Anda di halaman 1dari 18

KARAKTERISTIK ORANG DEWASA AKHIR

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Karakteristik dan Kompetensi Orang
Dewasa yang diampu oleh:

Dr. Anne Hafina Adiwinata, M.Pd.

Dra. S.A. Lily Nurillah, M.Pd.

Disusun Oleh :

Rachmawati (2108513)

Yasmin Sekar Khalisha (2102484)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Karakteristik
Dewasa Akhir” ini dengan baik. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Ibu Dr. Anne Hafina Adiwinata, M.Pd. dan Ibu Dra. S.A. Lily Nurillah,
M.Pd. pada mata kuliah Karakteristik dan Kompetensi Orang Dewasa. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan menyangkut mata kuliah Karakteristik dan
Kompetensi Orang Dewasa mengenai Karakteristik Dewasa Akhir bagi para pembaca
maupun juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Anne Hafina Adiwinata, M.Pd. dan
Ibu Dra. S.A. Lily Nurillah, M.Pd. selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Karakteristik
dan Kompetensi Orang Dewasa yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna meningkatkan dan
memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain di waktu mendatang.

Bandung, 26 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Pengertian Dewasa Akhir.............................................................................................................6
B. Karakteristik Kepribadian Dewasa Akhir......................................................................................6
C. Karakteristik Perubahan Fisik Dewasa Akhir................................................................................8
D. Karakteristik Psikis Dewasa Akhir.............................................................................................11
E. Karakteristik Sosial Orang Dewasa.............................................................................................12
F. Karakteristik Keagamaan Orang Dewasa...................................................................................13
BAB III...............................................................................................................................................15
KESIMPULAN..................................................................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................................................15
B. Saran...........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa dewasa akhir merupakan periode di mana individu telah mencapai kematangan
dalam ukuran dan fungsi, tetapi disisi lain menunjukkan kemunduran sejalan dengan
waktu (Santrock, 2003). Ada beberapa pendapat mengenai usia dewasa akhir, ada yang
menetapkan 60 tahun, 65 tahun, dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan
65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua. Pada masa dewasa akhir (lansia),
banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi. Seiring dengan pertumbuhan individu, usia mereka pun bertambah. Dari anak-
anak, remaja awal, remaja akhir, dewasa awal, dewasa madya, hingga dewasa akhir.
Perubahan ini diikuti dengan perubahan lainnya, seperti perubahan fisik dan perubahan
intelektual.
Perubahan Fisik yang semakin menua akan sangat berpengaruh terhadap peran dan
hubungan individu dengan lingkunganya. Semakin lanjut usia seseorang, secara
berangsur-angsur ia mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai
keterbatasan yang dimiliki. Keadaan ini bersifat menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitasnya, sehingga hal ini secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam
berbagai hal (Hurlock, 1999). Misalnya, kehilangan peran di lingkungan masyarakat,
hambatan kontak, fisik, dan berkurangnya komitmen. Pada umumnya orang percaya
bahwa proses belajar, memori, dan intelegensi mengalami kemerosotan bersamaan dengan
terus bertambahnya usia. Kecepatan dalam memproses informasi mengalami penurunan
pada masa dewasa akhir. Selain itu, individu yang berada pada masa dewasa akhir kurang
mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya.
Kecepatan memproses informasi secara perlahan akan mengalami penurunan pada masa
dewasa akhir.
Perkembangan individu merupakan perubahan yang secara dinamis dimulai dari
konsepsi atau pembuahan dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia yang
terjadi akibat dari kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1980). Setiap perkembangan
memiliki karakteristik yang beragam, sehingga hal tersebut yang dijadikan rujukan dalam
bidang Bimbingan dan Konseling untuk memberikan pelayanan bagi setiap individu. Jika
usia tua (dewasa akhir) adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu
periode di mana individu telah beranjak jauh dari periode sebelumnya atau beranjak dari
waktu yang penuh dengan manfaat.

Pada usia 60 biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia
lanjut. Namun, orang-orang sering menyadari bahwa usia kronologis merupakan kriteria
yang kurang baik dalam menandai permulaan usia lanjut karena terdapat perbedaan
tertentu di antara individu-individu ketika memulai usia lanjut. Tahap terakhir dalam
rentang kehidupan sering dibagi menjadi dua, yakni (1) usia lanjut dini, yang berkisar
antara usia 60-70 tahun dan (2) usia lanjut, yang dimulai pada usia 70 tahun hingga akhir
kehidupan seseorang. Individu dalam rentang usia 60 tahun biasanya dikelompokkan
sebagai usia tua, yang berarti sedikit lebih tua atau setelah usia madya. Sementara itu, usia
lanjut adalah individu yang telah mencapai usia 70 tahun, yang menurut standar beberapa
kamus berarti semakin lanjut usia seseorang dalam periode hidupnya dan telah kehilangan
kejayaan masa mudanya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari orang dewasa secara luas?
2. Bagaimana karakteristik kepribadian dewasa akhir?
3. Bagaimana ciri-ciri perubahan fisik dewasa akhir?
4. Bagaimana karakteristik psikologis dewasa akhir?
5. Bagaimana karakteristik sosial orang dewasa?
6. Bagaimana karakteristik keagamaan orang dewasa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi orang dewasa secara luas.
2. Untuk mengetahui karakteristik kepribadian dewasa akhir.
3. Untuk mengetahui karakteristik perubahan fisik dewasa akhir.
4. Untuk mengetahui karakteristik psikologis dewasa akhir.
5. Untuk mengetahui karakteristik sosial orang dewasa akhir.
6. Untuk mengetahui karakteristik keagamaan orang dewasa akhir.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dewasa Akhir

Masa dewasa akhir disebut juga dengan masa usia lanjut. Disebut dewasa akhir
karena merupakan periode penutup atau akhir dalam rentang hidup manusia. Di mana masa
ini bisa dikatakan masa yang beranjak jauh dari kehidupan atau masa sebelumnya. Masa
dewasa akhir dimulai sejak usia 65 tahun, hingga wafat (ditandai dengan adanya perubahan
psikologis dan fisik yang semakin menurun). Secara kronologis, usia lanjut dinyatakan
sebagai individu yang telah berumur 60 atau 65 tahun ke atas (Kalish, 1975; Bischof, 1976;
Hurlock, 1980; Dixon & Bouma, 1976).

Dalam pandangan psikologi, masa tua atau lansia memiliki umur sekitar 60 sampai
wafat, di mana pada usia ini terjadi penurunan kekuatan fisik dan penurunan daya ingat
seseorang. Ciri utama dari dewasa akhir yang sering terlihat adalah penurunan fisik dan
psikologis, serta penurunan intelektual yang dapat dilihat dari lambatnya gerak motorik.
Menurut Erikson (1989), tahap dewasa akhir memasuki tahap integrity vs despair, yakni
kemampuan perkembangan usia lanjut dalam menangani krisis psikososialnya. banyak
stereotip negatif dan positif yang dapat mempengaruhi kepribadian usia lanjut. Integritas ego
penting dalam menghadapi kehidupan dengan puas dan bahagia. Hal ini berdampak pada
hubungan.sosial dan produktivitasnya yang puas. Lawannya adalah despair yaitu rasa takut
mati dan hidup terlalu singkat, serta rasa kekecewaan. Akibat perubahan Fisik yang semakin
menua, maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya
dengan lingkunganya (Triandis dkk, 1990).

B. Karakteristik Kepribadian Dewasa Akhir

Menurut Bischof (1976) kepribadian orang pada dewasa akhir akan terlihat oleh
tingkah laku mereka seperti berhati-hati, bijaksana, ramah atau pemarah, kaku atau rigid
hingga pelupa. Ada dua hal yang mempengaruhi kepribadian, yaitu tipe kepribadian dan
konsep diri (Lunandi, 1993).

1. Tipe Kepribadian
Di bawah ini dikemukakan 3 tipe kepribadian lansia, serta perbedaan aktivitas yang
mereka tampilkan dan kepuasan hidup yang dirasakan karena perbedaan kepribadian
tersebut.
1. Lansia yang berkepribadian terintegrasi ditandai oleh penerimaan diri secara
dinamis, ego yang kompeten, fleksibel, kematangan sosial, ramah, dan hangat.
Mereka melakukan aktivitas sosial yang tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari
kegiatannya dalam organisasi, penampilan yang energik, aktif, dan bekerja
dalam suatu lembaga sosial. Dalam bergaul, mereka menunjukkan tingkah
laku ceria, ramah, dan hangat, serta mencurahkan perhatian pada kegiatan
sosial dan berbagai kegiatan positif lainnya. Mereka tidak menuntut
penghargaan yang tinggi dari lingkungan, berwibawa, tenang, dan memiliki
kepuasan yang tinggi terhadap dirinya sendiri.
2. Lansia yang berkepribadian disintegrasi melakukan pertahanan diri dalam
menghadapi kecemasan dalam kehidupannya, menunjukkan tingkah laku
pasif, senang bermalas-malasan seperti duduk di kursi goyang, dan tidak puas
terhadap hidup dirinya sendiri.
3. Lansia yang tergantung atau selalu mencari sokongan dari orang lain. Mereka
menampilkan tingkah laku sosial yang tidak tertata, seperti kurang kontrol
emosi, berpikir negatif terhadap orang lain (curiga dan berprasangka), apatis,
dan tidak puas dengan kehidupannya sendiri, serta menuntut orang lain untuk
memuaskan keinginannya.

2. Konsep Diri Lansia


Konsep diri setiap individu mengalami perubahan secara terus menerus karena
dipengaruhi oleh sikap sosial lingkungannya yang menimbulkan persepsi orang
tersebut terhadap dirinya. Jika sikap orang disekitarnya positif, maka konsep orang itu
akan cenderung positif, begitupun sebaliknya. Penelitian yang dilakukan oleh
Guttman (1964) di 5 suku yaitu Kansas City, Lonlan Maya, Highland Maya, Navajos,
dan Galilean Gruze menunjukkan bahwa konsep diri individu berubah dari aktif -
produktif (masa muda), menjadi pasif - produktif (lansia). Para ahli menyatakan
bahwa orang lanjut usia memiliki konsep diri yang tetap. Hasil penelitian ini
bergantung pada sikap sosial orang-orang disekitar terhadap orang lansia. Trimaks
dan Nicolay (dalam Baumrind, 1971) menyatakan jika konsep diri orang tua
cenderung tetap atau stabil hingga tua (tidak terjadi perubahan yang dramatis pada
masa tua seseorang). Individu yang memiliki konsep diri positif pada masa mudanya,
maka di masa tua pun akan cenderung memiliki konsep diri yang positif, begitu pula
sebaliknya. Kutner (1970) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa sosio-ekonomi
para lanjut usia mempengaruhi konsep dirinya. Lansia yang mempunyai sosio-
ekonomi tinggi cenderung memiliki konsep diri positif, sedangkan lansia yang
mempunyai status sosio-ekonomi rendah cenderung memiliki konsep diri yang
rendah. Menurut Palmer (dalam Prayitno, 2006), perempuan memiliki konsep diri
lebih positif dibandingkan dengan laki-laki, karena perempuan merasa tetap berguna
dan dibutuhkan oleh anak-anak, serta mendapatkan perhatian lebih banyak dari
cucunya. Sementara itu pada usia lansia, laki-laki merasa tidak berguna lagi setelah
pensiun dari kariernya, serta merasa tidak berguna lagi bagi anak-anaknya.

C. Karakteristik Perubahan Fisik Dewasa Akhir

Banyak perubahan fungsi organ yang semakin menurun dalam masa dewasa akhir,
seperti menurunnya beberapa sistem saraf dan kemampuan berpikir otak (Rismathul, Ayunda
& Arman, 2017). Hal ini dijelaskan sebagai berikut.

1. Perubahan fisik bukan lagi merupakan pertumbuhan, tetapi pergantian atau perbaikan
sel-sel tubuh. Perubahan pergantian sel-sel dan waktu yang diperlukan untuk
penyembuhan dari sakit adalah karena menurunnya mitosis pada lansia (Dixon &
Bouma, 1976). Penurunan mitosis menyebabkan kecepatan jumlah sel yang rusak
tidak seimbang dengan jumlah sel yang baru. Keadaan ini menyebabkan tubuh lebih
banyak kehilangan sel, daripada jumlah sel yang baru sebagai pengganti. Dengan
demikian, lebih banyak fungsi-fungsi tubuh yang terganggu secara dramatis. Khusus
organ otak, sel-selnya tidak pernah diganti sepanjang hidup manusia. Diperkirakan
orang-orang yang berusia antara umur 65-70 tahun akan kehilangan 20% dari
keseluruhan sel-sel saraf yang dimilikinya sewaktu lahir.
2. Terjadi penurunan reproduksi sel-sel. Oleh karena peristiwa penurunan reproduksi
sel-sel tersebut terjadi banyak kegagalan pergantian sel-sel yang rusak sehingga
apabila lansia sakit proses penyembuhannya dapat berlangsung lama. Kehilangan sel-
sel tubuh menyebabkan penurunan kekuatan dan efisiensi fungsi tubuh, dan
kemampuan indra perasa pada penurunan zat kolagen yang berfungsi untuk menjaga
elastisitas jaringan otot. Garam kalsium di selatar jaringan juga menurun terus-
menerus yang menyebabkan gerakan otot makin terbatas. Begitu juga dengan
penumpukan garam kalsium di dinding pembuluh darah yang mempengaruhi
kontraksi dan pengembangannya, sehingga pembuluh darah menjadi kaku. Organ
tubuh bagian mata juga menurun fungsinya, karena berkurangnya koordinasi dan
efisiensi fungsi sistem cardiovascular. Lansia juga sulit mengatur fokus matanya,
dalam berbicara juga terjadi kelambatan, dan kekurangjelasan. Perubahan fisik
lainnya adalah menurunnya cairan dalam sel-sel tubuh. Proses penurunan cairan ini
berlangsung secara berangsur-angsur, terutama pada masa lansia. Proses kekurangan
cairan terjadi lebih cepat pada wanita dibandingkan dengan pria. Kekurangan cairan
menyebabkan kulit berkerut dan otot yang kurang lentur atau kaku. Pada masa lansia
juga terjadi kekurangan lemak yang menyebabkan kulit berkerut dan otot-otot
menjadi kaku. Karena penurunan fungsi organ-organ tubuh yang mengatur sistem
pencernaan maka diet merupakan suatu yang perlu disesuaikan pada masa lansia.
Kecenderungan yang terjadi pada lansia adalah makin berkurangnya selera/nafsu
makan. Kekurangan selera makan dapat diperparah oleh emosi marah, sedih, dan
perasaan kesepian yang berlebihan. Gemar meminum minuman beralkohol juga
menyebabkan berkurangnya selera makan, dan merusak sistem organ tubuh. Kurang
selera makan dalam waktu yang lama menyebabkan tubuh kekurangan zat-zat
makanan, misalnya kekurangan vitamin. Kekurangan vitamin B menyebabkan lansia
menderita neuritis (peradangan saraf). Perubahan fisik juga berkaitan dengan
kemampuan organ tubuh dalam pengolahan makanan, misalnya karena gigi yang
tidak cukup lagi, maka lansia sulit mengunyah makanan hingga hancur Kerja sistem
pencernaan dan pengeluaran asam lambung melemah sehingga efisiensi pencernaan di
lambung berkurang (Bogert dkk, 1966). Bogert selanjutnya mengemukakan bahwa
berkurangnya efisiensi fungsi hati, ginjal, dan berbagai kelenjar menyebabkan
menurunnya pemanfaatan makanan dan mengalami kesulitan dalam buang air atau
buang air tidak lancar. Lansia dianjurkan memakan makanan yang berprotein tinggi,
seperti makanan yang kaya mineral dan vitamin. Lansia sebaiknya menghindari
makanan berserat. Gigi yang tidak lengkap atau gigi palsu yang kurang pas
menyulitkan lansia untuk mengunyah makanan yang berserat. Makanan berserat dapat
menyebabkan berkurangnya kekuatan untuk bergerak dan buang air tidak lancar.
Marie (1980) mengemukakan bahwa orang lansia hendaknya mengonsumsi (1)
sayur-sayuran dan buah-buahan yang beragam, (2) lalapan sesering mungkin, (3)
Mengonsumsi makanan dengan pengolahan yang baik, seperti tidak menguliti
mentimun, kentang, dan wortel, tetapi cukup dengan mengikis atau mencuci saja, dan
(4) Makanan yang berbentuk bubur.
3. Perubahan dorongan hubungan seks. Setiap orang butuh dicintai dan dihargai
meskipun sudah tua. Penelitian yang dilakukan oleh Master dan Johnson (1968)
membenarkan bahwa secara psikologis tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa
orang yang sudah tua tidak dapat lagi menikmati hubungan seks dengan pasangannya,
bahkan.wanita mengalami pembaharuan minat dan kesenangan terhadap hubungan
seks (Dixon & Bouma, 1976). Pada wanita menopause memang terjadi perubahan
hormon, tetapi hal itu tidak menghalangi mereka untuk menikmati hubungan seks.
Menurut Butler dan Lewis (Dixon & Bouma, 1983) pria yang berada dalam periode
klimakterium (berkurangnya aktivitas seksual pada pria) biasanya membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk mencapai ereksi dan lebih lama jarak waktu periode
refractory (waktu antara satu ejakulasi dengan ejakulasi berikutnya). Namun, bukan
berarti mereka adalah impoten. Para ahli percaya bahwa terpeliharanya ekspresi
seksual itu tergantung pada kesehatan fisik dan mental lansia. Jika seorang lansia
sehat secara fisik dan mental, maka penampilan seksual dapat diperpanjang hingga
usia 80 tahun (Master & Johnson, 1989).  
4. Daya Ingat (memori). Penurunan kemampuan mengingat pada lansia semakin lama
akan semakin menurun, serta kecepatan dalam mengingat suatu kejadian sangat
lambat. Hal demikian setara dengan penyakit tua yang disebut “Pikun”. Untuk
mencegah terlalu banyak fungsi memori yang melemah, bisa dilakukan dengan
melatih memori dengan memperbanyak membaca, berdzikir, dan mendengar cerita
dari berbagai macam media, atau seorang pendamping.
5. Indera penglihatan (mata). Penurunan penglihatan akan semakin dirasakan pada masa
lansia, bahkan pada masa sebelum lansia atau masa dewasa tidak sedikit dari
seseorang mengalami rabun jauh maupun rabun dekat. Pada umumnya, i masa ini
lansia akan menderita presbiopi atau tidak bisa melihat objek dalam jarak jauh.
6. Indera pendengaran (telinga). Di masa dewasa akhir ini seseorang akan kehilangan
kemampuan mendengar suatu ucapan atau bunyi dengan jelas, karena di masa ini
mengalami penurunan pertumbuhan saraf dan organ basal. Penurunan tersebut
mengakibatkan matinya rumah siput yang terletak di dalam telinga.
7. Indera peraba. Berkurangnya kepekaan yang diperoleh oleh kulit pada masa lansia,
karena perubahan yang dialami seorang lansia. Kulit menjadi semakin kasar dan
mengkerut, sehingga seorang lansia sulit membedakan benda yang ia pegang.
8. Daerah bagian kepala. Berubahnya daerah pada bagian kepala, merupakan hal yang
wajar yang dialami seorang lansia, dan perubahan demikian merupakan perubahan
yang paling mudah untuk kita dapati atau kita lihat dengan mata telanjang, perubahan
daerah kepala yang terlihat seperti (a) Rambut yang mulai memutih, (b) Rambut
mulai menipis, (c) Pipi yang hilang atau bisa disebut dengan kempong, (d) Gigi mulai
tanggal satu persatu, sehingga akan menjadi ompong, (e) kerutan yang tak bisa
disembunyikan pada kulit wajah yang mengalami kekeringan, (f) dan banyak tumbuh
tahi lalat pada bagian kepala.
9. Daerah tubuh. Daerah pada tubuh seorang lansia akan nampak perubahannya, seperti
(a) Perubahan pada bahu yang dulunya tegak, akan berubah menjadi membungkuk,
(b) Tubuh yang dulunya gagah, akan berubah menjadi lemas dan tidak bisa
membawah beban yang berat, (c) Berat badan bertambah, karena adanya penumpukan
lemak pada bagian perut dan paha, dan (d) Perubahan kulit pada tubuh seorang lansia
sama halnya dengan kulit pada wajah yang mengalami kerutan dan kekeringan pada
kulit.
10. Daerah persendian. Persendian tangan dan kaki ini memiliki fungsi yang banyak
dalam mengatur seluruh rutinitas yang dijalaninya, karena tangan dan kaki merupakan
alat atau fungsi gerak dari anggota tubuh. menurunnya fungsi dari anggota gerak ini
akan berakibat melemahnya seorang lansia untuk melakukan banyak aktivitas dan
kaki menjadi berat untuk berjalan. Perubahan lain terjadi pada kuku tangan dan kuku
kaki pada seorang lansia, perubahan dari kedua kuku yang semakin menebal,
mengeras dan mengkapur.
11. Perubahan pada kesehatan. Usia sama dengan lansia ditandai dengan menurunnya
fungsi fisik secara umum dan memburuknya kesehatan seorang lansia. Masalah
kesehatan yang terjadi pada masa lansia diantaranya mudah lelah, telinga berdengung,
sakit pada otot, pusing biasa, sakit pada lambung, dan insomnia.

D. Karakteristik Psikis Dewasa Akhir

Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental


merupakan bagian dari proses penuaan organisme secara umum, hampir sebagian besar
penelitian menunjukkan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun,
kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga
berlaku pada seorang lansia. Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit,
kecemasan atau depresi. Tetapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat
dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya
adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih
keterampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya kepikunan.

E. Karakteristik Sosial Orang Dewasa

Perilaku sosial lansia dipengaruhi oleh tiga faktor, diantaranya pengalaman sosial
masa lalu, kepribadian, dan harapan kehidupan sosialnya saat dia menjadi lansia. Pengalaman
hidup sosial seseorang mempengaruhi perilaku sosialnya saat dia menjadi tua, karena
perilaku sosial dipelajari melalui proses sosialisasi. Proses sosialisasi merupakan sebuah
proses di mana seseorang mempelajari berbagai sikap, nilai, keyakinan, pengetahuan dan
keterampilan yang memungkinkan orang itu menjadi anggota masyarakat yang diharapkan
(Atchley, 1972). Atau dengan kata lain, proses sosialisasi adalah merupakan proses
mempelajari pola bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat.

Proses sosialisasi itu berlangsung sepanjang kehidupan manusia mulai dari masa bayi
sampai menjadi tua. Proses sosialisasi seseorang berubah sesuai dengan proses kehidupan
yang dilaluinya, mulai dari kehidupan dalam keluarga, masuk sekolah taman kanak-kanak,
terus sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, sekolah menengah umum, bahkan ke
perguruan tinggi, dan masuk ke dunia kerja, menikah, memiliki anak, dan berbagai organisasi
sosial. Semua pengalaman yang didapat dalam setiap situasi itu mempengaruhi tingkah laku
sosial seseorang sewaktu tua. Orang lansia yang mengalami dan merasakan kehidupan
sosialnya menyenangkan, memuaskan atau membahagiakan sepanjang proses kehidupan
sosialnya, cenderung menunjukkan tingkah laku sosial yang positif terhadap orang lain,
khususnya terhadap orang muda seperti anak anak, cucu-cucu, dan remaja. Mereka suka
memberikan bantuan dan bijaksana dalam menghadapi dan membimbing generasi muda
dalam berbagai bidang kehidupan (ekonomi, ilmu, dan moral). Hal itu dapat terjadi karena
orang lansia seperti ini mempunyai pandangan positif, dan suka menghargai orang lain,
bukan sebaliknya curiga, menuduh dan berpandangan yang negatif terhadap orang lain,
khususnya generasi muda (Prayitno, 2006).
Kematangan pribadi merupakan faktor penting yang mewarnai tingkah laku sosial
lansia. Blood (1962) mengemukakan bahwa lansia yang memiliki kepribadian matang dapat
dilihat dari tingkah laku sosial berikut:

a. Mencintai orang lain, khususnya yang lebih muda.


b. Empati tinggi dalam arti sensitif dan memperhatikan perasaan orang lain.
c. Bertanggung jawab dan ingin menjadikan orang lain sejahtera, terutama yang lebih
muda seperti remaja termasuk anak cucu nya.

Tingkah laku sosial lansia juga dipengaruhi oleh harapan mereka tentang kehidupan
sosial, ekonomi, dan fisik pada masa tua. Lansia mengharapkan agar anak-anak dan generasi
rouda menghor matinya, jika harapan itu tidak menjadi kenyataan akan menimbulkan sikap
sosial yang negatif pada lansia itu sendiri. Oleh karena itu mereka menampilkan sikap sosial
yang negatif pula. Demikian juga dalam bidang ekonomi dan kesehatan fisiknya, jika tidak
seperti yang diharapkannya, dapat menimbulkan tingkah laku sosial yang negatif terhadap
orang lain, khususnya terhadap generasi muda. Dalam diri lansia akan timbul perasaan iri hati
dan kecemburuan sosial terhadap generasi muda.
Dalam menjalankan peran sosialnya lansia hendaknya menyadari keterbatasan-
keterbatasannya, misalnya karena keterbatasan fisik, dan keuangan dapat berpengaruh pada
tingkah laku sosialnya dengan orang lain. Hal itu mengakibatkan hubungan sosial lansia
makin menyempit karena:

a. Terbatasnya kedekatan psikologis dengan orang lain, menyebabkan jumlah orang


dekatnya (sahabatnya) sangat terbatas.
b. Berubah hubungan interpersonal yaitu kurang mampu membina kedekatan psikologis
dengan orang lain.
c. Kesehatan fisik yang menurun menyebabkan lansia tidak dapat mengunjungi teman-
teman dan organisasi sosial yang diminatinya.

F. Karakteristik Keagamaan Orang Dewasa

Masa dewasa akhir memiliki ciri utama yaitu ‘pasrah’. Pada masa ini, minat dan
kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada hal-hal yang
sungguh-sungguh berarti. Kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia tua (Iswati, 2019).
Semakin lanjut usia seseorang, biasanya mereka menjadi semakin kurang tertarik terhadap
kehidupan akhirat dan lebih mementingkan tentang kematian itu sendiri serta kematian
dirinya. Pendapat semacam ini benar, khususnya bagi orang yang kondisi fisik mentalnya
yang semakin memburuk (Elizabeth, 1980, hlm. 402).

Jalaluddin (1997, hlm. 101) menyatakan karakteristik keberagamaan pada usia


dewasa akhir, diantaranya:

a. Kehidupan keagamaan pada manusia lanjut usia sudah mencapai tingkat pemanfaatan.
b. Meningkatnya kecenderungan menerima pendapat keagamaan.
c. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih
sungguh-sungguh.
d. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar
sesama manusia serta sifat- sifat luhur.
e. Timbul rasa takut pada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia
lanjutnya
f. Perasaan takut pada kematian berdampak pada peningkatan pembentukan sikap
keagamaan dan kepercayaan terhadap kehidupan abadi (akhirat).

Sikap keberagamaan pada orang dewasa dilandasi oleh pendalaman pengertian dan
perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan keagamaan pada
manusia dewasaa akhir sudah mencapai tingkat pemanfaatan. Perasaan takut pada kematian
berdampak pada peningkatan pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap
kehidupan abadi atau akhirat (Mulyadi, 2015).

Bagi orang dewasa akhir, beragama sudah menjadi sikap hidup dan bukan sekedar
ikut-ikutan oleh karena itu, kemampuan orang dewasa akhir mengenali atau memahami nilai
ajaran agama terletak pada nilai-nilai luhur yang hakiki sehingga menjadikan nilai-nilai
tersebut dalam bersikap dan bertingkah laku merupakan ciri dari kematangan beragama.
Dengan demikian kematangan beragama terlihat dari kemampuan seseorang untuk
memahami, menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari tidak hanya sebatas kehidupan dunia tetapi kehidupan yang lebih abadi
yaitu kehidupan ukhrawi (Mulyadi, 2015).
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Masa dewasa akhir merupakan periode di mana individu telah mencapai kematangan
dalam ukuran dan fungsi, tetapi disisi lain menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.
Perkembangan individu merupakan perubahan yang secara dinamis dimulai dari konsepsi
atau pembuahan dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia yang terjadi akibat
dari kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1980). Setiap perkembangan memiliki
karakteristik yang beragam, sehingga hal tersebut yang dijadikan rujukan dalam bidang
Bimbingan dan Konseling untuk memberikan pelayanan bagi setiap individu. Lansia (dewasa
akhir) adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu periode di mana
individu telah beranjak jauh dari periode sebelumnya atau beranjak dari waktu yang penuh
dengan manfaat.
Adapun karakteristik dari dewasa akhir, yaitu (1) karakteristik perubahan kepribadian
yang meliputi tipe kepribadian dan konsep diri; (2) karakteristik perubahan fisik yang
meliputi pergantian sel-sel dalam tubuh, penurunan reproduksi sel-sel, perubahan dorongan
hubungan seks, daya ingat yang semakin menurun, indera penglihatan dan pendengaran yang
menurun, kepekaan indera peraba yang menurun, serta perubahan pada kesehatan; (3)
karakteristik psikis; (4) karakteristik sosial; (5) serta karakteristik keagamaan.

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah dengan judul “Karakteristik Orang Dewasa Akhir” ini
semoga baik pembaca maupun penulis mampu mendapatkan wawasan baru, serta
memahaminya. Penulis berharap bahwa seluruh sajian materi yang tertuang dalam makalah
dapat membantu semua pihak dan berharap bahwa setiap materinya dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan
makalah. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah ini
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang dapat membangun dari
para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Atchey, R.C. (1972). The social forces in later life: An introduction to social gerontology.
Belmont. California: Brooks Publishing.

Baumrind, D. (1971). Current Pattern of Parental Authority. Developmental Psychology, 4(2),


101-109.

Bischof, L. J. (1976). Adult Psychology (edisi ke-2). New York: Harper & Row.

Blood, R.O. (1969). Marriage. New York: Macmillan.

Bogert, W. R. (1966). Perkembangan Fisik Dewasa, Psikologi Dewasa dan Lansia. Sidoarjo:
Nizamiyah Learning Center.
Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Dixon, A. D. & Bouma. (1976). Fundamentals of Craniofacial Growth. USA: Elsevier.

Erikson, E. (1989). Identitas dan Siklus Hidup Manusia. Jakarta: Gramedia.

Guttman, L. (1964). A Basic for Scaling Qualitative Data. American Sociological Review, 91,
139-150.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Jakarta: Gramedia.
Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (edisi ke-5). Jakarta: Erlangga.
Iswati. (2019). Karakteristik Ideal Sikap Religiusitas Pada Masa Dewasa. At-Tajdid : Jurnal
Pendidikan Dan Pemikiran Islam, 2(01), 58–71.
https://doi.org/10.24127/att.v2i01.859
Kalish, R. A. (1975). Value Similarities and Differences in Three Generations of Women.
Journal of Marriage & Family.
Kutner, M. H. (1970). A Randomized, Controlled Trial of a Group Intervention to
Reduce Fear of Falling and Associated Activity Restriction in Older Adults. Journal
of Gerontology: Psychological Sciences and Social Sciences, 53(6), 34.
Lunandi. (1993). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Gramedia.
Marie, L. (1980). The Complete Guide to Fertility and Family Planning. USA: Prometheus
Books.
Mulyadi. (2015). Perkembangan Jiwa Keberagamaan pada Orang Dewasa dan Lansia. Jurnal
Al-Taujih, 1(1), 44–55. https://doi.org/10.15548/atj.v1i1.922
Prayitno, E. (2006). Pikologi Orang Dewasa. Angkasa Raya.
Rismathul, K., Ayunda, M., & Arman. (2017). Periodesasi Perkembangan Dewasa Akhir.
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Santrock, J. W. (2003). Life Span Development (jilid ke- 2 edisi ke-5). Jakarta: Erlangga.
Triandis, H. C., Bontempo, R., Leung, K., & Hui, C. H. (1990). A Method of Determining
Cultural, Demographic, and Personal Construct. Journal of Cross-cultural
Psychology, 21, 302-318.

Anda mungkin juga menyukai