DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
NAMA KELOMPOK
YUSTIN RURU 219 213 002
AYUB SEMI PALA’LANGAN 219 213 170
HIPRIANTO TULLEN 219 213 175
ARIANTO 219 213 210
ANDARIAS HARPIN 219 213 309
TIFFANY ANGGI TANGDILINTIN 219 213 320
RIEL PARA’PAK 219 213 085
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara geografis, posisi Indonesia sangat strategis terhadap lalu lintas perdagangan
karena terletak antara dua benua dan dua samudra. Kondisi tersebut perlu didukung oleh
sarana dan prasarana transportasi antar pulau termasuk pelabuhan yang memadai.
Transportasi laut merupakan sarana penting dalam menunjang perekonomian dan pemerataan
kesejahteraan masyarakat di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia[1].
Perencanaan pelabuhan perlu disesuaikan dengan kondisi alam Indonesia yang berada
pada daerah rangkaian cincin api lempeng tektonik paling aktif dan berkontribusi besar
terhadap terjadinya gempa bumi. Salah satu alternatif desain pelabuhan yang bisa
dikembangkan adalah dermaga apung yang didesain dan direncanakan untuk menahan beban
baik beban internal akibat muatan maupun beban eksternal dari lingkungan yang berupa
tumpuan air, hempasan gelombang, maupun gaya tumbukan kapal saat sandar[1].
Struktur dermaga apung memilki sifat yang dinamis dimana struktur dermaga akan
menjadi bagian dari beban daya apung dermaga, sehingga semakin besar berat struktur maka
akan semakin kecil kapasitas dermaga. Tulisan ini memberikan contoh analisis kekuatan
struktur dermaga apung perintis yang menggunakan Finite El ement Metho untuk analisa
tegangan dan regangan akibat beban lateral dan vertikal yang terjadi. Hasil yang diperoleh
dari analisa yang dilakukan yakni bahwa nilai tegangan dan regangan yang didapatkan masih
dibawah nilai kritis yang diizinkan sehingga masih dalam kondisi aman[1].
Setiap struktur dermaga yang dibangun tentunya didesain agar tidak mengalami
kegagalan struktur akibat beban berulang. Analisis Fatigue merupakan suatu cara yang dapat
dilakukan untuk memperkirakan risiko terjadinya kelelahan yang diakibatkan oleh beban
berulang dan usia dari bangunan tersebut pun dapat diketahui[2].
Pengembangan pelabuhan perintis memerlukan dukungan sarana dan prasarana,
diantaranya adalah lokasi pengembangan dermaga. Potensi dan kendala dalam
pengembangan pada dasarnya akan berpijak pada kondisi dan keberadaan prasarana (simpul
dan ruas) dan sarana transportasi yang ada (eksisting) dikaitkan dengan perencanaan
pengembangan kebutuhan di masa mendatang.
Adapun Jurnal yang kami gunakan antara lain:
1. Analisis Kekuatan Struktur Dermaga Apung Untuk Pelabuhan Perintis.
2. Analisis Kelelahan Struktur Pada Tiang Pancang Di Dermaga Amurang Dengan Metode
SN Curve.
3. Analisis Perencanaan Dermaga Pelabuhan Perintis Windesi Kabupaten Kepulauan
Yapen, Papua
3
dipertanggung jawabkan baik secara sosial ekonomis maupun teknis. Pelabuhan mempunyai
daerah pengaruh (hinteland), yaitu daerah yang mempunyai kepentingan hubungan ekonomi,
sosial dan lain-lain dengan pelabuhan tersebut[2].
Setiap struktur dermaga yang dibangun tentunya didisain agar tidak akan mengalami
kegagalan struktur maupun dapat menahan beban berulang-ulang berupa beban gelombang.
Dengan mempertimbangkan karakteristik struktur yang demikian serta dengan berdasarkan
perilaku beban gelombang maka salah satu skenario kegagalan struktur dermaga ini yang
perlu diperhatikan adalah fatigue. Fatigue dapat diartikan sebagai kelelahan suatu struktur
setelah menerima beban yang berulang-ulang (cyclic loading). Analisis fatigue merupakan
suatu cara yang dapat dilakukan untuk memperkirakan risiko terjadinya kerusakan yang
diakibatkan oleh beban berulang dan usia dari suatu bangunan dalam menghadapi berbagai
macam beban[2].
Fungsi dan Peranan Prasarana Pelabuhan Laut
Bertitik tolak dari pengertian pelabuhan tersebut diatas, maka fungsi pelabuhan dikenal
sebagai tempat aman berlalu kapal dan sebagai terminal transfer barang dan penumpang,
pada dasarnya fungsi pelabuhan dapat dibedakan menjadi empat fungsi utama sebagai
berikut:
a. Link, pelabuhan yang dipandang sebagai salah satu mata rantai dari suatu proses
transportasi, mulai dari tempat asal barang sampai ketempat tujuan.
b. Interface, pelabuhan sebagai tempat pertemuan barang dan moda transportasi yang
berbeda. Pengertian pelabuhan sebagai interface mencakup keseluruhan prasarana dan
sarana di wilayah kerja pelabuhan. Dibandingkan dengan fungsi-fungsi pelabuhan yang
lain, interface merupakan fungsi pelabuhan yang paling utama.
c. Gateway, pelabuhan yang berfungsi sebagai pintu gerbang dari suatu negara atau
wilayah/daerah sehingga setiap kapal yang datang wajib mematuhi peraturan dan
prosedur yang ada.
d. Industry Entity, merupakan pelabuhan yang memiliki suatu sistem industri entity yang
dinamis karena pelabuhan tersebut memiliki bagian industrial estatelzone lengkap
dengan jaringan dan jasa transportasinya. Dalam fungsi ini, pelabuhan akan dapat
mendorong pertumbuhan produksi wilayah pengaruhnya.
Berdasarkan keempat fungsi tersebut diatas, kemudian diturunkan melalui Peraturan
Pemerintah N0. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan yang menyebutkan bahwa tatanan
kepelabuhan nasional diatur menurut fungsi, jenis penggunaan, klasifikasi, penyelenggaraan,
dan kegiatan. Menurut pelabuhan merupakan (Departemen Perhubungan, 2001 : 16) :
a) Simpul dalam jaringan transportasi di perairan sesuai dengan hirarki fungsinya
(perwujudan dari fungsi pelabuhan link)
b) Pintu gerbang kegiatan perekonomian nasional dan internasional (perwujudan dari
fungsi pelabuhan gateway)
c) Tempat kegiatan pelabuhan alih moda transportasi (perwujudan dari pelabuhan
gateway).
2.3 Pengertian Dermaga
Dermaga adalah satu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan bongkar dan muat barang dan tempat untuk menaik-
turunkan penumpang. Bentuk dan dimensi dermaga tergantung pada jenis dan ukuran kapal
yang bertambat pada dermaga tersebut. Dermaga harus direncanakan sedemikian rupa hingga
kapal dapat merapat dan bertambat serta melakukan kegiatan di pelabuhan dengan aman,
cepat, dan lancar. Di belakang dermaga terdapat apron dan fasilitas jalan. Apron adalah
daerah yang terletak anatar sisi dermaga dan sisi depan gudang (pada terminal barang umum)
atau container yard (pada terminal peti kemas, dimana terdapat pengalihan kegiatan angkutan
laut (kapal) ke kegiatan angkut darat (kereta api, truk, dsb).Dermaga dapat di bedakan
menjadi tiga tipe yaitu wharf, pier dan jetty. Struktur wharf dan pier biasa berupa strukur
tertutup atau terbuka,semntara jetty pada umumnya berupa struktur terbuka.Struktur tertutup
bisa berupa dinding gravitas dan dinding turap,sedangkan struktur terbuka merupakan
dermaga yang didukung oleh tiang pancang. Dinding gravitas berupa balok beton, kaison, sel
turap baja dan dinding penahan tanah[2].
Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan ke
atas kapal. Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air
minum, air bersih, saluran untuk air kotor / limbah yang akan diproses lebih lanjut di
pelabuhan. Hal yang perlu diingat bahwa dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran
kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut. Jenis - jenis dermaga berdasarkan
jenis barang yang dilayani:
1. Dermaga barang umum, adalah dermaga yang diperuntukkan untuk bongkar muat
barang umum / general cargo keatas kapal. Barang potongan terdiri dari barang satuan seperti
mobil; mesin - mesin; material yang ditempatkan dalam bungkus, koper, karung, atau peti.
Barang-barang tersebut memerlukan perlakuan khusus dalam pengangkatannya untuk
menghindari kerusakan.
2. Dermaga peti kemas, dermaga yang khusus diperuntukkan untuk bongkar muat peti
kemas. Bongkar muat peti kemas biasanya menggunakan crane.
3. Dermaga curah, adalah dermaga yang kusus digunakan untuk bongkar muat barang
curah yang biasanya menggunakan ban berjalan (conveyorbelt). Barang curah terdiri dari
barang lepas dan tidak dibungkus / kemas, yang dapat dituangkan atau dipompa ke dalam
kapal. Barang ini dapat berupa bahan pokok makanan (beras, jagung, gandum, dsb.) dan batu
bara. Karena angkutan barang curah dapat dilakukan lebih cepat dan biaya lebih murah
daripada dalam bentuk kemasan, maka beberapa barang yang dulunya dalam bentuk kemasan
sekarang diangkut dalam bentuk lepas. Sebagai contoh adalah pengangkutan semen, gula,
beras, dan sebagainya.
4. Dermaga khusus, adalah dermaga yang khusus digunakan untuk mengangkut barang
khusus, seperti bahan bakar minyak, bahan bakar gas dan lain sebagainya.
5. Dermaga marina, adalah dermaga yang digunakan untuk kapal pesiar, speed boat.
6. Dermaga kapal ikan, adalah dermaga yang digunakan oleh kapal ikan.
Menurut Wikipedia, ada beberapa jenis dermaga yang biasanya digunakan yaitu :
1. Dermaga “quay wall”, Dermaga quay wall ini terdiri dari struktur yang sejajar pantai,
berupa tembok yang berdiri di atas pantai, dan dapat dibangun dengan beberapa pendekatan
konstruksi diantaranya sheet pile baja / beton, caisson beton atau open filled structure.
Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan quay wall, yaitu :
a) Dermaga quay wall adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan relatif berhimpit
dengan pantai (kemiringan pantai curam).
b) Konstruksi dermaga biasanya dibangun langsung berhimpit dengan areal darat.
c) Kedalaman perairan cukup memadai dan memungkinkan bagi kapal merapat dekat
sisi darat (pantai). Kedalaman perairan tergantung kepada ukuran kapal yang akan
berlabuh pada dermaga tersebut.
d) Kondisi tanah cukup keras
e) Pasang surut tidak mempengaruhi pada pemilihan tipe struktur tetapi berpengaruh
pada detail dimensi struktur yang dibutuhkan.
2. Dermaga “dolphin” (trestel), Dermaga dolphin merupakan tempat sandar kapal berupa
dolphin diatas tiang pancang. Biasanya dilokasi dengan pantai yang landai, diperlukan
jembatan trestle sampai dengan kedalaman yang dibutuhkan. Beberapa pertimbangan yang
digunakan dalam pembangunan dermaga dolphin:
a) Dermaga dolphin adalah sarana tambat kapal yang fasilitas bongkar muatnya ada di
haluan atau buritan.
b) Jarak kedalaman perairan yang disyaratkan dari pantai relatif cukup panjang.
c) Terdapat konstruksi tambahan berupa jembatan dermaga (trestel), tanggul atau dapat
juga keduanya.
d) Sarana tambat yang akan direncanakan terdiri dari struktur breasting dan mooring
yang dihubungkan dengan catwalk.
e) Posisi breasting berfungsi utama sebagai sarana sandar kapal, tapi juga dapat
berfungsi sebagai sarana tambat kapal jika dipasang bollard, sedangkan mooring
dolphin berfungsi menahan kapal sehingga tetap berada pada posisi sandar.
f) Pasang surut tidak mempengaruhi pada pemilihan tipe struktur tetapi berpengaruh
pada detail dimensi struktur yang dibutuhkan.
3. Dermaga apung / system Jetty (pier) Dermaga apung adalah tempat untuk menambatkan
kapal pada suatu ponton yang mengapung diatas air. Digunakannya ponton adalah untuk
mengantisipasi air pasang surut laut, sehingga posisi kapal dengan dermaga selalu sama,
kemudian antara ponton dengan dermaga dihubungkan dengan suatu landasan / jembatan
yang flexibel ke darat yang bisa mengakomodasi pasang surut laut. Biasanya dermaga apung
digunakan untuk kapal kecil, yach atau feri seperti yang digunakan di dermaga
penyeberangan yang banayak ditemukan di sungai-sungai yang mengalami pasang surut. Ada
beberapa jenis bahan yang digunakan untuk membuat dermaga apung seperti :
a) Dermaga ponton baja yang mempunyai keunggulan mudah untuk dibuat tetapi perlu
perawatan, khususnya yang digunakan dimuara sungai yang airnya bersifat lebih
korosif.
b) Dermaga ponton beton yang mempunyai keunggulan mudah untuk dirawat sepanjang
tidak bocor.
c) Dermaga ponton dari kayu gelondongan, yang menggunakan kayu gelondongan yang
berat jenisnya lebih rendah dari air sehingga bisa mengapungkan dermaga.
BAB III
ISI
3.1 Analisis Kekuatan Struktur Dermaga Apung Untuk Pelabuhan Perintis
Pada Gambar 2, 3 dan 4 suatu batang yang dikenakan oleh beban-beban yang bekerja
secara transversal terhadap sumbu pemanjangannya. Beban-beban ini menciptakan aksi
internal, atau resultan tegangan dalam bentuk tegangan normal, tegangan geser dan momen
lentur.
Gaya geser ditentukan oleh sejumlah momen pada beberapa bagian kanan elemen dengan
persamaan 1.
M-(M+dM)-(F+dF)dx=0→dM/dx=F (1)
Dengan jalan yang sama, pembebanan per unit panjang ditentukan oleh sejumlah gaya
pada arah y dan ditunjukkan oleh persamaan 2.
F-(F+dF)+Pdx=0→dF/dx=P (2)
Persamaan (1) dan (2) menunjukkan tingkat perubahan dari momen sepanjang balok sama
terhadap gaya geser, sementara tingkat perubahan gaya geser sepanjang balok sama dengan
pembebanan per unit panjang. Momen bending yang berkaitan dengan persamaan the
curvature of the flexure (3).
EI (d^2 y)/〖dx〗^2 =-M (d^2 y)/〖dx〗^2 >0 (3)
Dari persamaan (2) dan (3) didapatkan;
F=-dM/dx=EI (d^3 y)/〖dx〗^3 (4)
Gambar 5. Struktur Dermaga Apung
Pada gambar 5 menunjukkan struktur dermaga apung yang didesain dan direncanakan
untuk menahan beban, baik beban internal akibat muatan maupun beban eksternal dari
lingkungan yang berupa tumpuan air, hempasan gelombang, maupun gaya tumbukan kapal
saat sandar.
Dari beberapa persamaan dasar diatas didapatkan persamaan umum dari vertical
displacement konstruksi terapung sebagai berikut :
Secara umum konstruksi dermaga apung dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori,
yaitu tipe ponton dan semi submersible. Skema konstruksi tipe ponton dapat dibagi empat
yaitu; terdiri dari satu ponton panjang, beberapa ponton besar yang digabungkan dengan
pivot, serangkaian ponton kecil yang direntang dengan bentang geladak tunggal dan
serangkaian ponton kecil yang dirangkai oleh dekkontinyu. Untuk kajian ini dipilih tipe satu
ponton dengan konstruksi yang relatif sederhana namun memiliki stabilitas yang tinggi. Tipe
ini cocok dibangun pada perairan tenang atau perairan yang terlindung secara alami.
Secara umum gaya lateral eksternal yang terjadi pada pelabuhan sebagai tempat
penambatan kapal dapat ditentukan dengan menggunakan metode yang sesuai, menurut
dimensi kapal, metode labuh, kecepatan labuh, struktur fasilitas tambat, metode penambatan
dan property penambatan. Beban lateral yang diperhitungkan adalah akibat benturan kapal
saat sandar yang akan mencapai nilai maksimum apabila arah benturan kapal membentuk
sudut 10˚ terhadap struktur dermaga yang nilainya dapat ditentukan dengan rumus
pendekatan.
3.1.1 Penyebab Permasalahan
Gaya apung yang bekerja pada permukaan bawah dermaga apung akibat beban
maksimum yang diberikan pada permukaan atas dermaga apung menyebabkan gaya apung
yang bekerja pada seluruh permukaan bagian bawah dermaga apung sebesar -0,55 ton
permeter persegi. Sehingga tegangan terbesar yang terjadi pada struktur dermaga apung
adalah akibat pembebanan titik oleh alat angkat (crane) pada saat beroperasi mengangkat
beban.
3.1.2 Solusi Dari Jurnal
Untuk pengembangan ke depan diperlukan analisa lebih lanjut dengan menggunakan
sistem pembebanan dinamis baik melalui variasi beban muatan geladak maupun parameter
gelombang (tinggi dan periode gelombang) serta kajian sistem mooring yang tepat dan sesuai
untuk diterapkan pada pengoperasian dermaga apung ini.
3.1.3 Solusi Kelompok
Ukuran elemen struktur konstruksi masih bisa diperkecil atau kapasitas beban masih bisa
diperbesar sehingga struktur juga dianggap cukup aman karena nilai tegangan dan regangan
maksimum hasil analisa ternyata masih jauh lebih kecil dari batas nilai kritis yang diijinkan
sehingga dimungkinkan spesifikasi teknis konstruksi yang dianalisa dapat diaplikasikan
untuk pembebanan yang lebih besar atau dengan kata lain dengan kapasitas beban yang ada
saat ini ini, ukuran bagian konstruksi dermaga dapat lebih diperkecil sampai batas tegangan
dan regangan yang diijinkan.
3.2 Analisis Kelelahan Struktur Pada Tiang Pancang Di Dermaga Amurang
Dengan Metode S-N Curve
15
DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Kadir and S. Hardjono, “Analisis Kekuatan Struktur Dermaga Apung untuk Pelabuhan
Perintis,” Warta Penelitian Perhubungan, vol. 31, no. 1, pp. 47–54, 2019.
[2] S. E. Bitty, S. Balamba, and A. N. Sarajar, “Analisis Kelelahan Struktur Pada Tiang
Pancang Di Dermaga Amurang Dengan Metode SN Curve,” TEKNO, vol. 13, no. 63,
2015.