Anda di halaman 1dari 7

Klipping PPKN

Persatuan dan Kesatuan pada Masa Reformasi

Kelompok 6

1. Wulan Maharani

2. A. Selfi astri

3. Dian Kurniawan

4. Sapriadi

5. Syahrul ramadhan
Persatuan dan Kesatuan pada Masa Reformasi

Masa Reformasi (21 mei 1998-Sekarang)

Masa reformasi terjadi banyak perubahan atau amandemen atas


Undang-Undang Dasar 1945 menjadi konstitusi yang bersifat
konstitusional. Amandemen ini diharapkan dapat membentuk sistem
pemerintahan yang lebih baik dan stabil daripada masa-masa
sebelumnya. Amandemen UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR
sebanyak empat kali, yakni pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002.

Pemerintah konstitusional memiliki ciri bahwa konstitusi negara berisi


adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan maupun eksekutif dan
adanya jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga Negara
lainnya. Setelah Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden
indonesia dan mulai memasuki masa reformasi, muncul kebijakan yang
berhubungan dengan kebebasan berpolitik. Seperti adanya
kemerdekaan pers, kemerdekaan membentuk partai politik,
terselenggaranya pemilu yang demokratis dan Otonomi Daerah pada
tahun 1999.

Dilakukannya amandemen atau perubahan pada UUD NRI Tahun 1945


pada masa reformasi ini termasuk mengenai penyelenggaraan negara.
Salah satu tujuan utamanya adalah agar kekuasaan presiden tidak
disalahgunakan sehingga tercapai kondisi kenegaraan yang lebih stabil.
Masa reformasi Indonesia mengalami lima kali pergantian presiden,
yakni B.J. Habibie (masa memimpin 1998-1999), Abdurrahman Wahid
(masa memimpin 1999-2001), Megawati Soekarno Putri (masa
memimpin 2001-2004), Susilo Bambang Yudhoyono (masa memimpin
2004-2014) dan Joko Widodo (masa memimpin 2004-sekarang).

Dilihat dari dinamika persatuan dan kesatuan bangsa di atas adakalanya


persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia begitu kukuh, tetapi ada pula
masa ketika dinamika persatuan dan kesatuan bangsa mendapat ujian
ketika dihadapkan oleh berbagai macam gerakan pemberontakan yang
ingin memisahkan diri dari NKRI. Segala bentuk teror yang bisa
berdampak munculnya perpecahan di kalangan masyarakat Indonesia
sudah banyak terjadi dalam sejarah Indonesia hingga saat ini. Namun
sebagai generasi bangsa, kita patut bersyukur ancaman atau gangguan
tersebut tidak membuat NKRI menjadi lemah, tetapi semakin kukuh
pberkembang hingga sekarang.

Memasuki masa reformasi, bangsa Indonesia bertekad untuk


menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis. Agar tercipta
sistem pemerintahan yang diharapkan, perlu disusun pemerintahan
yang konstitusional. Pemerintah konstitusional bercirikan sebagai
berikut.

1. adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif, dan


2. jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara.
Berdasarkan hal tersebut, salah satu bentuk reformasi yang dilakukan
oleh bangsa Indonesia adalah melakukan perubahan atau amandemen
atas Undang-Undang Dasar 1945. Langkahnya adalah dengan
mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi yang bersifat
konstitusional, sehingga diharapkan dapat terbentuk sistem
pemerintahan yang lebih baik dari yang sebelumnya.

Untuk lebih jelasnya, berikut dipaparkan perubahan-perubahan


mendasar dalam ketatanegaraan Indonesia setelah perubahan
UndangUndang Dasar 1945 pada masa reformasi yakni sebagai berikut.

1. Kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan menurut Undang-


Undang Dasar (Pasal 1 ayat (2)).
2. MPR merupakan lembaga bikameral, yaitu terdiri dari anggota
DPR dan anggota DPD (Pasal 2 ayat (1)).
3. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat (Pasal 6A
ayat (1)).
4. Presiden memegang jabatan selama lima tahun dan dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan
(Pasal 7).
5. Pencantuman hak asasi manusia (Pasal 28A-28J).
6. Penghapusan DPA sebagai lembaga tinggi negara.
7. Presiden bukan mandataris MPR.
8. MPR tidak lagi menyusun GBHN.
9. Pembentukan Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Yudisial (KY)
(Pasal 24B dan 24C).
10. Anggaran pendidikan minimal 20% (Pasal 31 ayat (4)).
11. Negara kesatuan tidak boleh diubah (Pasal 37 ayat (5)).
12. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 dihapus.

Faktor Pendorong dalam Dinamika Persatuan dan Kesatuan


Bangsa
Dalam perkembanganya, ada tiga faktor yang dapat mendorong
dan memperkuat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia hingga sekarang. Ketiga faktor tersebut adalah
bentuk pemersatu seluruh bangsa Indonesia yang bisa
mempersatukan segala perbedaan dan keanekaragaman yang
mewarnai kehidupan bangsa Indonesia. Mulai dari perbedaan
suku bangsa, agama, bahasa dan lainnya ini bisa dipersatukan
dengan menjalankan nilai-nilai yang terdapat dalam ketiga faktor
tersebut. Sehingga perbedaan- perbedaan tersebut justru bisa
semakin memperkuat persatuan dan kesatuan NKRI. Berikut ini
tiga faktor pendorong dalam dinamika persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia:

1. Pancasila
Bangsa Indonesia memiliki Pancasila sebagai dasar Negara dengan
pandangan hidup bangsa, pemersatu bangsa, kepribadian bangsa,
dan perjanjian luhur bangsa. Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia ini dapat menjadi
faktor pendorong persatuan dan kesatuan bangsa.Dalam nilai-
nilai Pancasila juga tidak hanya diperuntukkan bagi suku atau
penganut agama tertentu saja, melainkan nilai-nilai Pancasila
berlaku dan menjadi pedoman hidup rakyat Indonesia tanpa
memandang perbedaan suku bangsa, agama, budaya, dan bahasa.
2. Sumpah Pemuda
Pemuda Indonesia telah mengikrarkan Sumpah Pemuda pada 28
Oktober 1928 yang merupakan sumpah untuk menunjukkan tekad
seluruh pemuda Indonesia yang memperjuangkan bangsa dalam
melawan penjajah demi mempersatukan seluruh rakyat
Indonesia. Isi rumusan Sumpah Pemuda memiliki nilai utama,
yakni satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yakni
Indonesia. Kehadiran Sumpah Pemuda kemudian menjadi sangat
penting di tengah gempuran berbagai isu yang dapat memecah
belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, bahkan sampai
sekarang.

3. Bhinneka Tunggal Ika


Grameds pasti sudah tidak asing dengan Semboyan Bhinneka
Tunggal Ika yang sangat penting bagi negara Indonesia dengan
beragam suku, bangsa, budaya, bahasa, dan agama. Bhinneka
Tunggal Ika memiliki makna walau berbeda-beda tetap satu jua.
Walaupun negara Indonesia adalah bentuk negara yang majemuk
dan multikultural, namun tetap tidak terpecah belah, yakni tetap
bersatu demi keutuhan NKRI.

Faktor Penghambat dalam Dinamika Persatuan dan Kesatuan


Bangsa
Selain faktor pendorong, ada pula faktor yang dapat menghambat
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, seperti berikut ini:
1. Kebhinekaan/Keberagaman pada Masyarakat Indonesia yang
tidak diiringi oleh sikap saling menghargai, menghormati, dan
toleransi yang telah menjadi karakter khas masyarakat
indonesia. Hal ini bisa terjadi perbedaan pendapat yang lepas
kendali, adanya perasaan kedaerahan yang berlebihan,
sehingga bisa memicu terjadinya konflik antardaerah atau
antarsuku bangsa
2. Letak geografis indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan
kepulauan memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
berpotensi untuk memisahkan diri. Contohnya daerah- daerah
yang paling jauh dari ibu kota, atau daerah yang besar
pengaruhnya dari Negara tetangga atau daerah perbatasan.
Selain itu daerah yang mempunyai pengaruh global yang besar,
seperti daerah wisata atau daerah yang memiliki kekayaan
alam yang sangat berlimpah
3. Adanya gejala Etnosentrisme yang merupakan sikap
menonjolkan kelebihan budayanya dan menganggap rendah
budaya suku bangsa lain
4. Melemahnya nilai- nilai budaya Bangsa sehingga
memperkuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa, baik melewati kontak secara
langsung maupun kontak tidak langsung

Anda mungkin juga menyukai