Anda di halaman 1dari 3

Sistem Pemeringkatan Audit

Sistem pemeringkatan dalam audit internal adalah cara menyatakan hasil atau outcome dari
suatu penugasan audit internal. Hasil penugasannya berupa observasi (temuan) dan rekomendasi, yang
mana hal ini akan berdampak pada manajemen mengenai kegiatan yang telah diaudit. Sistem
pemeringkatan hasil audit internal ini akan memeringkat temuan dan rekomendasi serta dampak dari
temuan dan rekomendasi tersebut terhadap penilaian oleh manajemen mengenai kegiatan yang telah
diaudit.
Perbandingan dengan sistem pemeringkatan opini audit eksternal, hasilnya lebih relatif
sederhana karena yang diperingkat hanyalah pendapat atau opini auditor eksternal terhadap opini.
Tidak semua hasil penugasan audit eksternal diperingkat, karena jika semua hasil atau outcome dari
penugasan-penugasan audit eksternal lainnya ikut di peringkat kerumitan dalam pemeringkatan juga
akan dihadapi salah satu contoh kerumitannya yaitu ratings.
Dari hasil pertemuan CAE (kepala audit internal) dalam roundtable discussion (ada di buku),
beberapa konsekuensi yang tidak dikehendaki dari ratings dalam laporan audit internal :
1. Ratings mendorong perpecahan antara audit internal dan operating manajemen.
Hal ini bisa dikatakan benar ketika ratings digunakan sebagai indikator negatif . Dalam organisasi jika
para manajer mendapat "unstatisfactory" rating harus menghadap kepada komite audit untuk
menjelaskan rencana-rencana perbaikan yang mana bisa berpengaruh pada penghasilan dan kedudukan
manajer.
2. Ratings menambah waktu untuk memproses laporan (meningkatkan waktu untuk menyelesaikan
suatu audit).
Salah satu faktor terbesar dalam tertundanya penyelesaian laporan audit adalah waktu yang diperlukan
untuk memberikan tanggapan atau persetujuan terhadap draft laporan.
3. Ratings dapat mengurangi pentingnya temuan audit.
Jika rating hanya dikenakan pada laporan akhir dan tidak pada masing-masing temuan pembaca
mungkin akan melewatkan hasil-hasil penting dalam laporan audit karena tergesa-gesa dan fokus
membaca rating sehingga dapat mengurangi kemampuan membaca dan melihat hal-hal yang lebih
penting.
4. Manajemen akan kurang terbuka terhadap tim audit untuk mengungkapkan kelemahan-kelemahan
pengendalian.
Jika konsekuensi untuk menyampaikan kelemahan-kelemahan kepada tim audit internal akan
berpotensi kehilangan insentif penghasilan banyak manajer yang tidak menyampaikan kelemahan-
kelemahan dan hal ini akan menghambat proses audit dan mengurangi nilai tambah (value added) yang
diberikan oleh audit internal.
Kesimpulannya, menyampaikan ratings laporan audit lebih banyak kerugian daripada manfaatnya
namun perlu diingat bahwa para pemangku kepentingan itu sangat bergantung pada peran audit
internal dan juga sering memperoleh manfaat dari adanya rating. Oleh karena itu sebelum mengambil
kesimpulan dan keputusan jangan terburu-buru lakukan diskusi yang mendalam antara eksekutif
manajemen dan komite audit.
Jika auditor internal ingin menggunakan ratings dalam laporan audit internal ada hal penting
yang harus diingat untuk mengurangi atau menghilangkan tantangan yang ada, yaitu :
1. Tentukan rating (adjectival atau numeric) yang dapat dipahami dengan baik dan mencerminkan
secara akurat hasil audit.
2. Komunikasikan rating scheme (aturan main) sejak awal.
3.Tentukan kriteria yang objektif dengan jelas untuk memeringkat temuan atau laporan lalu
koordinasikan dengan manajemen sebelumnya dan pertahankan hal ini.
4. Berikan manajemen peluang untuk menanggapi draft dari "ratings" dan masukan tanggapan-
tanggapan yang ada dalam laporan final.
5. Hindari penggunaan rating sebagai hukuman terhadap manajemen atau para pejabat pelaksana.
Contoh Pemeringkatan audit internal

Memantau dan Menindaklanjuti


Tugas audit internal tidak berakhir dengan penyerahan laporan akhir dalam pertemuan-
pertemuan dengan Audit internal, manajemen yang menjadi pelaksana membuat komitmen untuk :
a. Mengambil tindakan perbaikan
b. Mengimplementasikan rekomendasi² auditor internal
c. Mengambil tanggung jawab atas Resiko yang mungkin terjadi karena tidak melakukan kedua hal
tersebut (a&b).
Rencana-rencana mengenai a dan b dikenal sebagai manajemen action plans. Dalam praktiknya
ada banyak prioritas yang saling bertabrakan, menyita waktu dan perhatian manajemen, adanya
keterbatasan anggaran, dan faktor lainnya yang menghalangi para manajer melaksanakan tindakan yang
telah disepakati untuk memitigasi risiko yang sudah dirancang. Manajemen action Plans yang tidak
dilaksanakan berpotensi mengganggu kelangsungan hidup perusahaan jika risiko yang semula hanya
potensi ancaman akan menjadi kenyataan. Maka dari itu Institute of internal auditors menetapkan
standar untuk proses tindak lanjut audit.

Anda mungkin juga menyukai