Anda di halaman 1dari 3

Perbedaan SPAS dan ISA

1. Dokumentasi prosedur audit.

Secara konseptual bahwa dokumentasi prosedur audit antara SPAP dengan ISA atau
Standar Audit berbeda. Pada ISA atau SA lebih menekankan kepada kearifan profesional
(professional judgement). Secara spesifik pada ISA 230 paragraf 14 mensyaratkan auditor
untuk menyusun dokumentasi audit didalam suatu berkas audit dan melengkapi proses
administratif penyusunan berka audit final tepat waktu setelah tanggal laporan auditor, dan
penerapan yang terkait serta penjelasan materialitas yang mengindikasikan bahwa batas
waktu penyelesaian penyusunan berkas audit final biasanya tidak lebih dari 60 hari setelah
tanggal laporan auditor. Paragraf 15 pada ISA 230 juga mensyaratkan setelah penyusunan
audit final telah selesai, maka auditor tidak boleh memusnahkan dokumentasi audit sebelum
periode retensi berakhir. Periode retensi daripada kertas kerja juga berbeda pada SPAP versus
ISA.

Pada ISA 230 mengenai dokumentasi audit dinyatakan bahwa bagi kantor akuntan
publik harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk retensi dokumentasi penugasan.
Biasanya periode retensi penugasan audit kurang dari lima tahun sejak tanggal laporan
auditan atau tanggal laporan auditan kelompok perusahaan, sedangkan pada SPAP bahwa
periode retensi paling sedikit tujuh tahun. Menurut SPM 1 paragraf 47 dan ISA 230 paragraf
A23 menuntut KAP untuk menetapkan suatu kebijakan dan prosedur yang mengatur masa
penyimpanan dokumen penugasan atau perikatan. Batas waktu penyimpanan pada umumnya
tidak boleh dari lima tahun sejak tanggal yang lebih akhir dari laporan auditor atas laporan
keuangan entitas atau laporan auditor atas laporan keuangan konsolidasian entitas dan
perusahaan anak. Paragraf 17 ISA 230 mensyaratkan bahwa setelah tanggal penyelesaian
dokumentasi. Auditor tidak boleh memusnahkan dokumentasi audit sebelum akhir dari
periode retensi yang bersangkutan.

2. Pertimbangan kelangsungan usaha (going-concern).

Ketika mempertimbangkan apakah suatu entitas berkemampuan untuk melanjutkan


kelangsungan usahanya dimasa depan, ISA tidak membatasi paling sedikit 12 bulan,
sedangkan SPAP membatasi hingga 12 bulan setelah akhir periode pelaporan. Pada ISA 570
mengasumsikan bahwa manajemen mempunyai tanggung jawab untuk menilai kemampuan
entitas untuk melangsungkan usahanya sebagai “goimng concern” tanpa mempertimbangkan
apakah kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan oleh manajemen atau tidak. Salah satu

1
dari tujuan ISA 570 yaitu untuk memperoleh bukti audit yang memadai terkait dengan
penggunaan asumsi “going concern” oleh manajemen. Pada SPAP juga mensyaratkan bahwa
auditor harus mengevaluasi apakah ada keraguan yang substansial mengenai kelangsungan
usaha entitas untuk periode waktu yang memadai. Dengan demikian, ISA 570 menetapkan

pertimbangan asumsi kelangsungan usaha seluruh penugasan atau perikatan.

3. Penilaian dan pelaporan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

Menurut ISA bahwa penilaian dan pelaporan pengendalian internal tidak ada
kaitannya dengan efektifitas pengendalian internal klien yang diaudit akan tetapi lebih
menekankan kepada relevansinya dimana hal tersebut terlihat pada laporan
auditornya...........In making those risk assessment, auditor considers internal control relevant
to the entity’s preparation dan fair prsentation of the financial statements in order to design
audit procedures, that are appropriate in the circumstances , but not for the purpose of
expressing an opinion on the effectiveness of the entity’s internal control”..... sedangkan
SPAP mengkaitkan penilaian dan pelaporan pengendalian internal dengan efektifitasnya.
Menurut ISA juga mensyaratkan auditor harus menguji pengendalian internal entitas yang
diauditnya guna memastikan bahwa sistem yang diterapkan adalah mencukupi dan berfungsi
sebagaimana yang ditetapkan.

4. Penilaian dan respons terhadap risiko terhadap risiko yang dinilai.

ISA mensyaratkan prosedur penilaian risiko tertentu agar diperoleh suatu pemahaman
yang lebih luas mengenai suatu entitas dan lingkungannya, tentunya dengan tujuan untuk
mengidentifikasi risiko salah saji material. Lebih lanjut ISA mensyaratkan auditor harus
memperoleh suatu pemahaman risiko bisnis entitas misalnya risiko operasi dan risiko
strategis. Auditor mengikuti ISA harus juga menetapkan bagaimana kliennya merespons
terhdap risiko semacam sebagaimana auditor merencanakan dan melakukan audit. Lebih
lanjut, auditor diharuskan mengajukan pertanyaan kepada auditor internal entitas yang
diauditnya, dengan

tujuan memperoleh pemahaman suatu pemahaman yang lebih baik atas keahlian entitas
dalam menilai risiko. Auditor juga harus memperoleh seluruh informasi yang terkait dengan
risiko sama halnya dengan respons klien dalam menilai risiko salah saji material, termasuk
pemahaman atas pengendalian internalnya, sedangkan SPAP tidak sekomprehensif ISA.

2
5. Penggunaan auditor lain untuk bagian suatu audit.

Dalam penggunaan auditor pengganti atau auditor lain, ISA tidak mengijinkan auditor
utama menggunakan referensi hasil audit daripada auditor lain. Sedangkan SPAP
membolehkan auditornya mempunyai opsi untuk menerbitkan laporan audit yang dikatakan
sebagai “division of responsibility”. Dengan kata lain merujuk kepada laporan dan kertas
kerja auditor lain atau sebelumnya dalam laporan auditor yang diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai