, nilai 76-89 ada 11,
nilai 62-75 ada 2, nilai 48-61 ada 15, nilai
34-47 ada 2, dan nilai 20-33 ada 4 peserta didik.
Hasil pengamatan sebanyak 17 orang dari 38 peserta didik menjawab dengan benar
atau 45%, dan yang tidak dapat menjawab dengan benar ada 21 peserta didik atau 55%.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat, ditemukan beberapa
hal yang menjadi permasalahan, yaitu: 1) Metode pembelajaran belum variatif, 2) Media
yang digunakan belum menarik 3). Tidak adanya umpan balik yang dilakukan 4) Nilai
peserta didik belum KKM 75. 5) Penguasaan pemahaman peserta didik terhadap materi
masih rendah. 6) Beberapa peserta didik masih belum fokus dalam pembelajaran terlihat
berbincang-bincang dengan temannya. 7) Peserta didik tidak berani mengajukan
pertanyaan 8) Peserta didik belum sepenuhnya termotivasi dan konsisten untuk
mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Setelah dilakukan evaluasi, ternyata pemilihan metode yang kurang tepat
menjadi faktor penyebabnya. Guru hanya menggunakan metode ceramah. Hal ini
menyebabkan peserta didik merasa jenuh dan kurang termotivasi untuk mengikuti
proses pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka peneliti perlu
menambahkan metode pembelajaran dan lebih banyak melibatkan dan menarik minat
peserta didik.
Setelah hasil Prasiklus hasil belajar peserta didik rendah maka penulis
melanjutkan melakukan Perbaikan Pembelajaran Siklus I. Pada siklus ini, digunakan
metode diskusi kelompok dan media gambar.
Sesuai dengan metode diskusi kelompok maka pada tahap awal Persiapan
dengan melakukan 1) Guru menyusun Rencana Pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan tema huruf kapital dan tanda baca. 2) Penyusunan metode pembelajaran
berupa ceramah, diskusi, tanya jawab. 3) Persiapan sumber belajar dan bahan ajar
berupa gambar dan buku dan,4) Penyusunan alat evaluasi pembelajaran atau lembar
kerja peserta didik (LKS).
Tahap pelaksanaan dengan waktu
10 menit melakukan hampir sama denga Prasiklus yaitu 1) mengajak peserta didik
berdoa, mempersiapkan materi ajar, dan mengabsen. 2) memberikan motivasi belajar
kepada para peserta didik melalui yel-yel “tepuk semangat”. 3) menyampaikan tujuan
pembelajaran
Kegiatan Inti denga waktu 50 menit melakukan 1) bertanya kepada peserta didik
tentang materi pada pertemuan sebelumnya. 2) Peserta didik menjawab pertanyaan guru
tentang materi sebelumnya 3) membentuk kelompok diskusi berjumlah 5-6 orang per
kelompok. 4) Guru menyiapkan gambar tentang suatu kejadian sebagai media belajar.
5) Beberapa peserta didik maju ke depan untuk mencoba membuat kalimat sederhana 6)
bersama peserta didik membahas hasil diskusi yang telah dikerjakan.
Kegiatan Akhir kurag lebih 10 menit melakukan 1) mengisi lembar evaluasi lalu
dikumpulkan. 2) Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum
jelas (keberanian).
3) Peserta didik bersama guru
menyimpulkan materi pelajaran. 4)
Penilaian hasil evaluasi 5) Pemberian umpan balik. memberikan penguatan materi
serta motivasi. 6) menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Pada pembelajaran siklus I dengan menggunakan diskusi kelompok jumlah
nilai keseluruhan adalah 2690. Dengan rincian nilai tertinggi 90 diraih oleh Fa’iz
Naadhir Prakoso dan nilai terendah adalah 50 diraih oleh Hafizt Putra Heryawan, dan
hasil nilai rerata kelas adalah 70,8. Peserta didik yang tuntas dalam belajar berjumlah
23 atau 60,5 % terdiri dari
11 laki-laki dan 12 perempuan. Sedangkan yang belum mencapai ketuntasan 15
orang dari 38 atau 39,5
% terdiri dari 7 laki-laki dan 8 perempuan.
Dari data tersebut dapat dibuat Interval seperti berikut ini Rentang 40,
banyaknya kelas interval 6,2 dibulatkan menjadi 6 buah, Panjang kelas interval 6,67.
Berdasarkan data maka interval diatas dapat dijabarkan sebagai berikut: nilai 85 - 91
ada 7, nilai 78-84 ada 6,
nilai 71-77 ada 10, nilai 64-70 ada,
nilai 57-63 ada 6, dan nilai 50–56 ada
7.
Hasil pengamatan sebanyak 25 orang dari 38 peserta didik menjawab
dengan benar atau 66%, dan yang tidak dapat menjawab dengan benar ada 13 orang dari
38 peserta didik atau 34%.
Berdasarkan pengamatan dan observasi saat, yang menjadi permasalahan dalam
pembelajaran tersebut adalah : 1) Peserta didik kurang termotivasi 2) Nilai rerata kelas
masih dibawah KKM 75. 3) Kurangnya perhatian peserta didik dalam menerima
pelajaran. 4) Media yang digunakan dalam pembelajaran belum maksimal. 5)
Keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.
Dalam pelaksanaan pembelajaran Siklus I, ditemukan kekuatan dan kelemahan.
Kekuatan pada pembelajaran ini diperoleh: 1) Pembelajaran
lebih efektif dengan metode diskusi. 2) Sudah melibatkan peserta didik dalam
pembelajaran. 3) Peserta didik mulai antusias pembelajaran, 4) Pemahaman materi oleh
peserta didik lebih baik. Sedangkan kelemahan yang didapat adalah 1) kurang
membimbing peserta didik dalam pembelajaran. 2) Peserta didik belum semua terlibat
aktif. 3) Belum semua peserta didik mengerti
tugasnya. 4) Ruang kelas kurang
kondusif karena masih ada peserta didik yang sibuk mengobrol dan bercanda dan, 5)
Pembelajaran masih didominasi peserta didik yang aktif saja.
Hasil siklus I yang belum mencapai KKM maka dilakukan Perbaikan
Pembelajaran Siklus II. Pada siklus ini, coba menggunakan picture and picture
dengan media gambar seri.
Pembelajaran picture and picture adalah suatu model pembelajaran yang
menggunakan gambar yang dipasangkan menjadi urutan yang logis.
Model pembelajaran ini, mengandalkan gambar dalam proses pembelajarannya.
Gambar-gambar inilah yang menjadi faktor utama dalam pembelajaran. (Suprijono,
2009) dan Sa’adah (2017). Dengan model pembelajaran ini diharapkan peserta didik
aktif dan inovatif (Hamdani, 2011). Selain itu, menurut Fatimah, et al (2016) dengan
model pembelajaran dapat berpengaruh dalam proses mengajar di Sekolah Dasar
Sesuai dengan Langkah-langkah model pembelajaran picture and picture yang
disampaikan oleh Suprijono (2009: 125), maka dilakukan
tahap tahap berikut, tahap persiapan
dilakukan 1) Guru menyusun Rencana Pembelajaran. 2) Penyusunan metode
pembelajaran berupa ceramah, diskusi, tanya jawab, dan Picture and Picture.
3) Persiapan sumber belajar dan bahan ajar berupa buku dan penayangan materi dengan
gambar seri melalui LCD. 4) Penyusunan alat evaluasi pembelajaran atau lembar kerja
peserta didik (LKS).
Pada tahap pelaksanaan yang teridiri dari Pertama, kegiatan awal dengan waktu 10
menit dengan melakukan hampir sama dengan siklus 1.
Kedua pelaksanaan kegiatan inti dengan waktu ± 50 menit dilakukan 1)
menjelaskan materi secara singkat tentang 2) Guru dan peserta didik melakukan tanya
jawab tentang materi yang diajarkan untuk menggali pengetahuan awal peserta didik. 3)
dibentuk kelompok diskusi berjumlah 5-6 orang per kelompok. 4) menyiapkan gambar
seri melalui LCD tentang suatu kejadian sebagai media belajar. 5) Guru menyampaikan
kompetensi yang ingin dicapai. 6) Guru menggunakan metode Picture and Picture
dengan menampilkan gambar
seri suatu kejadian di LCD. 7) Peserta
didik diperintahkan untuk mencermati gambar seri tersebut. 8) menunjuk beberapa
peserta didik maju ke depan untuk membuat kalimat sederhana berdasarkan gambar
tersebut dan menuliskannya dengan Huruf Kapital dan Tanda Baca. 9) Guru
membimbing peserta didik untuk menulis kalimat.
10) Peserta didik mengerjakan lembar kegiatan diskusi. 11) Guru bersama peserta
didik membahas latihan yang telah dikerjakan secara berkelompok.
12) Guru memberikan penguatan materi serta motivasi.
Ketiga, Kegiatan Akhir dengan waktu 10 menit melakukan 1) Peserta didik
mengisi lembar evaluasi secara individu lalu dikumpulkan. 2) Peserta didik diberi
kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum jelas (keberanian).
3) Peserta didik bersama guru menyimpulkan materi pelajaran. 4) Penilaian hasil
evaluasi. 5) Pemberian umpan balik. 6) Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam.
Hasil pengamatan ternyata ada perubahan yang sangat berbeda karena peserta
didik menjadi aktif, antusias, dan mengerti dengan jelas materi yang dipelajari. Hal
ini berpengaruh dari
hasil belajar yang meningkat dari siklus
I (rerata 70,8) ke siklus II (naik menjadi rerata 80). Berikut hasil nilai siklus 2
keseluruhan adalah 3040. Dengan rincian nilai tertinggi 100 diraih oleh Audrey Chalista
Fahrini dan nilai terendah adalah 20 diraih oleh Dwi Ramadanti, dan hasil nilai rerata
kelas adalah 80. Peserta didik yang tuntas dalam belajar berjumlah 30 orang dari 38 atau
79 % terdiri dari 14 laki-laki dan 16 perempuan. Sedangkan yang belum mencapai
ketuntasan belajar adalah 8 orang dari 38 atau 21
% terdiri dari 4 laki-laki dan 4 perempuan.
Dari data diproleh rentang 50, banyaknya kelas interval dapat 6,2 dibulatkan 6,
panjang kelas interval (p) 8,6 dibulatkan menjadi 9. Berikut interval jumlah peserta didik
yang mendapat nilai 96-100 ada 4 nilai 86-
95 ada 9, nilai 77-85 ada 11, nilai 68-
76 ada 6, nilai 59-67 ada 4, dan nilai
50-58 ada 4.
Hasil pengamatan adalah sebanyak sebanyak 32 dari 38 menjawab dengan benar
atau 84%, dan yang tidak dapat menjawab dengan benar ada 6 orang dari 38 atau 16%.
Berikut hasil Belajar dan pengamatan
dari setiap siklus
Grafik 1. Perolehan Nilai Rerata Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Grafik 2. Hasil Pengamatan Peserta Didik yang Dapat Menjawab dan Tidak
Dapat Menjawab

Tabel 1 Prosentase Keberhasilan Hasil Belajar Peserta Didik


Prasiklus Siklus I Siklus II
NO. Kriteria
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas 15 39,5 23 60,5 30 79
2. Belum Tuntas 23 60,5 15 39,5 8 21
Nilai Rerata 63.8 70.8 80.0
Tabel 2. Prosentase Hasil Pengamatan Peserta Didik yang Dapat Menjawab
dan Tidak Dapat Menjawab
Prasiklus Siklus I Siklus II
NO Kriteria Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Dapat Menjawab 17 45 25 66 32 84
Tidak Dapat
2. 21 55 13 34 6 16
Menjawab
Jumlah 38 100 38 100 38 100
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui aktivitas
perbaikan yang pada gambar 1 dan 2 serta Tabel 1 dan 2 menunjukan bahwa hasil
ketuntasan belajar peserta

245
didik setiap siklus naik terus pada prasiklus 39,5 %, pada Siklus I naik menjadi 60,5 %,
dan pada siklus II menjadi 79 %. Sedangkan nilai rerata Prasiklus 68,8. Siklus I, 70.8
dan pada.

JPSD Vol. 4 No. 2, September 2018 Wahyu & Hilga


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558

246
Siklus II naik menjadi 80.0 Hasil pengamatan Peserta didik yang dapat menjawab
dari 45% pada Prasiklus, 66% Siklus I, dan naik menjadi 84% pada Siklus II
Penggunaan metode Picture and Picture dan media gambar seri ternyata
berpengaruh pada hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat membantu kesuilitan
peserta didik dalam proses belajar sehingga meningkatkan pemahaman materi
terhadap pembealajaran Bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan
Hamdani, (2011) bahwa model pembelajaran Picture and Picture memiliki
kelebihan dalam penerapannya, yaitu: 1) Guru lebih
mengetahui kemampuan tiap-tiap siswa, dan 2) Melatih siswa untuk berpikir logis
dan sistematis.
Penggunakan media yang dilakukan sesuai yang disampikan oleh Azhar Arsyad
(2014) dan Yuliana, et al (2015) yaitu: 1) Pembelajaran lebih menarik perhatian
peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2) Pembelajaran
menjadi lebih jelas dan bermakna, sehingga dapat dipahami oleh peserta didik 3)
Metode
megajar akan lebih bervariasi, tidak

JPSD Vol. 4 No. 2, September 2018 Wahyu & Hilga


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
247
semata-mata komunikasi verbal atau ceramah melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga peserta didik tidak merasa jenuh, bosan, dan guru tidak kehabisan tenaga. 4)
Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
memerankan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. (Gunadi, K..
2012) dan (Sediasih. 2017)
Penggunaan metode Picture and Picture dan media gambar seri dapat meningkatkan
hasil belajar dan semangat belajar peserta didik (Widianto dan Subyantoro. 2015) Hal ini
juga sesuai yang disampikan penelitian Prihatiningsih, dan
Setyanigtyas (2018) bahwa hasil belajar adaya perubahan tingkah laku atau perolehan
perilaku yang baru dari peserta didik yang bersifat menetap, fungsional, positif dan
disadari. Selanjunya memiliki kemanpuan kognitif, afektif dan psikomotor. Sulfemi,
(2016)
Peserta didik memiliki perubahan perilaku secara keseluruhan. Artinya hasil
pembelajaran yang dikategorikan
oleh para pakar pendidikan tidak dilihat

JPSD Vol. 4 No. 2, September 2018 Wahyu & Hilga


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
248
secara terpisah melainkan secara komprehensif. (Riyono, dan Retnoningsih,
2015). Hasil belajar dalam penelitian ini berupa keterampilan menulis kalimat
sederhana pada peserta didik kelas 3 SDN Pitara 2 Depok. Hasil belajar tersebut
merupakan data skor atau angka yang diperoleh melalui lembar evaluasi pada akhir
pembelajaran untuk melihat pencapaian peserta didik pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia (Permatasari, 2017).
Penggunaan metode Picture and Picture dan media gambar seri dapat tercapai
tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu peserta didik 1) Dapat berkomunikasi
secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, secara lisan maupun tulis.
2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia

JPSD Vol. 4 No. 2, September 2018 Wahyu & Hilga


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
249
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. 3) Memahami bahasa Indonesia dan
menggunakannya dengan tepat dan kreatif. 4) Mampu menggunakan bahasa Indonesia
untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
5) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.
Penelitian ini bukan hanya meningkatkan hasil belajara saja tetapi manfaat yang
dapat diraih oleh guru dengan melaksanakan PTK seperti yang Sukayati (2008) dan
Bintari et al (2013) yaitu 1) Mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya
sesuai dengan tuntutan kelas dan jaman. 2) Pengembangan kurikulum. 3) Peningkatan
profesionalisme guru.

D. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan
mulai dari prasiklus, siklus
1 sampai dengan siklus 2 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia maka penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut : Pertama, Penggunaan metode pembelajaran
Picture and Picture dan
media gambar seri dapat dapat

JPSD Vol. 4 No. 2, September 2018 Wahyu & Hilga


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
250
meningkatkan hasil belajar peserta didik secara signifikan dikelas III SDN Pitara 2
Kecamatan Pancoranmas Depok.
Kedua pada pembelajaran prasiklus diperoleh nilai rerata 63,8. tuntas 15 (39,5%)
peserta didik, hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebanyak 21 (55%) peserta didik
dapat menjawab dengan
benar. Pada siklus 1 nilai rerata 70,8.

JPSD Vol. 4 No. 2, September 2018 Wahyu & Hilga


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
251
Peserta didik mencapai ketuntasan sebanyak 23 (60,5%). Sedangkan hasil
pengamatan sebanyak 25 (66%) dapat menjawab dengan benar. Pada pembelajaran
siklus 2, menggunakan metode Picture and Picture dan media gambar seri. diperoleh
rerata kelas 80. Peserta didik yang tuntas belajarnya sebanyak 30 (80%) peserta didik.
Sedangkan hasil pengamatan yang dapat menjawab dengan benar pertanyaan guru
sebanyak 32 (84%)
Berdasarkan kesimpulan diatas ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan guru
dalam upaya meningkatkan kualitas

JPSD Vol. 4 No. 2, September 2018 Wahyu & Hilga


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
252
hasil belajar terutama keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, hendaknya
melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Refleksi diri dalam perbaikan hendaknya sering
dilakukan oleh seorang guru. 2) Penggunaan metode Picture and Picture dan media
gambar seri dapat menjadi alternatif pembelajaran yang digunakan guru. 3) Hendaknya
pendidik melaksanakan PTK untuk memperbaiki pembelajaran. 3) Penelitian, pelatihan,
dan seminar hendaknya giat dilakukan untuk meningkatkan profesionalitas dan kualitas
guru SD di Indonesia.

JPSD Vol. 4 No. 2, September 2018 Wahyu & Hilga


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
253
Daftar Pustaka
Akbar, Aulia. 2017. Membudayakan Literasi Dengan Program 6 M Di Sekolah
Dasar. JPSD. 3 (1), 42-
52.
Anitah, S. 2014. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas.
Arsyad, Azhar. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Fatimah1, Soewarno, dan Suci. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Picture And
Picture Terhadap Hasil Belajar Pada Subtema Indonesiaku, Bangsa yang
Berbudaya Kelas V Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah
Dasar FKIP Unsyiah. 1 (2). 1-10.
Fauzi, Rahmat. Dwiastuti, dan Sri Harlita. 2011. Penerapan Metode Pembelajaran
Picture And Picture Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Biologi Siswa Kelas
VIII Di SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Pendidikan
Biologi. 3 (3). 79-87.
Gunadi, K. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan
Teknik Tutor Sebaya Berbantuan Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar
TIK Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri Sukasada Tahun Ajaran
2011/2012. Fakultas Teknik dan Kejuruan Pendidikan Ganesha, 1 (3). 67-79.
Hendracipta, Nana., Syachruroji, A., & Hermawilda. 2017. Perbedaan Hasil Belajar
Siswa Antara Yang Menggunakan Strategi Inkuiri Dengan strategi Ekspositori.
JPSD, 3 (1), 33-41.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

JPSD Vol. 4 No. 2, September 2018 Wahyu & Hilga


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
254
Handayani, D., Bintari, H.S. & Lisdiana. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Picture
And Picture Berbantuan Spesimen Pada Materi Invertebrata. Journal Of Biology
Education. 2, (3), 1-11.
Isman, 2013. Picture and Picture Dalam Meningkatkan Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran. 2 (3). 1-13
Iskandar. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Ciputat: Gaung Persada Press.
Ngongo, Khristoforus Palli dan Abdul Gafur. 2017. Hubungan Keterlibatan Dalam
Organisasi Badan (BEM) dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap
Demokratis Mahasiswa. Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS. 4, (1). 101-112.
Prihatiningsih Eko dan Eunice Widyanti Setyanigtyas. 2018. Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Picture And Picture Dan Model Make A Match Terhadap Hasil
Belajar Siswa. JPSD. 4 (1). 1-14.
Permatasari, Norhayati Endah (2017). Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan
Model Pembelajara Kooperatif tipe TGT Berbantuan
Media Gambar. JPSD. 3 (2). 96-104
Rianti, Luh & Nulhakim, Lukman. 2017. Pengaruh Model Student Facilitator And
Explaining (SFAE) Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Kelas IV Pada Mata
Pelajaran IPA. JPSD, 3 (1),
64-73.
Riyono, B., & Retnoningsih, A. 2015. Efektivitas Model Pembelajaran Picture and
Picture dengan Strategi Inkuiri Terhadap

JPSD Vol. 4 No. 2, September 2018 Wahyu & Hilga


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
255
Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. journal of Biology Education. 4. (2). 15-26.
Sukayati. (2008). Penelitian Tindakan Kelas di SD. Yogyakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Matematika.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Solchan, dkk. 2011. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Sulfemi, Wahyu Bagja. 2016 Hubungan Persepsi Peserta Didik Tentang Kompetensi
Guru Mata Pelajaran Sejarah Dengan Hasil Belajar Peserta Didik Mata
Pelajaran Sejarah Di Kelas X SMA Negeri 1 Pamijahan Kabupaten Bogor.
Jurnal Fascho. 5 (2). 52-70
Sa’adah, Jamilatus. 2017. Metode Pembelajaran “Picture and Picture” Dalam
Menulis Teks Cerita Fiksi Novel Pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi
Diri Dan Akademik SMA/ MA/ SMK/ MAK Kelas X11 Semester 2 Kurikulum
2013. Bahastra, 37
(1), 45-48.
Sediasih. 2017. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan
Model Make a Match Pada Mata Pelajaran PKN dikelas V SDN. Karya Wangi
2. JPSD. 3 (1). 74-81
Wardani, IGAK. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
Widianto, Eko. dan Subyantoro. 2015. Peningkatan Keterampilan Membaca
Teks Klasifikasi

JPSD Vol. 4 No. 2, September 2018 Wahyu & Hilga


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
256
Menggunakan Metode Sq3R Dengan Media Gambar. Jurnal Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia. JPBSI. 4, (1). 86-96
Windiyani, Tustiyana. Novita, Lina dan Permatasari, Anisa. 2018. Penggunaan Media
Pembelajaran Gambar Fotografi Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Siswa Sekolah Dasar. JPSD Vol. 4 (1). 1-14.
Yuliana, Rina, Cahyani, Isah. & Sastromiharjo, Andoyo. 2015. Penerapan Strategi
Partisipatif Melalui Media Gambar Denah Dan Kartu Pancing Foto Dalam
Pembelajaran Pemahaman Konsep Dan Berbicara Siswa Sekolah Dasar.
JPSD, 1 (2). 98-
108.

JPSD Vol. 4 No. 2, September 2018 Wahyu & Hilga


ISSN 2540-9093
E-ISSN 2503-0558
257

Anda mungkin juga menyukai