Anda di halaman 1dari 130

0

PENGANTAR
AKUNTANSI
PEMERINTAHA
N( PENDEKATA
N APBN )

Oleh :
I Nyoman Sugiarta.

nyoman
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Topik : 1
PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK
AKUNTANSI PEMERINTAHAN
1. Pendahuluan :

Perkembangan akuntansi sector publik/pemerintahan dewasa ini di tanah air


mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ini disebebakan oleh semakin majunya
perkembangan informasi keuangan yang diharapkan dapat memuaskan unsur masyarakat.
Bagaimana kita dapat mengakomodasikan kepentingan masyarakat luas secara memadai,
tentu memerlukan adanya media yang tepat untuk mengaktualisasikanya dalam berbagai
bentuk. Akuntansi sector publik/pemerintahan merupakan milik publik diharapkan dapat
memberikan pengayoman yang memadai terhadap kinerja dari pemerintah/lembaga yang
ada.
Kalau kita perhatikan secara seksama dimana karakteristik akuntansi sector
publik/pemerintahan lebih banyak mengandung muatan/misi social ( publik service )
kalau kita bandingkan dengan akuntansi swasta/perusahaan. Dimana kalau akuntansi
swasta/privat sifatnya lebih tertutup, dan mempunyai misi profit motif yang kuat untuk
menjamin kelangsunganya. Sedangkan akuntansi sector publik, lebih bersifat terbuka, dan
lebih bersifat non profit.
Keadaan ini tentu tidak membedakan pula dalam pertanggungjawbanya, dimana kalau
akuntansi sector publik lebih menekankan pada nilai manfaat yang optimal atas
kepentingan/kesejahteraan masyarakat luas, yang terkadang sulit untuk dikuantifikasikan
dalam angka/uang secara riilnya. Fenomena ini menuntut adanya tolak ukur yang baku
dalam mengkur kinerja atas segala aktivitas biaya yang telah dikeluarkan dalan takaran
yang standar dikaitkan dengan output yang diharapkan.
Disamping itu dengan semakin kritisnya/meleknya masyarakat akibat kemajuan
pengetahuan/nalar yang ada maka menuntut semakin transparan pertanggungjawaban
yang dilakukan. Disamping itu adanya pengakuan pendapatan secara periodical sesuai
dengan maching cost and benefit menuntut adanya pisah batas yang jelas dan tegas
periodisasi transaksi yang ada dalam hubunganya mengukur kinerja yang ada. Pisah batas
dalam mengukur pendapat ini memerlukan pos baru baik dalam bentuk utang maupun
piutang kepada pihak ke-tiga. Sejauh mana jumlahnya/besarnya dan dapat memberi

1|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

pengaruh lebih jauh pada pembiayaan maupun pada pendapatan, tentu memerlukan
adanya kecermatan dalam pencatatan yang lebih akurat.
Lembga pemerintah memang lebih terkesan sebagai lembaga politik daripada
lembaga ekonomi. Akan tetapi, sebagaimana bentuk-bentuk kelembagaan lainya, lembaga
pemerintah juga memiliki aspek sebagai lembaga ekonomi. Sebagai lembaga ekonomi,
maka pada satu sisi, lembaga pemerintahan melakukan berbagai bentuk pengeluaran guna
membiayai kegiatan-kegiatan yang dilakukanya. Untuk itu, maka pada sisi yang lain,
lembaga pemerintah harus melakukan berbagai upaya untuk memperoleh penghasilan
guna menutupi biaya-biaya tersebut.
Berdasarkan aktivitas ekonominya itu, maka tidak dapat dielakan bila lembaga
pemerintahan juga membutuhkan jasa akuntansi, baik untuk meningkatkan mutu
pengawasanya, maupun untuk menghasilkan informasi keuangan yang akan digunakanya
sebagai dasar dalam mengambil keputusan ekonomi. Sifat lembaga pemerintahan berbeda
dengan sifat perusahaan yang bertujuan mencari laba, maka sifat akuntansi pemerintahan
berbeda dari sifat akuntansi perusahaan. Karena itulah akuntansi pemerintahan kemudian
dikelompokan sebagai bidang akuntansi yang berdiri sendiri, terpisah dari akuntansi
perusahaan.

2. Pengertian Akuntansi.
Pengertian akuntansi dapat dijelaskan melalui dua pendekatan yaitu: dari segi
proses dan fungsinya. Kalau kita lihat dari segi prosesnya akuntansi adalah
merupakan ketrampilan dalam mencatat, menggolong-golongkan, dan meringkas
transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh suatu lembaga/entitas, serta diikuti
dengan melaporkan hasil-hasilnya dalam suatu laporan yang disebut dengan laporan
keuangan.
Dilihat dari segi fungsinya akuntansi menurut Ahmed Belkaou adalah
“suatu kegiatan jasa yang berfungsi menyajikan informasi kuantitatif terutama
yang bersifat keuangan dari suatu lembaga atau perusahaan yang diharapkan
dapat digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan ekonomi diantara
berbagai alternatif tindakan.”
Berdasarkan dari pengertian di atas dapat disimpulkan antara lain:
- Sebagai alat pengawasan kegiatan suatu lembaga/entitas.
- Dapat digunakan sebagai alat perencanaan.
- Dapat digunakan sebagai alat pengambil keputusan keuangan.

2|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

- Dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional suatu


entitas/lembaga.

Tujuan Akuntansi Sektor Publik


 Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien dan
ekonomis atas alokasi suatu sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi.(
Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen )
 Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan
pelaksanaan tanggungjawab secara tepat dan efektif program dan penggunaan
sumberdaya yang menjadi wewenangnya dan memungkinkan bagi pegawai
pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah dan
penggunaan dana publik. ( Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas.)

2.3. Bidang-Bidang Akuntansi


Berdasarkan atas ragam ukuran dan bentuk kelembagaan itu, maka bidang-
bidang akuntansi secara keseluruhan dapat dikelompokan ke dalam bidang utama
yaitu:

1. Akuntansi Perusahaan.
Akuntansi perusahaan atau sering disebut dengan akuntansi komersial,
adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan perusahaan-perusahaan yang
bertujuan mencari laba. Sesuai dengan sifat dan tujuan perusahaan maka
akuntansi perusahaan memiliki karakteristik tersendiri. Akuntansi perusahaan
jika diklasifikasikan lebih lanjut dapat dibedakan:
a. Akuntansi Keuangan.
Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi perusahaan yang
terutama bertujuan menghasilkan informasi keuangan/lap keu. bagi para
pemilik perusahaan.
b. Akuntansi Manajemen.
Akuntansi manajemen bertujuan untuk menghasilkan informasi
keuangan bagi para pengelola perusahaan. Karena jenis informasi
keuangan yang dibutuhkan oleh para pengelola perusahaan lebih banyak
ragamnya, maka bentuk laporan yang dihasilkan oleh akuntansi

3|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

manajemen sangat tergantung pada kebutuhan masing-masing pengelola


perusahaan.

2. Akuntansi Nasional.
Akuntansi nasional atau akuntansi social/makro adalah bidang akuntansi yang
khusus untuk diterapkan pada lembaga dalam artian makro. Akuntansi ini bertugas
melayani perekonomian nasional. Lima unsur pokok yang tercakup di dalamnya
yaitu:
a. Rekening Pendapatan dan produksi nasional.
b. Rekening antar industri.
c. Rekening arus dana.
d. Rekening Neraca Pembayaran.
e. Rekening Neraca Nasional.
f. Akuntansi Pemerintahan.
Adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan dan
lembaga-lembaga yang tidak bertujuan mencari laba. Walaupun lembaga
pemerintahan senantiasa berukuran besar namun sebagaimana perusahaan, ia masih
tergolong lembaga mikro.
Dalam Scema dapat digambarkan:

Gambar : 4
Scema Kedudukan Akuntansi Pemerintahan

Akuntansi
Mikro Perusahaan

Akuntansi
Pemerintahan
Akuntansi

Makro
Akuntasi
Nasional

4|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bentuk Akuntansi Pemerintahan

3.1. Sifat Lembaga Pemerintahan.


Sifat lembaga pemerintahan yang berbdeda dengan perusahaan adalah salah satu
faktor yang menyebabkan dibedakanya akuntansi pemerintahan dari akuntansi perusahaan.
Sifat khusus lembaga pemerintahan menurut Edward S Lyn adalah sebagai berikut :
a. Keinginan mengejar laba tidak inklusif di dalam usaha dan kegiatanya.
b. Tidak dimiliki secara pribadi akan tetapi secara kolektif oleh seluruh warga negara, yang
tidak dibuktikan dengan pemilikan saham yang dapat diperjualbelikan atau
diperdagangkan.
C. Sumbangan masyarakat terhadap pemerintah seperti pajak tidak ada hubunganya secara
langsung dengan jasa yang diterima masyarakat dari pemerintah.

Walaupun demikian dimana sifat lembaga pemerintahan berbeda dari sifat perusahaan
yang bertujuan mencari laba, namun tidak berarti bahwa kegiatan akuntansi pemerintahan
sama sekali berbeda dengan dengan kegiatan akuntansi perusahaan. Sebagaimana halnya
akuntansi perusahaan, kegiatan akuntansi pemerintahan juga menliputi proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penafsiran transaksi keuangan suatu lembaga
pemerintahan. Dengan demikian secara tidak langsung dimana berbagai prinsip akuntansi,
terminologi, dan bentuk laporan akuntansi perusahaan yang bertujuan mencari laba, ditemui
juga dalam akuntansi pemerintahan.

3.2.Sistem Pemerintahan Suatu Negara.


Sistem pemerintahan sangat besar pengaruhnya terhadap bentuk akuntansi pemerintahan
suatu negara. Sebagaimana telah disinggung, dimana bentuk akuntansi pemerintahan berbeda
dari suatu negara ke negara yang lain. Ini sangat erat kaitanya dengan sistem pemerintahan
masing-masing negara yang bersangkutan.
Sebagaimana contoh kita dapat bandingkan perbedaan akuntansi pemerintahan di
Indonesia dengan di Amerika Serikat. Sistem akuntansi pemerintahan di Amerika Serikat
yang bersifat federal, menyebabkan timbulnya sifat desentralisasi dalam sistem akuntansi
pemerintahan Amerika Serikat.

3.3. Mekanisme Pengurusan Keuangan dan Sistem Anggaran Negara.


Akuntansi pemerintahan pada dasarnya adalah akuntansi bersifat mikro yang berfungsi
mencatat dan melaporkan realisasi pelaksanaan anggaran negara. Sedangkan anggaran negara
adalah unsur dari keuangan negara, maka akuntansi pemerintahan sebenarnya adalah
penerapan akuntansi dalam pengelolaan keuangan negara.
Akibat eratnya hubungan antara akuntansi pemerintahan dengan pengelolaan keuangan
negara, khususnya dalam pelaksanaan anggaran negara, maka praktis penyelenggaraan
akuntansi pemerintahan tidak dapat dipisahkan dari mekanisme pengurusan keuangan dan
sistem anggaran suatu negara. Berbagai undang-undang dan ketentuan yang mengatur
mekanisme pengelolaan keuangan dan sistem anggaran suatu negara dengan sendirinya
mengikat pula sifatnya bagi penyelenggaraan akuntansi pemerintahan di negara itu.

5|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Karakteristik Akuntansi Pemerintahan dan Perusahaan.

3.1 Sifat dan Karakteristik Akuntansi Pemerintahan.


Akuntansi merupakan suatu aktivitas dan memiliki tujuan untuk mencapai hasil
tertentu yang mempunyai nilai manfaat. Akuntansi digunakan baik sector swasta maupun
sector publik dengan tujuan yang berbeda. Dalam beberapa hal akuntansi sector publik
berbeda dengan akuntansi pada sector swasta. Perbedaan sifat dak karakteristik akuntansi
tersebut disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi.
Organisasi sector publik bergerak dalam lingkungan yang sangat komplek, dimana
komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sector publik meliputi factor ekonomi,
politik, kultur, dan demografi. Kalau kita perhatikan secara seksama dari factor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut :

3.2 Sektor Publik dan Sektor Swasta.


Perbedaan sifat dan karakteristik sector publik dengan sector swasta dapat dilihat
dengan membandingkan beberapa hal yang tergambar dalam penjelasan di secara umum
mulai dari penetapan tujuan, sumber pendanaan, pertanggungjawaban yang akan dilakukan,
struktur organisasi, karakteristik anggaran sampai pada system akuntansi yang akan
digunakan secara umum/baku.

Tabel : 2
Perbedaan Akuntansi Sektor Publik dengan Suasta
No. PERBEDAAN SEKTOR PUBLIK SEKTOR SWASTA

Tujuan organisasi Non prifit motive Profit motive


2. Sumber pendanaan Pajak, restribusi, utang,
obligasi, laba BUMN,
penjualan asets negara
3. Pertanggungjawaban Kepada masyarakat/publik Kepada pemegang saham
dan parlemen/DPR dan kreditor
4. Stuktur organisasi Birokrasi, kaku, hierarkis Fleksibel, datar, pyramid,
lintas fungsional
5 Karakteristik anggaran Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik
6 Sistem Akuntansi Cash accounting Acruel acounting

6|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

3.3. Persamaan Sektor Publik dan Sektor Swasta.


Meskipun sector publik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan
sector swasta, akan tetapi dalam beberapa hal terdapat pula persamaan yang mengikat
sebagai landasan operasionalnya secara baku yang berupa, yaitu :
a. Kedua sector merupakan bagian itegral yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lainya dari system ekonomi di suatu negara dan keduanya
menggunakan sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi.
b. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan
sumber daya terbatas, sehingga baik sector publik maupun sector swasta
dituntut untuk menggunakan sumber daya ekonomis secara efisiensi dan
efektif secara baik/cermat.
c. Proses pengendalian manajemen termasuk manajemen keuangan, pada
dasarnya sama di kedua sector. Kedua sector sama-sama membutuhkan
inpormasi yang handal dan relevan untuk melaksanakan fungsi
majamenen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, dan
evaluasi / pertanggungjawabab.
d. Pada beberapa hal terkadang kedua sector menghasilkan produk yang
sama dalam operasionanlnya/kegiatanya misalnya: Baik bagi pemerintah
maupun swasta yang sama-sama bergerak dibidang transpotasi massa,
pendidikan, kesehatan, penyediaan energi, dan sebagainya sebagai publik
servise.
e. Kedua sector terikat pada peraturan perundangan dan ketentuan hokum
lain yang disyaratkan. Dari pemerintah berkuasa yang ada.
3.4. Tujuan Akuntansi Sektor Publik.
Menurut American Accounting Assosiation dalam Glyn sebagai standar
baku dalam pelaksanaan akuntansi sector publik( IPSAS = Internasional Publik
Sector Accounting Standar ) menyatakan bahwa tujuan akuntansi pada organisasi
sector publik adalah untuk :
a. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat,
efisien, dan ekonomis atas suatu operasi dan aplikasi sumber daya yang

7|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

dipercayakan kepada organisasi yang ada dalam lingkungan sector publik.


(tujuan manajemen ).
b. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk
melaporkan pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan secara tepat dan
efektif program dan pengunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya
dan memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada
publik atas hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana publik secara
pormal sesuai dengan mekanisme yang ada mengikat (tujuan
accountabilitas).
Secara umum akuntansi sector publik terkait dengan tiga hal pokok yang
menjadi pedoman dasar dalam kegiatanya/operasionalnya yang harus diperhatikan
yaitu :
a.Penyediaan informasi.
b.Pengendalian manajemen.
c.Akuntabilitas.
Akuntansi sector publik merupakan alat informasi baik bagi pemerintah
sebagai manajemen maupun alat informasi kepada publik. Bagi pemerintah inpormasi
akuntansi digunakan sebagai alat pengendalian manajemen mulai dari perencanaan
strategic, pembuatan program, penganggaran, evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja.
Kagiatan rutin yang mengikat seperti ini menjadi pegangan dasar dalam pelaksanaan
kegiatan secara menyeluruh.
Informasi akuntansi bermanfaat untuk pengambilan keputusan, terutama bagi
manajer dalam melakukan alokasi sumber daya. Informasi akuntansi dapat digunakan
untuk menentukan biaya suatu program, proyek, atau aktivitas serta kelayakanya baik
secara ekonomis maupun teknis. Dengan informasi akuntansi, dapat menentukan
biaya pelayanan yang diberikan kepada publik, menetapkan biaya standar, dan harga
yang akan dibebankan kepada publik atas suatu pelayanan.
Undang-Undang 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah sebagai dasar penyelenggaraan otonomi daerah.Misi
utama dari kedua UU tersebut adalah desentralisasi, tidak hanya berarti pelimpahan
wewenang dari pemerintahan pusat ke pemerintaha yang lebih rendah tetapi juga
pelimpahan beberapa wewenang pemerintahan ke pihak swasta dalam bentuk
privatisasi. Peran sector swasta juga mulai dilibatkan sebagai patner kerja pemerintah

8|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

yang saling menguntungkan. Selama ini peran swasta tidak mendapat posisi yang
cukup baik seperti terabaikan dalam kerjasama yang dibangun.
Secara teorities desentralisasi diharapkan akan menghasilkan dua manfaat nyata
yaitu berupa :
a. Mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreativitas masyarakat
dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-hasil
pembangunandi seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya dan
potensi yang tersedia dimasing-masing daerah. Adanya kesempatan bagi
daerah untuk mengembangkan potensi daerahnya masing-masing dalam
rangka meningkatkan kesejateraan. Peran aktif masyarakat dalam
memajukan daerahnya secara aktif menjadi hal yang pokok dalam otonomi
daerah.
b. Memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran
serta pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintah yang paling
rendah yang memiliki informasi yang paling lengkap. Pengambilan
keputusan ( decision making ) pada level/tingkat yang paling rendah
memberi peran serta secara aktif pada semua sector yang ada. Pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab dalam batas yang ada kepada bagian yang
lebih rendah/bawah akan memberikan kreasi kerja dalam koridor-koridor
yang lebih membangkitkan iklim kerja yang lebih harmonis. Batas
pelimpahan wewenang yang ada sangat berpulang kepada dasar
kemampuan masing-masing sector yang ada. Tentu keadaan kondusif
harus terus dibangun secara berkesinambungan agar kinerja terus
meningkat.

9|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

BAB: 2
AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN
KEUANGAN NEGARA.

A. PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA


Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajban negara yag dapat di nilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Menurut Undang-
Undang Nomor. 17 tahun 2003 mengenai Keuangan Negara mengatakan :
“ Seluruh kekayaan negara termasuk didalamnya segala bagian-bagian harta
kekayaan itu dan segala hak dan kewajiban yang timbul karenanya, baik kekayaan
yang berada dalam pengurusan para pejabat-pejabat atau lembaga-lembaga yang
termasuk pemerintahan, maupun berada dalam penguasaan dan pengurusan bank-
bank pemerintah, dengan status hukum publik atau perdata”
Pendekatan yang dipakai dalam merumuskan keuangan dapat ditinjau dari sisi objek,
subjek, proses, dan tujuan dijelaskan sebagai berikut. Pengertian keuangan dilihat diri
sudut pandang.
1) Objek : semua hak, kewajiban, negera yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kebijkan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan kekayaan
negara yang dipisahkan serta segala sesuatu baik yang berupa uang, maupun
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban tersebut.
2) Subjek : seluruh objek keuangan di atas yang dimiliki negara dan/ atau dikuasai
pemerintah, negara/daerah dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan
negara.
3) Proses : seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek
tersebut, di atas mulai dari pemurusan kebijakan dan pengambilan keputusan
sampai dengan pertanggungjawaban.

10 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

4) Tujuan : seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkatian


dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek dalam rangka.

B. PENGURUSAN KEUANGAN NEGARA.


Dari pengertian Keuangan Negara dimana pada prinsipnya mengandung hak dan
kewajiban negara yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Hak-Hak Negara
Hak-hak negara dalam hal ini adalah segala hak atau usaha yang dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka mengisi kas negara. Hak-hak itu antara lain meliputi :
a) Hak Mencetak Uang
Pelaksanaan hak ini, sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Pokok
Perbankan, diselanggarakan oleh Bank Indonesia, yang dalam hal ini
bertindak selaku Bank Sentral. Sedang proses pencetakan uangnya
dilaksanakan oleh Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia
(Perum Peruri).
b) Hak Mengadakan Pinjaman
Hak pemeritah untuk mengadakan pinjaman ini meliputi baik pinjaman dalam
negeri maupun pinjaman luar negeri. Pinjaman dalam negeri dalam hal ini
dapat dibedakan atas pinjaman jangka panjang dan pinjaman jangka pendek.
c) Hak Menarik Pajak
Penyelenggaraan negara tidak bisa dipisahkan dari penarika pajak. Sehubngan
dengan itu, pajak adalah sumber penerimaan negara yang paling penting
d) Hak Menarik Iuran dan Pungutan
Berbeda dengan pajak, yang tidak memiliki hubungan lagsung dengan barang
atau jasa yang diterima masyarakat dari pemerintah, hak pemerintah menarik
iuran dan pungutan ini memiliki kaitan langsung dengan barang atau jasa
yang diberikan pemerintah kepada

2. Kewajiban Negara
Kewajiban-kewajiban negara dalam garis besarnya, dapat dkelompokan atas dua
bentuk kewajiban sebagai berikut:

11 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

1) Kewajiban menyelengarakan tugas-tugas negara


Kewajiban menyelengarakan tugas-tugas negara secara yuridis
sepenuhnya didasarkan atas amanat yang terkandung dalam pembukaan
Undang-undang Dasar 1945 itu dapat di simpulkan, bahwa kewajiban-
kewajiban negara dalam hubungannya dengan penyelengaraan tugas-tugas
negara, meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
b) Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
c) Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia.

Dalam pelaksanaanya, pelaksanaan kewajiban pemerintah bentuk


pertama ini, dapat dibedakan atas kewajiban-kewajiban pembangunan. Bila
kewajiban-kewajiban rutin dan kewajiban-kewajiban berkaitan dengan
pelaksanaan tugas sehari-hari pemerintah, maka kewajiban-kewajiban
pembangunan berkaitan dengan peranan pemerintah sebagai salah satu
pelaksanaan pembangunan.

2) Kewajiban membayar tagihan-tagihan yang datang dari pihak ke tiga.


Kewajiban membayar tagihan-tagihan yang datng dari pihak ketiga, pada
umumnya berkaitan dengan adnya pekerjaan, barang atau jasa yang diterima
pemerintah dari pihak ketiga yang bersangkutan.

C. ASAS-ASAS UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan
negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka,
dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Aturan pokok Keuangan Negara telah dijabarkan ke
dalamasas-asas umum, yang meliputi baik asas-asas yang telah lama dikenal dalam
pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan
asas spesialitas maupun asas-asas baru sebagai pencerminan penerapan kaidah-kaidah
yang baik (best practices) dalam pengelolaan keuangan negara. Penjelasan dari masing-
masing asas tersebut adalah sebagai berikut :

12 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

1) Asas Tahunan, memberikan persyaratan bahwa anggaran Negara dibuat secara


tahunan yang harus mendapat persetujuan dari badan legislatif (DPR).
2) Asas Universalitas (kelengkapan), memberikan batasan bahwa tidak
diperkenankan terjadinya percampuran antara penerimaan negara dengan
pengeluaran negara.
3) Asas Kesatuan, mempertahankan hak budget dari dewan secara lengkap, berarti
semua pengeluaran harus tercantum dalam anggaran. Oleh karena itu, anggaran
merupakan anggaran bruto, dimana yang dibukukan dalam anggaran adalah
jumlah brutonya.
4) Asas Spesialitas mensyaratkan bahwa jenis pengeluaran dimuat dalam mata
anggaran tertentu/tersendiri dan diselenggarakan secara konsisten baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Secara kuantitatif artinya jumlah yang telah
ditetapkan dalam mata anggaran tertentu merupakan batas tertinggi dan tidak
boleh dilampaui. Secara kualitatif berarti penggunaan anggaran hanya dibenarkan
untuk mata anggaran yang telah ditentukan.
5) Asas Akuntabilitas berorientasi pada hasil, mengandung makna bahwa setiap
pengguna anggaran wajib menjawab dan menerangkan kinerja organisasi atas
keberhasilan atau kegagalan suatu program yang menjadi tanggung jawabnya.
6) Asas Profesionalitas mengharuskan pengelolaan keuangan negara ditangani oleh
tenaga yang profesional.
7) Asas Proporsionalitas; pengalokasian anggaran dilaksanakan secara proporsional
pada fungsi-fungsi kementerian/lembaga sesuai dengan tingkat prioritas dan
tujuan yang ingin dicapai.
8) Asas Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, mewajibkan adanya
keterbukaan dalam pembahasan, penetapan, dan perhitungan anggaran serta atas
hasil pengawasan oleh lembaga audit yang independen.
9) Asas Pemeriksaan Keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri,
memberi kewenangan lebih besar pada Badan Pemeriksa Keuangan untuk
melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara secara objektif dan
independen.

Asas-asas umum tersebut diperlukan pula guna menjamin terselenggaranya prinsip-


prinsip pemerintahan daerah. Dengan dianutnya asas-asas umum tersebut di dalam
undang-undang tentang Keuangan Negara, pelaksanaan undang-undang ini selain

13 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara, sekaligus dimaksudkan


untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

D. RUANG LINGKUP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


Dilihat dari pihak yang mengelolanya, keuangan Negara dapat dikelompokkan
kedalam dua bagian yaitu:
1. Yang pengelolaannya dipisahkan
Komponen keuangan Negara yang pengeloalaannya dipisahkan adalah komponen
keuangan Negara yang pengelolaannya diserahkan kepada BUMN dan Lembaga-
lembaga Keuangan Milik Negara sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1969 tentang bentuk-bentuk perusahaan negara.
Adapun bentuk BUMN dalam pasal 1 dan 2 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Perusahaan Jawatan
Ciri-ciri:
o Bersifat memberi pelayanan kepada masyarakat
o Statusnya berlainan dengan hukum public
o Modalnya merupakan bagian dari anggaran pendapatan dan belanja
Negara yang dikelola oleh departemen yang membawahinya
b) Perusahaan Umum Negara
Ciri-ciri :
o Bersifat melayani kepentingan umum, namun juga diharapkan
dapat memupuk keuntungan
o Berstatus badan hukum dan diatur berdasarkan ketentuan UU No.
19 Tahun 1969
o Sampai tingkat tertentu menerima subsidi dari pemerintah
o Seluruh modalnya merupakan milik Negara yang diambil dari
kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi ke dalam
bentuk saham-saham

14 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

c) Perusahaan Perseroan Negara


Ciri-ciri:
o Bersifat mengejar keuntungan
o Berstatus badan hukum dan berbentuk perseroan terbatas
o Tidak menerima subsidi dan fasilitas dari pemerintah
o Seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh pemerintah serta
terbagi kedalam bentuk saham
Sedangkan mengenai lembaga-lembaga Keuangan Negara sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1968 dimana pelaksnaanya dilakukan antara
lain oleh Bank-Bank dan Lembaga Keuangan Milik Negara sebagai berikut :
1) Bank Indonesia
2) BNI 46
3) BRI
4) Bank Tabungan Negara
5) Bank Bumi Daya
6) Bank Dagang Negara
7) Bank Ekspor Impor Indonesia
8) Bank Pembangunan Indonesia
Saat ini kecuali Bank Indonesia, seluruh lebaga-lembaga keuangan Negara
dialihkan bentuknya menjadi Persero dan masuk dalam kelompok BUMN.
2. Yang dikelola langsung oleh Negara
Komponen keuangan Negara yang dikelola langsung oleh Negara terdiri dari 2
bagian yaitu:
a) APBN
Penyelenggaraan APBN ditetapkan setiap tahun berdasarkan UU dan
kemudian diatur kembali dengan ketetapan Presiden. Sedangkan
pelaksanaannya secara terperinci diatur oleh berbagai bentuk UU dan
Peraturan lainnya.

b) Barang-barang Milik Negara


Mengenai barang-barang milik Negara, yang dimaksud dalam hal ini
meliputi baik barang-barang tetap, barang-barang bergerak, hewan-hewan,
maupun barang-barang dalam bentuk persediaan.

15 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

E. HUBUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAH DENGAN KEUANGAN NEGARA


Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya keuangan Negara terdiri dari tiga
komponen sebagai berikut : Badan-badan Usaha Milik Negara, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, dan barang-barang Milik Negara. Dari ketiga komponen keuangan
Negara ini, Badan-badan Usaha Milik Negara, dikelola sebagaimana layaknya
pengelolaan perusahaan-perusahaan swasta yang bertujuan mencari laba. Dengan
demikian hanya APBN dan Barang-barang Milik Negara sajalah yang benar-benar
merupakan objek akuntansi pemerintahan. Adapun badan-badan Usaha Milik Negara
dengan sendirinya merupakan objek dari akuntansi perusahaan.

16 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

BAB : 3

SISTEM DAN SIKLUS ANGGARAN NEGARA.

1. Pengertian Anggaran.

Anggaran secara umum dapat diartikan sebagai rencana keuangan yang


mencerminkan pilihan kebijakan untuk suatu periode di masa yang akan datang. Dalam
pengertian ini tercakup baik untuk anggaran perusahaan maupun anggaran untuk
pemerintah.

Menurut John F. Due secara rinci memberikan pengertian sebagai berikut:

Anggaran Pemerintah ( negara ) adalah suatu pernyataan tentang


perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan
terjadi dalam suatu periode di masa depan, serta data dari
pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi di masa
di masa lalu

2. Fungsi Anggaran (APBN/APBD)


Secara umum fungsi anggaran pemerintah adalah sebagai berikut :
a. Anggaran berfungsi sebagai pedoman bagi pemerintah dalam mengelola
negara untuk satu periode di masa yang akan datang.
b. Sebelum anggaran negara dijalankan maka anggaran harus mendapat
pengesahan terlebih dahulu dari lembaga perwakilan rakyat( DPR/DPRD), ini
berarti anggaran berfungsi sebagai alat pengawasan bagi masyarakat terhadap
kebijaksanaan yang akan dipilih pemerintah.
c. Pada akhirnya setiap anggaran negara harus dipertanggungjawabkan
pelaksanaanya oleh pemerintah kepada wakil rakyat ( DPR/DPRD), ini berarti

17 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

anggaran negara juga berfungsi sebagai alat pengawasan bagi masyarakat


terhadap kemampuan pemerintah dalam melaksanakan kebijaksanaan yang
telah dipilihnya.
3. Sistem Anggaran Pemerintah.
Tiap-tiap negara menggunakan system anggaran negara yang berbeda.
Perbedaan ini di samping akan menyebabkan timbulnya perbedaan dalam orientasi
penekanya, juga akan menyebabkan timbulnya perbedaan dalam system akuntansinya.
Walaupun demikian dalam setiap system anggaran selalu terdapat tiga aspek
dasar yaitu : aspek perencanaan, aspek pengelolaan, dan aspek pelaksanaan, serta
aspek pertanggungjawaban. Dalam proses perkembangan sampai saat ini dikenal ada
tiga system anggaran yaitu:

1. Sistem Anggaran Trdisional ( Line Item Budgeting System ).


Sistem anggaran ini dikenal pula dengan system anggaran berdasarkan obyek
pengeluaran. Titik berat perhatian pada system anggaran ini terletak pada segi
pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan anggaranya. Kalau dari segi
pelaksanaanya, yang dipentingkan adalah besarnya hak tiap-tiap lembaga
pemerintah/dinas sesuai dengan obyek pengeluaranya masing-masing.
Pembelanjaan pengeluaran anggaran oleh tiap-tiap lembaga/bagian diharapkan
sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku. Namun demikian, perhatian
terhadap hasil akhir dari pembelanjaan pengeluaran anggaran boleh dikatakan
sedikit sekali. Adanya penekanan dimana selama pembelanjaan pengeluaran
dianggap sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku, pembelanjaan
pengeluaran dapat dibenarkan.
Sedangkan dari segi pengawasanya yang dipentingkan adalah
kesahihan/keakuratan bukti transaksi dan kewajaran laporan ( berdasar Tata Buku
Tunggal, bersifat dasar Tunai / cash basis ). Sehingga yang terungkap melalui
laporan ini hanyalah sekedar realisasi pelaksanaan anggaran, sementara
prestasi/kinerja yang dicapai dibalik realisasi pengeluaran seperti terabaikan.
Kelemahan system anggaran ini :
 Ada kecendrungan pada tiap-tiap departemen/lembaga/dinas untuk
membuat daftar rencana pengeluaran dengan jumlah yang dibesar-
besarkan, dengan asumsi/keyakinan bahwa jumlah ini akan dikurangkan
oleh pihak yang berwenang.
18 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

 Sebaliknya disisi lain pada sisi penerimaan biasanya dibuat dengan jumlah
yang seminimal/sekecil-kecilnya, dimana agar dalam realisasinya nanti
tidak menjadi beban bagi lembaga yang bersangkutan.
 Ada kecendrungan menjelang akhir tahun anggaran seperti terjadi
perlombaan dalam menghabiskan sisa anggaran, dimana ini disebabkan
ada terbangun keyakinan dimana bahwa bila jumlah pengeluaran yang
telah dianggarkan tidak terhabiskan, maka pihak yang berwenang akan
mengurangi anggaran tahun berikutnya.

2. Sistem Anggaran Kinerja ( Performance Budgeting Sistem ).


Sistem anggaran ini merupakan penyempurnaan dari system anggaran
tradisonal. Penekanan pada system anggaran adalah berupa :
1. Diletatkan pada segi manajemen anggaran yaitu dengan memperhatikan
baik dari segi ekonomi dan keuangan pelaksanaan anggaran maupun
hasil phisik yang akan dicapai.
2. Dalam system anggaran ini sangat diperhatikan fungsi dari masing-
masing lembaga/depatemen serta pengelompokan kegiatannya.
Sedangkan orientasinya lebih dititikberatkan pada segi pengendalian
anggaran serta efisiensi pelaksanaan setiap kegiatan.
3. Prosedur anggaran ini kalau dinilai dari segi efisiensi dikaitkan dengan
system akuntansinya sangat ketat, terutama system akuntansi biayanya,
karena orientasi pengeluaran selalu dikaitkan dengan prestasi/kinerja
yang akan dicapai, sehingga dapat diukur efisiensi tidaknya pengeluaran
tersebut.
4. Dalam system anggaran ini, dimana sasaran yang hendak dicapai harus
terlebih dahulu dirumuskan secara jelas, setelah itu barulah jumlah biayanya
yang ditetapkan.

3. Sistem Anggaran Program ( Planning Programing Budgeting Sistem ).


Sistem anggaran ini merupakan penyempurnaan dari system anggaran kinerja,
karena keduanya terletak di antara keduanya. Titik berat pada system anggaran ini
tidak lagi terletak pada segi pengendalian anggaran, melaikan pada segi persiapan
anggaran. Dalam tahap persiapan ini semua implikasi positip dan negatif dari setiap

19 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

keputusan yang telah dan atau diambil dipertimbangkan secara matang, sehingga
diharapkan rencana dan program yang paling baik.
Dalam system anggaran ini tidak lagi diadakan pemisahan antara komponen
penerimaan dan pengeluaran, tapi pemilahan lebih ditekankan pada pendekatan
program. Hal ini tidak hanya menuntut diterapkanya system akuntansi pemerintahan
yang baik, tetapi juga dituntut analisa biaya atas nilai manfaat dan system informasi
manajemen yang canggih.
Adapun tahap-tahap system anggaran program meliputi :
1. Tahap Perencanaan.
2. Tahap penyusunan Program.
3. Tahap Penyusunan Anggaran
4. Tahap Pengendalian yang meliputi pengawasan dan penilaian, baik
terhadap pelaksanaan program maupun pelaksanaan anggaran.

3. Proses Penyusunan Anggaran.

Dalam garis besarnya proses penyelenggaraan APBN ( Anggaran Pendapatan


dan Belanja Negara ) meliputi empat tahap kegiatan sebagai berikut:
1. Tahap penyusunan Anggaran
Rancangan anggaran ditandai dikeluarkanya Surat Edaran Menteri Keuangan
yang ditujukan pada pinpinan departemen dan lembaga tinggi negara yang
berisi permintaan untuk memasukan rancangan anggaran departemen atau
lembaga negara yang bersangkutan. ( DIK/DUK (Daftar Isian Kegiatan/Dana
Rutin ) disampaikan kepada Menteri Keuangan sedangkan DIP/DUP ( Daftar
Isian Proyek /Dana Pembangnan) disampaikan kepada Menkeu dan Ketua
Bappenas.

2. Tahap Pengesahan dan persetujuan


Setelah DPR menerima RAPBN, maka bersama-sama eksekutif akan
membahasnya lebih lanjut. Dengan disahkanya RAPBN menjadi APBN, ini
berarti wakil rakyat/DPR telah memberi kuasa kepada pemerintah/eksekutif
untuk menjalankan kebijakanya sebagai sebagaimana tertuang dalam APB.

3. Tahap Pelaksanaan
20 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Jadi segera setalah RAPBN disahkan menjadi APBN dengan Undang-Undang


oleh DPR, maka eksekutif dengan segenap jajaranya siap melaksanakan
anggaran tersebut. ( DUK dan DUP )

4. Tahap Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban APBN adalah tahap akhir dari siklus/proses APBN.
Dalam Tahap ini bahan-bahan pertanggujawaban dari departemen atau
lembaga tinggi negara dikumpulkan dan dijadikan satu dasar menyusun Nota
PAN ( Nota Perhitungan Anggaran Negara ).
Kalau digambarkan siklus/proses APBN akan nampak sebagai berikut:

21 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Gambar : 1
Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Dept/Lembaga Dept. Bappenas Dirjen Presiden DPR BPK


Negara Keuangan Anggaran

22 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Start

DuK
DuK

Dup
DUP

dup

RAPBN RAPBN RAPBN

APBN
APBN
APBN APBN

Nota
DIK/DIP DIK/DIP PAN

Nota
PAN
LKKA LKKA HP
BPK

HP
BPK
P6&P
7&D
U PAN
PAN
Nota

PAN

BAB ; 4.

STRUKTUR DAN KLASIFIKASI ANGGARAN


1. Struktur Anggaran.

23 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Sebagaimana telah disinggung, dimana struktur anggaran mencerminkan


pengelompokan komponen-komponen anggaran berdasarkan suatu kerangka tertentu.
Disamping mencerminkan system anggaran, pengelompokan komponen-komponen
anggaran berdasarkan suatu kerangka tertentu ini sangat penting artinya dalam
memudahkan dalam proses pengelolaan anggaran. Berdasarkan strukturnya maka
anggaran dapat dibedakan menjadi anggaran terpilah ( the devided budget ) dan
anggaran komprensif ( the comprehensive budget ).

1.1 Terpilah Anggaran.


Di dalam anggaran terpilah komponen anggaran dipisahkan secara tajam
menjadi anggaran yang berifat rutin dan anggaran yang bersifat pembangunan.
Umumnya yang dijadikan criteria dalam melakukan pemilahan itu adalah :
a. Jangka waktu pelaksanaan Kegiatan.
Barang dan jasa yang diperoleh dan dikonsumsi di dalam satu periode akuntansi
atau satu tahun anggaran dikalsifikasikan sebagai anggaran rutin.
b. Kemungkinan suatu kegiatan untuk mendatangkan penerimaan negara.
Dalam hal ini juga diharapkan agar proyek tersebut dapat dibiayai baik seluruhnya
atau sebagaian dari proyek itu sendiri. Kriteria ini sangat berguna apabila
dihubungkan dengan pendanaan suatu kegiatan dengan pinjaman luar negeri.
Walaupun terhadap pinjaman luar negeri ini kita harus membayar bunga, namun
beban tersebut akan menjadi lebih murah bila hasil pinjaman digunakan untuk
membiayai proye-proyek yang menghasilkan penerimaan negara di kemudian
hari.
c. Jumlah uang yang digunakan.
Merupakan hal yang wajar untuk memasukan suatu kegiatan yang melampui suatu
kegiatan yang biayanya melalpui jumah tertentu ke dalam anggaran
pembangunan. Pengeluaran investasi yang kecil seringkali dikategorikan sebagai
pengeluaran rutin karena akan menimbulkan kesulitab dalam
pengadminustrasianya apabila dimasukan ke dalam anggaran pembangunan.
Anggaran terpilah memiliki kelebihan sebagai berkut: Pertama karena
anggaran terpilah memisahkan antara pengeluaran rutin dengan pengeluaran
pembangunan/investasi maka proses pertanggungjawaban anggaran dapat
dilakukandengan mudah. Kedua, nelalui anggaran terpilah alokasi penggunaan

24 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

pinjaman pemerintah dapat dimonitor dengan mudah. Penggunaan pinjaman untuk


proyek-proyek yang menghasilkan penerimaan negara akan membantu proses
pembayaran kembali bunga dan pokok pinjaman tersebut tepat pada waktunya.
Sedangkan klemahan anggaran terpilah : Pertama, seringnya terjadi
ketidakcocokan antara perencanaan dengan penyusun anggaran dalam menentukan
pengeluaran yang masuk kategori dalam pengeluaran rutin dan anggaran
pembangunan. Kedua adanya pemisahan anggaran rutin dan anggaran pembangunan
sering menimbulkan salah anggapan, diman anggaran investasi dianggap sebagai
anggaran pembangunan sedangkan anggaran rutin dianggap sebagai bukan anggaran
pembangunan. Ketiga, pemisahan anggaran rutin dan anggaran pembangunan juga
membuka peluang untuk dilakukanya pergeseran dana ( swicching of funds ).

1.2 Anggaran Komprehensif.


Anggaran komprensif adalah suatu anggaran tunggal yang mencakup aktivitas
pemerintah secara keseluruhan. Dalam anggaran komprehensif alokasi sumber dana
sapat dilakukan secara lebih rasional yaitu dengan cara mengevaluasi sumber dana
dan penggunaanya secara menyeluruh. Dengan demikian segala kekuarangan
anggaran terpilah dapat diatasi dengan baik melalui anggaran komprehensif.
Kelemahan anggaran komprehensif adalah, diman anggaran tambahan dan
perubahan yang biasanya digunakan untuk mendukung pengeluaran-pengeluaran yang
tidak terlihat pada waktu penyusunan anggaran komprehensif, menyediakan peluang
untuk mengaloksikan sejumlah dana guna membiayai perubahan-perubahan
kebijaksanaan yang belum mendapat persetujuan dari dewan/legeslatif.

B. SUSUNAN APBN
Struktur APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara,
keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan. Sejak Tahun 2000, Indonesia
telah mengubah komposisi APBN dari T-account menjadi I-account sesuai dengan
standar statistik keuangan pemerintah Government Finance Statistics (GFS).
1. Pendapatan Negara
Sumber penerimaan Pendapatan Negara adalah semua penerimaan Negara yang
berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan Negara bukan pajak, serta
penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar negeri

25 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

o Penerimaan Dalam Negeri


Penerimaan dalam negeri adalah semua penerimaan yang diterima negara dalam
bentuk Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Bukan Pajak.. Secara lebih rinci
sebgai berikut :
a) Penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak
dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.
 Peneriaan Pajak Dalam Negeri sebesar 285.147,3 miliar rupiah
yang berasal dari Pajak penghasilan (Migas dan Non Migas), Pajak
pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, BPHTB ( Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan), Cukai dan Pajak
lainnya.
 Pajak Perdagangan Internasional yang berasal dari Bea masuk
dan Pajak/pungutan ekspor
b) Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah semua penerimaan yang
diterima Negara dalam bentuk penerimaan dari sumber daya alam, bagian
pemerintah atas laba badan usaha milik Negara, dan penerimaan Negara
bukan pajak lainnya. Penerimaan Bukan Pajak ini direncanakan mencapai
jumlah 79.626,3 miliar rupiah meliputi
 Penerimaan SDA (Migas dan Non Migas) 50.941,4 miliar.
 Bagian Laba BUMN mencapai 9.424,0 miliar rupiah, dan
 PNBP lainnya sebesar 19.260,9 miliar rupaih.
2. Hibah
Penerimaan hibah adalah semua penerimaan Negara yang berasal dari
sumbangan swasta dalam negeri, dan sumbangan lembaga swasta dan pemerintah luar
negeri termasuk lembaga Internasional. Penerimaan Hibah ini tidak perlu
dikembalikan. Hibah meliputi pemberian untuk proyek khusus dan untuk mendukung
anggaran secara umum. Hibah dalam bentuk peralatan, barang, dan bantuan teknis,
misalnya biasanya tidak dimasukkan dalam anggaran tetapi dicatat dalam item
memorandum.

3. Belanja Negara.

26 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Pengeluaran atau belanja negara adalah semua pengeluaran Negara untuk membiayai
belanja pemerintah pusat dan belanja untuk daerah.
1. Belanja Pemerintah Pusat
a) Belanja pegawai
Terdiri dari tiga komponen utama yaitu : gaji dan
tunjangan ,honorarium dan vakasi ,serta konstribusi social. Gaji dan tunjangan
bagi pegawai negeri yang jumlahnya jutaan orang di seluruh Indonesia
merupakan sub-komponen terbesar dari belanja pegawai.
b) Belanja Modal
Belanja modal biasanya dipergunakan untuk kebutuhan departemen-
departemen dan lembaga-lembaga  non-departemen pemerintah dan juga untuk
berbagai kegiatan investasi public seperti infrakstur
c) Pembayaran Bunga Utang
d) Subsidi

C. Format Anggaran Negara.

Pada T-account, pinjaman proyek bersifat in-out yaitu masuk dalam penerimaan
negara sebagai penerimaan pembangunan dan juga masuk dalam pengeluaran negara sebagai
pengeluaran pembangunan, sedangkan pada I-account pinjaman proyek dimasukkan dalam
pembiayaan anggaran. Selain itu pembayaran bunga dan cicilan utang pada T-account
dijadikan satu dalam pengeluaran  rutin, sedangkan pada  I-account pembayaran  bunga utang
dan cicilan utang terpisah, yaitu pembayaran bunga utang termasuk dalam belanja negara
(Belanja Pemerintah Pusat) , sedangkan pembayaran utang/ pembayaran cicilan pokok
termasuk dalam pembiayaan anggaran. Akibatnya untuk tahun yang sama jumlah penerimaan
maupun pengeluaran pada APBN format T-account berbeda dengan APBN format I-account,
namun secara kumulatif jumlahnya sama.

Gambar : 2.

Contoh Struktur Anggaran Negara Bentuk T Count dan I Count.


27 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

A. KLASIFIKASI ANGGARAN
Klasifikasi anggaran terutama ditujukan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut :

a) Untuk memudhkan proses perumusan sasaran program-program yang hendak


dilakukan
b) Untuk memudahkan proses formulasi penerimaan dan pengeluaran secara
kuantitatif
c) Untuk memudahkan pelaksanaan anggaran
d) Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan program-program yang dibiayai
dengan anggaran
e) Untuk memudahkan pelaksanaan analisa ekonomi
f) Untuk memudahkan pemeriksaan terhadap realisasi anggaran
g) Untuk memudahkan pelaksanaan evaluasi terhadap pencapaian sasaran-
sasaran yang telah digariskan

28 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Sedangkan bentuk pengklasifikasiannya dalam garis besarnya dapat dibedakan


berdasarkan beberapa pendekatan sebagai berikut :
1. Klasifikasi Organik dan Objek
Klasifikasi organic dan objek sebenarnya merupakan dua bentuk pengklasifikasian
anggaran yang berbeda. Dalam klasifikasi organic, anggaran dikelompok-
kelompokkan berdasarkan departemen atau lembaga Negara. Kemudian sebagai
kelanjutan dari klasifikasi organic, setiap pengguna uang mengklasifikasikan
pengeluarannya sesuai dengan objek atau jenis pengeluaran seperti: gaji, biaya
perjalanan, pembelian alat dan bahan, dll. Tujuannya adalah untuk
menyeragamkan standar pengawasan dan pertanggungjawaban pada berbagai
tingkat manajemen. Beberapa kelemahan jika klasifikasi ini digunakan tanpa
disertai dengan metode klasifikasi lainnya :
o Klasifikasi jenis ini hanya menekankan perhatiannya pada pengeluaran secara
individual, tapi mengabaikan pelaksanaan program secara keseluruhan.
o Seringkali sangat sulit membuat klasifikasi yang benar-benar tepat bagi semua
unit organisasi.
2. Klasifikasi Fungsional
Klasifikasi fungsional biasanya digunakan untuk menunjukkan tujuan umum
yang hendak dicapai oleh pengeluaran pemerintah. Dengan klasifikasi fungsional
ini, maka cakrawala pengalokasian dan pengkajian keputusan yang berkaitan
dengan anggaran diharapkan dapat diperluas.
3. Klasifikasi Ekonomi
Dalam klasifikasi ekonomi ini, anggaran diklasifikasikan sedemikian rupa
sehingga menyajikan informasi yang berguna bagi proses pengambilan keputusan
ekonomi. Hal-hal yang perlu diketahui oleh pemerintah dalam mengelola
perekonomian misalnya adalah: perbandingan alokasi anggaran untuk belanja
konsumsi dan untuk pengadaan sarana yang bersifat meningkatkan produksi,
dampak anggaran terhadap pendapatan, dampak anggaran terhadap penyediaan
lapangan kerja, dan lain sebagainya.

4. Klasifikasi Berdasarkan Program

29 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Dibandingkan dengan klasifikasi yang lain, klasifikasi berdasarkan program ini


lebih memusatkan perhatiannya terhadap barang dan jasa yang dihasilkan. Yang
dimaksud dengan program dalam hal ini adalah serangkaian kegiatan yang
dimulai sejak penyiapan barang dan jasa secara intern, sampai dengan
penyerahannya kepada pihak ekstern.
5. Klasifikasi Terpadu
Dalam perkembangnnya, klasifikasi anggaran Indonesia secara berangsur-angsur
dilengkapi dengan klasifikasi berdasarkan fungsi dan berdasarkan karakteristik
ekonomi. Sehingga dapat dikatakan bahwa saat ini Indonesia menganut
klasifikasi terpadu.

30 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

BAB 5
PROSEDUR PELAKSANAAN APBN.
Keuangan Negara yang meliputi semua hak dan kewajiban yang dinila dengan uang
berhubungan dengan hak-hak dan kewajiban tersebut, dapat dibagi dalam kedua kategori: (1)
keuangan Negara yang merupakan pengurusannya dipisahkan dan pengelolaannya
berdasarkan hukum publik dan/atau hukum perdata. (2) keuangan Negara yang diurus
langsung oleh pemerintah yaitu (a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang setiap
tahunnya ditetapkan dengan Undang-Undang dan (b) barang-barang milik Negara, yakni
harta tetap, barang bergerak, hewan-hewan Negara dan barang-barang dalam persediaan.

A.Pengurusan Keuangan Negara Yang Langsung Oleh Pemerintah


Dalam pengurusan keuangan Negara yang langsung oleh pemerintah, sebagai
kegiatan yang nyata dalam pelaksanaan anggaran Negara, dan perlakuan atas barang-
barang milik Negara dikenal dua komponen pengurusan yang saling berkaitan, yaitu:

1. Pengurusan umum (administratief beheer)

2. Pengurusan khusus (comptabel beheer)

Kedua komponen ini mempunyai persamaan dalam unsur-unsur pengurusan dan


pertanggung-jawaban. Adapun perbedaannya, pengurusan umum mempunyai unsur
penguasaan APBN dan Barang-Barang Milik Negara, sedang pengurusan khusus
mengandung unsur kewajiban melaksanakan perintah yang datang dari pengurusan umum.

1. Pengurusan Umum.

Dalam pelaksanaanya, penyelenggaraan pengurusan umum ini tidak dapat

dipisahkan dari penyelenggaraan dua fungsi yaitu Fungsi Otorisator dan Fungsi

Ordonatur. Bila fungsi otorisator merupakan tanggung jawab dari pengurusan primer

keuangan negara, maka fungsi ordonatur adalah tanggung jawab dari penguasa

sekunder keuangan negara.

Adapun tugas kedua fungsi tersebut dalam garis besarnya meliputi hal-hal

sebagai berikut :

a.Mengambil keputusan yang mengakibatkan timbulnya pengeluaran negara.

b.Mengambil keputusan yang mengakibatkan penambahan penerimaan negara.

c. Menerima dan menguji tagihan-tagihan kepada negara serta membebankan

tagihan-tagihan tersebut sesuai dengan bagian dan mata anggaranya.

31 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

d. Mengusahakan agar penerimaan-penerimaan negara masuk kas negara tepat

pada waktunya.

e. Menerima hasil pengumpulan penerimaan negara.

Dari kelima tugas di atas, tugas a, b, dan e, merupakan realisasi dari fungsi otorizator.

Sedangkan tugas d dapat merupakan realisasi dari fungsi otorisator dan dapat pula

merupakan realisasi dari fungsi ordonatur. Sedangkan tugas c merupakan realisasi dari

fungsi ordonatur.

Dalam prakteknya pengurusan umum ini terdiri dari dua jenis pengurusan, yaitu:

1.1.Fungsi otorisator (autorisatie of beschikking bevoegheid)

Sesuai dengan UUD 1945 pasal 4 ayat 1 yang berbunyi: “ Presiden RI


memegang kekuasaan Pemerintah berdasarkan UUD” maka pada prinsipnya
fungsi ini dipegamg oleh Presiden RI. Karena Presiden tidak mungkin menangani
berbagai tigasnya secara langsung, dan karena dalam kenyataanya dalam
menyelenggarakan tugas-tugas negara Presiden dibantu oleh Menteri dan Ketua
Lembaga Negara dalam pelimpahan tugasnya.
Oleh para Menteri dan Ketua Lembaga Negara, tugas ini dilimpahkan lebih
lanjut kepada Sekretaris Jenderal masing-masing sebagai unsur pelaksana sehari-
hari suatu Departemen atau Lembaga Negara. Sedangkan pelaksanaanya secara
teknis dilakukan oleh Kepala Biro Keuangan masing-masing Departemen atau
Lembaga Negara.
Sebagaimana dikemukakan di atas, dimana pelaksanaan fungsi otorisator ini
meliputi baik penerimaan. Pelaksanaan fungsi otorisator ini ditandai oleh
penerbitan berbagai Undang-undang atau peraturan yang mendatangkan
penerimaan negara.
Sebagaimana diatur dalam Keppres Nomor 16 Tahun 1994, setelah
pemungutan dilakukan, maka selambat-;ambatnya dalam waktu 1 ( satu ) hari
kerja, tiap-tiap Bendaharawan Penerima/Penyetor Tetap wajib menyetorkan
penerimaanya itu ke rekening Kas Negara pada Bank Pemerintah atau bank lain
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai bank persepsi, atau melalui giro
pos.
Penyetoran disini dapat dilakukan dengan menggunakan uang tunai,
maupun dengan menggunakan cek atau giro yang ditarik sendiri oleh pemungut
yang bersangkutan. Penyetoran trsebut baru dianggap sah setelah KPKN/KPN
menerima nota kreditnya.
Sedangkan dalam bidang pengeluaran, pelaksanaan fungsi otorisator ini
ditandai dengan diterbitkanya Surat Keputusan Otorisasi ( SKO ) oleh biro

32 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

keuangan masing=masing departemen dan lembaga negara atas nama Menteri


Keuangan

1.2. Fungsi Ordonatur

Sebagaimana halnya dengan fungsi otorisator, fungsi ordonatur ini pun


berada langsung di bawah Presiden, dimana fungsi ini dilimpahkan dilimpahkan
kepada Menteri Keuangan sebagai unsur tunggal pengurusan Keuangan Negara.
Sedangkan oleh Menteri Keuangan, fungsi ini selanjutnya dilimpahkan pula
kepada Kepala KPKN ( melalui Dirjen Anggaran ) dan kepada Panglima ABRI.
Pelaksanaan Fungsi Ordonatur dalam bidang Pengeluaran ditandai dengan
diterbitkanya Surat Perintah Membayar ( SPM ) yang memerintahkan kepada
Bendaharawan untuk melakukan pembayaran. Sedangkan dalam bidang
Penerimaan dimana pelaksanaan fungsi ini ditandai dengan diterbitkanya Surat
Penagihan ( SPN ) terhadap piutang-piutang negara.

2. Pengurusan Khusus

Dalam Pengurusan khusus (comptabel baheer) ini hanya terdapat unsur


melaksanakan perintah yang datang dari Pengurusan Umum. Dalam pelaksanaanya
penyelenggaraan pengurusan khusus ini tidak dapat dipisahkan dari fungsi
Bendaharawan. Sebab dalam praktik penyelenggaraan fungsi Pengurusan khusus ini
memang merupakan tanggung jawab dari fungsi Bendaharawan.

Yang dimaksud dengan Bendaharawan adalah orang-orang, atau badan yang


ditugasi oleh negara untuk menerima, menyimpan, membayar, mencatat, dan
mempertanggungjawabkan uang, surat-surat berharga dan barang-barang milik negara
yang berada dalam pengurusanya.

Sedangkan yang dapat memangku jabatan sebagai Bendaharawan tidak hanya


terbatas pada Pegawai Negeri, akan tetapi dapat pula badan hukum atau orang
suastayang diangkat oleh Menteri dan atau Lembaga Negara yang menguasai bagian
anggaran yang bersangkutan,

Kalau dilihat dari obyek yang diurusnya, maka Bendaharawan dapat dikelompokan
atas .Bendaharawan Uang, Bendaharawan baran. Karena Bendaharawan Uang masih
bisa dibedakan menjadi Bendaharawan Umum dan Bendaharawan Khusus, maka dalam
garis besarnya Bendaharawan terdiri dari tiga kelompok sebagai berikut.

1. Bendaharawan Umum
2. Bendaharawan Khusus.
3. Bendaharawan Barang.

33 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

a. Bendaharawan Umum.

Yang termasuk dalam Bendaharawan Umum ini antara lain adalah Kepala

Cabang bank pemerintah atau bank-bank lain yang ditunjuk sebagai bank persepsi,

Kepala Kantor Pos dan Giro, dan Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.

Tugas Bendarawan Umum adalah:


1) Menerima uang yang berasal dari: (a) pemindahbukuan rekening Dirjen

Anggaran dan (b) Setoran-storan penerimaan Negara yang berupa pajak dan

lain-lain penerimaan (dari surat ketetapan pajak/surat penagihan dan

bendaharawan penyetor tetap).

2) Menyimpan, Bendaharawan menyimpaan dalam kluisnya dan

membukukannya dalam buku kas umum tibelaris. Yang disimpannya selain

dari uang Negara juga uang pihak ketiga seperti uang tender, uang lelang,

uang miskin, juga menyimpan barang-barang Negara seperti (SPM) surat

perintah membayar yang belum dibayar, promes dan lain-lain.

3) Membayar atau Menyerahkan, Bendaharawan umum hanya dapat

membayarkan uang-uang Negara jika ada kertas-kertas berharga /surat

perintah membayar yang diterbitkan oleh Ordonatur pelaksana atau

suratperintah Direktur Kas Negara untuk melakukan transfer uang kekas

Negara lain yang kekurangan uang.

4) Mempertanggungjawabkan Pengurusan, diwajibkan mengirimkan laporan

harian kepada kantor Wilayah Direktur Jendral Anggaran setempat, la[poran

harian/ laporan mingguan kepada Direktorat Kas Negara dan laopran bulanan

kepada Badan Pengawasan Keuangan Negara dan Pembangunan (BPKP).

b. Bendaharawan Khusus

Bendaharawan khusus hanya mengelola tugas-tugas tertentu saja. Misalnya


Bendaharawan penerima hanya menerima penerimaan Negara dan menyetorkannya

34 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

ke Kas Negara atau Rekeningnya dan tidak boleh mempergunakan uang untuk
kepentingan lainnya. Demikian juga dalam hal pengeluaran uang anggara, hanya
boleh mengeluarkan saja. Terdapat beberapa bendaharawan khusus sesuai dengan
tugas yang dibebankan kepadanya yaitu:
1) Bendaharawan Penerima atau Penyetor Tetap

2) Bendaharawan UUDP/Rutin/Proyek

3) Bendaharawan Gaji

4) Bendaharawan Pemberi Uang Muka Cabang

5) Bendaharawan Pemegang Uang Muka Cabang

6) Bendaharawan Pensiun dan Bendaharawan Pemilu

c. Bendaharawan Barang

Bendaharawan Barang (Material Beheer) adalah yang melakukan


pengurusan atas barang-barang milik Negara dalam arti kata menerima,
menyimpan, mengeluaran dan mempertanggung-jawabkan semua barang-barang
milik Negara baik yang berada dalam gudang negara maupun ditempat lain yang
dikuasai Negara, yang pengurusannya diserahkan kepada bendaharawan yang
bersangkutan.
Dilihat dari ruang lingkup tugasnya, Bendaharawan Barang dapat dibedakan
menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu :
1) Bendaharawan Gudang Pusat, barang dipusat yang menerima, memelihara,

menyalurkan, manata-usahakan, dan mempertanggung-jawabkan barang-

barang dari kuasa material/ Pembantu Kuasa Material, melalui produksi

sendiri, maupun melalui pembelian dibawah tangan atau melalui lelang dari

dalam mauun luar negeri.

2) Bendaharawan Gudang Penyalur, bendaharawan yang mengurus barang-

barang Negara transit antara bendaharawan pusat dengan bendaharawan

gudang prsediaan dipropinsi yang tak dapat berhubungan langsung dengan

bendaharawan gudang pusat, disebut bendaharawan pusat, disebut

bendaharawan gudang penyalur.

35 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

3) Bendaharawan Gudang Persediaan, Bendaharawan barang yang berada di

ibukota propinsi dan yang mengurus barang-barang Negara buat instansinya

sendiri, dan instansi-instansi seinduk yang lain didaerahnya disebut

bendaharawan gudang persediaan.

4) Bendaharawan Gudang Persediaan, bendaharawan barang yang mengurus

barang-barang Negara yang diterimanya dari bendaharawan gudang

persediaan untuk memenuhi kebutuhan instansinya secara perorangan yang

sesungguhnya.

5) Bendaharawan Gudang Pemakai, Bertugas mengurusi barang untuk

dipakai bagi kepentingan instansinya sendiri.

36 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

BAB 6

PROSEDUR PERTANGGUNGJAWABAN APBN.


Pihak-pihak yang bertanggungjawab mengurusi pelaksanaan APBN terbagi kedalam

Pengurusan Umum dan Khusus, maka pertanggungjawaban penguran APBN juga terbagi

dalam petanggungjawaban Pengurusan Umum dan Khusus.

Bila dalam pertanggungjawaban khusus ditandai dengan dibuatnya Laporan Keadaan

Kas ( LKK ) sebagai laporan pertanggungjawaban, maka pertanggungjawaban pengurusan

umum dimulai sejak dibuatnya Laporan Keadaan Kredit Anggaran ( LKKA ), sampai pada

disusunya Nota Perhitungan Anggaran Negara ( Nota-PAN ).

A.Tahap-Tahap Pertanggungjawaban APBN.

Pelaksanaan pertangunggungjawaban APBN yang terdiri dari unsur

Pertanggungjawaban Umum dan Khusus secara garis besarnya melalui dua tahap, sebagai

berikut :

1. Tahap Pembuatan Laporan Pertanggungjawaban oleh Pengurus Khusus.

Pertanggungjawaban pengurusan Khusus atau Bendaharawan dibuat dalam bentuk laporan

pertanggungjawaban yang disebut sebagai LKK. Penyerahan laporan ini kepada KPKN/KPN,

yang bukan merupakan tanggungjawab bendaharawan, melainkan tanggung jawab dari

Kepala Kantor satuan kerja atau Pimpinan Proyek yang menjadi atasan langsung

Bendaharawan yang bersangkutan. Cara penyerahanya dengan cara melampirkannya pada

laporan pertanggungjawaban masing-masing Kepala kantor, satuan kerja atau Pinpinan

Proyek tersebut.

37 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

2. Tahap Pembuatan Laporan Pertanggungjawaban oleh Pengurus Umum

Tahap pembuatan laporan pertanggungjawaban oleh pengurusan umum ini meliputi

pembuatan empat bentuk laporan, sebagai berikut :

a. Pembuatan Laporan Kredit Anggaran ( LKKA ) oleh masing-masing kepala kantor, satuan

kerja dan pinpinan proyek. Sebagaimana telah disinggung di atas penyerahan laporan ini

ke KPKN/KPN harus dilapiri LKK yang dibuat oleh bendaharawan yang bersangkutan.

b. Pembuatan laporan realisasi penerimaan dan pengeluaran oleh KPKN/KPN

c. Pembuatan laporan perhitungan anggaran oleh masing-masing Departemen atau Lembaga

Negara yang bersangkuta.

d. Pembuatan Nota PAN oleh Dirjen Anggaran, Departemen Keuangan.

2. Pertanggungjawaban Khusus.

Pengurusan Khusus terdiri dari bendaharawan Uang dan Barang. Karena

pertanggungjawaban Bendaharawan Barang sudah diperhitungkan dalam

pertanggungjawaban pembatu Kuasa Material, maka hanya Bendaharawan Uang saja

yang perlu mempertanggungjawabkan pengurusanya dalam kaitanya dengan

perhitungan anggaran negara.

Dalam Bendaharawan Uang terdiri dari Bendaharawan Khusus dan Umum,

maka dalam pertanggungjawaban khusus ini perlu dibedakan pula antara

pertanggungjawaban Bendaharawan Khusus dengan Umum. Adapun perbedaan

pokok adalah sebagai berikut :

1. Dalam menyampaikan pertanggungjawaban, dimana Bendaharawan Khusus

harus menyerahkan laporan pertanggungjawabannya melalui atasan langsung

yaitu kepada :

a. Departemen/Lembaga Negara ( Biro Keuangan ) yang membawahi laporan

38 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

pertanggungjawaban yang bersangkutan.

b.KPKN/KPN sebagai pihak yang menerbitkan SPM, sedangkan bendaharawan

Umum harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada

a.Kanwil Dirjen Anggaran atau satuan kerja yang berdekatan denganya.

b. Dirjen Anggaran (Direktorat Kas Negara sub Direktorat Pengumpulan Data)

c.BPKP.

2. Dalam periode penyampaian laporan pertanggungjawaban.

Bendaharawan Khusus menyampaikan laporan pertanggungjawaban sebulan

sekali dan [aling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Sedangkan bendaharawan

Umum harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban setiap hari, setiap minggu,

atau setiap bulan tergantung pada jenis pengeluaranya.

3.Bentuk Laporan pertanggungjawaban.

Pertanggungjawaban bendaharawan Khusus dibuat dalam bentuk Laporan

Keadaan Kas (LKK). Sedangkan pertanggungjawaban bendaharawan Umum dibuat

dalam bentuk BUKU kas Umum ( BKU )Tabelaris, dan tidak perlu mendapatkan

persetujuan.

3. Bahan-Bahan yang dipertanggungjawabkan.

Bendaharawan Khusus membuat LKK berdasarkan bukti-bukti transaksi BKU, dan Buku

Pembantunya. Sedangkan Bendaharawan Umum membuat laporan pertanggungjawaban

berdasarkan hal-hal sebagai berikut :

-Buku Bank

-Buku Pos

-Rekening Bank

-Rekening Pos

-Setoran-setoran dan Faktur pengiriman uang kepada Kanwil Dirjen Anggaran.

39 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

2.1 Pembuatan dan Pengiriman Laporan Pertanggungjawaban Bendaharawan Khusus.

Bendaharawan Khusus dapat dibedakan bendaharawan Khusus penerima/penyetor

tetap dan Bendaharawan Khusus Pengeluaran. Karena proses pembuatan dan pengiriman

laporan pertanggungjawaban kedua kelompok bendaharawan ini tidak sama, maka masing-

masing mempunyai tanggung jawab sesuai tugas dan fungsinya.

3.Pertanggungjawaban Umum.

Dalam Pengurusan Umum yang merupakan Penguasaan Keuangan Primer, mereka

wajib mempertanggungjawabkan kepengurusan yang dilakukanya. Adapun perbedaanya

dengan pertanggungjawaban pengurusan khusus terletak pada sumber data tangan pertama,

maka data pertanggungjawaban pengurusan umum sepenuhnya datang dari pihak lain, yaitu

informasi yang diterimanya dari pengurusan khusus.

Pengurusan Umum yang terdiri dari Ordonatur dan otorisator, maka

pertanggungjawaban pengurusan umum ini dapat dibedakan atas dua tingkat

pertanggungjawaban yaitu pertanggungjawaban Ordonatur dan otorisator.

Adapun bentuk dari bertanggungjawaban Ordonatur dapat digolongkan atas dua

bentuk pertanggungjawaban yaitu :Pertanggungjawaban yang tidak akan digunakan sebagai

data perhitungan anggaran negara, dan pertanggungjawaban Ordonatur berupa laporan-

laporan pertanggungjawaban yang akan digunakan sebagai data perhitungan anggaran negara.

40 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

BAB 7
PEMBUKUAN BENDAHARAWAN
( Pembukuan Pada Buku Kas Umum dan Bank )
Pembukuan keuangan negara adalah bagian integral dari pelaksanaan anggaran
negara. Tugas pembukuan ini tanggung jawab dari para bendaharawan negara sesuai dengan
SK Menteri Keuangan Nomor Kep 332/M/V9/1968 yang menyatakan bahwa disamping
bertugas menerima, menyimpan, membayar, dan mempertanggyngjawabkan uang negara,
setiap Bendaharawan juga wajib membukukan setiap uang negara yang diterima dan
dikeluarkanya, baik penerimaan atau pengeluaran itu langsung melalui tanganya maupun
melalui perantaraan bank.
Untuk memudahkan dalam memahaminya, maka berikut ini akan mengambil contoh
kasus pembukuan pada Bendahara UYHD. Pembahasan akan dimulai dengan mengemukakan
terlebih dahulu sifat-sifat pembukuan Bedaharawan secara umum.

A.Sifat-Sifat Pembukuan Bendaharawan.


Secara keseluruhan Akuntansi Pemerintahan memiliki karakteristik tersendiri, sistem
pembukuan Bendaharawan di Indonesia memiliki sifat-sifat tersendiri pula.Adapun sifat-sifat
khusus pembukuan Bendaharawan di Indonesia adalah sebagai berikut :
a.sistem Pembukuan yang digunakan adalah sistem tata buku kameral, yaitu sistem tata
buku
yang khusus digunakan pada lembaga yang tidak bertujuan mencari laba, yang pengelolaan
keuangan didasarkan atas penyelenggaraan anggaran belanja.
b.Pembukuan bersifat Tunai.
c. Buku-buku yang digunakan diantaranya adalah :
1. Buku Kas Umum ( BKU ).
Dapat dibuat dalam bentuk skontro dengan sisi debet untuk mencatat
penerimaan, dan sisi Kredit untuk mencatat pengeluaran. Karena sistem pembukuan
bendaharawan bersifat tunai maka seluruh transaksi keuangan yang dilakukan oleh
Bendaharawan harus telihat di dalam BKU yang berperan sebagai buku kontrol
terhadap buku-buku lainya.
2.Buku Pembantu yang terdiri dari :
a. Buku Kas Tunai.
Buku ini digunakan untuk mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran tunai
yang dilakukan oleh bendaharwan. Kegunaanya adalah untuk memantau
keadaan kas tunai yang disimpan oleh Bendaharawan.
b. Buku Bank.
Buku ini digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi keuangan yang
dilakukan oleh Bendaharawan melalui perantaraan bank. Sebagai buku
pembantu BKU, maka saldo kas yang tercantum di dalam Buku bank
merupakan bagian dari saldo Kas secara keseluruhan sebagaimana tercantum
dalam BKU.
c. Buku Pengawas Dana UYHD.
Buku ini digunakan untuk mencatat transaksi yang menyangkut penggunaan
dana UYHD. Fungsinya adalah untuk mengetahui saldo dana UYHD, dan
sebagai dasar untuk mengajuakan penggantian UYHD ke KPKN/KPN.
d.Buku Pengawas Kredit Anggaran per Mata Anggaran Pengeluaran ( MAK ).

41 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Buku ini dibuat untuk mencatat transaski yang berhubungan dengan


masing=masing mata anggaran pengeluaran. Disamping berfungsi sebagai
memantau keadaan masing=masing mata anggaran pengeluaran, buku ini juga
digunakan untuk memantau jumlah dana UYHD masing=masing mata
anggaran pengeluaran yang sudah atau belum di SPM-GU kan.
e.Buku Persekot.
Buku ini berfungsi sebagai untuk mencatat pengeluaran yang bersifat
sementara, dan belum pasti jumlahnya.
f.Buku Pungutan dan Penyetoran Pajak.
Buku ini berfungsi untuk mencatat jumlah pajak yang telah dipungut dan
disetorkan oleh Bendaharawan.
d.Rekapitilasi Buku Pembantu serta penyusunan laporan keuangan dilakukan setiap akhir
bulan. Laporan keuangan terdiri dari :
- Laporan Keadaan Kredit Anggaran ( LKKA).
- Laporan keadaan Kas.{ LKK }

2.pembukuan Pada Buku Kas Umum ( BKU ).


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembukuan BKU yang dilakukan oleh
bendaharawan adalah sebagai berikut :
a.Ketika Buku Ditutup.
Pada umumnya akan terdapat selisih lebih antara sisi debet dan kredit. Selisih
lebih terjadi bila jumlah sisi debet lebih besar daripada jumlah sisi Kredit.
Karena setiap kali terjadi penutupan buku jumlah sisi debet harus sama dengan
jumlah sisi kredit, maka selisih lebih tadi harus ditambahkan pada sisi Kredit
sebagai saldo. Selisih Kurang tidak mungkin terjadi.
b.Ketika Buku diBuka Kembali.
Selisih lebih atau saldo tadi harus dipindahkan ke sisi Debet sebagai pos
pertama. Setelah itu barulah pembukuan diteruskan kembali.

Berikut adalah contoh pembukuan dalam BKU Bendaharawan UYHD. Dalam


contoh ini, Bendaharawan dianggap tidak menyimpan uangnya di Bank, sehingga semua
transaksi semua langsung dibukukan secara tunai. Adapun transaksi-transaksi yang dilakukan
oleh Bendaharawan tersebut dalam bulan Mei 2015 adalah sebagai berikut :

01 Mei 2015 : Saldo awal berjumlah sebesar Rp 200.000 yang terdiri dari saldo
Mak 5210 Rp 80.000
Mak 5220 Rp 40.000
Mak 5310 Rp 80.000
05 Mei 2015 : Diterima SPM Gaji tertanggal 01 Mei 2015 untuk MAK 5110 sebesar Rp
410.000
07 Mei 2015 : Dibayar gaji MAK 5110 sebesar Rp 400.000
15 Mei 2015 : Diterima SPM tertanggal 10 Mei 2015 sebesar Rp 500.000 untuk MAK 5210
Rp 200.000 MAK 5220 Rp 100.000, MAK 5310 Rp 200.000.
20 Mei 2015 : Dibayar kuitansi nomor 1000 untuk MAK 5210 Rp 220.000
25 Mei 2015 : Dibayar kuitansi Nomor: 2000 MAK 5220 Rp 160.000
29 Mei 2015 : Dibayar kuintansi Nomor 3000 MAK Nomor 5310 Rp 250.000
30 Mei 2015 : Disetor gaji atas nama Saudara Kadir yang meninggal dunia pada tanggal 29
April 2015 sebesar Rp 10.000surat bukti setor tertanggal 30 Mei 2015 atas
MAK: 5110.

42 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Penerimaan BKU Bulan Mei 2015 Pengeluaran

TGL Keterangan MAK Jumlah TGL Keterangan MAK Jumlah

Mei Mei
01 Saldo - 200.000 07 Dibayar 5110 400.000
05 SPM 5 Mei - 410.000 5120
15 SPM 10 Mei 500.000 20 Dibayar 5210 220.000
25 Dibayar 5220 160.000
29 Dibayar 5310 250.000
30 Disetor Kas 5110 10.000
Negara
31 Saldo 70.000

Penutupan
1.110.000
Penutupan 1.110.000

BUKU PEMBATU PENGAWAS ANGGARAN KREDIT ANGGARAN


BULAN MEI 2015

MAK ; 5110
TGL Keterangan Pembayara Sisa Cara Posisi Penggantian
n Kredit Pembayaran UYHD
SPM Dana Penggantian Belum
-LS UYHD UYHD Diganti
Mei Diterima - - - - 410.000 -
5 SPM 400.000 10.000 - 400.000 400.000
7 Bayar Gaji 10.000 10.000 10.000
30 Disetor kas
Negara

43 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

BUKU PEMBATU PENGAWAS ANGGARAN KREDIT ANGGARAN


BULAN MEI 2015
MAK : 5210

TGL Keterangan Pembayaran Sisa Cara Posisi Penggantian


Kredit Pembayaran UYHD
SPM Dana Penggantian Belum
-LS UYHD UYHD Diganti
01 Saldo 80.000 80.000
15 Diterima SPM 200.000
20 Dibayar 220.000 60.000 220.000 220.000

BUKU PEMBATU PENGAWAS ANGGARAN KREDIT ANGGARAN


BULAN MEI 2015

MAK : 5220
TGL Keterangan Pembayaran Sisa Cara Posisi Penggantian
Kredit Pembayaran UYHD
SPM Dana Penggantian Belum
-LS UYHD UYHD Diganti
01 Saldo 40.000 40.000
15 Diterima 100.000
29 SPM 160.000 (20.000) 160.000 160.000
Dibayar

BUKU PEMBATU PENGAWAS ANGGARAN KREDIT ANGGARAN


BULAN MEI 2015

TGL Keterangan Pembayaran Sisa Cara Posisi Penggantian


Kredit Pembayaran UYHD
SPM Dana Penggantian Belum
-LS UYHD UYHD Diganti
01 Saldo 80.000 80.000
15 Diterima SPM 200.000
29 Dibayar 250.000 30.000 250.000 250.000

3.HUBUNGAN PEMBUKUAN BKU DENGAN BUKU BANK.

44 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Sesuai dengan keppres RI Nomor 16 tahun 1994, dimana setiap bendaharawan UYHD
hanya diperkenankan memegang uang tunai dengan jumlah setinggi-tingginya Rp 10.000.000
( Sepuluh Juta Rupiah ). Sedangkan selebihnya disimpan di Bank pemerintah terdekat.
Disamping melakukan pembayaran secara tunai, maka setiap bendahara UYHD juga
melakukan pembayaran melalui perantaraan bank. Dengan demikian, disamping harus
menyelenggarakan BKU, ian juga harus menyelenggarakan Buku Bank agar ia dapat
mengetahui dengan cepat posisi keuangan di bank.
Dengan digunakanya buku bank untuk mencatat transaksi-transaksi yang dilakukan
melalui bank, tidak berarti Buku Bank terpisah sama sekali dari BKU. Karena setiap transaksi
yang dilakukan harus oleh Bendaharawan tetap harus dicatat di dalam BKU, maka transaksi-
transaksi yang dilakukan melalui bank, disamping harus dicatat didalam Buku Bank, harus
dibukukan dalam BKU.
Karena pola hubungan seperti di atas, maka Buku Bank hanyalah sebagai buku
Pembantu bagi BKU. Dengan kata lain, saldo uang di bank adalah bagian langsung saldo
uang menurut BKU. Sebaliknya saldo uang di bank menurut BKU, harus cocok dengan
dengan saldo menurut Buku Bank.
Gambaran yang telah terinci mengenai hubungan antara BKU dengan Buku Bank di
atas, dapat dilihat di dalam ragam transaksi kas-bank sebagai berikut:
a.transaksi yang mengubah saldo kas, dan
b.transaksi yang tidak mengubah saldo kas secara keseluruhan.
Dalam keadaan yang pertama, saldo menurut BKU dan Buku Bank mengalami
perubahan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya transaksi antara Bendaharawan dengan pihak
ketiga.
Sedangkan dalam keadaan yang kedua, walaupun saldo menurut Buku Bank berubah
namun saldo menurut BKU sama sekali tidak mengalami perubahan , karena yang terjadi
hanyalah sekedar pengalihan uang dari kas tunai ke bank atau sebaliknya.
Dengan demikian transaksi-transaksi yang dilakukan melaluibank sebagaimana di atas
dapat dilakukan dengan dua metode sebagai berikut :

a. METODE PEMBUKUAN LANGSUNG.


Dalam pembukuan ini semua transaksi bank yang mengubah jumlah kas dibukukan
secara langsung. Baik pada BKU maupun pada Buku Bank. Dengan kata lain semua
penerimaan langsung di debit dan semua pengeluaran di kredit, baik pada BKU maupun pada
Buku Bank.
Sedangkan untuk transaksi-transaksi yang tidak mengubah jumlah kas secara
keseluruhan, seperti pemindahan uang dari kas ke bank, secara pembukuanya adalah sebagai
berikut.
a.BKU di kredit untuk mengakui adanya penyetoran dan Buku Bank di debit untuk mengakui
adanya penerimaan dan,
b.Karena saldo kas pada BKU tidak boleh berubah maka untuk mengakui adanya
pertambahan
jumlah kas di bank, BKU harus di debit kembali dengan keterangan “Pergeseran Uang di
Bank” ( PU ).
Bila yang terjadi adalah pengalihan uang dari bank ke kas, maka cara membukukanya
adalah kebalikan dari cara di atas, yaitu :
a.BKU di debit untuk mengakui adanya penerimaan, sedangkan Buku Bank di kredit untuk
mengakui adanya penyetoran, dan
b.Karena kas saldo pada BKU tidak boleh berubah, maka untuk mengakui pengurangan
jumlah
kas di bank, BKU harus di kredit kembali dengan keterangan “ Pergeseran Uang di Bank”

45 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

(PU)

b.METODE PEMBUKUAN TIDAK LANGSUNG.


Bila dalam metode pembkuan langsung dibedakan antara transaksi yang mengubah
jumlah kas dengan yang tidak mengubah jumlah kas secara keseluruhan, maka dalam metode
tidak langsung pembedaan itu tidak perlu dilakukan. Kerena pembukuan bagi kedua jenis
transaksi tersebut dilakukan dengan cara yang sama.
Titik tolak dari metode kedua ini adalah sebagai berikut :
a.penerimaan bank pertama-tama dianggap sebagai penerimaan kas, kemudian dari kas
berubah penerimaan tersebut di setor ke bank, dan
b.pengeluaran bank pertama-tama dianggap sebagai pengalihan uang dari bank ke kas,
kemudian dari kas berulah uang tersebut dibayarkan kepada pihak ketiga.

Adapun langkah-langkah pembukuan penerimaan bank yang menambah jumlah kas


secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
a.BKU di debet untuk mengakui adanya penerimaan kas, dan
b.Buku Bank di debet, sedangkan BKU di kredit dengan keterangan PU, untuk mengakui
terjadinya penyetoran uang dari kas ke bank.

Sedangkan pembukuan untuk pengeluaran bank yang mengurangi jumlah kas secara
keseluruhan adalah sebagai berikut :
a.Buku Bank di kredit, BKU di debet dengan keterangan PU, untuk mengetahui terjadinya
pemindahan uang dari kas, dan
b.BKU di kredit untuk mengakui pengeluaran uang dari kas.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara


Metode Pembukuan Langsung dengan Metode Pembukuan Tidak Langsung hanya terjadi
ketika melakukan pencatatan di dalam BKU. Sedangkan catatan yang dibuat di dalam Buku
Bank, tidak terdapat perbedaan di antara kedua metode tersebut.
Untuk untuk melihat perbedaan tersebut, kita dapat contoh transaksi yang melibatkan
BKU dengan Buku Bank. Transaksi-transaksi yang terjadi dalam bulan Mei 2015 berikut
akan dibukukan ke dalam BKU, baik dengan menggunakan metode pembukuan langsung
maupun dengan pembukuan tidak langsung.

01 Mei 2015 : Saldo BKU tercatat sebesar Rp 1.600.000 yang terdiri dari Saldo Mak 5210
RP 400.000, Mak 5220 Rp 800.000, dan Mak 5310 Rp 400.000. Sedangkan
saldo awal Buku Bank berjumlah Rp 800.000.
05 Mei 2015 : Diterima SPM Gironomor 1004 Rp 3.000.000, dengan perincian sebagai
berikut : untuk Mak 5210 Rp 1.000.000, Mak 5220 Rp 1.000.000, dan Mak
5310 Rp 1.000.000
15 Mei 2015 : Dibayar per bank Rp 3.100.000 masing-masing untuk Mak 5210
Rp 1.200.000. Mak5220 Rp 1.500.000 dan Mak 5310 Rp 400.000.
20Mei 2015 : Diambil uang dari bank Rp 500.000.

Berdasarkan transaksi tersebut di atas, maka catatan yang dibuat Bendaharawan di


dalam BKU, Buku Bank, dan Buku Pengawas Anggaran adalah sebagai berikut.

46 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Buku Kas Umum


Mei 2015
(Metode Pembukuan Langsung)

TGL Keterangan Jumlah TGL Keterangan Jumlah

01 Saldo 1.600.000 15 Dibayar 1.200.000


05 SPM Giro 3.100.000 15 Dibayar 1.500.000
20 Dari Bank 500.000 15 Dibayar 400.000
20 PU 500.000
31 Saldo 1.500.000

Penutupan 5.100.000 Penutupan 5.100.000

Buku Kas Umum


Mei 2015
(Metode Pembukuan Tidak Langsung)

TGL Keterangan Jumlah TGL Keterangan Jumlah

01 Saldo 1.600.000 05 PU 3.000.000


05 SPM Giro 3.000.000 15 Dibayar 1,200.000
05 PU 3.000.000 15 Dibayar 1.500.000
15 PU 3.100.000 15 Dibayar 400.000
20 Dari Bank 500.000 15 PU 3.100.000
20 PU 500.000
31 Saldo 1,500.000
Penutupan 11.200.000 Penutupan 11.200.000

Buku Bank
Mei 2015

TGL Keterangan Jumlah TGL Keterangan Jumlah

47 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

01 Saldo 800.000 15 Dibayar 3.100.000


05 SPM Giro 3.000.000 20 Kas 500.000
31 Saldo 200.000

Penutupan 3.800.000 Penutupan 3.800.000

BUKU PEMBANTU PENGAWAS ANGGARAN KREDIT ANGGARAN


BULAN MEI 2015

MAK : 5210
TG Keteranga Pembayar Sisa Cara Posisi penggantian
L n an Kredit Pembayaran UYHD
SPM Dana Penggantia Belum
-LS UYHD n UYHD diganti
01 Saldo 400.000 400.000
05 SPM 1.000.000
15 Dibayar 1,200.000 200.000 1.200.00 1.200.00
0 0

BUKU PEMBANTU PENGAWAS ANGGARAN KREDIT ANGGARAN


BULAN MEI 2015

MAK : 5220
TG Keteranga Pembayara Sisa Cara Posisi penggantian
L n n Kredit Pembayaran UYHD
SPM Dana Penggantia Belum
-LS UYHD n UYHD diganti
01 Saldo 800.00 800.000
05 Dibayar 0 1.000.000
15 Dibayar 1.500.000 1.500.00 1.500.00
300000 0 0

BUKU PEMBANTU PENGAWAS ANGGARAN KREDIT ANGGARAN


BULAN MEI 2015

MAK : 5310
TGL Keterangan Pembayaran Sisa Cara Posisi penggantian
Kredit Pembayaran UYHD
SPM- Dana Penggantia Belum
LS UYHD n UYHD diganti

48 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

01 Saldo 400.000 400.000


05 SPM 1.000.000
15 Dibayar 400.000 1.000.000 400.000 400.000

BAGIAN : 2
AKUNTANSI PEMERINTAHAN
(PENDEKATAN APBD).
PENGANTAR AKUNTANSI
KEUANGAN DAERAH

Oleh :

49 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

I Nyoman Sugiarta.
JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI BALI

BAB : 1
PENGERTIAN DAN PERSAMAAN AKUNTANSI
PEMERINTAHAN.

A.Pengertian Akuntansi.
Pengertian akuntansi adalah suatu proses dari mencatat transaksi keuangan,
menggolong-golongkan, dan meringkas transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan
oleh suatu lembaga/entitas, serta diikuti dengan melaporkan hasil-hasilnya dalam
suatu laporan yang disebut dengan laporan keuangan.

Proses Akuntansi Pemerintahan.


Gambar : 1
Siklus Akuntansi

Bukti Jurnal Buku Neraca


Transaksi Besar saldo

Laporan Neraca
Keuangan Saldo Pny

50 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

No Laporan Keuangan Laporan Keuangan


Perusahaan/Komersiil Pemerintah /Publik
1 Laporan Laba-Rugi ( Income Laporan Realisasi Anggaran
Statemen Report) (Surplus/Defisit)
2. Laporan Neraca ( Balanced Laporan Aliran/Arus Kas

Report) Laporan Neraca


3. Laporan Perubahan Modal Catatan atas Laporan
4. Laporan Arus Kas Keuangan

B. Persamaan Akuntansi.

a.Perusahaan.

Aktiva = Utang

Aktiva = Utang + Modal

Aktiva + Biaya= Utang + Modal + Pendapatan

b.Publik/Pemerintahan.

Aktiva = Utang

Aktiva = Utang + Equitas Dana.

Aktiva + Belanja = Utang + Equitas Dana + Pendapatan

51 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

C. Kedudukan dan Lingkungan Akuntansi Keuangan daerah.

Lingkup akuntansi pemerintah dapat dibagi dua adalah sebagai berikut :


1. Akuntansi Pemerintahan Pusat.
2. Akuntansi Pemerintahan daerah, yang terdiri dari
a. Akuntansi pemerintahan provinsi.
b. Akuntansi pemerintahan kabupaten/kota.
Salah satu tujuan dari akuntansi keuangan daerah adalah menyediakan
informasi keuangan yang lengkap, cermat, dan akurat sehingga dapat menyajikan
laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan, dan digunakan sebagai
dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan keuangan masa lalu dalam rangka
mengambil keputusan ekonomi yang diperlukan yang diperlukan pihak ekternal
pemda untuk masa yang akan dating. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh
akuntansi keuangan daerah akan digunakan oleh berbagai pihak ekternal tersebut.
Kalau digambarkan dalam scema yang baku maka akan nampak sebagai berikut.

Gambar : 5
Kedudukan Akuntansi Keuangan Daerah

Akuntansi

Akuntansi Akuntansi Akuntansi


Komerisal. Pemerintahan Sosial

Akuntansi Akuntansi
Pemerintahan Non Pemerintah

52 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Akuntansi Akuntansi
Pemerintahan Pemerintahan
Pusat Daerah.

Akuntansi
BAB : 2
Keuangan
PENGERTIANDaerah
DAN STRUKTUR APBD

A. Pengertian APBD.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah
suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang Keuangan
Negara).
Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu mulai 1
Januari dan berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. Sehingga
pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah dapat dilaksanakan
berdasarkan kerangka waktu tersebut.

Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola
dalam APBD. Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan
tugas-tugas desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan
pelaksanaan Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan tidak dicatat dalam APBD.
APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau
input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan
perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk setiap sumber pendapatan.
Pendapatan dapat direalisasikan melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Berkaitan
dengan belanja, jumlah belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi untuk setiap
jenis belanja. Jadi, realisasi belanja tidak boleh melebihi jumlah anggaran belanja yang telah
ditetapkan. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang
berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia
anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran.
APBD merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan semua Belanja Daerah
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua
penerimaan Daerah bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD.

53 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam
APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi
dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.

B. FUNGSI-FUNGSI ANGGARAN DAERAH.


Berdasarkan  ketentuan dalam Pasal 3 ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Fungsi APBD adalah sebagai berikut  :
1.    Fungsi Otorisasi : Anggaran daerah merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan
Dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

2.    Fungsi Perencanaan : Anggaran daerah merupakan pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3.    Fungsi Pengawasan : Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

4.    Fungsi Alokasi : Anggaran daerah diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan
Pemborosan Sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.

5.    Fungsi Distribusi : Anggaran daerah harus mengandung arti/ memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan

6.    Fungsi Stabilisasi : Anggaran daerah harus mengandung arti/ harus menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

C.PRINSIP-PRINSIP ANGGARAN DAERAH.


Prinsip-prinsip dasar (azas) yang berlaku di bidang pengelolaan Anggaran Daerah
yang berlaku juga dalam pengelolaan Anggaran Negara / Daerah sebagaimana bunyi
penjelasan dalam Undang Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yaitu :
1. Kesatuan : Azas ini menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran.

2. Universalitas : Azas ini mengharuskan agar setiap transaksi keuangan


ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran.

3.Tahunan : Azas ini membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun

54 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

tertentu

4. Spesialitas : Azas ini mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan


terinci secara jelas peruntukannya.

5. Akrual : Azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran dibebani


Untuk pengeluaran yang seharusnya dibayar, atau menguntungkan
anggaran untuk penerimaan yang seharusnya diterima, walaupun

sebenarnya belum dibayar atau belum diterima pada kas

6. Kas : Azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran dibebani pada
saat terjadi pengeluaran/ penerimaan uang dari/ ke Kas Daerah

D. STRUKTUR APBD.
Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari :
1.    Pendapatan Daerah
2.    Belanja Daerah
3.    Pembiayaan
Selisih lebih pendapatan daerah terhadap belanja daerah disebut surplus anggaran,
tapi apabila terjadi selisih kurang maka hal itu disebut defisit anggaran. Jumlah pembiayaan
sama dengan jumlah surplus ataujumlah defisit anggaran.

1.     Pendapatan Daerah


Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum
Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah.
Pendapatan daerah terdiri atas:
a.    Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari :
1)    pajak daerah;
2)    retribusi daerah;
3)    hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
4)    lain-lain PAD yang sah, terdiri dari :
(1)    hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
(2)    hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
(3)    jasa giro;
(4)    pendapatan bunga;
(5)    tuntutan ganti rugi;
(6)    keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan
(7)    komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

55 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

c.    Dana Perimbangan; terdiri dari :


1)    Dana Bagi Hasil
2)    Dana Alokasi Umum (DAU), dan
3)    Dana Alokasi Khusus (DAK)

5)    Lain-lain pendapatan daerah yang sah, meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain
Pendapatan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hibah yang merupakan bagian dari
Lain-
lain Pendapatan Daerah yang Sah merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau
jasa yang berasal dari pemerintah, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau
luar
negeri yang tidak mengikat.

2. Belanja Daerah
Komponen berikutnya dari APBD adalah Belanja Daerah. Belanja daerah meliputi
semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar,
yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh Daerah.
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan
pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.Urusan wajib adalah urusan
yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar kepada masyarakat
yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
Sedangkan urusan pilihan adalah urusan pemerintah yang secara nyata ada dan
berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai kondisi, kekhasan, dan
potensi keunggulan daerah. Belanja penyelenggaraan urusan wajib tersebut diprioritaskan
untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi
kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem
jaminan sosial. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui prestasi kerja
dalam pencapaian standar pelayanan minimal berdasarkan urusan wajib pemerintahan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan kegiatan,
serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan
organisasi pemerintahan daerah. Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari:
a.    klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan; dan
b.    klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara.
Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan diklasifikasikan menurut
kewenangan pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota.

56 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Sedangkan klasifikasi belanja menurut fungsi pengelolaan negara digunakan untuk tujuan
keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari:
a.    pelayanan umum;
b.    ketertiban dan keamanan;
c.    ekonomi;
d.    lingkungan hidup;
e.    perumahan dan fasilitas umum;
f.    kesehatan;
g.    pariwisata dan budaya;
h.    agama;
i.    pendidikan; serta
j.    perlindungan sosial.
Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Sedangkan klasifikasi belanja menurut jenis
belanja terdiri dari:
a.    belanja pegawai;
b.    belanja barang dan jasa;
c.    belanja modal;
d.    bunga;
e.    subsidi;
f.    hibah;
g.    bantuan sosial;
h.    belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dan
i.    belanja tidak terduga.
Penganggaran dalam APBD untuk setiap jenis belanja berdasarkan ketentuan perundang-
undangan.

3. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah tersebut terdiri dari
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Penerimaan pembiayaan mencakup:
a.    SiLPA tahun anggaran sebelumnya;
b.    pencairan dana cadangan;
c.    hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d.    penerimaan pinjaman; dan
e.    penerimaan kembali pemberian pinjaman.
Pengeluaran pembiayaan mencakup:
a.    pembentukan dana cadangan;
b.    penyertaan modal pemerintah daerah;
c.    pembayaran pokok utang; dan
d.    pemberian pinjaman.
Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap
pengeluaran pembiayaan. Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran.

57 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

5.Proses Penyusunan APBD.


a.Tahap Persiapan ( Budget Preparation ).
Pada tahap ini dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan secara
akurat yang tersedia sebelumnya.Disini sangat perlu dipertimbangkan paktor ketidak pastian (
uncertainty ) dengan cermat.Dalam penyusunan APBD dengan Paradigma baru yang
mengacu pada Pemerintah Pusat yang tertuang dalam dokumen GBHN, PROPENAS
( Program Pembangunan Nasional ), RENSTRA ( Rencana Strategi ), REPETA ( Rencana
Pembangunan Tahunan ). Sikronisasi pembangunan pusat dengan daerah diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 105 ( Analisis Fiskal dan Ekonomi ) dan 108 Tahun 2000.
Sementara untuk di tingkat daerah ( propinsi, kabupaten/kota ) berdasarkan ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 dimana pemerintah daerah disyaratkan
membuat yang terdiri dari PRPPEDA, RENSTADA, dalam jangka waktu 5 tahun dimana
untuk setiap tahunya digunakan sebagai masukan dalam menysusun REPEDADA & APBN.

b. Tahap Ratifikasi Anggaran ( Budget Implementation ).


Pada tahap ini pinpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan
memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan batahan-
batahan pihak legeslatif ( DPRD ).

c.Pelaksanaan Anggaran (Tahap Budget Implementation ).


Pada pelaksanaan ini dimana hal yang terpenting harus diperhatikan oleh manager
Keuangan Publik adalah dimilikinya system ( informasi ) akuntansi dan Sistem Pengendalian
Manajemen. Disini Manager Keuangan Publik dalam hal ini harus bertanggung jawab untuk
menciptakan system akuntansi yang memadai dan handal untuk perencanaan dan
pengendalian anggaran yang telah disepakati.

d.Tahap Pelaporan dan Evaluasi Anggaran.

58 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Pada tahap ini terkait pada aspek akuntabilitas, dimana bila pada tahap implementasi
telah didukung dengan system akuntansi dan system pengendaslian manajemen yang baik,
maka diharapkan pada tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemui
banyak masalah.

Proses Penyusunan APBD ( Permendagri No. 13 Tahun 2006 ).


Gambar :2
Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Penyusunan Penyusunan Penetapan Perda APBD


KUA&PPAS Raperda APBD.

Program
Proses Penyusunan Pembahasan
Perencanaa RKA-SKPD ( Raperda APBD ( A5
n A2 ) )

RKPD Persetujuan
Penyusunan Bersama Raperda
RKA&SKPD
( A3 ) APBD
Topik : 2
Penyusunan
2. KUA
Pendahuluan
& : Evaluasi
PPAS( A1) RKA&SKP Gubernur,
D Mendagri ( A5)

Nota
Kesepakata Perda Pembatalan
n KUA & RAPERDA APBD Perda APBD
PPAS APBD ( A7) (A8)

59 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

BAB : 3
PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ).
PAD adalah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi
asli daerah. Kelompok pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan
sebagai berikut:
1. Pajak Daerah.
Adalah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Menurut Undang-
Undang No 34 Tahun 2000 penyempurnaan dari Undang-Undang 18 Tahun 1997
yang mengatur tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah. Menurut Undang-undang
ini jenis Pendapatan Pajak Provinsi dan Kabupatren meliputi obyek pendapatan
sebagai berikut.
Tabel : 3
Komponen Pajak Provinsi dan Kabupaten

No No Pajak Kabupaten
Pajak Provinsi
1. Pajak Kendaraan Bermotor 1. Pajak Hotel.
2. Bea Balik Nama Kendaraan 2. Pajak Restoran.
Bermotor. 3. Pajak Hiburan.
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan 4. Pajak Reklame.
Bermotor. 5. Pajak Penerangan Jalan.
4. Pajak Kendaraan di Atas Air. 6. Pajak Pengambilan Bahan Galian

60 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

5. Pajak Air di Bawah Tanah. Golongan C.


6. Pajak Air Permukaan. 7. Pajak Parkir.

2. Restribusi.
Tabel: 4
Komponen Restribusi Provinsi dan Kabupaten

No. No. Restribusi Kabupaten.


Restribusi Provinsi
1. Restribusi Pelayanan Kesehatan. 1. Restribusi Pelayanan Kesehatan.
2. Restribusi Pemakaian Kekayaan 2. Restribusi Pelayanan
Daerah. Persampahan/Kebersihan.
3. Restribusi Penggantian Biaya 3. Restribusi penggantian Bea Cetak
Cetak Peta. KTP.
4. Restribusi Pengujian Kapal 4. Restribusi Penggantian Bea cetak
Perikanan. Akta Catatan Sipil.
5. Restribusi Pelayanan Parkir di
Tepi Jalan Umum.
6. Restribusi Pelayanan Pasar.
7. Restribusi Pengujian Kendaraan
Bermotor.
8. Restribusi Pelayanan
Pemakaman.
9. Restribusi Pelayanan Pengabuan
Mayat.
10. Restribusi Pemeriksaan
Kendaraan Pemadam Kebakaran.
11. Restribusi Penggantian Biaya
cetak peta.
12. Restribusi Pengujian Kapal
Perikanan.
13. Restribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah.
14. Restribusi Jasa Usaha Pasar
Grosir/Pertokoan.

61 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

15. Restribusi Jasa Usaha Tempat


Pelelangan.
Restribusi Jasa usaha terminal.
16.
Restribusi Tempat Penginapan /
17.
Pesanggrahan/Villa.
Restribusi Jasa Penyedotan
18.
Kakus.
Restribusi Rumah Potong Hewan.
19.
Restribusi Usaha Jasa Pelayanan
20.
Pelabuhan Kapal.
Restribusi Jasa usaha tempat
rekreasi dan olahraga.
21.
Restribusi Jasa usaha
penyebrangan di atas air.
22.
Restribusi usaha jasa pengolahan
limbah cair.
23.
Restribusi izin mendirikan
Bangunan.
24.
Restribusi izin penjualan
minuman beralkohol.
25.
Restribusi izin trayek.

26.

3. Hasil Perusahaan BUMD dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang


Dipisahkan.
1. Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah.
2. Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank.
3. Bagian Laba Lembaga Keuangan Non-bank.
4. Bagian Laba atas Penyertaan Modal/Investasi.

4. Lain-Lain PAD yang sah.


Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik
penerimaan daerah. Adapun jenis obyek pendapatan ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil Penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan.
62 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

2. Penerimaan jasa giro.


3. Penerimaan bunga deposito.
4. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
5. Penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan daerah.

2. Dana Perimbangan.
Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN ) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai
kebutuhan daerah. Kelompok pendapatan berupa Dana Perimbangan ini digolongkan menjadi
3 jenis untuk Provinsi dan 4 jenis untuk Kabupaten/Kota. Yaitu:
1. Bagi hasil Pajak/bukan pajak, yang meliputi:
a. Bagi Hasil Pajak.
b. Bagi hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam.
2. Dana Alokasi Umum ( DAU ).
3. Dana Alokasi Khusus ( DAK ). Yang meliputi;
a. Dana Alokasi Khusus Reboisasi.
b. Dana Alikasi Khusus Non reboisasi.
4. Bagi hasil pajak dan bantuan keuangan dari Provinsi (untuk Kabupaten/Kota).

3. Belanja Daerah.
3.1 Belanja Administrasi Umum.
Adalah merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah yang tidak berhubungan
secara langsung dengan aktivitas atau pelayanan publick dan bersifat periodic. Kelompok
belanja administrasi umum terdiri dari 4 jenis belanja yaitu :
1. Belanja Pegawai Personalia.
Jenis belanja ini merupakan belanja pemerintah daerah utuk orang/personel
yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau dengan kata lain
merupakan biaya tetap pegawai. Kelompok belanja ini terdiri dari 4 jenis yaitu:
a. Gaji dan Tunjangan Kepala daerah/wakil Kep Daerah.
b. Gaji dan Tunjangan Pegawai.
c. Biaya Perawatan dan Pengobatan.
d. Biaya Pengembangan Sumber Daya Manusia.

2. Belanja Barang dan jasa.


63 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Jenis belanja Barang dan Jasa merupakan belanja pemerintah daerah untuk
penyediaan barang dan jasa. Jenis belanja barang dan jasa untuk bagian belanja
aparatur daerah adalah sebagai berikut :
a. Belanja bahan pakai habis.
b. Biaya jasa kantor.
c. Biaya cetak dan pengadaan keperluan kantor.
d. Biaya sewa kantor.
e. Biaya makan dan minum kantor.
f. Biaya pakaian dinas.
g. Biaya bunga uang.
h. Biaya Depresiasi gdung,alat angkutan, Lab.

3. Belanja Perjalanan Dinas.


Belanja perjalanan dinas merupakan jenis belanja pemerintah daerah untuk biaya
perjalanan pegawai dan dewan. Adapun obyek belanja ini adalah Biaya perjalanan
dinas, ( untuk aparatur daerah ), Biaya perjalanan pindah, pemulangan pegawai yang
gugur dan dipesnsiunkan.

4. Belanja Pemeliharaan.
Adalah merupakan belanja pemerintah daerah untuk pemeliharaan barang
daerah. Sedangkan obyek belanja dari jenis balanja dan untuk bagian belanja aparatur
daerah terdiri atas:
a. Biaya pemeliharaan gedung.
b. Biaya pemeliharaan alat-alat angkutan.
c. Biaya pemeliharaan alat-alat kantor dan rumah tangga.
e. Biaya pemeliharaan alat-alat studio dan komunikasi.
f. Biaya pemeliharaan buku perpustakaan.
a. Biaya pemeliharaan alat-alat persenjtaan.

2. Biaya Operasi dan Pemeliharaan.


Kelompok belanja ini merupakan semua belanja pemerintah daerah yang
berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik adalah sebagai berikut:
a. Belanja pegawai dan personalia, yang meliputi; honorarium/upah, uang
lembur, dan insentif.

64 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

b. Belanja barang dan jasa, yang meliputi biaya bahan material, biaya jasa pihak
ke-tiga, biaya cetak dan penggandaan, biaya sewa..
c. Belanja Perjalanan dinas ( idem ad. & umum )
d. Belanja pemeliharaan ( idem ad. & umum ).

3. Belanja Modal.
Belanja ini merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi
satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dan
selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya
pemeliharaan pada kelompokbelanja administrasi umum. Kelompok belanja
ini mencakup jenis yaitu:
a. Belanja modal tanah.
b. Biaya modal jalan jembatan.
c. Belanja modal bangunan air(irigasi).
d. Belanja modal instalasi.
e. Balanja modal jaringan
f. Belanja modal bangunan gedung.
g. Belanja modal alat-alat kantor, komunikasi, kedokteran, lab, bk perpustakaan.
4. Belanja Bagi hasil dan bantuan Keuangan.
Adapun belanja jenis ini berbentuk kegiatan pemeliharaan uang dan barang
dari pemerintah daerah. Kelompok belanja ini terdiri atas:
a. Belanja bagi hasil pajak kepada pemerintah kabupaten kota(bagi provinsi)
b. Belanja bagi hasil restribusi kepada pemerintah desa ( bagi kabupaten/kota).
c. Belanja bantuan keuangan kepada pemerintah kabupaten/kota(bagi provinsi.
d. Belanja bantuan keuangan kepada organisasi kemasyarakatan.
e. Belanja bantuan kepada organisasi profesi.

5. Belanja tidak terduga.


Jenis belanja ini adalah belanja pemerintah daerah untuk pelayanan publick
dalam rangka mengatasi bencanaalam dan social.

65 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

BAB: 4

AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH


1. Pendahuluan.
Akuntansi keuangan daerah di Indonesia merupakan salah satu bidang dalam
akuntansi sector publik yang mendapat perhatian besar dari berbagai pihak semenjak
reformasi. Hal ini disebebkan oleh adanya kebijakan baru dari pemerintah Republik
Indonesia yang mereformasi berbagai hal termasuk pengelolaan keuangan daerah. Reformasi
tersebut awalnya mengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok
Pemerintahan Daerah dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan
daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang menggantikan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 1956 mengenai keuangan negara dan daerah
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 berisi tentang perlunya dilaksanakan otonomi
daerah, sehingga undang-undang tersebut sering disebut dengan undang-undang otonomi
daerah. Disini yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah wewenang yang dimiliki daerah
otonom untuk mengantur dan mengurus masyarakatnya menurut kehendak sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pertimbangan yang mendasari perlunya diselenggarakan otonomi daerah adalah
perkembangan kondisi di dalam dan di luar negeri Kondisi di dalam negeri rakyat
membutuhkan keterbukaan dan kemandirian ( desentralisasi ) . Di pihak lain keadaan di luar
negeri menunjukan adanya semakin maraknya globalisasi yang menuntut daya saing tiap
negara, termasuk daya saing pemerintah daerah ( pemda ). Daya saing pemda ini diharapkan

66 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

akan tercapai melalui peningkatan kemandirian pemerintah daerah tersebut diharapkan diraih
melalui otonomi daerah.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan
daerah tersebut maka perubahan cukup mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah
termasuk dalam manajemen atau pengelolaan keuangan daerah, dapat diduga terjadi. Hal itu
disebabkan karena manajemen keuangan daerah merupakan alat untuk mengurus dan
mengatur rumah tangga pemda.

2. Dasar Pengakuan.
Definisi pengakuan dalam akuntansi menurut SAP ( Standar Akuntansi
Pemerintahan ) adalah proses penetapan terpenuhinya criteria pencatatan suatu kejadian
atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi
unsur asset, kewajiban, ekuitas, dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan, sebagaimana
termuat dalam laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan. Pengakuan
diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan keuangan yang
berpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait. Adapun batas criteria minimum yang
perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui, yaitu:
1. Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian atau
peristiwa tersebut akan mengalir keluar atau masuk ke dalam entitas pelaporan yang
bersangkutan.
2. Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur atau
diestimasi dengan andal/akurat.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa secara sederhana, pengakuan
adalah penentuan kapan suatu transaksi dicatat. Untuk menentukan kapan suatu transaksi
dicatat digunakan berbagai basis/dasar akuntansi atau system pencatatan. Basis/dasar
akuntansi atau system pencatatan adalah himpunan dari standar-standar akuntansi yang
menetapkan kapan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lainya harus diakui untuk
tujuan pelaporan keuangan. Basis-basis tersebut berkaitan dengan penetapan waktu atas
pengukuran yang dilakukan, terlepas dari sifat pengukuran tersebut. Berbagai basis/dasar
akuntansi atau system pencatatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Basis Kas.( Cash Basis )
Basis Kas merupakan basis akuntansi yang paling sederhana, dimana dalam
system ini transaksi diakui/dicatat apabila menimbulkan perubahan atau berakibat
pada kas, yaitu menaikan atau menurunkan kas. Apabila transaksi tidak berpengaruh
67 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

pada kas, mata transaksi tersebut tidak dicatat. Basis ini telah digunakan dalam
akuntansi keuangan daerah ( tata buku ) sebelum reformasi.

Basis kas untuk laporan realisasi anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat
kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan
belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
atau entitas pelaporan. Entitas pelaoran tidak menggunakan istilah laba.Penentuan sisa
penggunaan/pembiayaan anggaran baik lebih maupun kurang untuk setiap periode
tergtantung pada selisih realisasi penerimaan dan pengeluaraan. Pendapatan dan
Belanja bukan tunai seperti bantuan pihak luar asing dalam bentuk barang atau jasa
disajukan pada Laporan Realisasi Anggaran

Contoh :
SPM biaya perjalanan dinas yang diterbitkan pada tanggal 05/02/2004, dan
diterima oleh Satuan Pemegang Kas pada tanggal 10/02/2004. Atas kejadian tersebut
dimana Satuan Pemegang Kas, transaksi tersebut baru dicatat/diakui 10/02/2004 pada
saat diterima/dipertanggungjawabkan.

b.Basis Akrual ( Accrual Basis ) .


Dengan bergulirnya reformasi keuangan, didukung dengan Kepmendagri
Nomor 29 Tahun 2002, kemudian disempurnakan dengan Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 tentang perubahan dari kas basis menuju acruel basis. Dalam hal ini
dimana laporan keuangan yang berupa Laporan Kas dan Neraca Daerah tidak
dimungkinkan suatu entitas/organisasi pemerintah hanya mengandalkan dasar kas
saja. Disini dasar akuntansi yang dapat memenuhi tuntutan tersebut adalah Basis
Akruel.
Basis Akruel adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa
lainya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi ( dan bukan hanya pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar. Oleh karena itu, transaksi-transaksi dan
peristiwa-peristiwa dicatat dalam catatan akuntansi dan diakui dalam laporan
keuangan pada periode terjadinya.
Basis akruel untuk neraca berarti bahwa pada asset, kewaiban, dan ekuitas
dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau
kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah tanpa memerhatikan saat
kas atau serta kas diterima atau dibayar.

68 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Contoh :

SPM biaya perjalanan dinas yang diterbitkan pada tanggal 05/02/2004, dan
diterima oleh Satuan Pemegang Kas pada tanggal 10/02/2004. Atas kejadian tersebut
dimana Satuan Pemegang Kas, transaksi tersebut baru dicatat/diakui 10/02/2004 pada
saat diterima/dipertanggungjawabkan. Menurut metode ini transaksi tersebut akan
dicatat pada tanggal 05/02/2004 dengan men-debet biaya perjalanan dinas dan meng-
kredit kas sebesar yang tercantum dalam SPM.

c.Basis Kas Modifikasi ( Modified Cash Basis ).


Basis kas modifikasi merupakan kombinasi dasar kas dengan dasar akruel.
Sedangkan transaksi pengeluaran atau penerimaan kas dibukukan ( dicatat atau
dijurnal ) pada saat uang diterima atau dibayar ( dasar Kas ), pada akhir periode
dilakukan penyesuaian untuk mengakui transaksi dan kejadian dalam periode
berjalan meskipun penerimaan atau pengeluaran kas dari transaksi dan kejadian
dimaksud belum terealisasi.

2.1 Laporan Aliran Kas.


Laporan aliran kas adalah laporan yang bertujuan untuk menyajikan informasi
mengenai kemampuan Pemerintah Daerah dalam memperoleh kas dan menilai
penggunaan kas untuk memenuhi kebutuhan daerah dalam satu periode akuntansi.
Laporan ini menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir
kas daerah dalam satu periode akuntansi tahun berkenan. Laporan ini menyajikan
informasi yang berkenaan dengan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan
entitas operasi, investasi, dan pembiayaan.
Laporan aliran/arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan
aktivitas operasional investasi asset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi non-
anggaran yang menggambarkan slado awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir
kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.
Unsur yang dicakup dalam Laporan Aliran/Arus Kas terdiri dari penerimaan
dan pengeluaran kas, yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut:
a. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke bendahara Umum
Negara/Daerah.

69 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

b. Pengeluaran kas adalah semua kas yang keluar dar Bendahara Umum
Negara/Daerah.
Laporan aliran kas pada dasarnya disusun basis kas, sedangkan Laporan
Perhitungan APBD dan Neraca yang ideal disusun berdasarkan basis akruel
( dimana pada akhir tahun anggaran diadakan penyesuaian), maka penyusunan
Laporan aliran kas relatif sulit. Ini disebabkan oleh penyusunan aliran kas
memerlukan pengubahan Basis Akruel menjadi Basis Kas.
Selanjutnya metode ini menurut Kepmendagri 29/2002 yang disempurnakan
dengan Permendagri Nomor 13/2006 bahwa laporan ini dapat disusun dengan dua
cara yaitu :
1. Metode Langsung ( Direct Method ).
Dalam metode ini melaporkan aktivitas operasi selama periode yang
dilaporkan. Hal ini ditempuh dengan mengidentifikasi rekening-rekening
yang terkait dengan aktivitas operasi, yang menimbulkan aliran kas.
Sebagai contoh dapat dilihat sebagai berikut ini :

No. Rekening Terkait.


Aktivitas Operasi
1. Kas dari Publick -Piutang Pajak/Restribusi
-Utang Pengadaan Bahan Pakai
Habis Kantor dan Belanja
Administrasi Umum

2. Kas untuk membayar -Utang Belanja Pegawai


pegawai -Belanja Gaji Pegawai.

2. Metode Tidak Langsung ( Indirect Method ).


Metode ini melaporkan aliran kas dengan melakukan penyesuaian terhadap
Surplus atau Defisit Anggaran yang dilaporkan dalam Laporan
Perhitungan APBD. Rekening-rekening yang digunakan untuk
menyesuaikan adalah rekening-rekening kenaikan atau penurunan aktiva
operasi lancar selain kas. Contoh : Piutang Pajak, sediaan Bahan
Pakai Habis/Material. Sedangkan kenaikan atau penurunan utang operasi

70 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

lancar selain kas contoh : Utang Belanja Pegawai dan Utang Pemotongan
PPh Pasal 21, dan keuntungan dan kerugian contoh : Penjualan Aktiva
Tetap.

3. Kasus Akuntansi Keuangan Daerah.

Setelah era reformasi system akuntansi keuangan pemerintahan daerah mengalami


perubahan yang cukup signifikan. Sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan ( SAP ) dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, yang berbasis akruel dengan system
pencatatan penggunakan double entry, dimana melibatkan dua macam penjurnalan untuk
setiap transaksi, yaitu jurnal finansial untuk tujuan pelaporan finansial, dan jurnal
anggaran yang berfungsi untuk melaporkan pelaksanaan anggaran.
Jurnal fiansial dilaksanakan mirip dengan pencatatan yang dilakukan pada
akuntansi sector privat/perusahaan, sedangkan jurnal anggaran pencatatan transaksi
pendapatan –LRA dan belanja dengan akun SILPA sebagai pengganti akun KAS.
Penggunaan akun Silpa sebagai pengganti akun sebagai pengganti akun Kas
sebenarnya kurang tepat secara konsep dan teoritis serta secara praktik dapat
menimbulkan sejumlah peermasalahan dalam siklus akuntansinya. Namun
ketidakterkaitan pelaoran anggaran dengan pelaporan finansial menunjukan
bahwa pencatatan pelaksanaan anggaran terpisah dengan akuntansi keuanganya.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pencatatan anggaran terpisah dari
pencatatan akuntansinya, sehingga pencatatan anggaran hanya ditunjukan untuk
menghasilkan pelaporan pelaksanaan anggararanya saja yaitu berupa laporan
realisasi anggaran dan laporab perubahan saldo anggaran lebih ( SAL ).

Contoh:
Diketahui Neraca Awal Pemerintah Provinsi Alengka, Bagian Keuangan
Pemerintah Alengka, dan Satuan Kerja Dinas Pendapatan Daerah ( Dispenda )
Alengka sebagai berikut :

Pemerintah Provinsi Alengka ( Entitas Pelaporan )


Neraca
Per 1 Januari 2004
Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah

ASET: Kewajiban & Ekuitas

71 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

1.Kas di Kas Daerah 620.000.000 Ekuitas 840.000.000


2.Gedung Kantor. 140.000.000
3.Kendaraan. 80.000.000
--------------------- Total Pasiva --------------------
Total Aktiva 840.000.000 840.000.000

Pemerintah Provinsi Alengka Bagian Keuangan( Entitas Pelaporan)


DPPKAD
Neraca
Per 1 Januari 2004
Aktiva. Pasiva
Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah

ASET: Kewajiban & Ekuitas


1.Kas di Kas Daerah 620.000.000 Ekuitas 840.000.000
2.R/K Dispenda 220.000.000
---------------------
Total Aktiva 840.000.000 Total Pasiva --------------------
840.000.000

Pemerintah Provinsi Alengka SKPD Dinas Pendapatan Daerah


( Entitas Akuntansi )
Neraca
Per 1 Januari 2004
Aktiva. Pasiva
Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah

ASET : Kewajiban & Ekuitas


1.Gedung Kantor. 140.000.000 R/K Pemda 220.000.000
3.Kendaraan. 80.000.000
--------------------- --------------------
Total Aktiva 220.000.000 Total Pasiva 220.000.000

Adapun susunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Alengka dan
SKPD Dinas Pendapatan Daerah ( Dispenda ) adalahsebagai berikut :

Pemerintah Provinsi Alengka ( Entitas Pelaporan )


APBD
Periode Bulan Mei 2004

72 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

No Keterangan SKPD Dispenda DPPKD sbg Total


BUD/PPKD Anggaran
I Pendapatan.
1.Restribusi Daerah 1240.000.000 0 240.000.000
II Belanja:
1.Gaji dan Tunjangan Pegawai. 166.000.000 0 166.000.000

2.Belanja Bahan Pakai Habis Kantor 4.000.000 0 4.000.000

3.Belanja Bintek Akuntansi:


- Belanja Pegawai 5.500.000 0 5.500.000

- Belanja Barang&Jasa 4.000.000 0 4.000.000

4. Belanja Modal Komputer 55.000.000 0 55.000.000

Jumlah Belanja 234..500.000 0 234.000.000


III -----------------
IV Surplus ( Defisit ) 5.500.000 0 5.500.000

Pembiayaan:
Penerimaan : Penerimaan Pinjaman 3.500.000 3.500.000

Pinjaman:
Pengeluaran Penyertaan Modal 9.000.000 9.000.000

Pemerintah Provinsi Alengka


SKPD Dispenda
APBD
Periode Bulan Mei 2004
No Keterangan Jumlah

I Pendapatan.
1.Restribusi 240.000.000
Belanja:
II 1.Gaji dan Tunjangan Pegawai. 166.000.000
2.Belanja Bahan Pakai Habis Kantor 4.000.000
3.Belanja Bintek Akuntansi:
- Belanja Pegawai 5.500.000
- Belanja Barang&Jasa 4.000.000
---------------
9.500.000
4. Belanja Modal Komputer 55.000.000
---------------------------
III Surplus ( Defisit ) (234.500.000)
5.500.000

73 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Transaksi DPPKAD ( Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah )


Pemerintah Provinsi Alengka, dengan SKPD Dinas Pendapatan Daerah ( Dispenda ).
No. K E T E R A N G A N.

1. SKPD a Dispenda mengajukan SPM-LS 0001 ( Surat Permintaan Pembayaran


Langsung ) Rp 120.000.000 untuk membayar gaji dan tunjangan pegawai Bulan
Mei.

2. Bendahara Pengeluaran SKPD Dispenda menerima SP2D ( Surat Perintah


Pencairan Dana Langsung ) Rp 120.000.000 dari Kuasa BUD atas SPM LS 0001 .
SP2D tersebut langsung dicairkan pada hari itu juga, dan dibayarkan kepada para
pegawai.

3. SKPD Dispenda mengajukan SPM-UP ( Surat Perintah Membayar- Uang


Persediaan ) Rp 15.000.000 untuk membeli bahan pakai habis kantor, berupa
peralatan kebersihan. ( transaksi 14 ).

4. Bendahara Pengeluaran SKPD Dispenda menerima SP2D-UP ( Surat Perintah


Pencairan Dana Uang Persediaan ) Rp 15.000.000 dari Kuasa BUD atas SPM-UP
( Nomor 3 ).

5. Bendahara Pengeluaran SKPD Dispenda mengajukan SPP-LS sebesar Rp


9.000.000 yang diikuti dengan penerbitan SPM-LS oleh Kepala Dispenda untuk
digunakan untuk menyelenggarakan Bimbingan Teknism( Bintek ) Akuntansi.

6. BUD/Kepala SKPKD ( Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah ) atas nama


Pemerintah Provinsi Alengka melakukan pinjaman dana jangka panjang sebesar
Rp 3.500.000.000 dari Bank BNI Cabang Denpasar.

7. Bendahara Pengeluaran SKPD Dispenda menerima SP2D-LS Rp 9.000.000 atas


pengajuan SPM-LS dan langsung mencairkanya ke bank( persepsi ). ( Transk 5 )

74 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

8. Bendahara Pengeluaran SKPD Dispenda menerima SPP-LS dari PPTK


( Penyelenggara Pemegang Transaksi Kas = Dulu Bendaharawan Proyek ) sebesar
Rp 9.000.000 untuk menyelenggarakan Bintek Akuntansi .

9. Bendahara Pengeluaran SKPD Dispenda mengirimkan uang tunai Rp 9.000.000 ke


PPTK ( Pemegang Kas Pembantu ) untuk menyelenggarakan Bintek Akuntansi.

Bendahara Pengeluaran SKPD Dispenda mengajukan SPP-LS Rp 55.000.000


10. untuk pembelian 10 unit komputer ( termasuk objek Belanja Modal ) untuk
kepentingan pasilitas administrasi, dan kemudian diikuti dengan diterbitkanya
SPM-LS oleh Kepala SKPD..

Kuasa BUD atas nama Pemerintah Provinsi Alengka mengeluarkan kas Rp


11. 9.000.000 untuk penyertaan di BRI Kantor Cabang Alengka dalam bentuk
Deposito berjangka 12 bulan.

Kepala SKPD Dispenda menerima 10 unit komputer dari Toko Mira Sarana
12. Informatika disertai dengan dokumen yang menyatakan bahwa harga komputer
langsung dibayar oleh Bendahara Pengeluaran SKPD Dispenda sebesar Rp
55.000.000 sesuai dengan SPP-LS dan SPM-LS yang diajukan.

Bendahara Penerimaan SKPD Dispenda menerima uang tunai dari pendapatan


13. restribusi yang terdiri dari Restribusi Pasar sebesar Rp 100.000.000 dan Restribusi
Pelayanan Kesehatan Rp 85.000.000. Penerimaan ini disetor ke Bank pemegang
kas daerah pada hari tu juga.

Bendahara Pengeluaran SKPD Dispenda membeli Bahan Pakai Habis Kantor


14. berupa peralatan kebersihan dan bahan pembersih sebesar Rp 4.000.000 dibayar
tunai. ( No. 3 ).

SKPD Dispenda menerima komputer ( termasuk obyek aktiva Komputer ) dari


15. bagian perlengkapan yang merupakan sumbangan dari Bank Dunia dengan harga
pasar adalah Rp 9.000.000.

75 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

PPK ( Pejabat Pengelola Keuangan ) SKPD Dispenda menerima SPJ Rp 9.000.000


16. dari PPTK (Pemegang Kas atas penyelenggaraan Bintek Akuntansi) dengan
perincian BOP sebagai berikut : Belanja Pegawai Rp 5.000.000 dan Barang & Jasa
Rp 4.000.000.

Informasi Tambahan :

 Dari peralatan kebersihan dan Bahan pembersih yang dibeli selama bulan Mei
pada akhir tahun anggaran ternyata masih ada tersimpan di gudang senilai Rp
400.000.
 Asumsi yang digunakan :
1. Pembukuan di Pemerintah Provinsi Alengka menggunakan system
desentralisasi.
2. SPJ disampaikan segera setelah dilakukan pengeluaran uang untuk membayar
belanja.
 Diminta untuk masing-masing Bagian Keuangan dan Satuan Kerja Dispenda.
1. Buatlah Jurnal atas transaksi tersebut.
2. Postinglah jurnal tersebut.
3. Buatlah Neraca Saldo
4. Buatlah Jurnal Penyesuaian.
5. Buatlah Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
6. Susunlah Laporan realisasi anggaran Pendapatan dan Belanja daerah/dinas
dan laporan operasi daerah/dinas
7. Jurnal Penutup.
8. Susunlah neraca per 31 Desember
9. Susunlah Laporan Arus Kas periode 31 Desember

Jawab :

76 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Jurnal yang diselenggarakan oleh PPK ( Pejabat Pengelola Keuangan ) SKPD Dispenda.

Pemerintah Provinsi Alengka


Jurnal Umum.

Per :

No Keterangan Finansial Anggaran


Debet Kredit Debet Kredit
1. PM ( Baru mengajukan SPM LS )

2 Kas Bendahara Pengeluaran SKPD 120.000.000 -


R/K Pemda. 120.000.000 -
Tidak ada jurnal anggaran karena
bukan merupakan transaksi
pendapatan dan belanja

2. Beban Gaji & Tunjangan Pegawai. 120.000.000


K 120 000.000
as Bendahara Penge SKPD.
( Saat membayar Gaji pegawai )
120.000.000
BelanjannGaji&Tunjangan Pegaw 120.00.000
Silpa
( Saat menjadi belanja anggaran )
3 PM (Tidak dijurnal karena baru
mengajukan SPM-UP) - - - -

4 Kas Bendahara Pengeluaran SKPD 15.000.000


R/K Pemda. 15.000.00
Tidak ada jurnal anggaran karena -
bukan merupakan transaksi -
pendapatan dan belanja

77 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

5 PM ( Tidak dijurnal Karena Baru


mengajukan SPM-LS )
6 PM ( Tidak dijurnal karena ini
urusan DPPKAD)

7 Kas Bendahara Pengeluaran SKPD 9.000.000


R/K Pemda. 9.000.000
Tidak ada jurnal anggaran karena
bukan merupakan transaksi
pendapatan dan belanja
8 PM( Tidak dijurnal karena baru
menerima SPP)

9. R/K Pengeluaran Pembantu 9.000.000


Kas di Bendahara Peng. 9.000.000
SKPD.
Tidak ada jurnal anggaran karena
bukan merupakan transaksi
pendapatan dan belanja
10 PM ( Tidak dijurnal karena baru
mengajukan SPM-LS )

11 PM ( Tidak dijurnal karena


urusana DPPKD/SKPKD )

12 Komputer 55.000.000
R/K Pemda 55.000.000
Belanja Modal Komputer 55.000.000
Silpa 55.000.000

13 Kas di Bend. Penerimaan SKPD 185.000.000


Pendapatan Rest. Pasar-LO 100.000.000
Pendapatan Rest.Keseha-LO 85.000.000

Silpa 185.000.00
Pendapatan Rest. Pasar-LRA 100.000.000
Pendapatan Rest.Keseha-LRA 85.000.000
( Menerima Rest Pasar dan
Kesehatan )

78 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

13. R/K Pemda 185.000


Kas Bendah Penerimaan SKPD 185.000
Tidak ada jurnal anggaran karena
bukan merupakan transaksi
pendapatan dan belanja
14 Persediaan Bh Pakai Habis 4.000
Kas di Bend. Pengel SKPD 4.000

Belanja Bhn Pakai Habis 4.000.000


Silpa 4.000.000
Membeli bahan pakai habis kantor
)
15 Komputer 9.000.000
R/K Pemda 9.000.000
Tidak ada jurnal anggaran karena
bukan merupakan transaksi
pendapatan dan belanja

16 Beban Pegawai 5.000.000


Beban Barang&jasa 4.000.000
R/K Bend. Pengl Pembantu 9.000.000

Belanja Pegawai 5.000.000 5.000.000


Belanja Barang&jasa 4.000.000 4.000.000
Sipa 9.000.000
( Menerima
pertanggungjawaban /SPJ dari
PPTK bintek akuntansi )

Jurnal yang diselenggarakan oleh DPPKAD ( Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan


dan Aset Daerah ) selaku BUD ( Bendaharawan Umum Daerah ) SKPKD :

Pemerintah Provinsi Alengka


SKPKD
Jurnal Umum.

Per :

No Keterangan Finansial Anggaran


Debet Kredit Debet Kredit

79 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

-
PM ( Baru menerima SPM LS )
1.
-

2. R/K Dispenda. 120.000.000


Kas di Kas Daerah 120.000.000
Tidak ada jurnal anggaran karena
bukan merupakan transaksi
pendapatan dan belanja

2. PM (Pembayaran Gaji dan


tunjangan pegawai tidak dijurnal,
bukan urusana SKPKAD )
3 PM (Tidak dijurnal karena baru
menerima SPM-UP) - - - -

4 R/K Dispenda. 15.000.000


Kas di Kas Daerah 15.000.00
Tidak ada jurnal anggaran karena -
bukan merupakan transaksi -
pendapatan dan belanja
5 PM ( Tidak dijurnal Karena Baru
mengajukan SPM-LS )

6 Kas di Kas Daerah 3.500.000


Utang Bank 3.500.000

Silpa 3.500.000
Penerimaan Pinjaman 3.500.000
( Mencatat adanya pinjaman dari
bank )
7 R/K Dispenda. 9.000.000
Kas di Kas Daerah 9.000.000
Tidak ada jurnal anggaran karena
bukan merupakan transaksi
pendapatan dan belanja
8 PM( Tidak dijurnal karena bukan
urusan Dispenda dan PPTK )

80 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

9. PM( Tidak dijurnal karena bukan


urusan Dispenda )

10 PM ( Tidak dijurnal karena baru


menerima SPM-LS )

11 Deposito Berjangka 9.000.000


Kas di Kas Daerah 9.000.000
Penyertaan Modal 9.000.000
Silpa 9.000.000
( Mencatat penyertaan dalam
deposito berjangka di bank )
12 R/K Dispemda 55.000.000
Kas di Kas Daerah 55.000.000
( Tidak ada jurnal karena tidak ada
transaksi pendapatan dan belanja
komputer telah diakui oleh
Dispenda )
13 PM. ( Penerimaan restribusi tidak
dijurnal karena urusan Dispenda )

13. Kas di Kas Daerah 185.000


R/K Dispemda 185.000

Tidak ada jurnal anggaran karena


bukan merupakan transaksi
pendapatan dan belanja.
Pendapatan Restribusi telah diakui
oleh Dispenda )
14 PM ( Tidak dijurnal karena urusan
Dispenda )

81 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

15 Komputer 9.000.000
Sumbangang Bank Dunia 9.000.000
( Saat menerima sumbangan )

R/K Dispenda 9.000.000


Komputer 9.000.000
( Saat mengirim ke Dispenda )
Tidak ada jurnal anggaran karena
tidak ada aliran kas masuk dan
keluar )
16 PM ( Tidak dijurnal karena ini
urusan Dispenda dan antara
bendahara PPK dan bendahara
PPTK

D.Posting PPK (Pejanat Pengelolaan Keuangan ) Dispenda.


Pemerintah Kabupaten Alengka
Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Kas Bendahara Penerimaan.


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tgl Keterangan Jumlah (Rp)

13 Pendapatan Restibusi 185.000.000 13 Untuk Pemda 185.000.000


. -

Jumlah 185.000.000 Jumlah 185.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Kas Bendahara Pengeluaran


Kode Rekening :-

82 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tgl Keterangan Jumlah (Rp)

2 Pemda 120.000.000 2 Gaji&Tunjangan


4 Pemda 15.000.000 Pegawai 120.000.000
7 Pemda 9000.000 9 R/K Pengel Pemb
Pemda 9.000.000
14 Belanja BPH Kantor 4.000.000
31 Saldo 11.000.000

Jumlah 144.000.000 144.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Sediaan Bahan Pakai Habis


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

31 Saldo akhir 4.000.000 12 Membeli bh pakai 4.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Komputer


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

12 R/K Pemda 55.000.000


15 R/K Pemda 9.000.000

83 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

31 Saldo 64.000.000
Pemerintah Kabupaten Alengka
Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar
Nama Rekening : Beban Gaji dan Tunjangan Pegawai
Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

2 Kas 120.000.000 31 Saldo 120.000.000

Jumlah 120.000.000 Jumlah 120.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Beban Pegawai


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

31 Saldo Akhir 5.000.000


16 R/K Bend Peng 5.000.000

5.000.000 Jumlah 5.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

84 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Nama Rekening : Beban Barang dan Jasa


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

31 Saldo Akhir 4.000.000


16 R/K Bend Peng 4.000.000
31
Jumlah 4.000.000 Jumlah 4.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Pendapatan Restribusi Pasar.


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

13 Kas 100.000.000

31 Saldo 100.000.000
Jumlah 100.000.000 Jumlah 100.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Pendapatan Rest. Kesehatan

85 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

13 Kas 85.000.000

31 Saldo 85.000.000
Jumlah 85.000.000 Jumlah 85.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Gedung Kantor


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

1 Saldo 140.000.000
31 Saldo 140.000.000
Jumlah 140.000.000 Jumlah 140.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Kendaraan


Kode Rekening :-

86 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

0 Saldo Awal 80.000.000


31 Saldo 80.000.000
Jumlah 80.000.000 Jumlah 80.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : R/K Pengeluaran Pembantu.


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

9 Kas 9.000.000 16 Beban peg& barg 9.000.000


31 Saldo
Jumlah 9.000.000 Jumlah 9.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : R/K Pemda


Kode Rekening :-

87 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tgl Keterangan Jumlah (Rp)

13 Kas 185.000.000 0 Saldo Awal 220.000.000


2 Kas 120.000.000
4 Kas 15.000.000
7 Kas 9.000.000
31 Saldo Akhir 243.000.000 15 Komputer 55.000.000
15 Komputer 9.000.000
Jumlah 428.000.000 Jumlah 428.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Belanja Gaji&Tunjangan Pegawai


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

2 Kas 120.000.000 31 Saldo 120.000.000

Jumlah 120.000.000 Jumlah 120.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Belanja Bahan Pakai Habis


Kode Rekening :-

88 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

2 Kas 4.000.000 31 Saldo 4.000.000

Jumlah 4.000.000 Jumlah 4.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Belanja Modal Komputer


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

12 Silpa 55.000.000 31 Saldo 55.000.000

Jumlah 55.000.000 Jumlah 55.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Belanja Pegawai


Kode Rekening :-

89 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tangga Keterangan Jumlah (Rp)


l
16 Kas 5.000.000 31 Saldo 5.000.000

Jumlah 5.000.000 Jumlah 5.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Belanja Barang dan Jasa


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

16 Kas 4.000.000 31 Saldo 4.000.000

Jumlah 4.000.000 Jumlah 4.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Pendapatan Restibusi Pasar


Kode Rekening :-

90 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

31 Saldo 100.000.000 13 Kas 100.000.000

Jumlah 100.000.000 Jumlah 100.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Pendapatan Restibusi Pasar


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

31 Saldo 100.000.000 13 Kas 100.000.000

Jumlah 100.000.000 Jumlah 100.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Pendapatan Restibusi kesehatan


Kode Rekening :-

91 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

31 Saldo 85.000.000 13 Kas 85.000.000

Jumlah 85.000.000 Jumlah 85.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar

Nama Rekening : Silpa


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tgl Keterangan Jumlah (Rp)

13 Pendapatan restibusi 185.000.000 2 Gaji&Tunjangan 120.000.000


31 Saldo Akhir 3.000.000 12 Pembelian Komputer 85.000.000
14 Bahan Pakai Habis 4.000.000
16 Peg &Barang 9.000.000
Jumlah 188.000.000 Jumlah 188.000.000

Posting DPPKAD (Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset


Daerah ) selaku BUD SKPD.
Pemerintah Kabupaten Alengka

92 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

SKPKD
Buku Besar
Nama Rekening : Kas di Kas Daerah
Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tangga Keterangan Jumlah (Rp)
l
1 Saldo 620.000.000 2 Dispenda 120.000.000
6 Pinjaman B Mandiri 3.500.000 4 Dispenda 15.000.000
13 Dispenda 185.000.000 7 Dispenda 9.000.000
11 Deposito Berjk. 9.000.000
12 Bayar Komputer 55.000.000
31 Saldo 40.000.000
600.500.000
Jumlah 716.000 716.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


SKPKD
Buku Besar

Nama Rekening : Komputer


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tgl Keterangan Jumlah (Rp)

15 Sumbangan IDB 9.000.000 15 Dikirim Dispenda 9.000.000

Jumlah 9.000.000 Jumlah 9.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


SKPKD
Buku Besar

93 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Nama Rekening : Utang Bank


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tgl Keterangan Jumlah (Rp)

31 Saldo 3.500.000.000 6 Kas 3.500.000.000

Jumlah 3.500.000.000 Jumlah 3.500.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


SKPKD
Buku Besar

Nama Rekening : Deposito Bejangka


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tgl Keterangan Jumlah (Rp)

11 Kas 9.000.000 31 Saldo 9.000.000

Jumlah 9.000.000 Jumlah 9.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


SKPKD
Buku Besar

Nama Rekening : Sumbangan ADB

94 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tgl Keterangan Jumlah (Rp)

31 Saldo 9.000.000 15 Komputer 9.000.000

Jumlah 9.000.000 Jumlah 9.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


SKPKD
Buku Besar

Nama Rekening : Ekuitas


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tgl Keterangan Jumlah (Rp)

31 Saldo akhir 840.000.000 0 Saldo awal 840.000.000

Jumlah 840.000.000 Jumlah 840.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


SKPKD
Buku Besar

Nama Rekening : RK Dispenda

95 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tgl Keterangan Jumlah (Rp)

0 Saldo awal 220.000.000 13 Kas 185.000.000


2 Kas 120.000.000
4 Kas 15.000.000 31 Saldo 243.000.000
7 Kas 9.000.000
12 Komputer(BM) 55.000.000
15 Komputer 9.000.000
Jumlah 428.000.000 Jumlah 428.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


SKPKD
Buku Besar

Nama Rekening : Pembiayaan Pinjaman Obligasi


Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tgl Keterangan Jumlah (Rp)

31 Saldo akhir 3.500.000.000 6 Kas 3.500.000.000

Jumlah 3.500.000.000 Jumlah 3.500.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


SKPKD
Buku Besar
Nama Rekening : Penyertaan Modal

96 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)

11 Kas 9.000.000 31 Saldo akhir 9.000.000

Jumlah 9.000.000 Jumlah 9.000.000

Pemerintah Kabupaten Alengka


SKPKD
Buku Besar
Nama Rekening : Silpa
Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tgl Keterangan Jumlah (Rp)

6 Pinjaman Obligasi 3.500.000.000 11 Deposito 9.000.000.000


31 Saldo 5.500.000.000
Jumlah 9.000.000.000 Jumlah 9.000.000.000

Neraca Saldo Dispenda.


Pemerintah Kabupaten Alengka
Dispenda
Neraca Saldo
Per 31 Desember 2004

97 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

No Keterangan Debet Kredit

1 Kas Bendahara Penerima 0


2 Kas Bendahara Pengeluaran 11.000.000
3 Sediaan Bahan Pakai Habis K 4.000.000
4 Komputer 64.000.000
5 Gedung Kantor 140.000.000 -
6 Kendaraan 80.000.000
7 R/K Pemda - 243.000.000
8 R/K Bendahara PK Pembantu -
9 Pendapatan Restribusi Pasar LO 100.000.000
10 Pendt. Rest. Pel. Kesehatan LO 85.000.000
11 Beban Gaji dan Tunjangan Pegawai 120.000.000
12 Beban Pegawai 5.000.000
13 Beban Barang & Jasa 4.000.000
14 Pendapatan Rest. Pasar- LRA 100.000.000
15 Pendaptan Resrt Kesehatan-LRA 85.000.000
16 Belanja Gaji&Tunjangan Peg 120.000.000
17 Belanja Bhn Pakai habis Kantor 4.000.000
18 Belanja Modal Komputer 55.000.000
19 Belanja Pegawai 5.000.000
20 Belanja Barang dan Jasa 4.000.000
21 Silpa 3.000.000

Jumlah 616.000.000 616.000.000

Jurnal Penyesuaian Dispenda.


Jurnal ini wajib dibuat pada akhir tahun anggaran, guna menyusun Laporan
operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Aliran Kas dan Neraca. Jurnal ini dibuat
oleh Dispenda terkait dengan informasi penyesuaian bahan pakai habis sbb :
Pemerintah Kabupaten Alengka
Satuan Kerja : Dispenda
Jurnal Umum
Tgl No. Keterangan Debet Kredit

98 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Rek
31/12 - Jurnal Finansial
Beban BHP Kantor 3.600.000
Sediaan BHP Kantor 3.600.000
Jurnal Anggaran
Tidak ada karena anggaran sudah tidak
terkait lagi dengan finansial dan pada
kenyataanya kas yang dikeluarkan tetap Rp
4.000.000
( Penyesuaian dengan BPH tersisa berupa pencatatan
kebersihan &bahan pembersih)

Neraca Saldo Setelah Penyesuaian Dispenda.

Pemerintah Kabupaten Alengka


Dispenda
Neraca Saldo
Per 31 Desember 2004
No Keterangan Debet Kredit Jurnal Penyesuaian NSSP Surplus Depisit LO
D K D K D K

99 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

1 Kas Bendahara Penerima 0


110000000
2 Kas Bendahara Pengeluaran 11.000.000
3 Sediaan Bahan Pakai Habis K 4.000.000 3.600.000 400.000
64.000.000
4 Komputer 64.000.000
140.000.000
5 Gedung Kantor 140.000.000 -
80.000.000
6 Kendaraan 80.000.000
7 R/K Pemda - 243.000.000 243000000
8 R/K Bendahara PK Pembantu -
9 Pendapatan Restribus Pasar LO 100.000.000 100.000000 100000000
85.000.000 85000000
10 Pendt. Rest. Pel. Kesehatan LO 85.000.000
12000000
120.000.000
11 Beban Gaji dan Tunja Pegawai 120.000.000 5000000
5.000.000
12 Beban Pegawai 5.000.000
4.000.000
13 Beban Barang & Jasa 4.000.000
100.000000
14 Pendapatan Rest. Pasar- LRA 100.000.000
85.000.000
15 Pendaptan Resrt Kesehatan- 85.000.000
16 LRA
120.000.000
17 Belanja Gaji&Tunjangan Peg 120.000.000
4.000.000
18 Belanja Bhn Pakai habis 4.000.000
55.000.000
19 Kantor 55.000.000
5.000.000
20 Belanja Modal Komputer 5.000.000
4.000.000
21 Belanja Pegawai 4.000.000
Belanja Barang dan Jasa 3.000.000
Silpa
Beban Bhn Pakai Habis
3.600.000
Jumlah 616.000.000 616.000.000

Neraca Saldo DPPKAD ( Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan


Aset Daerah ).

Pemerintah Kabupaten Alengka


SKPKD
Neraca Saldo
Per 31 Desember 2004
No Keterangan Debet Kredit

100 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

1 Kas Di Kas Daerah 600.500.000


2 Komputer -
3 Deposito Berjangka 9.000.000
4 R/K Dispenda 243.000.000
5 Utang Obligasi - 3.500.000
6 Ekuitas - 840.000.000
7 Pendapatan Hibah-Sumbangan ADB - 9.000.000
8 Pembayaran Penrm Pinjaman&Obl - 3.500.000
9 Pembayaran Pengeluaran Modal 9.000.000 -
10 Silpa 5.500.000
861.500.000 861.500.000

LAPORAN REALISASI ANGGARAN & OPERASIONAL DISPENDA.


Pada sektor privat, laporan yang lebih dahulu disusun adalah Laba-Rugi, sedangkan untuk
sektor publik Laporan Surplus-Defisit anggaran dan operasional organisasi yakni laporan
realisasi anggaran pendapatan dan belanja SKPD dan Laporan Operasional

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda

101 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Laporan Realisasi Anggaran SKPD


Tahun Anggaran : 2004
No Keterangan Anggaran Stl Realisasi Selisih
Perubahan Lebih/Kurang

1. PENDAPATAN LRA
Restribusi Daerah 240.000.000 185.000.000 (55.000.000)
Jumlah 240.000.000 185.000.000 (55.000.000)
2. BELANJA.
Gaji&Tunjangan Pegawai (166.000.000) (120.000.000) 46.000.000
Belanja Bhn Pakai Habis (4.000.000) (4.000.000) -
Belanja Pegawai (5.000.000) (5.000.000) -
Belanja Barang & Jasa (4.500.000) (4.000.000) 500.000
Belanja Modal Komputer (55.000.000) (55.000.000) -
Total Belanja (234.500.000) (188.000.000) 46.500.000
3. SURPLUS/DEFISIT-LRA 5.500.000 (3.000.000) (8.500.000)
PEMBIAYAAN NETTO - - -
SILPA/SIKPA 5.500.000 (3.000.000) (8.500.000)
Dicari dr Dicari dr
APBD untuk pengeluaran
Belanja belanja dlm
NSSP Dipenda

Keterangan :
1. Diasumsikan tdk ada perubahan APBD
2. Asumsikan APBD tidak ada perubahan dengan APBD sebelumnya.
3. Anggaran setelah perubahan jumlah angka rupiah dicari dari anggaran APBD awal
4. Anggaran realisasi dlm kolom rupiah dicari dari Neraca Saldo Setelah Penyesuaian untuk
perkiraan belanja saja.

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
LAPORAN OPERASIONAL
Tahun Anggaran : 2004

102 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

No Keterangan 2003 2004 Kenaikan/


%
Penurunan

1. PENDAPATAN LO
-2,39
Restribusi Daerah 240.000.000 185.000.000 (55.000.000)
Jumlah 240.000.000 185.000.000 (55.000.000) -2,39
2. BEBAN.
B.Gaji&Tunjangan Pegawai (166.000.000) (120.000.000) 46.000.000 27,71
Beban Bhn Pakai Habis (4.000.000) (4.000.000) -
10,0
Beban Pegawai (5.000.000) (5.000.000) - 0
11,11
Beban Barang & Jasa (4.500.000) (4.000.000) 500.000
Total Beban (179.500.000) (132.600.000) 46.900.000 26,13
-13,39
3. SURPLUS/DEFISIT-LO 60.500.000 52.400.000 8.100.000

Keterangan Tambahan :
1.Data operasional tahun 2003 diasumsikan sama dengan data anggaran setelah
perubahan pada LRA .
2. Restribusi terdiri dari pasar dan kesehatan

JURNAL PENUTUP & POSTING DISPENDA.


Jurnal penutup berfungsi sebagai untuk menihilkan rekening nominal ( Pendapatan,
dan Beban ) untuk mengetahui rekening ekuitas ( R/K Pemda ) pada akhir tahun anggaran.
Rekening tersebut ditutup ke Rekening Ikhisat Surplus/Defisit – LO sebelum ditutup ke
rekening ekuitas ( R/K Pemda ) Ini diperlukan untuk menyusun laporan perubahan ekuitas
atau R/K Pemda dan Neraca, dimana jurnal ini dibuat setelah penyusunan Laporan
Operasional. Adapun jurnal penutup tersebut adalah sebagai berikut:

Pemerintah Kabupaten Alengka


Satuan Kerja : Dispenda
Jurnal Umum
Tgl. No. Ketrangan Debet Kredit
Rek

103 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

31/12 - Pendapatan Restribusi Pasar LO 100.000.000


Pendt. Rest. Pelayanan Kesht. LO 000.000
Surplus Defisit 185.000.000
( Menutup rekening Pendapatan
LO )
31/12 - Surplus/Defisit LO 132.600.000
Gaji & Tunjangan Pegawai 120.000.000
Beban Pegawai 3.600.000
Beban Barang&Jasa 5.000.000
Beban Modal Komputer 4.000.000
( Menutup Rekening Beban )

31/12 - Surplus Defisit LO 52.400.000


R/K Pemda 52.400.000
(Menutup Rekening Surplus/
Defisit LO )

Untuk pelaksanaan anggaran tidak dilakukan jurnal penutup karena laporan realisasi
anggaran tidak lagi terkait dengan neraca, akan tetapi tujuan pencatatan pelaksanaab
anggaran adalah untuk menghasilkan laporan realisasi anggaran dan laporan perubahan saldo
anggaran lebih ( SAL), bukan untuk mengakui akun riil, sebagaimana pencatatan finansial
yang merupakan akun neraca. Saldo akhir SILPA dipindahkan ke dalam laporan perubahan
SAL. Oleh karena itu jurnal yang dilakukan aadalah untuk mengakui rekening SAL
Dispenda. Adapun jurnal yang perlu dilakukan adalah ;

Tgl KETERANGAN DEBET KREDIT

31/12 Silpa 3.000.000


SAL 3.000.000
(Memindahkan rekening
SILPA/SIKPA ke rekening SAL
Dispenda )

Catatan :

104 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

1.Setelah jurnal penutup diposting ke rekening terkait, maka saldo Rekening Pendapatan
LO dan beban akan menjadi nol.
2. Untuk rekening LRA, seperti Pendapatan LRA, dan Belanja dianggap tidak ada lagi
karena tujuan akhirnya hanyalah sampai penyusunan LRA saja, yang hasil akhirnya
menghasailkan SILPA Dispenda untuk menyusun laporan perubahan SAL.

LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH ( SAL ) OLEH DISPENDA;


Laporan perubahan SAL disusun untuk mengetahui saldo akhir rekening saldo
anggaran lebih ( SAL ) dan untuk mengetahui penyebab perubahan saldo anggaran
lebih. SAL pada Dispenda merupakan kumpulan saldo yang berasal dari akumulasi
SiLPA/SiKDA SKPD Dispenda Tahun anggaran sebelumnya dan Tahun berjalan serta
penyesuaian lain yang berkenan.

Pemerintah Kabupaten Alengka


Dispenda
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih(SAL)
Per 31 Desember2004
Keterangan 2003 2004
Saldo Anggaran Lebih awal 0 0
Penggunaan SAL sebagai penerimaan Pembiayaan 0 0
tahun Berjalan SILPA/SIKPA 0 0
Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya 0 (3.000.000)
Lain-lain 0 0
Saldo Anggaran Lebih akhir (31/12 20040 0 (3.000.000)

LAPORAN PERUBAHAN R/K Pemda ( Ekuitas ) oleh Dispenda.


Laporan ini disusun untuk mengetahui saldo akhir rekening Ekuitas Dana atau R/K
Pemda dan untuk pengetahui penyebab perubahan ekuitas atau R/K Pemda. Rekening
R/Kpemda(Ekuitas) pada Dispenda merupakan Aset bersih(aset-Utang) Dispenda atau dana
pemerintah daerah yang ada di Dispenda.
Pemerintah Kabupaten Alengka
Dispenda

105 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih(SAL)


Per 31 Desember2004
Keterangan 2003 2004
R/K Pemda awal 0 220.000.000
Surplus/Defisit-Lo 0 52.400.000
Perubahan selama 1 tahun 0 23.000.000
Dampak kumulatif perubahan kebijakan/kesalahan -
Koreksi Nilai Persd. 0 0
Selisih Revaluasi Aset Tetap 0 0
Lain-lain 0 0
R/K akhir (31/12 20040 220.000.000 295.400.000

Keterangan :
Perubahan selama satu tahun Rp 23.000.000 dicari dari saldo awal dalam R/K
Akhir Pemda dlm buku besar yg berjumlah Rp 243.000.000 dikurangi Saldo
Awal Rp 220.000.000 hasilnya Rp 23.000.000.

NERACA DISPENDA.
Neraca dispenda dapat disusun dari Neraca Saldo Setelah Tutup Buku, hal ini
disebebkan oleh Neraca Saldo Setelah Tutup Buku memuat Rekeing-rekening
Permanen/Riil/Neraca. Adapun Neraca Dispenda dapat tersaji per 31 Desember adalah
sebagai berikut :

Per 31 Desember 2004


No Keterangan Neraca Neraca
01-01-2004 31-12-2004

106 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

I Aktiva:
I.1 Aktva Lancar:
11.1 Kas 0 11.000.000
11.2 Sediaan Bahan Pembersih 0 400.000
0 --------------
Jumlah Aktiva Lancar 11.400.000

I.2 Aktiva Tetap:


12.1 Gedung kantor 140.000.000 410.000.000
12.2 Kendaraan 80.000.000 80.000.000
12.3 Komputer 0 64.000.000

Jumlah Akativa Tetap 220.000.000 295.400.000

II. Pasiva:
2.2 Hutang
22.1 Hutang Jk. Pendek 0 0
22.2 Utang Jk Panjang. 0 0
III Ekuitas
3.1 R/K Pemda 220.000.000 295.400.000

Jumlah Pasiva 220.000.000 295.400.000

LAPORAN ARUS KAS.


Dalam laporan arus kas, berasal dari empat entitas sbb:
1. Aktivits operasi, adalah penerimaan dan pengeluaran kas yang ditunjukan untuk kegiatan
operasional dalam suatu periode akuntansi. Aliran kas masuk terdiri dari : a) penerimaan
PAD, b). dana perimbangan, c). lain-lain pendapatan daerah yang sah, dan pendapatan
luar biasa. Sedangkan untuk aliran Kas Keluar terdiri dari beban pegawai, beban barang,
beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, beban tidak terduga,
beban bagi hasil, dan kejadian luar biasa.
2. Aktivitas investasi, adalah pencairan dana cadangan, dan perolehan atau pelepasan aset
tetap dan aset lain-lain dalam bentuk pembelian dan penjualan aset tetap dari aset lainya.

107 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

3. Aktivitas pendanaan, adalah penambahan atau pengurangan sumber dana dari utang dan
ekuitas. Aliran kas masuk dari aktivitas pendanaan terdiri atas penerimaan pinjaman dan
obligasi, penjualan aset daerah yang dipisahkan, penerimaan kembali pinjaman, dan
penerimaan piutang. Aliran kas keluar terdiri dari pemberian pinjaman, penyertaan
modal, serta pembayaran pokok utang pinjaman obligasi.
4. Aktivitas transitoris teridiri atas penerimaan kas yang berasal dari penerimaan
perhitungan pihak ketiga dan pengeluaran kas yang berasal dari pihak ketiga..

Pemerintah Kabupaten Alengka


Dispenda
Laporan Arus Kas
Tahun berakhir sampai dengan 31 Desember 2004
Keterangan

Arus kas dari aktivitas operasi - 52.000.000


Dari pendapatan Restribusi daerah: 185.000.000
-Untuk beban Pegawai(125000.000+5000.000) (125.000.000)
-Untuk Beban barang.(4000.000+3600.000) (7.600.000)
-Sediaan Bahan Pakai habis kantos(4000000-3600 (400.000)

108 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Arus kas dari aktivitas Investasi:


-Dari pelepasan aset tetap. -
-Untuk beli aset tetap -
-Arus kas dari aktivitas Pendanaan:
Dari Pemda: 144.000.000 (41.000.000)
-Untuk Pemda (185.000.000) -
-Arus kas dari aktivitas transitoris:
Kenaikan/penurunan bersihKas selama periode:
-Saldo akhir kas di bendahara Pengeluaran - 11.000.000
-Saldo akhir Kas di bendahara Penerimaan - 0
-Saldo akhir kas. - 11.000.000
`Catatan :
-Beban gaji dan tunjangan ditambah beban pegawai kegiatan bintek ( 120.000.000+5.000.000) Rp
125.000.000
- Beban Bahan Pakai Habis kantor + beban barang dan jasa kegiatan bintek ak. ( 3.600.000+4.000.000)
Jumlah kas yang diterima dari Pemda ( dari Rek kas di bendahara pengeluaran )

LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN OLEH DPPKAD SELAKU


BUD SKAPD.
DPPKAD selaku BUD SKPD bertugas menyusun laporan keuangan Pemerintah
Provinsi Alengka dengan mengonsonlidasikan laporan keuangan ( termasuk lap.
Realisasi anggaran) seluruh SKPD. Untuk menyusun laporan realisasi anggaran
konsolidasian digunakan kertas kerja yang diambil dari neraca saldo setelah
penyesuaian, per 31 Desember 2004 . Oleh karena SKPD kita ambil kasus hanya satu,
maka kertas kerjanya setelah penyesuaian dari Dispenda dan DPPKAD adalah sebagai
berikut :
No Keterangan Dispenda DPPKAD Konsolidasian
D K D K D K

109 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

1 Pendapatan Rest. Pasar-LRA - 100.000 - 100.000


2 Pendapatan Rst. Kesht-LRA - 85.000 - 85.000
3 Gaji&Tunjangan Peg 120.000 - 120.000
4 Belanja Bhn Habis Pakai Kan 4.000 - 4.000
5 Belanja Pegawai 5.000 - 5.000
6 Belanja barang&jasa 4.000 - 4.000
7 Belanja Modal Komputer 55.000 - 55.000
8 Pembiayaan Penerimaan - - 3.500 3.500
Pinj&Obl
9 PembiayaanPengeluaran&Penyrtn - - 9.000
Modal
10 Silpa/Sikpa 0 3.000 5.500 8.500

188.000 188.000 9.000 9.000 197.000 197.000

Dari kolom konsolidasian kertas kerja sebelumnya dapat disusun laporan Realisasi
Anggaran Peemerintah Provinsi Alengka, sebagai berikut :

Pemerintah Kabupaten Alengka


Laporan Realisasi Anggaran
Untuk tahun yang Berakhir sampai dengan 31 Desember 2004
No Keterangan Anggaran Stl Realisasi Selisih
Perubahan Lebih/Kurang
PENDAPATAN DAERAH:
-Restribusi Daerah 240.000.000 185.000.000 (55.000.000)
BELANJA DAERAH:
-Gaji dan Tunjangan Peg. (166.000.000) (120.000.000) 46.000.000
-Belanja BHP (4.000.000) (4.000.000) -
-Belanja Pegawai (5.500.000) (5.000.000) 500.000
-Belanja Barang&jasa (4.000.000) (4.000.000) -
-BelanjaModal Komputer (55.000.000) (55.000.000) -
Jumlah Belanja (234.500.000 (188.000.000) (8.500.000)
Surplus/Defisit 5.500.000 (3.000.000)
PEMBIAYAAN DAERAH :
Penerimaan Pembiyaan.

110 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

-penerimaan Pinj&Obl 3.500.000 3.500.000


Pengeluaran pembiayaan:
-penyertaan Modal (9000.000) (9.000.000)
Pembiyaan Netto (5.500.000) (5.500.000)
SILPA/SIKPA 0 (8.500.000) (8.500.000)

LAPORAN OPERASIONAL KONSOLIDASIAN dan LAPORAN PERUBAHAN


EKUITAS KONSOLIDASIAN OLEH DPPKAD dan BUD SKPD.
DPPKAD Selaku BUD SKPD bertugas menysusun laporan Keuangan termasuk
laporan Perhitungan operasional. Laporan konsolidasian ini diikuti dengan eliminasian akun-
akun timbal-balik ( reciprokal account). Namun apabila eliminasi dimaksud belum
dimungkinkan maka hal tersebut diungkap dalam catatan laporan keuangan.
Dalam hal ini Pemerintah Provinsi Alengka dengan melakukan langkah
mengkonsolidasian laporan keuangan seluruh satuan kerja di provinsi ini. Untuk menyusun
laporan perhitungan APBD konsolidasian, maka digunakan kertas kerja yang diambil dari
Neraca saldo Setelah Penyeseuaian dari Dispenda dan Bagian DPPKAD/Keuangan. Adapun
penggunaan Neraca saldo Setelah Penyesuaian per 31 Desember 2004, Dispenda dengan
DPPKAD, yang telah disesuaikan maka, Kertas Kerja tersebut akan nampak sebagai berikut.

Pemerintah Provinsi Alengka


SKPD
Kertas Kerja Penyusunan Laporan Perhitungan APBD Konsolidasian
Per 31 Dsember 2004
No. Keterangan Dispenda DPPKAD Lap Konsolidasian
Rek Debet Kredit Debet Kredit Debet Kredit
Kas 11.000.000 - 600.500000 - 611500000 -
Sediaan Bhn Pakai habis kantor 400.000 - - - 400000 -
Gedung Kantor 140000000 - - - 140000.000 -
Kendaraan 80.000000 - - - 80.000000 -
Komputer 64.000.000 - - - 64000.000 -
Pedapatan Rest. Pasar-- LO - 100000.000 - - - 100000.000
Pendt. Rest. Pln. Kesehatan-LO - 85.000.000 - - - 85000.000
Pendapatan Hibah-Sumbangan ADB 0 - 9.000.000 9000000
Gaji dan Tunjangan Pegawai 120000000 - - - 120.000000 -
Beban BPH Kantor 3.600000 - - - 3600.000 -
Beban Pegawai 5.000.000 - - - 5000.000 -
Beban Barang&Jasa 4000.000 - - - 4000.000 -

111 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Utang Bank - - - 3.500000 3500.000


Deposito Berjangka - - 9.000 - - -
R/K Dispenda - - 243000000 - 9000.000 -
R/K Pemda - 243000000 * - - -
Ekuitas - - 840000000 - 840000.000
Jumlah 428000000 428000000 852500000 852500000 103750000 103750000

Catatan :
 Akun Kas sebelumnya di dispenda disebutkan sebagai kas di bendara pengeluaran
dan kas di bendahara penerimaan, sedangkan di DPPKAD disebutkan kas di
Kasda.
 Akun-akun resiprokal ( timbal-balik) dieliminasi untuk konsolidasi
Dari kolom konsolidasi kertas kerja di atas dapat disusun LAPORAN OPERASIONAL
Pemerintah Alengka sebagai berikut :
Dari Laporan Konsolidasi Kertas Kerja di atas dapatlah disusun Laporan Perhitungan
APBD Provinsi Alengka sebagai berikut:

Pemerintah Provinsi Alengka


Laporan Operasional Konsolidasian
TahunAnggaran 2004
No Keterangan 2003 2004 Kenaikan/ (%)
Penurunan

PENDAPATAN-LO :
-Restribusi Daerah 240.000.000 185.000.000 (155.000000) -2,39
-Hibah-Sumbangan ADB - 9.000.000 9.000000 100
Total 240.000.000 185.000.00 0 (46000000) -1,92
BEBAN : -
-Gaji&Tunjangan Pegawai (166.000000) (1200000000 46000000 27,71
-Beban Bhn Pakai Habis (4000.000) (3.600.000) 400000 10
-Beban Pegawai (5000.000) (5000.000) -
-Beban Barang&jasa (4.500.000) (4.000.000) 500000 11,11
Total Beban (179.500000) (132.600.000) 46900000 26,13
SURPLUS/DEFISIT 60.500.000 61.400.000 900000 1,49

JURNAL PENUTUP OLEH DPPKAD SELAKU BUD SKPD :

Pemerintah Provinsi Alengka


SKPKD
JURNAL UMUM.

112 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

TGL/Bln No. Rek Keterangan Debet Kredit


Des
31 Pendapatan Restribusi Pasar 100.000000
Pendapatan Restibusi Kesehatan 85.000000
Pendapatan Hibah-Sumbangan ADB 9.000000
Iktisar Surplus/Defisit 194.000000
( Menutup rekening Pendapatan )

31 Iktisar Surplus/Defisit
Gaji&Tunjangan Pegawai 132000000
beban BPH kantor 120000000
Beban pegawai 3.600000
Beban barang&jasa 5.000000
( Menutup rekening belanja ) 4.000000

Iktisar Surplus/defisit
31 Ekuitas
( Menutup rekening surplus dan 61.400000
defisit ke rekening ekuitas ) 61.400000

Sama halnya dengan penutupan rekening di dispenda, untuk pencatatan pelaksanaan


anggaran tidak dilakukan jurnal penutup karena laporan realisasi anggaran tidak lagi
terkait dengan neraca (non-Artikulasi ) akan tetapi tujuan pencatatan pelaksanaan
anggaran adalah hanya untuk menghasilkan laporan realisasi anggaran dan laporan
dan perubahan saldo anggaran lebih (SAL ) , bukan untuk mengakui akun riil ,
sebagaimana pencatatan finansial, yang merupakan akun neraca. Saldo akhir SiLPA
Pemda akan dipindahkan ke dalam laporan perubahan SAL Pemda. Sedangkan
transaksi pendapatan LRA, belanja, penerimaan, dan pengeluaranpembiayaan
dianggap tidak ada karena tujuan dari transaksi tersebut hanya untuk menysun
laporan realisasi anggaran saja, tiak ada keterkaitan dengan neraca sehingga tidak
dapat ditutup ke transaksi riil.

113 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Pemerintah Provinsi Alengka


SKPKD
JURNAL UMUM.
TGL/Bln No. Rek Keterangan Debet Kredit
Des
31 SAL Pemda 8.500.000
SiLPA 8.500.000

( menutup rekening SiLPA ke rekening


SAL )

LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH ( SAL ) KONSOLIDASIAN


OLEH DPPKAD.
Laporan perubahan SAL disusun untuk mengetahui saldo akhir rekening saldo
anggaran lebih ( SAL ) dan untuk mengetahui penyebab perubahan saldo anggaran
lebih. Saldo Anggaran Lebih pada DPPKAD merupakan kumpulan saldo yang berasal
dari akumulasi SiLPA/SiKPA seluruh SKPD yang merupakan akumulasi
SiLPA/SiKPA pemerintah daerah tahun-tahun anggaran sebelumnya dan tahun
anggaran serta penyesuaian lain yang berkenaan. Dari laporan realisasi anggaran
konsolidasian di atas akan disusun laporan perubahan saldo anggaran lebih sebagai
berikut :
Pemerintah Provinsi Alengka
LAPORAN SAL
Per : 31 Desember 2004
Keterangan 2003 2004

SAL Awal 0 0
Penggunaan SAL sbg penambah tahun berjalan 0 0
Sisa Lebih/Kurang Pembayaran Anggaran (SilPA/SikPA 0 (8.500.000)
Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya 0 0
Lain-Lain 0 0
Saldo Anggaran Lebih akhir tahun 0 (8.500.000)

114 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

II. Kasus Akuntasni Keuangan Daerah.


Neraca awal Pemerintah Kabupaten Bali Utara, dimana antara Bagian Keuangan dan
Satuan Kerja Dinas Pendapatan Daerah ( Dispenda ) menunjukan keadaan sebagai berikut:

Pemerintah Daerah Kabupaten Bali Utara


Neraca
Per 1 Januarai 2003
No Keterangan Jumlah No Keterangan Jumlah
1 Kas 2.500.000.000 1 Equitas Dana 4.000.000
2 Gedung 800.000.000
3 Kendaraan Kantor 700.00.000
--------- -----------
Total Aktiva 4.000.000 Total Aktiva 4.000.000

Bagian Kabupaten Bali Utara Keuangan


Neraca
Per 1 Januarai 2003
No Keterangan Jumlah No Keterangan Jumlah
1 Kas 2.500.000.000 1 Equitas Dana 4.000.000
2 R/K Dispenda 1.500.000.000
3 ---------------- -----------
Total Aktiva 4.000.000.000 Total Aktiva 4.000.000

Pemerintah Daerah Kabupaten Bali Utara


Dinas Pendapatan Daerah
Neraca
Per 1 Januarai 2003
No Keterangan Jumlah No Keterangan Jumlah
1 Gedung 800.000.000 1 Equitas Dana 1.500.000.000
2 Kendaraan Kantor 700.00.0000
--------------
Total Aktiva 1.500.000.000 ----------------

115 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Total Aktiva 1.500.000.000

Pemerintah Daerah Kabupaten Bali Utara


Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Periode Juni 2003
No Keterangan Jumlah(Rp)

I. PENDAPATAN
Restribusi Daerah
375.000.000
BELANJA.
II.
- Gaji dan Tunjangan Pgawai
150.000.000
- Belanja Bahan Pakai Habis Kantor
75.000.000
- Belanja Bintek Administrasi :
70.000.000
-Belanja Pegawai Rp 50.000.000
-Belanja Barang dan Jasa Rp 20.000.000
---------------------
- Belanja Modal Komputer
75.000.000
--------------
Jumlah Belanja
(370.000.000)
---------------
Surplus ( Defisit ).
5.000.000

PEMBIAYAAN :
III.
- Penerimaan Pinjaman
50.000.000
- Penyertaan Modal
( 55.000.000 )
----------------
5.000.000

Pemerintah Daerah Kabupaten Bali Utara


Dinas Pendapatan Daerah
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Periode Tahun Anggaran 2003
No Keterangan Jumlah(Rp)

116 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

I. PENDAPATAN
Restribusi Daerah
375.000.000
BELANJA.
II
- Gaji dan Tunjangan Pgawai
150.000.000
- Belanja Bahan Pakai Habis Kantor
75.000.000
- Belanja Bintek Administrasi :
70.000.000
-Belanja Pegawai Rp 50.000.000
-Belanja Barang dan Jasa Rp 20.000.000
------------------
- Belanja Modal Komputer
75.000.000
----------------
Jumlah Belanja
(370.000.000)
Surplus( Defisit )
III 5.000.000

Adapun transaksi Bagian Keuangan Pemerintah Kabupaten Bali Utara, antara Satuan
kerja Dinas Pendapatan Daerah ( Dispenda ) Pemerintah Kabupaten Bali Utara yang terjadi
timbal-balik dalam tahun anggaran adalah sebagai berikut:

N0/Tgl Keterangan
1. Satuan Kerja Dispenda mengajukan SPP-BT ( Surat Permintaan Pembiayaan
Bahan Tetap ) No I/120/07/03 sebesar Rp 150.000.000 yang digunakan untuk
membayar Gaji dan tunjangan pegawai Bulan Juni 2003.

2. Dari pengajuan tersebut Satuan Kerja Dispenda kemudian menerima SPM-BT(


Surat Perintah Membayar Beban Tetap ) No. II/102/08/03 Rp 150.000.000 atas
pengajuan SPP-BT No. I/120/07/03, dan langsung dicairkan pada BPD untuk
kemudian dibayarkan.

3. Satuan Kerja Dispenda menerima SPM-PK ( Surat Perintah Pembayaran –


Pengisian Kas ) No III/113/08/03 Rp 125.000.000 yang digunakan untuk
membeli Bahan Pakai Habis Kantor ( BPHK).

117 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Satuan Kerja Dispenda menerima SPM-PK ( Surat Permintaan Pembayaran


Pengisian Kas ) Rp 125.000.000 dari Bagian Keuangan atas pengajuan SPM-
4. PK No. III/113/08/03 dan langsung mencairkan pada BPD.

Satuan Kerja Dispenda mengajukan SPP_BT No. 1/121/07/03 sebesar Rp


70.000.000 dalam rangka penyelenggaraan Bimbingan Teksnis ( Bintek )
5 administrasi Kantor.

Bagian Keuangan mengatasnamakan Pemerintah Daerah meminjam dana


jangka penjang untuk pengembangan sector Pariwisata Bali Utara dari Bank
6. BNI 46 Cabang Bali sebesar Rp 50.000.000.

Satuan Kerja Dispenda menerima SPM-BT sebesar Rp 70.000.000 atas SPP-


BT No. I/121/07/03 dan dicairkan pada BPD hari itu juga.
7.
Satuan Kerja Dispenda menerima SPP-BT No. I/121/07/03 dari Pemegang
Kas Pembantu ( PKP) sebesar Rp 50.000.000 dalam rangka menyelenggarakan
8. Bintek Administrasi Keuangan.

Satuan Kerja Dispenda mengirimkan uang tunai sebesar Rp 70.000.000 ke


Pemegang Kas Pembantu (PKP) untuk menyelenggarakan Bintek
9. Administrasi.

Satuan Kerja Dispenda mengajukan SPP-BT No. I/123//07/03 sebesar Rp


75.000.000 untuk pembelian 8 set Komputer Pentium 4 untuk kepenrtingan
10. memperlancar kegiatan kerja kantor.

Atas nama Pemerintah Daerah, Bagian Keuangan mengadakan investasi


berupa penyertaan dana/modal pada Perusahaan Jasa Keuangan ( Busan Auoto
11. Finance ) sebesar Rp 55.000.000.

Satuan Kerja dispenda menerima 8 set komputer Pentium 4 dari PT Elektrindo


Perkasa sesuai permintaan SPP-BT I/123/07/03 yang langsung dibayarkan oleh
12. Bagian Keuangan.
118 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Satuan Kerja Dispenda menerima uang tunai PAD dari restribusi yang teridiri
13. dari Restribusi Pasar dan Sampah Rp 125.000.000, dan Restibusi Pasar Rp
250.000.000. Penerimaan restribusi ini langsung disetor ke BPD.

Satuan Kerja Dispenda membeli Bahan Pakai habis Kantor berupa peralatan
14. kebersihan dan bahan pembersih dengan Faktur No. III/13/09/03 sebesar Rp
75.000.000 secara tunai.

Satuan Kerja Dispenda menerima sumbangan dari ADB seperangkat alat


15. kantor berupa 10 set komputer, 9 unit mesin ketik elektronik, dan 2 unit tape,
dengan harga psar sebesar Rp 250.000.000.

Satuan Kerja Dispenda menerima Surat Pertanggungjawaban ( SPJ ) atas


16. penyelenggaraan Bintek Administrasi dari Pemegang Kas Pembantu ( PKP )
sebesar Rp 50.000.000 dengan perincian : Belanja Pegawai Rp 30.000.000 dan
belanja Barang dan Jasa Rp 20.000.000

Keterangan :

1. Dari pembelian peralatan kebersihan yang dibeli selama selama bulan April 2003,
dimana pada akhir tahun anggaran ternyata masih tersisa tersimpan digudang
dengan nilai sebesar Rp 20.000.000.
2. Asumsi pembukuan yang digunakan Pemerintah Kabupaten bali utara system
desentralisasi.
3. SPJ disampaikan segera setelah dilakukan pengeluaran uang untuk membayar
belanja.
Diminta:

1. Dari masing-masing untuk Bgaian Keuangan dan Satuan Kerja Dispenda:


1. Jurnalah transaksi tersebut di atas.
2. Posting ke buku besar.

119 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

3. Buatlah Neraca saldo, Per 31 Desember 2003.


4. Buatlah jurnal penyesuaian seperlunya.
5. Buatlah neraca saldo setelah penyesuaian.
6. Susunlah Laporan Perhitungan APBD/Dinas tahun 2003.
7. Buatlah jurnal penutup dan neca saldo setelah tutup buku per 31 Desember 2003.
8. Susunlah laporan perubahan ekuitas dana akhir tahun anggaran 31 Desember
2003.
9. Susunlah Neraca per 31 Desember 2003.
10. Susunlah Laporan Aliran Kas tahun anggaran 31 Desember 2003.

120 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Topik : 5

FENOMENA AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


DALAM TANTANGAN GLOBAL

1. Pendahuluan.
Dengan semakin berkembangnya kemajuan perekonomian suatu bangsa maka
tuntutan suatu bangsa/masyarakat membutuhkan alat informasi yang semakin efektif.
Informasi yang disampaikan tersebut harus memuat keterangan yang akurat yang layak
dipercaya sebagai sarana dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
Bagaimana memaknai informasi tersebut secara cermat, akan bermuara pada kualitas
kebijakan yang akan diambil. Semakin akurat tampilan informasi yang disampaikan, maka
akan menghasikan umpan balik yang lebih berkualitas.

Dalam penyususnan informasi sector publik tentu lebih komplek kalau dibandingkan
dengan sector privat/suasta. Ini semua tidak terlepas dari misi/tujuan yang dicapai
berbeda. Dalam sector privat/swasta dimana dasar mengukur kinerja suatu
aktivitas/kegiatan dari volume/besarnya profit/keuntungan yang diperoleh kemudian
dihubungkan dengan tingkat modal/dana yang digunakan. Disini akan tercermin seberapa
besar efisien dan efektifnya atas penggunaan dana oleh perusahaan. Sedangkan dalam
sector publik tentu tidak cukup hanya diukur dari sector keuangan saja. Informasi
keuangan bukan merupakan tujuan akhir dari akuntansi sector publik. Disini informasi
keuangan hanya memberikan dasar pertimbangan dalam upaya pengambilan keputusan
yang lebih layak. Tuntutan akuntansi sector publik seharusnya dapat/mampu
menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk memonitor aktivitas interen seperti
akuntansi manajemen, akuntabilitas kebijakan yang diambil, serta akuntabilitas politik,
sedangkan dari sector ekteren akuntansi sector publik digunakan untuk potret/memetakan
arah pembangunan dan pertumbuhan sector publik secara komprehensif.
Dengan semakin kompleknya tantangan era moderen/global, maka menuntut adanya
alur informasi yang disampaikan lebih efektif, efesien, transparan, dan tepat sasaran.
Keakuratan dan kecepatan informasi yang disampaikan akan sangat memegang peranan
akuntansi sector publik untuk bisa menjawab tantangan jaman yang muncul. Untuk itu

121 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

memerlukan adanya suatu standar baku ( Standar Akuntansi Sektor Publik ) untuk dapat
meinilai kinerja batas minimal, serta adanya dukungan sumber daya manusia yang
handal. Globalisasi pada dasarnya adalah sebuah tantangan yang tidak hanya berlaku bagi
negara yang sedang berkembang tetapi berlaku juga bagi negara-negara industri yang
telah maju seperti Amerika serikat, Negara-negara Eropa, Jepang, Singapura,dst.
Sebagai sebuah tantangan dimana globalisasi tidak hanya menyebabkan berubahnya
secara drastic peta persaingan ekonomi dan bisnis dunia. Ia juga memiliki kekuatan
untuk memaksa yang menyebabkan teritegrasinya/bersatunya norma-norma kehidupan
dalam suatu entitas/negara sebagai bagian integral terhadap norma-norma umum dunia
yang berlaku. Dalam kontek keadaan seperti ini mengindikasikan akan semakin
meluasnya tingkat persaingan dalam tata pergaulan dunia yang ada. Disini hanya negara
yang mempunyai tingkat kompetensi dan kompetisi yang memadai( ecxelent ) akan bisa
bersaing dan menjadi pemenang. Dalam keadaan seperti ini akan menjadi tekanan bagi
pemerintah untuk selalu meningkatkan kinerja/kualitas pengelolaan ketatanegaraanya
agar dapat setarap dengan negara-negara yang telah maju. Sedangkan negara yang tidak
responsive mengantisipasi perkembangan keadaan, maka dengan terpaksa akan tertinggal
akibat ketidakmampuan berhadapan kekuatan perubahan yang terjadi.
Masih terbangunya kesan/image klasik dimana dalam pengelolaan pemerintah
Indonesia cenderung beranggapan seolah-olah norma-norma pengelolaan negara
dianggap sebagai sesuatu yang unik dan mempunyai ciri kas tersendiri, sehingga
menapikan norma-norma yang berlaku di negara lain sebagai barang haram/terlarang.
Keadaan yang tidak kondusif seperti ini tentu harus segera mendapat
penanggulangan/perhatian secara seksama. Baik bagi anggota masyarakat pada umumnya
maupun bagi sector bisnis dan aparatur pemerintah pada khususnyasebagai entitas.

2. Akuntansi Pemerintahan Indonesia.

Dengan bergulirnya gerakan reformasi yang menuntut adanya transparansi


pengelolaan keuangan negara yang lebih informative dan bertanggung jawab menjadi
sesuatu yang sangat mendesak. Ini semua tidak terlepas dari tingkat pelayanan publik
yang semakin meningkat/komplek, maka menuntut adanya metode yang lebih
layak/kavabel.
Kalau kita perhatikan dimana sebelum era reformasi dimana metode pengelolaan
anggaran negara Indonesia masih meneruskan metode pengelolaan Jaman Belanda. Ini

122 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

tidak hanya nampak pada wujud metode yang dipakai, akan tetapi juga dapat ditelusuri
secara langsung pada aturan-aturan yang mendasari penggunaan metode tersebut. Dengan
adanya perkecualian beberapa perbaikan parsial yang dilakukan dibeberapa bagian
belakangan ini, dimana kebijakan pengelolaan anggaran negara di Indonesia secara
keseluruhan masih didasarkan atas aturan-aturan yang terangkum dalam Undang-Undang
Perbendaharaan Indonesia ( Indische Compabilities Wet ). Ini dapat dibuktikan dari
dimana pengelolaan anggaran negara masih didasarkan atas metode warisan Pemerintah
Belanda adalah penggunaan metode tatabuku tunggal sebagai pembukuan bendaharawan.
Metode ini banyak mengandung kelemahan dimana salah satunya adalah efektifitas
tingkat pengwasan yang tidak optimal. Ini dapat dibuktikan pada saat perhitungan
penyusunan Perhtingan Anggaran Negara ( PAN ), dimana sifatnya tidak lebih sebagai
sekedar catatan uang keluar masuk bendaharawan belaka, sehingga memerlukan prosedur
berjenjang dalam menyusun PAN meliputi Pertanggungjawaban Pengurusan Khusus
( Bendaharawan ), dan Pengurusan Umum ( KPKN dan Biro Keuangan). Keadaan ini
memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak.
Paska bergulirnya reformasi dengan dasar pijak Undang-undang Nomor 22 tahun
1999 tentang pemerintahan daerah, dan kini disempurnakan dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004, dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dengan daerah, yang kemudian disempurnakan dengan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004. Dalam pelaksanaan dari undang-undang tersebut
didukung/diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 yang
disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005, tentang dana
perimbangan, Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000, yang disempurnakan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, tentang pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000
tentang pinjaman daerah, dan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang pedoman
pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan negara serta tata cara
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah ( APBD ), pelaksanaan tata usaha
keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah,
dimana peraturan ini kemudian disempurnakan dengan Kepmen Nomor 13 tahun 2005.
Perubahan yang paling mendasar sesuai dengan PP Nomor 105/2000, dan
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 adalah timbulnya perubahan dimana mulai
dilaksanakan “akuntansi” ( doble entry ) dalam pengelolaan keuangan daerah dengan
dasar pencatatan atas dasar kas modifikasian ( modified cash basis ) sesuai dengan
123 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

Kepmendagri Nomor 24 Tahun 2002, yang mengarah pada basis akruel (akruel basis)
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, oleh pemerintah daerah baik
provinsi maupun kabupaten/kota, bukan “pembukuan” lagi. Dalam pengelolaan
keuangan negara ini sudah mulai diterapkan akuntansi dengan motode double entry.
Dalam system pencatatan dimana motode ini sudah sudah adanya tingkat pengawasan
yang lebih baik dari sebelumnya pada setiap adanya mutasi atas transaksi yang terjadi.
Adanya tingkat kontrol/pengawasan.

3. Standar Akuntansi Pemerintahan.

Keberadaan Standar Akuntansi Pemerintahan diharapkan dapat menjawab dinamika


tantangan era global yang muncul dalam upaya melahirkan laporan keuangan, akuntansi
dan audit yang lebih baku dan bersinergis dengan kinerja yang dicapai. Adanya pedoman
dasar dalam bentuk baku yang mengikat dalam pelaporan dan pemeriksaan, maka
diharapkan munculnya persepsi yang tidak bias atas penapsiran transaksi keuangan yang
terjadi pada masing-masing instansi yang terlibat. Standar Akuntansi ini diharapkan
sebagai guide of account dalam melakukan analisis transaksi yang lebih padu. Bagaimana
Standar Akuntansi tersebut dapat memberi arti yang lebih sinkron dalam proses akuntansi
mulai dari pencatatan, posting, penghitisaran, dan pelaporan sehingga adanya kesatuan
persepsi yang baik diantara entitas yang terlibat
Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 yang mengatur
tentang Standar Akuntasi Pemerintahan, diharapkan dapat menjembatani kebuntuan yang
muncul dalam pelaporan keuangan, akuntansi dan audit yang terjadi oleh pemerintah
daerah selama ini. Adanya upaya dari Kompartemen Akuntansi Sektor Publik di IAI
( Ikatan Akuntan Indonesia ) pada tanggal 8 Mei 2000 dimana salah satu programnya
adalah penysunan standar akuntansi keuangan untuk berbagai unit kerja pemerintahan.
Adanya muncul rasa keprihatinan yang cukup mendalam dimana situasi proses pelaporan
keuangan sector publik yang belum memdai dijadikan satu-satunya alasan bagi
peluncuran pengembangan standar akuntansi pemerintahan ini. Dalam proses tersebut
dihasilkan Exposure Draft Standar Akuntansi Sektor Publik yang dikeluarkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Sektor Publik ( IAI ), dimana memuat 6 ( enam ) butir yang
cukup penting dikeluarkan berupa :
1. Penyajian Laporan Keuangan.
2. Laporan Arus kas

124 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

3. Koreksi Surplus Defisit, Kesalahan Fundamental, dan Perubahan kebijakan


akuntansi.
4. Dampak Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Luar negeri.
5. Pos Pinjaman.
6. Laporan Kuangan konsolodasi dan Entitas Kendalian.

Adanya publikasi tersebut, menjadi tantangan bagi pemerintah untuk segera bergerak
cepat dengan mengaluarkan Standar Akuntansi Pemerintahan, sebelum undang-unadang
Keuangan Negara ditetapkan, Menteri Keuangan Republik Indonesia telah menatapkan
Keputusan Menteri keuangan Nomor 308/KMK 012/2002 tanggal 13 Juni 2002 tentang
Komite standar Akuntansi Pemerintahan ( KSAP ) Pusat dan Daerah, sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir kali dengan Keputusan Menteri keuangan Nomor 379/KMK
012/2004 tanggal 6 Agustur 2004. Komite ini bekerja dengan melibatkan banyak unsure yang
secara formal dinyatakan terdiri dari unsure Departemen Keuangan, Departemen dalam
negeri, dan Ikatan akuntan Indonesia.
Selanjutnya dengan dikeluarkanya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
Menetapkan komite SAP dilakukan dengan keputusan Presiden ( Keppres ) telah diterbitkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan pada tanggal 5 Oktobr 2004, yang telah diubah dengan Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2005 Tanggal 5 Januari 2005. KSAP bertugas
mempersiapkan penyusunan konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tantang Standar
Akuntansi Pemerintahan ( SAP ) sebagai prinsip-prinsip akuntansi yang wajib diterapkan
dalam penysunan dan menyajikan laporan keuangan pemerintah pusat dan/atau pemerintah
daerah.
Dengan demikian KSAP bertujuan untuk mengembangkan program-program
pengembangan akuntabilitas dan manajemen keuangan pemerintah termasuk
mengembangkan SAP dan mempromosikan penerapan standar tersebut. Dalam mencapai
tujuan tersebut, SAP telah disusun dengan berorientasi pada International Publick Sector
Accounting Standar (IPSAS). Selain itu dalam penyusunan SAP juga telah diharmoniskan
dengan Standar Akuntansi Keuangan ( SAK ) yang diterbitkan Dewan Standar Akuntansi
Keuangan - Ikatan Akuntansi indosnesia.
Dalam Pengembangan SAP untuk dapat menyesuaikan diri secara global maka
mengacu pada praktik-praktik terbaik di tingkat internasional dengan tetap
mempertimbangkan kondisi di Indonesia, baik menyangkut peraturan perundang-undangan
125 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

dan praktik-praktik akuntansi yang berlaku maupun kondisi sumber daya manusia yang
tersedia. Selain itu adanya penerapan strategi peningkatan kualitas pelaporan keuangan
pemerintahan dilakukan dengan proses transisi menuju pada basis akruel. Selama ini
pendapatan ,belanja dan pembiayaan dicatat secara kas basis, sementara aktiva, kewajiban,
dan ekuitas dana dicatat berbasis akruel. Pada tahun 2007 diterapkan proses transisi standar
menuju basis akruel secara keseluruhan sudah selesai.

4. Mengukur Kinerja Sektor Publik.


Dengan tuntutan jaman yang semakin komplek, maka memerlukan adanya batasan-
batasan ukuran baku yang digunakan untuk menilai kinerja yang dicapai. Seberapa jauh
batasan standar yang ditetapkan dapat tercapai sangat ditentukan oleh tingkat pemahaman
yang dimiliki entitas, sehingga pelayanan yang akan diberikan akan lebih berkualitas/tetap
sasaran. Pada era global ini batasan kualitas kinerja yang mengacu pada peningkatan
pelayanan publik akan menjadi tujuan yang dicapai. Bagaimana dapat mengukur batasan
kinerja tersebut sehingga memberikan keuntungan semua pihak lebih bersinergis.
Adanya idikator yang dipergunakan dalam mengukur kinerja sector publik secara
baku akan memberikan jaminan pada kualitas pelayanan yang diberikan mencapai sasaran.
Dalam era mendatang/global tolak ukur dalam pencapaian suatu target akan dapat
mencerminkan batasan kinerja optimal yang dicapai. Untuk itu bagaimana mengoptimalkan
perangkat yang ada sehingga dapat memberikan feed back yang lebih meningkatkan kualitas
pelayanan publik yang dicapai.
Pengukuran kinerja sangat penting untuk dapat menilai akuntabilitas organisasi, dan
manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Disini akuntabilitas bukan
sekedar berarti kemampuan menunjukan bahwa uang publik tersebut telah dipergunakan
secara ekonomis, efisien, dan efektif. Adanya pusat-pusat pertanggungjawaban sangat
berperan untuk menciptakan indicator kinerja sebagai dasar untuk menilai kinerja.
Dimilikinya system pengukuran kinerja yang cukup handal ( reliable ) merupakan salah satu
factor kunci suksesnya organisasi.
Sistem pengukuran kinerja sector publik adalah suatu system yang bertujuan untuk
membantu pinpinan/manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur
finansial dan nonfinasial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat
pengendalian organisasi karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward
and punishment system. Pengukuran kinerja sekor publik dilakukan untuk memenuhi tiga
maksud yaitu:
126 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

1. Pengukuran kinerja sector publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki


kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu
pemerintah fokur pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada
akhirnya akan dapat meningkatkan efisisensi dan efektifitas organisasi sector
publik dalam pemberian pelayanan publik.
2. Ukuran kinerja sector publik digunakan untuk mengalokasikan sumber daya dan
pembuatan keputusan.
3. Ukuran kinerja sector publik dimaksudkan untuk mewujudkan
pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
Sementara disisi lain dari pihak legeslatif ( DPR ) ukuran kinerja digunakan untuk
menentukan kelayakan biaya pelayanan ( cost of servise ) yang dibebankan kepada
masyarakat pengguna jasa publik. Masyarakat tentu tidak mau terus-menerus ditarik
pungutan, sementara pelayanan yang diberikan/diterima tidak ada peningkatan kualitas dan
kontinyuitas yang memadai. Oleh karena itu pemerintah berkewajiban untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pelayanan publik.Masyarakat mengharapkan dimana pemerintah
dapat memberikan kualitas dan kuantitas pelayanan dengan biaya yangrelatif murah.
Kinerja sector publik bersifat komplek, sehingga tidak cukup/ada indicator tunggal
yang dapat digunakan untuk mewujudkan kinerja secara menyeluruh. Tentu sangat berbeda
dengan sector privat dimana sifat output yang dihasilkan sector publik lebih banyak bersifat
itngiable output, maka ukuran keuangan/finansial tidak cukup untuk mengukur kinerja sector
publik. Tentu disini perlu dikembangkan ukuran kinerja yang bersifat
non-keuangan/finansial. Adapun tujuan dari system pengukuran kinerja secara umum dapat
berupa :
1. Untuk mengkomonikasikan strategi secara lebih baik ( top down and bottom up )
2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara lebih berimbang
sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi.
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan pinpinan/manager pada level
menengah dan level bawah serta dapat memotivasi untuk mencapai goal
congruence.
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individu dan
kemampuan kolektif yang lebih rasional.
Untuk melakukan pengukuran kinerja dalam era global ini, dimana variable kunci
yang sudah teridentifikasi tersebut kemudian dikembangkan menjadi indicator kinerja untuk
kerja yang bersangkutan. Untuk dapat diketahui tingkat capaian kinerja, indicator kinerja
127 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

tersebut kemudian dibandingkan dengan target kinerja atau standar kinerja. Sedangkan pada
tahap eveluasi kinerja yang hasilnya berupa feedback, reward, dan punishment kepada
pinpinan/manager pusat pertanggungjawaban.
Dalam penggunaan indicator kinerja yang terus berkembang di era global ini, sangat
penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efisien
dan efektif. Indikator untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda tergantung tipe pelayanan
yang dihasilkan. Dalam menentukan indicator kinerja perlu mempertimbangkan seperti
komponen berikut :
1. Biaya pelayanan ( Cost of service ) yang akan dikeluarkan.
Indikator ini biasanya diukur dalam bentuk biaya unit, misalnya biaya per unit
pelayanan. Disini beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan biaya
unitnya, karena output yang dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada
keseragaman tipe pelayanan yang diberikan
2. Penggunaan ( utilition ) yang tepat sasaran.
Indikator pengguna pada dasarnya membandingkan antara jumlah pelayanan yang
ditawarkan dengan permintaan publik. Indikator ini harus mempertimbangkan
prferensi publik, sedangkan pengukuranya biasanya berupa volume absolut atau
persentase tertentu.
3. Kualitas dan standar pelayanan ( quality and standards ).
Indikator kualitas pelayanan merupakan indicator yang paling sulit diukur, karena
menyangkut pertimbangan yang sifatnya subyektif. Penggunaan indicator kualitas
dan standar pelayanan harus dilakukan secara hati-hati karena kalau terlalu
menekankan indicator ini justru dapat menyebabkan terjadinya kontra produktif.
4. Kepuasan publik ( publik satisfication ).
Indikator kepuasan publik biasanya diukur melalui metode jajak pendapat yang
dilakukan secara langsung. Bagi pemerintah daerah, metode yang digunakan
dalam penjaringan aspirasi masyarakat dapat juga digunakan untuk menetapkan
indicator kepuasan. Namun demikian dapat juga digunakan indicator proksi
misalnya berupa keluhan/complain masyarakat. Pembutan indikataor kinerja
tersebut memerlukan kerja sama antar unit kerja.

128 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan

129 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai