Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Analisis Perencanaan Dan Kekuatan Struktur Dermaga Pada Pelabuhan”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4
NAMA KELOMPOK
YUSTIN RURU 219 213 002
AYUB SEMI PALA’LANGAN 219 213 170
HIPRIANTO TULLEN 219 213 175
ARIANTO 219 213 210
ANDARIAS HARPIN 219 213 309
TIFFANY ANGGI TANGDILINTIN 219 213 320
RIEL PARA’PAK 219 213 085

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULITAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
MAKALAH........................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
2.1 Landasan Teori....................................................................................................3
2.2 Definisi Pelabuhan...............................................................................................4
2.3 Pengertian Dermaga............................................................................................6
BAB III............................................................................................................................10
3.1 Analisis Kekuatan Struktur Dermaga Apung Untuk Pelabuhan Perintis..........10
3.1.1 Penyebab Permasalahan....................................................................................11
3.1.2 Solusi Jurnal........................................................................................................6
3.1.3 Solusi Kelompok.................................................................................................6
3.2 Analisis Kelelahan Struktur Pada Tiang Pancang Di Dermaga Amurang Dengan
Metode S-N Curve ..........................................................................................................12
3.2.1 Penyebab Permasalahan .....................................................................................6
3.2.2 Solusi Jurnal........................................................................................................6
3.2.3 Solusi Kelompok ................................................................................................6
BAB IV............................................................................................................................15
4.1 Kesimpulan........................................................................................................15
4.2 Saran..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara geografis, posisi Indonesia sangat strategis terhadap lalu lintas perdagangan
karena terletak antara dua benua dan dua samudra. Kondisi tersebut perlu didukung oleh
sarana dan prasarana transportasi antar pulau termasuk pelabuhan yang memadai.
Transportasi laut merupakan sarana penting dalam menunjang perekonomian dan pemerataan
kesejahteraan masyarakat di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia[1].
Perencanaan pelabuhan perlu disesuaikan dengan kondisi alam Indonesia yang berada
pada daerah rangkaian cincin api lempeng tektonik paling aktif dan berkontribusi besar
terhadap terjadinya gempa bumi. Salah satu alternatif desain pelabuhan yang bisa
dikembangkan adalah dermaga apung yang didesain dan direncanakan untuk menahan beban
baik beban internal akibat muatan maupun beban eksternal dari lingkungan yang berupa
tumpuan air, hempasan gelombang, maupun gaya tumbukan kapal saat sandar[1].
Struktur dermaga apung memilki sifat yang dinamis dimana struktur dermaga akan
menjadi bagian dari beban daya apung dermaga, sehingga semakin besar berat struktur maka
akan semakin kecil kapasitas dermaga. Tulisan ini memberikan contoh analisis kekuatan
struktur dermaga apung perintis yang menggunakan Finite El ement Metho untuk analisa
tegangan dan regangan akibat beban lateral dan vertikal yang terjadi. Hasil yang diperoleh
dari analisa yang dilakukan yakni bahwa nilai tegangan dan regangan yang didapatkan masih
dibawah nilai kritis yang diizinkan sehingga masih dalam kondisi aman[1].
Setiap struktur dermaga yang dibangun tentunya didesain agar tidak mengalami
kegagalan struktur akibat beban berulang. Analisis Fatigue merupakan suatu cara yang dapat
dilakukan untuk memperkirakan risiko terjadinya kelelahan yang diakibatkan oleh beban
berulang dan usia dari bangunan tersebut pun dapat diketahui[2].
Pengembangan pelabuhan perintis memerlukan dukungan sarana dan prasarana,
diantaranya adalah lokasi pengembangan dermaga. Potensi dan kendala dalam
pengembangan pada dasarnya akan berpijak pada kondisi dan keberadaan prasarana (simpul
dan ruas) dan sarana transportasi yang ada (eksisting) dikaitkan dengan perencanaan
pengembangan kebutuhan di masa mendatang.
Adapun Jurnal yang kami gunakan antara lain:
1. Analisis Kekuatan Struktur Dermaga Apung Untuk Pelabuhan Perintis.
2. Analisis Kelelahan Struktur Pada Tiang Pancang Di Dermaga Amurang Dengan Metode
SN Curve.
3. Analisis Perencanaan Dermaga Pelabuhan Perintis Windesi Kabupaten Kepulauan
Yapen, Papua

1.2 Identifikasi Masalah


Bagaimana menganalisis Kekuatan dan kelelahan Struktur Dermaga pada Pelabuhan.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui Kekuatan dan kelelahan Struktur Dermaga pada Pelabuhan.
2. Apa yang disebabkan bangunan apabila mengalami beban yang sifatnya berulang
(cyclic)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Transportasi atau pengangkutan merupakan suatu proses pergerakan atau perpindahan
manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan suatu sistem
transportasi tertentu untuk maksud dan tujuan tertentu. Pergerakan atau perpindahan barang
atau manusia terjadi akibat adanya perbedaan tingkat utilitas, baik itu berupa nilai tempat
(place utility) maupun nilai waktu (time utility). Transportasi merupakan salah satu sarana
untuk memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa,
dalam rangka memantapkan perwujudan wawasan nusantara meningkatkan serta mendukung
pertahanan dan keamanan Negara yang selanjutnya dapat mempererat hubungan antar
bangsa. Pentingnya transportasi itu tercermin pada penyelenggaraannya yang mempengaruhi
semua aspek kehidupan Bangsa dan Negara serta semakin meningkatnya kebutuhan jasa
transportasi bagi mobilitas orang dan barang dalam negeri maupun luar negeri. Sistem
transportasi dapat dianalisis pada keberadaannya, mobilitas dan efisiensinya dalam
pengertian:
1. Keberadaannya berarti terdapat dimana-mana pada saat yang sama termasuk besarnya
aksesibilitas pada sistem, rute yang langsung antara titik-titik akses tersebut dan kemampuan
untuk menangani bermacam macam lalu lintas.
2. Mobilitas dapat didefinisikan sebagai kuantitas lalu lintas yang dapat ditangani kapasitas
system dan kecepatan menyeluruh, dimana lalu lintas tersebut bergerak.
3. Efisiensi ditunjukkan oleh indikator berkurangnya beban biaya tertentu khusus dan biaya
tak langsung, dampak lingkungan dan energi, keandalan dan kenyamanannya.
2.2 Definisi Pelabuhan
Pelabuhan (Port) adalah daerah perairan yang terlindungi terhadap gelombang, yang
dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat
untuk bongkar muat barang, kran-kran (crane) untuk bongkar muat barang, gudang laut
(transito) dan tempat-tempat penyimpanan dimna kapal dapat membongkar muatannya, dan
gudang-gudang dimana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama
menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan, terminal dilengkapi dengan jalan
kereta api dan jalan raya.
Pelabuhan merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu wilayah atau Negara dan
sebagai prasaran penghubung antar daerah, antar pulau, atau bahkan antar Negara, Benua dan
Bangsa. Dengan fungsinnya tersebut maka pembagunan pelabuhan harus dapat

3
dipertanggung jawabkan baik secara sosial ekonomis maupun teknis. Pelabuhan mempunyai
daerah pengaruh (hinteland), yaitu daerah yang mempunyai kepentingan hubungan ekonomi,
sosial dan lain-lain dengan pelabuhan tersebut[2].
Setiap struktur dermaga yang dibangun tentunya didisain agar tidak akan mengalami
kegagalan struktur maupun dapat menahan beban berulang-ulang berupa beban gelombang.
Dengan mempertimbangkan karakteristik struktur yang demikian serta dengan berdasarkan
perilaku beban gelombang maka salah satu skenario kegagalan struktur dermaga ini yang
perlu diperhatikan adalah fatigue. Fatigue dapat diartikan sebagai kelelahan suatu struktur
setelah menerima beban yang berulang-ulang (cyclic loading). Analisis fatigue merupakan
suatu cara yang dapat dilakukan untuk memperkirakan risiko terjadinya kerusakan yang
diakibatkan oleh beban berulang dan usia dari suatu bangunan dalam menghadapi berbagai
macam beban[2].
Fungsi dan Peranan Prasarana Pelabuhan Laut
Bertitik tolak dari pengertian pelabuhan tersebut diatas, maka fungsi pelabuhan dikenal
sebagai tempat aman berlalu kapal dan sebagai terminal transfer barang dan penumpang,
pada dasarnya fungsi pelabuhan dapat dibedakan menjadi empat fungsi utama sebagai
berikut:
a. Link, pelabuhan yang dipandang sebagai salah satu mata rantai dari suatu proses
transportasi, mulai dari tempat asal barang sampai ketempat tujuan.
b. Interface, pelabuhan sebagai tempat pertemuan barang dan moda transportasi yang
berbeda. Pengertian pelabuhan sebagai interface mencakup keseluruhan prasarana dan
sarana di wilayah kerja pelabuhan. Dibandingkan dengan fungsi-fungsi pelabuhan yang
lain, interface merupakan fungsi pelabuhan yang paling utama.
c. Gateway, pelabuhan yang berfungsi sebagai pintu gerbang dari suatu negara atau
wilayah/daerah sehingga setiap kapal yang datang wajib mematuhi peraturan dan
prosedur yang ada.
d. Industry Entity, merupakan pelabuhan yang memiliki suatu sistem industri entity yang
dinamis karena pelabuhan tersebut memiliki bagian industrial estatelzone lengkap
dengan jaringan dan jasa transportasinya. Dalam fungsi ini, pelabuhan akan dapat
mendorong pertumbuhan produksi wilayah pengaruhnya.
Berdasarkan keempat fungsi tersebut diatas, kemudian diturunkan melalui Peraturan
Pemerintah N0. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan yang menyebutkan bahwa tatanan
kepelabuhan nasional diatur menurut fungsi, jenis penggunaan, klasifikasi, penyelenggaraan,
dan kegiatan. Menurut pelabuhan merupakan (Departemen Perhubungan, 2001 : 16) :
a) Simpul dalam jaringan transportasi di perairan sesuai dengan hirarki fungsinya
(perwujudan dari fungsi pelabuhan link)
b) Pintu gerbang kegiatan perekonomian nasional dan internasional (perwujudan dari
fungsi pelabuhan gateway)
c) Tempat kegiatan pelabuhan alih moda transportasi (perwujudan dari pelabuhan
gateway).
2.3 Pengertian Dermaga
Dermaga adalah satu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan bongkar dan muat barang dan tempat untuk menaik-
turunkan penumpang. Bentuk dan dimensi dermaga tergantung pada jenis dan ukuran kapal
yang bertambat pada dermaga tersebut. Dermaga harus direncanakan sedemikian rupa hingga
kapal dapat merapat dan bertambat serta melakukan kegiatan di pelabuhan dengan aman,
cepat, dan lancar. Di belakang dermaga terdapat apron dan fasilitas jalan. Apron adalah
daerah yang terletak anatar sisi dermaga dan sisi depan gudang (pada terminal barang umum)
atau container yard (pada terminal peti kemas, dimana terdapat pengalihan kegiatan angkutan
laut (kapal) ke kegiatan angkut darat (kereta api, truk, dsb).Dermaga dapat di bedakan
menjadi tiga tipe yaitu wharf, pier dan jetty. Struktur wharf dan pier biasa berupa strukur
tertutup atau terbuka,semntara jetty pada umumnya berupa struktur terbuka.Struktur tertutup
bisa berupa dinding gravitas dan dinding turap,sedangkan struktur terbuka merupakan
dermaga yang didukung oleh tiang pancang. Dinding gravitas berupa balok beton, kaison, sel
turap baja dan dinding penahan tanah[2].
Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan ke
atas kapal. Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air
minum, air bersih, saluran untuk air kotor / limbah yang akan diproses lebih lanjut di
pelabuhan. Hal yang perlu diingat bahwa dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran
kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut. Jenis - jenis dermaga berdasarkan
jenis barang yang dilayani:
1. Dermaga barang umum, adalah dermaga yang diperuntukkan untuk bongkar muat
barang umum / general cargo keatas kapal. Barang potongan terdiri dari barang satuan seperti
mobil; mesin - mesin; material yang ditempatkan dalam bungkus, koper, karung, atau peti.
Barang-barang tersebut memerlukan perlakuan khusus dalam pengangkatannya untuk
menghindari kerusakan.
2. Dermaga peti kemas, dermaga yang khusus diperuntukkan untuk bongkar muat peti
kemas. Bongkar muat peti kemas biasanya menggunakan crane.
3. Dermaga curah, adalah dermaga yang kusus digunakan untuk bongkar muat barang
curah yang biasanya menggunakan ban berjalan (conveyorbelt). Barang curah terdiri dari
barang lepas dan tidak dibungkus / kemas, yang dapat dituangkan atau dipompa ke dalam
kapal. Barang ini dapat berupa bahan pokok makanan (beras, jagung, gandum, dsb.) dan batu
bara. Karena angkutan barang curah dapat dilakukan lebih cepat dan biaya lebih murah
daripada dalam bentuk kemasan, maka beberapa barang yang dulunya dalam bentuk kemasan
sekarang diangkut dalam bentuk lepas. Sebagai contoh adalah pengangkutan semen, gula,
beras, dan sebagainya.
4. Dermaga khusus, adalah dermaga yang khusus digunakan untuk mengangkut barang
khusus, seperti bahan bakar minyak, bahan bakar gas dan lain sebagainya.
5. Dermaga marina, adalah dermaga yang digunakan untuk kapal pesiar, speed boat.
6. Dermaga kapal ikan, adalah dermaga yang digunakan oleh kapal ikan.
Menurut Wikipedia, ada beberapa jenis dermaga yang biasanya digunakan yaitu :
1. Dermaga “quay wall”, Dermaga quay wall ini terdiri dari struktur yang sejajar pantai,
berupa tembok yang berdiri di atas pantai, dan dapat dibangun dengan beberapa pendekatan
konstruksi diantaranya sheet pile baja / beton, caisson beton atau open filled structure.
Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan quay wall, yaitu :
a) Dermaga quay wall adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan relatif berhimpit
dengan pantai (kemiringan pantai curam).
b) Konstruksi dermaga biasanya dibangun langsung berhimpit dengan areal darat.
c) Kedalaman perairan cukup memadai dan memungkinkan bagi kapal merapat dekat
sisi darat (pantai). Kedalaman perairan tergantung kepada ukuran kapal yang akan
berlabuh pada dermaga tersebut.
d) Kondisi tanah cukup keras
e) Pasang surut tidak mempengaruhi pada pemilihan tipe struktur tetapi berpengaruh
pada detail dimensi struktur yang dibutuhkan.
2. Dermaga “dolphin” (trestel), Dermaga dolphin merupakan tempat sandar kapal berupa
dolphin diatas tiang pancang. Biasanya dilokasi dengan pantai yang landai, diperlukan
jembatan trestle sampai dengan kedalaman yang dibutuhkan. Beberapa pertimbangan yang
digunakan dalam pembangunan dermaga dolphin:
a) Dermaga dolphin adalah sarana tambat kapal yang fasilitas bongkar muatnya ada di
haluan atau buritan.
b) Jarak kedalaman perairan yang disyaratkan dari pantai relatif cukup panjang.
c) Terdapat konstruksi tambahan berupa jembatan dermaga (trestel), tanggul atau dapat
juga keduanya.
d) Sarana tambat yang akan direncanakan terdiri dari struktur breasting dan mooring
yang dihubungkan dengan catwalk.
e) Posisi breasting berfungsi utama sebagai sarana sandar kapal, tapi juga dapat
berfungsi sebagai sarana tambat kapal jika dipasang bollard, sedangkan mooring
dolphin berfungsi menahan kapal sehingga tetap berada pada posisi sandar.
f) Pasang surut tidak mempengaruhi pada pemilihan tipe struktur tetapi berpengaruh
pada detail dimensi struktur yang dibutuhkan.
3. Dermaga apung / system Jetty (pier) Dermaga apung adalah tempat untuk menambatkan
kapal pada suatu ponton yang mengapung diatas air. Digunakannya ponton adalah untuk
mengantisipasi air pasang surut laut, sehingga posisi kapal dengan dermaga selalu sama,
kemudian antara ponton dengan dermaga dihubungkan dengan suatu landasan / jembatan
yang flexibel ke darat yang bisa mengakomodasi pasang surut laut. Biasanya dermaga apung
digunakan untuk kapal kecil, yach atau feri seperti yang digunakan di dermaga
penyeberangan yang banayak ditemukan di sungai-sungai yang mengalami pasang surut. Ada
beberapa jenis bahan yang digunakan untuk membuat dermaga apung seperti :
a) Dermaga ponton baja yang mempunyai keunggulan mudah untuk dibuat tetapi perlu
perawatan, khususnya yang digunakan dimuara sungai yang airnya bersifat lebih
korosif.
b) Dermaga ponton beton yang mempunyai keunggulan mudah untuk dirawat sepanjang
tidak bocor.
c) Dermaga ponton dari kayu gelondongan, yang menggunakan kayu gelondongan yang
berat jenisnya lebih rendah dari air sehingga bisa mengapungkan dermaga.
BAB III
ISI
3.1 Analisis Kekuatan Struktur Dermaga Apung Untuk Pelabuhan Perintis

Gambar 1. Pelabuhan Perintis


Pada gambar 1 menunjukkan pelabuhan perintis yang berada di Aceh. Sehubungan
analisa dalam penelitian ini merupakan analisa awal, maka diambil asumsi bahwa
pembebanan yang terjadi pada struktur dermaga apung adalah pembebanan statis baik
pembebanan lateral (benturan badan kapal) maupun pembebanan vertikal (muatan, struktur,
perlengkapan crane maupun gelombang) yang terjadi di konstruksi dermaga apung dengan
ukuran panjang, lebar dan kedalaman tertentu dengan menggunakan metode Finite Element
untuk mengetahui tegangan dan regangan yang terjadi. Sedangkan pembebanan dinamis
akibat variasi beban muatan geladak dan variasi parameter gelombang (tinggi maupun
periode) akan dilakukan dalam penelitian kemudian yang terpisah dari makalah ini.
Prinsip dasar yang perlu diketahui untuk melakukan analisa terhadap dermaga apung
adalah struktur terapung (Floating Structure) merupakan suatu struktur yang fleksibel dan
elastis sehingga untuk perhitungan dasar dapat dianalogikan sebagai balok memanjang
dengan kekakuan EI ditempatkan diatas pondasi elastis atau ditumpu oleh pegas secara
merata. Dalam system koordinat X-Y dapat diilustrasikan seperti gambar 2 dan 3.
Persamaan diferensial untuk vibrasi lateral balok, mempertimbangkan pengaruh gaya dan
momen pada bagian balok seperti ditunjukkan oleh gambar 3 dimana F, M, p dan ks masing-
masing adalah gaya geser (shear forcé), momen lengkung (bending moments), beban per unit
panjang dan koefisien elastis pegas balok.
Gambar 2. Analogi Balok Ditumpu Pegas Merata

Gambar 3. Gaya dan Momen Pada Balok diatas Pondasi Elastis

Gambar 4. Sketsa Dermaga Apung

Pada Gambar 2, 3 dan 4 suatu batang yang dikenakan oleh beban-beban yang bekerja
secara transversal terhadap sumbu pemanjangannya. Beban-beban ini menciptakan aksi
internal, atau resultan tegangan dalam bentuk tegangan normal, tegangan geser dan momen
lentur.
Gaya geser ditentukan oleh sejumlah momen pada beberapa bagian kanan elemen dengan
persamaan 1.
M-(M+dM)-(F+dF)dx=0→dM/dx=F (1)
Dengan jalan yang sama, pembebanan per unit panjang ditentukan oleh sejumlah gaya
pada arah y dan ditunjukkan oleh persamaan 2.
F-(F+dF)+Pdx=0→dF/dx=P (2)
Persamaan (1) dan (2) menunjukkan tingkat perubahan dari momen sepanjang balok sama
terhadap gaya geser, sementara tingkat perubahan gaya geser sepanjang balok sama dengan
pembebanan per unit panjang. Momen bending yang berkaitan dengan persamaan the
curvature of the flexure (3).
EI (d^2 y)/〖dx〗^2 =-M (d^2 y)/〖dx〗^2 >0 (3)
Dari persamaan (2) dan (3) didapatkan;
F=-dM/dx=EI (d^3 y)/〖dx〗^3 (4)
Gambar 5. Struktur Dermaga Apung
Pada gambar 5 menunjukkan struktur dermaga apung yang didesain dan direncanakan
untuk menahan beban, baik beban internal akibat muatan maupun beban eksternal dari
lingkungan yang berupa tumpuan air, hempasan gelombang, maupun gaya tumbukan kapal
saat sandar.
Dari beberapa persamaan dasar diatas didapatkan persamaan umum dari vertical
displacement konstruksi terapung sebagai berikut :

Secara umum konstruksi dermaga apung dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori,
yaitu tipe ponton dan semi submersible. Skema konstruksi tipe ponton dapat dibagi empat
yaitu; terdiri dari satu ponton panjang, beberapa ponton besar yang digabungkan dengan
pivot, serangkaian ponton kecil yang direntang dengan bentang geladak tunggal dan
serangkaian ponton kecil yang dirangkai oleh dekkontinyu. Untuk kajian ini dipilih tipe satu
ponton dengan konstruksi yang relatif sederhana namun memiliki stabilitas yang tinggi. Tipe
ini cocok dibangun pada perairan tenang atau perairan yang terlindung secara alami.
Secara umum gaya lateral eksternal yang terjadi pada pelabuhan sebagai tempat
penambatan kapal dapat ditentukan dengan menggunakan metode yang sesuai, menurut
dimensi kapal, metode labuh, kecepatan labuh, struktur fasilitas tambat, metode penambatan
dan property penambatan. Beban lateral yang diperhitungkan adalah akibat benturan kapal
saat sandar yang akan mencapai nilai maksimum apabila arah benturan kapal membentuk
sudut 10˚ terhadap struktur dermaga yang nilainya dapat ditentukan dengan rumus
pendekatan.
3.1.1 Penyebab Permasalahan
Gaya apung yang bekerja pada permukaan bawah dermaga apung akibat beban
maksimum yang diberikan pada permukaan atas dermaga apung menyebabkan gaya apung
yang bekerja pada seluruh permukaan bagian bawah dermaga apung sebesar -0,55 ton
permeter persegi. Sehingga tegangan terbesar yang terjadi pada struktur dermaga apung
adalah akibat pembebanan titik oleh alat angkat (crane) pada saat beroperasi mengangkat
beban.
3.1.2 Solusi Dari Jurnal
Untuk pengembangan ke depan diperlukan analisa lebih lanjut dengan menggunakan
sistem pembebanan dinamis baik melalui variasi beban muatan geladak maupun parameter
gelombang (tinggi dan periode gelombang) serta kajian sistem mooring yang tepat dan sesuai
untuk diterapkan pada pengoperasian dermaga apung ini.
3.1.3 Solusi Kelompok
Ukuran elemen struktur konstruksi masih bisa diperkecil atau kapasitas beban masih bisa
diperbesar sehingga struktur juga dianggap cukup aman karena nilai tegangan dan regangan
maksimum hasil analisa ternyata masih jauh lebih kecil dari batas nilai kritis yang diijinkan
sehingga dimungkinkan spesifikasi teknis konstruksi yang dianalisa dapat diaplikasikan
untuk pembebanan yang lebih besar atau dengan kata lain dengan kapasitas beban yang ada
saat ini ini, ukuran bagian konstruksi dermaga dapat lebih diperkecil sampai batas tegangan
dan regangan yang diijinkan.
3.2 Analisis Kelelahan Struktur Pada Tiang Pancang Di Dermaga Amurang
Dengan Metode S-N Curve

Gambar 6. Tiang pancang pada dermaga amurang


Pada gambar 6 terdapat tiang pancang pada dermaga amurang. Bangunan yang
mengalami beban yang sifatnya berulang (cyclic) menyebabkan berkurangnya kekuatan.
Fenomena ini dikenal dengan kelelahan atau Fatigue. Fatigue dapat diartikan sebagai
kelelahan suatu struktur setelah menerima beban yang berulang-ulang (cyclic loading).
Analisis fatigue merupakan suatu cara yang dapat dilakukan untuk memperkirakan risiko
terjadinya kerusakan pada sambungan kritis yang diakibatkan oleh beban berulang dan usia
dari suatu bangunan dalam menghadapi berbagai macam beban. Batas dari fatigue (fatigue
limit) didefinisikan sebagai stress (tegangan), dimana material atau sambungannya dapat
menahan beban yang berulang dalam jumlah tertentu.

Gambar 7 S-N Curve


Kekuatan fatigue (fatigue strength) pada struktur adalah tegangan maksimum yang dapat
ditahan oleh struktur tanpa mengalami keruntuhan pada frekuensi pembebanan tertentu.
Secara umum, kegagalan fatigue dapat ditentukan dengan dua metode yaitu Metode S-N
Curve (Stress vs Jumlah siklus Kegagalan yang diijinkan) dan metode Fracture Mechanics
(FM).
Setiap struktur dermaga yang dibangun tentunya didesain agar tidak akan mengalami
kegagalan struktur maupun dapat menahan beban berulang-ulang berupa beban gelombang.
Dengan mempertimbangkan karakteristik struktur yang demikian serta dengan berdasarkan
perilaku beban gelombang maka salah satu skenario kegagalan struktur dermaga ini yang
perlu diperhatikan adalah fatigue. Fatigue dapat diartikan sebagai kelelahan suatu struktur
setelah menerima beban yang berulang-ulang (cyclic loading). Analisis fatigue merupakan
suatu cara yang dapat dilakukan untuk memperkirakan risiko terjadinya kerusakan yang
diakibatkan oleh beban berulang dan usia dari suatu bangunan dalam menghadapi berbagai
macam beban.
3.2.1 Penyebab Permasalahan
Terjadinya kelelahan struktur yang diakibatkan beban berulang-ulang pada suatu
konstruksi tiang pancang dan umur layan di dermaga Amurang sehingga perlu dilakukan
analisis Fatigue.
3.2.2 Solusi Dari Jurnal
Dengan melakukan analisis fatigue, risiko timbulnya kerusakan fatal pada pelabuhan
Amurang dapat diperkecil dan suatu bangunan dapat memenuhi target desain yang telah
ditetapkan, termasuk disini adalah bahwa struktur tidak akan mengalami kegagalan dalam
berbagai kondisi kerja.
3.2.3 Solusi Kelompok
Kegagalan fatigue dapat ditentukan dengan dua metode yaitu Metode S-N Curve dan
metode Fracture Mechanics (FM). Pada penelitian ini yang menjadi pokok bahasan utama
adalah analisa fatigue pada konstruksi tiang pancang di dermaga berdasarkan Metode S-N
Curve.
3.3 Analisis Perencanaan Dermaga Pelabuhan Perintis Windesi Kabupaten Kepulauan
Yapen, Papua

Gambar 8 Pelabuhan Perintis Windesi


Pada gambar 8 menunjukkan Pelabuhan Perintis Windesi yang terletak di wilayah
Kabupaten Kepaulauan Yapen, Provinsi Papua. Dermaga eksisting yang ada di Windesi
terbuat dari kayu dan dalam kondisi rusak. Data yang diperlukan untuk perencanaan meliputi
peta topografi, peta bathimetri, data angin, data kapal, data tanah, dan data pasang surut.
Dasar perencanaan dermaga ini menggunakan data kapal terbesar yang akan bersandar di
Pelabuhan Perintis Windesi, yaitu Kapal Papua Lima dengan bobot kapal sebesar 500 DWT.
Kebutuhan wilayah perairan terdiri dari kolam putar yaitu 102 m, kedalaman kolam
pelabuhan -4,00 LWL dan elevasi dermaga yaitu +3,00 LWL.
3.3.1 Penyebab Permasalahan
Permasalahan yang terjadi di Windesi adalah belum tersedianya akses transportasi laut
yang memadai, sehingga menjadi masalah bagi kapal yang akan bersandar.
3.3.2 Solusi Dari Jurnal
Dibuatlah dermaga Pelabuhan perintis windesi dengan
1. Dimensi dari dermaga yaitu panjang 62 m dan lebar 6 m.
2. Dimensi dari trestle yaitu panjang 194 m dan lebar 4 m.
3. Dimensi causeway yaitu panjang 15 m dan lebar 4 m.
4. Dari hasil perencanaan struktur yang dilakukan didapat dimensi struktur sebagai
berikut:
a. Balok dengan ukuran 40 cm x 70 cm dengan mutu K-350, yaitu: Lapangan = 2D22
(atas) dan 3D22 (bawah), tulangan geser D13-280. Tumpuan = 5D22 (atas) dan 3D22
(bawah), tulangan geser D13-250.
b. Pelat lantai tebal 300 mm dengan mutu K-350. Penulangan pelat : D16-120
(Tumpuan dan Lapangan).
c. Pondasi tiang pancang baja dengan spesifikasi sebagai berikut: Diameter luar = 355
mm Tebal = 12 mm Kedalaman = 43 m.
5. Rencana Anggaran Biaya yaitu Rp 48.580.000.000,00.
3.3.3 Solusi Kelompok
Pelabuhan perlu menyediakan jasa-jasa bagi kapal dan arus barang serta arus penumpang
serta pihak yang berwenang harusnya membuat akses transportasi yang memadai untuk
memudahkan kapal-kapal yang bersandar.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Kekuatan dan kelelahan Struktur dermaga pada Pelabuhan dapat dilihat dari Gaya apung
yang bekerja pada permukaan bawah dermaga akibat beban maksimum yang diberikan
pada permukaan atas dermaga apung menyebabkan gaya apung yang bekerja pada
seluruh permukaan bagian bawah dermaga apung sebesar -0,55ton permeter persegi.
Sehingga tegangan terbesar yang terjadi pada struktur dermaga apung adalah akibat
pembebanan titik oleh alat angkat (crane) pada saat beroperasi mengangkat beban.
2. Bangunan yang mengalami beban yang sifatnya berulang (cyclic) menyebabkan
berkurangnya kekuatan. Fenomena ini dikenal dengan kelelahan atau Fatigue. Fatigue
dapat diartikan sebagai kelelahan suatu struktur setelah menerima beban yang berulang-
ulang (cyclic loading). Analisis fatigue merupakan suatu cara yang dapat dilakukan
untuk memperkirakan risiko terjadinya kerusakan pada sambungan kritis yang
diakibatkan oleh beban berulang dan usia dari suatu bangunan dalam menghadapi
berbagai macam beban. Batas dari fatigue (fatigue limit) didefinisikan sebagai stress
(tegangan), dimana material atau sambungannya dapat menahan beban yang berulang
dalam jumlah tertentu.
4.2 Saran
Perlu Ketelitian dalam melakukan pekerjaan terutama pada struktur karena apabila
pekerjaan dilakukan asal-asalan maka akan menyebabkan kerusakan dan Untuk
pengembangan ke depan diperlukan analisa lebih lanjut dengan menggunakan sistem
pembebanan dinamis baik melalui variasi beban muatan geladak maupun parameter
gelombang (tinggi dan periode gelombang).

15
DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Kadir and S. Hardjono, “Analisis Kekuatan Struktur Dermaga Apung untuk Pelabuhan
Perintis,” Warta Penelitian Perhubungan, vol. 31, no. 1, pp. 47–54, 2019.
[2] S. E. Bitty, S. Balamba, and A. N. Sarajar, “Analisis Kelelahan Struktur Pada Tiang
Pancang Di Dermaga Amurang Dengan Metode SN Curve,” TEKNO, vol. 13, no. 63,
2015.

Anda mungkin juga menyukai