HYDRANT SYSTEM
HYDRANT SYSTEM
( KODE : HS )
I. TUJUAN
I.1 TIU
Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori pemadaman kebakaran.
I.2 TIK
Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemakaian Hydrant System dan dapat
memadamkan kebakaran dengan Hydrant System.
II.1 Hydrant
Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang
kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem persediaan air, pompa, perpipaan, coupling outlet
dan inlet serta selang dan nozzle.
Sistem Hydrant Kebakaran ( Fire Hydrant System ) adalah suatu system / rangkaian
instalasi / jaringan pemipaan untuk menyalurkan air ( tekanan tertentu ) yang
digunakan sebagai sarana pemadaman kebakaran.
II.1.2 Macam – macam Hydrant
a) Hydrant Kelas I
Hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter 2,5” yang
penggunaannya diperuntukan secara khusus bagi petugas Pemadam
Kebakaran atau orang yang telah terlatih.
2½
2½
2½
1
1
1
2
Gambar 2.3 Hydrant Kelas III
Sistem persediaan air untuk sistem hydrant ( hydrant system ) adalah sebagai
berikut :
II.1.4.2 Pompa
1. Pompa Jockey
2. Pompa Utama
Pompa utama ini berfungsi sebagai penggerak utama bekerjanya sistem
hydrant. Pompa Utama akan bekerja setelah kapasitas maksimal pompa
jockey terlampaui. Operasi kerja pompa utama didisain untuk hidup ( start )
secara otomatis dan berhenti bekerja ( stop ) secara manual, melalui tombol
reset pada panel pompa kebakaran.
3. Pompa Cadangan
Pompa cadangan berfungsi sebagai penggerak cadangan dari sistem
hydrant, yang titik start bekerjanya setelah pompa utama. Pompa ini
meskipun berfungsi sebagai cadangan, namun tetap dalam kondisi “siaga
operasi”. Dalam kondisi seperti ini pompa cadangan akan bekerja secara
otomatis pada saat kapasitas maksimal pompa utama terlampaui, mengalami
kerusakan atau pada saat sumber daya utama ( PLN ) padam. Sama halnya
dengan pompa utama, operasi kerja pompa cadangan didisain untuk hidup (
start ) secara otomatis dan berhenti bekerja ( stop ) secara manual.
II.1.4.3 Pemipaan
e) Pipa Cabang
Pipa Cabang adalah pipa yang dihubungkan dari pipa tegak sampai ke
titik pengeluaran (outlet) hydrant pada lantai-lantai bangunan. Diameter
pipa bervariasi antara 3 dan 4 inch.
V = Q x t..................................(2.2)
Dimana :
Untuk menentukan jumlah dan titik hydrant gedung menggunakan acuan SNI (
Standar Nasional Indonesia ) dan NFPA ( National Fire Protection Association )
adalah sebagai berikut:
a) Lokasi dan jumlah hydrant bangunan ( kotak Hydrant / box hydrant ) diperlukan
untuk menentukan kapasitas pompa yang digunakan untuk menyemprot air;
b) Hydrant ditempatkan pada jarak 35-38 meter satu dengan lainnya, karena
panjang satu dengan lainnya. Selang kebakaran dalam kotak hydrant adalah 30
meter, ditambah sekitar 5 meter jarak semprotan air;
c) Pada atap bangunan yang tingginya lebih dari 8 lantai, perlu juga disediakan
hydrant untuk mencegah menjalarnya api ke bangunan yang bersebelahan;
d) Hydrant / selang kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau
dan relatif aman, dan pada umumnya diletakkan di dekat pintu darurat;
Untuk persyaratan teknis Hydrant Gedung menurut SK. GUB. KDKI Jakarta No.
2525 / 1984 dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :
Hydrant halaman atau biasa disebut dengan hydrant pilar, adalah suatu sistem
pencegah kebakaran yang membutuhkan pasokan air dan dipasang di luar bangunan.
Hydrant ini biasanya digunakan oleh mobil Pemadam Kebakaran untuk mengambil air
jika kekurangan dalam tangki mobil. Jadi hydrant pilar ini diletakkan di sepanjang
jalan akses mobil Pemadam Kebakaran.
V = Q x t..................................(2.1)
Dimana :
Pancaran jet utuh (solid stream) adalah pancaran yang berasal dari nozzle-nozzle
yang dari masukan sampai moncongnya tidak ada penghalang kecuali
penyempitan diameter (play-pipe nozzle).
Pancaran jet lurus (straight stream) adalah pancaran yang berasal dari nozzle
yang antara lubang masukan dengan keluarannya terdapat penghalang,
umumnya pancaran ini berasal dari nozzle yang bisa diatur dari spray sampai
dengan jet.
Langkah Pemadaman
1. Susunan dan tugas anggota regu tertera pada tabel pembagian regu dan
tugas.
2. Setelah api berhasil dipadamkan, setiap anggota melakukan pembenahan
peralatan.
3. Selesai pembenahan regu pemadam kebakaran segera berbaris seperti
semula dan kepala regu pasukan penanggulangan kebakaran segera lapor
sebagai berikut : “regu…( dengan menyebut nama atau nomor regu ) telah
selesai memadamkan kebakaran, anggota selamat, api padam, peralatan
lengkap, laporan selesai”.
4. Instruktur memberikan aba-aba “bubarkan” dan kepala regu menjawab
“bubarkan” diteruskan memimpin penghormatan kepada instruktur dan
selesai instruktur membalas maka regu pasukan pemadam kebakaran bisa
dibubarkan.
Posisi Pemadaman
1. Posisi memegang selang, pada saat mulai memegang nozzle bertekanan,
kuda-kuda dan cara memegang nozzle harus mantap.
2. Membuka dan menutup nozzle, arah harus keatas dengan kuda-kuda yang
baik.
3. Sebelum merubah bentuk spray menjadi jet, perhatikan dahulu kuda-
kudanya ( harus mantap ).
4. Jika tidak kuat menahan tarikan selang ( jet effect ), janganlah nozzle itu
dilepaskan, tetapi rendahkan badan ( untuk mengurangi tarikan tersebut).
5. Jika waktu memegang nozzle bertekanan, ternyata tidak kuat dan jatuh,
jatuhkan bersama-sama nozzle tersebut ( nozzle jangan dilepaskan )
Gambar 2.. Posisi Masing - Masing Personil Dalam Menghadapi Api (a)
Gambar 2.. Posisi Masing - Masing Personil Dalam Menghadapi Api (b)
Adapun hal - hal yang perlu diperhatikan untuk pemegang nozzle adalah sebagai
berikut :
1. Posisi kaki selalu kuda-kuda.
2. Buka/tutup pancaran air harus diarahkan keatas.
3. Saat pancaran jet ( utuh ), sebaiknya nozzleman dalam posisi ditempat
(berhenti, tidak bergerak) dan ingat bahaya tekanan balik dari pemancaran air.
4. Kalau bergerak harus dengan pancaran tirai, kaki tidak melangkah tetapi
bergeser dan selalu membentuk kuda-kuda.
5. Pandangan selalu ke depan kearah api dan selalu memperhatikan kerjasama (
teamwork ).
6. Cara memegang nozzle sesuai prinsip ergonomi yang aman dan disesuaikan
teknik pemadaman yang diinginkan.
II.5.3 Make-up ( Penggulungan )
Prinsip cara meringkas selang akan dijelaskan pada paragraf beikut ini :
1. Luruskan selang sehingga tidak terdapat lekkan dan buang air dalam
selang dari arah air ke arah api.
2. Gulung selang dari arah api ke sumber air.
3. Letakkan coupling dalam gulungan tunggal/ganda, Coupling Draad = laki-
laki didalam, betina disebelah luar. Dan Coupling Instantaneous = betina
didalam, laki-laki disebelah luar, Coupling Storz dan Hemaprodite =
sembarang.
III. PERALATAN
Instalasi Hydrant Kebakaran
IV. RANGKAIAN PRAKTEK
V. PROSEDUR KERJA PEMADAMAN KEBAKARAN HYDRANT SYSTEM
1. Langkah Persiapan
a. Setiap regu akan dipanggil oleh dosen/instruktur untuk tampil dilapangan pada
lokasi yang telah ditentukan guna melakukan persiapan pemadaman kebakaran
(beregu) dengan berbaris sesuai aba-aba pada lampiran 1.
b. Setelah selesai penghormatan kepada instruktur (lampiran 1) maka kepala regu
segera laporan sebagai berikut : ”lapor, regu….(dengan menyebutkan nama atau
nomor regu), jumlah 6 orang dengan peralatan lengkap siap melaksanakan
pemadaman kebakaran.
c. Kemudian instruktur memberikan aba-aba “kerjakan”.
d. Begitu aba-aba dari instruktur selesai, semua anggota regu secara serempak
mengulangi perintah instruktur “kerjakan” dan langsung bertindak.
2. Langkah Pemadaman
a. Susunan dan tugas anggota regu tertera pada lampiran 1.
b. Setelah api berhasil dipadamkan, setiap anggota melakukan pembenahan
peralatan.
c. Selesai pembenahan regu pemadam kebakaran segera berbaris seperti semula
dan kepala regu pasukan penanggulangan kebakaran segera lapor sebagai berikut
: “regu…(dengan menyebut nama atau nomor regu) telah selesai memadamkan
kebakaran, anggota selamat, api padam, peralatan lengkap, laporan selesai”.
d. Instruktur memberikan aba-aba “bubarkan” dan kepala regu menjawab
“bubarkan” diteruskan memimpin penghormatan kepada instruktur dan selesai
instruktur membalas maka regu pasukan pemadam kebakaran bisa dibubarkan.
e. Khusus untuk komandan regu diberikan 1 ( satu ) kali tes ketrampilan
memadamkan kebakaran parit berisi minyak dengan 1 ( satu ) APAR jenis Dry
Chemical Powder Cartridge Type dan ini termasuk penilaian.
LAMPIRAN
SNI 03-1735-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses
Lingkungan
Tugas Pendahuluan
1. Apa yang dimaksud dengan Siamese Connection, Nozzle, Hose Reel, Hydrant Pilar,
Hydrant Box ?
Jawab:
Siamese Connection adalah merupakan masukan ( inlet ) bercabang dua yang
berfungsi untuk memasukkan air kedalam jaringan sistem hydrant apabila pompa
kebakaran mengalami kerusakan atau air didalam reservoir telah habis.
Nozzle adalah salah satu komponen hydrant untuk memancarkan air atau bahan
pemadam api kimia lainnya.
Hose Reel adalah selang yang digunakan untuk mengalirkan air pada bagian
ujungnya selalu terpasang nozzle secara tetap dihubungkan secara permanen
dengan sumber air bertekanan.
Hydrant pilar adalah suatu sistem pencegah kebakaran yang membutuhkan pasokan
air dan dipasang di luar bangunan. Hydrant ini biasanya digunakan oleh mobil
Pemadam Kebakaran untuk mengambil air jika kekurangan dalam tangki mobil.
Jadi hydrant pilar ini diletakkan di sepanjang jalan akses mobil Pemadam
Kebakaran.
Hydrant box adalah hydrant yang dipasangkan dengan box yang mempunyai dua
kategori yaitu indoor dan outdorr.
2. Sebutkan macam – macam pompa yang digunakn dalam Instalasi Hydrant System dan apa
fungsi masing – masing ?
Jawab:
Pompa Jockey
Pompa Utama
Pompa utama ini berfungsi sebagai penggerak utama bekerjanya sistem
hydrant. Pompa Utama akan bekerja setelah kapasitas maksimal pompa jockey
terlampaui. Operasi kerja pompa utama didisain untuk hidup ( start ) secara
otomatis dan berhenti bekerja ( stop ) secara manual, melalui tombol reset pada
panel pompa kebakaran.
Pompa Cadangan
Pompa cadangan berfungsi sebagai penggerak cadangan dari sistem
hydrant, yang titik start bekerjanya setelah pompa utama. Pompa ini meskipun
berfungsi sebagai cadangan, namun tetap dalam kondisi “siaga operasi”. Dalam
kondisi seperti ini pompa cadangan akan bekerja secara otomatis pada saat
kapasitas maksimal pompa utama terlampaui, mengalami kerusakan atau pada saat
sumber daya utama ( PLN ) padam. Sama halnya dengan pompa utama, operasi
kerja pompa cadangan didisain untuk hidup ( start ) secara otomatis dan berhenti
bekerja ( stop ) secara manual.