Anda di halaman 1dari 3

4.

Perbedaan Audit berbasis ISA dengan AICPA


ISA adalah suatu standar kompetensi internasional bagi profesional yang bebekrja di bidang
auditing. ISA diterbitkan oleh IFAC. AICPA meruapakan organisasi profesi akuntan publik
nasional Amerika Serikat. AICPA melalui ASB mengeluarkan standar auditing mereka yaitu
GAAS atau SAS

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku di Indonesia selama ini mengacu pada
standar auditing dari Amerika yaitu American Institute of Certified Public Accountant (AICPA).
SPAP ini membagi standar auditing menjadi tiga bagian utama yaitu Standar Umum, Standar
Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang merupakan pedoman bagi pekerjaan auditor di
Indonesia merupakan hasil pengembangan berkelanjutan yang telah dimulai sejak tahun 1973.
Pada tahap awal perkembangannya, standar ini disusun oleh Komite Norma Pemeriksaan
Akuntan dalam organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Standar yang dihasilkan diberi nama
Norma Pemeriksaan Akuntan. Sebagaimana tercermin dari nama yang diberikan, standar yang
dikembangkan pada saat itu lebih berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan historis.
Diketahui banyak perbedaan diantara ISA atau SA versi Indonesia dan GAAS di Amerika atau
SPAP versi Indonesia, terdapat 5 perbedaan yang signifikan antara lain :

1. Menekankan pada Audit Berbasis Risiko

ISA mensyaratkan prosedur penilaian risiko tertentu agar diperoleh suatu pemahaman yang lebih
luas mengenai suatu entitas dan lingkungannya, tentunya dengan tujuan untuk mengidentifikasi
risiko salah saji material. Selain itu ISA juga mensyaratkan auditor harus memperoleh suatu
pemahaman risiko bisnis entitas misalnya risiko operasi dan risiko strategis. ISA menegaskan
kewajiban auditor untuk menjalankan konsep risiko dalam setiap tahap audit, dimulai dari
menilai risiko (to assess risk), menanggapi risiko yang dinilai (to respond to assessed risk),
dalam mengevaluasi risiko yang ditemukan (detected risk).

Auditor yang mengikuti ISA harus juga menetapkan bagaimana kliennya merespons terhadap
risiko semacam sebagaimana auditor merencanakan dan melakukan audit. Auditor juga
diharuskan mengajukan pertanyaan kepada auditor internal entitas yang

diauditnya untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik atas keahlian entitas dalam menilai
risiko. Auditor juga harus memperoleh seluruh informasi yang terkait dengan risiko sama halnya
dengan respons klien dalam menilai risiko salah saji material, termasuk pemahaman atas
pengendalian internalnya, sedangkan SPAP tidak sekomprehensif ISA.
2. Penilaian dan Pelaporan Pengendalian Internal atas Pelaporan Keuangan
Berdasarkan ISA, dapat diketahui bahwa penilaian dan pelaporan pengendalian internal tidak ada
kaitannya dengan efektifitas pengendalian internal klien yang diaudit, tetapi lebih menekankan
kepada relevansinya. ISA juga mensyaratkan auditor harus menguji pengendalian internal entitas
yang diauditnya guna memastikan bahwa sistem yang diterapkan adalah mencukupi dan
berfungsi sebagaimana yang ditetapkan.

3. Pertimbangan Kelangsungan Usaha (going-concern)


Pada saat melakukan pertimbangan apakah suatu entitas berkemampuan untuk melanjutkan
kelangsungan usahanya dimasa depan, ISA tidak membatasi paling sedikit 12 bulan, sedangkan
SPAP membatasi hingga 12 bulan setelah akhir periode pelaporan. Pada ISA 570
mengasumsikan bahwa manajemen mempunyai tanggung jawab untuk menilai kemampuan
entitas untuk melangsungkan usahanya sebagai “going concern” tanpa mempertimbangkan
apakah kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan oleh manajemen atau tidak. Salah satu
dari tujuan ISA 570 yaitu untuk memperoleh bukti audit yang memadai terkait dengan
penggunaan asumsi “going concern” oleh manajemen. Pada SPAP juga mensyaratkan bahwa
auditor harus mengevaluasi apakah ada keraguan yang substansial mengenai kelangsungan usaha
entitas untuk periode waktu yang memadai. Dengan demikian, ISA 570 menetapkan
pertimbangan asumsi kelangsungan usaha seluruh penugasan atau perikatan.

4. Menekankan pada Kearifan Profesional (Professional Judgement)

Pada ISA menekankan penggunaan Kearifan profesional yang memberikan konsekuensi pada
keterlibatan auditor yang berpengalam. Apabila keputusan audit masih dibuat oleh asisten yang
belum mempunyai pengalaman memadai, maka ISA menegaskan bahwa auditnya tidak sesuai
dengan ISA. Secara konseptual bahwa dokumentasi prosedur audit antara SPAP dengan ISA atau
Standar Audit berbeda. Pada ISA atau SA lebih menekankan kepada kearifan profesional
(professional judgement). Secara spesifik pada ISA 230 paragraf 14 mensyaratkan auditor untuk
menyusun dokumentasi audit di dalam suatu berkas audit dan melengkapi proses administratif
penyusunan berkas audit final tepat waktu setelah tanggal laporan auditor, dan penerapan yang
terkait serta penjelasan materialitas yang mengindikasikan bahwa batas waktu penyelesaian
penyusunan berkas audit final biasanya tidak lebih dari 60 hari setelah tanggal laporan auditor.
Pada ISA 230 mengenai dokumentasi audit dinyatakan bahwa bagi kantor akuntan publik harus
menetapkan kebijakan dan prosedur untuk retensi dokumentasi penugasan.
Biasanya periode retensi penugasan audit kurang dari lima tahun sejak tanggal laporan auditan
atau tanggal laporan auditan kelompok perusahaan, sedangkan pada SPAP bahwa periode retensi
paling sedikit tujuh tahun. SPM 1 paragraf 47 dan ISA 230 paragraf A23 menuntut KAP untuk
menetapkan suatu kebijakan dan prosedur yang mengatur masa penyimpanan dokumen
penugasan atau perikatan. Batas waktu penyimpanan pada umumnya tidak boleh dari lima tahun
sejak tanggal yang lebih akhir dari laporan auditor atas laporan keuangan entitas atau laporan
auditor atas laporan keuangan konsolidasian entitas dan perusahaan anak. Paragraf 17 ISA 230
mensyaratkan bahwa setelah tanggal penyelesaian dokumentasi auditor tidak boleh
memusnahkan dokumentasi audit sebelum akhir dari periode retensi yang bersangkutan.

5. Melibatkan peran Those Charge With Governance (TCWG)

ISA menekankan berbagai kewajiban entitas dan manajemen. Namun, pada perkembangannya
dibutuhkan orang atau lembaga dengan wewenang yang cukup dalam mengawasi entitas. Mereka
inilah yang disebut dengan TCWG. Konsekuensinya jika orang atau lembaga TCWG eksis
dalam entitas tersebut, maka auditor wajib berkomunikasi dengan mereka. Dalam penggunaan
auditor pengganti atau auditor lain, ISA tidak mengijinkan auditor utama menggunakan referensi
hasil audit daripada auditor lain. Sedangkan SPAP membolehkan auditornya mempunyai opsi
untuk menerbitkan laporan audit yang dikatakan sebagai “division of responsibility”. Dengan
kata lain merujuk kepada laporan dan kertas kerja auditor lain atau sebelumnya dalam laporan
auditor yang diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai