PENGANTAR
AKUNTANSI
PEMERINTAHA
N( PENDEKATA
N APBN )
Oleh :
I Nyoman Sugiarta.
nyoman
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Topik : 1
PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK
AKUNTANSI PEMERINTAHAN
1. Pendahuluan :
1|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
pengaruh lebih jauh pada pembiayaan maupun pada pendapatan, tentu memerlukan
adanya kecermatan dalam pencatatan yang lebih akurat.
Lembga pemerintah memang lebih terkesan sebagai lembaga politik daripada
lembaga ekonomi. Akan tetapi, sebagaimana bentuk-bentuk kelembagaan lainya, lembaga
pemerintah juga memiliki aspek sebagai lembaga ekonomi. Sebagai lembaga ekonomi,
maka pada satu sisi, lembaga pemerintahan melakukan berbagai bentuk pengeluaran guna
membiayai kegiatan-kegiatan yang dilakukanya. Untuk itu, maka pada sisi yang lain,
lembaga pemerintah harus melakukan berbagai upaya untuk memperoleh penghasilan
guna menutupi biaya-biaya tersebut.
Berdasarkan aktivitas ekonominya itu, maka tidak dapat dielakan bila lembaga
pemerintahan juga membutuhkan jasa akuntansi, baik untuk meningkatkan mutu
pengawasanya, maupun untuk menghasilkan informasi keuangan yang akan digunakanya
sebagai dasar dalam mengambil keputusan ekonomi. Sifat lembaga pemerintahan berbeda
dengan sifat perusahaan yang bertujuan mencari laba, maka sifat akuntansi pemerintahan
berbeda dari sifat akuntansi perusahaan. Karena itulah akuntansi pemerintahan kemudian
dikelompokan sebagai bidang akuntansi yang berdiri sendiri, terpisah dari akuntansi
perusahaan.
2. Pengertian Akuntansi.
Pengertian akuntansi dapat dijelaskan melalui dua pendekatan yaitu: dari segi
proses dan fungsinya. Kalau kita lihat dari segi prosesnya akuntansi adalah
merupakan ketrampilan dalam mencatat, menggolong-golongkan, dan meringkas
transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh suatu lembaga/entitas, serta diikuti
dengan melaporkan hasil-hasilnya dalam suatu laporan yang disebut dengan laporan
keuangan.
Dilihat dari segi fungsinya akuntansi menurut Ahmed Belkaou adalah
“suatu kegiatan jasa yang berfungsi menyajikan informasi kuantitatif terutama
yang bersifat keuangan dari suatu lembaga atau perusahaan yang diharapkan
dapat digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan ekonomi diantara
berbagai alternatif tindakan.”
Berdasarkan dari pengertian di atas dapat disimpulkan antara lain:
- Sebagai alat pengawasan kegiatan suatu lembaga/entitas.
- Dapat digunakan sebagai alat perencanaan.
- Dapat digunakan sebagai alat pengambil keputusan keuangan.
2|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
1. Akuntansi Perusahaan.
Akuntansi perusahaan atau sering disebut dengan akuntansi komersial,
adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan perusahaan-perusahaan yang
bertujuan mencari laba. Sesuai dengan sifat dan tujuan perusahaan maka
akuntansi perusahaan memiliki karakteristik tersendiri. Akuntansi perusahaan
jika diklasifikasikan lebih lanjut dapat dibedakan:
a. Akuntansi Keuangan.
Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi perusahaan yang
terutama bertujuan menghasilkan informasi keuangan/lap keu. bagi para
pemilik perusahaan.
b. Akuntansi Manajemen.
Akuntansi manajemen bertujuan untuk menghasilkan informasi
keuangan bagi para pengelola perusahaan. Karena jenis informasi
keuangan yang dibutuhkan oleh para pengelola perusahaan lebih banyak
ragamnya, maka bentuk laporan yang dihasilkan oleh akuntansi
3|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
2. Akuntansi Nasional.
Akuntansi nasional atau akuntansi social/makro adalah bidang akuntansi yang
khusus untuk diterapkan pada lembaga dalam artian makro. Akuntansi ini bertugas
melayani perekonomian nasional. Lima unsur pokok yang tercakup di dalamnya
yaitu:
a. Rekening Pendapatan dan produksi nasional.
b. Rekening antar industri.
c. Rekening arus dana.
d. Rekening Neraca Pembayaran.
e. Rekening Neraca Nasional.
f. Akuntansi Pemerintahan.
Adalah bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan dan
lembaga-lembaga yang tidak bertujuan mencari laba. Walaupun lembaga
pemerintahan senantiasa berukuran besar namun sebagaimana perusahaan, ia masih
tergolong lembaga mikro.
Dalam Scema dapat digambarkan:
Gambar : 4
Scema Kedudukan Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi
Mikro Perusahaan
Akuntansi
Pemerintahan
Akuntansi
Makro
Akuntasi
Nasional
4|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Walaupun demikian dimana sifat lembaga pemerintahan berbeda dari sifat perusahaan
yang bertujuan mencari laba, namun tidak berarti bahwa kegiatan akuntansi pemerintahan
sama sekali berbeda dengan dengan kegiatan akuntansi perusahaan. Sebagaimana halnya
akuntansi perusahaan, kegiatan akuntansi pemerintahan juga menliputi proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penafsiran transaksi keuangan suatu lembaga
pemerintahan. Dengan demikian secara tidak langsung dimana berbagai prinsip akuntansi,
terminologi, dan bentuk laporan akuntansi perusahaan yang bertujuan mencari laba, ditemui
juga dalam akuntansi pemerintahan.
5|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Tabel : 2
Perbedaan Akuntansi Sektor Publik dengan Suasta
No. PERBEDAAN SEKTOR PUBLIK SEKTOR SWASTA
6|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
7|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
8|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
yang saling menguntungkan. Selama ini peran swasta tidak mendapat posisi yang
cukup baik seperti terabaikan dalam kerjasama yang dibangun.
Secara teorities desentralisasi diharapkan akan menghasilkan dua manfaat nyata
yaitu berupa :
a. Mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreativitas masyarakat
dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-hasil
pembangunandi seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya dan
potensi yang tersedia dimasing-masing daerah. Adanya kesempatan bagi
daerah untuk mengembangkan potensi daerahnya masing-masing dalam
rangka meningkatkan kesejateraan. Peran aktif masyarakat dalam
memajukan daerahnya secara aktif menjadi hal yang pokok dalam otonomi
daerah.
b. Memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran
serta pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintah yang paling
rendah yang memiliki informasi yang paling lengkap. Pengambilan
keputusan ( decision making ) pada level/tingkat yang paling rendah
memberi peran serta secara aktif pada semua sector yang ada. Pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab dalam batas yang ada kepada bagian yang
lebih rendah/bawah akan memberikan kreasi kerja dalam koridor-koridor
yang lebih membangkitkan iklim kerja yang lebih harmonis. Batas
pelimpahan wewenang yang ada sangat berpulang kepada dasar
kemampuan masing-masing sector yang ada. Tentu keadaan kondusif
harus terus dibangun secara berkesinambungan agar kinerja terus
meningkat.
9|Page
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
BAB: 2
AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN
KEUANGAN NEGARA.
10 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
2. Kewajiban Negara
Kewajiban-kewajiban negara dalam garis besarnya, dapat dkelompokan atas dua
bentuk kewajiban sebagai berikut:
11 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
12 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
13 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
14 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
15 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
16 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
BAB : 3
1. Pengertian Anggaran.
17 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Sebaliknya disisi lain pada sisi penerimaan biasanya dibuat dengan jumlah
yang seminimal/sekecil-kecilnya, dimana agar dalam realisasinya nanti
tidak menjadi beban bagi lembaga yang bersangkutan.
Ada kecendrungan menjelang akhir tahun anggaran seperti terjadi
perlombaan dalam menghabiskan sisa anggaran, dimana ini disebabkan
ada terbangun keyakinan dimana bahwa bila jumlah pengeluaran yang
telah dianggarkan tidak terhabiskan, maka pihak yang berwenang akan
mengurangi anggaran tahun berikutnya.
19 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
keputusan yang telah dan atau diambil dipertimbangkan secara matang, sehingga
diharapkan rencana dan program yang paling baik.
Dalam system anggaran ini tidak lagi diadakan pemisahan antara komponen
penerimaan dan pengeluaran, tapi pemilahan lebih ditekankan pada pendekatan
program. Hal ini tidak hanya menuntut diterapkanya system akuntansi pemerintahan
yang baik, tetapi juga dituntut analisa biaya atas nilai manfaat dan system informasi
manajemen yang canggih.
Adapun tahap-tahap system anggaran program meliputi :
1. Tahap Perencanaan.
2. Tahap penyusunan Program.
3. Tahap Penyusunan Anggaran
4. Tahap Pengendalian yang meliputi pengawasan dan penilaian, baik
terhadap pelaksanaan program maupun pelaksanaan anggaran.
3. Tahap Pelaksanaan
20 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
4. Tahap Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban APBN adalah tahap akhir dari siklus/proses APBN.
Dalam Tahap ini bahan-bahan pertanggujawaban dari departemen atau
lembaga tinggi negara dikumpulkan dan dijadikan satu dasar menyusun Nota
PAN ( Nota Perhitungan Anggaran Negara ).
Kalau digambarkan siklus/proses APBN akan nampak sebagai berikut:
21 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Gambar : 1
Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
22 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Start
DuK
DuK
Dup
DUP
dup
APBN
APBN
APBN APBN
Nota
DIK/DIP DIK/DIP PAN
Nota
PAN
LKKA LKKA HP
BPK
HP
BPK
P6&P
7&D
U PAN
PAN
Nota
PAN
BAB ; 4.
23 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
24 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
B. SUSUNAN APBN
Struktur APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara,
keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan. Sejak Tahun 2000, Indonesia
telah mengubah komposisi APBN dari T-account menjadi I-account sesuai dengan
standar statistik keuangan pemerintah Government Finance Statistics (GFS).
1. Pendapatan Negara
Sumber penerimaan Pendapatan Negara adalah semua penerimaan Negara yang
berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan Negara bukan pajak, serta
penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar negeri
25 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
3. Belanja Negara.
26 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Pengeluaran atau belanja negara adalah semua pengeluaran Negara untuk membiayai
belanja pemerintah pusat dan belanja untuk daerah.
1. Belanja Pemerintah Pusat
a) Belanja pegawai
Terdiri dari tiga komponen utama yaitu : gaji dan
tunjangan ,honorarium dan vakasi ,serta konstribusi social. Gaji dan tunjangan
bagi pegawai negeri yang jumlahnya jutaan orang di seluruh Indonesia
merupakan sub-komponen terbesar dari belanja pegawai.
b) Belanja Modal
Belanja modal biasanya dipergunakan untuk kebutuhan departemen-
departemen dan lembaga-lembaga non-departemen pemerintah dan juga untuk
berbagai kegiatan investasi public seperti infrakstur
c) Pembayaran Bunga Utang
d) Subsidi
Pada T-account, pinjaman proyek bersifat in-out yaitu masuk dalam penerimaan
negara sebagai penerimaan pembangunan dan juga masuk dalam pengeluaran negara sebagai
pengeluaran pembangunan, sedangkan pada I-account pinjaman proyek dimasukkan dalam
pembiayaan anggaran. Selain itu pembayaran bunga dan cicilan utang pada T-account
dijadikan satu dalam pengeluaran rutin, sedangkan pada I-account pembayaran bunga utang
dan cicilan utang terpisah, yaitu pembayaran bunga utang termasuk dalam belanja negara
(Belanja Pemerintah Pusat) , sedangkan pembayaran utang/ pembayaran cicilan pokok
termasuk dalam pembiayaan anggaran. Akibatnya untuk tahun yang sama jumlah penerimaan
maupun pengeluaran pada APBN format T-account berbeda dengan APBN format I-account,
namun secara kumulatif jumlahnya sama.
Gambar : 2.
A. KLASIFIKASI ANGGARAN
Klasifikasi anggaran terutama ditujukan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut :
28 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
29 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
30 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
BAB 5
PROSEDUR PELAKSANAAN APBN.
Keuangan Negara yang meliputi semua hak dan kewajiban yang dinila dengan uang
berhubungan dengan hak-hak dan kewajiban tersebut, dapat dibagi dalam kedua kategori: (1)
keuangan Negara yang merupakan pengurusannya dipisahkan dan pengelolaannya
berdasarkan hukum publik dan/atau hukum perdata. (2) keuangan Negara yang diurus
langsung oleh pemerintah yaitu (a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang setiap
tahunnya ditetapkan dengan Undang-Undang dan (b) barang-barang milik Negara, yakni
harta tetap, barang bergerak, hewan-hewan Negara dan barang-barang dalam persediaan.
1. Pengurusan Umum.
dipisahkan dari penyelenggaraan dua fungsi yaitu Fungsi Otorisator dan Fungsi
Ordonatur. Bila fungsi otorisator merupakan tanggung jawab dari pengurusan primer
keuangan negara, maka fungsi ordonatur adalah tanggung jawab dari penguasa
Adapun tugas kedua fungsi tersebut dalam garis besarnya meliputi hal-hal
sebagai berikut :
31 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
pada waktunya.
Dari kelima tugas di atas, tugas a, b, dan e, merupakan realisasi dari fungsi otorizator.
Sedangkan tugas d dapat merupakan realisasi dari fungsi otorisator dan dapat pula
merupakan realisasi dari fungsi ordonatur. Sedangkan tugas c merupakan realisasi dari
fungsi ordonatur.
Dalam prakteknya pengurusan umum ini terdiri dari dua jenis pengurusan, yaitu:
32 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
2. Pengurusan Khusus
Kalau dilihat dari obyek yang diurusnya, maka Bendaharawan dapat dikelompokan
atas .Bendaharawan Uang, Bendaharawan baran. Karena Bendaharawan Uang masih
bisa dibedakan menjadi Bendaharawan Umum dan Bendaharawan Khusus, maka dalam
garis besarnya Bendaharawan terdiri dari tiga kelompok sebagai berikut.
1. Bendaharawan Umum
2. Bendaharawan Khusus.
3. Bendaharawan Barang.
33 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
a. Bendaharawan Umum.
Yang termasuk dalam Bendaharawan Umum ini antara lain adalah Kepala
Cabang bank pemerintah atau bank-bank lain yang ditunjuk sebagai bank persepsi,
Kepala Kantor Pos dan Giro, dan Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
Anggaran dan (b) Setoran-storan penerimaan Negara yang berupa pajak dan
dari uang Negara juga uang pihak ketiga seperti uang tender, uang lelang,
harian/ laporan mingguan kepada Direktorat Kas Negara dan laopran bulanan
b. Bendaharawan Khusus
34 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
ke Kas Negara atau Rekeningnya dan tidak boleh mempergunakan uang untuk
kepentingan lainnya. Demikian juga dalam hal pengeluaran uang anggara, hanya
boleh mengeluarkan saja. Terdapat beberapa bendaharawan khusus sesuai dengan
tugas yang dibebankan kepadanya yaitu:
1) Bendaharawan Penerima atau Penyetor Tetap
2) Bendaharawan UUDP/Rutin/Proyek
3) Bendaharawan Gaji
c. Bendaharawan Barang
sendiri, maupun melalui pembelian dibawah tangan atau melalui lelang dari
35 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
sesungguhnya.
36 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
BAB 6
Pengurusan Umum dan Khusus, maka pertanggungjawaban penguran APBN juga terbagi
umum dimulai sejak dibuatnya Laporan Keadaan Kredit Anggaran ( LKKA ), sampai pada
Pertanggungjawaban Umum dan Khusus secara garis besarnya melalui dua tahap, sebagai
berikut :
pertanggungjawaban yang disebut sebagai LKK. Penyerahan laporan ini kepada KPKN/KPN,
Kepala Kantor satuan kerja atau Pimpinan Proyek yang menjadi atasan langsung
Proyek tersebut.
37 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
a. Pembuatan Laporan Kredit Anggaran ( LKKA ) oleh masing-masing kepala kantor, satuan
kerja dan pinpinan proyek. Sebagaimana telah disinggung di atas penyerahan laporan ini
ke KPKN/KPN harus dilapiri LKK yang dibuat oleh bendaharawan yang bersangkutan.
2. Pertanggungjawaban Khusus.
yaitu kepada :
38 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
c.BPKP.
dalam bentuk BUKU kas Umum ( BKU )Tabelaris, dan tidak perlu mendapatkan
persetujuan.
Bendaharawan Khusus membuat LKK berdasarkan bukti-bukti transaksi BKU, dan Buku
-Buku Bank
-Buku Pos
-Rekening Bank
-Rekening Pos
39 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
tetap dan Bendaharawan Khusus Pengeluaran. Karena proses pembuatan dan pengiriman
laporan pertanggungjawaban kedua kelompok bendaharawan ini tidak sama, maka masing-
3.Pertanggungjawaban Umum.
dengan pertanggungjawaban pengurusan khusus terletak pada sumber data tangan pertama,
maka data pertanggungjawaban pengurusan umum sepenuhnya datang dari pihak lain, yaitu
laporan pertanggungjawaban yang akan digunakan sebagai data perhitungan anggaran negara.
40 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
BAB 7
PEMBUKUAN BENDAHARAWAN
( Pembukuan Pada Buku Kas Umum dan Bank )
Pembukuan keuangan negara adalah bagian integral dari pelaksanaan anggaran
negara. Tugas pembukuan ini tanggung jawab dari para bendaharawan negara sesuai dengan
SK Menteri Keuangan Nomor Kep 332/M/V9/1968 yang menyatakan bahwa disamping
bertugas menerima, menyimpan, membayar, dan mempertanggyngjawabkan uang negara,
setiap Bendaharawan juga wajib membukukan setiap uang negara yang diterima dan
dikeluarkanya, baik penerimaan atau pengeluaran itu langsung melalui tanganya maupun
melalui perantaraan bank.
Untuk memudahkan dalam memahaminya, maka berikut ini akan mengambil contoh
kasus pembukuan pada Bendahara UYHD. Pembahasan akan dimulai dengan mengemukakan
terlebih dahulu sifat-sifat pembukuan Bedaharawan secara umum.
41 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
01 Mei 2015 : Saldo awal berjumlah sebesar Rp 200.000 yang terdiri dari saldo
Mak 5210 Rp 80.000
Mak 5220 Rp 40.000
Mak 5310 Rp 80.000
05 Mei 2015 : Diterima SPM Gaji tertanggal 01 Mei 2015 untuk MAK 5110 sebesar Rp
410.000
07 Mei 2015 : Dibayar gaji MAK 5110 sebesar Rp 400.000
15 Mei 2015 : Diterima SPM tertanggal 10 Mei 2015 sebesar Rp 500.000 untuk MAK 5210
Rp 200.000 MAK 5220 Rp 100.000, MAK 5310 Rp 200.000.
20 Mei 2015 : Dibayar kuitansi nomor 1000 untuk MAK 5210 Rp 220.000
25 Mei 2015 : Dibayar kuitansi Nomor: 2000 MAK 5220 Rp 160.000
29 Mei 2015 : Dibayar kuintansi Nomor 3000 MAK Nomor 5310 Rp 250.000
30 Mei 2015 : Disetor gaji atas nama Saudara Kadir yang meninggal dunia pada tanggal 29
April 2015 sebesar Rp 10.000surat bukti setor tertanggal 30 Mei 2015 atas
MAK: 5110.
42 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Mei Mei
01 Saldo - 200.000 07 Dibayar 5110 400.000
05 SPM 5 Mei - 410.000 5120
15 SPM 10 Mei 500.000 20 Dibayar 5210 220.000
25 Dibayar 5220 160.000
29 Dibayar 5310 250.000
30 Disetor Kas 5110 10.000
Negara
31 Saldo 70.000
Penutupan
1.110.000
Penutupan 1.110.000
MAK ; 5110
TGL Keterangan Pembayara Sisa Cara Posisi Penggantian
n Kredit Pembayaran UYHD
SPM Dana Penggantian Belum
-LS UYHD UYHD Diganti
Mei Diterima - - - - 410.000 -
5 SPM 400.000 10.000 - 400.000 400.000
7 Bayar Gaji 10.000 10.000 10.000
30 Disetor kas
Negara
43 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
MAK : 5220
TGL Keterangan Pembayaran Sisa Cara Posisi Penggantian
Kredit Pembayaran UYHD
SPM Dana Penggantian Belum
-LS UYHD UYHD Diganti
01 Saldo 40.000 40.000
15 Diterima 100.000
29 SPM 160.000 (20.000) 160.000 160.000
Dibayar
44 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Sesuai dengan keppres RI Nomor 16 tahun 1994, dimana setiap bendaharawan UYHD
hanya diperkenankan memegang uang tunai dengan jumlah setinggi-tingginya Rp 10.000.000
( Sepuluh Juta Rupiah ). Sedangkan selebihnya disimpan di Bank pemerintah terdekat.
Disamping melakukan pembayaran secara tunai, maka setiap bendahara UYHD juga
melakukan pembayaran melalui perantaraan bank. Dengan demikian, disamping harus
menyelenggarakan BKU, ian juga harus menyelenggarakan Buku Bank agar ia dapat
mengetahui dengan cepat posisi keuangan di bank.
Dengan digunakanya buku bank untuk mencatat transaksi-transaksi yang dilakukan
melalui bank, tidak berarti Buku Bank terpisah sama sekali dari BKU. Karena setiap transaksi
yang dilakukan harus oleh Bendaharawan tetap harus dicatat di dalam BKU, maka transaksi-
transaksi yang dilakukan melalui bank, disamping harus dicatat didalam Buku Bank, harus
dibukukan dalam BKU.
Karena pola hubungan seperti di atas, maka Buku Bank hanyalah sebagai buku
Pembantu bagi BKU. Dengan kata lain, saldo uang di bank adalah bagian langsung saldo
uang menurut BKU. Sebaliknya saldo uang di bank menurut BKU, harus cocok dengan
dengan saldo menurut Buku Bank.
Gambaran yang telah terinci mengenai hubungan antara BKU dengan Buku Bank di
atas, dapat dilihat di dalam ragam transaksi kas-bank sebagai berikut:
a.transaksi yang mengubah saldo kas, dan
b.transaksi yang tidak mengubah saldo kas secara keseluruhan.
Dalam keadaan yang pertama, saldo menurut BKU dan Buku Bank mengalami
perubahan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya transaksi antara Bendaharawan dengan pihak
ketiga.
Sedangkan dalam keadaan yang kedua, walaupun saldo menurut Buku Bank berubah
namun saldo menurut BKU sama sekali tidak mengalami perubahan , karena yang terjadi
hanyalah sekedar pengalihan uang dari kas tunai ke bank atau sebaliknya.
Dengan demikian transaksi-transaksi yang dilakukan melaluibank sebagaimana di atas
dapat dilakukan dengan dua metode sebagai berikut :
45 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
(PU)
Sedangkan pembukuan untuk pengeluaran bank yang mengurangi jumlah kas secara
keseluruhan adalah sebagai berikut :
a.Buku Bank di kredit, BKU di debet dengan keterangan PU, untuk mengetahui terjadinya
pemindahan uang dari kas, dan
b.BKU di kredit untuk mengakui pengeluaran uang dari kas.
01 Mei 2015 : Saldo BKU tercatat sebesar Rp 1.600.000 yang terdiri dari Saldo Mak 5210
RP 400.000, Mak 5220 Rp 800.000, dan Mak 5310 Rp 400.000. Sedangkan
saldo awal Buku Bank berjumlah Rp 800.000.
05 Mei 2015 : Diterima SPM Gironomor 1004 Rp 3.000.000, dengan perincian sebagai
berikut : untuk Mak 5210 Rp 1.000.000, Mak 5220 Rp 1.000.000, dan Mak
5310 Rp 1.000.000
15 Mei 2015 : Dibayar per bank Rp 3.100.000 masing-masing untuk Mak 5210
Rp 1.200.000. Mak5220 Rp 1.500.000 dan Mak 5310 Rp 400.000.
20Mei 2015 : Diambil uang dari bank Rp 500.000.
46 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Buku Bank
Mei 2015
47 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
MAK : 5210
TG Keteranga Pembayar Sisa Cara Posisi penggantian
L n an Kredit Pembayaran UYHD
SPM Dana Penggantia Belum
-LS UYHD n UYHD diganti
01 Saldo 400.000 400.000
05 SPM 1.000.000
15 Dibayar 1,200.000 200.000 1.200.00 1.200.00
0 0
MAK : 5220
TG Keteranga Pembayara Sisa Cara Posisi penggantian
L n n Kredit Pembayaran UYHD
SPM Dana Penggantia Belum
-LS UYHD n UYHD diganti
01 Saldo 800.00 800.000
05 Dibayar 0 1.000.000
15 Dibayar 1.500.000 1.500.00 1.500.00
300000 0 0
MAK : 5310
TGL Keterangan Pembayaran Sisa Cara Posisi penggantian
Kredit Pembayaran UYHD
SPM- Dana Penggantia Belum
LS UYHD n UYHD diganti
48 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
BAGIAN : 2
AKUNTANSI PEMERINTAHAN
(PENDEKATAN APBD).
PENGANTAR AKUNTANSI
KEUANGAN DAERAH
Oleh :
49 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
I Nyoman Sugiarta.
JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI BALI
BAB : 1
PENGERTIAN DAN PERSAMAAN AKUNTANSI
PEMERINTAHAN.
A.Pengertian Akuntansi.
Pengertian akuntansi adalah suatu proses dari mencatat transaksi keuangan,
menggolong-golongkan, dan meringkas transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan
oleh suatu lembaga/entitas, serta diikuti dengan melaporkan hasil-hasilnya dalam
suatu laporan yang disebut dengan laporan keuangan.
Laporan Neraca
Keuangan Saldo Pny
50 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
B. Persamaan Akuntansi.
a.Perusahaan.
Aktiva = Utang
b.Publik/Pemerintahan.
Aktiva = Utang
51 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Gambar : 5
Kedudukan Akuntansi Keuangan Daerah
Akuntansi
Akuntansi Akuntansi
Pemerintahan Non Pemerintah
52 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi Akuntansi
Pemerintahan Pemerintahan
Pusat Daerah.
Akuntansi
BAB : 2
Keuangan
PENGERTIANDaerah
DAN STRUKTUR APBD
A. Pengertian APBD.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah
suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang Keuangan
Negara).
Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu mulai 1
Januari dan berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. Sehingga
pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah dapat dilaksanakan
berdasarkan kerangka waktu tersebut.
Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola
dalam APBD. Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan
tugas-tugas desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan
pelaksanaan Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan tidak dicatat dalam APBD.
APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau
input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan
perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk setiap sumber pendapatan.
Pendapatan dapat direalisasikan melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Berkaitan
dengan belanja, jumlah belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi untuk setiap
jenis belanja. Jadi, realisasi belanja tidak boleh melebihi jumlah anggaran belanja yang telah
ditetapkan. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang
berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia
anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran.
APBD merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan semua Belanja Daerah
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua
penerimaan Daerah bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD.
53 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam
APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi
dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.
2. Fungsi Perencanaan : Anggaran daerah merupakan pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi Pengawasan : Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi : Anggaran daerah diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan
Pemborosan Sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi Distribusi : Anggaran daerah harus mengandung arti/ memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan
6. Fungsi Stabilisasi : Anggaran daerah harus mengandung arti/ harus menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
3.Tahunan : Azas ini membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun
54 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
tertentu
6. Kas : Azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran dibebani pada
saat terjadi pengeluaran/ penerimaan uang dari/ ke Kas Daerah
D. STRUKTUR APBD.
Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari :
1. Pendapatan Daerah
2. Belanja Daerah
3. Pembiayaan
Selisih lebih pendapatan daerah terhadap belanja daerah disebut surplus anggaran,
tapi apabila terjadi selisih kurang maka hal itu disebut defisit anggaran. Jumlah pembiayaan
sama dengan jumlah surplus ataujumlah defisit anggaran.
55 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
5) Lain-lain pendapatan daerah yang sah, meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain
Pendapatan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hibah yang merupakan bagian dari
Lain-
lain Pendapatan Daerah yang Sah merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau
jasa yang berasal dari pemerintah, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau
luar
negeri yang tidak mengikat.
2. Belanja Daerah
Komponen berikutnya dari APBD adalah Belanja Daerah. Belanja daerah meliputi
semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar,
yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh Daerah.
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan
pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.Urusan wajib adalah urusan
yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar kepada masyarakat
yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
Sedangkan urusan pilihan adalah urusan pemerintah yang secara nyata ada dan
berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai kondisi, kekhasan, dan
potensi keunggulan daerah. Belanja penyelenggaraan urusan wajib tersebut diprioritaskan
untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi
kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem
jaminan sosial. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui prestasi kerja
dalam pencapaian standar pelayanan minimal berdasarkan urusan wajib pemerintahan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan kegiatan,
serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan
organisasi pemerintahan daerah. Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari:
a. klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan; dan
b. klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara.
Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan diklasifikasikan menurut
kewenangan pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota.
56 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Sedangkan klasifikasi belanja menurut fungsi pengelolaan negara digunakan untuk tujuan
keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari:
a. pelayanan umum;
b. ketertiban dan keamanan;
c. ekonomi;
d. lingkungan hidup;
e. perumahan dan fasilitas umum;
f. kesehatan;
g. pariwisata dan budaya;
h. agama;
i. pendidikan; serta
j. perlindungan sosial.
Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Sedangkan klasifikasi belanja menurut jenis
belanja terdiri dari:
a. belanja pegawai;
b. belanja barang dan jasa;
c. belanja modal;
d. bunga;
e. subsidi;
f. hibah;
g. bantuan sosial;
h. belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dan
i. belanja tidak terduga.
Penganggaran dalam APBD untuk setiap jenis belanja berdasarkan ketentuan perundang-
undangan.
3. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah tersebut terdiri dari
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Penerimaan pembiayaan mencakup:
a. SiLPA tahun anggaran sebelumnya;
b. pencairan dana cadangan;
c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d. penerimaan pinjaman; dan
e. penerimaan kembali pemberian pinjaman.
Pengeluaran pembiayaan mencakup:
a. pembentukan dana cadangan;
b. penyertaan modal pemerintah daerah;
c. pembayaran pokok utang; dan
d. pemberian pinjaman.
Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap
pengeluaran pembiayaan. Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit anggaran.
57 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
58 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Pada tahap ini terkait pada aspek akuntabilitas, dimana bila pada tahap implementasi
telah didukung dengan system akuntansi dan system pengendaslian manajemen yang baik,
maka diharapkan pada tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemui
banyak masalah.
Program
Proses Penyusunan Pembahasan
Perencanaa RKA-SKPD ( Raperda APBD ( A5
n A2 ) )
RKPD Persetujuan
Penyusunan Bersama Raperda
RKA&SKPD
( A3 ) APBD
Topik : 2
Penyusunan
2. KUA
Pendahuluan
& : Evaluasi
PPAS( A1) RKA&SKP Gubernur,
D Mendagri ( A5)
Nota
Kesepakata Perda Pembatalan
n KUA & RAPERDA APBD Perda APBD
PPAS APBD ( A7) (A8)
59 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
BAB : 3
PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ).
PAD adalah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi
asli daerah. Kelompok pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan
sebagai berikut:
1. Pajak Daerah.
Adalah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Menurut Undang-
Undang No 34 Tahun 2000 penyempurnaan dari Undang-Undang 18 Tahun 1997
yang mengatur tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah. Menurut Undang-undang
ini jenis Pendapatan Pajak Provinsi dan Kabupatren meliputi obyek pendapatan
sebagai berikut.
Tabel : 3
Komponen Pajak Provinsi dan Kabupaten
No No Pajak Kabupaten
Pajak Provinsi
1. Pajak Kendaraan Bermotor 1. Pajak Hotel.
2. Bea Balik Nama Kendaraan 2. Pajak Restoran.
Bermotor. 3. Pajak Hiburan.
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan 4. Pajak Reklame.
Bermotor. 5. Pajak Penerangan Jalan.
4. Pajak Kendaraan di Atas Air. 6. Pajak Pengambilan Bahan Galian
60 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
2. Restribusi.
Tabel: 4
Komponen Restribusi Provinsi dan Kabupaten
61 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
26.
2. Dana Perimbangan.
Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN ) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai
kebutuhan daerah. Kelompok pendapatan berupa Dana Perimbangan ini digolongkan menjadi
3 jenis untuk Provinsi dan 4 jenis untuk Kabupaten/Kota. Yaitu:
1. Bagi hasil Pajak/bukan pajak, yang meliputi:
a. Bagi Hasil Pajak.
b. Bagi hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam.
2. Dana Alokasi Umum ( DAU ).
3. Dana Alokasi Khusus ( DAK ). Yang meliputi;
a. Dana Alokasi Khusus Reboisasi.
b. Dana Alikasi Khusus Non reboisasi.
4. Bagi hasil pajak dan bantuan keuangan dari Provinsi (untuk Kabupaten/Kota).
3. Belanja Daerah.
3.1 Belanja Administrasi Umum.
Adalah merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah yang tidak berhubungan
secara langsung dengan aktivitas atau pelayanan publick dan bersifat periodic. Kelompok
belanja administrasi umum terdiri dari 4 jenis belanja yaitu :
1. Belanja Pegawai Personalia.
Jenis belanja ini merupakan belanja pemerintah daerah utuk orang/personel
yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau dengan kata lain
merupakan biaya tetap pegawai. Kelompok belanja ini terdiri dari 4 jenis yaitu:
a. Gaji dan Tunjangan Kepala daerah/wakil Kep Daerah.
b. Gaji dan Tunjangan Pegawai.
c. Biaya Perawatan dan Pengobatan.
d. Biaya Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jenis belanja Barang dan Jasa merupakan belanja pemerintah daerah untuk
penyediaan barang dan jasa. Jenis belanja barang dan jasa untuk bagian belanja
aparatur daerah adalah sebagai berikut :
a. Belanja bahan pakai habis.
b. Biaya jasa kantor.
c. Biaya cetak dan pengadaan keperluan kantor.
d. Biaya sewa kantor.
e. Biaya makan dan minum kantor.
f. Biaya pakaian dinas.
g. Biaya bunga uang.
h. Biaya Depresiasi gdung,alat angkutan, Lab.
4. Belanja Pemeliharaan.
Adalah merupakan belanja pemerintah daerah untuk pemeliharaan barang
daerah. Sedangkan obyek belanja dari jenis balanja dan untuk bagian belanja aparatur
daerah terdiri atas:
a. Biaya pemeliharaan gedung.
b. Biaya pemeliharaan alat-alat angkutan.
c. Biaya pemeliharaan alat-alat kantor dan rumah tangga.
e. Biaya pemeliharaan alat-alat studio dan komunikasi.
f. Biaya pemeliharaan buku perpustakaan.
a. Biaya pemeliharaan alat-alat persenjtaan.
64 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
b. Belanja barang dan jasa, yang meliputi biaya bahan material, biaya jasa pihak
ke-tiga, biaya cetak dan penggandaan, biaya sewa..
c. Belanja Perjalanan dinas ( idem ad. & umum )
d. Belanja pemeliharaan ( idem ad. & umum ).
3. Belanja Modal.
Belanja ini merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi
satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dan
selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya
pemeliharaan pada kelompokbelanja administrasi umum. Kelompok belanja
ini mencakup jenis yaitu:
a. Belanja modal tanah.
b. Biaya modal jalan jembatan.
c. Belanja modal bangunan air(irigasi).
d. Belanja modal instalasi.
e. Balanja modal jaringan
f. Belanja modal bangunan gedung.
g. Belanja modal alat-alat kantor, komunikasi, kedokteran, lab, bk perpustakaan.
4. Belanja Bagi hasil dan bantuan Keuangan.
Adapun belanja jenis ini berbentuk kegiatan pemeliharaan uang dan barang
dari pemerintah daerah. Kelompok belanja ini terdiri atas:
a. Belanja bagi hasil pajak kepada pemerintah kabupaten kota(bagi provinsi)
b. Belanja bagi hasil restribusi kepada pemerintah desa ( bagi kabupaten/kota).
c. Belanja bantuan keuangan kepada pemerintah kabupaten/kota(bagi provinsi.
d. Belanja bantuan keuangan kepada organisasi kemasyarakatan.
e. Belanja bantuan kepada organisasi profesi.
65 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
BAB: 4
66 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
akan tercapai melalui peningkatan kemandirian pemerintah daerah tersebut diharapkan diraih
melalui otonomi daerah.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan
daerah tersebut maka perubahan cukup mendasar dalam pengelolaan keuangan daerah
termasuk dalam manajemen atau pengelolaan keuangan daerah, dapat diduga terjadi. Hal itu
disebabkan karena manajemen keuangan daerah merupakan alat untuk mengurus dan
mengatur rumah tangga pemda.
2. Dasar Pengakuan.
Definisi pengakuan dalam akuntansi menurut SAP ( Standar Akuntansi
Pemerintahan ) adalah proses penetapan terpenuhinya criteria pencatatan suatu kejadian
atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi
unsur asset, kewajiban, ekuitas, dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan, sebagaimana
termuat dalam laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan. Pengakuan
diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang terhadap pos-pos laporan keuangan yang
berpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait. Adapun batas criteria minimum yang
perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui, yaitu:
1. Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian atau
peristiwa tersebut akan mengalir keluar atau masuk ke dalam entitas pelaporan yang
bersangkutan.
2. Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur atau
diestimasi dengan andal/akurat.
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa secara sederhana, pengakuan
adalah penentuan kapan suatu transaksi dicatat. Untuk menentukan kapan suatu transaksi
dicatat digunakan berbagai basis/dasar akuntansi atau system pencatatan. Basis/dasar
akuntansi atau system pencatatan adalah himpunan dari standar-standar akuntansi yang
menetapkan kapan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lainya harus diakui untuk
tujuan pelaporan keuangan. Basis-basis tersebut berkaitan dengan penetapan waktu atas
pengukuran yang dilakukan, terlepas dari sifat pengukuran tersebut. Berbagai basis/dasar
akuntansi atau system pencatatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Basis Kas.( Cash Basis )
Basis Kas merupakan basis akuntansi yang paling sederhana, dimana dalam
system ini transaksi diakui/dicatat apabila menimbulkan perubahan atau berakibat
pada kas, yaitu menaikan atau menurunkan kas. Apabila transaksi tidak berpengaruh
67 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
pada kas, mata transaksi tersebut tidak dicatat. Basis ini telah digunakan dalam
akuntansi keuangan daerah ( tata buku ) sebelum reformasi.
Basis kas untuk laporan realisasi anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat
kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan
belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
atau entitas pelaporan. Entitas pelaoran tidak menggunakan istilah laba.Penentuan sisa
penggunaan/pembiayaan anggaran baik lebih maupun kurang untuk setiap periode
tergtantung pada selisih realisasi penerimaan dan pengeluaraan. Pendapatan dan
Belanja bukan tunai seperti bantuan pihak luar asing dalam bentuk barang atau jasa
disajukan pada Laporan Realisasi Anggaran
Contoh :
SPM biaya perjalanan dinas yang diterbitkan pada tanggal 05/02/2004, dan
diterima oleh Satuan Pemegang Kas pada tanggal 10/02/2004. Atas kejadian tersebut
dimana Satuan Pemegang Kas, transaksi tersebut baru dicatat/diakui 10/02/2004 pada
saat diterima/dipertanggungjawabkan.
68 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Contoh :
SPM biaya perjalanan dinas yang diterbitkan pada tanggal 05/02/2004, dan
diterima oleh Satuan Pemegang Kas pada tanggal 10/02/2004. Atas kejadian tersebut
dimana Satuan Pemegang Kas, transaksi tersebut baru dicatat/diakui 10/02/2004 pada
saat diterima/dipertanggungjawabkan. Menurut metode ini transaksi tersebut akan
dicatat pada tanggal 05/02/2004 dengan men-debet biaya perjalanan dinas dan meng-
kredit kas sebesar yang tercantum dalam SPM.
69 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
b. Pengeluaran kas adalah semua kas yang keluar dar Bendahara Umum
Negara/Daerah.
Laporan aliran kas pada dasarnya disusun basis kas, sedangkan Laporan
Perhitungan APBD dan Neraca yang ideal disusun berdasarkan basis akruel
( dimana pada akhir tahun anggaran diadakan penyesuaian), maka penyusunan
Laporan aliran kas relatif sulit. Ini disebabkan oleh penyusunan aliran kas
memerlukan pengubahan Basis Akruel menjadi Basis Kas.
Selanjutnya metode ini menurut Kepmendagri 29/2002 yang disempurnakan
dengan Permendagri Nomor 13/2006 bahwa laporan ini dapat disusun dengan dua
cara yaitu :
1. Metode Langsung ( Direct Method ).
Dalam metode ini melaporkan aktivitas operasi selama periode yang
dilaporkan. Hal ini ditempuh dengan mengidentifikasi rekening-rekening
yang terkait dengan aktivitas operasi, yang menimbulkan aliran kas.
Sebagai contoh dapat dilihat sebagai berikut ini :
70 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
lancar selain kas contoh : Utang Belanja Pegawai dan Utang Pemotongan
PPh Pasal 21, dan keuntungan dan kerugian contoh : Penjualan Aktiva
Tetap.
Contoh:
Diketahui Neraca Awal Pemerintah Provinsi Alengka, Bagian Keuangan
Pemerintah Alengka, dan Satuan Kerja Dinas Pendapatan Daerah ( Dispenda )
Alengka sebagai berikut :
71 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Adapun susunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Alengka dan
SKPD Dinas Pendapatan Daerah ( Dispenda ) adalahsebagai berikut :
72 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Pembiayaan:
Penerimaan : Penerimaan Pinjaman 3.500.000 3.500.000
Pinjaman:
Pengeluaran Penyertaan Modal 9.000.000 9.000.000
I Pendapatan.
1.Restribusi 240.000.000
Belanja:
II 1.Gaji dan Tunjangan Pegawai. 166.000.000
2.Belanja Bahan Pakai Habis Kantor 4.000.000
3.Belanja Bintek Akuntansi:
- Belanja Pegawai 5.500.000
- Belanja Barang&Jasa 4.000.000
---------------
9.500.000
4. Belanja Modal Komputer 55.000.000
---------------------------
III Surplus ( Defisit ) (234.500.000)
5.500.000
73 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
74 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Kepala SKPD Dispenda menerima 10 unit komputer dari Toko Mira Sarana
12. Informatika disertai dengan dokumen yang menyatakan bahwa harga komputer
langsung dibayar oleh Bendahara Pengeluaran SKPD Dispenda sebesar Rp
55.000.000 sesuai dengan SPP-LS dan SPM-LS yang diajukan.
75 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Informasi Tambahan :
Dari peralatan kebersihan dan Bahan pembersih yang dibeli selama bulan Mei
pada akhir tahun anggaran ternyata masih ada tersimpan di gudang senilai Rp
400.000.
Asumsi yang digunakan :
1. Pembukuan di Pemerintah Provinsi Alengka menggunakan system
desentralisasi.
2. SPJ disampaikan segera setelah dilakukan pengeluaran uang untuk membayar
belanja.
Diminta untuk masing-masing Bagian Keuangan dan Satuan Kerja Dispenda.
1. Buatlah Jurnal atas transaksi tersebut.
2. Postinglah jurnal tersebut.
3. Buatlah Neraca Saldo
4. Buatlah Jurnal Penyesuaian.
5. Buatlah Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
6. Susunlah Laporan realisasi anggaran Pendapatan dan Belanja daerah/dinas
dan laporan operasi daerah/dinas
7. Jurnal Penutup.
8. Susunlah neraca per 31 Desember
9. Susunlah Laporan Arus Kas periode 31 Desember
Jawab :
76 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Jurnal yang diselenggarakan oleh PPK ( Pejabat Pengelola Keuangan ) SKPD Dispenda.
Per :
77 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
12 Komputer 55.000.000
R/K Pemda 55.000.000
Belanja Modal Komputer 55.000.000
Silpa 55.000.000
Silpa 185.000.00
Pendapatan Rest. Pasar-LRA 100.000.000
Pendapatan Rest.Keseha-LRA 85.000.000
( Menerima Rest Pasar dan
Kesehatan )
78 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Per :
79 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
-
PM ( Baru menerima SPM LS )
1.
-
Silpa 3.500.000
Penerimaan Pinjaman 3.500.000
( Mencatat adanya pinjaman dari
bank )
7 R/K Dispenda. 9.000.000
Kas di Kas Daerah 9.000.000
Tidak ada jurnal anggaran karena
bukan merupakan transaksi
pendapatan dan belanja
8 PM( Tidak dijurnal karena bukan
urusan Dispenda dan PPTK )
80 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
81 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
15 Komputer 9.000.000
Sumbangang Bank Dunia 9.000.000
( Saat menerima sumbangan )
82 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
83 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
31 Saldo 64.000.000
Pemerintah Kabupaten Alengka
Satuan Kerja : Dispenda
Buku Besar
Nama Rekening : Beban Gaji dan Tunjangan Pegawai
Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)
84 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
13 Kas 100.000.000
31 Saldo 100.000.000
Jumlah 100.000.000 Jumlah 100.000.000
85 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)
13 Kas 85.000.000
31 Saldo 85.000.000
Jumlah 85.000.000 Jumlah 85.000.000
1 Saldo 140.000.000
31 Saldo 140.000.000
Jumlah 140.000.000 Jumlah 140.000.000
86 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
87 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
88 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
89 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
90 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
91 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
92 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
SKPKD
Buku Besar
Nama Rekening : Kas di Kas Daerah
Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tangga Keterangan Jumlah (Rp)
l
1 Saldo 620.000.000 2 Dispenda 120.000.000
6 Pinjaman B Mandiri 3.500.000 4 Dispenda 15.000.000
13 Dispenda 185.000.000 7 Dispenda 9.000.000
11 Deposito Berjk. 9.000.000
12 Bayar Komputer 55.000.000
31 Saldo 40.000.000
600.500.000
Jumlah 716.000 716.000
93 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
94 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tgl Keterangan Jumlah (Rp)
95 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tgl Keterangan Jumlah (Rp)
96 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Kode Rekening :-
Tgl Keterangan Jumlah(Rp) Tanggal Keterangan Jumlah (Rp)
97 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
98 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Rek
31/12 - Jurnal Finansial
Beban BHP Kantor 3.600.000
Sediaan BHP Kantor 3.600.000
Jurnal Anggaran
Tidak ada karena anggaran sudah tidak
terkait lagi dengan finansial dan pada
kenyataanya kas yang dikeluarkan tetap Rp
4.000.000
( Penyesuaian dengan BPH tersisa berupa pencatatan
kebersihan &bahan pembersih)
99 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
100 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
101 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
1. PENDAPATAN LRA
Restribusi Daerah 240.000.000 185.000.000 (55.000.000)
Jumlah 240.000.000 185.000.000 (55.000.000)
2. BELANJA.
Gaji&Tunjangan Pegawai (166.000.000) (120.000.000) 46.000.000
Belanja Bhn Pakai Habis (4.000.000) (4.000.000) -
Belanja Pegawai (5.000.000) (5.000.000) -
Belanja Barang & Jasa (4.500.000) (4.000.000) 500.000
Belanja Modal Komputer (55.000.000) (55.000.000) -
Total Belanja (234.500.000) (188.000.000) 46.500.000
3. SURPLUS/DEFISIT-LRA 5.500.000 (3.000.000) (8.500.000)
PEMBIAYAAN NETTO - - -
SILPA/SIKPA 5.500.000 (3.000.000) (8.500.000)
Dicari dr Dicari dr
APBD untuk pengeluaran
Belanja belanja dlm
NSSP Dipenda
Keterangan :
1. Diasumsikan tdk ada perubahan APBD
2. Asumsikan APBD tidak ada perubahan dengan APBD sebelumnya.
3. Anggaran setelah perubahan jumlah angka rupiah dicari dari anggaran APBD awal
4. Anggaran realisasi dlm kolom rupiah dicari dari Neraca Saldo Setelah Penyesuaian untuk
perkiraan belanja saja.
102 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
1. PENDAPATAN LO
-2,39
Restribusi Daerah 240.000.000 185.000.000 (55.000.000)
Jumlah 240.000.000 185.000.000 (55.000.000) -2,39
2. BEBAN.
B.Gaji&Tunjangan Pegawai (166.000.000) (120.000.000) 46.000.000 27,71
Beban Bhn Pakai Habis (4.000.000) (4.000.000) -
10,0
Beban Pegawai (5.000.000) (5.000.000) - 0
11,11
Beban Barang & Jasa (4.500.000) (4.000.000) 500.000
Total Beban (179.500.000) (132.600.000) 46.900.000 26,13
-13,39
3. SURPLUS/DEFISIT-LO 60.500.000 52.400.000 8.100.000
Keterangan Tambahan :
1.Data operasional tahun 2003 diasumsikan sama dengan data anggaran setelah
perubahan pada LRA .
2. Restribusi terdiri dari pasar dan kesehatan
103 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Untuk pelaksanaan anggaran tidak dilakukan jurnal penutup karena laporan realisasi
anggaran tidak lagi terkait dengan neraca, akan tetapi tujuan pencatatan pelaksanaab
anggaran adalah untuk menghasilkan laporan realisasi anggaran dan laporan perubahan saldo
anggaran lebih ( SAL), bukan untuk mengakui akun riil, sebagaimana pencatatan finansial
yang merupakan akun neraca. Saldo akhir SILPA dipindahkan ke dalam laporan perubahan
SAL. Oleh karena itu jurnal yang dilakukan aadalah untuk mengakui rekening SAL
Dispenda. Adapun jurnal yang perlu dilakukan adalah ;
Catatan :
104 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
1.Setelah jurnal penutup diposting ke rekening terkait, maka saldo Rekening Pendapatan
LO dan beban akan menjadi nol.
2. Untuk rekening LRA, seperti Pendapatan LRA, dan Belanja dianggap tidak ada lagi
karena tujuan akhirnya hanyalah sampai penyusunan LRA saja, yang hasil akhirnya
menghasailkan SILPA Dispenda untuk menyusun laporan perubahan SAL.
105 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Keterangan :
Perubahan selama satu tahun Rp 23.000.000 dicari dari saldo awal dalam R/K
Akhir Pemda dlm buku besar yg berjumlah Rp 243.000.000 dikurangi Saldo
Awal Rp 220.000.000 hasilnya Rp 23.000.000.
NERACA DISPENDA.
Neraca dispenda dapat disusun dari Neraca Saldo Setelah Tutup Buku, hal ini
disebebkan oleh Neraca Saldo Setelah Tutup Buku memuat Rekeing-rekening
Permanen/Riil/Neraca. Adapun Neraca Dispenda dapat tersaji per 31 Desember adalah
sebagai berikut :
106 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
I Aktiva:
I.1 Aktva Lancar:
11.1 Kas 0 11.000.000
11.2 Sediaan Bahan Pembersih 0 400.000
0 --------------
Jumlah Aktiva Lancar 11.400.000
II. Pasiva:
2.2 Hutang
22.1 Hutang Jk. Pendek 0 0
22.2 Utang Jk Panjang. 0 0
III Ekuitas
3.1 R/K Pemda 220.000.000 295.400.000
107 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
3. Aktivitas pendanaan, adalah penambahan atau pengurangan sumber dana dari utang dan
ekuitas. Aliran kas masuk dari aktivitas pendanaan terdiri atas penerimaan pinjaman dan
obligasi, penjualan aset daerah yang dipisahkan, penerimaan kembali pinjaman, dan
penerimaan piutang. Aliran kas keluar terdiri dari pemberian pinjaman, penyertaan
modal, serta pembayaran pokok utang pinjaman obligasi.
4. Aktivitas transitoris teridiri atas penerimaan kas yang berasal dari penerimaan
perhitungan pihak ketiga dan pengeluaran kas yang berasal dari pihak ketiga..
108 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
109 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Dari kolom konsolidasian kertas kerja sebelumnya dapat disusun laporan Realisasi
Anggaran Peemerintah Provinsi Alengka, sebagai berikut :
110 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
111 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Catatan :
Akun Kas sebelumnya di dispenda disebutkan sebagai kas di bendara pengeluaran
dan kas di bendahara penerimaan, sedangkan di DPPKAD disebutkan kas di
Kasda.
Akun-akun resiprokal ( timbal-balik) dieliminasi untuk konsolidasi
Dari kolom konsolidasi kertas kerja di atas dapat disusun LAPORAN OPERASIONAL
Pemerintah Alengka sebagai berikut :
Dari Laporan Konsolidasi Kertas Kerja di atas dapatlah disusun Laporan Perhitungan
APBD Provinsi Alengka sebagai berikut:
PENDAPATAN-LO :
-Restribusi Daerah 240.000.000 185.000.000 (155.000000) -2,39
-Hibah-Sumbangan ADB - 9.000.000 9.000000 100
Total 240.000.000 185.000.00 0 (46000000) -1,92
BEBAN : -
-Gaji&Tunjangan Pegawai (166.000000) (1200000000 46000000 27,71
-Beban Bhn Pakai Habis (4000.000) (3.600.000) 400000 10
-Beban Pegawai (5000.000) (5000.000) -
-Beban Barang&jasa (4.500.000) (4.000.000) 500000 11,11
Total Beban (179.500000) (132.600.000) 46900000 26,13
SURPLUS/DEFISIT 60.500.000 61.400.000 900000 1,49
112 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
31 Iktisar Surplus/Defisit
Gaji&Tunjangan Pegawai 132000000
beban BPH kantor 120000000
Beban pegawai 3.600000
Beban barang&jasa 5.000000
( Menutup rekening belanja ) 4.000000
Iktisar Surplus/defisit
31 Ekuitas
( Menutup rekening surplus dan 61.400000
defisit ke rekening ekuitas ) 61.400000
113 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
SAL Awal 0 0
Penggunaan SAL sbg penambah tahun berjalan 0 0
Sisa Lebih/Kurang Pembayaran Anggaran (SilPA/SikPA 0 (8.500.000)
Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya 0 0
Lain-Lain 0 0
Saldo Anggaran Lebih akhir tahun 0 (8.500.000)
114 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
115 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
I. PENDAPATAN
Restribusi Daerah
375.000.000
BELANJA.
II.
- Gaji dan Tunjangan Pgawai
150.000.000
- Belanja Bahan Pakai Habis Kantor
75.000.000
- Belanja Bintek Administrasi :
70.000.000
-Belanja Pegawai Rp 50.000.000
-Belanja Barang dan Jasa Rp 20.000.000
---------------------
- Belanja Modal Komputer
75.000.000
--------------
Jumlah Belanja
(370.000.000)
---------------
Surplus ( Defisit ).
5.000.000
PEMBIAYAAN :
III.
- Penerimaan Pinjaman
50.000.000
- Penyertaan Modal
( 55.000.000 )
----------------
5.000.000
116 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
I. PENDAPATAN
Restribusi Daerah
375.000.000
BELANJA.
II
- Gaji dan Tunjangan Pgawai
150.000.000
- Belanja Bahan Pakai Habis Kantor
75.000.000
- Belanja Bintek Administrasi :
70.000.000
-Belanja Pegawai Rp 50.000.000
-Belanja Barang dan Jasa Rp 20.000.000
------------------
- Belanja Modal Komputer
75.000.000
----------------
Jumlah Belanja
(370.000.000)
Surplus( Defisit )
III 5.000.000
Adapun transaksi Bagian Keuangan Pemerintah Kabupaten Bali Utara, antara Satuan
kerja Dinas Pendapatan Daerah ( Dispenda ) Pemerintah Kabupaten Bali Utara yang terjadi
timbal-balik dalam tahun anggaran adalah sebagai berikut:
N0/Tgl Keterangan
1. Satuan Kerja Dispenda mengajukan SPP-BT ( Surat Permintaan Pembiayaan
Bahan Tetap ) No I/120/07/03 sebesar Rp 150.000.000 yang digunakan untuk
membayar Gaji dan tunjangan pegawai Bulan Juni 2003.
117 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Satuan Kerja Dispenda menerima uang tunai PAD dari restribusi yang teridiri
13. dari Restribusi Pasar dan Sampah Rp 125.000.000, dan Restibusi Pasar Rp
250.000.000. Penerimaan restribusi ini langsung disetor ke BPD.
Satuan Kerja Dispenda membeli Bahan Pakai habis Kantor berupa peralatan
14. kebersihan dan bahan pembersih dengan Faktur No. III/13/09/03 sebesar Rp
75.000.000 secara tunai.
Keterangan :
1. Dari pembelian peralatan kebersihan yang dibeli selama selama bulan April 2003,
dimana pada akhir tahun anggaran ternyata masih tersisa tersimpan digudang
dengan nilai sebesar Rp 20.000.000.
2. Asumsi pembukuan yang digunakan Pemerintah Kabupaten bali utara system
desentralisasi.
3. SPJ disampaikan segera setelah dilakukan pengeluaran uang untuk membayar
belanja.
Diminta:
119 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
120 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Topik : 5
1. Pendahuluan.
Dengan semakin berkembangnya kemajuan perekonomian suatu bangsa maka
tuntutan suatu bangsa/masyarakat membutuhkan alat informasi yang semakin efektif.
Informasi yang disampaikan tersebut harus memuat keterangan yang akurat yang layak
dipercaya sebagai sarana dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
Bagaimana memaknai informasi tersebut secara cermat, akan bermuara pada kualitas
kebijakan yang akan diambil. Semakin akurat tampilan informasi yang disampaikan, maka
akan menghasikan umpan balik yang lebih berkualitas.
Dalam penyususnan informasi sector publik tentu lebih komplek kalau dibandingkan
dengan sector privat/suasta. Ini semua tidak terlepas dari misi/tujuan yang dicapai
berbeda. Dalam sector privat/swasta dimana dasar mengukur kinerja suatu
aktivitas/kegiatan dari volume/besarnya profit/keuntungan yang diperoleh kemudian
dihubungkan dengan tingkat modal/dana yang digunakan. Disini akan tercermin seberapa
besar efisien dan efektifnya atas penggunaan dana oleh perusahaan. Sedangkan dalam
sector publik tentu tidak cukup hanya diukur dari sector keuangan saja. Informasi
keuangan bukan merupakan tujuan akhir dari akuntansi sector publik. Disini informasi
keuangan hanya memberikan dasar pertimbangan dalam upaya pengambilan keputusan
yang lebih layak. Tuntutan akuntansi sector publik seharusnya dapat/mampu
menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk memonitor aktivitas interen seperti
akuntansi manajemen, akuntabilitas kebijakan yang diambil, serta akuntabilitas politik,
sedangkan dari sector ekteren akuntansi sector publik digunakan untuk potret/memetakan
arah pembangunan dan pertumbuhan sector publik secara komprehensif.
Dengan semakin kompleknya tantangan era moderen/global, maka menuntut adanya
alur informasi yang disampaikan lebih efektif, efesien, transparan, dan tepat sasaran.
Keakuratan dan kecepatan informasi yang disampaikan akan sangat memegang peranan
akuntansi sector publik untuk bisa menjawab tantangan jaman yang muncul. Untuk itu
121 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
memerlukan adanya suatu standar baku ( Standar Akuntansi Sektor Publik ) untuk dapat
meinilai kinerja batas minimal, serta adanya dukungan sumber daya manusia yang
handal. Globalisasi pada dasarnya adalah sebuah tantangan yang tidak hanya berlaku bagi
negara yang sedang berkembang tetapi berlaku juga bagi negara-negara industri yang
telah maju seperti Amerika serikat, Negara-negara Eropa, Jepang, Singapura,dst.
Sebagai sebuah tantangan dimana globalisasi tidak hanya menyebabkan berubahnya
secara drastic peta persaingan ekonomi dan bisnis dunia. Ia juga memiliki kekuatan
untuk memaksa yang menyebabkan teritegrasinya/bersatunya norma-norma kehidupan
dalam suatu entitas/negara sebagai bagian integral terhadap norma-norma umum dunia
yang berlaku. Dalam kontek keadaan seperti ini mengindikasikan akan semakin
meluasnya tingkat persaingan dalam tata pergaulan dunia yang ada. Disini hanya negara
yang mempunyai tingkat kompetensi dan kompetisi yang memadai( ecxelent ) akan bisa
bersaing dan menjadi pemenang. Dalam keadaan seperti ini akan menjadi tekanan bagi
pemerintah untuk selalu meningkatkan kinerja/kualitas pengelolaan ketatanegaraanya
agar dapat setarap dengan negara-negara yang telah maju. Sedangkan negara yang tidak
responsive mengantisipasi perkembangan keadaan, maka dengan terpaksa akan tertinggal
akibat ketidakmampuan berhadapan kekuatan perubahan yang terjadi.
Masih terbangunya kesan/image klasik dimana dalam pengelolaan pemerintah
Indonesia cenderung beranggapan seolah-olah norma-norma pengelolaan negara
dianggap sebagai sesuatu yang unik dan mempunyai ciri kas tersendiri, sehingga
menapikan norma-norma yang berlaku di negara lain sebagai barang haram/terlarang.
Keadaan yang tidak kondusif seperti ini tentu harus segera mendapat
penanggulangan/perhatian secara seksama. Baik bagi anggota masyarakat pada umumnya
maupun bagi sector bisnis dan aparatur pemerintah pada khususnyasebagai entitas.
122 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
tidak hanya nampak pada wujud metode yang dipakai, akan tetapi juga dapat ditelusuri
secara langsung pada aturan-aturan yang mendasari penggunaan metode tersebut. Dengan
adanya perkecualian beberapa perbaikan parsial yang dilakukan dibeberapa bagian
belakangan ini, dimana kebijakan pengelolaan anggaran negara di Indonesia secara
keseluruhan masih didasarkan atas aturan-aturan yang terangkum dalam Undang-Undang
Perbendaharaan Indonesia ( Indische Compabilities Wet ). Ini dapat dibuktikan dari
dimana pengelolaan anggaran negara masih didasarkan atas metode warisan Pemerintah
Belanda adalah penggunaan metode tatabuku tunggal sebagai pembukuan bendaharawan.
Metode ini banyak mengandung kelemahan dimana salah satunya adalah efektifitas
tingkat pengwasan yang tidak optimal. Ini dapat dibuktikan pada saat perhitungan
penyusunan Perhtingan Anggaran Negara ( PAN ), dimana sifatnya tidak lebih sebagai
sekedar catatan uang keluar masuk bendaharawan belaka, sehingga memerlukan prosedur
berjenjang dalam menyusun PAN meliputi Pertanggungjawaban Pengurusan Khusus
( Bendaharawan ), dan Pengurusan Umum ( KPKN dan Biro Keuangan). Keadaan ini
memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak.
Paska bergulirnya reformasi dengan dasar pijak Undang-undang Nomor 22 tahun
1999 tentang pemerintahan daerah, dan kini disempurnakan dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004, dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dengan daerah, yang kemudian disempurnakan dengan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004. Dalam pelaksanaan dari undang-undang tersebut
didukung/diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 yang
disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005, tentang dana
perimbangan, Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000, yang disempurnakan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, tentang pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000
tentang pinjaman daerah, dan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang pedoman
pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan negara serta tata cara
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah ( APBD ), pelaksanaan tata usaha
keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah,
dimana peraturan ini kemudian disempurnakan dengan Kepmen Nomor 13 tahun 2005.
Perubahan yang paling mendasar sesuai dengan PP Nomor 105/2000, dan
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 adalah timbulnya perubahan dimana mulai
dilaksanakan “akuntansi” ( doble entry ) dalam pengelolaan keuangan daerah dengan
dasar pencatatan atas dasar kas modifikasian ( modified cash basis ) sesuai dengan
123 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Kepmendagri Nomor 24 Tahun 2002, yang mengarah pada basis akruel (akruel basis)
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, oleh pemerintah daerah baik
provinsi maupun kabupaten/kota, bukan “pembukuan” lagi. Dalam pengelolaan
keuangan negara ini sudah mulai diterapkan akuntansi dengan motode double entry.
Dalam system pencatatan dimana motode ini sudah sudah adanya tingkat pengawasan
yang lebih baik dari sebelumnya pada setiap adanya mutasi atas transaksi yang terjadi.
Adanya tingkat kontrol/pengawasan.
124 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Adanya publikasi tersebut, menjadi tantangan bagi pemerintah untuk segera bergerak
cepat dengan mengaluarkan Standar Akuntansi Pemerintahan, sebelum undang-unadang
Keuangan Negara ditetapkan, Menteri Keuangan Republik Indonesia telah menatapkan
Keputusan Menteri keuangan Nomor 308/KMK 012/2002 tanggal 13 Juni 2002 tentang
Komite standar Akuntansi Pemerintahan ( KSAP ) Pusat dan Daerah, sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir kali dengan Keputusan Menteri keuangan Nomor 379/KMK
012/2004 tanggal 6 Agustur 2004. Komite ini bekerja dengan melibatkan banyak unsure yang
secara formal dinyatakan terdiri dari unsure Departemen Keuangan, Departemen dalam
negeri, dan Ikatan akuntan Indonesia.
Selanjutnya dengan dikeluarkanya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
Menetapkan komite SAP dilakukan dengan keputusan Presiden ( Keppres ) telah diterbitkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan pada tanggal 5 Oktobr 2004, yang telah diubah dengan Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2005 Tanggal 5 Januari 2005. KSAP bertugas
mempersiapkan penyusunan konsep Rancangan Peraturan Pemerintah tantang Standar
Akuntansi Pemerintahan ( SAP ) sebagai prinsip-prinsip akuntansi yang wajib diterapkan
dalam penysunan dan menyajikan laporan keuangan pemerintah pusat dan/atau pemerintah
daerah.
Dengan demikian KSAP bertujuan untuk mengembangkan program-program
pengembangan akuntabilitas dan manajemen keuangan pemerintah termasuk
mengembangkan SAP dan mempromosikan penerapan standar tersebut. Dalam mencapai
tujuan tersebut, SAP telah disusun dengan berorientasi pada International Publick Sector
Accounting Standar (IPSAS). Selain itu dalam penyusunan SAP juga telah diharmoniskan
dengan Standar Akuntansi Keuangan ( SAK ) yang diterbitkan Dewan Standar Akuntansi
Keuangan - Ikatan Akuntansi indosnesia.
Dalam Pengembangan SAP untuk dapat menyesuaikan diri secara global maka
mengacu pada praktik-praktik terbaik di tingkat internasional dengan tetap
mempertimbangkan kondisi di Indonesia, baik menyangkut peraturan perundang-undangan
125 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
dan praktik-praktik akuntansi yang berlaku maupun kondisi sumber daya manusia yang
tersedia. Selain itu adanya penerapan strategi peningkatan kualitas pelaporan keuangan
pemerintahan dilakukan dengan proses transisi menuju pada basis akruel. Selama ini
pendapatan ,belanja dan pembiayaan dicatat secara kas basis, sementara aktiva, kewajiban,
dan ekuitas dana dicatat berbasis akruel. Pada tahun 2007 diterapkan proses transisi standar
menuju basis akruel secara keseluruhan sudah selesai.
tersebut kemudian dibandingkan dengan target kinerja atau standar kinerja. Sedangkan pada
tahap eveluasi kinerja yang hasilnya berupa feedback, reward, dan punishment kepada
pinpinan/manager pusat pertanggungjawaban.
Dalam penggunaan indicator kinerja yang terus berkembang di era global ini, sangat
penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efisien
dan efektif. Indikator untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda tergantung tipe pelayanan
yang dihasilkan. Dalam menentukan indicator kinerja perlu mempertimbangkan seperti
komponen berikut :
1. Biaya pelayanan ( Cost of service ) yang akan dikeluarkan.
Indikator ini biasanya diukur dalam bentuk biaya unit, misalnya biaya per unit
pelayanan. Disini beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan biaya
unitnya, karena output yang dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada
keseragaman tipe pelayanan yang diberikan
2. Penggunaan ( utilition ) yang tepat sasaran.
Indikator pengguna pada dasarnya membandingkan antara jumlah pelayanan yang
ditawarkan dengan permintaan publik. Indikator ini harus mempertimbangkan
prferensi publik, sedangkan pengukuranya biasanya berupa volume absolut atau
persentase tertentu.
3. Kualitas dan standar pelayanan ( quality and standards ).
Indikator kualitas pelayanan merupakan indicator yang paling sulit diukur, karena
menyangkut pertimbangan yang sifatnya subyektif. Penggunaan indicator kualitas
dan standar pelayanan harus dilakukan secara hati-hati karena kalau terlalu
menekankan indicator ini justru dapat menyebabkan terjadinya kontra produktif.
4. Kepuasan publik ( publik satisfication ).
Indikator kepuasan publik biasanya diukur melalui metode jajak pendapat yang
dilakukan secara langsung. Bagi pemerintah daerah, metode yang digunakan
dalam penjaringan aspirasi masyarakat dapat juga digunakan untuk menetapkan
indicator kepuasan. Namun demikian dapat juga digunakan indicator proksi
misalnya berupa keluhan/complain masyarakat. Pembutan indikataor kinerja
tersebut memerlukan kerja sama antar unit kerja.
128 | P a g e
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
129 | P a g e