Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE

BERBASIS TETENURSING
CHATARINA SETYA WIDYASTUTI
NPM. 0906594242
Abstrak
Teknologi informasi yang berkembang pesat di era globalisasi saat ini menuntut
perawat juga harus berubah. Praktek Telenursing memberikan peluang untuk meningkatkan
akses kesehatan, biaya, dan hasil. Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien
dengan CHF untuk bisa mandiri antara lain: tanda dan gejala CHF, manajemen berat badan,
rekomendasi diit dan pengobatan.
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat dilakukan salah satunya dengan cara
telenursing melalui telepon. Penggunaan telepon dalam memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasien sangat efektif dan efisien karena dapat mengurangi readmission, lama
perawatan dan biaya perawatan di rumah sakit secara signifikan.
Perawat specialist diharapkan mampu menerapkan strategi telenursing menggunakan
telepon untuk memberikan pendidikan kesehatan pada pasien CHF. Dalam memberikan
pendidikan kesehatan perawat harus selalu melibatkan keluarga atau orang terdekat dan
memperhatikan keterbatasan yang dialami pasien dan membantu dalam mengatasi
permasalahan tersebut.

Kata Kunci : Telenursing, Pendidikan Kesehatan, CHF

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi informasi yang berkembang pesat di era globalisasi saat ini menuntut
perawat juga harus berubah. Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai
kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai dengan evaluasi.
CHF(Congestive Heart Failure) adalah penyakit kronis yang menimbulkan beban
yang signifikan bagi klien dan keluarga maupun bila dirawat di rumah sakit karena
kondisinya yang kompleks. Perawat ditantang untuk memberikan asuhan pada pasien
dengan CHF yang sesuai dengan tuntutan masyarakat saat ini. Pendidikan pasien yang
berfokus pada self-manajemen diakui sebagai hal yang sangat penting. Perawat memegang
peran kunci dalam penyelenggaraan pendidikan pasien. Terlebih pada pasien dengan
Congestif Hearth Failure (CHF) yang memiliki segudang permasalahan fisik maupun
psikologis yang membutuhkan bantuan perawatan dalam mengatasinya khususnya dalam

1
hal memberikan pendidikan kesehatan. Seorang perawat specialist mempunyai tuntutan
mampu menjadi konsultan keperawatan untuk mendampingi pasien dan keluarga dalam
menyelesaikan permasalahan fisik maupun psikologis pasien dengan CHF.
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada pasien, keterlibatan
pasien dan keluarga sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan keperawatan pada
pasien tersebut. Interaksi yang efektif dan efisien harus selalu dilakukan, baik saat pasien
berada di ruang perawatan dan bertemu secara langsung dengan perawat maupun saat
pasien berada diluar rumah sakit, dimanapun ia berada. Interaksi di luar rumah sakit
seringkali diperlukan terkait dengan kebutuhan pendidikan kesehatan tentang penyakit
pasien yang akan berubah sesuai kondisi pasien.
Praktek Telenursing memberikan peluang untuk meningkatkan akses kesehatan,
biaya, dan hasil, namun kekhawatiran khusus untuk telenursing juga telah diidentifikasi
(ANA, 1996; Hutcherson & Williamson, 1999; Valanis, 2000; Warner, 1998; Yensen,
1996). Kita harus menyadari bahwa masyarakat akan memaksa kita untuk mengadopsi e-
health karena beberapa alasan menarik antara lain: Kenyamanan, dengan berbasis
teknologi mudah diakses, Biaya, dengan telekomunikasi harga lebih murah dan akses lebih
cepat Budaya: pada era globalisasi ini, e-health teknologi harus semakin bermanfaat
(Brommeyer, 2005).
Dalam artikelnya yang berjudul The Domain of Telenursing: Issues and Prospects
Nursing Economics, M. Elizabeth Greenberg (2000) menyatakan bahwa meningkatnya
penggunaan teknologi dan dampaknya yang tidak manusiawi meningkatkan kekhawatiran
bahwa hubungan perawat / klien dan kualitas asuhan keperawatan mungkin menurun
(Ozbolt, 1996). Namun demikian, untuk mempertahankan hubungan perawat klien
teknologi tidak boleh digunakan sebagai pengganti asuhan keperawatan, tetapi lebih
sebagai alat untuk memperluas dan meningkatkan layanan (ANA, 1996; Warner, 1998;
Yensen, 1996). Selain itu, dengan memberikan akses terhadap informasi, teknologi dapat
digunakan untuk meningkatkan keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan, dengan
demikian kualitas dan kepuasan dengan perawatan meningkat (Hutcherson & Williamson,
1999).

B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan memberikan analisa tentang teknologi strategi edukasi
pasien dengan Congestive Heart Failure dengan metode telenursing.
2
C. Manfaat
Analisa topic tentang tentang teknologi strategi edukasi pasien dengan Congestive Heart
Failure dengan metode telenursing diharapkan dapat menjadikan bahan kajian agar dapat
diterapkan di berbagai unit pelayanan kesehatan yang memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengsan CHF.

II. KAJIAN LITERATUR


A. CHF (Congestive Heart Failure)
1. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung tidak secara
memadai memompa darah ke seluruh tubuh (Black, 2009)
2. Pendidikan kesehatan pada pasien CHF
Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien dengan CHF untuk bisa
mandiri antara lain : tanda dan gejala CHF, manajemen berat badan, rekomendasi diit
dan pengobatan (whasburn, 2008).
Menurut Bruner (2005), Pada saat pasien pulang untuk menjalani perawatan di
rumah, pasien atau pengasuh diberikan pendidikan kesehatan dan akan dapat:
a. Mengidentifikasi CHF sebagai penyakit kronis yang dapat dikelola dengan obat-
obatan dan dapat dilakukan manajemen secara mandiri.
b. Mengambil dan minum obat setiap hari, sesuai program.
c. Memantau dampak dari obat-obatan.
d. Mengenali tanda-tanda dan gejala hipotensi ortostatik dan bagaimana untuk
mencegahnya.
e. Timbang berat badan sendiri setiap hari. Dapatkan berat pada waktu yang sama
setiap hari (misalnya, setiap pagi setelah buang air kecil).
mencatat dan melaporkan kenaikan berat badan ≥ 2-3 lb (0,9-1,4 kg) dalam 1
hari atau 5 lb (2,3 kg) dalam 1 minggu.
f. Batasi asupan natrium untuk 2-3 g sehari: beradaptasi diet dengan memeriksa
label nutrisi untuk memeriksa kandungan natrium melayani; menghindari
makanan kaleng atau olahan; makan makanan segar atau beku; berkonsultasi
rencana diet ditulis dan daftar makanan diperkenankan dan dibatasi; menghindari
penggunaan garam, dan menghindari ekses dalam makan dan minum.

3
g. Review program kegiatan.
1) Berpartisipasi dalam program latihan sehari-hari.
2) Meningkatkan kemampuan berjalan dan kegiatan lainnya secara bertahap,
asalkan tidak menyebabkan kelelahan yang tidak biasa atau dyspnea.
3) Menghemat energi dengan menyeimbangkan aktivitas dengan waktu istirahat.
4) Hindari aktivitas pada titik ekstrim panas dan dingin, yang meningkatkan kerja
jantung.
5) Mengakui bahwa pengkondisian udara bisa saja penting dalam lingkungan
yang panas lembab.
h. Mengembangkan metode untuk mengelola stres.
i. buat janji teratur dengan dokter atau klinik.
j. Waspada untuk gejala yang mungkin mengindikasikan CHF berulang.
1) Ingat gejala yang dialami ketika sakit dimulai.
2) Laporkan segera ke dokter atau klinik hal-hal berikut:
peningkatan berat badan ≥2-3 lb (0,9-1,4 kg) dalam 1 hari, atau 5 lb (2,3 kg)
dalam 1 minggu
3) Kehilangan nafsu makan
4) sesak napas yang tidak biasa dengan aktivitas
5) Pembengkakan pergelangan kaki, kaki, atau perut
6) Batuk terus-menerus
7) Gelisah saat tidur; peningkatan jumlah bantal yang diperlukan untuk tidur

B. PENATALAKSANAAN PASIEN CHF BERBASIS TETENURSING


1. Penatalaksanaan Pasien CHF di Rumah melalui telepon
Hasil penelitian Patti Staples, Wendy Earle tahun 2007 menyatakan bahwa
perawat menghabiskan 24% dari jam kerja mereka melakukan 1.914 kunjungan
telepon dalam satu tahun. Obat-obatan yang berubah 583 kali dan tes diagnostik yang
diperintahkan sebanyak 207 kali. Panggilan pertama perawat 65% dari operator,
lainnya diterima dari pasien, anggota keluarga, dan tim kesehatan lainnya. Dalam
penelitian ini disimpukan bahwa: Sebuah kombinasi dari praktisi perawat dan perawat
terdaftar dengan arahan medis bisa mengatasi masalah yang biasa timbul pada
penatalaksanaan pasien CHF melalui telepon (Patty, 2007)

4
2. Pendidikan Kesehatan Melalui Telepon
Berikut adalah contoh penggunaan telepon untuk pendidikan kesehatan yang
dilakukan di klinik. Pendidikan dapat sangat efektif melalui telepon karena kontak
dengan pasien bisa lebih sering daripada kunjungan kantor, informasi dapat lebih dari
sekali untuk memastikan pemahaman. Namun, untuk menjadi efektif, harus
dilakukan dengan benar. Walaupun mungkin ada lebih banyak waktu untuk
membahas masalah dengan pasien di telepon daripada di kantor, perawat mencoba
untuk fokus pada satu topik selama percakapan mereka sehingga mereka tidak
membebani pasien dengan banyak informasi.
Dengan bantuan sebuah modul pendidikan, informasi jelas, konsisten, berulang,
dan diikuti untuk memastikan bahwa pasien mengerti. Bahan tertulis biasanya
dikirimkan kepada pasien setelah percakapan telepon, dan setelah menerima materi,
perawat memanggil pasien lagi memberikan penjelasan. Skrip yang tersedia
mengguakan perangkat lunak dan ditulis oleh staf klinik. Pertanyaan dan jawaban
dalam skrip memberikan bantuan pasien mengatur dan mencapai tujuan. Misalnya,
jika pasien CHF sedang berjuang untuk mengurangi garam dalam dietnya, skrip akan
memandu perawat untuk mengatakan, "Saya memahami bahwa Anda mencari cara
untuk mengurangi asupan garam Anda. Ini adalah beberapa cara bahwa kami dapat
membantu Anda mencapai tujuan. "Perawat itu kemudian akan memberikan beberapa
pilihan pada pasien seperti menghilangkan makanan yang tinggi dalam garam dari
diet nya, atau tidak menambah garam untuk makanan pada hari-hari tertentu dalam
seminggu. Perawat selalu meminta izin sebelum membahas isu-isu sensitif dengan
pasien. Dalam manajemen perawatan CHF pasien berbicara kepada perawat yang
sama setiap kali mereka dipanggil. Setelah pasien dalam program, hubungan
tergantung pada gejala mereka, bisa mingguan setiap minggu, bulanan, atau setiap
tiga bulan dan dijadualkan (Mikelson, 2010).

III. PEMBAHASAN
Pendidikan kesehatan pada pasien dengan CHF sangat penting diberikan dan
akan efektif bila dilakukan secara terus menerus. Meskipun ringkasan informasi yang
diterima pasien ketika merekahabis dari rumah sakit itu disesuaikan dan ditujukan
untuk pasien, juga dilayani sebagai sumber informasi bagi perawat di rumah perawatan.
Studi ini menunjukkan bahwa perawat dan dokter sering merasa bertanggung jawab
5
untuk memastikan bahwa pasien mereka mendapat cukup informasi setelah pulang.
Untuk tujuan ini, mereka menggunakan pemberian informasi. Kurangnya pertukaran
informasi dan kolaborasi di seluruh tingkat organisasi dalam perawatan kesehatan
dengan baik didokumentasikan (vosipala, 2008).
Pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat dilakukan salah satunya dengan cara
telenursing melalui telepon. Strategi ini telah dilakukan di layanan kesehatan seperti
dinyatakan dalam artikel yang ditulis oleh Mikelson (2010), dengan bantuan sebuah
modul pendidikan, informasi jelas, konsisten, berulang, dan diikuti untuk memastikan
bahwa pasien mengerti. Bahan tertulis biasanya dikirimkan kepada pasien setelah
percakapan telepon, dan setelah menerima materi, perawat memanggil pasien lagi
memberikan penjelasan. Skrip yang tersedia mengguakan perangkat lunak dan ditulis
oleh staf klinik (Mikelson, 2010).
Penggunaan telepon dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien
sangat efektif dan efisien. Hal ini didukung dengan pernyataan hasil penelitian yang
dilakukan oleh M. Renee Slater dkk (2008) bahwa Program CHF teleponi sangat sukses
dalam focus interaksi dengan pasien dan tujuan organisasi yang terkait dengan
readmissions, lama tinggal, dan biaya perawatan.
Pendidikan kesehatan pada pasien CHF dapat dipahami dan bermanfaat bila
dilakukan dengan benar dan terarah sesuai kebutuhan pasien. Program pengajaran yang
diberikan oleh perawat kardiologi di rumah sakit dilakukan sebagai berikut: Sesi
didaktik 1 jam diadakan dan setiap sesi ditawarkan kepada pasien. Isi meliputi review
CHF, penggunaan catatan pendidikan interdisipliner, pasien mengakses materi
pendidikan di Internet, dan penggunaan DVD CHF. Perawat dan dokter kardiologi
menciptakan DVD untuk menambah petunjuk untuk pasien CHF yang akan pulang.
Pasien diberi DVD saat keluar rumah sakit. pasien CHF dihubungi melalui telepon
post-discharge dan ditanya tentang pemahaman dan kepuasan dengan pendidikan
kesehatan yang diberikan. Evaluasi dan Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
kecenderungan positif (Paul, 2008).
Melalui telepon, pasien dapat menghubungi perawat kapan saja dan dimana saja
sehingga bila terjadi perubahan kondisi secara tiba-tiba, pasien dan keluarga dapat
melakukan penanganan lebih awal. Strategi ini pada akhirnya dapat menurunkan
mortalitas. Disamping interaksi yang dapat dilakukan secara isindental, pendidikan
kesehatan melalui telepon dapat deilakukan secara periodic, bisa dua kali seminggu
6
setelah pasien pulang dari rumah sakit, kemudian satu kali seminggu atau sebulan
sekali. Hal ini dapat membantu pemahaman pasien tentang penyakitnya dan apa yang
harus dilakukan dengan dirinya. Fokus panggilan telepon dalam Program manajemen
perawatan CHF adalah manajemen gejala, diet, dan aktivitas. Mereka tidak selalu
dihubungi oleh perawat yang sama. Kebijakan penggunaan dan prosedur dan informasi
sangat terstruktur, maka pasien tidak benar-benar mendengar sesuatu yang berbeda dari
perawat yang satu dengan yang lain (Mikelson, 2010).
Pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui telepon kepada pasien akan
mengalami kendala bila pasien mengalami keterbatasan memori, usia tua atau
kelemahan akibat kondisi penyakitnya. Kondisi ini memerlukan keterlibatan keluarga
yang sangat besar karena peran keluarga dalam merawat pasien untuk mencapai
kemandirian sangat ditentukan oleh orang terdekat yang ada dalam keluarga.
Pemahaman yang baik tentang penyakit CHF yang dialami pasien sangat
berpengaruh pada pengurangan terjadinya readmission pada pasien. Hal ini dibuktikan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slater (2008) yang menyatakan bahwa
terjadi pengurangan admission dari 854 pasien menjadi 612 pada pasien yang sama.
Demikian pula pada LOS (Leng of Stay) di rumah sakit, dari rata-rata 5, 98 menjadi 4,
95. Hal ini tentu akan berdampak pada pengurangan biaya perawatan yang sangat
significan yang dikeluarkan oleh pasien dan keluarga.

IV. KESIMPULAN
1. Komunikasi melalui telepon merupakan pilihan dalam strategi pemberian
pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga yang efektif dan efisien.
2. Pendidikan kesehatan melalui telepon sangat efektif meningkatkan pemahaman
pasien dan keluarga tentang CHF, mengurangi readmission dan bila pasien
kemudian dirawat mengurangi lama perawatan dan berdampak pada pengurangan
biaya perawatan
3. Fokus pendidikan kesehatan pada pasien CHF yang diberikan melaui telepon
adalah manajemen gejala, diet, dan aktivitas.
4. Pelaksanaan pendidikan kesehatan melaui telepon memiliki keterbatasan untuk
beberapa pasien sehingga perawat perlu memahami hambatan pemahaman diri
pasien dan membantu pasien mengatasi hambatan ini.

7
V. REKOMENDASI
1. Perawat specialist diharapkan mengembangkan dan menerapkan system pendidikan
kesehatan pada pasien dengan CHF dengan pendekatan telenursing sesuai dengan
tuntutan masyarakat di era globalisasi.
2. Selalu melibatkan keluarga atau orang terdekat saat memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasien dengan CHF
3. Dalam memberikan pendidikan kesehatan perawat harus selalu memperhatikan
keterbatasan yang dialami pasien dan membantu dalam mengatasi permasalahan
tersebut.

8
Referensi

Black & Hawk (2009). Medical surgical nursing: Clinical management for positive outcome.
(7th ed.). St. Louis: Elsevier-Saunder.

Brommeyer, Mark. e-nursing and e-patients. Journal of nursing manajemen vol 11 Februari
2005. P.12-13

Bruner, LS and Suddarth, DS. 2005. Textbook of Medical Surgical Nursing. 10th Ed. E-Book

De Groot, Holly A.(2009). Overview and Summary Nursing Technologies: Innovation


and Implementation. OJIN: The Online Journal of Issues in Nursing Vol. 14, No. 2,
Overview. P 1-3

Greenberg, M. Elizabeth, (2000). The Domain of Telenursing: Issues and Prospects Nursing
Economics. http://ccn.aacnjournals.org

Mikelson, Melissa. (2010). Telephone conversations provide education Follow-up important


to ensure understanding, Journal of PATIENT EDUCATION MANAGEMENT, p.
66-82

Patti Staples, Wendy Earle. (2007). The nature of Telephone nursing Interventions in a Heart
Failure Clinic Setting. Canadian Journal of Cardiovascular Nursing , Volume 18 •
No. 4 27-33

Paul, Sara. (2008). Clinical Article Hospital Discharge Education for Patients With Heart
Failure: What Really Works and What Is the Evidence?. Journal of CRITICAL
CARE NURSE Vol 28, No. 2, hal. 66-77

Slater M. Renee; Phillips Denise M; Elizabeth K. (2008). Cost Effective Care a Phone Call,
A Nurse-Management Telephonic Program for patient Chronic Heart Failure
Journal of NURSING ECONOMICS 0I. 26/No, 1 hal 41-44

Saranto, K et al.(2009). Severity of Illness – Implications for Information Management by


Patients Connecting Health and Humans. IOS Press. p. 373-377

Washburn, S. C., Hornberger, C. A.(2008). Heart Failure Management Nurse Educator


Guidelines for the Management of Heart Failure. The Journal of Continuing
Education in Nursing, 39(6), 263-267

Anonym. (2008). CS133 Evidence-Based Strategies to Improve Education for Heart


Failure Patients. Journal of CRITICAL CARE NURSE Vol 28, No. 2. P. e7-e8

Anda mungkin juga menyukai